• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Penerapan Nilai-Nilai Agama pada Anak di Kelompok B PAUD Terpadu Harapan Mulia Palu | Ningsih | Bungamputi 3296 10233 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Penerapan Nilai-Nilai Agama pada Anak di Kelompok B PAUD Terpadu Harapan Mulia Palu | Ningsih | Bungamputi 3296 10233 1 PB"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

726

PENGARUH METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN

PENERAPAN NILAI-NILAI AGAMA PADA ANAK DI KELOMPOK

B PAUD TERPADU HARAPAN MULIA PALU

Indrah Ningsih1

ABSTRAK

Masalah yang berkaitan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh metode demonstrasi dalam meningkatkan penerapan nilai-nilai agama pada anak. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh metode demonstrasi dalam meningkatkan penerapan nilai-nilai agama pada anak di kelompok B PAUD Terpadu Harapan Mulia Palu. Metode penelitian ini merupakan penelitian deskripstif kualitatif yaitu untuk menggambarkan keadaan sesungguhnya. Adapun subjek penelitian ini adalah anak Kelompok B di PAUD Terpadu Harapan Mulia Palu yang berjumlah 15 orang anak. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis secara kualitatif agar dapat mengetahui gambaran dari pelaksanaan penelitian ini yang kemudian dapat ditarik kesimpulan.

Berdasarkan analisis data, maka dapat diketahui terjadi pengaruh metode demonstrasi dalam meningkatkan penerapan nilai-nilai agama di Kelompok B PAUD Terpadu Harapan Mulia Palu dari rata-rata nilai pada pengamatan minggu pertama terdapat 2 anak (13,33% ) yang menunjukkan kategori BSB, 3 anak (20%) kategori BSH, 4 anak (26,67%) kategori MB, dan 5 anak (40%) kategori BB. Selanjutnya pada pengamatan minggu keenam terjadi peningkatan yang cukup signifikan dimana terdapat 13 anak (86,66%) dalam kategori BSB, 1 anak (6,67%) kategori BSH, 1 anak (6,67%) kategori MB, dan 0 anak (0%) kategori BB. Berdasarkan temuan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh metode demonstrasi dalam meningkatkan penerapan nilai-nilai agama pada anak di Kelompok B PAUD Terpadu Harapan Mulia Palu, hal ini dapat dilihat setelah dilakukannya penerapan nilai-nilai agama pada anak yaitu, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, menirukan gerakan wudhu, dan menirukan gerakan shalat anak anak dapat melakukannya dengan baik.

Kata Kunci : Metode Demonstrasi, Nilai-Nilai Agama

PENDAHULUAN

Setiap manusia membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama. Dalam jiwa

manusia, ada satu perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha Kuasa, tempat

berlindung dan memohon pertolongan-Nya. Manusia akan merasa tenang dan tenteram

1 Mahasiswa Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

(2)

727

hatinya, kalau dapat mendekat dan mengabdi kepada Dzat Yang Maha Kuasa. Agama

mengajarkan manusia agar selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Itulah sebabnya manusia

memerlukan pendidikan agama untuk menuntun ibadahnya. Di sisi lain, manusia diberi

kemampuan untuk membina anak didiknya agar menjadi orang baik dan mempunyai

kepribadian yang kuat, sikap mental yang sehat, serta akhlak yang terpuji.

Tingkat usia kanak-kanak merupakan kesempatan pertama yang sangat baik bagi

pendidik untuk membina kepribadian anak yang akan menentukan masa depan mereka.

Penanaman nila-nilai agama yang diterapkan oleh guru sebaiknya dilaksanakan saat anak

usia pra-sekolah, sebelum mereka dapat berpikir secara logis dan memahami hal-hal yang

abstrak, serta belum dapat membedakan hal yang baik dan buruk. Agar semenjak kecil

sudah terbiasa dengan nilai-nilai kebaikan dan dapat mengenal Tuhannya, yaitu Allah SWT.

