• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kewenangan Proses Penyelidikan Dan Penyidikan Pihak Kepolisian Terhadap Notaris Setelah Terbitnya Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kewenangan Proses Penyelidikan Dan Penyidikan Pihak Kepolisian Terhadap Notaris Setelah Terbitnya Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KEWENANGAN POLISI DALAM PROSES PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TERHADAP NOTARIS SETELAH TERBITNYA

UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS NOMOR 2 TAHUN 2014 ATAS AKTA YANG DIBUATNYA

A. Tinjauan Umum Jabatan Kepolisian

1. Pengertian Kepolisan

Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga Polisi sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada kepolisian Negara Republik Indonesia.

Penyidik adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyelidikan. Tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak Pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

2. Kewajiban, Larangan dan Sanksi dalam Kepolisian

Dalam rangka kehidupan bernegara dan bermasyarakat, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib:52

a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara dan Pemerintah;

b. Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan serta menghindari segala sesuatu yang dapat merugikan kepentingan Negara;

(2)

c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Negara, pemerintah, dan kepolisian Negara Republik Indonesia;

d. Menyimpan rahasia Negara dan/atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya; e. Hormat-menghormati antar pemeluk agama;

f. Menjunjung tinggi hak asasi manusia;

g. Mentaati peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, baik yang berhubungan dengan tugas kedinasan maupun yang berlaku secara umum;

h. Melaporkan kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membayahakan dan/atau merugikan Negara/pemerintah;

i. Bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat; j. Berpakaian rapi dan pantas.

Dalam pelaksanaan tugas, anggota KepolisianNegaraRepublik Indonesia wajib:53

a. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat;

b. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya laporan dan/atau pengaduan masyarakat;

c. Mentaati sumpah atau janji anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia serta sumpah atau janji jabatan berdasarkan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

d. Melaksanakan tugas sebaik-baiknya dengan penuh kesadaran dan rasa tanggungjawab;

e. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan persatuan dan kesatuan Kepolisian Negara Republik Indonesia;

f. Mentaati segala peraturan Perundang-Undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku;

g. Bertindak dan bersikap tegas serta berlaku adil dan bijaksana terhadap bawahannya;

h. Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugas;

i. Memberikan contoh dan teladan yang baik terhadap bawahannya; j. Mendorong semangat bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerja; k. Memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan karier; l. Menaati ketentuan jam kerja;

m. Menggunakan dan memelihara barang milik dinas dengan sebaik-baiknya; n. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik.

(3)

Dalam rangka memelihara kehidupan bernegara dan bermasyarakat, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dilarang:54

a. Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan dan martabat Negara, pemerintah, atau Kepolisian Negara Republik Indonesia;

b. Melakukan kegiatan politik praktis;

c. Mengikuti aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;

d. Bekerjasma dengan orang lain di dalam atau di luar lingkungan kerja dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan kepentingan Negara;

e. Bertindak selaku perantara bagi pengusaha atau golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari Kantor/Instansi Kepolisian Negara Republik Indonesia demi kepentingan pribadi;

f. Memiliki saham/modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada dalam ruang lingkup kekuasaanya;

g. Bertindak sebagai pelindung di tempat perjudian, prostitusi dan tempat hiburan; h. Menjadi penagih piutang atau menjadi pelindung orang yang punya utang; i. Menjadi perantara/makelar perkara;

j. Menelantarkan keluarga.

Dalam pelaksanaan tugas, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dilarang:55

a. Meningkatkan wilayah tugas tanpa izin pimpinan; b. Menghindarkan tanggung jawab dinas;

c. Menggunakan fasilitas Negara untuk kepentingan pribadi;

d. Menguasai barang milik dinas yang bukan diperuntukkan baginya; e. Mengontrakkan/menyewakan rumah dinas;

f. Membocorkan rahasia operasi kepolisian; g. Menguasai rumah dinas lebih dari 1 (satu) unit; h. Mengalihkan rumah dinas kepada yang tidak berhak; i. Menggunakan barang bukti untuk kepentingan pribadi; j. Berpihak dalam perkara Pidana yang sedang ditangani; k. Memanipulasi perkara;

l. Membuat opini negatif tentang rekan sekerja, pimpinan dan/atau kesatuan;

54

Pasal 5Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

(4)

m. Mengurusi, mensponsori, dan/atau mempengaruhi petugas dengan pangkat dan jabatannya dalam menerima calon anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;

n. Mempengaruhi proses penyidikan untuk kepentingan pribadi o. di sehingga mengubah arah kebenaran materi perkara;

p. Melakukan upaya paksa penyidikan yang bukan kewenangannya;

q. Melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan, menghalangi, atau mempersulit salah satu pihak yang dilayaninya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani;

r. Menyalahgunakan wewenang;

s. Menghambat kelancaran pelaksanaan tugas kedinasan; t. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan;

u. Menyalahgunakan barang, uang atau surat berharga milik dinas;

v. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, meminjamkan, atau menghilangkan barang, dokumen, atau surat berharga milik dinas seara tidak sah; w. Memasuki tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat

Kepolisian Negara Republik Indonesia, kecuali karena tugasnya;

x. Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apa pun untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain;

y. Memakai perhiasan secara berlebihan pada saat berpakaian dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

B. Prosedur Penyelidikan dan Penyidikan Terhadap Notaris Sampai P21

1. Contoh Kasus Pemeriksaan Notaris yang Sampai P2156

Tindak Pidana penipuan atau penggelapan yang dilakukan oleh seorang Notaris M pada bulan Juli Tahun 2012 dengan kasus Korban yang dipertemukan oleh X kepada Y (Pembeli) yang ingin membeli rumah orang tua Korban dengan Sertipikat Hak Milik, dan Y (Pembeli) menyanggupi untuk membeli tanah tersebut dengan menyerahkan uang panjar berupa Cek Mandiri yang jatuh tempo pada tanggal 1 Agustus 2012 yang kemudian Sertipikat dimintakan oleh Notaris M untuk melakukan cek bersih di Kantor BPN yang akan dipergunakan untuk pembuatan Akta

(5)

Perjanjian Jual Beli antara Korban dengan Y (Pembeli), namun pada tanggal 1 Agustus 2012 Korban mengecek isi Cek ternyata tidak ada dana, dengan mengetahui hal tersebut Korban bermaksud membatalkan perjanjian dan meminta kembali Asli Sertipikat tersebut dengan Notaris M namun sampai saat ini Notaris M tidak mengembalikannya, dan sesuai dengan surat pernyataan oleh Y (Pembeli) akan mengembalikan Sertipikat tersebut pada tanggal 15 Agustus 2012 juga tidak dikembalikan pada Korban.

Berdasarkan Pasal 378 KUHPidana, “Barang siapa dengan maksud menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum dengan tipu muslihat,

menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya,” dan hal ini terpenuhi dengan adanya perbuatan tersangka Notaris M yang meminta dan menerima sertipikat atas nama ibu Korban dengan tujuan untuk cek bersihdan pembuatan Akta Perjanjian Jual Beli dan kemudian meminjamkan sertipikat tersebut kepada Y (Pembeli) dengan tujuan agar dilakukan cek bersih pada Notaris lain, yang kemudian dikembalikan lagi oleh Y (Pembeli) kepada Notaris M.

Berdasarkan Pasal 372 KHUPidana, “Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang yang seluruhnya atau sebahagian kepunyaan orang

(6)

terima, yang mana dalam hal ini Korban tidak pernah menandatangani Akte Surat Kuasa dan Jual Beli, dengan demikian hal tersebut dilakukan tersangka Notaris M untuk kepentingan tersangka mendapatkan keuntungan.

2. Laporan Polisi Oleh Korban

Berdasarkan laporan Korban ke Kantor Polisi maka Polisi membuat laporan atas namaNotaris M yang menyatakan bahwasanya Notaris M atas dasar pengaduan Korban telah melanggar Pasal 378 dan atau 372 jo 55,56 KUHPidana dengan nomor laporan LP/112/K/VII/2012 Polresta Medan. Laporan ini didukung dengan barang bukti satu lembar surat tanda terima dari Notaris M dan cek Bank Mandiri yang mana kejadian bukan di kantor Notaris M tetapi di Grand Aston.

