0
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Sulawesi Utara
Triwulan IV – 2009
1
Kata Pengantar
Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan
Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum
otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai ”economic intelligent and research unit” yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat,
menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam
perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional
(KER) Provinsi Sulawesi Utara secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro
ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat
kesejahteraan dan kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.
Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui
penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder
maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas
dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Manado, 31 Desember 2009
BANK INDONESIA MANADO
2
Daftar Isi
RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 4
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 11
Sisi Permintaan halaman 12
Sisi Penawaran halaman 20
Boks 1. Arah Perkembangan Dunia Usaha di Wilayah Sulawesi Utara Pada
Triwulan I-2010
halaman 29
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 31
Inflasi Tahunan (yoy) halaman 32
Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Bulanan (mtm)
halaman 33
halaman 34
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 37
Fungsi Intermediasi halaman 37
Risiko Kredit halaman 48
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat halaman 51
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 53
Dana Perimbangan halaman 53
Perkembangan APBD Provinsi halaman 55
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 59
Perkembangan Aliran Uang Kartal halaman 59
Penemuan Uang Palsu halaman 62
Perkembangan Kliring Lokal (Tunai) halaman 63
RTGS (Real Time Gross Settlement) halaman 64
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
halaman 66
Pengangguran halaman 66
Kemiskinan halaman 70
Rasio Gini halaman 72
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) halaman 73
PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI halaman 75
Prospek Pertumbuhan Ekonomi halaman 75
Prakiraan Inflasi halaman 76
3
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado
Jl. 17 Agustus No. 56
Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933
Email : hasiando@bi.go.id
4
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi Regional
Perkembangan berbagai indikator ekonomi Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2009 tak terlepas dari perkembangan kondisi
makro ekonomi Indonesia yang menunjukan perkembangan yang
positif. Perbaikan ekonomi global telah mendukung pulihnya
kinerja ekspor dan investasi seiring dengan membaiknya permintaan dunia dan domestik/nasional. Kinerja ekspor yang
sempat turun pada semester I-2009, mulai menunjukan
tanda-tanda pembalikan. Di sisi domestik, konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh pada level yang cukup tinggi, didorong
oleh stabilnya daya beli masyarakat serta keyakinan konsumen
yang masih terjaga. Membaiknya ekspor dan tetap tingginya
konsumsi mendorong optimisme pelaku usaha untuk meningkatkan investasi, terutama sejak pertengahan tahun 2009.
Dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian tersebut,
pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal IV-2009 diperkirakan
akan mencapai sebesar 4,4% (yoy). Secara keseluruhan, perekonomian nasional sepanjang Tahun 2009 diprediksi tumbuh
sebesar 4,3% (yoy).
Membaiknya berbagai indikator makro ekonomi nasional
berdampak pula pada perkembangan berbagai indikator makro ekonomi regional Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini antara lain
ditandainya dengan semakin minimalnya dampak krisis ekonomi
global terhadap perekonomian Sulawesi Utara khususnya melalui
jalur perdagangan internasional tercermin dari mulai melandainya kontraksi ekspor luar negeri bahkan dalam beberapa periode
sempat mencatat pertumbuhan positif. Seiring dengan itu,
optimisme masyarakat terhadap pemulihan ekonomi nasional dan
regional menunjukan peningkatan tercermin dari indeks keyakinan konsumen (IKK) dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota
Perkembangan berbagai indikator ekonomi Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2009 tak terlepas dari perkembangan kondisi makro ekonomi indonesia yang menunjukkan
perkembangan yang positif.
Membaiknya berbagai indikator makro ekonomi nasional berdampak pula pada
5
Manado. Pada tahap berikutnya, peningkatan rasa optimisme ini,
telah mendorong peningkatan kegiatan konsumsi khususnya saat
perayaan hari raya keagamaan (Idul Adha dan Natal) serta Tahun Baru 2010. Laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara selama
triwulan IV-2009 diperkirakan berada pada level 8,03% (yoy) jauh
lebih tinggi dibandingkan perkiraan laju pertumbuhan ekonomi
nasional yang hanya berada pada 4,4% (yoy). Secara keseluruhan Tahun 2009, perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh
7,9% lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan nasional Tahun
2009 yang hanya 4,3% (yoy).
Dari sisi permintaan, perekonomian selama triwulan IV-2009
diperkirakan lebih banyak disumbangkan oleh kegiatan konsumsi
dan investasi sedangkan kegiatan ekspor diperkirakan belum maksimal meskipun dalam beberapa bulan sempat menunjukan
perkembangan membaik. Meningkatnya kegiatan konsumsi seiring
dengan meningkatnya optimisme masyarakat berdasarkan hasil
Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) dan hasil penjualan ritel berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE). Sementara itu,
perkembangan investasi antara lain tercermin dari terus
berlangsungnya perluasan pembangun Mega Trade Center, hotel,
perumahan serta peningkatan persentase realisasi belanja modal hingga akhir Tahun 2009 yang mencapai Rp241,64 milliar atau
naik 53,57% (yoy) dibandingkan realisasi pada periode yang sama
tahun lalu yang hanya Rp157,34 miliar.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2009
disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada. Dampak krisis
ekonomi global hingga triwulan IV-2009 relatif minimal tercermin dari proyeksi laju pertumbuhan ekonomi sebesar 8,03% (yoy).
Potensi perlambatan ekonomi ini yang diperkirakan sebelumnya
ternyata masih dapat tertolong oleh meningkatnya aktivitas
pembangunan infrastruktur dan sarana/prasarana lainnya dalam rangka mempersiapkan penyelenggaraan WOC dan CTI Summit
Dari sisi penawaran, pertumbuhan pada triwulan IV-2009
disumbangkan oleh seluruh sektor...
Dari sisi permintaan,
6
yang membawa multipier effect pada meningkatnya kegiatan perdagangan dan kunjungan wisatawan.
Perkembangan Inflasi Daerah
Laju inflasi tahunan di Kota Manado pada akhir triwulan IV-2009
menunjukkan adanya peningkatan. Inflasi Kota Manado pada
triwulan IV-2009 tercatat sebesar 2,31% (yoy) atau jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang mencatat deflasi sebesar 0,01% (yoy). Seperti halnya laju inflasi
tahunan, secara triwulanan, Kota Manado juga mengalami
peningkatan yang ditunjukkan dengan inflasi yang mencapai
2,50% (qtq) meningkat dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 0,74% (qtq). Jika dibandingkan
dengan inflasi nasional, inflasi tahunan Kota Manado masih sedikit
lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan nasional sebesar 2,78%
(yoy).
Inflasi Kota Manado selama triwulan IV-2009 disebabkan sebagian
besar oleh faktor fundamental maupun non fundamental. Faktor fundamental yang paling berpengaruh adalah kenaikan ekspektasi
inflasi dan tekanan permintaan. Perayaan keagamaan (Idul Adha
dan Hari Natal) serta tahun baru 2010 merupakan faktor utama
yang menyebabkan ekspektasi inflasi dan permintaan masyarakat mengalami peningkatan. Kondisi tersebut secara musiman selalu
meningkatkan tekanan inflasi. Sementara itu, faktor non
fundamental lebih disebabkan oleh kenaikan harga volatile foods
yang juga masih terkait dengan kegiatan konsumsi masyarakat
pada saat perayaan keagamaan dan menjelang akhir tahun.
Perkembangan Perbankan Daerah
Secara umum perkembangan perbankan di Sulawesi Utara pada
triwulan IV-2009 (posisi November 2009) berada pada trend yang melambat walaupun tetap tumbuh positif. Hal ini tercermin dari
perkembangan berbagai indikator seperti total aset, kredit, Dana
Pihak Ketiga (DPK) serta peningkatan jumlah rasio kredit
Secara umum perkembangan perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan IV-2009 (posisi November 2009) berada pada tren yang melambat...