Perkembangan agama sejak usia dini memerlukan dorongan dan rangsangan

sebagaimana pohon memerlukan air dan pupuk. Minat dan cita-cita anak, perlu

ditumbuhkembangkan ke arah yang baik dan terpuji, melalui pendidikan. Cara memberikan

pendidikan atau pengajaran agama, haruslah sesuai dengan perkembangan psikologis anak

didik. Oleh karena itu, dibutuhkan pendidik yang memiliki jiwa pendidik dan agama,

supaya segala gerak-geriknya menjadi teladan dan cermin bagi murid-muridnya.

Anak didik pada usia Taman Kanak-kanak (TK), masih sangat terbatas

kemampuannya. Saat umur TK, kepribadiannya mulai terbentuk dan ia sangat peka

terhadap tindakan-tindakan orang di sekelilingnya. Pendidikan agama diperlukan untuk

menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, misalnya mengucapkan salam dan membalas

salam, berdoa sebelum dan sesudah belajar, dan mengajarkan cara beribadah yang biasa

diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.

Penerapan nilai-nilai agama, sangat erat kaitannya dengan penanaman akhlak kepada

anak yang dimulai sejak masa balita, bahkan semenjak anak dalam kandungan, terutama

bagi kedua orang tua. Pengembangan nilai-nilai agama untuk anak TK, berkisar pada

kegiatan kehidupan sehari-hari. Secara khusus penerapan nilai-nilai keagamaan bagi anak

TK adalah meletakkan dasar-dasar keimanan, kepribadian atau budi pekerti yang terpuji,

dan kebiasaan ibadah sesuai dengan kemampuan anak.

Dijabarkan lagi secara rinci oleh PUSKUR (2002) dalam beberapa indikator

nilai-nilai dan perilaku agama dalam kehidupan sehari-hari anak semenjak usia 1 hingga usia 6

tahun sebagai berikut :

1. Mengucapkan do’a-do’a pendek

(3)

728

3. Mulai menirukan gerakan-gerakan do’a sholat yang dilaksanakan orang dewasa

4. Berdo’a sebelum dan sesudah memulai kegiatan

5. Melaksanakan ibadah agama 6. Mencintai tanah air

7. Mengenal musyawarah dan mufakat 8. Cinta antara sesama suku bangsa Indonesia 9. Mengenal sopan santun dengan berterima kasih 10.Mengucap salam bila bertemu dengan orang lain 11.Berlatih untuk selalu tertib dan patuh pada aturan 12.Mengurus diri sendiri

13.Menjaga kebersihan lingkungan

14.Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan 15.Rapi dalam bertindak, berpakaian dan bekerja 16.Sopan santun

Metode yang digunakan dalam menyampaikan pendidikan agama pada anak tentu

berbeda dengan metode yang dilaksanakan untuk orang dewasa. Hal ini sejalan dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat (2008:290), sebagai berikut: “Anak -anak bukanlah orang dewasa yang kecil, kalau kita ingin agar agama mempunyai arti bagi

mereka, hendaklah disampaikan dengan cara-cara lebih konkrit dengan bahasa yang

dipahaminya dan tidak bersifat dogmatik saja”. Metode demonstrasi adalah suatu kegiatan

yang dilakukan oleh guru kepada murid-muridnya, guru mendemonstrasikan kepada

pendengarnya.

Suatu kegiatan yang bersifat seni, karena erat kaitannya dengan keindahan dan

sandaran kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita.

Penerapan nilai-nilai agama, sangat erat kaitannya dengan penanaman akhlak kepada anak

yang dimulai sejak masa balita, bahkan semenjak anak dalam kandungan, terutama bagi

kedua orang tua. Pengembangan nilai-nilai agama untuk anak TK, berkisar pada kegiatan

kehidupan sehari-hari. Secara khusus penerapan nilai-nilai keagamaan bagi anak TK adalah

meletakkan dasar-dasar keimanan, kepribadian atau budi pekerti yang terpuji, dan kebiasaan

ibadah sesuai dengan kemampuan anak.

