• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum BankIndonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum BankIndonesia"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

0

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Sulawesi Utara

Triwulan IV – 2009

(2)

1

Kata Pengantar

Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan

Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum

otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai ”economic intelligent and research unit” yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat,

menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam

perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional

(KER) Provinsi Sulawesi Utara secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro

ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat

kesejahteraan dan kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.

Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui

penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder

maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas

dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat

memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Manado, 31 Desember 2009

BANK INDONESIA MANADO

(3)

2

Daftar Isi

RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 4

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 11

Sisi Permintaan halaman 12

Sisi Penawaran halaman 20

Boks 1. Arah Perkembangan Dunia Usaha di Wilayah Sulawesi Utara Pada

Triwulan I-2010

halaman 29

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 31

Inflasi Tahunan (yoy) halaman 32

Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Bulanan (mtm)

halaman 33

halaman 34

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 37

Fungsi Intermediasi halaman 37

Risiko Kredit halaman 48

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat halaman 51

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 53

Dana Perimbangan halaman 53

Perkembangan APBD Provinsi halaman 55

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 59

Perkembangan Aliran Uang Kartal halaman 59

Penemuan Uang Palsu halaman 62

Perkembangan Kliring Lokal (Tunai) halaman 63

RTGS (Real Time Gross Settlement) halaman 64

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

halaman 66

Pengangguran halaman 66

Kemiskinan halaman 70

Rasio Gini halaman 72

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) halaman 73

PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI halaman 75

Prospek Pertumbuhan Ekonomi halaman 75

Prakiraan Inflasi halaman 76

(4)

3

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado

Jl. 17 Agustus No. 56

Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933

Email : hasiando@bi.go.id

(5)

4

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro Ekonomi Regional

Perkembangan berbagai indikator ekonomi Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2009 tak terlepas dari perkembangan kondisi

makro ekonomi Indonesia yang menunjukan perkembangan yang

positif. Perbaikan ekonomi global telah mendukung pulihnya

kinerja ekspor dan investasi seiring dengan membaiknya permintaan dunia dan domestik/nasional. Kinerja ekspor yang

sempat turun pada semester I-2009, mulai menunjukan

tanda-tanda pembalikan. Di sisi domestik, konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh pada level yang cukup tinggi, didorong

oleh stabilnya daya beli masyarakat serta keyakinan konsumen

yang masih terjaga. Membaiknya ekspor dan tetap tingginya

konsumsi mendorong optimisme pelaku usaha untuk meningkatkan investasi, terutama sejak pertengahan tahun 2009.

Dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian tersebut,

pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal IV-2009 diperkirakan

akan mencapai sebesar 4,4% (yoy). Secara keseluruhan, perekonomian nasional sepanjang Tahun 2009 diprediksi tumbuh

sebesar 4,3% (yoy).

Membaiknya berbagai indikator makro ekonomi nasional

berdampak pula pada perkembangan berbagai indikator makro ekonomi regional Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini antara lain

ditandainya dengan semakin minimalnya dampak krisis ekonomi

global terhadap perekonomian Sulawesi Utara khususnya melalui

jalur perdagangan internasional tercermin dari mulai melandainya kontraksi ekspor luar negeri bahkan dalam beberapa periode

sempat mencatat pertumbuhan positif. Seiring dengan itu,

optimisme masyarakat terhadap pemulihan ekonomi nasional dan

regional menunjukan peningkatan tercermin dari indeks keyakinan konsumen (IKK) dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota

Perkembangan berbagai indikator ekonomi Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2009 tak terlepas dari perkembangan kondisi makro ekonomi indonesia yang menunjukkan

perkembangan yang positif.

Membaiknya berbagai indikator makro ekonomi nasional berdampak pula pada

(6)

5

Manado. Pada tahap berikutnya, peningkatan rasa optimisme ini,

telah mendorong peningkatan kegiatan konsumsi khususnya saat

perayaan hari raya keagamaan (Idul Adha dan Natal) serta Tahun Baru 2010. Laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara selama

triwulan IV-2009 diperkirakan berada pada level 8,03% (yoy) jauh

lebih tinggi dibandingkan perkiraan laju pertumbuhan ekonomi

nasional yang hanya berada pada 4,4% (yoy). Secara keseluruhan Tahun 2009, perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh

7,9% lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan nasional Tahun

2009 yang hanya 4,3% (yoy).

Dari sisi permintaan, perekonomian selama triwulan IV-2009

diperkirakan lebih banyak disumbangkan oleh kegiatan konsumsi

dan investasi sedangkan kegiatan ekspor diperkirakan belum maksimal meskipun dalam beberapa bulan sempat menunjukan

perkembangan membaik. Meningkatnya kegiatan konsumsi seiring

dengan meningkatnya optimisme masyarakat berdasarkan hasil

Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) dan hasil penjualan ritel berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE). Sementara itu,

perkembangan investasi antara lain tercermin dari terus

berlangsungnya perluasan pembangun Mega Trade Center, hotel,

perumahan serta peningkatan persentase realisasi belanja modal hingga akhir Tahun 2009 yang mencapai Rp241,64 milliar atau

naik 53,57% (yoy) dibandingkan realisasi pada periode yang sama

tahun lalu yang hanya Rp157,34 miliar.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2009

disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada. Dampak krisis

ekonomi global hingga triwulan IV-2009 relatif minimal tercermin dari proyeksi laju pertumbuhan ekonomi sebesar 8,03% (yoy).

Potensi perlambatan ekonomi ini yang diperkirakan sebelumnya

ternyata masih dapat tertolong oleh meningkatnya aktivitas

pembangunan infrastruktur dan sarana/prasarana lainnya dalam rangka mempersiapkan penyelenggaraan WOC dan CTI Summit

Dari sisi penawaran, pertumbuhan pada triwulan IV-2009

disumbangkan oleh seluruh sektor...

Dari sisi permintaan,

(7)

6

yang membawa multipier effect pada meningkatnya kegiatan perdagangan dan kunjungan wisatawan.

Perkembangan Inflasi Daerah

Laju inflasi tahunan di Kota Manado pada akhir triwulan IV-2009

menunjukkan adanya peningkatan. Inflasi Kota Manado pada

triwulan IV-2009 tercatat sebesar 2,31% (yoy) atau jauh lebih

tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang mencatat deflasi sebesar 0,01% (yoy). Seperti halnya laju inflasi

tahunan, secara triwulanan, Kota Manado juga mengalami

peningkatan yang ditunjukkan dengan inflasi yang mencapai

2,50% (qtq) meningkat dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 0,74% (qtq). Jika dibandingkan

dengan inflasi nasional, inflasi tahunan Kota Manado masih sedikit

lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan nasional sebesar 2,78%

(yoy).

Inflasi Kota Manado selama triwulan IV-2009 disebabkan sebagian

besar oleh faktor fundamental maupun non fundamental. Faktor fundamental yang paling berpengaruh adalah kenaikan ekspektasi

inflasi dan tekanan permintaan. Perayaan keagamaan (Idul Adha

dan Hari Natal) serta tahun baru 2010 merupakan faktor utama

yang menyebabkan ekspektasi inflasi dan permintaan masyarakat mengalami peningkatan. Kondisi tersebut secara musiman selalu

meningkatkan tekanan inflasi. Sementara itu, faktor non

fundamental lebih disebabkan oleh kenaikan harga volatile foods

yang juga masih terkait dengan kegiatan konsumsi masyarakat

pada saat perayaan keagamaan dan menjelang akhir tahun.

Perkembangan Perbankan Daerah

Secara umum perkembangan perbankan di Sulawesi Utara pada

triwulan IV-2009 (posisi November 2009) berada pada trend yang melambat walaupun tetap tumbuh positif. Hal ini tercermin dari

perkembangan berbagai indikator seperti total aset, kredit, Dana

Pihak Ketiga (DPK) serta peningkatan jumlah rasio kredit

Secara umum perkembangan perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan IV-2009 (posisi November 2009) berada pada tren yang melambat...

Laju inflasi tahunan di Kota Manado pada akhir triwulan IV-2009 menunjukkan adanya peningkatan.

