STRATEGI PENGUSAHA DAN PEMASARAN
Abstrak
Persaingan merupakan suatu konsep yang sering digunakan dalam ilmu ekonomi untuk mengetahui bagaimana pembentukan harga pasar dan keputusan penetapan harga oleh suatu perusahaan atau penjual.
Pasar merupakan satu kelompok penjual dan pembeli yang mempertukarkan
barang yang dapat disubsitusikan, hal ini menimbulkan persaingan yang terjadi, Para pengusaha memili strategi untuk menghadapi persaingan antar pengusaha
Memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan keuntungan yang lebih besar.
Pada zaman sekarang banyak para pemuda yang tertarik dan melirik profesi bisnis yang cukup menjanjikan masa depan yang cerah, para remaja pada umumnya menyatakan sangat menyenangi kegiatan wirausaha dalam bidang bisnis. Untuk mengantisipasi pekerjaan bisnis para entrepreneur harus mempersiapkan bekal berupa sikap mental dan menguasai beberapa keterampilan misalnya tata boga, tata busana, pemasaran, komputer, internet, akuntansi, elektronika dan sebagainya. Semakin banyak keterampilan yang diperoleh dan dikuasai para pemuda semakin banyak pula peluang untuk menjadi wirausahawan.
Abstrak...1
Daftar Isi...2
BAB 1 PENDAHULUAN ... 3
Fenomena ... 3
Masalah ... 4
Manfaat Ketas ilmiah untuk masyrakat...6
BAB 2 LANDASAN TEORI ... 8
pengertian ... 8
Ide Bisnis ... 9
Faktor-Faktor Peluang Bisnis ... 11
Target Sasaran Bisnis ... 12
Kegiatan Kewirausahaan Menurut Pandangan Islam...13
BAB 3 PROSES DAN HASIL ... 16
Fakor-faktor pemicu kewirausahaan ... 16
Model Proses Kewirausahaan ... 16
Proses Menjadi Pengusaha Sukses...18
Proses Terjadinya Sebelum dan Sesudah Inovasi di Mulai...19
Hasil Menjadi Pengusaha Sukses...19
BAB 4 KESIMPULAN ... 24
Kesimpulan ... 24
Bibliografi……...………..………26
PENDAHULUAN
1.2. Fenomena
Membangun keikutsertaan pelanggan dapat menjadi hal penting dalam strategi marketing. Jika pelanggan merasa terlibat dalam merek Anda, maka mereka cenderung akan percaya dan loyal. Tampak pula para business entrepreneur yang semakin intens melakukan program-program
pemberdayaan masyarakat mereka tidak sekedar melakukan tanggung jawab social (Corporate Social Responsibility) dalam tataran yang sempit, namun banyak yang termotivasi untuk melakukan pemberdayaan masyarakat dalam lingkup yang luas, mereka berkiprah dalam beragam program pemberdayaan masyarakat baik bidang ekonomi, pendidikan dan kebudayaan, kesehatan, sarana dan prasarana maupun lingkungan hidup.
Di Indonesia permasalahan pembangunan yang muncul dari zaman orde lama sampai orde baru masih sama-sama saja, tetapi kelemahaan nyata dalam pembangunan masa lalu dan saat ini adalah belum berkembangnya para pemimpin daerah nasiaonal yang memahami dan berjiwa entrepreneur
Entrepreneur menjadi sesuatu yang berada sangat dekat dengan kehidupan sehari hari kita. Berbagai kalangan menjalankan wirausaha, baik itu kalangan orang tua, mahasiswa, bahkan pelajar yang masih duduk di bangku sekolah pun sudah mulai mencoba untuk berwirausaha. Tidak sedikit
pula dari kalangan pekerja yang menjalankan wirausaha sebagai pekerjaan sampingannya demi mendapatkan penghasilan tambahan.
