• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREFERENSI MASYARAKAT PADA KOMODITAS ELEKTRONIKA ASAL CINA PASCA PEMBERLAKUAN CAFTA 2010 | Priyono | JESP: Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan 1270 3548 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PREFERENSI MASYARAKAT PADA KOMODITAS ELEKTRONIKA ASAL CINA PASCA PEMBERLAKUAN CAFTA 2010 | Priyono | JESP: Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan 1270 3548 1 SM"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, April 2011, hlm.13-26

PREFERENSI MASYARAKAT PADA KOMODITAS ELEKTRONIKA

ASAL CINA PASCA PEMBERLAKUAN CAFTA 2010

Rakhmat Priyono

Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Jalan H.R. Boenyamin Purwokerto 53115

E-mail: priyonorakhmat@gmail.com

Abstract: This study examined the ability of domestic consumption in household electronic equipment identified as China's commodity. Focus on the demand sides, this research exam-ined preference of Purwokerto society to the China product. Generally, the society had well ability to differ between China products and non-China products. They were not skeptic to choose China products if its substitute product was not acquired at market sold. On society opinion, the China products had potential threat to sustainability of local and domestic prod-uct. On preference term, higher level preference of China product than non-China product included to telecommunication and audio/video electronic products. The other way, the society gave lower preferences to China product included computer and its peripherals, and kitchen or household electronic products.

Keywords: domestic consumption, commodities from China, community preferences, product competitiveness

Abstrak: Riset ini meneliti kemampuan konsumsi domestik terhadap peralatan elektronik ru-mah tangga dari negeri Cina. Fokus penelitian ini pada sisi permintaan dan menguji preferen-si Purwokerto masyarakat terhadap produk Cina. Pada umumnya, masyarakat bisa membe-dakan antara produk Cina dan produk non-Cina. Mereka tidak ragu memilih produk Cina jika produk penggantinya yang tidak diperoleh di pasaran. Menurut penilaian masyarakat, produk Cina memiliki potensi ancaman terhadap kelangsungan produk lokal dan domestik. Dalam kaitannya dengan preferensi, tingkat preferensi produk Cina yang lebih tinggi dibandingkan produk non-Cina terutama untuk produk telekomunikasi dan audio/video elektronik. Semen-tara itu, masyarakat memberikan preferensi yang lebih rendah terhadap produk Cina termasuk produk komputer dan peripheral, dan produk peralatan dapur atau elektronik rumah tangga.

Kata kunci: konsumsi domestik, komoditas asal Cina, preferensi masyarakat, daya saing pro-duk

PENDAHULUAN

Pada tahun 2010 telah disepakati perdagangan bebas antarwilayah Asia Tenggara dengan melibatkan Cina. Jika ditilik dari hasil rekam CGI (Global Competitiveness Index) untuk daya saing tahun 2008, Cina merupakan negara industri baru yang memiliki potensi sebagai ancaman bagi negara lain. Hanya dalam perio-de 1 tahun saja (2007 sampai 2008), daya saing Cina meningkat 4 tingkat dari peringkat 34 menjadi 30. Negara ini juga terlihat lebih

mam-pu untuk bersaing dibandingkan dengan nega-ra ASEAN.

Pada data GCI, posisi Indonesia masih lebih baik daripada daya saing Vietnam mau-pun Filipina. Meskimau-pun demikian jika diban-dingkan dengan negara di kawasan Asia Teng-gara lainnya maupun kawasan Asia Timur, Indonesia terlihat jauh tertinggal. Singapura, Jepang, Korea Selatan, Cina, Malaysia, dan Bru-nei Darussalam menempati posisi kemampuan daya saing yang dekat dengan negara industri barat.

(2)

kekuatan ekonomi Cina yang besar juga turut mendorong ekspansi yang lebih besar ke negara lain. Dari ukuran Produk Domestik Bruto ber-dasar Purchasing Power Parity, PDB Cina telah melebihi kekuatan PDB Jepang. Pada tahun 2007, PDB PPP Cina berada pada posisi ke dua setelah Amerika sementara Jepang di posisi ketiga. Hal ini mengindikasikan peta kekuatan ekonomi dunia telah bergeser (KADIN, 2009).

Perkembangan perekonomian Cina yang sangat pesat telah mendapat perhatian seluruh negara di dunia, baik itu sebagai ancaman mau-pun membuka munculnya peluang yang baru (Departemen Perdagangan, 2005). Produk Cina telah dikenal lama di dunia untuk berbagai produk spesifik, tetapi dengan masuknya Cina pada pasar bebas dunia dapat menjadi ancam-an karena akancam-an mengindikasikancam-an semakin mudahnya produk Cina masuk ke pasar domestik. Terlebih dengan pertumbuhan ma-nufakturnya yang pesat, produk Cina semakin variatif dengan hasil produk yang bercitra tek-nologi tinggi. Tekanan produk Cina menim-bulkan kekhawatiran tersendiri pada eksistensi produk domestik di pasar dalam negeri mau-pun luar negeri.

Demikian pula Cina dianggap sebagai an-caman karena komoditas-komoditas ekspornya yang makin berkualitas dan harganya relatif murah. Murahnya produk Cina tidak hanya karena biaya input (terutama upah tenaga kerja) yang rendah, namun Cina juga member-lakukan nilai tukar yang tetap rendah ( under-valuation of Yuan) terhadap mata uang dolar AS. Selain itu, pemberlakuan tax duty juga merupa-kan salah satu faktor penyebab rendahnya harga produk-produk ekspor Cina.