Laju inflasi tahunan di Kota Manado pada akhir triwulan IV-2009 menunjukkan adanya peningkatan.
7
bermasalah (Non Performing Loan). Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, total aset dan DPK mengalami pertumbuhan
(yoy) yang juga lebih rendah. Namun demikian, fungsi intermediasi
perbankan masih berjalan baik tercermin dari pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK sehingga rasio
Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami peningkatan. Dengan risiko dan ketidakpastian pemulihan ekonomi global yang masih cukup
tinggi, perbankan saat ini melakukan strategi dengan fokus pada penerapan prinsip kehati-hatian dan khusus dalam penyaluran
kreditnya saat ini perbankan juga lebih memperhatikan potensi
usaha debitur kedepan melalui risk based pricing.
Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)
Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Provinsi Sulawesi Utara
pada Tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik
17,12% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan dana alokasi pemerintah pusat terutama
berasal dari Dana Perimbangan (DAU/DAK) yang naik 23,45%
mencapai jumlah Rp5,34 Triliun berikutya adalah Dana Sektoral
yang naik 8,38% mencapai Rp3,09 Triliun dan Dana Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan yang naik 13,79% mencapai
Rp788 milliar.
Kinerja keuangan pemerintah hingga triwulan IV-2009 relatif lebih
rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sampai dengan 31 Desember 2009, total pengeluaran pemerintah
mencapai Rp1.034 milliar atau mencapai 91,3% dari target pengeluaran dalam APBD-P sebesar Rp1.133 milliar. Sementara itu,
total penerimaan pemerintah mencapai Rp1023 milliar atau 98,5%
dari target penerimaan dalam APBD-P sebesar Rp1.039 milliar.
Realisasi penerimaan yang lebih kecil dibandingkan pengeluaran menyebabkan keuangan pemerintah hingga triwulan IV-2009
mengalami defisit sebesar Rp11,08 milliar. Keadaan ini selanjutnya
ditanggulangi dengan adanya pembiayaan daerah senilai Rp99,10
Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12%...
8
milliar hingga di akhir tahun terdapat SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran) sebesar Rp88,02 milliar.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado
pada triwulan IV-2009 berada pada kondisi net outflow. Artinya jumlah aliran uang kartal yang keluar ke masyarakat (outflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang masuk
ke Bank Indonesia (inflow). Kondisi net outflow yang terjadi pada triwulan laporan merupakan pola musiman berkenaan dengan
perayaan keagamaan (Idul Adha dan Hari Natal) serta perayaan
menjelang tahun baru.
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia
Manado menunjukkan adanya penurunan yang signifikan
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang palsu
yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-2009 sebanyak 47 lembar yang terdiri dari 18 lembar
uang pecahan Rp100.000,-, 15 lembar uang pecahan Rp50.000,
10 lembar uang pecahan Rp20.000,- serta masing-masing 2
lembar uang pecahan Rp10.000,- dan Rp5.000,-. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya
sebesar 136 lembar. Penurunan temuan ini mengindikasikan
pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah sudah cukup baik.
Perkembangan kliring lokal (tunai) pada triwulan IV-2009 sebanyak 96.098 lembar dengan nilai Rp2.181 miliar atau meningkat
jumlahnya sebesar 20,99% (yoy) dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Sama halnya jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya, terlihat adanya peningkatan jumlah warkat maupun nominal transaksi. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar
warkat yang dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak
1.582 lembar dengan nilai sebesar Rp36 miliar. Angka inipun
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-2009 berada pada kondisi net outflow.
Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Manado adanya menunjukan penurunan yang signifikan...
9
meningkat 17,76% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal
kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian
Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan
Kesejahteraan Masyarakat
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara
pada Agustus 2009 mengalami perbaikan tercermin dari rasio TPT
(Tingkat Pengangguran Terbuka) sebesar 10,56% atau turun tipis (0,09%) dibandingkan dengan periode Agustus 2008 sebesar
10,65%. Demikian halnya bila dibandingkan terhadap kondisi
Februari 2009 yang juga mengalami penurunan sebesar 0,07%. Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, pertanian masih menjadi
sektor lapangan pekerjaan utama, walaupun telah terjadi
pergeseran ke sektor lainnya, terutama sektor perdagangan dan
sektor jasa. Berdasarkan persebarannya, Manado masih menjadi daerah dengan jumlah angkatan kerja terbesar dan angka
pengangguran tertinggi.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi
Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I-2010 diprediksi akan tumbuh baik yang didukung oleh semakin pulihnya
perekonomian dunia. Laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan
I-2010 diperkirakan sebesar 6,7% (yoy), sedikit lebih lambat
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di sisi permintaan, perlambatan tersebut diperkirakan terjadi pada kegiatan investasi
sedangkan di sisi penawaran, salah satu sektor ekonomi yang
diperkirakan mengalami perlambatan adalah sektor bangunan.
Dari sisi permintaan, perlambatan kegiatan investasi merupakan
dampak dari ketiadaan even berskala besar selama triwulan ke
depan, berbeda dibandingkan tahun sebelumnya dimana 2 (dua) even berskala besar yaitu WOC (World Ocean Conference) dan
Bunaken Sail telah memicu kegiatan investasi. Sementara itu, kegiatan konsumsi diperkirakan akan tumbuh positif seiring
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada Agustus 2009 mengalami perbaikkan...
Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I-2010 diprediksi akan tumbuh baik...
10
dengan berlangsungnya perayaan Tahun Baru Imlek 2561 dan
dimulainya kampanye pemilihan kepala daerah di 9 (sembilan)
wilayah administratif termasuk pada tingkat provinsi.
Dari sisi penawaran, melambatnya kinerja sektor bangunan
diperkirakan akan mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Utara di triwulan I-2010. Salah satu sektor ekonomi yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang significant pada triwulan mendatang adalah sektor PHR (Perdagangan, Hotel dan
Restoran). Peningkatan aktivitas konsumsi selama triwulan I-2010
diperkirakan akan mendorong kinerja sektor PHR dan sektor ekonomi lainnya.
Outlook Inflasi Regional
Pada triwulan I-2010, inflasi Kota Manado secara triwulanan
diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2009. Secara
triwulanan, inflasi Kota Manado diperkirakan berkirsar antara 1% hingga 1,2% (qtq), sementara secara tahunan diperkirakan sekitar
5% hingga 5,5% (yoy). Potensi meningkatnya harga beras pada
Januari, rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) oleh pemerintah
dan dimulainya kampanye Pilkada pada Maret 2010 merupakan faktor-faktor yang diperkirakan akan mendorong peningkatan
harga secara umum. Sementara itu, perlambatan inflasi secara
tahunan terjadi karena relatif rendahnya harga-harga komoditas di pasar internasional pada awal Tahun 2010.
Di sisi lain, dimulainya kampanye Pilkada pada Maret 2010
diperkirakan akan meningkatkan jumlah uang beredar yang pada akhirnya dapat memicu tekanan harga. Namun demikian, inflasi
pada triwulan I-2010 masih akan tertahan oleh rendahnya tingkat
suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) sehingga potensi
kenaikan harga dari sisi permintaan (demand) relatif terkendali. Selain itu penundaan program konversi minyak tanah di Sulawesi
Utara hingga April 2010 juga menahan kemungkinan
meningkatnya harga barang secara umum.
Pada triwulan I-2010, inflasi Kota Manado secara triwulanan diperkirakan lebih tinggi... Dari sisi penawaran, melambatnya kinerja sektor bangunan
diperkirakan akan mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara...
11
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perkembangan berbagai indikator ekonomi regional Provinsi Sulawesi Utara menjelang akhir
tahun 2009 tak terlepas dari perkembangan kondisi makro ekonomi Indonesia. Secara
umum, perekonomian nasional terus menunjukkan perkembangan yang semakin baik.
