• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN KM “BATU RAJA” GC 3900 BRT - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERENCANAAN KM “BATU RAJA” GC 3900 BRT - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

PERHITUNGAN SISTEM PIPA

A. UMUM

Sistem pipa merupakan bagian utama suatu sistem yang menghubungkan titik dimana fluida disimpan ke titik pengeluaran semua pipa baik untuk memindahkan tenaga atau pemompaan harus dipertimbangkan secara teliti karena keamanan dari sebuah kapal akan tergantung pada susunan perpipaan seperti halnya pada perlengkapan kapal lainnya.

B. BAHAN PIPA

Bahan pipa yang diijinkan BKI adalah :

a) Seamless Drawing Stell Pipe ( pipa baja tanpa sambungan )

Pipa jenis ini digunakan untuk semua penggunaaan dan dibutuhkan untuk pipa tekan dan sistem bahan bakar dari pompa injeksi bahan bakar motor

pembakaran dalam.

Gambar 6.1. Seamless Drawing Steel Pipe

b) Seamless Drawn Pipe dari Tembaga atau Kuningan

(2)

Gambar 6.2. Seamless Drawn Pipe

c) Lap Welded / Electric Resistence Welded Steel Pipe

Pipa jenis ini tidak diijinkan untuk digunakan dalam sistem di mana tekanan kerja melampaui 350 Psi atau pada temperatur di mana sistem yang dibutuhkan pipa tekanan tanpa sambungan.

Gambar 6.3. Lap Welded Gambar 6.4. Electric Resistence

Steel Pipe Welded Steel Pipe

d) Baja Schedule 40

(3)

Gambar 6.5. Baja Schedule 40

e) Pipa Schedule 80 – 120

Pipa jenis ini diisyaratkan mempunyai ketebalan yang lebih tebal dibandingkan dengan jenis pipa yang lain. Dalam penggunaan pipa schedule 80 – 120 dapat difungsikan sebagai pipa hidrolis yaitu pipa dengan aliran fluida bertekanan tinggi.

f) Pipa Galvanis

Pipa jenis ini digunakan untuk supplai air laut (sistem Ballast dan Bilga).

Gambar 6.6. Pipa Galvanis

C. BAHAN KATUP DAN PERALATAN ( FITTING )

Bahan katup dan peralatan (fitting) yang diijinkan menurut peraturan Biro Klasifikasi Indonesia antara lain :

a) Kuningan (Bross)

(4)

Biasanya mempunyai diameter 3 inchi dan tekanan kerja dapat lebih besar dari 330 Pcs.

b) Baja Cor/ Tuang

Dapat dipakai pada setiap sistem dan untuk semua tekanan/ temperatur.

c) Besi Cor dan Campuran Setengah Baja

Dapat digunakan untuk temperatur yang tidak melebihi 450º F. Kecuali jika untuk sistem yang bersangkutan diperlukan bahan lain.

D. FLENS

Flens dipakai untuk sistem pipa, dapat dipasang pada pipa – pipa dengan salah satu cara di bawah ini dengan mempertimbangan bahan yang dipakai. a) Pipa Baja

Pipa baja dengan diameter normal lebih dari 12 inchi harus dimuaikan (expanded) ke dalam flens baja atau dapat dibaut pada flens atau dilas. b) Pipa yang lebih kecil

Dapat dibaut kedalam flens tanpa dilas tetapi untuk pipa uap air dan

minyak juga disesuaikan supaya memastikan adanya kekedapan pada ulirnya.

c) Pipa non ferro

Harus dipatri (solder trased) tetapi untuk diameter lebih kecil atau sama dengan 2 inchi dapat dibaut.

Tabel 6.1.