(8)

7

bermasalah (Non Performing Loan). Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, total aset dan DPK mengalami pertumbuhan

(yoy) yang juga lebih rendah. Namun demikian, fungsi intermediasi

perbankan masih berjalan baik tercermin dari pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK sehingga rasio

Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami peningkatan. Dengan risiko dan ketidakpastian pemulihan ekonomi global yang masih cukup

tinggi, perbankan saat ini melakukan strategi dengan fokus pada penerapan prinsip kehati-hatian dan khusus dalam penyaluran

kreditnya saat ini perbankan juga lebih memperhatikan potensi

usaha debitur kedepan melalui risk based pricing.

Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)

Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Provinsi Sulawesi Utara

pada Tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik

17,12% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan dana alokasi pemerintah pusat terutama

berasal dari Dana Perimbangan (DAU/DAK) yang naik 23,45%

mencapai jumlah Rp5,34 Triliun berikutya adalah Dana Sektoral

yang naik 8,38% mencapai Rp3,09 Triliun dan Dana Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan yang naik 13,79% mencapai

Rp788 milliar.

Kinerja keuangan pemerintah hingga triwulan IV-2009 relatif lebih

rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sampai dengan 31 Desember 2009, total pengeluaran pemerintah

mencapai Rp1.034 milliar atau mencapai 91,3% dari target pengeluaran dalam APBD-P sebesar Rp1.133 milliar. Sementara itu,

total penerimaan pemerintah mencapai Rp1023 milliar atau 98,5%

dari target penerimaan dalam APBD-P sebesar Rp1.039 milliar.

Realisasi penerimaan yang lebih kecil dibandingkan pengeluaran menyebabkan keuangan pemerintah hingga triwulan IV-2009

mengalami defisit sebesar Rp11,08 milliar. Keadaan ini selanjutnya

ditanggulangi dengan adanya pembiayaan daerah senilai Rp99,10

Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12%...

(9)

8

milliar hingga di akhir tahun terdapat SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran) sebesar Rp88,02 milliar.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado

pada triwulan IV-2009 berada pada kondisi net outflow. Artinya jumlah aliran uang kartal yang keluar ke masyarakat (outflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang masuk

ke Bank Indonesia (inflow). Kondisi net outflow yang terjadi pada triwulan laporan merupakan pola musiman berkenaan dengan

perayaan keagamaan (Idul Adha dan Hari Natal) serta perayaan

menjelang tahun baru.

Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia

Manado menunjukkan adanya penurunan yang signifikan

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang palsu

yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-2009 sebanyak 47 lembar yang terdiri dari 18 lembar

uang pecahan Rp100.000,-, 15 lembar uang pecahan Rp50.000,

10 lembar uang pecahan Rp20.000,- serta masing-masing 2

lembar uang pecahan Rp10.000,- dan Rp5.000,-. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya

sebesar 136 lembar. Penurunan temuan ini mengindikasikan

pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah sudah cukup baik.

Perkembangan kliring lokal (tunai) pada triwulan IV-2009 sebanyak 96.098 lembar dengan nilai Rp2.181 miliar atau meningkat

jumlahnya sebesar 20,99% (yoy) dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya. Sama halnya jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya, terlihat adanya peningkatan jumlah warkat maupun nominal transaksi. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar

warkat yang dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak

1.582 lembar dengan nilai sebesar Rp36 miliar. Angka inipun

Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-2009 berada pada kondisi net outflow.

Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Manado adanya menunjukan penurunan yang signifikan...

(10)

9

meningkat 17,76% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal

kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian

Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif.

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan

Kesejahteraan Masyarakat

Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara

pada Agustus 2009 mengalami perbaikan tercermin dari rasio TPT

(Tingkat Pengangguran Terbuka) sebesar 10,56% atau turun tipis (0,09%) dibandingkan dengan periode Agustus 2008 sebesar

10,65%. Demikian halnya bila dibandingkan terhadap kondisi

Februari 2009 yang juga mengalami penurunan sebesar 0,07%. Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, pertanian masih menjadi

sektor lapangan pekerjaan utama, walaupun telah terjadi

pergeseran ke sektor lainnya, terutama sektor perdagangan dan

sektor jasa. Berdasarkan persebarannya, Manado masih menjadi daerah dengan jumlah angkatan kerja terbesar dan angka

pengangguran tertinggi.

Outlook Pertumbuhan Ekonomi

Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I-2010 diprediksi akan tumbuh baik yang didukung oleh semakin pulihnya

perekonomian dunia. Laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan

I-2010 diperkirakan sebesar 6,7% (yoy), sedikit lebih lambat

dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di sisi permintaan, perlambatan tersebut diperkirakan terjadi pada kegiatan investasi

sedangkan di sisi penawaran, salah satu sektor ekonomi yang

diperkirakan mengalami perlambatan adalah sektor bangunan.

Dari sisi permintaan, perlambatan kegiatan investasi merupakan

dampak dari ketiadaan even berskala besar selama triwulan ke

depan, berbeda dibandingkan tahun sebelumnya dimana 2 (dua) even berskala besar yaitu WOC (World Ocean Conference) dan

Bunaken Sail telah memicu kegiatan investasi. Sementara itu, kegiatan konsumsi diperkirakan akan tumbuh positif seiring

Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada Agustus 2009 mengalami perbaikkan...

Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I-2010 diprediksi akan tumbuh baik...

(11)

10

dengan berlangsungnya perayaan Tahun Baru Imlek 2561 dan

dimulainya kampanye pemilihan kepala daerah di 9 (sembilan)

wilayah administratif termasuk pada tingkat provinsi.

Dari sisi penawaran, melambatnya kinerja sektor bangunan

diperkirakan akan mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Utara di triwulan I-2010. Salah satu sektor ekonomi yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang significant pada triwulan mendatang adalah sektor PHR (Perdagangan, Hotel dan

Restoran). Peningkatan aktivitas konsumsi selama triwulan I-2010

diperkirakan akan mendorong kinerja sektor PHR dan sektor ekonomi lainnya.

Outlook Inflasi Regional

Pada triwulan I-2010, inflasi Kota Manado secara triwulanan

diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2009. Secara

triwulanan, inflasi Kota Manado diperkirakan berkirsar antara 1% hingga 1,2% (qtq), sementara secara tahunan diperkirakan sekitar

5% hingga 5,5% (yoy). Potensi meningkatnya harga beras pada

Januari, rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) oleh pemerintah

dan dimulainya kampanye Pilkada pada Maret 2010 merupakan faktor-faktor yang diperkirakan akan mendorong peningkatan

harga secara umum. Sementara itu, perlambatan inflasi secara

tahunan terjadi karena relatif rendahnya harga-harga komoditas di pasar internasional pada awal Tahun 2010.

Di sisi lain, dimulainya kampanye Pilkada pada Maret 2010

diperkirakan akan meningkatkan jumlah uang beredar yang pada akhirnya dapat memicu tekanan harga. Namun demikian, inflasi

pada triwulan I-2010 masih akan tertahan oleh rendahnya tingkat

suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) sehingga potensi

kenaikan harga dari sisi permintaan (demand) relatif terkendali. Selain itu penundaan program konversi minyak tanah di Sulawesi

Utara hingga April 2010 juga menahan kemungkinan

meningkatnya harga barang secara umum.

Pada triwulan I-2010, inflasi Kota Manado secara triwulanan diperkirakan lebih tinggi... Dari sisi penawaran, melambatnya kinerja sektor bangunan

diperkirakan akan mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara...

(12)

11

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Perkembangan berbagai indikator ekonomi regional Provinsi Sulawesi Utara menjelang akhir

tahun 2009 tak terlepas dari perkembangan kondisi makro ekonomi Indonesia. Secara

umum, perekonomian nasional terus menunjukkan perkembangan yang semakin baik.