Perbaikan tersebut ditopang oleh meningkatnya optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi domestik dan global, serta terjaganya kestabilan makroekonomi domestik. Di
tengah-tengah krisis global, berbagai kinerja yang cukup positif tersebut tidak terlepas dari
daya tahan permintaan domestik yang kuat, sektor perbankan yang tetap sehat dan stabil, ekspektasi pemulihan ekonomi global yang semakin optimis, serta respons kebijakan fiskal
dan moneter yang akomodatif dalam mendukung terjaganya perekonomian domestik. Sejalan dengan itu, kinerja pasar keuangan global terus membaik. Meskipun sempat
mengalami tekanan akibat kembali menurunnya kepercayaan investor terkait krisis utang
Dubai World dan krisis fiskal Yunani, dampak kedua krisis tersebut berlangsung singkat dan
rambatannya bersifat minimal terhadap pasar keuangan dunia.
Di sisi domestik, perbaikan ekonomi global mendukung kinerja ekspor dan peningkatan
investasi. Kinerja ekspor yang anjlok sangat signifikan di semester I-2009, mulai membaik
pada pertengahan tahun sejalan dengan pemulihan perekonomian global yang kian
membaik dan peningkatan harga komoditas. Di sisi domestik, konsumsi rumah tangga masih tumbuh pada level tinggi, didorong oleh stabilnya daya beli masyarakat serta
keyakinan konsumen yang masih terjaga. Membaiknya ekspor dan tetap tingginya konsumsi
mendorong optimisme pelaku usaha untuk meningkatkan investasi, terutama sejak pertengahan tahun 2009. Dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian tersebut,
pertumbuhan ekonomi secara tahunan di kuartal IV-2009 diperkirakan akan mencapai
sebesar 4,4%. Secara keseluruhan tahun 2009, perekonomian diperkirakan akan tumbuh
sebesar 4,3%.
Membaiknya berbagai indikator makro ekonomi nasional berdampak pula pada
perkembangan berbagai indikator makro ekonomi regional termasuk di Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini antara lain ditandainya dengan semakin minimalnya dampak krisis ekonomi
global terhadap perekonomian Sulawesi Utara khususnya melalui jalur perdagangan
12
beberapa periode sempat mencatat pertumbuhan positif. Seiring dengan itu, optimisme
masyarakat terhadap pemulihan ekonomi nasional dan regional menunjukan peningkatan
tercermin dari indeks keyakinan konsumen (IKK) dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota Manado. Pada tahap berikutnya, peningkatan rasa optimisme ini, telah
mendorong peningkatan kegiatan konsumsi khususnya saat perayaan hari raya keagamaan
(Idul Adha dan Natal) serta Tahun Baru 2010. Mulai terlihatnya tanda-tanda pemulihan
ekspor dan meningkatnya kegiatan konsumsi masyarakat mendorong pelaku usaha untuk menanamkan investasinya di Sulawesi Utara. Mengacu data baik primer maupun sekunder
serta merujuk hasil survey yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Manado maka, laju
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara selama triwulan IV-2009 diperkirakan berada pada level 8,03% (yoy) jauh lebih tinggi dibandingkan perkiraan laju pertumbuhan ekonomi
nasional yang hanya berada pada 4,4% (yoy). Secara keseluruhan Tahun 2009,
perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh 7,9% jauh melebihi perkiraan
pertumbuhan nasional Tahun 2009 yang hanya 4,3%.
A. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, perekonomian selama triwulan IV-2009 diperkirakan lebih banyak
disumbangkan oleh kegiatan konsumsi dan investasi sedangkan kegiatan ekspor diperkirakan belum maksimal meskipun dalam beberapa bulan sempat menunjukan
perkembangan membaik. Meningkatnya kegiatan konsumsi seiring dengan meningkatnya
optimisme masyarakat berdasarkan hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) dan hasil
penjualan ritel berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE). Sementara itu, perkembangan investasi antara lain tercermin dari terus berlangsungnya perluasan
pembangun Mega Mal, hotel, perumahan serta peningkatan persentase realisasi belanja
modal hingga akhir Tahun 2009 yang mencapai Rp241,64 milliar atau naik 53,57%
dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp157,34 miliar.
Tabel 1.1.
Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (%)
Q4 Sumb. Q1 Q2 Q3 Q4*) Sumb.
Konsumsi 3.8 2.6 4.1 8.5 6.4 4.0 8.3 5.3 6.8
Konsumsi Swasta 4.4 1.9 3.4 5.1 5.2 3.5 8.5 3.6 5.6
Konsumsi Pemerintah 2.9 0.7 5.3 15.9 9.0 5.0 7.9 1.8 9.2
PMTB 13.1 3.0 11.7 10.0 6.3 8.2 9.7 2.4 8.6
Stok 48.5 0.6 40.5 -19.9 -36.1 -32.5 33.1 0.5 -16.8
Ekspor 10.5 4.6 18.4 6.0 6.9 -10.6 4.0 1.8 1.4
Impor 7.6 2.7 18.4 7.9 -0.8 -22.2 5.6 2.0 -2.9
PDRB 8.1 8.1 7.6 7.5 8.3 7.6 8.0 8.0 7.9
2008 2008
Jenis Penggunaan 2009 2009*)
13
1. Konsumsi
Kegiatan konsumsi selama Triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 8,3% (yoy) dengan
kontribusi sebesar 5,3% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya maka kinerja kegiatan konsumsi selama triwulan
laporan mengalami peningkatan. Faktor pendorong meningkatnya konsumsi diantaranya
adalah (1) Perayaan beberapa hari besar keagamaan yaitu Idul Adha dan Natal (2) Perayaan pesta akhir Tahun 2009 (3) Meningkatnya realisasi belanja pemerintah daerah menjelang
berakhirnya tahun anggaran (4) Dan, maraknya pemasangan baliho dan spanduk Pilkada
baik Gubernur, Bupati dan Walikota serta (5) musim liburan sekolah akhir tahun.
Berdasarkan komponen penyusunnya, kegiatan konsumsi dapat digolongkan pada
konsumsi swasta dan konsumsi pemerintah. Peningkatan konsumsi swasta khususnya
konsumsi rumah tangga antara lain dapat dikonfirmasi melalui beberapa indikator
penuntun konsumsi rumah tangga yang mengindikasikan perbaikan. Dorongan faktor musiman menjelang akhir tahun dan peningkatan pendapatan ekspor diperkirakan
menopang kestabilan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2009.
Stabilnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga didukung oleh perkembangan
beberapa indikator dini. Salah satu diantaranya adalah hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota Manado periode Desember 2009 dimana sebagian besar konsumen yakin bahwa
kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasinya ke depan masih cukup baik terindikasi dari
kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 122 pada Desember 2008 menjadi 137 pada Desember 2009 (optimis > 100). Membaiknya kondisi ekonomi saat ini, utamanya
mencakup aspek penghasilan dan ketersediaan tenaga kerja dimana sebagian besar
responden menyatakan bahwa kondisinya saat ini lebih baik dibandingkan 3 – 6 bulan yang
lalu.
Peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tak lepas pula dari meningkatnya
daya beli masyarakat khususnya para petani tercermin dari membaiknya Nilai Tukar Petani (NTP). Tercatat NTP untuk posisi November 2009 pada level 101,71 (taraf sejahtera > 100),
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 99,51 (taraf tidak sejahtera,
NTP < 100). Berdasarkan komposisinya hampir 40% masyarakat di Sulawesi Utara bermata
Peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi dari data
perkembangan penjualan ecaran berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE).
Berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan (Idul Adha dan Natal) serta perayaan Tahun
Baru 2010, telah mendorong meningkatnya permintaan masyarakat sebagaimana tercermin dari hasil SPE. Tercatat, nilai penjualan selama triwulan laporan mengalami peningkatan
21,9% dari Rp139 milliar selama triwulan IV-2008 menjadi Rp170,6 milliar selama triwulan
IV-2009. Seiring dengan itu, kegiatan konsumsi pemerintah diperkirakan juga akan mengalami peningkatan sepanjang Tahun 2009. Hal ini antara lain dapat dikonfirmasi
dengan meningkatnya persentase realisasi belanja pemerintah di 2009 yang mencapai
jumlah Rp792,82 milliar atau naik 4,93% (yoy) dibandingkan pencapaian akhir Tahun 2008.
Grafik 1.1.
Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 1.2.
Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
Indeks Keyakinan Konsumen
15
2. Investasi
Pada triwulan IV-2008, investasi di Sulawesi Utara diperkirakan masih tumbuh pada level
yang cukup tinggi yaitu sebesar 9,7% (yoy). Namun demikian, kinerja ini masih lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 13,1% (yoy). Perlambatan ini diprediksi
sebagai dampak dari berkurangnya pembangunan berbagai sarana dan prasarana fisik oleh
pemerintah maupun swasta seiring dengan berakhirnya perhelatan even berskala internasional WOC (World Ocean Conference), CTI Summit dan Bunaken Sail.
Perlambatan kinerja investasi selama triwulan laporan, antara lain dapat dikonfirmasi melalui
data volume penjualan semen di Sulawesi Utara yang memperlihatkan penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tercatat jumlah penjualan semen pada
triwulan IV-2009 sebanyak 122,5 ribu ton atau turun 3,3% (yoy) dibandingkan periode
yang sama tahun lalu yang tercatat sebanyak 126,8 ribu ton. Selain itu, melambatnya kinerja investasi juga dapat dikonfirmasi dengan data volume impor barang modal dan
jumlah kredit yang disalurkan. Volume impor barang modal pada Triwulan IV-2009
diperkirakan hanya 402 ton atau mengalami kontraksi lebih dari 40% dibandingkan periode
yang sama tahun lalu. Sedangkan kredit investasi pada November 2009 hanya tumbuh 11,98% (yoy) dengan jumlah baki debet Rp958 milliar. Pertumbuhan kredit investasi ini jauh
lebih lambat dibandingkan November 2008 lalu yang tumbuh 31,45% (yoy). 0
16
3. Ekspor – Impor
Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian domestik dan negara mitra dagang Sulawesi Utara, kinerja ekspor pada triwulan IV-2009 diperkirakan akan membaik. Indikasi
membaiknya kinerja ekspor tercermin dari membaiknya permintaan negara maju seperti
Amerika Serikat, Belanda dan China. Sementara itu, pasar domestik juga menunjukan perkembangan yang cukup baik. Hal ini mendorong pengiriman produk Sulawesi Utara
tidak hanya di pasar luar negeri namun juga pasar demestik di dalam negeri.
Laju pertumbuhan ekspor Sulawesi Utara selama triwulan IV-2009 diperkirakan sebesar 4% (yoy), masih lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 4,6% (yoy).
Namun dibandingkan triwulan sebelumnya, kinerja ekspor selama triwulan laporan
diperkirakan akan lebih baik. Salah satu indikator untuk mengkonfirmasi kinerja ekspor
adalah perkembangan volume ekspor baik ke luar negeri maupun ke pasar domestik (dalam negeri). Selama triwulan IV-2009, diperkirakan volume ekspor Sulawesi Utara ke luar negeri
mencapai 190 ribu ton atau naik 4,3% (yoy) dengan nilai ekspor mencapai USD 115,4 juta
atau naik 9,1% (yoy). Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama
dalam bentuk Food & Live Animals serta Animals & Vegetable Oils & Fats khususnya olahan dari produk kopra, minyak kelapa (Virgin Coconut Oil) dan ikan dengan negara tujuan utama adalah Belanda, Amerika Serikat dan China.
Grafik 1.3.
Pertumbuhan Kredit Produkif (%)
Sumber : Laporan Bank Umum
-10 20 30 40 50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 910 11
2008 2009
%
500 600 700 800 900 1,000 Milliar Rp
Negara Tujuan Utama Ekspor
Negara Tujuan 2007
Sejalan dengan ekspor, kinerja impor luar negeri ke Sulawesi Utara pada triwulan IV-2009
diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya walaupun tetap
Grafik 1.4.
Perkembangan Nilai Ekspor Sulawesi Utara
Tabel 1.2.
Komoditi Utama Ekspor Sulut (dlm Ribu Ton)
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. November 2009
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) Desember 2009, diestimasi
Perkembangan Volume Ekspor Sulawesi Utara
Tahun Food & Live Animals
Animal & Veg.
Oils & Fats Others Total
tumbuh positif yaitu sebesar 5,6% (yoy). Perkembangan kinerja impor luar negeri ini antara
lain dapat dikonfirmasi dengan data volume impor selama triwulan laporan yang mencapai
1,23 ribu ton atau meningkat 11,70% (yoy) dengan total nilai impor mencapai USD 3,41 juta. Secara agregat, neraca perdagangan luar negeri Sulawesi Utara masih berada pada
kondisi surplus perdagangan. Hal ini berarti bahwa nilai ekspor luar negeri lebih tinggi
dibandingkan nilai impor dari luar negeri ke Sulawesi Utara.
Grafik 1.5.
Perkembangan Net Nilai Ekspor Sulawesi Utara
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) Data Desember 2009, diestimasi
Perkembangan Nilai Impor Sulawesi Utara
Grafik 1.4.
Perkembangan Volume Impor Sulawesi Utara
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) Desember 2009, diestimasi
Grafik 1.5.
Menurut strukturnya, kegiatan impor luar negeri sejak Tahun 2008 memiliki perbedaan
dibandingkan tahun sebelumnya. Bila sebelum Tahun 2008 kegiatan impor luar negeri lebih
didominasi oleh kelompok Food & Live Animals khususnya komoditi bahan makanan yaitu gula dan produk olahannya (sugars dan sugar confectionery) maka sejak awal Tahun 2008 hingga saat ini impor Sulawesi Utara lebih didominasi oleh produk barang modal
diantaranya dalam bentuk mesin, perkakas, alat transportasi, dlsb-nya. Meningkatnya
komposisi barang impor dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini mengindikasikan terus meningkatnya kegiatan investasi di Sulawesi Utara. Berdasarkan negara asal
barangnya, bila impor sepanjang Tahun 2008 terutama berasal dari negara China, Thailand
dan Australia, maka di Tahun 2009 selang Januari s.d. November 2009, barang impor lebih
banyak didatangkan dari negara China, Australia dan Filipina.
.
Grafik 1.6.
Negara Asal Impor Sulawesi Utara
‘
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. November 2009
Perkembangan kegiatan perdagangan selama triwulan laporan antara lain juga dapat
dikonfirmasi dengan kegiatan bongkar-muat barang melalui pelabuhan Bitung (khususnya untuk perdagangan dalam negeri). Kegiatan muat didefinisikan sebagai kegiatan
Tabel 1.4.
Komoditi Utama Impor Sulut (dlm Ton)
20
pengiriman barang dari Sulawesi Utara ke luar provinsi sedangkan kegiatan bongkar
didefinisikan sebagai masuknya barang dari luar provinsi ke Sulawesi Utara. Selama triwulan
IV-2009, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik mencapai 267,2 ribu ton meningkat 9,9% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun
lalu. Sedangkan volume barang yang masuk ke Sulawesi Utara (bongkar) melalui Pelabuhan
Bitung mencapai 772,5 ribu ton, naik 17,99% (yoy).