Di sisi lain, produk Cina juga dapat mem-berikan gambaran adanya peluang bagi perusa-haan domestik. Hal ini setidaknya terungkap dari Working Group on Economic Cooperation (2001) di mana Free Trade Area ASEAN–Cina diperkirakan dapat memberi keuntungan bagi kedua belah pihak. Ekspor ASEAN ke Cina akan meningkat sebesar 48 persen dan ekspor Cina ke ASEAN akan meningkat 55,1 persen. GDP riil ASEAN diperkirakan bertambah sebe-sar US$5,4 miliar (0,9 persen) dan GDP riil Cina akan meningkat sebesar US$2,2 miliar (0,3 persen). Kenaikan GDP anggota ASEAN

terbe-sar akan dinikmati oleh Vietnam (2,15 persen), sedangkan Indonesia (1,12 persen) sedikit lebih rendah dari Malaysia (1,17 persen) (KADIN, 2009).

Sekalipun sebuah negara akan mendapat-kan manfaat positif dari perdagangan interna-sional, namun mungkin saja hal ini akan mem-beri dampak tidak menguntungkan bagi bebe-rapa kelompok masyarakat dalam satu negara. Hal ini terjadi jika perdagangan internasional memberikan pengaruh yang besar dalam distri-busi pendapatan.

Satu sisi yang perlu diungkap adalah bah-wa dampak liberalisasi perdagangan tidak ha-nya berpengaruh terhadap produksi, namun juga dapat terjadi pada perubahan konsumsi. Pada banyak negara termasuk Indonesia, libe-ralisasi perdagangan telah mempengaruhi pola konsumsi masyarakat termasuk dalam menyi-kapi produk impor.

Pada umumnya riset mengenai ketahanan suatu produk domestik dilihat dari sisi pro-dusen. Dalam hal ini jika proses produksi per-usahaan domestik tidak mampu menghasilkan produk dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi dari produk impor, maka hasil produk domestik tersebut tidak akan mampu bersaing di pasar domestik. Demikian pula, jika proses produksi perusahaan domestik untuk tujuan ekspor lebih rendah efisiensinya dibandingkan dengan perusahaan berlokasi di negara lain maka pasar perusahaan domestik tersebut akan memiliki daya saing yang rendah di pasar global. Dengan demikian bagaimana pengukur-an kemampupengukur-an produk untuk tetap eksis dapat dilihat dari sisi produsen dengan memperhi-tungkan efisiensi proses produksinya.

(3)

preferensi permintaan masyarakat pada produk domestik.

Terkait dengan berlakunya CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) pada 2010 ini, peneli-tian ini akan menggali bagaimana kemampuan daya tahan produk lokal akibat semakin banyaknya produk Cina yang masuk ke pasar domestik. Penelitian ini berfokus pada sisi per-mintaan masyarakat domestik dengan studi kasus yang spesifik di satu kota, yaitu Purwo-kerto. Penelitian ini penting dilakukan meng-ingat munculnya kekhawatiran bahwa masya-rakat akan beralih ke produk Cina yang lebih variatif dengan harga lebih murah. Jika pre-ferensi masyarakat telah beralih maka akan mematikan produk lokal dan imbasnya pada jatuhnya sektor ekonomi lokal.

Dari penjelasan tersebut, penelitian menge-nai preferensi masyarakat Purwokerto ini ber-tujuan untuk: (1) Mengetahui preferensi masya-rakat Purwokerto pada produk tahan lama bu-kan asal Cina dengan produk impor asal Cina sebagai substitusinya. (2) Mengetahui variabel apa saja yang memberikan pengaruh penting pada konsumsi dan preferensi masyarakat di Purwokerto pada produk tahan lama asal Cina.

METODE PENELITIAN

Materi Data dan Metode Pengumpulannya

Kajian analisis konsumsi produk Cina pada Masyarakat Purwokerto ini akan mengguna-kan data primer. Data ini diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan responden. Metode pengumpulannya dilakukan dengan stratifikasi antarwaktu dan antarruang. Pada pola antarwaktu, pengambilan data dilakukan selama periode 2 bulan. Harapannya adalah akan dapat diketahui perkembangan respons dari narasumber. Setiap bulan dilakukan survei terhadap 100 orang responden. Dengan de-mikian sampel data penelitian ini akan diper-oleh sebanyak 200 sampel responden yang ber-beda. Pada pola antarruang, data dikumpulkan berdasar basis 4 kecamatan di wilayah perkota-an Purwokerto. Jumlah sampel per kecamatperkota-an adalah sebanyak 25 responden.

Sampel sebanyak 100 orang per bulan merujuk pada penelitian Kantor Bank Indonesia

Purwokerto dalam penghitungan Indeks Keya-kinan Konsumsi (IKK) di wilayah Purwokerto (Kantor Bank Indonesia Purwokerto, 2005-2010). Asumsi yang digunakan adalah jumlah sampel ini sudah cukup mampu untuk membe-rikan pembedaan karakteristik antarkonsumen Purwokerto.

Penghitungan Preferensi Konsumen

Preferensi konsumen menunjukkan perilaku konsumen untuk memilih apakah suatu produk perlu atau penting untuk dikonsumsi atau tidak. Pada penelitian ini untuk mengetahui nilai preferensi konsumen digunakan ukuran nilai semantic differential di mana dengan ukur-an ini nilai data yukur-ang sifatnya ordinal dikonver-si menjadi kardinal. Nilai dari variabel dummy atau skala [0;1] diasumsikan sudah cukup me-madai untuk mengukur nilai preferensi konsu-men.

Produk elektronika asal Cina didefinisikan sebagai produk yang teridentifikasi sebagai produk dengan merek Cina, bukan produk hasil Foreign Domestic Investment (FDI) dari negara lain ke Cina. Pada penelitian ini, produk Cina yang dianalisis meliputi 5 jenis komoditas elektronika, yaitu: (1) Elektronika jenis audio video (televisi, radio, parabola, satellite receiver, home stereo, walkman, karaoke, headset, dan sejenisnya). (2) Elektronika jenis telekomunikasi termasuk telematika (hand phone, pager, walky-talky, dan sejenisnya). (3) Elektronika jenis kom-puter (desktop, notebook, netbook, i-pad, printer, scanner, kalkulator, dan perangkat komputer sejenisnya). (4) Elektronika jenis alat dapur ru-mah tangga (kulkas, blender, microwave, coffee-maker, dan peralatan dapur elektronik lainnya). (5) Elektronika jenis lainnya (AC, jam dinding/ meja, dan electronic home appliance lainnya)

Variabel yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen

(4)

Wilkie (1994:121) menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen seca-ra umum antaseca-ra lain:

Harga. Harga merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan. Penentuan har-ga ini seharusnya didasarkan pada “the price that customer willing to pay”, bukan lagi berda-sarkan fullcost suatu produk.