Dengan adanya laporan dari Korban maka Polisi menerima laporan dan memberikan STTLP dan lanjut ke KA.

3. Surat Perintah Penyelidikan dan Penyidikan57

Guna kepentingan penyidikan tindak pidana maka perlu dikeluarkan Surat perintah Penyidikan berdasarkan Pasal 1 butir 2, Pasal 5 ayat (1), pasal 7 ayat (1), Pasal 9 ayat (1), Pasal 11, Pasal 84, Pasal 106, Pasal 109 ayat (1), Pasal 110 ayat (1) KUHAP, Pasal 14 ayat (1) huruf g Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang KepolisianNegaraRepublik Indonesia, dan laporan Polisi tentang tindak pidana atas pelapor (Korban).

(7)

Surat perintah Penyelidikan dan Penyidikan ini memerintahkan 6 (enam) orang penyidik dan penyidik pembantu untuk melakukan penyidikan terhadap tindak pidana penipuan atau penggelapan dengan membuat rencana penyidikan dan melaporkan setiap perkembangan pelaksanaan penyidikan pada kesempatan pertama kepada Kasat Reskrim polresta Medan selaku Penyidik.

Sebelum dilakukan pemeriksaan terhadap Notaris, sesuai dengan ketentuan maka Notaris tersebut harus dipanggil terlebih dahulu melalui Surat Panggilan yang resmi dikeluarkan oleh Penyidik, dengan syarat:58

a. Penyidik menyebutan alasan pemanggilan secara jelas dengan memperhatikan tenggang waktu yang wajar diterimanya panggilan dan bila tidak datang maka penyidik dapat memanggil sekali lagi, sebagaimana diatur dalam Pasal 112 Hukum Acara Pidana.

b. Apabila tersangka dan saksi berada bertempat tinggal diluar daerah hukum penyidik maka pemeriksaan dapat dilakukan di tempat tinggal tersangka atau saksi sebagaimana diatur dalam Pasal 119 Hukum Acara Pidana.

c. Pemanggilan dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari sebagaimana diatur dalam pasal 227 Hukum Acara Pidana.

d. Bilamana tersangka atau saksi yang dipanggil memberi alasan yang patut dan wajar bahwa ia tidak dapat datang kepada penyidik yang melakukan pemeriksaan maka penyidik itu datang ke tempat kediamannya sebagaimana diatur dalam Pasl 113 Hukum Acara Pidana

Khusus terhadap Notaris M maka sebelum Notaris M diperiksa sebagai saksi maka Penyidik atas nama Kepala Kepolisian Resort Medan membuat permintaan persetujuan pemanggilan atas nama Notaris M kepada Ketua Majelis Pengawas

58

(8)

Daerah Notaris Kota Medan agar sudi kiranya memberi persetujuan untuk pemanggilan Notaris M sebagai saksi.

Berdasarkan persetujuan untuk pemanggilan dan pemeriksaan sebagai saksi terhadap Notaris M yang diberikan Majelis Pengawas Daerah Kota Medan maka Notaris M dapat dipanggil untuk diperiksa dan dimintai keterangannya.

Adapun mekanisme pelaksanaan pemanggilan dan pemeriksaan terhadap oleh penyidik berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris yang seharusnya dilaksanakan pada saat sekarang ini adalah:59

a. Penyidik harus mengajukan surat kepada Majelis Kehormatan Notaris (MKN) dengan menyebutkan untuk keperluan apa sampai dilakukannya pemanggilan, apakah mengambil fotocopy Minuta Akta, atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris, atau keperluan memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan Minuta Akta yang dibuatnya atau protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris.

b. Menjelaskan dengan kalimat yang dimengerti, singkat dan jelas tentang perkara apa dan siapa.

c. Setelah dalam 30 (tiga puluh) hari maka penyidik akan mendapatkan keputusan Majelis Kehormatan Notaris (MKN) untuk memberikan “persetujuan” atau “tidak memberikan Persetujuan” atas permintaan dari Penyidik tersebut.

4. Berita Acara Pemeriksaan Saksi-Saksi60

Penyelenggaraan Administrasi Penyidikan yang merupakan persyaratan mutlak dalam rangka mendukung pelaksanaan penyidikan baik sebelum, selama maupun sesudahnya, harus dibuat secara pasti sesuai dengan asas kehati-hatian dalam

59 Zulkarnaen Adinegara (Karrowassidik Bareskrim Polri), Modul Mekanisme Penyidikan Terhadap Notaris Yang Diduga Melakukan Tindak Pidana, hal 9, yang disampaikan pada acara pelatihan pembekalan anggota bagi Pengurus Wilayah INI Indonesia dan pengurus daerah INI se-Jabotabek di Hotel Santika Presmiere Jakarta tanggal 15 Januari 2015

(9)

administrasi Kepolisian baik mengenai dasar hukumnya, waktu, tempat, Pasal yang dipersangkakan, tindak Pidana yang terjadi, barang bukti yang disita dan/atau identitas tersangka/saksi maupun pihak-pihak lain yang terlibat didalam pelaksanaan penyidikan, sesuai dengan yang dikehendaki oleh KUHAP. Dalam tahap ini penyidik memeriksa saksi-saksi untuk mendengar keterangannya sebagai saksi Korban dengan pertanyaan-pertanyaan dan mencatat seluruh keterangan yang diterangkan Korban. Seperti pertanyaan sebagai berikut:

a. Apakah Saudara dalam keadaan sehat? b. Mengertikah saudara sebabnya diperiksa? c. Jika mengerti sehubungan dengan apa?

d. Penipuan dan penggelapan apa yang saudara maksud? e. Kapan dan dimana peristiwanya terjadi?

f. Siapa Korban dan pelakunya?

g. Bagaimana caranya pelaku menipu dan menggelapkan sertipikat tanah milik saudara?

h. Jika demikian terangkan kronologis peristiwa tersebut?

i. Apakah jual beli telah dilaksanakan pada saat anda menyerahkan sertipikat? j. Bukti apa yang anda miliki atas peristiwa tersebut?

k. Siapakah saksi-saksi yang mengetahui peristiwa tersebut? l. Apakah masih ada keterangan yang perlu saudara tambahkan?

Setelah berita acara pemeriksaan selesai, kemudian dibacakan kembali kepada yang diperiksa dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan yang diperiksa mengatakan setuju dan membenarkan, untuk menguatkannya yang diperiksa turut membubuhkan tanda tangan yang kemudian berita acara ditutup dan ditanda tangani di Polresta Medan.

(10)

5. Berita Acara Pemeriksaan Tersangka61

Berita acara ini khusus mendengar keterangan tersangka dalam perkara tindak Pidana penipuan dan atau penggelapan atau turut membantu perbuatan Pidana sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 378 dan atau 372 sub 55,56 KUHP sesuai dengan laporan Polisi. Penyidikan ini dilakukan oleh penyidik pembantu, dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a. Apakah saudara saat ini dalam keadaan sehat jasmani dan rohani?

b. Kapan saudara ditangkap dan pada saat penangkapan apakah penyidik memperlihatkan surat perintah penangkapan?

c. Saat pemeriksaan saat ini saudara ditunjuk sebagai tersangka, apakah saudara dapat menunjukkan kuasa hukum saudara?

d. Ceritakan riwayat hidup saudara singkat dari saudara lahir hingga sampai pemeriksaan sekarang.

e. Apakah anda mengenal pembeli?

f. Setelah saudara menerima sertipikat terus bagaimana perjalanan sertipikat tersebut?

Berita acara pemeriksaan terhadap tersangka bukan hanya dilakukan sekali, dan pertanyaan bukan hanya itusaja, tetapi pertanyaan-pertanyaan lain yang benar-benar menyelidik kejadian dan fakta-faktanya.

6. SPDP (Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan)62

Surat pemberitahuan dimulainya penyidikan ditujukan kepada kepala Kejaksaan Negeri Medan yang memberitahukan bahwasanya telah dimulai bulan Agustus 2012 penyidikan tindak pidana penipuan atas nama terlapor yang

61

Wawancara dengan Aiptu Supriadi,Penyidik Pembantu Polresta Medan, Pada tanggal 3 Januari 2015

(11)

tembusannya ditujukan ke Kapolda SUMUT, Dirreskrim Polda Sumut, Kapolresta Medan, Ketua Pengadilan Negeri Medan, Kabag Ops Polresta Medan.