Adapun penelitian yang relevan dalam penelitian ini. Femi Widyawati (Skripsi Maret

2010) dengan judul “Penerapan Pembiasaan Untuk Meningkatkan Internalisasi Nilai-Nilai

Agama Pada Anak Kelompok B6 di TK AISYIYAH I Palu” menyatakan bahwa penerapan

pembiasaan dapat meningkatkan pemahaman anak tentang nilai-nilai agama seperti, sikap

yang baik dan sopan kepada sesama, dapat melakukan gerakan wudhu dan shalat serta

berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, dan Rahmawati (Skripsi Desember 2012)

(4)

729

Moral Pada Anak Kelompok B TK AL-Khairaat III Palu” menyatakan bahwa ada peranan

metode demonstrasi dalam menanamkan nilai-nilai agama dan moral seprti, memberi salam

dan membalas salam, dengan menggunakan metode demonstrasi anak sudah dapat

menunjukan sikap baik dalam berdo’a sebelum dan sesudah belajar, berdo’a sebelum dan

sesudah makan, mempraktekan cara berwudhu, shalat dan tidak mau mengganggu teman,

serta menaati peraturan yang ada didalam kelas.

Kerangka pemikiran pada penelitian ini yaitu hasil observasi terdapat masalah yaitu

kurangnya penerapan nilai-nilai agama, misalnya berdoa sebelum dan sesudah melakukan

kegiatan, belum diterapkan kegiatan berwudhu, dan shalat. Penyebab masalah diakibatkan

kurangnya media atau metode yang digunakan oleh guru pada penerapan nilai-nilai agama.

Untuk memecahkan masalah metode yang dipilih untuk meningkatkan penerapan nilai-nilai

agama pada anak yaitu metode demonstrasi karena dianggap akan efektif bila diterapkan

secara tepat. Aspek-aspek tolak ukur nilai-nilai agama pada penelitian ini yaitu berdoa

sebelum dan sesudah melakukan kegiaran, menirukan gerakan wudhu, dn shalat. Tujuan

dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh metode demonstrasi dalam meningkatkan

penerapan nilai-nilai agama pada anak dikelompok B PAUD Terpadu Harapan Mulia Palu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Terpadu Harapan Mulia Palu, dengan subyek

penelitian seluruh anak di kelompok B PAUD Terpadu Harapan Mulia Palu yang berjumlah

15 anak. Variabel penelitian terdiri dari nilai-nilai agama dan metode demonstrasi.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif,

data dikumpulkan melalui observasi dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, maka data

akan diolah dengan menggunakan teknik persentase, hasil olahan tersebut kemudian

dianalisis secara deskriptif kualitatif. Rumus yang digunakan dari Suharsimi Arikunto

(2006:42), untuk menganalisis data yang dikumpulkan secara persentase, sebagai berikut:

� = �

N x 100%

Keterangan : P = Persentase

(5)

730 HASIL PENELITIAN

1. Hasil pengamatan awal

Tabel 1 Rekapitulasi Minggu Pertama Pengaruh Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Penerapan Nilai-Nilai Agama

Berdasarkan tabel 1 rekapitulasi perkembangan awal pada penelitian ini, dapat dilihat

nilai persentase aspek berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, pada

perkemmenirukan gerakan wudhu, danmenirukan gerakan shalat minggu pertama, untuk

kategori Berkembang Sangat Baik nilai persentase sebanyak 13,33%, pada kategori

Berkembang Sesuai Harapan sebanyak 20%, kemudian pada ketegori Mulai Berkembang

sebanyak 26,67%, dan pada kategori Belum Berkembang sebanyak 40%. Artinya, jika

melihat pada persentase tiap-tiap aspek bahwa perkembangan tahap awal pada persentase

yang menonjol adalah kategori Belum Berkembang.

