• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KINERJA DPRD PROVINSI SULAWESI UTARA DALAM FUNGSI LEGISLASI PADA TAHUN 2011-2012 | Bilote | JURNAL EKSEKUTIF 2324 4240 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI KINERJA DPRD PROVINSI SULAWESI UTARA DALAM FUNGSI LEGISLASI PADA TAHUN 2011-2012 | Bilote | JURNAL EKSEKUTIF 2324 4240 1 SM"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KINERJA DPRD PROVINSI SULAWESI UTARA DALAM FUNGSI LEGISLASI PADA TAHUN 2011-2012

Oleh :

Donly Noferling Bilote

RINGKASAN

Fungsi legislasi adalah proses pengakomodasian kepentingan para pihak pemangku kegiatan untuk menentukan bagaimana pembangunan di daerah akan dilaksanakan. Fungsi legislasi dapat merubah karakter dan profil didaerah dengan adanya peraturan daerah itu. Peraturan daerah merupakan komitmen pemangku kekuasaan didaerah yang memiliki kekuatan. Fungsi legislasi dibutuhkan untuk mewujudkan masyarakat yang diinginkan dan kehidupan social dalam masyarakat. Untuk melaksanakan fungsi legislasi, Dewan PerwakilanRakyat Daerah diberi bermacam-macam hak yang salah satunya menurut Pasal 44 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ialah hak mengajukan rancangan peraturan daerah dan hak mengadakan perubahan atas Ranperda atau implementasi dari fungsi legislasi harus ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah.

Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara merupakan representasi masyarakat Sulawesi Utara, sebagai insan politik, anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara dituntut untuk menguasai secara teknis materi dan bahasa hukum dalam peraturan daerah, karena hal tersebut merupakan salah satu hal penting dalam melaksanakan fungsi legislasi namun faktanya sebagian personil DPRD Provinsi Sulawesi Utara tidak memilki kemampuan itu sehingga sering terjadi perdebatan berkepanjangan tentang sesuatu hal yang mereka kurang mengerti substansinya, sehingga menghabiskan waktu tanpa dapat menyelesaikannya dengan baik tugas dan fungsi mereka sebagai wakil rakyat.

Kata Kunci : Fungsi Legislasi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Provinsi Sulawesi Utara.

ABSTRACT

(2)

The members of Regional Parliaments of North Sulawesi is the North Sulawesi s community representation, as the man of policy, Regional Parliaments of North Sulawesi members technically required to master the material and legal league in term of local regulations, because it is one of important issues in implementing the legislative function, but the fact s most personnel of Regional Parliaments of North Sulawesi haven t that power, so often occurs long debate about something they less understood its substance, so they wasted the time without completing their tasks and functions properly as the representatives people. Keyword: Legislative Function, Regional Parliaments, North Sulawesi.

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, hal ini terlihat dari pemberian kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah atau dengan kata lain daerah diberi keleluasaan untuk mengurus sendiri urusan pemerintahannya. Sebagaimana dinyatakan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Hal ini sesuai dengan amanat Pasal dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pelaksanaan sistem pemerintah daerah ini selain diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga diatur secara tegas dan jelas dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Dengan dibentuknya Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah ini diharapkan dapat mengarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, dan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-Undang ini di samping mengatur satuan daerah otonom juga mengatur satuan pemerintahan administratif. Untuk melaksanakan Pemerintahan secara efektif dan efisien, maka setiap daerah diberi hak otonomi.

(3)

mencapai tujuan Negara. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, otonomi yang diberikan secara luas berada pada Daerah Kabupaten/Kota. Dengan maksud asas desentralisasi yang diberikan secara penuh dapat diterapkan pada Daerah Kabupaten dan Kota, sedangkan Daerah Provinsi diterapkan secara terbatas. Berdasarkan Bab V Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pasal 19 ayat (2) menyatakan: Penyelenggara Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dapat diambil suatu makna pemisahan Pemerintahan Daerah (Eksekutif) dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Legislatif) adalah untuk memberdayakan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah dan meningkatkan

pertanggungjawaban pemerintahan kepada rakyat.