Fenomena wirausaha di kalangan mahasiwa ini adalah sebuah berita yang menarik, mengingat secara statistik Indonesia masih kekurangan wirausahawan. Dengan meningkatnya minat berwirausaha dikalangan mahasiswa diharapkan akan menambah jumlah calon pengusaha-pengusaha baru sebagai ujung tombak perekonomian bangsa di masa yang akan datang.
Menurut Dr.Ir.Eddy Soeryanto Soegoto Enterpreneurship atau Kewirausahan adalah usaha kreatif yang di bangun bedasarkan inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki nilai tambah, memberi manfaat, menciptakan lapangan kerja dan hasilnya berguna bagi orang lain. (2015 :26)
1.2. Masalah
Sosiologi David McClelland menyatakan bahwa suatu negara bisa
menjadi makmur apabila ada entrepreneur sedikitnya 2% dari jumlah penduduk, Singapura sudah mencapai 7,2% padahal pada tahun 2001 hanya
sekitar 2,1%, sedangkan di Indonesia sendiri hanya memiliki 0,18% dari penduduk atau sekitar 400.000-an orang, itulah alasan kenapa pembangunan di Indonesia selalu memiliki masalah yang jika dilihat relatif sama dari tahun ke tahun dan salah satu permasalahan di Indonesia yang berperan penting terhadap pembangunan ialah kurangnya peran seorang entrepreneur dalam membangun bangsa Indonesia
Kemajuan ekonomi yang luar biasa dari berbagai negara yang telah mapan disebabkan oleh inovasi entrepreneur, semakin banyak entrepreneur dimiliki sebuah negara semakin makmur negara tersebut, menciptakan sebanyak mungkin entrepreneur di suatu negara jelas memiliki kaitan dengan kesejahteraan bangsanya sendiri.
Setidaknya terdapat empat alasan mengapa perlu dikembangkan innovative entrepreneurship, yaitu:
Kekhawatiran kita akan masa depan bangsa adalah ketika gagal menciptakan para entrepreneur pencipta lapangan kerja yang mampu mengubah pola pikir menjadi karyawan dibandingkan memiliki kemandirian berusaha yang hanya akan menjadi bangsa pemalas.
Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar lulusan perguruan tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator), perguruan tinggi seharusnya mampu mengubah cara pandang yang sebagian besar alumninya selalu ingin berprofesi sebagai pegawai negeri menjadi wirausaha perubahan ini harus ditanamkan melalui pendidikan berwawasan kewirausahaan yang kreatif dan inovatif, jumlah wirausaha saat ini di Indonesia sekitar 450.000 orang atau
sekitar 0,18 persen dari total jumlah penduduk Indonesia, jumlah ini jauh dari ideal, yakni 2 persen dari jumlah penduduk persentase ini kalah jauh
dibanding dengan negara tetangga seperti Singapura yang wirausahanya 7,2 persen dari jumlah penduduk, sedangkan Amerika Serikat 12 persen, dan Malaysia 3 persen (Kompas, 25 Juli 2011 hal. 12)
Dalam rangka pemerataan hasil-hasil pembangunan perlu lebih di tingkatkan dan diperluas usaha-usaha untuk memperbaiki penghasilan kelompok masyarakat yang mempunyai mata pencaharian rendah, seperti buruh tani, pedagang kecil, petani menggarap yang tidak memiliki lahan peternak kecil, nelayan, ataupun pengrajin.
Pengusaha golongan ekonomi lemah termasuk pengusaha informal dan tradisional perlu ditingkatkan dan dibina untuk meningkatkan kemampuan usaha dan pemasaran dalam rangka mengembangkan kewirausahaan, antara lain melalui pendidikan dan latihan serta penyuluhan dan bimbingan, dengan mengikut sertakan pengusaha besar dan menengah.
1.3. Manfaat kertas ilmiah untuk masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui,memahami dan mampu mengimplementasikan teori, konsep dan langkah-langkah penulisan karya ilmiah dan unsur-unsurnya.