Perbaikan tersebut ditopang oleh meningkatnya optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi domestik dan global, serta terjaganya kestabilan makroekonomi domestik. Di

tengah-tengah krisis global, berbagai kinerja yang cukup positif tersebut tidak terlepas dari

daya tahan permintaan domestik yang kuat, sektor perbankan yang tetap sehat dan stabil, ekspektasi pemulihan ekonomi global yang semakin optimis, serta respons kebijakan fiskal

dan moneter yang akomodatif dalam mendukung terjaganya perekonomian domestik. Sejalan dengan itu, kinerja pasar keuangan global terus membaik. Meskipun sempat

mengalami tekanan akibat kembali menurunnya kepercayaan investor terkait krisis utang

Dubai World dan krisis fiskal Yunani, dampak kedua krisis tersebut berlangsung singkat dan

rambatannya bersifat minimal terhadap pasar keuangan dunia.

Di sisi domestik, perbaikan ekonomi global mendukung kinerja ekspor dan peningkatan

investasi. Kinerja ekspor yang anjlok sangat signifikan di semester I-2009, mulai membaik

pada pertengahan tahun sejalan dengan pemulihan perekonomian global yang kian

membaik dan peningkatan harga komoditas. Di sisi domestik, konsumsi rumah tangga masih tumbuh pada level tinggi, didorong oleh stabilnya daya beli masyarakat serta

keyakinan konsumen yang masih terjaga. Membaiknya ekspor dan tetap tingginya konsumsi

mendorong optimisme pelaku usaha untuk meningkatkan investasi, terutama sejak pertengahan tahun 2009. Dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian tersebut,

pertumbuhan ekonomi secara tahunan di kuartal IV-2009 diperkirakan akan mencapai

sebesar 4,4%. Secara keseluruhan tahun 2009, perekonomian diperkirakan akan tumbuh

sebesar 4,3%.

Membaiknya berbagai indikator makro ekonomi nasional berdampak pula pada

perkembangan berbagai indikator makro ekonomi regional termasuk di Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini antara lain ditandainya dengan semakin minimalnya dampak krisis ekonomi

global terhadap perekonomian Sulawesi Utara khususnya melalui jalur perdagangan

(13)

12

beberapa periode sempat mencatat pertumbuhan positif. Seiring dengan itu, optimisme

masyarakat terhadap pemulihan ekonomi nasional dan regional menunjukan peningkatan

tercermin dari indeks keyakinan konsumen (IKK) dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota Manado. Pada tahap berikutnya, peningkatan rasa optimisme ini, telah

mendorong peningkatan kegiatan konsumsi khususnya saat perayaan hari raya keagamaan

(Idul Adha dan Natal) serta Tahun Baru 2010. Mulai terlihatnya tanda-tanda pemulihan

ekspor dan meningkatnya kegiatan konsumsi masyarakat mendorong pelaku usaha untuk menanamkan investasinya di Sulawesi Utara. Mengacu data baik primer maupun sekunder

serta merujuk hasil survey yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Manado maka, laju

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara selama triwulan IV-2009 diperkirakan berada pada level 8,03% (yoy) jauh lebih tinggi dibandingkan perkiraan laju pertumbuhan ekonomi

nasional yang hanya berada pada 4,4% (yoy). Secara keseluruhan Tahun 2009,

perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh 7,9% jauh melebihi perkiraan

pertumbuhan nasional Tahun 2009 yang hanya 4,3%.

A. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, perekonomian selama triwulan IV-2009 diperkirakan lebih banyak

disumbangkan oleh kegiatan konsumsi dan investasi sedangkan kegiatan ekspor diperkirakan belum maksimal meskipun dalam beberapa bulan sempat menunjukan

perkembangan membaik. Meningkatnya kegiatan konsumsi seiring dengan meningkatnya

optimisme masyarakat berdasarkan hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) dan hasil

penjualan ritel berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE). Sementara itu, perkembangan investasi antara lain tercermin dari terus berlangsungnya perluasan

pembangun Mega Mal, hotel, perumahan serta peningkatan persentase realisasi belanja

modal hingga akhir Tahun 2009 yang mencapai Rp241,64 milliar atau naik 53,57%

dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp157,34 miliar.

Tabel 1.1.

Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (%)

Q4 Sumb. Q1 Q2 Q3 Q4*) Sumb.

Konsumsi 3.8 2.6 4.1 8.5 6.4 4.0 8.3 5.3 6.8

Konsumsi Swasta 4.4 1.9 3.4 5.1 5.2 3.5 8.5 3.6 5.6

Konsumsi Pemerintah 2.9 0.7 5.3 15.9 9.0 5.0 7.9 1.8 9.2

PMTB 13.1 3.0 11.7 10.0 6.3 8.2 9.7 2.4 8.6

Stok 48.5 0.6 40.5 -19.9 -36.1 -32.5 33.1 0.5 -16.8

Ekspor 10.5 4.6 18.4 6.0 6.9 -10.6 4.0 1.8 1.4

Impor 7.6 2.7 18.4 7.9 -0.8 -22.2 5.6 2.0 -2.9

PDRB 8.1 8.1 7.6 7.5 8.3 7.6 8.0 8.0 7.9

2008 2008

Jenis Penggunaan 2009 2009*)

(14)

13

1. Konsumsi

Kegiatan konsumsi selama Triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 8,3% (yoy) dengan

kontribusi sebesar 5,3% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya maka kinerja kegiatan konsumsi selama triwulan

laporan mengalami peningkatan. Faktor pendorong meningkatnya konsumsi diantaranya

adalah (1) Perayaan beberapa hari besar keagamaan yaitu Idul Adha dan Natal (2) Perayaan pesta akhir Tahun 2009 (3) Meningkatnya realisasi belanja pemerintah daerah menjelang

berakhirnya tahun anggaran (4) Dan, maraknya pemasangan baliho dan spanduk Pilkada

baik Gubernur, Bupati dan Walikota serta (5) musim liburan sekolah akhir tahun.

Berdasarkan komponen penyusunnya, kegiatan konsumsi dapat digolongkan pada

konsumsi swasta dan konsumsi pemerintah. Peningkatan konsumsi swasta khususnya

konsumsi rumah tangga antara lain dapat dikonfirmasi melalui beberapa indikator

penuntun konsumsi rumah tangga yang mengindikasikan perbaikan. Dorongan faktor musiman menjelang akhir tahun dan peningkatan pendapatan ekspor diperkirakan

menopang kestabilan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2009.

Stabilnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga didukung oleh perkembangan

beberapa indikator dini. Salah satu diantaranya adalah hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota Manado periode Desember 2009 dimana sebagian besar konsumen yakin bahwa

kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasinya ke depan masih cukup baik terindikasi dari

kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 122 pada Desember 2008 menjadi 137 pada Desember 2009 (optimis > 100). Membaiknya kondisi ekonomi saat ini, utamanya

mencakup aspek penghasilan dan ketersediaan tenaga kerja dimana sebagian besar

responden menyatakan bahwa kondisinya saat ini lebih baik dibandingkan 3 – 6 bulan yang

lalu.

Peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tak lepas pula dari meningkatnya

daya beli masyarakat khususnya para petani tercermin dari membaiknya Nilai Tukar Petani (NTP). Tercatat NTP untuk posisi November 2009 pada level 101,71 (taraf sejahtera > 100),

lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 99,51 (taraf tidak sejahtera,

NTP < 100). Berdasarkan komposisinya hampir 40% masyarakat di Sulawesi Utara bermata

(15)

Peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi dari data

perkembangan penjualan ecaran berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE).

Berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan (Idul Adha dan Natal) serta perayaan Tahun

Baru 2010, telah mendorong meningkatnya permintaan masyarakat sebagaimana tercermin dari hasil SPE. Tercatat, nilai penjualan selama triwulan laporan mengalami peningkatan

21,9% dari Rp139 milliar selama triwulan IV-2008 menjadi Rp170,6 milliar selama triwulan

IV-2009. Seiring dengan itu, kegiatan konsumsi pemerintah diperkirakan juga akan mengalami peningkatan sepanjang Tahun 2009. Hal ini antara lain dapat dikonfirmasi

dengan meningkatnya persentase realisasi belanja pemerintah di 2009 yang mencapai

jumlah Rp792,82 milliar atau naik 4,93% (yoy) dibandingkan pencapaian akhir Tahun 2008.