Ketentuan Sambungan Pipa Dengan Flens BKI 2006 sec. 10

d d1 Pe D t H J.Baut

15 21,0 60 80 9 12 4

20 27,7 65 85 10 12 4

(5)

32 42,7 90 115 12 15 4

40 48,6 95 120 12 15 4

65 76,3 130 150 14 15 4

80 89,1 145 180 14 15 4

100 114,3 165 200 16 19 4

125 159,8 200 135 16 19 8

150 165,2 135 265 18 19 8

200 216,3 280 320 20 20 8

Keterangan:

d = Diameter dalam pipa d1 = Diameter luar pipa Pe = Diameter letak baut flens D = Diameter flens

t = Tebal flens H = Diameter Baut J baut = Jumlah Baut

Gambar 6.7. Flens

E. KETENTUAN UMUM SISTEM PIPA

(6)

Tabel 6.2.

Standart Ukuran Pipa Baja menurut “JIS” tahun 2002 a) Sistem Bilga

i) Susunan Pipa Bilga Secara Umum

(a) Harus diketahui atau ditentukan sesuai dengan persyaratan BKI. (b) Pipa – pipa bilga dan penghisapannya harus ditentukan sedemikian

rupa sehingga dapat dikeringkan sempurna

Walaupun dalam keadaan miring atau kurang menguntungkan. (c) Pipa – pipa hisap harus diatur dikedua sisi kapal, pada ruangan –

ruangan dikedua ujung kapal, masing – masing cukup dilengkapi dengan satu pipa hisap yang dapat mengeringkan ruangan tersebut.

Inside Nominal Outside SGP Schedule 40 Schedule 80

(7)

(d) Ruangan yang terletak dimuka sekat tubrukan dan belakang

tabung poros propeller yang tidak dihubungkan dengan sistem pompa bilga umum harus dikeringkan dengan cara yang memadai.

ii) Pipa Bilga yang melalui tangki – tangki.

(a) Pipa bilga tidak boleh dipasang melalui tangki minyak lumas dan air minum.

(b) Jika pipa bilga melalui tangki bahan bakar yang terletak diatas

alas ganda dan berakhir dalam ruangan yang sulit dicapai selama pelayaran maka harus dilengkapi dengan katup periksa atau check valve tambahan, tepat dimana pipa bilga tersebut dalam tangki bahan bakar.

(i) Pipa Expansi

1. Dari jenis yang telah disetujui harus digunakan untuk menampung expansi panas dari sistem bilga.

2. Konsperator expansi karet tidak diijinkan untuk

dipergunakan dalam kamar mesin dan tangki – tangki. (ii)Pipa hisap bilga dan saringan – saringan.

1. Pipa hisap harus dipasang sedemikian rupa sehingga

(8)

2. Aliran pipa hisap bilga darurat tidak boleh terhalang

dan pipa hisap tersebut terletak pada jarak yang cukup dari alas dalam.

(iii)Katup dan Perlengkapan Pipa Bilga.

Katup alat atau perlengkapan pada pipa bilga terletak pada tempat yang mudah dicapai dalam ruangan dimana pompa bilga ditempatkan

b) Sistem Ballast

1. Susunan pipa ballast secara umum

Pipa hisap dalam tangki ballast harus diatur sedemikian rupa sehingga tangki – tangki tersebut dapat dikeringkan sewaktu kapal dalam keadaan trim atau miring yang kurang menguntungkan.

2. Pipa ballast yang melewati ruang muat.

Jika pipa ballast terpasang dari ruang pompa belakang ke tangki air ballast didepan daerah tangki muatan melalui tangki muatan maka

tebal dinding pipa harus diperbesar lengkung pipa untuk mengatasi pemuaian harus ada pada pipa ini.

c) Sistem Bahan Bakar

i) Susunan pipa bahan bakar secara umum

Pipa bahan bakar tidak boleh melalui tangki air minum maupun tangki minyak lumas. Pipa bahan bakar tidak boleh terletak disekitar

(9)