Masyarakat mengetahui,memahami dan menguasai tentang kajian pengusah yang sukses untuk mengimplementasikan dalam penulisan karya ilmiah. Jika dicermati karya ilmiah memberikan manfaat yang besar sekali, baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca tau masyarakat pada umumnya. Sekurang-kurangnya ada delapan manfaat atau keuntungan yang diperoleh dari kegitan tersebut. Kedelapan keuntungan tersebut antara lain: Dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri
kita. Kita mengetahui sampai dimana tingkat pengetahuan kita tentang topik tertentu. Untuk mengembangkan topik itu terpaksa kita harus berpikir, menggali pengetahuan dan pengalaman yang terkadang tersimpan di alam bawah sadar.
Melalui kegitan menulis kita mengembangkan barbagai gagasan. Kita harus berpikir ilmiah, menghubung-hubungkan dan membangkitkan fakta-fakta yang mungkin tidak pernah kita lakukan jika kita tidak menulis.
Kegitan menulis memaksa kita lebih banyak menyerapa, mencari, dan mengusai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis. Dengan demikian kegitan menulis memperluas wawasan baik secara teoritis maupun fakta-fakta yang berhubungan.
Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematis dan mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian kita dapat menjelaskan permasalahan yang semula mungkin masih samar bagi kita sendiri.
Melalui tulisan kita dapat meninjau dan menilai gagasan kita seendiri secara lebih objektif.
Tugas menulsi mengenai suatu topik mendorong kita belajar secara aktif. Kita harus menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain.
Kegitan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir dan berbahasa secara tertib (Akhadiyah, 1999:1-2).
Nursisto (2000:6) mengungkapkan 6 manfaat pembuatan karya tulis ilmiah yaitu (1) pengungkapan diri, (2) pemahaman akan sesuatu, (3) kepuasan pribadi, kebanggaan, dan rasa harga diri, (4) peningkatan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan sekeliling, (5) pelibatan diri dengan penuh semangat, dan (6) pemahaman dan peningkatan kemampuan menggunakan bahasa.
Sementara itu, kegiatan membuat karya tulis ilmiah juga memiliki makna penting, di antaranya sebagai sarana (1) menemukan sesuatu, (2) melahirkan ide baru, (3) melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide, (4) melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang/sesuatu, (5) membantu menyerap dan memroses informasi, dan (6) melatih berpikir aktif, kreatif, dan kritis.
BAB II
LANDASAN TEORI
Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang (Thinking New Thing).
Entrepreneur adalah orang yang berjiwa kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, ulet dan tekun, rajin, di siplin, siap menghadapi risiko, jeli melihat dan meraih peluang, piawai mengelola sumber daya, dalam membangun, mengembangkan,memajukan dan menjadikan usaha atau perusaan unggul. (Eddy Soeryanto Soegoto ,2009).
Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dan lain-lain. Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui
inovasi dan kreativitas. Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama. Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang
berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18).
Jiwa kewirausahaan mempunyai makna yang sangat kompleks, pengertian entrepreneurship tidak selalu dikaitkan dengan menjadi pengusaha atau entrepreneur, tetapi sedikit banyak seorang pengusaha memiliki sikap mental, semangat dan karakter entrepreneurship.
Setiap pecundang tidak akan memiliki kemampuan dan perilaku dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang akan dia hadapi dan dalam jiwa entrepreneurship selalu ada prinsip-prinsip jiwa ksatria yang selalu mau bekerja keras, tidak mudah menyerah tanpa meninggalkan unsur keluhuran budi serta kejujuran
2.2. Ide Bisnis
Membangun suatu usaha atau bisnis dimulai dari pemikiran atau ide tentang bagaimana, apa, dimana dan cara memulai bisnis tersebut, suatu bisnis dimulai dari munculnya ide-ide cemerlang dalam benak seseorang tentang keinginan membangun usaha dan harapan akan keberhasilan usaha tersebut.