7. Surat Perintah Penangkapan63

Untuk kepentingan penyelidikan dan atau penyidikan tindak Pidana perlu dilakukan tindakan hukum berupa penangkapan terhadap tersangka yang karena keadaannya atau perbuatannya diduga keras melakukan tindak Pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup dengan memerintahkan 3 (tiga) orang Penyelidik untuk melakukan penngkapan tersangka Notaris M, melakukan penggeledahan badan/pakaian tersangka, dan setelah pihak Penyelidik melakukan perintah ini maka agar membuat Berita Acara Penangkapan bahwa telah melakukan penangkapan atas tersangka Notaris M dengan menjelaskan tempat dan waktu penangkapan yang diketahui dan ditandatangani pihak tersangka Notaris M dan Penyelidik.

8. Surat Perintah Penahanan64

Bahwa untuk kepentingan penyidikan dan berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh bukti yang cukup, tersangka diduga keras telah melakukan tindakan Pidana yang dapat dikenakan penahanan, tersangka dikhawatirkan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti maka perlu dikeluarkan surat perintah penahanan yaitu dengan melakukan penahanan terhadap tersangka yaitu Notaris M, menempatkan tersangka pada Rumah Tahanan Negara di rumah Tahanan Polisi

63

Wawancara dengan Aiptu Supriadi, Penyidik Pembantu Polresta Medan, Pada tanggal 3 Januari 2015

(12)

(RTP) Polresta Medan selama 20 (dua puluh) hari, dengan telah terlaksananya perintah ini maka pihak penyelidik harus segera membuat laporan pelaksanaannya dan membuat berita acara penahanan.

9. BAP Penahanan65

Berita Acara penahanan berisi tentang peristiwa telah dilakukannya penahanan terhadap tersangka Notaris M dalam perkara penggelapan dan penipuan sebagaimana yang dimaksud Pasal 378 dan 372 Jo 55,56 KUHPidana berdasarkan Laporan Polisi atas nama pelapor dan Surat Perintah Penahanan.

Apabila dalam pemeriksaan terhadap tersangka atau proses penyidikan perkaranya belum selesai maka untuk kepentingan pemeriksaan diminta perpanjangan penahanan tersangka dapat diperpanjang selama 40 hari dalam kasus ini penahanan di RTP Polresta Medan, permohonan ini diajukan ke Kepala Kejaksaan Negeri Medan dengan tembusan ke Kapolresta Medan, Ketua Pengadilan Negeri Medan, Kabag Ops Polresta Medan, dan apabila perpanjangan penahanan diijinkan maka Kejaksaan Negeri Medan mengeluarkan Surat Perpanjangan Penahanan yang berdasarkan setelah membaca Permintaan Perpanjangan Penahanan, Surat Perintah Penahanan Dari Penyidik dan Resume Hasil Pemeriksaan dari Penyidik.

10. BAP Penyitaan66

Untuk kepentingan penyitaaan tindak Pidana maka penuntutan dan peradilan berupa penyitaan terhadap benda-benda yang diduga ada kaitannya langsung dengan tindak pidana yang telah terjadi maka Kasat Reskrim selaku Penyidik mengeluarkan

65

Wawancara dengan Aiptu Supriadi,Penyidik Pembantu Polresta Medan, Pada tanggal 3 Januari 2015

(13)

Surat Perintah Penyitaan yang berdasarkan penetapan penyitaan dari Ketua Pengadilan Negeri, Laporan Polisi, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang KepolisianNegara RI, Pasal 5, Pasal 44, Pasal 128, Pasal 129, Pasal 130, Pasal 131 KUHAP.

Dengan keluarnya Surat Perintah Penyitaan maka dibuatlah Berita Acara Penyitaan berdasarkan Pasal 18 ayat (2) KUHPidana dan Laporan Poisi yang menyatakan dalam kasus ini bahwa telah menyita 1 (satu) lembar cek Mandiri pada bulan Agustus 2012 dan 1 (satu) lembar cek Mandiri bulan Juli 2012. I (satu) lembar surat Kuasa yang ditandatanagani Pelapor sebagai penerima kuasa dan ibunya sebagai pemberi kuasa, dan 1 (satu) lembar Surat Tanda Terima yang ditandatangani oleh Notaris M dan Surat Pernyataan yang ditandatangani oleh Pembeli. Semua barang bukti ini disita dari si Pelapor.

11. Surat Persetujuan Ijin Khusus Penyitaan67

Tahap selanjutnya maka pihak Penyidik membuat Permintaan Persetujuan penyitaan yang ditujukan Kepada Ketua Pengadilan Negeri Medan guna kepentingan penyidikan dimohon agar Ketua Pengadilan Negeri Medan dapat menerbitkan Penetapan Persetujuan Penyitaan barang bukti Pelapor dan surat permohonan ini juga harus diketahui Kapolresta Medan, Kepala Kejaksaan Negeri Medan, dan Kabag Ops Polresta Medan.Surat permohonan penyitaan ini yang ditujukan untuk mengambil barang bukti baik dari pihak pelapor maupun dari pihak tersangka.

(14)

12. Penetapan Penyitaan Pengadilan Negeri68

Berdasarkan permohonan Penyitaan maka Ketua Pengadilan Negeri setelah membaca surat laporan perkara tersangka, menimbang cukup alasan izin penyitaan dan berdasarkan Pasal 43 KUHAP (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981) menetapkan dengan memberikan ijin kepada Penyidik untuk melakukan penyitaan barang bukti baik dari pihak pelapor maupun dari pihak tersangka seperti Sertipikat tanah, Akta Surat Kuasa, Akta Perikatan Jual Beli, Cek Bank Mandiri, Surat Kuasa, Surat Tanda Terima. Dan Ketua Pengadilan Negeri memerintahkan kepada penyidik untuk melampirkan salinan surat penyitaan pada berkas perkara.

Setelah keluarnua Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabtan Notaris maka proses penyitaan Protokol Notaris prinsipnya sama dengan mekanisme dalam pemanggilan Notaris yaitu melalui Persetujuan Majelis Kehormatan Notaris (MKN) yang diatur dalam Pasal 66 Undang-Undang RI Nomor 2 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris.

13. Kirim Berkas Perkara Tahap I ke Jaksa Penuntut Umum

Pada tahap ini Penyidik melengkapi berkas perkara yaitu rangkaian penyidikan yang telah dilakukan yang harus dikirim ke Jaksa penuntut Umum yaitu Laporan Polisi, Surat perintah Penyidikan, Berita Acara Pemeriksaan saksi-saksi, Berita Acara Pemeriksaan tersangka, Surat perintah dimulainya penyidikan, Surat perintah penangkapan, Berita Acara Penangkapan, Surat Perintah Penahanan, Berita

(15)

Acara Penahanan, Permintaan Perpanjangan Penahanan, Perpanjangan Penahanan dari Kejaksaan Negeri Medan, Surat Perintah Penyitaan, Surat Permintaan Persetujuan Izin Penyitaan, Penetapan Penyitaan dari Pengadilan Negeri.Setelah semua berkas lengkap maka dikirim ke Jaksa Penuntut Umum agar segera diperiksa untuk digelar perkara di Pengadilan.

14. Kirim Berkas Tersangka Tahap II ke Jaksa Penuntut Umum.69

Setelah berkas tahap I dikirim maka pihak penyidik mengirim berkas tersangka berupa potocopy barang bukti, daftar saksi, daftar tersangka, daftar barang bukti, Daftar Pencarian Orang.

Dengan dikirimnya berkas tersangka tahap II ke Jaksa Penuntut Umum maka selesailah tugas pihak penyidik dalam menangani kasus Notaris M.