Pengisisan pipa bahan bakar cair harus disalurkan melalui pipa – pipa yang permanen dari geladak terbuka atau tempat – tempat pengisian bahan bakar dibawah geladak. Disarankan meletakkan pipa pengisian pada kedua sisi kapal. Penutupan pipa di atas geladak harus dapat dilakukan, bahan bakar dialirkan menggunakan pipa pengisian.

d) Sistem Pipa Air Tawar

Susunan pipa air tawar secara umum :

(1)Pipa – pipa yang berisi air tawar tidak boleh melalui pipa – pipa yang bukan berisi air tawar. Pipa udara dan pipa limbah air tawar boleh dihubungkan dengan pipa lain dan juga tidak boleh melewati tangki – tangki yang berisi air tawar yang dapat diminum.

(2)Ujung – ujung atas dari pipa udara harus dilindungi terhadap kemungkinan masuknya serangga ke dalam pipa tersebut. Pipa duga juga harus cukup tinggi terletak dari geladak dan letaknya tidak boleh melalui tangki yang isinya bahan cair yang dapat diisi air minum. Pipa

air tawar tidak boleh dihubungkan dengan pipa air lain yang bukan terisi air minum.

e) Sistem Saniter, Scupper, dan Sewage

(1) Pipa Saniter dan Scupper berkisar antara 50 s/d 100 mm Direncanakan 3” ( 80 mm ) tebal direncanakan 4,2 mm.

(2) Lubang Pembuangan Scupper dan Saniter

 Lubang pembuangan dalam jumlah dan ukuran yang cukup

(10)

dan geladak lambung timbul dalam bangunan atas dan rumah geladak yang tertutup.

 Pipa pembuangan di bawah garis muat musim panas harus

dihubungkan pipa sampai bilga dan harus dilindungi dengan baik.

 Lubang pembuangan dan saniter tidak boleh dipasang di atas

garis muat kosong di daerah peluncuran sekoci penolong.

(3) Pipa Sewage ( saluran kotoran )

Diameter pipa sewage paling kecil 100 mm. Direncanakan berdiameter = 4” tebal 4,5 mm

f) Sistem Pipa Udara dan Pipa Duga

(1) Susunan Pipa Udara Secara Umum

 Semua tangki dan ruangan kosong dan lain–lain pada bangunan

yang tertinggi harus dilengkapi dengan pipa udara yang dalam keadaan biasa harus berakhir diatas geladak utama atau

terbuka.

 Pipa–pipa udara dari tangki–tangki pengumpulan atau

penampungan minyak yang tidak dipanasi boleh terletak pada tempat yang mudah terlihat dalam ruangan kamar mesin.  Pipa–pipa udara harus dipasang sedemikian rupa sehingga

tidak terjadi adanya pengumpulan cairan dalam pipa tersebut.  Pipa–pipa udara dari tangki penyimpanan minyak lumas, boleh

(11)

adalah dari lambung kapal maka pipa udaranya harus berakhir di selubung kamar mesin di atas geladak lambung timbul.  Pipa udara dari tangki-tangki cofferdam dan ruangan yang

merupakan pipa hisap bilga harus dipasang dengan pipa udara yang berakhir di ruangan terbuka.

 Pipa–pipa udara dari tangki–tangki cofferdam dan ruangan–

ruangan yang merupakan pipa hisap bilga harus dipasang dengan pipa udara yang berakhir dengan/ di ruang terbuka.  Mengenai syarat pemasangan pipa udara, diterangkan pada

buku Perlengkapan Kapal A dan B Hal. 112, yaitu :

(a) Untuk tangki muat dan deck akil (fore castle deck), tinggi

pipa udara 900 mm.

(b) Untuk bangunan atas, tinggi pipa udara 780 mm.

(2) Pipa Duga

Diameter pipa duga minimal adalah 32 mm dan direncanakan 1 ¼.

Letak pipa duga secara umum menurut BKI ’2006 adalah :

 Tangki–tangki, ruangan, cofferdam dan bilga dalam ruangan

yang tidak mudah dicapai setiap waktu, harus dilengkapi pipa duga sedapat mungkin pipa duga tersebut harus memanjang ke bawah sampai dekat alas.