Berikut ini berbagai ide bisnis yang menjadi penggerak seseorang membuka usaha atau membangun bisnisnya:
Hobi
Bill Gates, si raja komputer dari Amerika Serikat, memulai usaha
nya dari sebuah hobi mengutak-atik program komputer. Hobi yang ditekuni dengan serius ini telah berhasil membawa Bill Gates untuk
menemukan komputer yang lebih praktis dan lebih mudah digunakan daripada komputer besar yang ada pada saat itu.
Mengamati
Roy Kroc, tokoh dibalik sukses restoran waralaba cepat saji McDonald, mendapatkan ide usaha nya dari pengamatannya terhadap tingkah laku masyarakat pekerjaan disekitarnya.
Membantu Orang
Ide membantu orang lain untuk memperoleh upah atau keuntungan, seperti menjualkan barang orang lain, mempertemukan penjual dan pembeli, dan sebagainya.
Ide Lama
Jeff Bezos dari Amazon.com mendapatkan ide usahanya dengan memperbarui ide lama penjualan buku dari toko buku biasa menjadi di internet sehingga lebih cepat dan praktis.
Ide Orang Lain
Kolaborasi
Dua kepala lebih baik dari satu (two head are better than one), begitu kata pepatah. Ternyata ada benarnya juga. Dewitt dan Lila Wallace berkolaborasi sebelum berhasil membangun kerajaan usaha dari penerbitan majalah inspirasi bulanan Reader’s Digest.
Terbitkan
Tom Peters, Alvin Toffler, Agatha Christie adalah beberapa tokoh yang menuangkan ide usaha mereka dalam buku atau novel yang lalu mereka terbitkan. Dari buku-buku ini sang pengarang mendapatkan pemasukan.
Catat Secara Hukum
Ide kita juga bisa dicatat untuk mendapatkan copyright. Seseorang artis Indonesia mencatatkan gayanya disertai kalimat khusus untuk
mengungkapkan gaya tersebut untuk mendapatkan hak cipta. Adakan Pertunjukan
Cara lain untuk mengubah ide menjadi keuntungan finansial adalah dengan mendemokan kepada publik melalui seminar, pelatihan, ataupun sekedar pertunjukan dalam bentuk hiburan. Beberapa akademisi dan praktisi memilih cara ini untuk memperkenalkan ide mereka kepada publik.
Nasihat ke Orang Lain
Pada saat tulisan ini dikerjakan, penulis sedang berada di depan televisi menonton acara yang disampaikan oleh Suze Orman di sebuah stasion televisi dunia. Suze Orman menerima berbagai pertanyaan dari pemirsa di seluruh dunia tentang bagaimana mengelola keuangan pribadi.
Konsumsi Masyarakat
Cara umum yang banyak diterapkan orang adalah mengubah ide menjadi produk atau jasa yang bisa dijual untuk konsumsi masyarakat. Contohnya: rumah makan, kafe dan lain-lain.
2.3. Faktor-Faktor Peluang Bisnis
Agar usaha baru yang kita bangun berhasil, faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain:
Perubahan Teknologi
Perubahan teknologi merupakan peluang usaha karena memungkinkan orang untuk mengalokasikan sumber daya dengan cara yang berbeda dan lebih potensional.
Perubahan Politik dan Kebijakan
Perubahan politik dari Orba ke Reformasi dan perubahan kebijakan dari Pusat ke Otonomi Daerah merupakan sember peluang usaha baru. Perubahan Demografi
Struktur demografi juga membuka peluang usaha, hal ini membawa dampak bagi jenis usaha yang dikembangkan.
Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan sebagai pusat penelitian adalah sumber peluang usaha dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian.
Akses Informasi
Informasi memungkinkan seseorang memperoleh peluang membuka usaha dibandingkan dengan orang lain yang tidak mengetahuinya.