Pendapatan. Semakin tinggi pendapatan seseorang akan semakin respek pada barang mewah dan sebaliknya semakin menjauh dari barang-barang inferior.

Citra Kepuasan Pelanggan. Pencitraan ini bisa didapatkan dari mulut ke mulut atau dila-kukan dengan promosi produk. Pencitraan sangat erat kaitannya dengan brand positioning suatu produk.

Kegunaan atau manfaat. Manfaat dari suatu produk merupakan tujuan dari dibelinya pro-duk tersebut. Akan tetapi, manfaat tidak hanya sebatas kemampuan dasar produk saja, akan tetapi bisa mencakup tujuan terselubung dari dibelinya produk itu, misalkan suatu produk dibeli hanya karena mengikuti trend yang ada.

Pelayanan kepada pelanggan. Pelayanan ini meliputi pada saat pembelian sampai pasca-pembelian. Pelayanan yang baik akan ber-banding lurus dengan peningkatan citra merek.

Kelas sosial. Pada dasarnya masyarakat memiliki kelas sosial. Kelas sosial adalah pem-bagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan anggotanya menganut nilai, minat, dan perila-ku yang serupa. Kelas sosial tidak hanya men-cerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan, dan tempat tinggal.

Keputusan pembelian konsumen juga dipe-ngaruhi oleh karakteristik pribadi atau individu. Ka-rakteristik tersebut meliputi usia dan siklus hidup, pekerjaan dan keadaan ekonomi, kepri-badian, gaya hidup dan konsep diri. Usia dan tahapan siklus hidup konsumen mempunyai pengaruh penting terhadap perilaku konsu-men. Seberapa usia konsumen biasanya menun-jukkan produk apa yang menarik baginya untuk dibeli.

Faktor Psikologis. Pilihan pembelian kon-sumen dipengaruhi oleh empat faktor psikologi utama yaitu: motivasi, persepsi, pembelajaran,

serta keyakinan dan pendirian. Konsumen me-miliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu dan beberapa kebutuhan bersifat biogenis. Kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biolo-gis seperti lapar, haus, dan tidak nyaman. Ke-butuhan lain dapat bersifat psikogenis. Kebu-tuhan ini muncul dari tekanan psikologis seper-ti kebutuhan akan pengakuan dan pengharga-an. Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga mencapai tingkat intensitas yang memadai. Jadi, motif adalah kebutuhan yang mendorong seseorang untuk bertindak.

Sesuai dengan pendekatan Kotler tersebut, preferensi konsumen dipengaruhi oleh 8 bel tak tergantung. Pada penelitian ini, 8 varia-bel tersebut seluruhnya dipergunakan untuk mendeteksi pengaruhnya pada preferensi kon-sumsi produk Cina. Pengukuran variabel-varia-bel tersebut sebagai berikut:

1. Harga barang. Pertanyaan yang disam-paikan adalah: “Bagaimana pendapat konsu-men harga produk Cina?” Responden diminta untuk memberikan jawaban dari kategori 1 yang mewakili “sangat murah” sampai nilai 10 untuk kategori “sangat mahal”. Nilai pada ukuran ini adalah aplikasi besaran semantic differential, di mana besaran nilai dapat dibeda-bedakan untuk melihat perbedaan perilaku antarobyek penelitian (responden). Skala nilai absolut antara 1 sampai 10 ditentukan dengan tujuan untuk menangkap pilihan nilai yang tidak memunculkan definisi ragu-ragu atau mendua (umbiguity) karena tidak ada besaran nilai tengahnya. Nilai 5 menunjukkan respon-den memilih “sedikit atau cenderung murah” dan nilai 6 menunjukkan responden memilih “sedikit atau cenderung mahal”. Karena penen-tuan nilai minimum 5 dan 6 ini, tidak terdapat ruang bagi responden untuk memilih nilai pertengahan yang menyatakan pendapat yang ragu-ragu.

(5)

respon-den respon-dengan pengeluaran di atas Rp5 juta per bulan.

3. Citra produk. Kepuasan pelanggan atas citra produk Cina diidentikkan dengan perta-nyaan pada responden sebagai berikut: “bagai-mana kepuasan anda ketika/jika menggunakan produk asal Cina?” Kategori jawaban respon-den adalah didasarkan pada metode semantic differential dengan memberikan jawaban dari kategori 1 yang mewakili “sangat tidak puas” sampai nilai 10 untuk kategori “sangat puas”. Penjelasan kategori jawaban ini identik dengan variabel tak tergantung pertama (harga barang)

4. Manfaat (kegunaan). Kegunaan dari pro-duk bagi konsumen propro-duk Cina didasarkan pada manfaat yang diperolehnya. Pertanyaan pada responden adalah; “bagaimana manfaat yang dapat diperoleh dari produk Cina?”. Kategori jawaban responden adalah didasar-kan pada metode semantic differential dengan memberikan jawaban dari kategori 1 yang mewakili “sangat tidak bermanfaat” sampai nilai 10 untuk kategori “sangat bermanfaat”. Penjelasan kategori jawaban ini identik dengan variabel tak tergantung 1 (harga barang) dan 3 (citra kepuasan).