2. Hasil Pengamatan akhir

(6)

731

Berdasarkan tabel 2 rekapitulasi perkembangan akhir pada penelitian ini, dapat dilihat

nilai persentase aspek berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, menirukan gerakan

wudhu, dan menirukan gerakan shalat pada perkembangan minggu terakhir, untuk kategori

Berkembang Sangat Baik nilai persentase sebanyak 86,66%, pada kategori Berkembang

Sesuai Harapan sebanyak 6,67%, kemudian pada ketegori Mulai Berkembang sebanyak

6,67%, dan pada kategori Belum Berkembang sebanyak 0%. Artinya, jika melihat pada

persentase tiap-tiap aspek bahwa pengaruh metode demonstrasi dalam meningkatkan

penerapan nilai-nilai agama pada anak menunjukan peningkatan Berkembang Sangat Baik.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada anak di Kelompok B PAUD

Terpadu Harapan Mulia Palu, berikut ini gambaran dari masing-masing variabel dan

aspek-aspek yang diamati.

1. Penerapan Nilai-Nilai Agama

Nilai agama merupakan norma, kaidah atau peraturan hidup yang bersumber pada

keyakinan atau kepercayaan masing-masing individu kepada Tuhan. Ajaran agama tidak

hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, tapi juga mengatur hubungan sesama

manusia dengan lingkungan. Penerapan nilai-nilai agama, sangat erat kaitannya dengan

penanaman akhlak kepada anak yang dimulai sejak masa balita, bahkan semenjak anak

dalam kandungan, terutama bagi kedua orang tua. Pengembangan nilai-nilai agama

untuk anak TK, berkisar pada kegiatan kehidupan sehari-hari. Secara khusus penerapan

nilai-nilai keagamaan bagi anak TK adalah meletakkan dasar-dasar keimanan,

kepribadian atau budi pekerti yang terpuji, dan kebiasaan ibadah sesuai dengan

kemampuan anak. Pada dasarnya penerapan nilai-nilai agama pada anak dikelompok B

PAUD Terpadu Harapan Mulia Palu sudah cukup baik, tetapi setelah diterapkan metode

bdemonstrasi terjadi peningkatan terhadap sikap dan perilaku anak.

2. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi menurut Saifuddin Azwar, (1997:38), yaitu : “Proeses

belajar mengajar yang dilakukan guru atau orang lain yang khusus diminta atau anak

itu sendiri memperlihatkan suatu proses pada sejumlah anak di dalam kelas. Misalnya,

bagaimana proses pengambilan wudhu sebelum shalat, proses jalannya shalat dan

sebagainya. Metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan

(7)

732

media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang

disajikan”.

Penerapan metode demonstrasi pada anak kelompok B PAUD Terpadu Harapan

Mulia Palu, berdasarkan kemampuan yang diharapkan mencapai beberapa

pengembangan seperti anak dapat menunjukan sikap baik dan benar dalam berdoa,

dapat menirukan gerakan wudhu, dapat menirukan gerakan shalat dan dapat

memberikan pengetahuan atau informasi baru bagi anak setelah anak melihat proses

demonstrasi yang diberikan guru. Dalam mendemonstrasikan suatu proses atau

kejadian harus sesuai dengan tahap perkembangan anak dan memperhatikan dengan

baik langkah-langkah pelaksanaannya, agar lebih efektif, komunikatif, dan

menyenangkan bagi anak.

3. Pengaruh Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Penerapan Nilai-Nilai Agama

Anak didik pada usia TK masih sangat terbatas kemampuannya. Saat umur ini,

kepribadiannya mulai terbentuk dan ia sangat peka terhadap tindakan-tindakan orang di

sekelilingnya. Pendidikan agama diperlukan untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan

baik, misalnya berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, dan mengajarkan cara

beribadah yang biasa di terapkan dalam kehidupannya sehari-hari secara sederhana.