Variasi Pengalaman Hidup
Variasi dalam pengalaman hidup meyediakan akses pada informasi yang baru dan dapat membantu seseorang dalam menemukan peluang karena sebuah informasi yang baru kadang memiliki elemen yang hilang dan membutuhkan kecermatan bahwa peluang baru telah hadir.
Ikatan Sosial
Ikatan sosial meningkatkan kemungkinan seseorang dalam menemukan peluang usaha melalui interaksi dengan orang lain atau jejaring sosial media mereka.
Kepribadian
kepribadian yang mempengaruhi pemanfaatan peluang, anatara lain
Ekstraversi, Agreebleeness (Kesepahaman), Pengambilan Resiko.
(Source: Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung, Edisi Revisi, Elexmedia Komputindo, 2015, Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto; (98-102))
2.4. Target Sasaran Bisnis
Setiap Perusahaan memiliki target sasaran bisnis yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu, yakni:
Sasaran jangka pendek (1 tahun pertama)
Sasaran jangka pendek umumnya dilakukan dalam 1 tahun pertama. Sasaran utama jangka pendek adalah menetapkan: Lokasi, Jenis Produk, Rekrutmen Tenaga Kerja, Membangun Sistem Organisasi, Pengenalan Produk atau Jasa ke Konsumen atau Pasar, Mendapatkan Konsumen atau Pelanggan Baru.
Sasaran jangka menengah (tahun ke-2 hingga tahun ke-5)
Ditujukan untuk sasaran dalam waktu dua hingga lima tahun mendatang.
Sasaran jangka menengah terutama ditunjukan untuk melakukan:
Evaluasi, Perbaikan, Analisis SWOT, Pelayanan Lebih Baik, Pemasaran, Penataan Keuangan, Adaptasi Lingkungan, Pengembang. Sasaran jangka panjang
Ditujukan untuk sasaran dalam jangka waktu lebih dari 5 tahun kedepan.
Sasaran jangka panjang terutama ditunjukan untuk melakukan:
Membangun Keunggulan Bersaing, Stabilitas Usaha, Pengembangan Lanjut dan Melakukan Ekspedisi Global.
(Source: Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung, Edisi Revisi, Elexmedia Komputindo, 2015, Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto;
(137-138)
2.5. Kegiatan Kewirausahaan Menurut Pandangan Islam
keduanya mempunyai kaitan yang cukup erat; memiliki ruh atau jiwa yang sangat dekat, meskipun bahasa teknis yang digunakan berbeda.
Dalam Islam digunakan istilah kerja keras, kemandirian (biyadihi), dan tidak cengeng. Setidaknya terdapat beberapa ayat al-Qur’an maupun Hadis yang dapat menjadi rujukan pesan tentang semangat kerja keras dan kemandirian ini, seperti; “Amal yang paling baik adalah pekerjaan yang
dilakukan dengan cucuran keringatnya sendiri, ‘amalurrajuli biyadihi
(HR.Abu Dawud)” ; “Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”; “al
yad al ‘ulya khairun min al yad al sufla”( HR.Bukhari dan Muslim) dengan
bahasa yang sangat simbolik ini Nabi mendorong umatnya untuk kerja keras supaya memiliki kekayaan, sehingga dapat memberikan sesuatu pada orang
lain), atuzzakah. (Q.S. Nisa : 77)
“Manusia harus membayar zakat (Allah mewajibkan manusia untuk
bekerja keras agar kaya dan dapat menjalankan kewajiban membayar zakat)”. Dalam sebuah ayat Allah mengatakan, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan kamu”(Q.S. at-Taubah : 105). Oleh karena itu, apabila shalat telah ditunaikan maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia (rizki) Allah. (Q.S.
al-Jumu’ah : 10)
Bahkan sabda Nabi, “Sesungguhnya bekerja mencari rizki yang
halal itu merupakan kewajiban setelah ibadah fardlu” (HR.Tabrani dan
Baihaqi).