5. Pelayanan. Faktor pelayanan diidentifi-kasikan memberikan pengaruh pada preferensi konsumen. Pada penelitian ini faktor pelayanan ditekankan pada pelayanan purna penjualan yang meliputi garansi dan ketersediaan spare parts komoditas tahan lama asal Cina. Perta-nyaan yang diajukan ke responden adalah; “bagaimana layanan purna jual produk Cina?” Kategori jawaban responden adalah didasarkan pada metode semantic differential dengan mem-berikan jawaban dari kategori 1 yang mewakili “sangat buruk” sampai nilai 10 untuk kategori “sangat baik”. Penjelasan kategori jawaban ini identik dengan variabel tak tergantung 1 (harga barang), 3 (citra kepuasan) dan 4 (manfaat).

6. Kelas sosial. Indikator kelas sosial bisa diidentifikasikan dari latar belakang pendidik-an, pekerjaan dan tempat tinggalnya. Pada pe-nelitian ini variabel kelas sosial didasarkan pada indikator latar belakang pendidikan res-ponden. Berdasar pertanyaan tingkat pendidik-an responden, jawabpendidik-an responden diklasifika-sikan menjadi 4 kategori: Pertama, responden dengan pendidikan SMA; Kedua; responden

dengan pendidikan diploma; Ketiga, responden dengan pendidikan sarjana (S1); Keempat; responden dengan pendidikan pascasarjana (S2 atau S3)

7. Karakteristik individu (pribadi). Keputus-an pembeliKeputus-an oleh konsumen yKeputus-ang didasarkKeputus-an oleh faktor karakteristik konsumen pada pene-litian ini didasarkan pada faktor umur. Pada penelitian ini, usia konsumen mampu menun-jukkan produk apa yang menarik baginya untuk dibeli. Karena obyek atau sasaran dari penelitian ini adalah konsumen penentu kepu-tusan rumah tangga, jawaban responden dikla-sifikasikan menjadi 3 kategori; Pertama, res-ponden dengan umur 20–40 tahun; Kedua, responden dengan umur lebih dari 40 tahun sampai 60 tahun. Ketiga, responden dengan umur lebih dari 60 tahun.

8. Faktor psikologis. Sesuai dengan dasar teoritis, pilihan pembelian konsumen dipenga-ruhi oleh empat faktor psikologi utama yaitu: motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakin-an dkeyakin-an pendirikeyakin-an. Pada penelitikeyakin-an ini, indikator keyakinan untuk membeli secara apriori diten-tukan menjadi indikator dominan dan menjadi satu-satunya penentu faktor psikologi konsu-men. Indikator lain (motivasi dan pembelajar-an) tidak diaplikasikan dalam model karena sulitnya membuat konversi ordinal menjadi kardinal. Sementara indikator persepsi sudah secara implisit termuat dalam variabel prefe-rensi yang menjadi variabel tergantung. Perta-nyaan yang diajukan ke responden adalah; “seberapa yakin ketika membeli (akan membe-li) produk Cina?” Kategori jawaban responden adalah didasarkan pada metode semantic differential dengan memberikan jawaban dari kategori 1 yang mewakili “sangat tidak yakin” sampai nilai 10 untuk kategori “sangat yakin”. Penjelasan kategori jawaban ini identik dengan variabel tak tergantung 1 (harga barang), 3 (citra kepuasan), 4 (manfaat), dan 5 (pelayan-an).

Estimasi Determinan yang Mempengaruhi Preferensi Konsumsi dengan Model Proba-bilistik

(6)

tergan-tung tersebut akan dipilih model ekonometri yang terbaik sesuai dengan kriteria teoritis dan gambaran hasil observasi.

Sebagai perkiraan awal, model terbaik untuk melihat bagaimana keputusan konsumen untuk melakukan pembelian produk asal Cina dengan bukan produk Cina adalah dengan model probabilitas logistik. Analisis logistik digunakan untuk menganalisis data kualitatif yang mencerminkan pilihan di antara dua alternatif.

Dengan model logistik, nilai variabel ter-gantung dikondisikan sebagai variabel proba-bilistik (Gujarati, 2003; 595 – 604), dimana:

ln adalah variabel tergan-tung, 0 adalah konstanta; 1 , 2 , … , k adalah

nilai parameter yang dicari; X1t , X2t , … , Xk t

adalah variabel tidak tergantung.

Model logistik memiliki ciri utama, yaitu (Kuncoro, 2004); (1) Karena P berada di antara nilai 0 dan 1, nilai logistik menjadi tidak terba-tas (antara –  sampai + ). (2) L adalah linier dalam X tetapi probabilitas P tidak. (3) Koe-fisien i mengukur seberapa jauh perbedaan L

akibat perubahan X sebesar satu unit.

Dengan ciri seperti ini, maka metode esti-masi model logistik tidak menggunakan pende-katan ekonometri Ordinary Least Square (OLS) tetapi Maximum Likehood Estimation (MLE) dari suatu vektor.

Untuk mendapatkan hasil regresi yang baik digunakan sebagai alat estimasi, perlu dilakukan serangkaian pengujian secara statis-tik dan ekonometri untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi output.

Pada metode regresi logistik ini, karena sampel variabel tak tergantung berdistribusi tidak normal maka perlu menggunakan metode alternatif dalam pengukuran validitas model (Statsoft Corp., 2001 dan SPSS Inc., 1999), yaitu: (1) Uji wald-Wolfowitz Runs Tes (Wald test) sebagai alternatif dari pengujian statistik t dari setiap variabel tak tergantung. (2) Pengujian

Hosmer-Lemeshow goodness-of-fit. Aplikasi uji Hosmer serupa dengan F tes biasa hanya per-bedaannya variabel yang diperhatikan adalah bersifat kontinu dan diukur pada skala ordinal (misalnya skala). (3) Uji kebaikan suai R2

Nagelkarke (Nagelkerke R2 test).

Karena preferensi dipengaruhi banyak fak-tor bebas, R2 diperkirakan akan kecil. Meskipun

demikian, dalam penelitian ini besaran R2 tidak

terlalu penting karena penelitian ini hanya mengadopsi variabel bebas yang didasarkan dari sisi teoritis semata. Validitas dari kebe-naran pemilihan variabel bebas dalam peneli-tian ini lebih cenderung menggunakan ukuran teoritis dan ukuran statistik hanya sebagai penunjang semata.