Salah satu faktor pendukung keberhasilan dalam pembelajaran adalah metode yang

sesuai dengan kondisi, usia dan kebutuhan belajar anak, serta lingkungan dimana anak

itu tinggal. keberhasilan belajar dapat diukur dari meningkatnya berbagai kemampuan,

seperti kemampuan anak dalam menerapakan nilai-nilai agama dalam kehidupan

sehari-hari.

Metode demonstrasi sangat berguna dalam penerapan nilai-nilai agama pada anak.

Hal ini dikarenakan melalui kegiatan mendemonstrasikan kegiatan yang berhubungan

dengan agama, seperti mendemonstrasikan gerakan berwudhu, dan gerakan shalat dapat

meningkatkan konsentrasi anak terhadap suatu objek yang sedang diperhatikan oleh

anak. Untuk mengetahui adanya pengaruh metode demonstrasi dalam meningkatkan

penerapan nilai-nilai agama pada anak di Kelompo B PAUD Terpadu Harapan Mulia

Palu, maka telah diperoleh hasil pengamatan. Ada tiga aspek yang diamati dalam

meningkatkan penerapan nilai-nilai agama dengan menggunakan metode demonstrasi,

(8)

733

1. Aspek Berdoa Sebelum dan Sesudah Melakukan Kegiatan

Doa adalah permohonan kepada Allah yang disertai kerendahan hati untuk

mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada disisinya. Berdoa

sebelum dan sesudah melakukan suatu kegiatan sangatlah penting agar apa yang kita

kerjakan diridohi oleh Allah. Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian

berlangsung, menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi sangat

berpengaruh terhadap penerapan nilai-nilai agama pada anak dalam aspek berdoa

sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Adapun do’a yang diajarkan pada anak yaitu, doa sebelum belajar dan sesudah belajar, Al-fatiha, kedua orang tua,

keselamatan dunia akhirat, doa sebelum dan sesudah makan. Pada pengamatan awal

dalam melakukan kegiatan berdoa masih terdapat banyak anak yang belum berdoa,

sikap anak dalam berdoa masih kurang baik karena masih ada anak pada saat berdoa

masih bercerita dengan temannya. Selanjutnya, setelah peneliti mengadakan kegiatan

metode demonstrasi, ternyata diperoleh hasil yang baik.

Selanjutnya penilaian aspek berdoa ini dilihat dari beberapa indikator yaitu, jika

anak dapat berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dengan sikap yang baik

dan benar, jika anak hanya dapat berdoa sebelum melakukan kegiatan dengan sikap

baik dan benar, jika anak dapat berdoa sebelum dan sedudah melakukan kegiatan tapi

masih dengan bantuan guru, dan jika anak tidak berdoa sebelum dan sesudah

melakukan kegiatan.

Adapun hasil observasi yang diperoleh pada 15 anak untuk minggu pertama

pada aspek berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan yaitu terdapat 2 anak

(13,33%) dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) dikarenakan anak sudah

memahami tentang bagaimana berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, ada

4 anak (26,67%) dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dikarenakan

anak anak sudah memahami sikap berdoa yang baik, namun masih ada anak yang

tidak mw berdoa karena perhatian anak tidak terfokus, dalam kategori Mulai

Berkembang (MB) terdapat 4 anak (26,67%) karena anak sudah mau berdoa ketika

diarahkan leh guru, dan 5 anak (33,33%) dalam kategori Belum Berkembang (BB)

dikarenakan perhatian anak yang kurang sehinggah tidak mau mendengar perintah

dari gurunya.