Sebagai Legislatif Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mempunyai fungsi sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 41 menyebutkan bahwa : DPRD memiliki fungsi yaitu: Fungsi Legislasi, Fungsi Pengawasan, dan Fungsi

Anggaran. Untuk melaksanakan fungsi tersebut, maka DPRD dilengkapi dengan Tugas, Wewenang, Kewajiban dan Hak. Salah satu fungsi DPRD yang sangat penting dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi luas di Daerah adalah Fungsi Legislasi. Fungsi Legislasi adalah Proses pengakomodasi kepentingan para pihak pemangku kegiatan untuk menentukan bagaimana pembangunan di daerah akan dilaksanakan. Fungsi Legislasi dapat merubah karakter dan profil didaerah dengan adanya peraturan daerah itu. Peraturan daerah merupakan komitmen pemangku kekuasaan didaerah yang memiliki kekuatan. Fungsi Legislasi dibutuhkan untuk mewujudkan masyarakat yang diinginkan dan kehidupan social dalam masyarakat. Untuk melaksanakan Fungsi Legislasi DPRD diberi bermacam-macam hak yang salah satunya menurut Pasal 44 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ialah hak mengajukan rancangan peraturan daerah dan hak mengadakan perubahan atas Ranperda atau implementasi dari fungsi legislasi harus ditindak lanjuti dengan Peraturan Daerah.

(4)

berbagai kelompok partai yang ada di dalamnya sangat mewarnai pencapaian kepentingan dan hal ini diakibatkan oleh hubungan simbiosis antara eksekutif yang dipimpin oleh kepala daerah yang berasal dari partai tertentu, dengan anggota DPRD. Seringkali Perda dibuat hanya untuk vest interest dari kelompok tertentu sehingga peraturan daerah yang dihasilkan berifat diskriminatif dan hanya mengakomodir kepentingan kelompok tersebut.

Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara merupakan representasi masyarakat Sulawesi Utara, sebagai insan politik, anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara dituntut untuk menguasai secara teknis materi dan bahasa hukum dalam peraturan daerah, karena hal tersebut merupakan salah satu hal penting dalam melaksanakan fungsi legislasi namun faktanya sebagian personil DPRD Provinsi Sulawesi Utara tidak memilki kemampuan itu sehingga sering terjadi perdebatan berkepanjangan tentang sesuatu hal yang mereka kurang mengerti substansinya, sehingga menghabiskan waktu tanpa dapat menyelesaikannya dengan baik tugas dan fungsi mereka sebagai wakil rakyat. Hal ini memberi dampak negatif pada produk peraturan daerah yang di bahas, bahkan lebih diperparah lagi pada Tahun

2012 tidak ada prolegda prakarsa DPRD Provinsi Sulawesi Utara yang ditetapka sebagai peraturan daerah Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini diakibatkan oleh minimnya kesadaran akan tugas, fungsi dan beban moral pada masyarakat yang telah memilih mereka sebagai wakil rakyat.

2. Tujuan

Untuk mengevaluasi kinerja anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara dalam melaksanakan fungsi legislasi pada tahun 2011-2012 dan untuk mengetahui secara pasti kendala apa saja yang sering terjadi dalam pelaksanaan fungsi legislasi Tahun 2011-2012 oleh DPRD Provinsi Sulawesi Utara.

3. Tinjauan Pustaka a. Konsep Evaluasi

(5)

keputusan, Kirk Patrik mendefinisikan evaluasi sebagai kegiatan untuk menentukan tingkat efektivitas suatu program.

b. Konsep Kinerja

Pengertian kinerja menurut Sulistiyani (2003:223), kinerja merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Sedangkan menurut Bernardin dan Russel dalam Sulistiyani (2003,223-224) menyatakan bahwa kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

c. Konsep Fungsi Legislasi

Woodrow Wilson (dalam Asahiddiqie, 2006) mengemukakan bahwa legislation is an aggregate, not a simple production. Namun sebelumnya Jeremy Bentham dan John Austin memberikan konsep legislasi sebagai any form of law- making . Karenanya bentuk peraturan yang ditetapkan oleh lembaga legislatif untuk maksud mengikat umum dapat dikaitkan dengan pengertian enacted law , statute , atau undang-undang dalam arti luas. Dalam pengertian itu, fungsi legislasi merupakan sfungsi dalam pembentukan perundang-undangan, lebih lanjut Jimmly Assiddiqie (2006: 34),

mengemukakan bahwa fungsi legislasi menyangkut empat bentuk kegiatan, yaitu : - Prakarsa pembuatan undang- undang

(legislative initiation)

- Pembahasan rancangan undang-undang (law making process);

- Persetujuan atas pengesahan rancangan undang-undang (law enactment approval); - Pemberian persetujuan pengikatan atau ratifikasi atas perjanjian atau persetujuan international dan dokumen-dokumen hukum yang mengikat lainnya.