Berdasarkan strukturnya, terlihat bahwa untuk perdagangan luar negeri lebih didominasi
oleh kegiatan ekspor sedangkan kegiatan impor relatif kecil pangsanya. Sedangkan untuk
perdagangan dalam negeri, intensitas kegiatan bongkar lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan muat yang berarti lebih banyak barang-barang yang masuk ke wilayah Sulawesi
Utara dibandingkan barang yang keluar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya di luar Sulawesi
Utara masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena hampir 70% barang konsumsi masih harus didatangkan dari luar provinsi terutama dari Kota Makasar dan Kota Surabaya.
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *) Data Sementara
B. SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2009 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada. Dampak krisis ekonomi global hingga triwulan IV-2009 relatif
minimal tercermin dari proyeksi laju pertumbuhan ekonomi sebesar 8,03% (yoy). Potensi
perlambatan ekonomi ini yang diperkirakan sebelumnya ternyata masih dapat tertolong
-1,000
21
oleh meningkatnya aktivitas pembangunan infrastruktur dan sarana/prasarana lainnya
dalam rangka mempersiapkan penyelenggaraan WOC dan CTI Summit yang membawa
multipier effect pada meningkatnya kegiatan perdagangan dan kunjungan wisatawan.
Tabel 1.6.
Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)
Q4 Sumb. Q1 Q2 Q3 Sumb. Q4*) Sumb.
Pertanian 1.55 0.32 2.66 4.68 4.21 -0.65 -0.14 4.94 0.94 3.22
Pertambangan & Penggalia 9.87 0.51 9.39 5.74 5.75 5.45 0.29 5.18 0.27 5.51 Industri Pengolahan 4.97 0.40 6.20 5.43 6.67 8.31 0.64 6.65 0.52 6.80 Listrik, Gas & Air Bersih 8.11 0.06 7.53 17.75 18.65 13.98 0.10 6.32 0.05 13.95
Bangunan 14.02 2.33 10.73 7.86 5.77 7.14 1.17 6.58 1.15 6.81
PHR 9.58 1.65 10.88 12.37 15.37 8.61 1.27 11.78 2.06 11.97
Pengangkutan & Komunika 12.14 1.32 11.02 8.72 14.55 21.94 2.66 10.02 1.13 13.93 Keu., Sewa & Jasa Perusah 6.85 0.44 7.34 7.03 6.94 8.25 0.55 11.86 0.75 8.63
Jasa-Jasa 7.10 1.04 5.42 6.47 6.42 7.21 1.08 7.99 1.16 7.05
PDRB 8.06 8.06 7.56 7.45 8.31 7.63 7.63 8.03 8.03 7.87
2009
2009*)
Lapangan Usaha 2008 2008
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1. Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV-2009 diperkirakan sedikit lebih baik dibandingkan
periode yang sama Tahun 2008. Pada triwulan ini, sektor pertanian diperkirakan akan
tumbuh 4,94% (yoy). Berdasarkan pangsanya, pertumbuhan sektor pertanian terutama
disumbangkan oleh sub sektor tanaman bahan makanan disusul oleh sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan.
Sementara itu, untuk sub sektor lainnya yaitu sub sektor perkebunan dan sub sektor
kehutanan laju pertumbuhannya rendah sehingga kontribusinya relatif terbatas. Melambatnya kinerja sub sektor perkebunan disebabkan oleh terus menurunnya produksi
tanaman cengkeh akibat dan menurunnya produksi kelapa yang tidak sebanyak tahun lalu
sebagai akibat serangan hama dan kurangnya peremajaan. Sementara rendahnya pertumbuhan sub sektor kehutanan antara lain disebabkan oleh semakin terbatasnya lahan
kehutanan yang bisa dimanfaatkan serta gencarnya proses penegakan hukum terhadap
pelaku illegal logging yang menyebabkan masyarakat dan pengusaha harus extra hati-hati dalam memanfaatkan lahan yang ada.
Perkembangan kinerja sektor pertanian antara lain dapat dikonfirmasi dengan data
perkembangan produksi beras dan jagung. Jumlah produksi beras pada triwulan III-2009
(Sep – Des 2009) diperkirakan mencapai 79.461 ton atau naik 1,76% (yoy) dibandingkan
22
Tabel 1.7.
Perkembangan Produksi Beras dan Jagung
-Tw.III-2009 produksinya naik 6,03% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu
mencapai jumlah 169.102 ton.
2008 2009
Tw .I Tw .I I Tw .I I I Tw .I Tw .I I Tw .I I I
Luas Panen (Ha) 36,202 37,341 32,890 37,398 40,990 32,456 Produksi Gabah
(Ton) 173,909 185,711 156,897 190,246 192,857 162,150 Produksi Beras (Ton) 109,563 116,997 78,089 119,855 94,509 79,461
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk membiayai sektor pertanian masih relatif
terbatas. Sampai dengan November 20009, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor
pertanian hanya Rp345 milliar atau hanya 3,34% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif
tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL (Non Performing Loan). Selain itu, belum terlalu kondusifnya kondisi usaha di sektor riil sebagai dampak krisis ekonomi global menyebabkan saat ini perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan
pembiayaan termasuk di sektor pertanian. Hal ini terbukti dengan terus melambatnya
pertumbuhan kredit di sektor ini dari sebelumnya tumbuh pada kisaran 75-80% (yoy) di
akhir Tahun 2008 menjadi -36,01% (yoy).
2. Sektor Bangunan (Konstruksi)
Kinerja sektor bangunan (konsturksi) selama triwulan IV-2009 diperkirakan akan mengalami
perlambatan dari 14,02% (yoy) pada triwulan IV-2008 menjadi 6,58% (yoy) pada triwulan
IV-2009. Perlambatan kinerja sektor bangunan diperkirakan dipengaruhi oleh menurunnya aktivitas pembangunan sarana dan prasarana pendukung even Internasional seperti World Ocean Conference (WOC) dan Bunaken Sail . Namun demikian, kinerja sektor ini masih relatif baik tercermin dari positifnya pertumbuhan. Kinerja sektor ini terutama
disumbangkan oleh berlanjutnya perluasan pembangunan beberapa pusat –pusat
perbelanjaan satu diantaranya adalah perluasan pembangunan mega mal. Beberapa
variabel ekonomi yang bisa mengkonfirmasi perkembangan sektor ini diantaranya adalah data perkembangan volume penjualan semen yang selama triwulan IV-2009 diperkirakan
mencapai 30,4 ribu ton atau mengalami kontraksi -3,86% (yoy). Dari sisi pembiayaan, posisi
kredit perbankan ke sektor bangunan pada triwulan IV-2009 juga menunjukan tren yang
melambat hanya tumbuh 10,06% (yoy) dengan jumlah nomnal Rp471 milliar.
.
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : SPE dan LBU Bank Umum
3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor PHR pada triwulan IV-2009 diprediksi akan tumbuh 11,78% (yoy). Kinerja ini relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 9,58% (yoy).
Berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Adha, Tahun Baru Hijriyah dan
Grafik 1.9.
Volume dan Pertumbuhan Penjualan Semen
Grafik 1.10.
Natal serta perayaan Tahun Baru 2010 membawa dampak pada meningkatnya kegiatan di
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR). Kinerja sektor PHR antara lain dapat
dikonfirmasi dengan perkembangan data pariwisata yang secara umum memperlihatkan perkembangan positif diantaranya adalah data kunjungan wisatawan mancanegara, jumlah
tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar
terjual.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Perkembangan sektor PHR, juga dapat dikonfirmasi melalui indeks penjualan eceran dari
hasil Survey Penjualan Eceran (SPE) yang terus memperlihatkan kenaikan indeks yaitu dari 139,9 di triwulan IV-2008 naik menjadi 170,6 pada triwulan IV-2009 atau naik 21,7% (yoy).