Nash ini jelas memberikan isyarat agar manusia bekerja keras dan hidup mandiri.
Bekerja keras merupakan esensi dari kewirausahaan. Prinsip kerja keras, menurut Wafiduddin, adalah suatu langkah nyata yang dapat menghasilkan kesuksesan (rezeki), tetapi harus melalui proses yang penuh dengan tantangan (reziko). Dengan kata lain, orang yang berani melewati resiko akan memperoleh peluang rizki yang besar. Kata rizki memiliki makna bersayap, rezeki sekaligus reziko (baca; resiko).
Beliau adalah praktisi ekonomi dan sosok tauladan bagi umat. Oleh karena itu, sebenarnya tidaklah asing jika dikatakan bahwa mental entrepreneurship
inheren dengan jiwa umat Islam itu sendiri. Bukanlah Islam adalah agama kaum pedagang, disebarkan ke seluruh dunia setidaknya sampai abad ke -13 M, oleh para pedagang muslim.
Dari aktivitas perdagangan yang dilakukan, Nabi dan sebagian besar sahabat telah meubah pandangan dunia bahwa kemuliaan seseorang bukan terletak pada kebangsawanan darah, tidak pula pada jabatan yang tinggi, atau uang yang banyak, melainkan pada pekerjaan.
Oleh karena itu, Nabi juga bersabda “Innallaha yuhibbul muhtarif”
(sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang bekerja untuk
mendapatkan penghasilan). Umar Ibnu Khattab mengatakan sebaliknya bahwa, “Aku benci salah seorang di antara kalian yang tidak mau bekerja yang menyangkut urusan dunia.
Keberadaan Islam di Indonesia juga disebarkan oleh para pedagang. Di samping menyebarkan ilmu agama, para pedagang ini juga mewariskan keahlian berdagang khususnya kepada masyarakat pesisir. Di wilayah Pantura, misalnya, sebagian besar masyarakatnya memiliki basis keagamaan yang kuat, kegiatan mengaji dan berbisnis sudah menjadi satu istilah yang sangat akrab dan menyatu sehingga muncul istilah yang sangat terkenal
jigang (ngaji dan dagang).
Sejarah juga mencatat sejumlah tokoh Islam terkenal yang juga sebagai pengusaha tangguh, Abdul Ghani Aziz, Agus Dasaad, Djohan Soetan, Perpatih, Jhohan Soelaiman, Haji Samanhudi, Haji Syamsuddin, Niti Semito, dan Rahman Tamin.
BAB III
PROSES DAN HASIL
3.1. Faktor-Faktor Pemicu Kewirausahaan
Perilaku kewirahusaan dipengaruhui oleh factor-faktor inernal dan eksternal, fakto-faktor itu adalah hak kepemilikan, kemampuan atau
kompetensi, dan insentif sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan.
yang berhasil dalam berwirausaha adalah orang yang dapat menggabungkan nilai, sifat utama (pola sikap), dan perilaku dengan bekal pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan praktis.
3.2. Model Proses Kewirausahaan
Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha:
1. Tahap memulai, tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan
usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan franchising. Juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri /
manufaktur / produksi atau jasa.
2. Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap "jalan", tahap ini
seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek : pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
3. Mempertahankan usaha, tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil
yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi
4. Mengembangkan usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh
tergolong positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.
yang mempengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembangan menajdi kewirausahaan melalui proses yang dipengrauhi lingkungan, organisasi dan keluarga (Suryana, 2001 : 34).