 Pipa–pipa duga yang ujungnya terletak di bawah garis lambung

(12)

 Pipa duga tangki harus dilengkapi dengan pengaturan tekanan

yang dibuat sedekat mungkin di bawah geladak tangki.

 Setiap pipa duga harus dilengkapi dengan pelapis di bawahnya

jika pipa duga tersebut dihubungkan dengan kedudukan samping atas pipa cabang, di bawah pipa duga tersebut harus dipertebal secukupnya.

(3) Bahan Pipa Duga

 Pipa baja harus dilindungi terhadap pengkaratan pada bagian

dalam dan lainnya. F. PERHITUNGAN SISTEM PIPA

a) Pipa Bilga Utama

i) Diameter pipa bilga utama (dH) sesuai register untuk kecepatan minimum aliran dalam pipa (VCL) = 2 m/s Berdasarkan BKI 2006 Sec 11. 2.3 adalah :

dH = 1.68 (BH)xL + 25 mm

dimana :

L = 103,50 m (Panjang Kapal) B = 15,85 m (Lebar Kapal) H = 8,30 m (Tinggi Kapal)

dH = 1.68 (15,858,30)x103,5) + 25 mm = 108,992 mm

= diambil 100 mm

(13)

dimana :

So = (daPc) / 20 perm V + Pc da = diameter luar pipa = 100 mm

Pc = Ketentuan Tekanan (BKI 2006 Sec.11.table11.1)  perm = Toleransi tegangan max = 80 N/mm2

V = Faktor efisiensi = 1

c = Faktor korosi sea water lines = 3 b = 0

So = ( 100 x 16 ) / 20 . 80 . 1 + 16 = 0,99 mm S = 0,99 mm + 3 mm + 0

= 3,99 mm iii)Pipa Bilga Cabang

 Perhitungan diameter pipa bilga cabang (Berdasarkan BKI

2006 Sec 11 N.2.2.b) :

dz = 2,15 lx(BH) + 25 (mm) l = panjang kompartemen yang kedap air = 20.4 m

Maka :

dz = 2,15 20,40x(14,858.30)+ 25 = 72,721 mm ≈ 72 mm

 Perhitungan Tebal Pipa cabang (BKI 2006 Sec 11 C.2.1)

S = So + c + b (mm) Dimana;

(14)

da = diameter luar pipa = 85 mm

Pc = Ketentuan Tekanan ( BKI 2006 Sec.11.tabel 11.1 ) perm = Toleransi tegangan max = 80 N/mm2

V = Faktor efisiensi = 1

c = Faktor korosi sea water lines = 3 b = 0

So = ( 85 x 16 ) / 20 . 80 . 1 + 16 = 0,84

S = 0,84 mm + 3 mm + 0 = 3.84 mm b) Pipa Ballast

 Diameter pipa ballast sesuai dengan perhitungan kapasitas tangki

air ballast yaitu :

Volume Tangki Ballast = 836,71 m3 Berat Jenis Air laut = 1,025 ton/ m3 Kapasitas tangki air ballast = V x 1,025

= 836,71 m3 x 1,025 ton/m3 = 857,63 ton.

Berdasarkan tabel didapat harga sebesar 175 mm,

diambil 175 mm = 6,9 “

Tabel 6.3. Standart ukuran diameter pipa

Kapasitas Tangki (ton) Diameter dalam pipa & fitting (mm)

Sampai 20 60

(15)

40 – 75 80

75 – 120 90

120 – 190 100

190 – 265 110

265 – 360 125

360 – 480 140

480 – 620 150

620 – 800 160

800 – 1000 175

1000 – 1300 200

 Kapasitas Pompa Ballast (Berdasarkan BKI 2006 Sec 11 N. 3.1)

Q = 5,75 x 10-3 x dH2 = 5,75 x 10-3 x 1752 = 176,09 m3/jam Dimana :

Q = kapasitas air ballast diijinkan dengan 2

buah pompa + 1 cadangan yang terletak di Main Engine. = 176 m3 / jam

 Perhitungan tebal pipa ballast (Berdasarkan BKI 2006 Sec 11 C.