C. Kewenangan Polisi Dalam Proses Penyelidikan dan Penyidikan Pihak Kepolisian Terhadap Notaris Setelah Terbitnya Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 Atas Akta Yang Dibuatnya

1. Kewenangan Polisi Dalam Proses Penyelidikan dan Penyidikan

Pengaturan mengenai penyidikan terdapat dalam Pasal 1 ayat 5 KUHAP yang merumuskan mengenai penyelidik,70 dan hal ini juga diatur dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang KepolisianNegaraRepublik Indonesia.Penyidikan71 merupakan rangkaian dari Pradilan Pidana untuk

69Wawancara dengan Aiptu Supriadi, Penyidik Pembantu Polresta Medan, Pada tanggal 3 Januari 2015

70Pasal 1 angka 4 KUHAPPenyelidik adalah PejabatPolisiNegaraRepublik Indonesia yang diberi Wewenang oleh Undang-Undang untuk melakukan penyelidikan”

(16)

mengumpulkan bahan keterangan, keterangan saksi-saksi dan alat bukti yang diperlukan yang terukur dan terkait dengan kepentingan hukum atau peraturan hukum Pidana yaitu tentang peristiwa Pidana.72

Penyidik melakukan penyidikan sesuai wewenangnya apabila:73

1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak Pidana; 2. Mencari keterangan dan barang bukti;

3. Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;

4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab.

Adapun yang dimaksud dengan tindakan lain adalah tindakan dari penyelidik untuk kepentingan penyelidikan dengan syarat:74

1. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum

2. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan dilakukan tindakan jabatan

3. Tindakan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam lingkungan dalam jabatannya.

4. Atas pertimbangan yang layak berdasar keadaan yang memaksa 5. Menghormati hak asasi manusia

Selain itu, atas perintah penyidik, penyidik75 dapat melakukan tindak berupa:76

1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledehan dan penahanan; 2. Pemeriksaan dan penyitaan surat;

3. Mengambil sidik jari dan memotret seorang;

4. Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.

72Hartono,Penyidikan dan Penegakan Hukum Pidana Melalui Pendekatan Hukum Progresif, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hal 1

73Pasal 7 ayat 1 KUHAP

74 Modul KUHAP Pendidikan Alih Golongan Inspektur 2014, hal 9 75

(17)

Mengenal penyelidikan dan penyidikan, M. Yahya Harahap, menjelaskan bahwa dari pengertian dalam KUHAP, “penyelidikan” merupakan tindakan tahap pertama permulaan “penyidikan”77.Akan tetapi harus diingat, penyelidikan bukan tindakan yang berdiri sendiri terpisah fungsi “penyidikan”. Penyelidikan merupakan bagian yang tak terpisah dari fungsi penyidikan, kata-kata yang dipergunakan buku petunjuk Pedoman Pelaksanaan KUHAP, penyelidikan merupakan salah satu cara atau metode atau sub dari pada fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lain, yaitu penindakan berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan pemeriksaan, dan penyerahan berkas kepada penuntut umum lebih lanjut, Yahya Harahap menyatakan bahwa sebelum dilakukan tindakan penyidikan, dilakukan dulu penyelidikan oleh Pejabat penyelidik, dengan maksud dan tujuan mengumpulkan “bukti permulaan” atau “bukti yang cukup” agar dapat dilakukan tindak lanjut penyidikan. Awal penyelidikan dapat disamakan dengan pengertian “tindak pengusutan” sebagai usaha mencari dan menemukan jejak berupa keterangan dan bukti-bukti suatu peristiwa yang diduga merupakan tindak Pidana.78

Yahya Harahap juga mengatakan bahwa jika diperhatikan dengan seksama, motivasi dan tujuan penyelidikan, merupakan tuntutan tanggung jawab kepada aparat penyidik, untuk tidak melakukan tindakan penegakan hukum yang merendahkan 77 Pasal 1 angka 2 KUHAPPenyidikan adalah Serangkaian Tindakan Penyidik Dalam Hal dan Menurut Cara yang Diatur Dalam Undang-Undang ini Untuk Mencari Serta Mengumpulkan Bukti Yang Dengan Bukti itu Membuat Terang Tentang Tindak Pidana yang Terjadi dan Guna Menemukan Tersangkanya.”

(18)

harkat martabat manusia.Sebelum melangkah melakukan pemeriksaan penyidikan seperti penangkapan atau penahanan, harus lebih dulu berusaha mengumpulkan fakta dan bukti sebagai landasan tindak lanjut penyidikan.79

Tugas dan wewenang dari penyelidikan salah satunya adalah menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak Pidana sesuai dengan Pasal 5 kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Penyelidikan dalam hal ini Polisi sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 4 KUHAP, atas laporan/pengaduan tersebut mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak Pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan. Di dalam penyidikan berdasarkan Pasal 1 angka 2 KUHAP, penyidik/Polisi mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak Pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

Bagian-bagian dari hukum acara Pidana yang menyangkut penyidikan adalah mengenai ketentuan alat-alat bukti penyidik, diketahuinya telah terjadi delik, pemeriksaan di tempat kejadian, pemanggilan tersangka atau terdakwa, penahanan sementara, penggeledahan, pemeriksaan atau interogasi, adanya berita acara, penyitaan penyampingan perkara, pelimpahan perkara kepada penuntut umum dan pengembaliannya kepada penyidik untuk disempurnakan,80maka Proses penyelidikan oleh pihak kepolisian adalah:

(19)

a. Dalam hal menerima laporan dan atau pengaduan maka kewajiban Polisi. Sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a angka 1, Pasal 7 ayat (1) huruf a, Pasal 11, Pasal 102, Pasal 103, Pasal 106, Pasal 108 KUHAP dan Pasal 15 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka karena kewajibannya, penyidik/penyidik pembantu harus menyiapkan administrasi pelaporan yang jenisnya sebagai berikut:

1) Laporan Polisi / pengaduan

2) Surat Tanda Penerimaan Laporan / Pengaduan b. Dalam hal melakukan penyelidikan

Sebagaimana diatur dalam Pasal 4, Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 102 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), Pasal 104 dan Pasal 105 KUHAP, Pasal 14 huruf g Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka karena kewajibannya, penyidik/penyidik pembantu menyelenggarakan administrasi penyidikan yang jenisnya sebagai berikut:

1) Surat perintah penyelidikan 2) Berita acara wawancara 3) Berita acara observasi 4) Berita acarasurvailance

5) Laporan pelaksanaanundercover.

Di dalam Pasal 4 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana “(Perkap 14/2012)”, dasar dilakukan penyidikan adalah:

(20)

c. Laporan hasil penyelidikan (LHP); d. Surat perintah penyidikan; dan

e. Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP)

Atas pengertian dan penjelasan di atas dapat diketahui Polisi dengan adanya laporan Polisi/pengaduan dan keterangan saksi korban dapat menindaklanjuti laporan tersebut.

Wewenang dari penyidik adalah:81

1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak Pidana; 2. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian;

3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan; 5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

6. Mengambil sidik jari dan memotret seorang;

7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; 8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara;

9. Mengadakan penghentian penyidikan;

10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. (Pasal 7 ayat (1) KUHAP)

Fungsi penyidikan sebagaimana tugas dan tujuan dari hukum acara Pidana ialah mencari dan menemukan kebenaran materiil yaitu kebenaran menurut fakta yang sebenarnya.Fungsi penyidikan adalah untuk mencari dan mengumpulkan fakta dan bukti sebanyak-banyaknya untuk mencapai suatu kebenaran materiil yang diharapkan dan untuk meyakinkan bahwa suatu tindak Pidana tertentu telah dilakukan.Tujuan pertama-tama dalam rangka penyidikan adalah mengumpulkan

(21)

sebanyak mungkin keterangan, hal ikhwal, bukti dan fakta-fakta yang benar mengenai peristiwa yang terjadi.

Tahapan proses pemeriksaan dalam KUHAP, yakni:

1. Pemeriksaan pendahuluan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk pertama kalinya oleh Polisi baik sebagai penyelidik maupun penyidik, apabila ada dugaan hukum Pidana dilanggar, yakni: penyelidikan, penyidikan, penangkapan dan penahanan, alasan untuk melakukan penahanan terhadap tersangka menurut Pasal 21 (1) KUHAP adalah tersangka atau terdakwa dikhawatirkan melarikan diri, tersangka atau terdakwa dikhawatirkan akan merusak atau menghilangkan barang bukti dan tersangka atau terdakwa dikhawatirkan akan melakukan lagi tindak Pidana. 2. Pengeledahan, yakni tindakan penyidik memeriksa suatu tempat tertutup atau

badan seseorang, untuk mendapatkan bukti-bukti yang berhubungan dengan suatu tindak Pidana.