Secara ringkas, model proses kewirausahaan mencakup tahap-tahap berikut (Alma, 2007 : 10 – 12):
1. Proses inovasi
2. Proses pemicu 3. Proses pelaksanaan 4. Proses pertumbuhan
Berdasarkan analisis pustaka terkait kewirausahaan, diketahui
bahwa aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan wirausaha
adalah:
Mencari peluang usaha baru: Lama usaha dilakukan, dan jenis usaha yang pernah dilakukan
Pembiayaan: Pendanaan – jumlah dan sumber-sumber dana SDM: Tenaga kerja yang dipergunakan
Kepemilikan: Peran-peran dalam pelaksanaan usaha
Organisasi: Pembagian kerja diantara tenaga kerja yang dimiliki kepemimpinan: Kejujuran, Agama, Tujuan jangka panjang, Proses
manajerial (POAC)
Pemasaran: Lokasi dan tempat usaha
3.3. Proses Menjadi Pengusaha Sukses
Untuk membangun suatu bisnis setiap orang harus memahami tentang Proses menjadi Pengusaha Sukses:
Harus ada Perancaan
tindakan-tindakan dan alokasi sumber daya yg diperlukan untuk memenuhi sasaran yang strategis perencaan. Pada kebanyakan perusahaan, perencaan strategis dalam lingkungan bisnis yang tanpa henti saat ini merupkan proses yang berlansung dengan melibatkan tujuh langkah ini: 1. Menembangkan Misi
2. Menulis Peryataan Misi
3. Melakasanakan analisa SWOT 4. Mengembangkan predeksi 5. Menganalisa predeksi 6. Menentukan arah dan tujuan
7. Mengembangkan renacana pelaksaan
Pengorganisasian
Proses manajemen yang menetapkan cara terbaik dalam mengatur sumber daya dan aktavitas orgnisasi menjadi struktur yang logis dan saling berkaitan.
Pengaturan sumber daya dan kativitas organisasi dilakukan oleh pimpinan perusahaan yang posisi jabatannya mengikuti struktur organisasi yang berbentuk piramida, yang terdiri atas manajer puncak,manajer menngah, manajer pertama.
(Source: Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung, Edisi Revisi, Elexmedia Komputindo, 2015, Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto; (139-140))
3.4. Proses Terjadinya Sebelum dan Sesudah Inovasi di Mulai
Proses kewirausahaan diawali dengan suatu aksoima atau tantanga,karena ada tantnagn akan timbul gagasan, kemauan dan dorongan untuk berinisiatif, berfikir kreatif dan bertindak inovatif. Tahap inovasi dipengaruhi oleh berbbagai factor yang berasal dari dalam lingkungan. Selanjutnya kewirausahaan berkembang melalui tiga proses:
1. Proses mitasi dan duplikasi
3. Proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda.
3.5. Hasil Menjadi Pengusaha yang Sukses
Setelah melakukan proses-proses yang begitu sulit yang dari awal melakukan menjadi bisnis atau pengusaha maka Hasil nya pun tidak akan mengecewakan asal nya kita sabar, tetap berusaha, dan berdoa yakin akan menjadi sukses. Sebagai contoh pengusaha yang benar-benar dari awal dan sampai sekarang hasilnyapun sangat memuaskan yaitu “William Henry "Bill" Gates III” atau sering disapa dengan Bill Gates. Berikut cerita singkat Bill Gates.
Bill Gates adalah salah satu nama paling terkenal di jagat teknologi. Ia
mendirikan Microsoft yang menjelma sebagai perusahaan software terbesar di dunia.
Nama Bill Gates sering dinobatkan sebagai orang terkaya di dunia. Padahal, perjalanan hidupnya bisa dibilang tidak terlalu mulus dimana ia lebih memilih drop out dari universitas.
Seperti apa kisah hidup Bill Gates dan bagaimana upayanya membangun Microsoft dari bawah? Berikut riwayat singkat sang pria berkacamata itu yang dihimpun detikINET dari berbagai sumber.
Lahir dari Keluarga Berada
Nama lengkap Bill Gates adalah William Henry "Bill" Gates III. Ayahnya bernama sama dengannya William Henry Gates II yang saat ini berusia 86 tahun. Sedangkan sang ibu, Mary Maxwell Gates meninggal dunia tahun 1994.