2.1)

S = So + c + b (mm) Dimana :

So = (da Pc)/20  perm V

(16)

= 216.3 mm

Pc = Ketentuan Tekanan (BKI 2006 Sec.11. table 11.1 ) = 16 Bar

 perm = Toleransi Tegangan Max

= 80 N/mm2 (BKI 2006 Sec.11. table 11.1) V = faktor efisiensi = 1,00

c = faktor korosi sea water lines = 3,00 b = 0

So = (da . Pc)/20  perm . v + Pc

= ( 216.3 x 16)/20 x 80 x 1 + 16 = 2,14 mm

Jadi :

S = So + c + b = 2,14 + 3 + 0

= 6,14 mm (Menurut table JIS = 6,6 mm) c) Pipa Bahan Bakar

Kebutuhan bahan bakar sesuai dengan perhitungan pada Rencana Umum (RU) maka dibutuhkan untuk mesin induk dan mesin bantu adalah.

BHP mesin induk = 3800 HP BHP mesin bantu = 20 % x 3800

= 760 HP Untuk 2 mesin bantu = 2 x 760 = 1520 HP

(17)

= 1520 + 3800 = 5320 HP (a) Kebutuhan bahan bakar ( Qb1 )

Jika 1 HP di mana koefisien pemakaian bahan bakar dibutuhkan 0,18 Kg/HP/jam,

BHP total = 5320 HP

= 0,18 Kg/HP/Jam x 5320 HP = 957,6 Kg/jam

= 0,9576 ton/jam (b) Kebutuhan bahan bakar tiap jam

Qb1 = Kebutuhan Bahan Bakar x Spesifik volume berat bahan bakar

= 0,9576 ton/jam x 1,25 m3/ton = 1,197 m3/jam

(c) Direncanakan pengisian tangki bahan bakar tiap 10 jam

Sehingga volume tangki V = Qb1 x h

= 1,197 m3/h x 10 = 11,9 m3

Pengisian Tangki Harian diperlukan waktu 1 jam, maka pada tiap pompa tangki bahan baker ke tangki harian

(18)

(d) Diameter pipa dari tanki harian menuju mesin berdasarkan BKI berdasarkan BKI 2006 sec. 11 C.2.1 :

S = So + c + b dimana :

So = (daPc) / 20 perm V + Pc

da = diameter luar pipa = 20 mm

Pc = Ketentuan Tekanan (BKI 2006 Sec.11.table11.1)  perm = Toleransi tegangan max = 80 N/mm2

(19)

Sehingga volume tangki = Qb1 x h (m3)

= 1,197 m3/jam x 10 jam V = 11,9 m3

(f) Diameter pipa dari tanki bahan bakar menuju tanki harian

berdasarkan BKI 2006 sec. 11 N.3.1 :

db = 2 3

 Diameter pipa minyak lumas  berdasarkan BKI 2006 sec. 11 N.3.1

Sesuai dengan perhitungan kapasitas tangki minyak lumas yaitu : Volume Tangki Minyak Lumas = 2,412 m3

Berat Jenis minyak = 0,8 ton/ m3 Kapasitas tangki Minyak Lumas = V x 0,8

= 2,412 m3 x 0,8 ton/m3 = 1,92 ton.