Melihat dari hasil observasi pada minggu pertama, pihak guru perlu

meningkatkan kembali metode demonstrasi penerapan nilai-nilai agama pada anak

(9)

734

selama enam minggu. Sehingga pada minggu keenam terjadi peningkatan pada

perilaku anak, yang masuk kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) terdapat 13 anak

(86,66%), dikarenakan anak sudah mulai memahami tentang cara berdoa yang baik

dan benar sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, terdapat 1 anak (6,67%) untuk

kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dalam kategori ini anak sudah

melakukan berdoa sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik namun

diakhir kegiatan masih ada anak yang tidak mengikuti kegiatan berdoa karna anak

tersebut tidak memperhatikan guru yang sedang memimpin doa didepan anak - anak ,

terdapat 1 anak (6,67%) untuk kategori Mulai Berkembang (MB) berdasarkan

kategori Mulai Berkembang masih ada anak yang juga tidak melakukan doa bersama

teman –temannya dikarenakan anak tersebut masih harus dibantu/dibimbing oleh guru

kelas , dan 0 anak (0%) untuk kategori Belum Berkembang (BB). Hal ini

membuktikan bahwa terjadi peningkatan pada sejumlah anak Di Kelompok B PAUD

Terpadu Harapan Mulia Palu.

2. Aspek Menirukan Gerakan Wudhu

Wudhu adalah mensucikan menggunakan air yang suci dan mensucikan dengan

cara, membaca bissmillah, kemudian membasuh kedua tangan sebanyak 3 kali secara

bergantian, berkumur-kumur sebanyak 3 kali, mencuci hidung sebanyak 3 kali,

membaca niat wudhu, lalu mebasuh muka sebanyak 3 kali, membasuh kedua tangan

hingga siku sebanyak 3 kali secara bergantian, membasuh ubun-ubun sebanyak 3 kali,

mencuci kedua telinga sebanyak 3 kali, membasuh leher bagian belakang sebanyak 3

kali, dan mencuci kedua kaki sebanyak 3 kali secara bergantian.

Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian berlangsung, menunjukkan

bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi sangat berpengaruh terhadap

penerapan nilai-nilai agama pada anak dalam aspek menirukan gerakan wudhu. Pada

pengamatan awal dalam melakukan kegiatan berwudhu masih terdapat banyak anak

yang belum dapat berwudhu. Selanjutnya, setelah peneliti mengadakan kegiatan

metode demonstrasi, ternyata diperoleh hasil yang baik.

Jika dilihat dari hasil observasi dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 15

anak pada aspek Menirukan Gerakan Wudhu pada minggu pertama hasil yang

didapatkan yang masuk kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) terdapat 2 anak

(13,33%) dikarenakan pada saat guru menjelaskan anak ini memperhatikan guru yang

(10)

735

dilakukan oleh guru, untuk kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 3 anak

(20%) yang memperlihatkan perilaku yang sesuai dengan harapan namun masih ada

gerakan berwudhu anak tersebut yang terlewatkan akan tetapi tetap ada keinginan dari

anak itu untuk dapat mengikuti gerkan berwudhu , untuk kategori Mulai Berkembang

4 anak (26,67%) dalam kategori ini anak ini memperlihatkan perkembangannya ingin

menirukan gerakan berwudhu namun masih dengan bimbingan gurunya , dan kategori

Belum Berkembang 6 anak (40%) berdasarkan kategori dapat dilihat masih ada

beberapa anak yang belum bisa menirukan gerakan berwudhu karna anak ini tidak

memperhatikan gurunya saat menirukan gerakan berwudhu.

Melihat dari hasil observasi pada minggun pertama masih kurang baik, sehingga

perlu dilakukan pengulangan beberapa kali dan setelah dilakukan pengulangan, pada

minggu keenam yang masuk kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) terdapat 13

anak (86,66%) yang sudah dapat menirukan gerakan berwudhu tahap demi tahap

dengan benar dan berurutan, yaitu 9 gerakan wudhu tanpa dibantu oleh guru, dan

karena anak juga telah terbiasa melakukan wudhu sebelum shalat bersama orang

tuanya, untuk kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) terdapat 1 anak (6,67%)

yang sudah dapat menirukan gerakan wudhu dengan benar dan berurutan, yaitu 6

gerakan wudhu, untuk kategori Mulai Berkembang (MB) terdapat 1 anak (6,67%),

yang sudah dapat melakukan kegiatan berwudhu namun gerakan berwudhu anak

tersebut masih ada yang belum terurut pada saat membasuh wajah anak ini tidak

berkumur terlebih dahulu sebelum membasuh wajahnya, dan untuk kategori Belum

Berkembang terdapat 0 anak (0%) anak. Dari hasil tersebut, dapat dilihat terjadi

peningkatan dari minggu pertama sampai minggu keenam dalam aspek menirukan

gerakan berwudhu.