Grafik 1.1.

Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik 1.2.

Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado

Indeks Keyakinan Konsumen

(16)

15

2. Investasi

Pada triwulan IV-2008, investasi di Sulawesi Utara diperkirakan masih tumbuh pada level

yang cukup tinggi yaitu sebesar 9,7% (yoy). Namun demikian, kinerja ini masih lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 13,1% (yoy). Perlambatan ini diprediksi

sebagai dampak dari berkurangnya pembangunan berbagai sarana dan prasarana fisik oleh

pemerintah maupun swasta seiring dengan berakhirnya perhelatan even berskala internasional WOC (World Ocean Conference), CTI Summit dan Bunaken Sail.

Perlambatan kinerja investasi selama triwulan laporan, antara lain dapat dikonfirmasi melalui

data volume penjualan semen di Sulawesi Utara yang memperlihatkan penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tercatat jumlah penjualan semen pada

triwulan IV-2009 sebanyak 122,5 ribu ton atau turun 3,3% (yoy) dibandingkan periode

yang sama tahun lalu yang tercatat sebanyak 126,8 ribu ton. Selain itu, melambatnya kinerja investasi juga dapat dikonfirmasi dengan data volume impor barang modal dan

jumlah kredit yang disalurkan. Volume impor barang modal pada Triwulan IV-2009

diperkirakan hanya 402 ton atau mengalami kontraksi lebih dari 40% dibandingkan periode

yang sama tahun lalu. Sedangkan kredit investasi pada November 2009 hanya tumbuh 11,98% (yoy) dengan jumlah baki debet Rp958 milliar. Pertumbuhan kredit investasi ini jauh

lebih lambat dibandingkan November 2008 lalu yang tumbuh 31,45% (yoy). 0

(17)

16

3. Ekspor – Impor

Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian domestik dan negara mitra dagang Sulawesi Utara, kinerja ekspor pada triwulan IV-2009 diperkirakan akan membaik. Indikasi

membaiknya kinerja ekspor tercermin dari membaiknya permintaan negara maju seperti

Amerika Serikat, Belanda dan China. Sementara itu, pasar domestik juga menunjukan perkembangan yang cukup baik. Hal ini mendorong pengiriman produk Sulawesi Utara

tidak hanya di pasar luar negeri namun juga pasar demestik di dalam negeri.

Laju pertumbuhan ekspor Sulawesi Utara selama triwulan IV-2009 diperkirakan sebesar 4% (yoy), masih lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 4,6% (yoy).

Namun dibandingkan triwulan sebelumnya, kinerja ekspor selama triwulan laporan

diperkirakan akan lebih baik. Salah satu indikator untuk mengkonfirmasi kinerja ekspor

adalah perkembangan volume ekspor baik ke luar negeri maupun ke pasar domestik (dalam negeri). Selama triwulan IV-2009, diperkirakan volume ekspor Sulawesi Utara ke luar negeri

mencapai 190 ribu ton atau naik 4,3% (yoy) dengan nilai ekspor mencapai USD 115,4 juta

atau naik 9,1% (yoy). Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama

dalam bentuk Food & Live Animals serta Animals & Vegetable Oils & Fats khususnya olahan dari produk kopra, minyak kelapa (Virgin Coconut Oil) dan ikan dengan negara tujuan utama adalah Belanda, Amerika Serikat dan China.

Grafik 1.3.

Pertumbuhan Kredit Produkif (%)

Sumber : Laporan Bank Umum

-10 20 30 40 50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 910 11

2008 2009

%

500 600 700 800 900 1,000 Milliar Rp

(18)

Negara Tujuan Utama Ekspor

Negara Tujuan 2007

Sejalan dengan ekspor, kinerja impor luar negeri ke Sulawesi Utara pada triwulan IV-2009

diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya walaupun tetap

Grafik 1.4.

Perkembangan Nilai Ekspor Sulawesi Utara

Tabel 1.2.

Komoditi Utama Ekspor Sulut (dlm Ribu Ton)

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. November 2009

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) Desember 2009, diestimasi

Perkembangan Volume Ekspor Sulawesi Utara

Tahun Food & Live Animals

Animal & Veg.

Oils & Fats Others Total

(19)

tumbuh positif yaitu sebesar 5,6% (yoy). Perkembangan kinerja impor luar negeri ini antara

lain dapat dikonfirmasi dengan data volume impor selama triwulan laporan yang mencapai

1,23 ribu ton atau meningkat 11,70% (yoy) dengan total nilai impor mencapai USD 3,41 juta. Secara agregat, neraca perdagangan luar negeri Sulawesi Utara masih berada pada

kondisi surplus perdagangan. Hal ini berarti bahwa nilai ekspor luar negeri lebih tinggi

dibandingkan nilai impor dari luar negeri ke Sulawesi Utara.

Grafik 1.5.

Perkembangan Net Nilai Ekspor Sulawesi Utara

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) Data Desember 2009, diestimasi

Perkembangan Nilai Impor Sulawesi Utara

Grafik 1.4.

Perkembangan Volume Impor Sulawesi Utara

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) Desember 2009, diestimasi

Grafik 1.5.

(20)

Menurut strukturnya, kegiatan impor luar negeri sejak Tahun 2008 memiliki perbedaan

dibandingkan tahun sebelumnya. Bila sebelum Tahun 2008 kegiatan impor luar negeri lebih

didominasi oleh kelompok Food & Live Animals khususnya komoditi bahan makanan yaitu gula dan produk olahannya (sugars dan sugar confectionery) maka sejak awal Tahun 2008 hingga saat ini impor Sulawesi Utara lebih didominasi oleh produk barang modal

diantaranya dalam bentuk mesin, perkakas, alat transportasi, dlsb-nya. Meningkatnya

komposisi barang impor dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini mengindikasikan terus meningkatnya kegiatan investasi di Sulawesi Utara. Berdasarkan negara asal

barangnya, bila impor sepanjang Tahun 2008 terutama berasal dari negara China, Thailand

dan Australia, maka di Tahun 2009 selang Januari s.d. November 2009, barang impor lebih

banyak didatangkan dari negara China, Australia dan Filipina.

.

Grafik 1.6.

Negara Asal Impor Sulawesi Utara

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. November 2009

Perkembangan kegiatan perdagangan selama triwulan laporan antara lain juga dapat

dikonfirmasi dengan kegiatan bongkar-muat barang melalui pelabuhan Bitung (khususnya untuk perdagangan dalam negeri). Kegiatan muat didefinisikan sebagai kegiatan

Tabel 1.4.

Komoditi Utama Impor Sulut (dlm Ton)

(21)

20

pengiriman barang dari Sulawesi Utara ke luar provinsi sedangkan kegiatan bongkar

didefinisikan sebagai masuknya barang dari luar provinsi ke Sulawesi Utara. Selama triwulan

IV-2009, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik mencapai 267,2 ribu ton meningkat 9,9% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun

lalu. Sedangkan volume barang yang masuk ke Sulawesi Utara (bongkar) melalui Pelabuhan

Bitung mencapai 772,5 ribu ton, naik 17,99% (yoy).

Berdasarkan strukturnya, terlihat bahwa untuk perdagangan luar negeri lebih didominasi

oleh kegiatan ekspor sedangkan kegiatan impor relatif kecil pangsanya. Sedangkan untuk

perdagangan dalam negeri, intensitas kegiatan bongkar lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan muat yang berarti lebih banyak barang-barang yang masuk ke wilayah Sulawesi

Utara dibandingkan barang yang keluar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya di luar Sulawesi

Utara masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena hampir 70% barang konsumsi masih harus didatangkan dari luar provinsi terutama dari Kota Makasar dan Kota Surabaya.

Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *) Data Sementara

B. SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2009 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada. Dampak krisis ekonomi global hingga triwulan IV-2009 relatif

minimal tercermin dari proyeksi laju pertumbuhan ekonomi sebesar 8,03% (yoy). Potensi

perlambatan ekonomi ini yang diperkirakan sebelumnya ternyata masih dapat tertolong

-1,000

(22)

21

oleh meningkatnya aktivitas pembangunan infrastruktur dan sarana/prasarana lainnya

dalam rangka mempersiapkan penyelenggaraan WOC dan CTI Summit yang membawa

multipier effect pada meningkatnya kegiatan perdagangan dan kunjungan wisatawan.

Tabel 1.6.

Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)

Q4 Sumb. Q1 Q2 Q3 Sumb. Q4*) Sumb.

Pertanian 1.55 0.32 2.66 4.68 4.21 -0.65 -0.14 4.94 0.94 3.22

Pertambangan & Penggalia 9.87 0.51 9.39 5.74 5.75 5.45 0.29 5.18 0.27 5.51 Industri Pengolahan 4.97 0.40 6.20 5.43 6.67 8.31 0.64 6.65 0.52 6.80 Listrik, Gas & Air Bersih 8.11 0.06 7.53 17.75 18.65 13.98 0.10 6.32 0.05 13.95

Bangunan 14.02 2.33 10.73 7.86 5.77 7.14 1.17 6.58 1.15 6.81

PHR 9.58 1.65 10.88 12.37 15.37 8.61 1.27 11.78 2.06 11.97

Pengangkutan & Komunika 12.14 1.32 11.02 8.72 14.55 21.94 2.66 10.02 1.13 13.93 Keu., Sewa & Jasa Perusah 6.85 0.44 7.34 7.03 6.94 8.25 0.55 11.86 0.75 8.63

Jasa-Jasa 7.10 1.04 5.42 6.47 6.42 7.21 1.08 7.99 1.16 7.05

PDRB 8.06 8.06 7.56 7.45 8.31 7.63 7.63 8.03 8.03 7.87

2009

2009*)

Lapangan Usaha 2008 2008

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

1. Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV-2009 diperkirakan sedikit lebih baik dibandingkan

periode yang sama Tahun 2008. Pada triwulan ini, sektor pertanian diperkirakan akan

tumbuh 4,94% (yoy). Berdasarkan pangsanya, pertumbuhan sektor pertanian terutama

disumbangkan oleh sub sektor tanaman bahan makanan disusul oleh sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan.

Sementara itu, untuk sub sektor lainnya yaitu sub sektor perkebunan dan sub sektor

kehutanan laju pertumbuhannya rendah sehingga kontribusinya relatif terbatas. Melambatnya kinerja sub sektor perkebunan disebabkan oleh terus menurunnya produksi

tanaman cengkeh akibat dan menurunnya produksi kelapa yang tidak sebanyak tahun lalu

sebagai akibat serangan hama dan kurangnya peremajaan. Sementara rendahnya pertumbuhan sub sektor kehutanan antara lain disebabkan oleh semakin terbatasnya lahan

kehutanan yang bisa dimanfaatkan serta gencarnya proses penegakan hukum terhadap

pelaku illegal logging yang menyebabkan masyarakat dan pengusaha harus extra hati-hati dalam memanfaatkan lahan yang ada.

Perkembangan kinerja sektor pertanian antara lain dapat dikonfirmasi dengan data

perkembangan produksi beras dan jagung. Jumlah produksi beras pada triwulan III-2009

(Sep – Des 2009) diperkirakan mencapai 79.461 ton atau naik 1,76% (yoy) dibandingkan

(23)

22

Tabel 1.7.

Perkembangan Produksi Beras dan Jagung

-Tw.III-2009 produksinya naik 6,03% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu

mencapai jumlah 169.102 ton.

2008 2009

Tw .I Tw .I I Tw .I I I Tw .I Tw .I I Tw .I I I

Luas Panen (Ha) 36,202 37,341 32,890 37,398 40,990 32,456 Produksi Gabah

(Ton) 173,909 185,711 156,897 190,246 192,857 162,150 Produksi Beras (Ton) 109,563 116,997 78,089 119,855 94,509 79,461

Dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk membiayai sektor pertanian masih relatif

terbatas. Sampai dengan November 20009, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor

pertanian hanya Rp345 milliar atau hanya 3,34% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif

tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL (Non Performing Loan). Selain itu, belum terlalu kondusifnya kondisi usaha di sektor riil sebagai dampak krisis ekonomi global menyebabkan saat ini perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan

(24)

pembiayaan termasuk di sektor pertanian. Hal ini terbukti dengan terus melambatnya

pertumbuhan kredit di sektor ini dari sebelumnya tumbuh pada kisaran 75-80% (yoy) di

akhir Tahun 2008 menjadi -36,01% (yoy).

2. Sektor Bangunan (Konstruksi)

Kinerja sektor bangunan (konsturksi) selama triwulan IV-2009 diperkirakan akan mengalami

perlambatan dari 14,02% (yoy) pada triwulan IV-2008 menjadi 6,58% (yoy) pada triwulan

IV-2009. Perlambatan kinerja sektor bangunan diperkirakan dipengaruhi oleh menurunnya aktivitas pembangunan sarana dan prasarana pendukung even Internasional seperti World Ocean Conference (WOC) dan Bunaken Sail . Namun demikian, kinerja sektor ini masih relatif baik tercermin dari positifnya pertumbuhan. Kinerja sektor ini terutama

disumbangkan oleh berlanjutnya perluasan pembangunan beberapa pusat –pusat

perbelanjaan satu diantaranya adalah perluasan pembangunan mega mal. Beberapa

variabel ekonomi yang bisa mengkonfirmasi perkembangan sektor ini diantaranya adalah data perkembangan volume penjualan semen yang selama triwulan IV-2009 diperkirakan

mencapai 30,4 ribu ton atau mengalami kontraksi -3,86% (yoy). Dari sisi pembiayaan, posisi

kredit perbankan ke sektor bangunan pada triwulan IV-2009 juga menunjukan tren yang

melambat hanya tumbuh 10,06% (yoy) dengan jumlah nomnal Rp471 milliar.

.

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : SPE dan LBU Bank Umum

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor PHR pada triwulan IV-2009 diprediksi akan tumbuh 11,78% (yoy). Kinerja ini relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 9,58% (yoy).

Berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Adha, Tahun Baru Hijriyah dan

Grafik 1.9.

Volume dan Pertumbuhan Penjualan Semen

Grafik 1.10.

(25)

Natal serta perayaan Tahun Baru 2010 membawa dampak pada meningkatnya kegiatan di

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR). Kinerja sektor PHR antara lain dapat

dikonfirmasi dengan perkembangan data pariwisata yang secara umum memperlihatkan perkembangan positif diantaranya adalah data kunjungan wisatawan mancanegara, jumlah

tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar

terjual.

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Perkembangan sektor PHR, juga dapat dikonfirmasi melalui indeks penjualan eceran dari

hasil Survey Penjualan Eceran (SPE) yang terus memperlihatkan kenaikan indeks yaitu dari 139,9 di triwulan IV-2008 naik menjadi 170,6 pada triwulan IV-2009 atau naik 21,7% (yoy).

(26)

Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor terbesar kedua setelah sektor konsumsi

yang mendapatkan alokasi pembiayaan dari perbankan yaitu sebesar Rp2,9 triliun atau meningkat 8,54% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini

mengindikasikan bahwa penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran

cukup berperan bagi perkembangan ekonomi Sulawesi Utara.

4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Rencana penyelenggaraan berbagai even berskala internasional menyebabkan gaung Kota Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata semakin dikenal oleh masyarakat luar. Hal ini

berpengaruh pada meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara

hingga pada tahap lanjut mampu mendorong kinerja sektor pengangkutan dan

telekomunikasi. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan IV-2009 tumbuh 10,02% (yoy). Menurut sub sektornya, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi

terutama berasal dari sub sektor pengangkutan (80%) sedangkan sisanya disumbangkan

oleh sub sektor komunikasi (20%).

Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan

terutama disebabkan oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular oleh masyarakat

yang didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan. Hal ini antara lain tercermin dari

bermunculannya pemain baru dalam provider telekomunikasi yaitu provider Tri setelah sebelumnya Fren dan Esia disamping pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir hingga

Grafik 1.14.