(20)

= 38,4 mm (menurut tabel JIS = 42,7 mm) = 1 1/4 ”

Kapasitas Pompa Minyak Lumas : Q = 5,75 x 10-3 x dH2

= 5,75 x 10-3 x 382 = 8,303 m3/jam  Tebal pipa minyak lumas

S = So + c + b (mm) (Berdasarkan BKI 2006 Sec 11 C. 2.1) Dimana :

S = So + c + b (mm) So = (da Pc)/20  perm V da = diameter luar pipa = 42.7 mm

Pc = Ketentuan Tekanan (BKI 2006 Sec.11. table 11.1) = 16 Bar

 perm = Toleransi Tegangan Max

= 80 N/mm2 (BKI 2006 Sec.11. C. 2.3.3) V = factor efisiensi

= 1,00

c = faktor korosi sea water lines = 3,00 b = 0

So = (42.7 . 16)/20 . 80 . 1 = 0,427 mm

Maka : S = 0,427 mm + 3 mm + 0

(21)

e) Pipa air tawar

(1) Besarnya diameter pipa diperoleh dari tabel, tergantung kapasitas tangki. Dari rencana umum kapasitas tangki air tawar adalah

V = 14,44 m3 Berat jenis air tawar = 1,000 ton/m3 Kapasitas tangki air tawar = V x 1,000

= 14,44 m3 x 1,000 ton/m3 = 14,44 ton

(2) Tebal pipa air tawar

Perhitungan tebal pipa dari tangki harian menuju mesin berdasarkan BKI 2001 sec. 11.C.2.1 :

S = So + c + b dimana :

So = (daPc) / 20 perm V + Pc da = diameter luar pipa = 120 mm

Pc = Ketentuan Tekanan (BKI 2001 Sec.11.table11.1)  perm = Toleransi tegangan max = 80 N/mm2

V = Faktor efisiensi = 1

c = Faktor korosi sea water lines = 3 b = 0

So = ( 120 x 16 ) / 20 . 80 .1 + 16 = 1,19 mm

S = 1,19 mm + 3 mm + 0

(22)

f) Pipa Udara dan Pipa Duga

(1) Pipa udara dipasang pada tiap tangki dengan diameter minimal 50 mm dan dengan tebal 5,0 mm untuk dasar ganda berisi air sedangkan diameter minimum adalah 100 mm untuk ruangan yang berisi bahan bakar.

(2) Pipa duga dipasang pada tangki bahan bakar, tangki air tawar dan tangki ballast. Pipa duga direncanakan = 0,06 m

g) Pipa Saniter dan Pipa Sewage

(1) Pipa saniter berdiameter antara 50 – 150 mm

Direncanakan diameter 100 mm dengan ketebalan pipa 8,0 mm. (2) Pipa sewage (pipa buangan air tawar)

Pipa sewage berdiameter 100 mm dengan ketebalan 8,0 mm. h) Deflektor Pemasukan dan Pengeluaran Ruang Mesin

Menurut buku Perlengkapan Kapal B – ITS IV.2ad.b : Deflektor Pemasukan Ruang Mesin

d = Diameter deflektor

V = Volume ruang mesin = 267,596 m3 v = Kecepatan udara yang melewati ventilasi

= (2,2 – 4 m/det) = 3 m3/dt O = Density udara bersih = 1 kg/m3

(23)

n = Banyaknya pergantian udara = 15 m3/jam

Dalam pelaksanaan mengingat adanya sambungan kontruksi hasil tersebut + 50 mm

Kamar mesin menggunakan 2 buah deflektor pemasukan, maka luas lubang pemasukan dibagi 2.

Ld = L/1 = 0,702/2 Ld = 0,351

Jadi diameter satu lubang deflektor:

dKM =

(24)

a = 0,16  0,447 = 0,071 m b = 0,3  0,447 = 0,134 m c = 1,5  0,447 = 0,670 m

r = 1,25 x 0,447 = 0,558 m e min = 400 mm Ukuran deflektor pengeluaran ruang muat mesin:

Dipakai 2 buah deflektor pengeluaran dengan diameter sama dengan diameter pemasukan.

i) Deflektor Pemasukan dan Pengeluaran Ruang Muat 1 Menurut buku Perlengkapan Kapal B – ITS IV.2ad.b : Deflektor Pemasukan Ruang Muat I

d =

d = Diameter deflektor

V = Volume ruang muat I = 2664,678 m3 v = Kecepatan udara yang melewati ventilasi

(25)

1 = Density udara dalam ruangan = 1 kg/m3

Dalam pelaksanaan mengingat adanya sambungan kontruksi hasil tersebut + 50 mm luas lubang pemasukan dibagi 2.