Berkaitan dengan parameter di atas Menurut Legowo (2006: 92), terdapat ada tiga indikator yang menentukan fungsi legislasi dalam sistem pemerintahan parlementer sebagai sberikut:

- Kepala eksekutif dan anggota kabinetnya menginisiasi setiap legislasi yang berpengaruh terhadap anggaran ataupun pengeluaran negara;

- Hanya terdapat sedikit komisi permanen dengan dukungan sedikit staf profesional untuk membantu merancang dan menilai kembali legislasi;

(6)

terjadi garis damarkasi antara eksekutif yang mengimplementasikan dan legislatif yang merumuskan kebijakan normatif itu

PEMBAHASAN

Pelaksanaan fungsi legislasi merupakan salah satu fungsi sentral Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Sebagai Legislatif Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mempunyai fungsi sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 41 menyebutkan bahwa : DPRD memiliki fungsi yaitu: Fungsi Legislasi, Fungsi Pengawasan, dan Fungsi Anggaran. Untuk melaksanakan fungsi tersebut, maka DPRD dilengkapi dengan Tugas, Wewenang, Kewajiban dan Hak. Salah satu fungsi DPRD yang sangat penting dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi luas di Daerah adalah Fungsi Legislasi. Fungsi Legislasi adalah Proses pengakomodasi kepentingan para pihak pemangku kegiatan untuk menentukan bagaimana pembangunan di daerah akan dilaksanakan. Fungsi Legislasi dapat merubah karakter dan profil didaerah dengan adanya peraturan daerah itu. Peraturan daerah merupakan komitmen pemangku kekuasaan didaerah yang memiliki kekuatan. Fungsi Legislasi dibutuhkan untuk mewujudkan

masyarakat yang diinginkan dan kehidupan social dalam masyarakat. Untuk melaksanakan Fungsi Legislasi DPRD diberi bermacam-macam hak yang salah satunya menurut Pasal 44 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ialah hak mengajukan rancangan peraturan daerah dan hak mengadakan perubahan atas Ranperda atau implementasi dari fungsi legislasi harus ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah.

(7)

yang terdiri dari rencana perda pedoman penyusunan Prolegda Provinsi Sulawesi Utara, pembentukan peraturan daerah Provinsi Sulawesi Utara, perubahan Perda No 18 Tahun 2000 tentang Penanggulangan Mabuk Akibat Meminum Minuman Keras Berlebihan di Provinsi Sulut, Perlindungan dan Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan Perlindungan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja Buruh.

Sementara pada tahun 2012, Menurut Drs. Idrus Mokodompit bahwa rencana peraturan daerah yang di susun pada tahun 2012 oleh DPRD Provinsi Sulawesi Utara berjumlah sebelas (11) rencana peraturan daerah yang terdiri dari; rencana Perda Pembuatan Peraturan Daerah, Perlindungan dan Pemberdayaan Koperasi, Usaha Kecil, Usaha Mikro, dan Menengah, Pemberdayaan Tenaga Kerja, Larangan Merokok Ditempat Umum, Kebebasan Informasi Publik, Pelayanan Kesehatan Masyarakat, perubahan Perda No. 18 tahun 2000 tentang Penanggulangan Mabuk Akibat Meminum Minuman Keras Berlebihan, perubahan Perda No. 38 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Pesisir Berbasis Masyarakat, perubahan Perda No 9 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Barang Daerah, dan rencana peubahan Perda No. 1 tahun 1977 tentang Pemberian Tanda

Penghargaan bagi Mereka yang Berjasa pada Pemerintah dan Rakyat Provinsi Daerah Tingkat 1 Sulawesi Utara.