3. Penyitaan, yakni tindakan yang dilakukan oleh Pejabat-Pejabat yang berwenang untuk menguasai sementara waktu barang-barang baik yang merupakan milik terdakwa atau tersangka ataupun bukan, tetapi berasal dari atau ada hubungan dengan suatu tindak Pidana dan berguna untuk pembuktian.

4. Pemeriksaan dilakukan untuk kepentingan pemeriksaan perkara, maka penyidik dapat melakukan pemeriksaan saksi. Saksi yang diperiksa pada tingkat penyidikan memberikan keterangannya tanpa disumpah terlebih dahulu.82

Pemanggilan yang dilakukan penyidik dianggap sah dan sempurna maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Penyidik menyebutkan alasan pemanggilan secara jelas dengan memperhatikan tenggang waktu yang wajar ditolerirnya panggilan dan bila tidak datang maka penyidik dapat memanggil sekali lagi untuk menghadap penyidik sebagaimana diatur dalam Pasal 112 KUHAP;

2. Apabila tersangka dan saksi bertempat, tinggal di luar daerah hukum penyidik, maka pemeriksaan dapat dilakukan di tempat tinggal tersangka atau saksi sebagaimana diatur dalam Pasal 119 KUHAP;

3. Pemanggilan dilaksanakan paling lambat 3 hari sebelumnya sebagaimana diatur dalam Pasal 227 KUHAP.

(22)

Prosedur pemeriksaan/penyidikan merupakan administrasi yang harus ditempuh untuk melakukan suatu kegiatan pemeriksaan dalam rangkaian tindakan Kepolisian, sehingga pemeriksaan yang dilakukan memenuhi syarat yuridis dan administrasi. Adapun prosedur penyidikan meliputi:83

a. Prosedur umum berdasarkan KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

b. Prosedur khusus berdasarkan Undang-Undang yang mengaturnya.

Tahapan proses pemeriksaan dalam Undang-Undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yakni:

1. Pemeriksaan pendahuluan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk pertama kalinya oleh Polisi baik sebagai penyelidik maupun penyidik, apabila ada dugaan hukum Pidana dilanggar, terdiri dari:

a. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak Pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyelidikan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang.

b. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang.

c. Penangkapan adalah suatu tindakan dari penyidik, berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan atau Pradilan. Perintah penangkapan hanya dapat dilakukan terhadap seseorang yang diduga keras telah melakukan tindak Pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup (Pasal 17 KUHAP) bukti permulaan berarti bukti-bukti awal sebagai dasar untuk menduga adanya tindak Pidana.

d. Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya. Alasan untuk melakukan penahanan terhadap tersangka atau terdakwa menurut Pasal 11 KUHAP adalah:

1) Tersangka atau Terdakwa dikhawatirkan melarikan diri;

(23)

2) Tersangka atau terdakwa dikhawatirkan akan merusak atau menghilangkan barang bukti; dan

3) Tersangka atau terdakwa dikhawatirkan akan melakukan lagi tindak Pidana;

Jenis-jenis penahanan, yakni: a. Penahanan Rumah Tahanan Negara; b. Penahanan Rumah

c. Penahanan Kota;

d. Penggeledahan adalah tindakan penyidik memeriksa suatu tempat tertutup atau badan seseorang, untuk mendapatkan bukti-bukti yang berhubungan dengan suatu tindak Pidana;

e. Penyitaan adalah suatu cara yang dilakukan oleh Pejabat-Pejabat yang berwenang untuk menguasai sementara waktu barang-barang baik yang merupakan milik terdakwa atau tersangka ataupun bukan, tetapi berasal dari atau ada hubungannya dengan suatu tindak Pidana dan berguna untuk pembuktian;

f. Pemeriksaan dilakukan untuk kepentingan pemeriksaan perkara, maka penyidik dapat melakukan pemeriksaan saksi. Saksi yang diperiksa pada tingkat penyidikan memberikan keterangannya tanpa disumpah terlebih dahulu;

g. Pasal 30, Surat Keputusan Kapolri Nomor 12 Tahun 2009 tentang Proses Penanganan Perkara oleh penyidik dalam hal rencana penyidikan yang menyatakan sebelum melaksanakan kegiatan penyidikan, penyidik wajib menyiapkan administrasi penyidikan pada tahap awal meliputi:

a. Pembuatan tata naskah; b. Rencana penyidikan.

Pembuatan tata naskah sebagaimana dimaksud diatas sekurang-kurangnya meliputi:

a. Laporan Polisi;

b. LHP (Laporan Hasil Penyidikan) bila terjadi penyidikan; c. Surat perintah penyidikan;

d. SPDP (Surat Permulaan Dimulai Penyidikan); e. Rencana penyidikan;

f. Gambar skema pokok perkara;

g. Matriks untuk daftar kronologis penindakan.

Penyiapan rencana penyidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi: a. Rencana kegiatan;

b. Rencana kebutuhan;

(24)

2. Pemeriksaan di sidang pengadilan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan apakah dugaan bahwa seseorang yang telah melakukan tindak Pidana itu dapat diPidana atau tidak, terdiri dari;

a. Pemeriksaan adalah berupa pemeriksaan alat-alat bukti dipersidangan yakni keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa; b. Penuntutan adalah tindak Penuntut Umum untuk melimpahkan perkara Pidana

ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputuskan oleh Hakim di Sidang Pengadilan.84

2. Kewenangan Polisi Dalam Proses Penyelidikan dan Penyidikan Pihak Kepolisian Terhadap NotarisBerdasarkan Dengan Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 30 Tahun 2004

Proses penyidikan dilakukan terhadap Notaris setelah adanya pelaporan atas Akta yang dibuat oleh Notaris, dan dalam laporan tersebut dinyatakan bahwa Notaris telah melakukan perbuatan Pidana seperti yang diatur dalam Pasal 66 UUJN. Namun pemanggilan Notaris sebagai saksi, tersangka ataupun terdakwa setelah penyidik mengajukan permohonan tertulis kepada Majelis Pengawas Daerah dan permohonan tersebut ditembuskan kepada Notaris dengan membuat alasan daripada pemanggilan Notaris tersebut sebagai saksi, tersangka ataupun terdakwa.85maka perlindungan terhadap Notaris secara teknis yang diatur dalam Peraturan Mentri Hukum Dan Hak Azasi Mnausia No. M.03. HT.03.10 Tahun 2007 tentang Syarat dan Tata Cara pengambilan Minuta Akta dan atau Surat-Surat yang Diletakkan Pada Minuta Akta Atau Protokol Notaris Dalam Penyimpanan Notaris sudah tidak berlaku lagi, sehingga untuk pemanggilan Notaris harus dengan Persetujuan Majelis Pengawas

84

Wawancara dengan AKP Amri, Kanit Tindak Pidana Tertentu, Kepolisian Medan, pada tanggal 21 November 2014.

(25)

Daerah lagi. Hal ini berdasarkanPasal 66 Ayat (1) UUJN Nomor 30 tahun 2004 yang berbunyi,“Untuk kepentingan penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah berwenang : (a) mengambil fotokopi Minuta

Akta dan atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris

dalam penyimpanan Notaris, dan (b) memanggil Notaris untuk hadir dalam

pemeriksaan yang berkaitan dengan Akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang

berada dalam penyimpanan Notaris.”

Berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 30 tahun 2004 mengatur kewenangan MPD, dalam hal ini mengenai persetujuan terhadap pemanggilan Notaris, jika ada pemanggilan Notaris maka MPD akan mempelajari pemanggilan tersebut, apakah dalam pembuatan Akta tersebut telah ditemukan kesalahan dalam prosedur pembuatan Aktanya yaitu pembuatan Akta tersebut telah ditemukan kesalahan dari aspek lahiriah, formal atau materilnya, jika dalam pembuatan Akta tersebut tidak ditemukan kesalahan dari aspek lahiriah, formal auapun materilnya maka MPD mempunyai kewenagan untuk tidak memberikan persetujuan pemanggilan terhadap Notaris,

Adapun tata cara pelaksanaan pemanggilan Notaris oleh Penyidik dikaitkan dengan Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 30 Tahun 2004 sebagai berikut:86 a. Penyidik mengajukan surat kepada Majelis Pengawas Daerah menyebutkan

untuk keperluan apa, apakah untuk mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; ataukah keperluan memanggil Notaris untuk hadir dalam

(26)

pemeriksaan yang berkaitan dengan Minuta Akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris.

b. Dalam permohonan dijelaskan dengan singkat perkara apa, siapa tersangkanya. c. Setelah mendapat persetujuan maka Penyidik dapat melakukan tindakan

Kepolisian sebagaimana disebut angka 1 di atas.