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor terbesar kedua setelah sektor konsumsi
yang mendapatkan alokasi pembiayaan dari perbankan yaitu sebesar Rp2,9 triliun atau meningkat 8,54% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini
mengindikasikan bahwa penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran
cukup berperan bagi perkembangan ekonomi Sulawesi Utara.
4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Rencana penyelenggaraan berbagai even berskala internasional menyebabkan gaung Kota Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata semakin dikenal oleh masyarakat luar. Hal ini
berpengaruh pada meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara
hingga pada tahap lanjut mampu mendorong kinerja sektor pengangkutan dan
telekomunikasi. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan IV-2009 tumbuh 10,02% (yoy). Menurut sub sektornya, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi
terutama berasal dari sub sektor pengangkutan (80%) sedangkan sisanya disumbangkan
oleh sub sektor komunikasi (20%).
Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan
terutama disebabkan oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular oleh masyarakat
yang didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan. Hal ini antara lain tercermin dari
bermunculannya pemain baru dalam provider telekomunikasi yaitu provider Tri setelah sebelumnya Fren dan Esia disamping pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir hingga
Grafik 1.14.
Perkembangan Kredit Sektor PHR Grafik 1.13.
26
meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan
berbagai macam fasilitas dan fitur-futur baru semakin memudahkan dan memanjakan para
pengguna jasa telekomunikasi. Namun, dari sisi pembiayaan perbankan, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor angkutan dan telekomunikasi s.d. November 2009 hanya Rp60,1
milliar jumlah ini turun lebih dari 30,7% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
-40 -20 0 20 40 60 80 100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2008 2009
%
-100 200 300 400 500 600 Milliar Rp
Pertanian gAngkutan
5. Sektor Jasa-Jasa
Sektor jasa-jasa diperkirakan tumbuh 7,99% (yoy) pada triwulan IV-2009, sedikit lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 7,10% (yoy). Perbaikan
kinerja sektor jasa-jasa antara lain tercermin dari meningkatnya persentase realisasi PAD
selama Tahun 2009 mencapai Rp331,11 milliar atau meningkat 2,7% (yoy) dibandingkan pencapaian Tahun 2008.
6. Sektor Lainnya
Dampak krisis ekonomi global terhadap kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan IV-2009 relatif minimal sehingga sektor industri pengolahan diprediksikan tumbuh 6,65%
(yoy). Perkembangan kinerja sektor ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan jumlah
penggunaan BBM Industri selama triwulan IV-2009 yang naik secara significant mencapai 80,35% (yoy) dengan jumlah penggunaan 23.080 Kilo Liter. Menurut jenisnya, penggunaan
solar dan premium mencatat kenaikan tertinggi masing-masing sebesar 81,31% (yoy) dan 81,74% (yoy). Sedangkan untuk jenis minyak tanah peningkatan relatif kecil hanya sebesar
11,36% (yoy). Perkembangan sektor indutri pengolahan tak lepas pula dari dukungan
pembiayaan oleh perbankan yang hingga November 2009 mencapai Rp221 milliar.
Grafik 1.15.
Perkembangan Kredit Sektor Angkutan (%)
Sementara itu, pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan IV-2009
diperkirakan 6,32% (yoy). Peningkatan kinerja sektor ini, tak lepas dari pulihnya pasokan listrik di Sulawesi Utara seiring dengan meningkatnya debit air Danau Tondano selama
musim penghujan. Selain itu, meningkatnya pasokan listrik juga disebabkan oleh kembali
berfungsinya beberapa mesin pembangkit yang sebelumnya mengalami kerusakan dan
pemeliharaan. Kinerja sektor listrik, gas dan air besih antara lain dapat dikonfirmasi dengan
-Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 5,75%
(yoy). Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub
sektor yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas dan
0
28
penggalian. Khusus untuk sub sektor penggalian, berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor
penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan
industri berskala besar. Kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 11,86% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang hanya tumbuh 6,85% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan
dan jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas
perbankan antara lain : pembukaan kantor cabang baru (Bank Common Wealth dan Bank Mayapada), penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk
baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam
Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Tw.IV-2009, KBI Manado
(10,00)
8,00 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Pertambangan dan
Grafik 2. Perkembangan Seluruh Sektor Ekonomi (SBT) Perkiraan Triwulan I-2010
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Tw.IV-2009, KBI Manado BOKS 1
ARAH PERKEMBANGAN DUNIA USAHA DI WILAYAH SULAWESI UTARA
PADA TRIWULAN I-2010
Arah pertumbuhan dunia usaha di wilayah Sulawesi Utara di awal tahun 2010 diperkirakan akan mengalami perlambatan. Hal ini diperlihatkan oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha dimana responden merasa pesimis terhadap kondisi perekonomian kedepan, yang tercermin dari angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) 0,82% untuk perkiraan triwulan I-2010, menurun signifikan bila dibandingkan SBT 19,66% untuk perkiraan kondisi usaha pada hasil survei sebelumnya. Menurut responden, faktor permintaan dari dalam negeri masih menjadi tumpuan untuk meningkatkan kegiatan usaha, disamping dampak dari ketiadaan even berskala besar selama triwulan kedepan, serta kondisi cuaca yang kurang mendukung untuk keberhasilan panen khususnya di sektor pertanian.
Grafik 1. Perkembangan Kegiatan Usaha (SBT)
30
(30,00) (20,00) (10,00) -10,00 20,00 30,00 40,00 50,00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*
2007 2008 2009 2010
Realisasi Harga Jual Perkiraan Harga Jual
semakin menurunnya jumlah kunjungan wisman dan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) seiring
dengan ketiadan even berskala besar yang diselenggarakan di wilayah Sulut.
Seiring dengan kontraksi usaha yang terjadi di awal tahun 2010, harga jual secara umum di
triwulan I-2010 diperkirakan juga mengalami penurunan. Kondisi ini tercermin dari SBT sebesar
2,49% yang jauh lebih rendah dibandingkan perkiraan harga jual pada hasil survei periode
sebelumnya (SBT 8,58%). Sektor ekonomi yang memberikan sumbangan cukup tinggi terhadap
penurunan harga jual pada awal triwulan I-2009 adalah sektor pertanian (SBT -10,03%).
Grafik 3. Perkembangan Harga Jual (SBT)
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Tw.IV-2009, KBI Manado
Namun ditengah-tengah pesimisme masyarakat terhadap kegiatan usaha di awal tahun 2010,
kondisi perekonomian Sulawesi Utara secara umum diharapkan masih dapat tumbuh seiring
dengan penurunan tingkat suku bunga kredit yang akan mendorong dunia usaha untuk dapat
kembali bergairah, disamping meningkatnya aktivitas masyarakat menjelang kampanye
pemilihan kepala daerah di wilayah Sulawesi Utara yang akan dilaksanakan pada pertengahan
31
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Laju inflasi tahunan di Kota Manado di akhir triwulan IV-2009 menunjukkan adanya
peningkatan. Inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar 2,31% (yoy) atau
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang mencatat deflasi sebesar 0,01% (yoy). Seperti halnya laju inflasi tahunan, secara triwulanan, Kota Manado
juga mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan inflasi yang mencapai 2,50% (qtq)
meningkat dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 0,74%
(qtq). Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, inflasi tahunan Kota Manado masih sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan nasional sebesar 2,78% (yoy).
Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Sulut, diolah Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Sulut, diolah
Inflasi Kota Manado selama triwulan IV-2009 disebabkan sebagian besar oleh faktor fundamental maupun non fundamental. Faktor fundamental yang paling berpengaruh
adalah kenaikan ekspektasi inflasi dan tekanan permintaan. Perayaan keagamaan (Idul Adha
dan Hari Natal) serta tahun baru 2010 merupakan faktor utama yang menyebabkan
ekspektasi inflasi dan permintaan masyarakat mengalami peningkatan. Kondisi tersebut secara musiman selalu meningkatkan tekanan inflasi. Sementara itu, faktor non
fundamental lebih disebabkan oleh kenaikan harga volatile foods yang juga masih terkait dengan kegiatan konsumsi masyarakat pada saat perayaan keagamaan dan menjelang akhir
tahun.