Ld = L/1 = 3,699/2 Ld = 1,849

Jadi diameter satu lubang deflektor:

dKM =

(26)

d3 = 1,535 m Ukuran deflektor pengeluaran ruang muat I:

Dipakai 2 buah deflektor pengeluaran dengan diameter sama dengan diameter pemasukan.

j) Deflektor Pemasukan dan Pengeluaran Ruang Muat II Menurut buku Perlengkapan Kapal B – ITS IV.2ad.b : Deflektor Pemasukan Ruang Muat II

d =

d = Diameter deflektor

V = Volume ruang muat II = 2675,966 m3 v = Kecepatan udara yang melewati ventilasi

(27)

O = Density udara bersih = 1 kg/m3

Dalam pelaksanaan mengingat adanya sambungan kontruksi hasil tersebut + 50 mm luas lubang pemasukan dibagi 2.

Ld = L/1 = 3,71/2 Ld = 1,855

Jadi diameter satu lubang deflektor:

(28)

dKM = 1,537 m

Ukuran deflektor pemasukan pada ruang muat II: d3 = 1,537 m Ukuran deflektor pengeluaran ruang muat II:

Dipakai 2 buah deflektor pengeluaran dengan diameter sama dengan diameter pemasukan.

k) Deflektor Pemasukan dan Pengeluaran Ruang Muat III Menurut buku Perlengkapan Kapal B – ITS IV.2ad.b : Deflektor Pemasukan Ruang Muat III

d =

d = Diameter deflektor

(29)

v = Kecepatan udara yang melewati ventilasi

Dalam pelaksanaan mengingat adanya sambungan kontruksi hasil tersebut + 50 mm luas lubang pemasukan dibagi 2.

Ld = L/1 = 3,553/2 Ld = 1,7762

(30)

dKM =

Ukuran deflektor pemasukan pada ruang muat III: d3 = 1,504 m Ukuran deflektor pengeluaran ruang muat III:

Dipakai 2 buah deflektor pengeluaran dengan diameter sama dengan diameter pemasukan.

G. KOMPONEN-KOMPONEN DALAM SISTEM PIPA

a) Separator

(31)

perbedaan masa jenisnya maka air akan keluar melalui pembuangan sedangkan minyak akan masuk melalui lubang–lubang pada mangkuk yang selanjutnya akan ditampung ketangki harian.

Gambar 6.8. Separator

b) Hydrophore

Dalam hydrophore terdapat 4 bagian dimana ¾ nya berisi air sedangkan ¼ nya berisi udara dengan tekanan kerja 3 kg/cm2 maka hydrosphore akan bekerja mendistribusikan masing–masing ke ruang mesin–mesin kemudi dan geladak dengan bantuan kompresor

otomatis.

Gambar 6.9. Hydrophore

c) Cooler

(32)

Gambar 6.10. Cooler

d) Purifier

Secara prinsip sama dengan separator yaitu sebagai pemisah antara minyak dengan air. Hanya pada purifier kotoran yang telah dipisahkan akan dibuang pada saat kapal mengadakan pengedokan atau bersandar ke pelabuhan untuk menghindari pencemaran lingkungan.

Gambar 6.11. Purifier

e) Strainer/ Filter

Fungsi dari alat ini adalah sebagai saringan yang bagian dalamnya terdapat lensa penyaring.

(33)

f) Botol Angin Dan Sea Chest

Fungsinya apabila kotak lautnya terdapat banyak kotoran atau binatang laut, angin akan menyemprotkan udara yang bertekanan ke dalam kotak laut tersebut.