3. Aspek Menirukan Gerakan Shalat

Secara umum kata shalat itu berasal dari kata dasar sholla-sholatan, yang berarti

doa atau permohonan berkah, doa dengan orientasi kebaikan (khatib, h.91). Maka

untuk menegaskannya sebagai suatu sistem ibadah khusus umumnya diberi tambahan

“al” didepannya menjadi ash-Sholah atau kita bahasakan menjadi shalat atau sembahyang. Dalam mengajarkan shalat pada anak Usia Dini dapat menggunakan

metode demonstrasi atau peragaan secara langsung tentang jalannya shalat atau

(11)

736

Dalam penelitian ini shalat yang diterapkan pada anak adalah shalat maghrib,

sebab pada umumnya anak usia dini sering kali melaksanakan shalat maghrib

dimasjid secar berjamaah di Masjid dilingkungan tempat tinggal mereka, dikarenakan

adanya kegiatan mengaji ba’da maghrib. Adapun urutan gerakan shalat yang diajarkan kepada anak usia dini yaitu :

1. Berdiri tegak menghadap kiblat.

2. Takbiratul ihram.

3. Kedua tangan disedekapkan pada dada.

4. Rukuk.

5. I’tidal.

6. Sujud.

7. Duduk diantara dua sujud.

8. Duduk tasyahud.

9. Salam.

Pada pengambilan data hasil observasi dalam menirukan gerakan shalat dengan

menggunakan metode demonstrasi pada minggu pertama dengan jumlah subyek

penelitian sebanyak 15 anak, diperoleh hasil yang masuk kategori Berkembang Sangat

Baik (BSB) terdapat 2 anak (13,33%) dikarenakan anak tersebut sudah dapat

menirukan gerakan shalat yang diterapkan oleh gurunya dan anak sudah terbiasa

melakukan shalat berjamaah bersama orang tuanya dirumah, untuk kategori

Berkembang Sesuai Harapan (BSH) terdapat 2 anak (13,33%) yang sudah dapat

menirukan gerakan shalat namun belum sempurna dikarenakan penerpan cara

berwudhu ini baru pertama kali dilakukan, untuk kategori Mulai Berkembang (MB)

terdapat 4 anak (26,67%) dalam kategori ini anak sudah dapat menirukan gerakan

shalat namun gerakannya masih kaku dan dibantu oleh gurunya, kategori Belum

Berkembang (BB) terdapat 7 anak (46,67%) dalam kategori ini anak tidak menirukan

gerakan shalat yang di didemonstrasikan oleh gurunya karena anak tersebut sibuk

dengan kegiatannya sendiri dan tidak memperhatikan gurunya.

Melihat dari hasil observasi pada minggu pertama masih kurang baik, sehingga

perlu dilakukan pengulangan beberapa kali dan setelah dilakukan pengulangan, pada

minggu keenam yang masuk kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) terdapat 13

anak (86,66%) karena anak sudah dapat menirukan gerakan shalat dengan baik dan

(12)

737

kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) terdapat 1 anak (6,67%) dikategori ini

anak tersebut sudah dapat menirukan gerakan shalat dengan baik dan berurutan, yaitu