Asumsi/Batasan Penelitian

Beberapa asumsi yang digunakan dalam pene-litian ini antara lain:

(7)

variabel terikat. Dengan demikian penelitian ini mengabaikan kemungkinan terjadinya bias parameter uji statistik dan tidak mementingkan tinggi rendahnya nilai parameter variabel tetapi lebih melihat pada besaran parameter variabel (positif atau negatif) dan tingkat signifikansi-nya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Preferensi Responden

Gambaran preferensi responden masyarakat Purwokerto pada komoditas impor asal Cina adalah sebagai berikut:

(1) Secara umum, masyarakat Purwokerto cukup mampu membedakan antara produk impor asal Cina dengan produk non-Cina. Sekitar 62,89 persen masyarakat mampu mem-bedakannya dan selebihnya sekitar 37,11 persen kurang dapat membedakan suatu komoditas sebagai produk Cina atau bukan. Jika dirinci untuk setiap jenis komoditas yang diteliti, ma-syarakat paling mampu membedakan antara komoditas elektronik komunikasi asal Cina (sekitar 84 persen). Hanya sekitar 16 persen yang tidak mampu membedakannya. Semen-tara, untuk produk elektronika audio video cukup besar juga, sekitar 68 persen. Sebaliknya, untuk produk elektronika jenis komputer dan elektronika lainnya masyarakat cenderung kurang mampu mengerti perbedaannya. Sekitar 51 persen masyarakat tidak mampu membe-dakan komoditas elektronik komunikasi dan 52 persen tidak mampu membedakan komoditas elektronik jenis lainnya.

(2) Masyarakat Purwokerto tidak terlalu skeptis pada perilakunya untuk memilih pro-duk asal Cina. Hal ini terbukti dari kecende-rungan yang cukup besar untuk memilih pro-duk Cina ketika propro-duk substitusinya tidak tersedia. Sekitar 50 persen masyarakat menya-takan mereka akan membelinya dan selebihnya 50 persen masyarakat tidak bersedia membeli-nya ketika mendapatkan situasi ketiadaan pro-duk substitusi di pasar.

(3) Pada kondisi ketiadaan kendala anggar-an danggar-an ketersediaanggar-an berbagai baranggar-ang substitusi, masyarakat Purwokerto cenderung untuk me-milih produk non-Cina. Sebaiknya, demikian

ketika menghadapi kendala anggaran, sebagian masyarakat Purwokerto tidak terlalu bersifat memilih. Sekitar 46 persen cukup yakin untuk membeli produk asal Cina. Sementara, sekitar 54 persen cenderung untuk menunda pembe-lian pada produk Cina dan menunggu waktu dan dana yang tepat untuk lebih memilih pro-duk non Cina.

(4) Masyarakat juga lebih meyakini bahwa berbagai produk impor asal Cina cukup mam-pu mengancam keberadaan produk lokal. Seki-tar 75 persen masyarakat Purwokerto mengang-gap produk Cina berpotensi untuk menurun-kan daya saing produk lokal.

(5) Meskipun responden meyakini adanya potensi ancaman dari produk Cina terhadap produk lokal, masyarakat masih bersedia untuk melakukan transaksi pembelian pada produk asal Cina. Alasan yang paling mendominasi adalah faktor harga. Sekitar 76 persen masya-rakat membeli produk Cina karena harganya yang lebih murah. Demikian pula faktor keter-sediaannya, sekitar 63 persen masyarakat memilih produk Cina karena cenderung mudah diperoleh di pasar. Alasan lainnya adalah pro-duk Cina lebih menarik dari propro-duk lokal (51 persen) dan ketersediaannya yang lebih berva-riasi (52,5 persen). Sementara untuk faktor kua-litas mendapatkan respons berbeda di mana mayoritas masyarakat menyatakan faktor kuali-tas bukan menjadi alasan untuk memilih pro-duk Cina.

(8)

asal Cina makin mengurangi dominasi pasar komoditas sejenis asal Jepang atau Barat. Demi-kian pula perangkat audio/video, masyarakat semakin mudah mengakses komoditas ini.

(7) Beberapa jenis komoditas elektronik asal Cina terlihat kurang mendapat preferensi tinggi dari masyarakat Purwokerto. Hal ini diperlihatkan oleh preferensi minor dari res-ponden pada komoditas elektronik untuk jenis komputer, peralatan dapur serta elektronik lainnya. Meskipun untuk produk komputer asal Cina makin variatif, posisi produk sejenis non-Cina masih mendominasi dan cenderung lebih dipilih oleh konsumen. Pada peralatan elektronik untuk dapur, seperti mesin cuci dan mesin pendingin, dominasi di pasar masih terlihat pada produk merek Jepang dan Korea Selatan. Demikian pula untuk produk elektroni-ka rumah tangga lainnya, seperti pendingin ruang, pilihan masyarakat lebih cenderung pada merek non-Cina, seperti merek Jepang dan Korea Selatan.

Faktor yang Mempengaruhi Preferensi

Dari 5 jenis komoditas yang diteliti, dengan memasukkan 8 variabel tak tergantung terha-dap preferensi produk Cina terha-dapat diketahui tidak semua variabel tersebut memberikan dampak yang konsisten secara teoritis.

Pada jenis komoditas telekomunikasi, ke-naikan faktor harga mendorong meningkatnya preferensi konsumen. Dengan banyaknya ra-gam produk telekomunikasi, masyarakat meng-hadapi banyak pilihan untuk menentukan keputusannya melakukan pembelian atau tidak. Harga komoditas ini untuk merek asal Cina pada umumnya sudah cukup rendah dan

lebih rendah dari produk-produk substitusinya dari merek non-Cina. Sebagian produk Cina ini juga memiliki harga kurang dari setengah pro-duk non-Cina meskipun diklaim memiliki tek-nologi yang sama. Jika terdapat komoditas Cina yang lebih tinggi dari rata-rata harga komoditas serupa merek Cina, produk tersebut memiliki spesifikasi dan teknologi yang lebih baik dari rata-rata produk. Karena itu, sedikit kenaikan harga pada produk Cina ini dari harga rata-ratanya dianggap konsumen memiliki kelebih-an dkelebih-an merupakkelebih-an alternatif ykelebih-ang lebih baik daripada membeli merek Cina pada harga rata-rata. Hal ini juga berlaku untuk jenis komoditas komputer, peralatan dapur dan elektronik lainnya.