Dalam pemeriksaan terhadap seorang Notaris yang dilaporkan telah melakukan perbuatan Pidana diatur dalam Pasal 66 UUJN Nomor 30 Tahun 2004. Namun pemanggilan tersebut lebih rinci diatur dalam Pasal 14 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor: M.03.HT.03.10 Tahun 2007 tentang Pengambilan Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris yang menyatakan:

(1) Penyidik, Penuntut Umum atau Hakim untuk kepentingan proses Pradilan dapat memanggil Notaris sebagai saksi, tersangka atau terdakwa dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Majelis Pengawas Daerah.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tembusannya disampaikan kepada Notaris.

(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat alasan pemanggilan Notaris sebagai saksi, tersangka atau terdakwa.

Pada dasarnya yang mempunyai wewenang87 melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap Notaris adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang dalam pelaksanaannya Menteri membentuk Majelis Pengawas Notaris.Menteri sebagai kepala Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintah di bidang

(27)

hukum dan hak asasi manusia.88Dengan demikian kewenangan pengawasan terhadap Notaris ada pada pemerintah, sehingga/berkaitan dengan cara pemerintah memperoleh wewenang pengawasan tersebut.

Dalam Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.39-PW.07.10.Tahun 2004.285 Dengan pengaturan seperti itu ada pengaturan sanksi yang tidak disebutkan dalam UUJN tapi ternyata diatur atau disebutkan juga dalam Keputusan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor M.39-PW.07.10.Tahun 2004, yaitu:

1. Mengenai wewenang MPW untuk menjatuhkan sanksi, dalam Pasal 73 ayat (1) huruf e UUJN, bahwa MPW berwenang untuk menjatuhkan sanksi berupa teguran lisan dan teguran secara tertulis, tapi dalam Keputusan Menteri angka 2 butir 1 menentukan bahwa MPW juga berwenang untuk menjatuhkan (seluruh) sanksi sebagaimana yang tersebut dalam Pasal 85 UUJN. Adanya pembedaan pengaturan sanksi menunjukkan adanya inkonsistensi dalam pengaturan sanksi, seharusnya yang dijadikan pedoman yaitu ketentuan Pasal 73 ayat (1) huruf a UUJN tersebut, artinya MPW tidak berwenang selain dari menjatuhkan sanksi berupa teguran lisan dan teguran secara tertulis.

2. Mengenai wewenang MPP, yaitu mengenai penjatuhan sanksi dalam Pasal 84 UUJN. Dalam angka 3 butir 1 Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.39-PW.07.10.Tahun 2004 bahwa MPP mempunyai kewenangan untuk melaksanakan sanksi yang tersebut dalam Pasal 84 UUJN. Pasal 84 UUJN merupakan sanksi perdata, yang dalam pelaksanaannya tidak memerlukan (perantara) MPP untuk melaksanakannya dan MPP bukan lembaga eksekusi sanksi perdata. Pelaksanaan sanksi tersebut tidak serta merta berlaku, tapi harus ada proses pembuktian yang dilaksanakan di pengadilan umum, dan ada putusan dari pengadilan melalui gugatan, bahwa AktaNotaris mempunyai kekuatan pembuktian sebagai Akta di bawah tangan atau Akta batal demi hukum. Keputusan Menteri yang menentukan MPP berwenang untuk melaksanakan Pasal 84 UUJN telah menyimpang dari esensi suatu sanksi perdata. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.39-PW.07.10. Tahun 2004 seperti itu tidak perlu untuk dilaksanakan.

(28)

3. Kewenangan Polisi Dalam Proses Penyelidikan dan Penyidikan Pihak Kepolisian Terhadap Notaris Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-X/2012

Dengan keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-X/2012 maka Majelis MK memutuskan mengabulkan permohonan uji materi Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang diajukan Kant Kamal. Dalam putusannya, MK membatalkan frasa “dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah” dalam pasal yang diuji. Dengan demikian, pemeriksaan proses hukum yang melibatkan PejabatNotaris tak perlu persetujuan Majelis Pengawas Daerah (MPD). “Menyatakan frasa ‘dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah’ bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat,”

(29)

begitu, akan terhindarkan adanya proses peradilan yang berlarut-larut yang mengakibatkan berlarut- larutnya pula upaya penegakan keadilan yang akhirnya dapat menimbulkan pengingkaran terhadap keadilan itu sendiri.89

Setelah keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-X/2012 maka perlindungan terhadap Notaris secara teknis yang diatur dalam Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Azasi Mnausia Nomor M.03. HT.03.10 Tahun 2007 tentang Syarat dan Tata Cara pengambilan Minuta Akta dan atau Surat-Surat yang Diletakkan Pada Minuta Akta Atau Protokol Notaris Dalam Penyimpanan Notaris sudah tidak berlaku lagi, sehingga untuk pemanggilan Notaris tidak perlu Persetujuan Majelis Pengawas Daerah lagi.

4. Kewenangan Polisi Dalam Proses Penyelidikan dan Penyidikan Pihak Kepolisian Terhadap NotarisBerdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014

Setelah keluarnya Undang-Undang Jabatan Notaris yang baru tetapi berdasarkan Pasal 66 ayat I Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris yang berlaku sekarang maka kewenangan pemanggilan Notaris yang pada UUJN lama ada pada MPD dan setelah keluarnya UUJN yang baru maka kewenangan pemanggilan Notaris ada pada Majelis Kehormatan.

Pemanggilan yang dilakukan oleh pihak penyidik dianggap sah apabila penyidik menyebutkan alasan pemanggilan dengan jelas,90 dan pemanggialn tersebut merupakan tindakan yang bertanggung jawab menurut hukum yaitu tidak bertentangan dengan hukum, selaras dengan kewajiban hukum, patut, masuk akal

89WWW.Hukum online.com.Pemeriksaan Notaris Tak Perlu Persetujuan MPD, diakses Pada tanggal 3 Januari 2015

(30)

dalam lingkungan jabatan penyidik, berdasarkan pertimbangan yang layak dan menghormati hak asasi manusia.91

a. Pemanggilan dan Pemeriksaan Notaris

Dimaksud dengan saksi perkara Pidana yang berkaitan dengan aspek formal AktaNotaris, pihak penyidik, penuntut umum dan hakim akan memasukkan Notaris telah melakukan tindakan hukum:

1. Membuat surat palsu/yang dipalsukan dan menggunakan surat palsu/yang dipalsukan (Pasal 263 ayat (1), (2) KUHP).

2. Melakukan pemalsuan (Pasal 264 KUHP).

3. Menyuruh mencantumkan keterangan palsu dalam Akta Otentik (Pasal 266 KUHP).

4. Melakukan, menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan (Pasal 55 jo Pasal 263 ayat (1) dan (2) atau 264 atau 266 KUHAP).

5. Membantu membuat surat palsu/yang dipalsukan (Pasal 56 ayat (1) dan (2) jo Pasal 263 ayat (1) dan (2) atau 264 atau 266 KUHP).92

6. Membantu membuat surat palsu/yang dipalsukan (Pasal 56 ayat (1) dan (2) jo Pasal 263 ayat (1) dan (2) atau 264 atau 266 KUHP).93

Setelah terbitnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notarisdalam hukum pemanggilan terhadap Notaris tertuang dalam Pasal 66, yaitu: (1) Untuk kepentingan proses Pradilan, penyidik, penuntut umum atau hakim dengan

persetujuan Majelis Dewan Kehormatan berwenang;

a. Mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan

b. Memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan Akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris.

(2) Pengambilan fotokopi Minuta Akta atau surat-surat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dibuat berita acara penyerahan.