Gambar 6.12. Sea Chest

g) Kondensor Pada Instalasi Pendingin

Fungsinya adalah untuk mengubah uap air menjadi air untuk keperluan pendinginan.

Gambar 6.13. Kondensor

8) PERHITUNGAN SEA CHEST a. Perhitungan Displacement

D = Lpp x B x T x Cb x γ x c

Dimana :

(34)

γ = 1,025 c = 1,004

Jadi :

D = 92 x 14,50 x 5,6 x 0,68 x 1,025 x 1,004 = 5227,69 Ton

b. Diameter Dalam Pipa

Berdasarkan diktat SDK hal 31 ITS 1982. kapasitas tangki antara 10% - 17% D

Direncanakan 14% D d = 14% x 5227,69

= 731,88

berdasarkan tabel didapat diameter pipa sebesar 160mm. c. Perhitungan Tebal Plat Sea Chest

Tebal plat sea chest harus sesuai rumus BKI 2006 Sec. 8.B.5.3.1

T = 12 . a . P.k+ tk P = 2 bar

T = 12 x 0,6 21+ 1,5 = 11,68 mm diambil 12 mm d. Modulus Penegar Kotak Sea Chest

Modulus penampang penegar sea chest harus sesuai rumus BKI 2006 Sec. 8.B.5.3.1

W = k x 56 x a x p x l2 = 1 x 56 x 0,6 x 2 x ( 1,2 )2 = 96,76 cm3

e. Perhitungan Lubang Sea Chest 1. Luas Penampang Pipa

A = ¼ π.d2

= ¼ x 3,14x 902 = 6358,5 mm2

(35)

= 2 x 6358,5 = 12717 mm2

3. Jumlah lubang sea greating direncanakan 16 buah maka luas tiap lubang sea greating :

a = A1/16 = 12717 /16 = 794,813 mm2

4. Bentuk lubang direncanakan persegi dengan panjang 80 mm maka:

L = a/p

= 794,813 / 80 = 9,9 mm ≈ 10 mm 5. Ukuran kisi-kisi sea greating

Panjang (P) = 80 mm dan lebar (L) = 10 mm

Tabel Ukuran Pipa Pada Kapal "KM BATU RAJA”

Nama Diameter (mm) Tebal (mm)

Pipa Bilga Utama 99 3,99

Pipa Bilga Cabang 99 3,85

Ballast 216,3 6,6

Bahan Bakar

1. Harian Menuju Mesin 12,16 3,2

2. Harian Menuju Tangki Harian 38,47 3,2

Minyak Lumas 42,7 4,3

Air Tawar 190 4,19

Pipa Udara 50 5

Pipa Duga 50 6

Sanitari 100 8

Gambar

Gambar 6.1. Seamless Drawing Steel Pipe
Gambar 6.2. Seamless Drawn Pipe
Gambar 6.6. Pipa Galvanis
Tabel 6.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository

Mata kuliah ini membahas konsep etika dalam profesi guru, berbagai peran guru, kedudukan guru sebagai tenaga profesional, pengembangan kompetensi dan profesi guru, guru

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh Pejabat Pengadaan Dinas. Kebudayaan dan Pariwisata

Penelitian ini bertujuan mengetahui efek antiangiogenik ekstrak etanol daging buah mahkota dewa ( Phaleria macrocarpa) pada membran korio alantois (CAM) embrio ayam..

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Kakao ( Theobroma cacao) Terhadap Pertumbuham Shigella dysentriae ; Alfa Rianul Setiawan, 082010101064; 2012: 47 halaman; Fakultas

Teori yg menggambarkan dan membahas fenomena dan fakta politik dengan tidak mempersoalkan norma dan nilai. Batasan : deskripsi dan komparasi Batasan : deskripsi

[r]

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Kakao ( Theobroma cacao) Terhadap Pertumbuham Shigella dysentriae ; Alfa Rianul Setiawan, 082010101064; 2012: 47 halaman; Fakultas