Perkembangan Kredit Sektor PHR Grafik 1.13.

(27)

26

meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan

berbagai macam fasilitas dan fitur-futur baru semakin memudahkan dan memanjakan para

pengguna jasa telekomunikasi. Namun, dari sisi pembiayaan perbankan, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor angkutan dan telekomunikasi s.d. November 2009 hanya Rp60,1

milliar jumlah ini turun lebih dari 30,7% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

-40 -20 0 20 40 60 80 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2008 2009

%

-100 200 300 400 500 600 Milliar Rp

Pertanian gAngkutan

5. Sektor Jasa-Jasa

Sektor jasa-jasa diperkirakan tumbuh 7,99% (yoy) pada triwulan IV-2009, sedikit lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 7,10% (yoy). Perbaikan

kinerja sektor jasa-jasa antara lain tercermin dari meningkatnya persentase realisasi PAD

selama Tahun 2009 mencapai Rp331,11 milliar atau meningkat 2,7% (yoy) dibandingkan pencapaian Tahun 2008.

6. Sektor Lainnya

Dampak krisis ekonomi global terhadap kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan IV-2009 relatif minimal sehingga sektor industri pengolahan diprediksikan tumbuh 6,65%

(yoy). Perkembangan kinerja sektor ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan jumlah

penggunaan BBM Industri selama triwulan IV-2009 yang naik secara significant mencapai 80,35% (yoy) dengan jumlah penggunaan 23.080 Kilo Liter. Menurut jenisnya, penggunaan

solar dan premium mencatat kenaikan tertinggi masing-masing sebesar 81,31% (yoy) dan 81,74% (yoy). Sedangkan untuk jenis minyak tanah peningkatan relatif kecil hanya sebesar

11,36% (yoy). Perkembangan sektor indutri pengolahan tak lepas pula dari dukungan

pembiayaan oleh perbankan yang hingga November 2009 mencapai Rp221 milliar.

Grafik 1.15.

Perkembangan Kredit Sektor Angkutan (%)

(28)

Sementara itu, pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan IV-2009

diperkirakan 6,32% (yoy). Peningkatan kinerja sektor ini, tak lepas dari pulihnya pasokan listrik di Sulawesi Utara seiring dengan meningkatnya debit air Danau Tondano selama

musim penghujan. Selain itu, meningkatnya pasokan listrik juga disebabkan oleh kembali

berfungsinya beberapa mesin pembangkit yang sebelumnya mengalami kerusakan dan

pemeliharaan. Kinerja sektor listrik, gas dan air besih antara lain dapat dikonfirmasi dengan

-Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 5,75%

(yoy). Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub

sektor yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas dan

0

(29)

28

penggalian. Khusus untuk sub sektor penggalian, berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor

penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan

industri berskala besar. Kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 11,86% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang hanya tumbuh 6,85% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan

dan jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas

perbankan antara lain : pembukaan kantor cabang baru (Bank Common Wealth dan Bank Mayapada), penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk

baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam

(30)

Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Tw.IV-2009, KBI Manado

(10,00)

8,00 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

Pertambangan dan

Grafik 2. Perkembangan Seluruh Sektor Ekonomi (SBT) Perkiraan Triwulan I-2010

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Tw.IV-2009, KBI Manado BOKS 1

ARAH PERKEMBANGAN DUNIA USAHA DI WILAYAH SULAWESI UTARA

PADA TRIWULAN I-2010

Arah pertumbuhan dunia usaha di wilayah Sulawesi Utara di awal tahun 2010 diperkirakan akan mengalami perlambatan. Hal ini diperlihatkan oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha dimana responden merasa pesimis terhadap kondisi perekonomian kedepan, yang tercermin dari angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) 0,82% untuk perkiraan triwulan I-2010, menurun signifikan bila dibandingkan SBT 19,66% untuk perkiraan kondisi usaha pada hasil survei sebelumnya. Menurut responden, faktor permintaan dari dalam negeri masih menjadi tumpuan untuk meningkatkan kegiatan usaha, disamping dampak dari ketiadaan even berskala besar selama triwulan kedepan, serta kondisi cuaca yang kurang mendukung untuk keberhasilan panen khususnya di sektor pertanian.

Grafik 1. Perkembangan Kegiatan Usaha (SBT)

 

(31)

30

(30,00) (20,00) (10,00) -10,00 20,00 30,00 40,00 50,00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*

2007 2008 2009 2010

Realisasi Harga Jual Perkiraan Harga Jual

 

semakin menurunnya jumlah kunjungan wisman dan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) seiring

dengan ketiadan even berskala besar yang diselenggarakan di wilayah Sulut.

Seiring dengan kontraksi usaha yang terjadi di awal tahun 2010, harga jual secara umum di

triwulan I-2010 diperkirakan juga mengalami penurunan. Kondisi ini tercermin dari SBT sebesar

2,49% yang jauh lebih rendah dibandingkan perkiraan harga jual pada hasil survei periode

sebelumnya (SBT 8,58%). Sektor ekonomi yang memberikan sumbangan cukup tinggi terhadap

penurunan harga jual pada awal triwulan I-2009 adalah sektor pertanian (SBT -10,03%).

Grafik 3. Perkembangan Harga Jual (SBT)

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Tw.IV-2009, KBI Manado

Namun ditengah-tengah pesimisme masyarakat terhadap kegiatan usaha di awal tahun 2010,

kondisi perekonomian Sulawesi Utara secara umum diharapkan masih dapat tumbuh seiring

dengan penurunan tingkat suku bunga kredit yang akan mendorong dunia usaha untuk dapat

kembali bergairah, disamping meningkatnya aktivitas masyarakat menjelang kampanye

pemilihan kepala daerah di wilayah Sulawesi Utara yang akan dilaksanakan pada pertengahan

(32)

31

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Laju inflasi tahunan di Kota Manado di akhir triwulan IV-2009 menunjukkan adanya

peningkatan. Inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar 2,31% (yoy) atau

jauh lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang mencatat deflasi sebesar 0,01% (yoy). Seperti halnya laju inflasi tahunan, secara triwulanan, Kota Manado

juga mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan inflasi yang mencapai 2,50% (qtq)

meningkat dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 0,74%

(qtq). Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, inflasi tahunan Kota Manado masih sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan nasional sebesar 2,78% (yoy).

Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Sulut, diolah Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Sulut, diolah

Inflasi Kota Manado selama triwulan IV-2009 disebabkan sebagian besar oleh faktor fundamental maupun non fundamental. Faktor fundamental yang paling berpengaruh

adalah kenaikan ekspektasi inflasi dan tekanan permintaan. Perayaan keagamaan (Idul Adha

dan Hari Natal) serta tahun baru 2010 merupakan faktor utama yang menyebabkan

ekspektasi inflasi dan permintaan masyarakat mengalami peningkatan. Kondisi tersebut secara musiman selalu meningkatkan tekanan inflasi. Sementara itu, faktor non

fundamental lebih disebabkan oleh kenaikan harga volatile foods yang juga masih terkait dengan kegiatan konsumsi masyarakat pada saat perayaan keagamaan dan menjelang akhir

tahun.

Grafik 2.2

Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (qtq) Grafik 2.1

Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (yoy)

‐2 0 2 4 6 8 10 12 14

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2008 2009

YOY Manado

YOY Nasional

‐4 ‐2 0 2 4 6 8 10

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2008 2009

(33)

32

A. INFLASI TAHUNAN (yoy)

Secara tahunan, inflasi Kota Manado cenderung mengalami trend peningkatan dari posisi deflasi 0,01% (yoy) di triwulan III-2009 menjadi 2,31% (yoy) pada triwulan IV-2009. Secara

umum, peningkatan laju inflasi disebabkan oleh tingginya permintaan pada saat perayaan

keagamaan dan menjelang akhir tahun 2009. Peningkatan tekanan inflasi tertinggi terjadi

pada kelompok bahan makanan yakni dari -0,82% (yoy) di triwulan III-2009 menjadi 5,82% (yoy) di akhir triwulan IV-2009.