PENUTUP a. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa: Pada Tahun 2011-2012 pelaksanaan fungsi legislasi DPRD Provinsi Sulawesi Utara berfokus pada penyusunan instrumen rencanaan peraturan daerah, sehingga pada tahun 2011-2012 tidak ada Rancangan Peraturan Daerah inisiatif DPRD Provinsi Sulawesi Utara yang ditetapkan sebagai peraturan daerah..

b. Saran

Dari uraian kesimpulan diatas, maka saran saya:

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, J. 2005. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II, Konpres: Jakarta. Asshiddiqie, J. 2005. Lembaga Negara &

Sengketa Lembaga Negara. Konsorsium Reformasi Hukum Nasional: Jakarta.

Hadi, S. 2004.Metodologi Reseach (Jilid II). Andi: Yogyakarta.

Huda, N. 2005. Negara Hukum, Demokrasi & Judicial Review. UII Press: Yogyakarta.

Moleong, J. L. 2006. Metodologi Penelitian Kusalitatif. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Noor, I. H. 2011. Politik Otonomi Daerah. Rineka Cipta: Jakarta.

Pasolog, H. 2011. Teori Administarsi Publik. ALFABETA: Bandung.

Sadu, W. 2002. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Alqa: Bandung. Sadu, W.,dkk. 2009. Meningkatkan Kinerja

DPRD. Fokusmedia: Bandung.

Sarudajang, S. H. 2005. Birokrasi Dalam Otonomi Daerah, Kata Hasta Pustaka: Jakarta.

Soehino. 2006. Hukum Tata Negara Teknik Perundang-Undangan. BPFE: Yogyakarta.

Soekanto, S. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia: Jakarta. Sunarno,S. 2009. Hukum Pemerintahan

Daerah di Indonesia. Sinar Grafika: Jakarta.

Syafiie, I. K.1993. Sistem Pemerintahan Indonesia. Rineka Cipta: Jakarta.

Wirjosoegito, S. 2004. Proses & Perencanaan Peraturan Perundang-Undangan. Ghalia Indonesia: Jakarta. Widjaja, H. A. W. 2002. Daerah Otonomi

dan Otonomi Daerah. PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta.

(9)

Aparatur Pemda dan Anggota DPRD. Grid Publishing: Jakarta.

Literatur Tambahan:

Keputusan DPRD Provinsi Sulawesi Utara Nomor 5 tahun 2012 tentang Program Legislasi Daerah Tahun 2012.

Kamus Ilmiah Populer, Karya Utama: Jakarta. 2002

Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Utara Nomor 2A tahun 2011 tentang Program Legislasi Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

Sumber lain: www.geogle.com, www.wikipedia.com.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Undang-Undang No 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Perundang-Undangan. Undang-Undang No 11 tahun 2012 tentang

Pembentukan Perundang-Undangan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Pemberdayaan Guru-guru Sekolah Dasar dengan Metode Pembelajaran Kreatif dalam Proses Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Wilayah Kecamatan Gunungpati

Pada masa t ersebut tata hukum yang berlaku adalah tata hukum yang terdiri dari per aturan-peraturan yang dinyatakan berlaku pada masa 1945-1949 dan pro duk peraturan baru

Proporsi terbesar dari responden yang mempunyai nilai kualitas hidup buruk adalah responden yang berjenis stroke non hemoragik yaitu sebesar 52,6%..

Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh gambaran pembinaan akhlak peserta didik melalui Boarding School dalam beberapa kategori yaitu 4 orang peserta didik berada pada kategori

pada >HCG atasan yang memberhentikan pega9ainya berdasarkan status atau prasangka status HIV merekaG atau ke.uarga atau masyarakat yang meno.ak mereka yang hidup atau

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan kualitas media berdasarkan penilaian dosen ahli materi, dosen ahli media, guru mata pelajaran matematika, dan respon siswa

Variasi jawaban responden dalam mengisi kuesioner variabel kualitas kehidupan kerja (X) dan kepuasan kerja (Y) terdapat beberapa jawaban dari yang kurang setuju

Cuci alat penyaring yang akan dipakai dengan pelarut, keringkan dalam oven pada suhu 103°C selama 30 menit, dinginkan dalam desikator selama 15 menit, timbang.. Tambahkan 50 ml