Tabel 1 memperlihatkan besaran parameter (positif atau negatif) dari variabel-varaiabel yang yang mempengaruhi preferensi masyara-kat pada komoditas asal Cina.

Pada sisi pendapatan, pada umumnya ba-rang normal memiliki ciri kenaikan pendapatan akan mendorong kenaikan permintaan atau preferensi. Pada komoditas asal Cina, pende-katan teoritis ini berlaku untuk semua jenis komoditas tahan lama kecuali peralatan elek-tronika untuk dapur Jenis komoditas ini dari sisi pendapatan dapat digolongkan sebagai barang inferior. Untuk peralatan elektronik dapur, masyarakat cenderung akan beralih ke produk non-Cina jika mengetahui terdapat kenaikan harga.

Dari pengurutan atau peringkat variabel yang memberikan kontribusi penting pada pre-ferensi produk Cina. Tabel 2 menunjukkan pemeringkatan tersebut. Dengan pemeringkat-an ini dapat diketahui bagaimpemeringkat-ana preferensi sebenarnya masyarakat pada suatu produk.

Tabel 1. Dampak Variabel Bebas pada Preferensi

Variabel Audio/Video Telekomunikasi Komputer Alat Dapur Lainnya

Harga – +* + ** + +

Pendapatan + + + – +

Citra Produk + + + + –

Manfaat + – – + ** –

Pelayanan + * – + + + *

Kelas Sosial – + + – ** – *

Karakter – – – – –

Psikologi + +* + + ** + *

(9)

Jika, misalnya, harga menjadi pertimbangan utama dalam memilih produk maka upaya kebijakan harga menjadi prioritas paling utama dalam manajemen pemasaran industri dalam negeri pada komoditas tersebut.

Pada komoditas audio/video diketahui faktor pelayanan menjadi prioritas utama pada preferensi konsumen, selanjutnya adalah faktor manfaat dan harga. Masyarakat memilih pro-duk ini terutama karena aspek ketersediaan purna jual seperti kemudahan mengakses kom-ponen pendukung atau produk komplemen-nya. Demikian pula, jika masyarakat melihat manfaat dari penggunaan produk ini mening-kat maka preferensinya akan makin tinggi. Selain itu, faktor harga memiliki peran penting. Penurunan harga produk akan mendorong kenaikan preferensi.

Pada komoditas peralatan telekomunikasi, faktor utama yang mendorong preferensi ma-syarakat adalah faktor psikologis. Meskipun pada awal munculnya produk telekomunikasi Cina dianggap sebagai barang alternatif kedua, pada saat ini masyarakat semakin yakin dengan pilihannya. Tingginya diferensiasi produk Cina dari sisi teknologi maupun pilihan ragam alter-natif penggunaannya serta banyaknya produk di pasaran mendorong efek psikologis konsu-men bahwa produk ini semakin layak untuk dikonsumsi.

Untuk komoditas komputer, faktor harga menjadi faktor paling penting yang memberi-kan pengaruh pada perubahan preferensi. De-ngan makin banyaknya merek perangkat kom-puter dan harga yang makin terjangkau, konsu-men melihat pada saat ini perangkat komputer bukan merupakan produk yang terlalu istime-wa. Kenaikan harga pada produk ini cenderung

disebabkan oleh pengembangan produk dan perbaikan teknologi. Konsumen memiliki pre-ferensi jika mendapatkan produk dengan harga yang sedikit lebih tinggi mereka akan menda-patkan manfaat yang lebih besar dari penggu-naan produk ini. Selain itu dari deskripsi sebe-lumnya terdapat kecenderungan masyarakat tidak terlalu mampu membedakan antara pe-rangkat komputer asal Cina dengan non-Cina.

Dengan demikian pada produk komputer tersebut dapat dianggap tidak terlalu terdapat perbedaan antara produk asal Cina dengan non-Cina. Dari sisi ini, masyarakat juga memi-liki preferensi akan memperoleh manfaat yang lebih besar jika memilih produk perangkat komputer dengan harga yang lebih tinggi. Beberapa situasi ini menyebabkan faktor harga perangkat komputer memberikan dampak positif pada preferensi masyarakat.

Pada perangkat elektronik untuk dapur, faktor paling berpengaruh pada preferensi masyarakat penggunanya adalah sisi psikologi. Semakin tinggi keyakinan masyarakat untuk membeli produk ini maka preferensinya akan semakin naik.

Untuk komoditas elektronik jenis lainnya faktor pelayanan menjadi faktor utama yang memberikan dampak pada perubahan pre-ferensi. Masyarakat melihat jika terdapat per-baikan akses untuk mendapatkan pelayanan purna jual seperti garansi maupun ketersediaan produk pengganti dan komponen komplemen-nya, preferensi masyarakat akan meningkat. Realitasnya adalah sampai saat ini untuk jenis produk Cina ini masih terbatas layanan purna jualnya. Hasil estimasi regresi tersebut mengin-dikasikan jika layanan purna jual dari produk Cina tersebut sebaik layanan purna jual produk

Tabel 2. Peringkat Berdasar Tingkat Signifikansi Variabel Bebas

Variabel Audio/Video Telekomunikasi Komputer Alat Dapur Lainnya

Harga 3 2 1 4 6

Pendapatan 6 5 6 5 4

Citra Produk 8 6 8 8 7

Manfaat 2 8 7 2 5

Pelayanan 1 3 5 7 1

Kelas Sosial 7 7 4 3 2

(10)

non-Cina, terdapat kecenderungan minat ma-syarakat akan meningkat pada produk Cina tersebut.