(3) Majelis Kehormatan Notaris dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya surat permintaan persetujuan sebagaimana dimaksud

91

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentangKepolisianNegaraRepublik Indonesia, Pasal 6 ayat 2

(31)

pada ayat (1)wajib memberikan jawaban menerima atau menolak permintaan persetujuan.

(4) Dalam hal Majelis Kehormatan Notaris tidak memberikan jawaban dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Majelis Kehormatan Notaris dianggap menerima persetujuan.

Dari ketentuan yang tercantum ini dapat dimengerti bahwa:

a. Penyidik, Penuntut Umum, maupun Hakim hanya diperkenankan untuk mengambil fotocopy Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris, maupun memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan Akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanannya, sepanjang untuk kepentingan proses Pradilan dan telah memperoleh persetujuan Majelis Kehormatan Notaris;

b. Penyidik, Penuntut Umum maupun Hakim tidak dibenarkan mengambil Minuta Akta dan/atau surat-surat asli yang diletakkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris;

c. Pemanggilan Notaris oleh Penyidik, Penuntut Umum maupun Hakim untuk hadir dalam pemeriksaan suatu perkara, baik Perdata, Pidana maupun Tata Usaha/Administrasi Negara yang tidak berkaitan dengan Akta yang dibuat atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris tidak memerlukan persetujuan dari Majelis Kehormatan Notaris

d. Dalam pengertian Notaris yang tercantum dalam Pasal 66 ini termasuk didalamnya Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti, dan Notaris Pengganti Khusus, baik masih sedang menjalankan tugas jabatannya maupun telah berhenti; e. Majelis Kehormatan Notaris harus memberikan jaawaban paling lama 30 hari menerima atau menolak pemanggilan pemeriksaan Notaris dan jika tidak ada jawaban lebih dari waktu tersebut maka Notaris dianggap menerima persetujuan tersebut.

f. Atas pengambilan fotocopy Minuta Akta dan/atau surat-surat sebagaimana terurai di atas dibuat berita acara penyerahan, hanya saja Undang-Undang ini maupun penjelasannya tidak memberikan penjelasan tentang siapa yang berkewajiban membuat dan menandatangai berita acara tersebut.

(32)

Peraturan Menterinya sampai saat ini belum terbentuk sebagaimana diamanatkan dalam Paal 66 dan 66 A Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, demikian Peraturan Pelaksananya sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 91B Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris juga belum dibuat maka penyidikan terhadap Notaris saat ini masih berlaku seperti pada peraturan sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris ditambah dengan keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-X/2013 tanggal 28 Mei 2013 yang mencabut Pasal 66 ayat (1) khususnya pada frasa tentang kewajiban untuk mendapatkan persetujuan Pengawas Daerah (MPD). Hal ini akhirnya berkaitan juga dengan tidak berlakunya lagi ketentuan dalam Pasal 14 ayat (1) Peraturan Mentri Hukum dan HAM RI Nomor M.03HT.0310 tahun 2007 yang mengatur tentang hal yang sama.

Dengan demikian saat ini penyidik dapat langsung memanggil Notaris untuk diperiksa demikian penyidik dapat langsung melakukan penyitaan terhadap fotocopy minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada minuta Akta.

Sepanjang tahun 2014 dimulai dari bulan September sampai dengan bulan Desember ada 11 (sebelas) pemanggilan Notaris yang dilakukan penyidikan sebagai saksi atau tersangka terkait dengan tindak Pidana yang diatur dalam KUH Pidana, yakni menyangkut:

(33)

3. Pasal 266 yakni pemberian keterangan palsu dalam suatu Akta Otentik 4. Pasal 322 yakni membuka rahasia.

5. Pasal 378 atau 372 yakni penipuan atau penggelapan

6. Pasal 385 yakni penggelapan hakatas barang yang tidak bergerak

Beberapa hal penyebab terjadinya tindak Pidana yang didapati pada penelitian ini, yakni antara lain:94

1. Dikarenakan kedekatan secara pribadi, Notaris menerima pembuatan Akta tanpa melihat Kartu Tanda Penduduk asli para pihak, hal ini dapat mengaburkan tanda tangan atau foto pemilik Kartu Tanda Penduduk tersebut.

a. Notaris menerima draft dari salah satu pihak, sehingga pada posisi ini jelas Notaris tidak pada posisi yang seimbang atau Notaris berpihak.

b. Notaris kurang melakukan pengawasan atau tidak memberitahukan kewajiban yang harus diemban pegawai, sehingga pegawai tanpa sengaja atau dengan sengaja melakukan kecerobohan-kecerobohan yang berakibat fatal terhadap Notaris itu sendiri.

Pada saat pemeriksaan baik sebagai saksi atau tersangka ada hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh Notaris, yakni antara lain:95

1. Notaris berhak mengetahui dan memastikan pemanggilan sebagai saksi atau tersangka sudah mendapat izin dari Majelis Kehormatan Notaris

94

Wawancara dengan Ipda Muhammad Bakir,Panit Resum Polresta Medan,Pada tanggal 28 November 2014

(34)

2. Pada saat menghadiri panggilan tersebut Notaris memperlengkapi diri dengan membawa identitas diri serta surat-surat legalitas sebagai Notaris.

3. Bila sudah mengetahui hal ikhwal pemanggilan, bawa fotocopy berkas-berkas yang terkait kasus yang tertera dalam surat panggilan Kepolisian.

4. Dalam proses pemeriksaan sebaiknya Notaris didampingi penasehat hukum untuk antisipasi adanya oknum pemeriksa yang tidak objektif, sehingga apabila terjadi penyimpangan dalam proses pemeriksaan si pemeriksa dapat juga dituntut sesuai ketentuan yang berlaku.

5. Hadiri undangan panggilan tepat waktu sesuai jadwal yang tertera di surat panggilan.

6. Dalam memberikan jawaban tentang pertanyaan yang diajukan penyidik kiranya didengar dan dicermati serta dicerna baik-baik baru kemudian memberikan jawaban agar tidak terjebak oleh pertanyaan dari penyidik, penyidik selalu memakai sebutan yang terkesan memaksa agar Notaris dapat diarahkan dan terkesan pemeriksa tidak objektif.

7. Sebelum menandatangai Berita Acara Pemeriksaan,Notaris harus melakukan pembacaan ulang secara cermat agar terhindar dari jawaban-jawaban yang mungkin dari oknum penyidik.

8. Apabila dipanggil sebagai tersangka, maka Notaris berhak meminta turunan Berita Acara Pemeriksaan sesuai ketentuan yang ada dalam KUHAP.

(35)

10. Bila memungkinkan ketika dimintai keterangan, Notaris yang diambil keterangannya dapat mencatat contact person penyidik untuk mempercepat komunikasi dalam proses penyidikan dan tidak harus hadir dikantor penyidik untuk efisien waktu Notaris yang dimintai keterangan tersebut.

Batasan-batasan yang dijadikan dasar untuk memidanakan Notaris merupakan aspek formal dari AktaNotaris. Jika Notaris terbukti melakukan pelanggaran dari aspek formal dapat dijatuhi sanksi perdata atau sanksi administrasi tergantung pada jenis pelanggaranya atau sanksi Kode Etik Jabatan Notaris. Dalam ruang lingkup tugas pelaksanaan jabatan Notaris yaitu membuat alat bukti yang diinginkan oleh para pihak untuk suatu tindakan hukum tertentu, dan alat bukti tersebut berada dalam tataran hukum Perdata, dan bahwa Notaris membuat Akta karena ada permintaan dari para pihak yang menghadap. Tanpa ada permintaan dari para pihak, Notaris tidak akan membuat Akta apapun, dan Notaris membuat Akta yang dimaksud berdasarkan alat bukti atau keterangan atau pernyataan para pihak yang dinyatakan atau diterangkan atau diperlihatkan kepada atau dihadapan Notaris.

Aspek-aspek formal Akta Notaris dijadikan dasar atau batasan untuk memidanakan Notaris, sepanjang aspek-aspek formal tersebut terbukti secara sengaja bahwa Akta yang dibuat dihadapan dan oleh Notaris tersebut untuk dijadikan suatu alat melakukan suatu tindak Pidana terhadap pembuatan Akta pihak atau Akta relaas.