Grafik 2.2
Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (qtq) Grafik 2.1
Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (yoy)
‐2 0 2 4 6 8 10 12 14
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV
2008 2009
YOY Manado
YOY Nasional
‐4 ‐2 0 2 4 6 8 10
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV
2008 2009
32
A. INFLASI TAHUNAN (yoy)
Secara tahunan, inflasi Kota Manado cenderung mengalami trend peningkatan dari posisi deflasi 0,01% (yoy) di triwulan III-2009 menjadi 2,31% (yoy) pada triwulan IV-2009. Secara
umum, peningkatan laju inflasi disebabkan oleh tingginya permintaan pada saat perayaan
keagamaan dan menjelang akhir tahun 2009. Peningkatan tekanan inflasi tertinggi terjadi
pada kelompok bahan makanan yakni dari -0,82% (yoy) di triwulan III-2009 menjadi 5,82% (yoy) di akhir triwulan IV-2009.
Peningkatan laju inflasi pada kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh inflasi
pada sub kelompok sayur-sayuran, lemak dan minyak serta ikan segar. Pada triwulan IV-2009, terdapat 2 (dua) acara perayaan keagamaan yakni Idul Adha dan hari Natal, ditambah
dengan perayaan menjelang tahun baru 2010 menyebabkan adanya peningkatan
permintaan masyarakat akan bahan makanan. Sementara itu, kondisi cuaca yang tidak stabil mengakibatkan produksi hasil pertanian menjadi berfluktuasi. Pasokan yang kurang
stabil ditambah dengan tingginya permintaan dari masyarakat menyebabkan peningkatan
laju inflasi kelompok bahan makanan. Namun peningkatan laju inflasi kelompok bahan
makanan masih dalam kondisi yang relatif normal.
Selanjutnya kelompok yang mengalami laju inflasi tertinggi kedua adalah kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, yakni dari deflasi -0,15% (yoy) pada triwulan
sebelumnya menjadi 0,44% (yoy). Sub kelompok perlengkapan rumah tangga dan biaya tempat tinggal mencatat inflasi tertinggi dalam kelompok ini. Adanya kebiasaan masyarakat
di Suawesi Utara memperbaiki kondisi rumah/tempat tinggal serta membeli perlengkapan
rumah tangga menjelang perayaan Natal dan tahun baru diperkirakan menjadi pengaruh
peningkatan laju inflasi kelompok ini.
Laju inflasi kelompok sandang meningkat dari 4,67%(yoy) di triwulan III-2009 menjadi
6,37% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan laju inflasi tahunan kelompok sandang disumbang oleh sub kelompok sandang laki-laki, sandang wanita dan sandang anak-anak.
Inflasi yang terjadi pada kelompok ini juga disebabkan oleh adanya pola musiman dimana
terjadi peningkatan permintaan pakaian baru pada saat perayaan Natal dan menjelang
33
Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
B. INFLASI TRIWULANAN (qtq)
Secara triwulanan, inflasi Kota Manado meningkat menjadi sebesar 2,50% (qtq). Tidak
berbeda dengan inflasi tahunan, peningkatan inflasi tertinggi secara triwulanan berasal dari
kelompok bahan makanan, kelompok sandang, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.
Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Faktor utama pendorong kenakan inflasi tersebut lebih disebabkan oleh faktor musiman, yakni peningkatan permintaan saat perayaan keagamaan (Idul Adha dan Hari Natal) dan
menjelang akhir tahun 2009. Aktivitas rumah tangga yang meningkat menjelang hari raya
Natal dan tahun baru akan meningkatkan pembelian barang-barang antara lain: pakaian,
softdrink, semen (bahan bangunan), tiket transportasi serta bahan-bahan pembuat makanan (mentega, dll). Sementara itu, tingginya angka realisasi proyek fisik yang dilakukan
Pemerintah Daerah di triwulan akhir tahun anggaran 2009 juga turut menyumbang laju
inflasi Kota Manado pada triwulan laporan.
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV
1 Bahan Makanan 13,58 27,35 26,69 16,95 21,82 4,75 -0,82 5,82
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 2,33 3,45 5,29 7,11 8,03 7,5 6,15 4,88
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 6,89 13,01 11,77 7,16 3,54 2,07 -0,15 0,44
4 Sandang 10,31 9,13 8,02 6,21 6,05 4,94 4,67 6,37
5 Kesehatan 10,08 13,32 13,13 11,51 9,16 5,43 4,84 4,12
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 2,34 1,83 2,02 2,32 2,58 2,03 2,63 1,81
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,52 9,91 9,95 8,83 1,05 -8,66 -8,76 -5,33
7,68 13,18 13,15 9,71 8,85 2,25 -0,01 2,31
2008 2009
No Kelompok
Umum
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV
1 Bahan Makanan 2,32 7,16 6,50 0,15 6,58 -7,86 0,84 6,86 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,68 1,57 3,14 1,55 1,54 1,07 1,85 0,34 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3,22 1,15 2,45 0,18 -0,26 -0,29 0,23 0,77 4 Sandang 4,13 -0,90 1,19 1,71 3,97 -1,93 0,92 3,36 5 Kesehatan 3,36 5,95 1,56 0,26 1,18 2,32 0,99 -0,42 6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,32 0,76 0,32 0,90 0,57 0,22 0,91 0,10 7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,13 10,93 0,10 -2,12 -7,03 0,28 -0,02 1,57
1,98 4,25 3,02 0,17 1,18 -2,08 0,74 2,50
Umum
34
Grafik 2.3.
Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (mtm)
Sumber: BPS Prov. Sulut dan Nasional, diolah.
B. INFLASI BULANAN (mtm)
Secara bulanan, inflasi pada triwulan IV-2009
memiliki tren meningkat. Pada awal periode,
Kota Manado mencatat inflasi sebesar 0,83%
(mtm), selanjutnya pada bulan Nopember 2009 angka ini meningkat menjadi 1,27%
(mtm), dan sampai dengan akhir triwulan
laporan inflasi di Kota Manado tercatat
sebesar 0,38% (mtm). Berdasarkan kelompok barang dan jasa, angka inflasi tertinggi
selama triwulan IV-2009 adalah kelompok
sandang yang terus mengalami peningkatan
masing-masing sebesar 1,67% (mtm) dan
1,53% (mtm) pada bulan Nopember dan Desember 2009. Jika dibandingkan dengan angka
inflasi nasional, inflasi di Kota Manado pada periode laporan jauh berada diatas inflasi
nasional.
Sementara itu, para pelaku ekonomi khususnya konsumen di Sulawesi Utara memiliki
ekspektasi inflasi yang sejalan dengan perkembangan inflasi yang mengalami tren
peningkatan di awal periode laporan namun mengalami penurunan di akhir bulan periode laporan.
Grafik 2.4. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa
Sumber : BPS Sulut dan Survei Konsumen KBI Manado.
Keterangan : SK* = Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb menurut SK 3 bln sebelumnya SK** = Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb menurut SK 6 bln sebelumnya
‐2
MTM Manado MTM Nasional
‐2,0
Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2008 2009
35
Grafik 2.5.
Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Oktober 2009
Sumber: BPS Nasional, diolah.
OKTOBER 2009
Kota Manado pada Oktober 2009 mengalami inflasi sebesar 0,83%. Angka
ini meningkat dari posisinya di bulan
September yang mencatat deflasi sebesar
0,36% (m.t.). Inflasi dan sumbangan terbesar berasal dari kelompok bahan
makanan. Total sumbangan bahan
makanan terhadap angka inflasi mencapai 0,77%, dengan inflasi terbesar berasal dari
sub komoditi sayur-sayuran dan
bumbu-bumbuan.