SIMPULAN

Kemampuan daya saing produk domestik dapat ditentukan dari sisi konsumennya. Jika preferensi konsumen pada produk domestik rendah jika dibandingkan dengan produk impor maka konsumen dalam negeri akan meninggalkan produk domestik. Konsumen akan lebih memilih produk impor. Dengan demikian pengukuran daya tahan produk do-mestik dapat diukur dari seberapa besar pre-ferensi permintaan masyarakat pada produk asing dan domestik. Dengan fokus pada sisi permintaan masyarakat domestik, penelitian ini akan menguji preferensi masyarakat Purwoker-to pada komoditas asal Cina.

Secara umum, masyarakat Purwokerto cukup mampu membedakan antara produk impor asal Cina dengan produk non-Cina. Un-tuk setiap jenis komoditas yang diteliti, masya-rakat paling mampu membedakan antara ko-moditas elektronik komunikasi asal Cina. Mereka juga tidak terlalu skeptis pada perilaku-nya untuk memilih produk asal Cina. Hal ini terbukti dari kecenderungan yang cukup besar untuk memilih produk Cina ketika produk substitusinya tidak tersedia. Di sisi lain, masyarakat lebih meyakini bahwa berbagai produk impor asal Cina cukup mampu me-ngancam keberadaan produk lokal.

Hasil penelusuran untuk setiap komoditas yang diteliti ditemukan variasi preferensi. Pre-ferensi produk Cina yang cukup tinggi teruta-ma untuk peralatan elektronika telekomunikasi (termasuk telematika) serta elektronik audio/ video. Sebaliknya, masyarakat cenderung mem-berikan preferensi yang lebih tinggi pada pro-duk non-Cina untuk komoditas elektronik jenis komputer dan elektronika untuk rumah tangga. Dari delapan variabel yang diuji untuk mengukur perubahan preferensi masyarakat pada komoditas asal Cina. Satu hal yang mena-rik, preferensi dari sebagian besar komoditas yang diteliti cenderung dipengaruhi oleh faktor psikologis. Faktor ini memberikan dampak

positif pada preferensi dan penting terutama untuk komoditas telekomunikasi, elektronik dapur dan elektronik jenis lainnya. Hal ini mengindikasikan masyarakat cenderung memi-lih ketika memutuskan untuk mengonsumsi produk Cina, dalam arti memiliki berbagai pertimbangan ketika akan membeli produk asal Cina. Jika mereka telah cukup yakin dengan pilihannya mereka baru bersedia untuk mem-belinya. Implikasi dari hal ini adalah masya-rakat cukup rasional dan keputusan konsumsi-nya pada komoditas asal Cina memerlukan pertimbangan tertentu.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 2010. Survei Konsumen di Pur-wokerto. Purwokerto: Kantor Bank Indone-sia.

Departemen Perdagangan RI. 2008. Rencana Strategik Departemen Perdagangan Tahun 2004-2009. Jakarta: Departemen Perda-gangan.

Direktorat Jenderal Industri Alat Transportasi dan Elektronika. 2008. Roadmap 2025 In-dustri Elektronika. Jakarta: Direktorat Jen-deral Industri Alat Transportasi dan Elek-tronika.

Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics, International Edition. New York: McGraw Hill Companies, Inc.

KADIN. 2009. Butir-butir Pemikiran Perdagangan Indonesia 2009-2014. Jakarta: Kamar Da-gang dan Industri (KADIN).

KADIN. 2009. Sumbangsih Pemikiran Dunia Usaha di Indonesia untuk Pemerintah Repu-blik Indonesia Masa Bakti 2009-2014. Jakar-ta: Kamar Dagang dan Industri (KADIN). Kotler, Philip. 2000. Marketing Management

Analysis; Planning, Implementation, and

Control, 10th Edition. New Jersey:

Prentice-Hall Inc.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Metode Kuantita-tif, Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi kedua. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Setneg Republik Indonesia. 2010. ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekono-mian yang Kompetitif. www.setneg.co.id, Diakses 07 April 2010

Media data Riset. 2010. Studi tentang: Bisnis oto-motif Indonesia di Tengah Persaingan Pasar Regional 2010, Januari 2010. Jakarta: Mediadata Riset.

SPSS Inc. 1999. Manual References: SPSS for Windows Release 10.0.5 (27 Nov 1999) Standard Version. USA: SPSS Inc.

Statsoft Corp. 2001. Statistica 6.0 Manual Refe-rences. USA: Tulsa.

USAID dan Snada. 2008. Analisis Kebijakan-kebijakan Terpilih Departemen Perindustrian Indonesia. USAID dan Senada, Maret 2008. WEF. 2008. The Global Competitiveness Report

2008-2009. World Economic Forum. Wilkie, William L. 1994. Consumer Behavior,

Third Edition. New York: John Wiley & Sons Inc.

LAMPIRAN

ELEKTRONIK: AUDIO/VIDEO

Variabel B S.E. Wald df Sig.

HARGA -0,1147003 0,0847049 1,8336324 1 0,1756991

PENDAPAT 0,2392049 0,2722520 0,7719658 1 0,3796096

CITRA 0,0075639 0,1122175 0,0045433 1 0,9462602

MANFAAT 0,1333424 0,0874292 2,3260724 1 0,1272225

LAYANAN 0,2071877 0,1051838 3,8799856 1 0,0488650

KELAS -0,0676950 0,1483454 0,2082400 1 0,6481504

KARAKTER -0,2497888 0,2494872 1,0024200 1 0,3167257

PSIKOLOG 0,1173622 0,1120020 1,0980061 1 0,2947041

(12)

Hosmer and Lemeshow Test Chi-square df Sig.

7,11779053 8 0,52397901

Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.