(36)

dengan alasan Notaris terbukti melakukan suatu tindak Pidana pemalsuan. Dengan demikian untuk menempatkan Notaris sebagai terpidana, atas Akta yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris yang bersangkutan, maka tindak hukum yang harus dilakukan adalah membatalkan Akta yang bersangkutan melalui gugatan.

Dengan demikian apabila Akta Notaris dibatalkan berdasarkan Putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, maka dengan dasar putusan tersebut Notaris dapat digugat dengan perbuatan melawan hukum.

b. Penyitaan Protokol Notaris

Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan dibawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan, dan Pradilan. Yang dapat melakukan penyitaan adalah penyidik/ penyidik pembantu dan penyelidik atas perintah penyidik.

a. Syarat Penyitaan

Penyitaan dapat dilakukan terhadap benda bergerak maupun benda tidak bergerak pada dasarnya penyitaan hanya dapat dilakukan apabila ada izin terlebih dahulu dari Ketua PN kecuali dalam keadaan mendesak dan sangat perlu izin tersebut tidak perlu dipenuhi terlebih dahulu dengan ketentuan hanya atas benda bergerak setelah dilakukan, wajib segera melaporkan kepada Ketua PN setempat guna memperoleh persetujuan.

(37)

Adapun benda yang dapat disita menurut Pasal 39 KUHAP adalah:

1) Benda tagihan tersangka/terdakwa yang seluruh atau sebagian di duga diperoleh dari tindak Pidana.

2) Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak Pidana/untuk mempersiapkannya.

3) Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak Pidana. 4) Benda yang khusus dibuat atau di peruntukan melakukan tindak Pidana.

5) Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak Pidana yang dilakukan.

Secara umum benda yang dapat disita dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan: 1) Benda yang dipergunakan sebagai alat untuk melakukan tindak Pidana.

2) Benda yang diperoleh/ merupakan hasil dari tindak Pidana.

3) Benda lain yang tidak secara langsung mempunyai hubungan dengan tindak Pidana tetapi mempunyai alasan yang kuat untuk bahan pembuktian.

b. Penyitaan Surat

Pada perinsipnya sama dengan penyitaan benda apabila didapatkan surat palsu/pemalsuan penyidik bisa diminta bantuan ahli. Jika untuk keperluan itu dibutuhkan surat yang asli maka penyidik dapat meminta kepada Pejabat, penyimpanan umum untuk mengirimkan aslinya dan Pejabat tersebut wajib memenuhi permintaan itu Pasal 132 (1) KUHAP. Apabila surat tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu daftar, maka daftar tersebut sebelum diserahkan dibuat salinannya terlebih dahulu diberi catatan apa sebab salinan tersebut sampai menunggu yang asli dikembalikan. Apabila surat tersebut berupa daftar maka penyidik dapat meminta daftar tersebut diserahkan kemudian dibuatkan tanda terima. c. Penyitaan-penyitaan surat atau tulisan lain

(38)

pada penyitaan surat secara tidak langsung melalui perintah penyidik kepada pemegang atau yang menguasai untuk menyerahkan kepada penyidik seperti yang diatur dalam Pasal 42 ayat (2) KUHAP, maka pada Pasal 43 KUHAP diatur pula bntuk dan cara penyitaan surat-surat lain yang disebutkan pada Pasal 41KUHAP dan Pasal 42 (2) KUHAP

Yang dimaksud dengan surat masukan lain pada Pasal 43 KUHAP adalah surat atau tulisan yang “disimpan” atau “dikuasai” oleh orang tertentu dimana yang menyimpan atau menguasai surat ini “diwajibkan merahasiakannya” oleh Undang-Undang misalnya, seorang Notaris adalah Pejabat atau orang tertentu menyimpan atau menguasai Akta Notaris testament, dan oleh Undang-Undang diwajibkan untuk merahasiakan isinya. Akan tetapi harus diingat, kepada kelompok surat atau tulisan lain ini tidak termasuk surat atau tulisan yang menyangkut “Rahasia Negara” surat atau tulisan yang menyangkut rahasia Negara “tidak takluk” kepada ketentuan Pasal 43 KUHAP. Oleh karena itu pada Pasal 43 KUHAP tidak dapat diperlakukan sepanjang tulisan atau surat yang menyangkut rahasia Negara, atau kalau dibalik, Pasal 43 KUHAP hanya dapat diterapkan terhadap surat dan tulisan yang “tidak” menyangkut Rahasia Negara.96

Setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabtan Notaris maka proses penyitaan Protokol Notaris prinsipnya sama dengan mekanisme dalam pemanggilan Notaris yaitu melalui Persetujuan Majelis Kehormatan Notaris

(39)

(MKN) yang diatur dalam Pasal 66 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, dalam rangka melakukan penyitaan terhadap fotocopy Minuta Akta dan/surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau protokol Notaris, maka yang perlu diperhatikan oleh Penyidik adalah sebagai berikut:97

a. Memastikan benda apa yang akan disita yaitu fotocopy Minuta Akta dan/surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris, agar disebut secara singkat dan jelas nama, nomor, tanggal dari Akta serta siapa nama Notarisnya.

b. Kelengkapan administrasi penyidikan yang harus disiapkan oleh penyidik antara lain: Surat Perintah Penyitaan dan surat Ijin Penyitaan dari Ketua Pengadilan Negeri setempat

c. Berkordinasi dengan pihak Majelis Kehormatan Notaris (MKN) d. Membuat Surat “Permintaan Persetujuan” untuk melakukan penyitaan.

e. Pihak MKN wajib memberikan jawaban disetujui atau ditolak dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja, bila waktu tersebut terlampaui maka MKN dianggap telah menerima permintaan persetujuan dari penyidik tersebut.

f. Setelah dilakukan penyitaan maka penyidik wajib membuat Berita Acara Penyitaan dan membuat Surat Tanda Penerimaan atas fotocopy Minuta Akta dan surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris yang telah disita.

g. Fotocopy Minuta Akta dan/surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau protokol Notaris yang disita tersebut dapat dikembalikan kepada Notaris, bilamana :

1) Kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak memerlukan lagi.

2) Perkara tersebut tidak jadi dituntut karena tidak cukup bukti atau ternyata bukan merupakan tindakan Pidana

3) Perkara tersebut dikesampingkan untuk kepentingan umum atau perkara tersebut ditutup demi hukum kecuali apabila benda itu diperoleh dari suatu tindak Pidana atau yang dipergunakan untuk melakukan tindak Pidana

4) Perkara sudah putus maka fotocopy Minuta Akta atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau protokol Notaris dalam penyimpan Notaris tersebut, dikembalikan kepada orang atau kepada mereka yang disebutkan

97

(40)

dalam Putusan, kecuali jika menurut Putusan Hakim benda itu dirampas untuk Negara untuk dimusnahkan atau dirusak sampai tidak dapat dipergunakan lagi atau jika fotocopy Minuta akta dan/surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris tersebut masih diperlukan sebagai barang bukti dalam perkara lain.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan Perpres Nomor 70 Tahun 2012, kepada Peserta yang berkeberatan atas Pemenang Pelelangan ini diberi kesempatan untuk mengajukan Sanggahan terhadap pelaksanaan

Apabila dikaitkan dengan adanya sistem atau konsep ekonomi Islam, dalam bahasa syari’atnya, komitmen itu terjadi ke dalam pembayaran pajak (dengan mekanisme niat dalam hati

Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian yang berhubungan dengan pendayagunaan dana zakat, infak dan shadaqah (ZIS) pada program Kampus Entrepreneur Penghafal Quran

Tenik observasi dilakukan untuk mengamati perubahan sikap ilmiah siswa yang terdeskripsi dari sejumlah aspek yang salah satunya adalah aspek peka terhadap lingkungan

Lem ikan dengan bahan baku sisik ikan Kakap Putih ( Lates calcarifer ), ikan Bandeng ( Chanos chanos Forks), dan ikan Nila ( Oreochromis niloticus ) berpengaruh

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian maka dapat disimpulkan bahwakemampuan pemecahan masalah mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau pada pecahan melalui pendekatan model

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana menentukan persebaran zona lemah dalam lereng tanah menggunakan metode resistivitas 2D dan bagaimana menentukan

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah kekuatan yang mengikat karyawan pada organisasi, meliputi keinginan karyawan untuk terlibat