NOPEMBER 2009
Tidak berbeda dengan bulan sebelumnya,
Kota Manado pada Nopember 2009 juga
mengalami inflasi sebesar 1,27%. Kelompok bahan makanan masih tetap sebagai
penyumbang terbesar dengan andil sebesar
1,06%. Sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah bumbu-bumbuan.
Beberapa komoditas yang mengalami
kenaikan harga selama Nopember 2009
adalah : cabe rawit, daun bawang, buncis, cabe merah, emas perhiasan, kentang, dan
bawang merah.
Grafik 2.6.
Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Nopember 2009
36
Grafik 2.7.
Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Desember 2009
DESEMBER 2009
Di akhir triwulan laporan Kota Manado mengalami masih mengalami inflasi sebesar
0,38%. Laju inflasi ini lebih rendah dari
angka inflasi pada bulan Oktober dan
November. Inflasi yang rendah didorong oleh penurunan indeks pada kelompok
bahan makanan sebesar dan kelompok
pendidikan.
Berdasarkan andil/sumbangannya, kelompok
bahan makanan yang selama ini menjadi
kelompok yang menyumbangkan inflasi
terbesar, pada Desember 2009 justru mengalami deflasi sebesar 0,09% dengan
andil sebesar -0,02%.
Sumber: BPS Nasional, diolah.
‐1 0 1 2
Bahan Makanan Makanan jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi
‐0,09
0,38 0,32
1,53 0,04
‐0,01
1,17
‐0,02 0,07 0,08 0,09 0,00 0,00 0,16
Andil
37
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Secara umum perkembangan perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan IV-2009 (posisi
November 2009) berada pada trend yang melambat walaupun tetap tumbuh positif. Hal ini tercermin dari perkembangan berbagai indikator seperti total aset, kredit, Dana Pihak Ketiga
(DPK) serta peningkatan jumlah rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan). Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, total aset dan DPK mengalami pertumbuhan
(yoy) yang juga lebih rendah. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan masih berjalan baik tercermin dari pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan DPK sehingga rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami peningkatan. Dengan risiko dan ketidakpastian pemulihan ekonomi global yang masih cukup tinggi,
perbankan saat ini melakukan strategi dengan fokus pada penerapan prinsip kehati-hatian dan khusus dalam penyaluran kreditnya saat ini perbankan juga lebih memperhatikan
potensi usaha debitur kedepan melalui risk based pricing.
Tabel 3.1
Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
Total Aset 8.958 9.319 9.905 10.548 10.793 11.691 12.359 13.527 13.635 14.235 14.860 14.732
Tumbuh Y.o.Y (%) 20,76 17,76 21,67 19,59 20,48 25,45 24,78 28,24 26,33 21,76 20,24 15,53
DPK (Rp Miliar) 5.985 6.436 6.504 7.070 7.189 7.765 7.929 8.860 8.907 9.448 9.725 9.755
Tumbuh Y.o.Y (%) 18,14 20,88 19,34 17,49 20,12 20,65 21,91 25,31 23,90 21,67 22,64 15,58
Kredit (Rp Miliar) 5.179 5.638 6.079 6.577 6.823 7.852 8.454 8.934 9.095 9.627 10.004 10.328
Tumbuh Y.o.Y (%) 20,25 22,04 26,85 29,70 31,74 39,27 39,08 35,84 33,30 22,60 18,34 17,55
LDR (%) 86,53 87,61 93,46 93,02 94,90 101,13 106,62 100,84 102,11 101,90 102,88 105,87
NPL (%) 5,12 4,91 6,29 3,77 4,86 4,88 3,43 2,86 3,86 3,72 3,58 3,25
kredit UMKM 3.221 3.632 3.882 4.064 4.305 5.079 5.435 5.727 5.841 6.185 6.270 6.371
Share UMKM 62,19 64,42 63,86 61,79 63,09 64,68 64,29 64,10 64,22 64,25 62,67 61,68
NPL UMKM (%) 8,23 7,62 7,11 5,67 6,01 5,69 4,91 3,78 4,91 4,96 5,18 4,97
Ket: * Data sampai dengan bulan November 2009
Komponen 2007 2008 2009
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
.
A.Fungsi Intermediasi Perbankan
1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter
Di tengah risiko dan ketidakpastian pemulihan perekonomian global, serta seiring dengan
melemahnya tekanan inflasi, Bank Indonesia tetap mengarahkan perhatian pada upaya
menggerakkan sektor riil guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Dalam upaya mengurangi kendala-kendala dalam peningkatan fungsi intermediasi perbankan, Rapat
Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 3 Desember 2009 memutuskan untuk tetap
38
direspon dengan baik oleh pihak perbankan di Sulawesi Utara yang ditandai dengan
penurunan rata-rata tingkat suku bunga kredit, walaupun perubahannya relatif tidak terlalu
signifikan dikarenakan perbankan di wilayah Sulut masih cenderung berhati-hati dalam menurunkan tingkat suku bunga kreditnya ditengah-tengah kondisi pemulihan ekonomi
pasca krisis yang masih dibayangi oleh faktor risiko yang relatif tinggi. Seperti halnya tingkat
suku bunga kredit, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan juga sudah mulai
mengalami penurunan. Lambatnya pihak perbankan dalam merespon penurunan BI Rate tidak lepas dari adanya penawaran Surat Utang Negara (SUN) seri terbaru yang
menawarkan return sekitar 10%, jauh diatas BI rate.
Tidak jauh berbeda dengan kondisi perbankan nasional, perbankan di wilayah Sulawesi Utara juga masih diwarnai oleh persaingan tingkat suku bunga antar bank. Dampak dari
proses pemulihan krisis ekonomi global masih cukup dirasakan oleh masyarakat Sulut,
ditunjukkan melalui pertumbuhan DPK dan kredit yang cenderung melambat. Namun
pertumbuhan kredit masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK, hal inilah yang menyebabkan LDR mengalami peningkatan. Tingkat suku bunga kredit yang masih relatif
tinggi walau sudah pada trend menurun berimplikasi pada tidak optimalnya akselerasi
pertumbuhan kredit. Berdasarkan data yang ditunjukkan pada grafik dibawah, sampai
dengan akhir bulan November tingkat suku bunga kredit berfluktuasi tipis dikisaran 16,43%. Pihak perbankan masih mematok margin keuntungan bank yang sangat tinggi,
disamping sebagai opportunity cost atas risiko yang akan dihadapi bank ketika debitur mengalami gagal bayar (default). Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 17,33% per tahun, kredit investasi (17,04% per tahun) dan kredit konsumsi (14,91% per tahun). Sementara itu untuk tingkat suku bunga deposito
menunjukkan perkembangan yang sama dengan yang terjadi pada suku bunga kredit.
Trend penurunan dilakukan perbankan sejalan dengan penurunan BI Rate pada bulan Desember 2008 yang terus turun hingga mencapai 6,50% pada bulan September 2009.
Selama empat triwulan terakhir, pertumbuhan DPK secara tahunan relatif tumbuh
melambat. Pada triwulan IV-2009 posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) di wilayah Sulawesi Utara
tercatat sebesar Rp9.755 miliar atau tumbuh hanya 15,58% (yoy), jauh menurun dibandingkan pertumbuhan DPK pada periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan jenis
simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada jenis giro yang meningkat 20,55% (yoy)
kemudian disusul oleh jenis tabungan sebesar 17,41% (yoy) dan deposito sebesar 10,53%
(yoy).
Grafik 3.2.
Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan Grafik 3.1.
Perkembangan Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit di Sulut dan BI Rate
Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata
Tingkat Suku Bunga Deposito 1 Bulan dan BI Rate