Peningkatan laju inflasi pada kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh inflasi

pada sub kelompok sayur-sayuran, lemak dan minyak serta ikan segar. Pada triwulan IV-2009, terdapat 2 (dua) acara perayaan keagamaan yakni Idul Adha dan hari Natal, ditambah

dengan perayaan menjelang tahun baru 2010 menyebabkan adanya peningkatan

permintaan masyarakat akan bahan makanan. Sementara itu, kondisi cuaca yang tidak stabil mengakibatkan produksi hasil pertanian menjadi berfluktuasi. Pasokan yang kurang

stabil ditambah dengan tingginya permintaan dari masyarakat menyebabkan peningkatan

laju inflasi kelompok bahan makanan. Namun peningkatan laju inflasi kelompok bahan

makanan masih dalam kondisi yang relatif normal.

Selanjutnya kelompok yang mengalami laju inflasi tertinggi kedua adalah kelompok

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, yakni dari deflasi -0,15% (yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi 0,44% (yoy). Sub kelompok perlengkapan rumah tangga dan biaya tempat tinggal mencatat inflasi tertinggi dalam kelompok ini. Adanya kebiasaan masyarakat

di Suawesi Utara memperbaiki kondisi rumah/tempat tinggal serta membeli perlengkapan

rumah tangga menjelang perayaan Natal dan tahun baru diperkirakan menjadi pengaruh

peningkatan laju inflasi kelompok ini.

Laju inflasi kelompok sandang meningkat dari 4,67%(yoy) di triwulan III-2009 menjadi

6,37% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan laju inflasi tahunan kelompok sandang disumbang oleh sub kelompok sandang laki-laki, sandang wanita dan sandang anak-anak.

Inflasi yang terjadi pada kelompok ini juga disebabkan oleh adanya pola musiman dimana

terjadi peningkatan permintaan pakaian baru pada saat perayaan Natal dan menjelang

(34)

33

Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

B. INFLASI TRIWULANAN (qtq)

Secara triwulanan, inflasi Kota Manado meningkat menjadi sebesar 2,50% (qtq). Tidak

berbeda dengan inflasi tahunan, peningkatan inflasi tertinggi secara triwulanan berasal dari

kelompok bahan makanan, kelompok sandang, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.

Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Faktor utama pendorong kenakan inflasi tersebut lebih disebabkan oleh faktor musiman, yakni peningkatan permintaan saat perayaan keagamaan (Idul Adha dan Hari Natal) dan

menjelang akhir tahun 2009. Aktivitas rumah tangga yang meningkat menjelang hari raya

Natal dan tahun baru akan meningkatkan pembelian barang-barang antara lain: pakaian,

softdrink, semen (bahan bangunan), tiket transportasi serta bahan-bahan pembuat makanan (mentega, dll). Sementara itu, tingginya angka realisasi proyek fisik yang dilakukan

Pemerintah Daerah di triwulan akhir tahun anggaran 2009 juga turut menyumbang laju

inflasi Kota Manado pada triwulan laporan.

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV

1 Bahan Makanan 13,58 27,35 26,69 16,95 21,82 4,75 -0,82 5,82

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 2,33 3,45 5,29 7,11 8,03 7,5 6,15 4,88

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 6,89 13,01 11,77 7,16 3,54 2,07 -0,15 0,44

4 Sandang 10,31 9,13 8,02 6,21 6,05 4,94 4,67 6,37

5 Kesehatan 10,08 13,32 13,13 11,51 9,16 5,43 4,84 4,12

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 2,34 1,83 2,02 2,32 2,58 2,03 2,63 1,81

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,52 9,91 9,95 8,83 1,05 -8,66 -8,76 -5,33

7,68 13,18 13,15 9,71 8,85 2,25 -0,01 2,31

2008 2009

No Kelompok

Umum

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV

1 Bahan Makanan 2,32 7,16 6,50 0,15 6,58 -7,86 0,84 6,86 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,68 1,57 3,14 1,55 1,54 1,07 1,85 0,34 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3,22 1,15 2,45 0,18 -0,26 -0,29 0,23 0,77 4 Sandang 4,13 -0,90 1,19 1,71 3,97 -1,93 0,92 3,36 5 Kesehatan 3,36 5,95 1,56 0,26 1,18 2,32 0,99 -0,42 6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,32 0,76 0,32 0,90 0,57 0,22 0,91 0,10 7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,13 10,93 0,10 -2,12 -7,03 0,28 -0,02 1,57

1,98 4,25 3,02 0,17 1,18 -2,08 0,74 2,50

Umum

(35)

34

Grafik 2.3.

Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (mtm)

Sumber: BPS Prov. Sulut dan Nasional, diolah.

B. INFLASI BULANAN (mtm)

Secara bulanan, inflasi pada triwulan IV-2009

memiliki tren meningkat. Pada awal periode,

Kota Manado mencatat inflasi sebesar 0,83%

(mtm), selanjutnya pada bulan Nopember 2009 angka ini meningkat menjadi 1,27%

(mtm), dan sampai dengan akhir triwulan

laporan inflasi di Kota Manado tercatat

sebesar 0,38% (mtm). Berdasarkan kelompok barang dan jasa, angka inflasi tertinggi

selama triwulan IV-2009 adalah kelompok

sandang yang terus mengalami peningkatan

masing-masing sebesar 1,67% (mtm) dan

1,53% (mtm) pada bulan Nopember dan Desember 2009. Jika dibandingkan dengan angka

inflasi nasional, inflasi di Kota Manado pada periode laporan jauh berada diatas inflasi

nasional.

Sementara itu, para pelaku ekonomi khususnya konsumen di Sulawesi Utara memiliki

ekspektasi inflasi yang sejalan dengan perkembangan inflasi yang mengalami tren

peningkatan di awal periode laporan namun mengalami penurunan di akhir bulan periode laporan.

Grafik 2.4. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa

Sumber : BPS Sulut dan Survei Konsumen KBI Manado.

Keterangan : SK* = Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb menurut SK 3 bln sebelumnya SK** = Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb menurut SK 6 bln sebelumnya

‐2

MTM Manado MTM Nasional

‐2,0

Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

2008 2009

(36)

35

Grafik 2.5.

Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Oktober 2009

Sumber: BPS Nasional, diolah.

™ OKTOBER 2009

Kota Manado pada Oktober 2009 mengalami inflasi sebesar 0,83%. Angka

ini meningkat dari posisinya di bulan

September yang mencatat deflasi sebesar

0,36% (m.t.). Inflasi dan sumbangan terbesar berasal dari kelompok bahan

makanan. Total sumbangan bahan

makanan terhadap angka inflasi mencapai 0,77%, dengan inflasi terbesar berasal dari

sub komoditi sayur-sayuran dan

bumbu-bumbuan.

™ NOPEMBER 2009

Tidak berbeda dengan bulan sebelumnya,

Kota Manado pada Nopember 2009 juga

mengalami inflasi sebesar 1,27%. Kelompok bahan makanan masih tetap sebagai

penyumbang terbesar dengan andil sebesar

1,06%. Sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah bumbu-bumbuan.

Beberapa komoditas yang mengalami

kenaikan harga selama Nopember 2009

adalah : cabe rawit, daun bawang, buncis, cabe merah, emas perhiasan, kentang, dan

bawang merah.

Grafik 2.6.

Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Nopember 2009

(37)

36

Grafik 2.7.

Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Desember 2009

™ DESEMBER 2009

Di akhir triwulan laporan Kota Manado mengalami masih mengalami inflasi sebesar

0,38%. Laju inflasi ini lebih rendah dari

angka inflasi pada bulan Oktober dan

November. Inflasi yang rendah didorong oleh penurunan indeks pada kelompok

bahan makanan sebesar dan kelompok

pendidikan.

Berdasarkan andil/sumbangannya, kelompok

bahan makanan yang selama ini menjadi

kelompok yang menyumbangkan inflasi

terbesar, pada Desember 2009 justru mengalami deflasi sebesar 0,09% dengan

andil sebesar -0,02%.

Sumber: BPS Nasional, diolah.