6 gerakan shalat, untuk kategori Mulai Berkembang (MB) terdapat 1 anak (6,67%)

dikarenakan anak tersebut sudah dapat menirukan beberapa gerakan shalat namun ada

beberapa gerakan yang anak laukan tidak sesuai dengan urutan gerakan shalat yang

sebenarnya, seperti saat ingin melakukan gerakan rukuk anak tersebut langsung

melakukan gerakan sujud, dan untuk kategori Belum Berkembang (BB) terdapat 0

anak (0%). Melalui perolehan hasil tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan

pada anak dalam menirukan gerakan shalat melaui metode demonstrasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang termuat dalam bab sebelumnya

tentang pengaruh metode demonstrasi dalam meningkatkan penerapan nilai-nilai agama

pada anak di Kelompok B PAUD Terpadu Harapan Mulia Palu, dapat disimpulkan bahwa

ada pengaruh metode demonstrasi terhadap penerapan nilai-nilai agama pada anak. Hal ini

dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan melalui tiga aspek, berdoa sebelum dan sesudah

melakukan kegiatan, menirukan gerakan wudhu, dan menirukan gerakan shalat. Oleh

karena itu,ada peningkatan yang sangat baik terhadap anak dalam penerapan nilai-nilai

agama dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun beberapa saran dalam penelitian ini, yaitu:

1) Dalam kegiatan pembelajaran PAUD, penerapan nilai-nilai agama sangat penting di

PAUD.

2) Bagi Guru, mengingat pentingnya penerapan nilai-nilai agama bagi anak usia dini maka

dengan menggunakan metode demonstrasi dapat dijadikan salah satu metode alternatif

dalam menerapkan nilai-nilai agama pada anak.

3) Bagi Orang tua, dapat dijadikan suatu motivasi agar lebih meningkatkan penerapan

nilai-nilai agama anak dirumah.

4) Bagi Anak, dengan mengguanakan metode demonstrasi anak lebuh mudah memahami

apa yang diajarkan oleg gurunya.

5) Bagi peneliti lain, untuk menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan atau

(13)

738 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: PT Bina Aksara.

Azwar, Saifuddin. (1997). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Darajad, Zakiyah. (1992). Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Femi Widyawati. (2010). Penerapan Pembiasaan Untuk Meningkatkan Internalisasi Nilai-nilai Agama Pada Anak Kelompok B6 Di TK AISYIYAH I Palu Timur. Skripsi (tidak diterbitkan). Palu: FKIP Universitas Tadulako.

PG-PAUD. blogspot. com. Pengembangan moral dan nilai-nilai. (Online), http://PG-PAUD.blogspot.com/2011/03/pengembangan-moral-dan-nilai-nilai.html. (diakses 15 februari 2013).

PUSKUR. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi Pada Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Gambar

Tabel 2 Rekapitulasi Minggu Keenam Pengaruh Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Penerapan Nilai-Nilai Agama

Referensi

Dokumen terkait

Umumnya rumah susun yang dimiliki oleh orang asing adalah rumah. susun yang tergolong sebagai rumah susun mewah / condominium

karya sastra tradisional Bali yang dibangun oleh pupuh-pupuh dalam bentuk variatif sehingga ini dapat dilihat dari struktur forma dan struktur naratif.. Pada

Pengetahuan Peserta didik menunjukkan pemahaman materi yang sangat baik dalam tahapan pengamatan Peserta didik menunjukkan pemahaman materi yang baik dalam tahapan

profesional guru menjadi sangat penting, sebab bagaimanapun bagusnya suatu kurikulum tanpa di dukung oleh guru yang memiliki kompetensi dan sikap profesional yang baik

Many academicians are asking the following question: “Are we ill-preparing our business students if we fail to offer future business professionals the opportunity to engage in a

Beberapa hal yang diduga menjadi penyebab lebih kecilnya kontribusi keterampilan berpikir kritis terhadap hasil belajar IPA pada siswa yang mengikuti model

[r]

Bentuk motif animal dapat dibuat berdasarkan berbagai jenis binatang, misalnya burung, gajah, cicak, ikan, dan ayam. Dalam membuat ragam hias, motif hias animal bisa digabung