Step 21,0453712 8 0,00702788

Block 21,0453712 8 0,00702788

Model 21,0453712 8 0,00702788

Model Summary -2 Log likeliCox & SnellNagelkerke R Square

256,133496 0,0998797 0,13319069

ELEKTRONIK: TELEKOMUNIKASI

Variabel B S.E. Wald df Sig.

HARGA 0,1855098 0,0832479 4,9657822 1 0,0258536

PENDAPAT 0,2294522 0,2711499 0,7160866 1 0,3974306

CITRA 0,0815733 0,1109634 0,5404270 1 0,4622558

MANFAAT -0,0026737 0,0897949 0,0008866 1 0,9762463

LAYANAN -0,1389820 0,1060639 1,7170454 1 0,1900738

KELAS 0,0471653 0,1495671 0,0994426 1 0,7524995

KARAKTER -0,2883109 0,2480631 1,3508206 1 0,2451347

PSIKOLOG 0,2755665 0,1101805 6,2552283 1 0,0123827

Constant -1,2671425 0,6087173 4,3333086 1 0,0373735

Hosmer and Lemeshow Test Chi-square df Sig.

8,75255688 8 0,36359815

Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.

Step 22,5504664 8 0,00399198 Block 22,5504664 8 0,00399198

Model 22,5504664 8 0,00399198

Model Summary -2 Log likeliCox & SnellNagelkerke R Square

(13)

ELEKTRONIK: KOMPUTER

Variabel B S.E. Wald df Sig.

HARGA 0,162248 0,086851 3,489882 1 0,061745

PENDAPAT 0,131669 0,302156 0,189891 1 0,663007

CITRA 0,014647 0,125679 0,013582 1 0,907223

MANFAAT -0,021403 0,097506 0,048183 1 0,826255

LAYANAN 0,059269 0,118482 0,250239 1 0,616907

KELAS 0,086235 0,161636 0,284635 1 0,593679

KARAKTER -0,173883 0,279642 0,386644 1 0,534069

PSIKOLOG 0,188011 0,133184 1,992801 1 0,158048

Constant -2,489142 0,735217 11,462216 1 0,000710

Hosmer and Lemeshow Test Chi-square df Sig.

10,4555498 8 0,23449586

Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df

Step 13,4161434 8 0,09831103

Block 13,4161434 8 0,09831103

Model 13,4161434 8 0,09831103

Model Summary -2 Log likeli Cox & Snell Nagelkerke R Square

215,806623 0,06488028 0,0951142

ELEKTRONIK: DAPUR

Variabel B S.E. Wald df Sig.

HARGA 0,05850165 0,08388055 0,48642251 1 0,48552749 PENDAPAT -0,17211787 0,29589523 0,33835762 1 0,56077877

CITRA 0,00117177 0,10675529 0,00012048 1 0,99124243 MANFAAT 0,15330385 0,08658162 3,13512348 1 0,07662258

LAYANAN 0,01333471 0,10460779 0,01624947 1 0,89856571 KELAS -0,27577268 0,1575698 3,06306731 1 0,08009035 KARAKTER -0,08875535 0,2565332 0,11970214 1 0,72935777

(14)

Hosmer and Lemeshow Test Chi-square df Sig. 16,3991055 8 0,03701115

Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig

Step 22,6325357 8 0,0038695 Block 22,6325357 8 0,0038695 Model 22,6325357 8 0,0038695

Model Summary -2 Log likeliCox & SnellNagelkerke R Square

248,110883 0,10699462 0,14425174

ELEKTRONIKA LAIN

Variabel B S.E. Wald df Sig.

HARGA 0,09381239 0,09724828 0,93058614 1 0,33471066

PENDAPAT 0,42406171 0,32861264 1,66528899 1 0,19689073 CITRA -0,09026093 0,14016185 0,41470565 1 0,51959072 MANFAAT -0,13363183 0,1255599 1,13270788 1 0,28719848

LAYANAN 0,29621729 0,12849378 5,3144286 1 0,02114953

KELAS -0,4454776 0,20740049 4,61351783 1 0,0317209

KARAKTER -0,11616418 0,30208144 0,14787555 1 0,70057388 PSIKOLOG 0,30848061 0,15556281 3,93227807 1 0,04736774

Constant -2,32944254 0,78389684 8,83051805 1 0,00296234

Hosmer and Lemeshow Test Chi-square df Sig.

9,23242495 8 0,32307001

Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df

Step 26,7493006 8 0,000781

Block 26,7493006 8 0,000781 Model 26,7493006 8 0,000781

Model Summary -2 Log likeliCox & SnellNagelkerke R Square

Gambar

Tabel 1. Dampak Variabel Bebas pada Preferensi
Tabel 2. Peringkat Berdasar Tingkat Signifikansi Variabel Bebas

Referensi

Dokumen terkait

 Public opinion polls are the most efficient way to determine the opinions of a range of people, not just those who are vocal..

Dari hasil pelaksanaan praktik pengalaman lapanagan di sekolah latihan, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Tugas seorang guru (praktikan) meliputi merencanakan,

pengendalian akuntansi dan kompetensi aparatur pemerintah diasumsikan nol (0), maka akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebesar 0,473. - Nilai koefisien regresi

Dalam literatur yang dimiliki peneliti dan hasil study pustaka didapatkan unity 3D ini juga bisa diterapkan dalam penggunaan untuk teknologi AR • Perangkat lunak Vuforia

Sebagai dampak selanjutnya adalah setidaknya ada empat masalah utama yang sedang dihadapi oleh madrasah pada umumnya, yaitu, masalah identitas diri madrasah, sehingga program

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rekrutmen merupakan proses perekrutan atau penarikan calon pegawai baru dengan persyaratan yang dikeluarkan atau yang

SUSU  SUMATERA  UTARA  MADINA MARKET III,  MM  JL. DALAN LIDANG  PANYABUNGAN  SUMATERA  UTARA  ANGKASA, TO  PASAR BARU PANYABUNGAN  PANYABUNGAN 

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 butir 14 menyatakan bahwa “ Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya yang