‐1 0 1 2

Bahan Makanan Makanan jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi

‐0,09

0,38 0,32

1,53 0,04

‐0,01

1,17

‐0,02 0,07 0,08 0,09 0,00 0,00 0,16

Andil

(38)

37

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Secara umum perkembangan perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan IV-2009 (posisi

November 2009) berada pada trend yang melambat walaupun tetap tumbuh positif. Hal ini tercermin dari perkembangan berbagai indikator seperti total aset, kredit, Dana Pihak Ketiga

(DPK) serta peningkatan jumlah rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan). Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, total aset dan DPK mengalami pertumbuhan

(yoy) yang juga lebih rendah. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan masih berjalan baik tercermin dari pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan DPK sehingga rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami peningkatan. Dengan risiko dan ketidakpastian pemulihan ekonomi global yang masih cukup tinggi,

perbankan saat ini melakukan strategi dengan fokus pada penerapan prinsip kehati-hatian dan khusus dalam penyaluran kreditnya saat ini perbankan juga lebih memperhatikan

potensi usaha debitur kedepan melalui risk based pricing.

Tabel 3.1

Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

Total Aset 8.958 9.319 9.905 10.548 10.793 11.691 12.359 13.527 13.635 14.235 14.860 14.732

Tumbuh Y.o.Y (%) 20,76 17,76 21,67 19,59 20,48 25,45 24,78 28,24 26,33 21,76 20,24 15,53

DPK (Rp Miliar) 5.985 6.436 6.504 7.070 7.189 7.765 7.929 8.860 8.907 9.448 9.725 9.755

Tumbuh Y.o.Y (%) 18,14 20,88 19,34 17,49 20,12 20,65 21,91 25,31 23,90 21,67 22,64 15,58

Kredit (Rp Miliar) 5.179 5.638 6.079 6.577 6.823 7.852 8.454 8.934 9.095 9.627 10.004 10.328

Tumbuh Y.o.Y (%) 20,25 22,04 26,85 29,70 31,74 39,27 39,08 35,84 33,30 22,60 18,34 17,55

LDR (%) 86,53 87,61 93,46 93,02 94,90 101,13 106,62 100,84 102,11 101,90 102,88 105,87

NPL (%) 5,12 4,91 6,29 3,77 4,86 4,88 3,43 2,86 3,86 3,72 3,58 3,25

kredit UMKM 3.221 3.632 3.882 4.064 4.305 5.079 5.435 5.727 5.841 6.185 6.270 6.371

Share UMKM 62,19 64,42 63,86 61,79 63,09 64,68 64,29 64,10 64,22 64,25 62,67 61,68

NPL UMKM (%) 8,23 7,62 7,11 5,67 6,01 5,69 4,91 3,78 4,91 4,96 5,18 4,97

Ket: * Data sampai dengan bulan November 2009

Komponen 2007 2008 2009

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

.

A.Fungsi Intermediasi Perbankan

1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter

Di tengah risiko dan ketidakpastian pemulihan perekonomian global, serta seiring dengan

melemahnya tekanan inflasi, Bank Indonesia tetap mengarahkan perhatian pada upaya

menggerakkan sektor riil guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Dalam upaya mengurangi kendala-kendala dalam peningkatan fungsi intermediasi perbankan, Rapat

Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 3 Desember 2009 memutuskan untuk tetap

(39)

38

direspon dengan baik oleh pihak perbankan di Sulawesi Utara yang ditandai dengan

penurunan rata-rata tingkat suku bunga kredit, walaupun perubahannya relatif tidak terlalu

signifikan dikarenakan perbankan di wilayah Sulut masih cenderung berhati-hati dalam menurunkan tingkat suku bunga kreditnya ditengah-tengah kondisi pemulihan ekonomi

pasca krisis yang masih dibayangi oleh faktor risiko yang relatif tinggi. Seperti halnya tingkat

suku bunga kredit, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan juga sudah mulai

mengalami penurunan. Lambatnya pihak perbankan dalam merespon penurunan BI Rate tidak lepas dari adanya penawaran Surat Utang Negara (SUN) seri terbaru yang

menawarkan return sekitar 10%, jauh diatas BI rate.

Tidak jauh berbeda dengan kondisi perbankan nasional, perbankan di wilayah Sulawesi Utara juga masih diwarnai oleh persaingan tingkat suku bunga antar bank. Dampak dari

proses pemulihan krisis ekonomi global masih cukup dirasakan oleh masyarakat Sulut,

ditunjukkan melalui pertumbuhan DPK dan kredit yang cenderung melambat. Namun

pertumbuhan kredit masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK, hal inilah yang menyebabkan LDR mengalami peningkatan. Tingkat suku bunga kredit yang masih relatif

tinggi walau sudah pada trend menurun berimplikasi pada tidak optimalnya akselerasi

pertumbuhan kredit. Berdasarkan data yang ditunjukkan pada grafik dibawah, sampai

dengan akhir bulan November tingkat suku bunga kredit berfluktuasi tipis dikisaran 16,43%. Pihak perbankan masih mematok margin keuntungan bank yang sangat tinggi,

disamping sebagai opportunity cost atas risiko yang akan dihadapi bank ketika debitur mengalami gagal bayar (default). Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 17,33% per tahun, kredit investasi (17,04% per tahun) dan kredit konsumsi (14,91% per tahun). Sementara itu untuk tingkat suku bunga deposito

menunjukkan perkembangan yang sama dengan yang terjadi pada suku bunga kredit.

Trend penurunan dilakukan perbankan sejalan dengan penurunan BI Rate pada bulan Desember 2008 yang terus turun hingga mencapai 6,50% pada bulan September 2009.

(40)

Selama empat triwulan terakhir, pertumbuhan DPK secara tahunan relatif tumbuh

melambat. Pada triwulan IV-2009 posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) di wilayah Sulawesi Utara

tercatat sebesar Rp9.755 miliar atau tumbuh hanya 15,58% (yoy), jauh menurun dibandingkan pertumbuhan DPK pada periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan jenis

simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada jenis giro yang meningkat 20,55% (yoy)

kemudian disusul oleh jenis tabungan sebesar 17,41% (yoy) dan deposito sebesar 10,53%

(yoy).

Grafik 3.2.

Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan Grafik 3.1.

Perkembangan Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit di Sulut dan BI Rate

Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata

Tingkat Suku Bunga Deposito 1 Bulan dan BI Rate

Gambar

Grafik 1. Perkembangan Kegiatan Usaha (SBT)
Grafik 3. Perkembangan Harga Jual (SBT)
Grafik 2.1 Grafik 2.2
Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Struktur Aktiva, Struktur Modal, Operating Leverage berpengaruh terhadap Aliran Kas Bebas, karena setiap perusahaan akan memiliki banyak dana yang diperoleh dari

Sehubungan dengan upaya hukum tersebut, dalam skripsi ini penulis hendak meneliti dan menulis perihal upaya hukum luar biasa khususnya mengenai permohonan

Seiring berjalannya waktu tidak selamanya sarana dan prasaran pendidikan di sekolah dalam keadaan utuh. Terkadang selama proses inventaris personel sekolah menemukan

Perancangan kampanye “Cara Pintar Dalam Berhemat Listrik Prabayar” ini memiliki konsep yaitu sebuah kampanye hemat energi yang dapat merangkul konsumen listrik

Kajian tentang lansia dewasa ini menjadi penting mengingat jumlah populasi lansia terus bertambah dengan upaya untuk menjaga kondisi kesehatan baik fisik maupun psikis

Faktor pembentuk preferensi konsumen dalam memilih Armor Kopi dalam penelitian ini ada sepuluh faktor yang terdiri dari Harga, Kualitas layanan, Kualitas produk (rasa dan varian),

dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Efektivitas Penggunaan Alat Bantu Tali dan Baskom Sebagai Model Pengembangan Ketepatan Servis Pada Siswa Kelas IV SDN 2

Dalam hal konstruksi mesin perbedaan mesin bensin dan mesin diesel ini mesin diesel lebih cenderung simple tidak terlalu rumit seperti mesin bensin akan tetapi dari segi bobot