• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Asthma Control Test (ACT) Dengan Spirometri Sebagai Alat Pengukur Tingkat Kontrol Asma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Asthma Control Test (ACT) Dengan Spirometri Sebagai Alat Pengukur Tingkat Kontrol Asma"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

8 Abstrak

HUBUNGAN ANTARA ASTHMA CONTROL TEST (ACT) DENGAN SPIROMETRI SEBAGAI ALAT PENGUKUR TINGKAT KONTROL ASMA Latar belakang: Asma adalah penyakit saluran nafas kronik yang masih menjadi masalah kesehatan serius di seluruh dunia. Telah diketahui bahwa tidak ada kesembuhan untuk penyakit asma tetapi penyakit ini dapat dikontrol pada beberapa pasien. Kontrol asma menitikberatkan pada adekuasi terapi. Guideline GINA untuk penilaian asma terkontrol ini menggunakan alat pengukur fungsi paru, namun evaluasi ini sulit dilaksanakan karena kurangnya fasilitas spirometri sebagai alat pengukur fungsi paru di pelayanan primer. Alat kontrol asma yang sederhana, efisien dan mudah didapat diperlukan untuk pasien asma. Asthma Control Test (ACT) adalah suatu uji skrining berupa kuesioner tentang penilaian klinis seorang penderita asma.

Metode: Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang (cross sectional study) yang bersifat analitik, pada 61 pasien asma yang diambil secara consecutive sampling. Seluruh subjek penelitian melakukan pengisian kuesioner ACT dan diikuti dengan pemeriksaan spirometri. Hasil penelitian di analisis dengan menggunakan uji korelasi pearson.

Hasil: Dari 61 subjek penelitian, diperoleh 39 subjek berjenis kelami perempuan dan 22 subjek laki-laki dengan rerata umur 54,44 tahun. Berdasarkan nilai ACT subjek terdiri 31,1 % terkontrol baik, 21.3 % terkontrol sebagian dan mayoritas subjek yaitu 47.5% tidak terkontrol. Nilai cut off ACT berdasrkan receiver operating characteristic (ROC) untuk membedakan FEV1% prediksi normal dan < 80% adalah 21.5 dengan sensitifitas 71.4% dan spesifisitas 96.3 %. Dengan uji korelasi pearson diperoleh korelasi yang signifikan antara ACT dengan FEV1 % prediksi (r 0.503, p<0.001), menunjukkan korelasi positif sedang. Korelasi antara ACT dan FEV 1(L) menunjukkan korelasi positif lemah (r 0.319, p 0.012). Korelasi ACT dan FEF 25-75% menunjukkan korelasi positif lemah (r 0.243, p 0.059) dan korelasi ACT dan PEF (%) menunjukkan korelasi positif lemah (r 0.356, p 0.005).

Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asthma control test (ACT) dengan spirometri dengan korelasi positif sedang. Sehingga ACT dapat digunakan untuk menilai kontrol asma di fasilitas kesehatan yang tidak tersedia spirometri.

Kata kunci: asma bronkial, tingkat kontrol asma, asthma control test, spirometri.

(2)

9 Abstract

RELATIONSHIP BETWEEN THE ASTHMA CONTROL TEST (ACT) WITH SPIROMETRY AS INSTRUMENT FOR MEASURING ASTHMA CONTROL

Background: Asthma is a chronic respiratory disease that still a serious health problem worldwide. It is known that there is no cure for asthma, but the disease can be controlled in some patients.Asthma control is focuses on the adequacy therapy. GINA guideline for the assessment of asthma control using gauges lung function, but this evaluation is difficult because of lack of facilities spirometry as a measure of lung function in primary care. Asthma control tool that is simple, efficient, easy and necessary for asthma patients. Asthma Control Test (ACT) is a screening test in the form of a questionnaire on a clinical assessment of patients with asthma.

Method: This study was cross sectional study, in 61 patients with asthma were taken by consecutive sampling. The whole subject of study conduct ACT questionnaire and spirometry followed by examination. The analysis data using the ROC curve for diagnostic value and Pearson correlation test.

Result: 61 subjects, 39 female and 22 male subjects with a mean age of 54.44 years. Based on the value of the subject ACT consists of 31.1% is well controlled, partly controlled 21.3% and 47.5% is not controlled. ACT cutoff values based on those receiver operating characteristic (ROC) to distinguish between normal and FEV1 <80% was 21.5 with 71.4% sensitivity and 96.3% specificity. By using the Pearson correlation test found a significant correlation between the ACT with FEV1 (p <0.001), showed strong positive correlation (r= 0.503). correlation between the ACT and FEV 1(L) showed weak positive correlation (r 0.319, p 0.012). Correlation the ACT and FEF 25-75% showed weak positive correlation (r 0.243, p 0.059) and correlation the ACT and PEF (%) showed weak positive correlation (r 0.356, p 0.005).

Conclusion: There is a significant relationship between asthma control test (ACT) with spirometry with moderate positive correlation. So that ACT can be used to assess asthma control in health facilities were spirometry not available.

Keyword: asthma bronchial, level of asthma control, asthma control test (ACT), spirometry

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dari hasil t hitung dan t tabel diperoleh hasil sebagai berikut : t hitung &gt; t tabel ( 2,964&gt; 2,00) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya secara parsial kemam-

di Sumatera Utara khususnya di Kabupaten Humbang Hasundutan, Samosir, Karo. dan

Berisikan riwayat kesehatan pasien lainnya seperti pasien pernah mengalami masalah kesehatan lain yang mungkin dapat berkaitan dengan masalah saat ini atau mungkin tidak berkaitan

• Merupakan tipe khusus list yang digunakan untuk menyimpan data dari berbagai macam tipe dalam bentuk matriks. • Perintah-perintah untuk membuat data

(1985,1988) juga menyatakan ada lima dimensi yang digunakan oleh pelanggan untuk menilai kualitas pelayanan pada suatu industri jasa yaitu: (1) Keandalan

III. Melalui kegiatan mengamati gambar dan membaca narasi “ Pengalaman Bersama Orangtua”,siswa dapat menyebutkan pengalaman masa kecil yang dialaminya bersama

Bila kita mungkin tidak menolak “kebenaran” yang dimiliki pihak lain sama ada dengan “kebenaran” yang kita miliki maka sangat mungkin konsep multikultur ini diterapkan dalam