Ayah Gates berprofesi sebagai pengacara cukup terkenal. Sedangkan sang ibu menduduki dewan pimpinan di berbagai perusahaan. Gates punya dua saudawar wanita bernama Kristianne dan Libby.
mahasiswa top. Dia menanamkan nilai kedisplinan pada anak-anaknya, termasuk pada Bill Gates.
Mary menuntut anaknya untuk selalu belajar keras, berolahraga dan mengikuti les musik. Dia juga berharap anak-anaknya berpakaian dengan pantas dan ramah kepada para tamu yang berkunjung ke rumah.
"Dia orang tua yang banyak terlibat dengan anaknya. Bukan hanya soal peringkat di kelas atau semacamnya, namun bagaimana kami harus bersikap di publik," tukas Libby Armintrout, adik Bill Gates.
Keranjingan Membaca
Sejak usia muda atau sekitar 10 tahun, Bill Gates menurut penuturan ayahnya sudah sangat suka belajar. Dia sudah tamat membaca World Book
Encylopedia dari seri awal sampai akhir.
"Saya sungguh memiliki banyak impian ketika masih kecil dan saya pikir hal
itu tumbuh dari fakta bahwa saya punya kesempatan untuk banyak membaca," kata Gates suatu ketika.
Orang tuanya pun sangat mendukung hobi yang bagus tersebut. Mereka selalu membelikan buku apapun yang diminta oleh anaknya. Pada usia 11 tahun, Gates sudah aktif bertanya pada ayah soal topik bisnis sampai peristiwa dunia.
"Sungguh menarik dan saya pikir itu adalah hal yang hebat. Namun ibunya tidak menyukai kebiasannya itu," kenang Gates senior.
Ya, sang ibu mulai khawatir karena Gates mulai cenderung hanya suka berkutat dengan buku ketimbang berhubungan dengan orang lain. Gates pun mulai sering bertengkar dengan ibu yang berupaya mengontrolnya
Bocah yang Pintar
Pada umur 13 tahun, Bill menuntut ilmu di sekolah eksklusif, Lakeside School. Dia dikenal sebagai siswa yang sangat pandai di sana.
Di sisi lain, Bill Gates mulai tidak suka dikontrol orang tuanya. Pada sebuah makan malam ketika Gates masih remaja, ia berkata cukup kasar pada sang ibu karena sebuah pertengkaran. Sang ayah pun melempar botol minum ke wajah anaknya. Ia kecewa anaknya menjadi bandel.
Gates akhirnya dibawa ke seorang terapis. Sang konselor menyatakan bahwa pada akhirnya, sang anak akan menang dalam 'pertengkaran' sehingga disarankan untuk tidak terlalu mengekangnya.
Ibu dan ayah Gates akhirnya membiarkan anaknya tumbuh mandiri dan tidak terlalu mengekangnya lagi. Gates pun gemar berpetualang untuk
menyalurkan hobinya mengutak atik komputer.
Dia pernah menghabiskan beberapa malam di University of Washington
untuk main komputer gratis. Dia pernah pula bekerja paruh waktu sebagai programmer di sebuah power plant di selatan Washington.
Memilih Drop Out
Akhirnya setelah mendirikan Microsoft bersama Paul Allen, Bill Gates memutuskan drop out dari Harvard University. Meski berat, orang tuanya mendukung keputusannya itu.
"Mary dan aku sangat cemas tentang itu. Harapannya dan aku sebenarnya sama dengan orang-orang yang punya anak di universitas, yaitu agar dia wisuda," kata Gates senior.
Ibunya tetap meminta Gates melakukan beberapa hal. Misalnya menjaga rumahnya tetap bersih dan datang berkunjung seminggu sekali untuk makan bersama.
orang lain untuk drop out sekolah, bagi saya pilihan itu memang tepat," ucap Bill Gates suatu ketika.
Namun Gates pernah menyatakan penyesalan tidak sempat menyelesaikan kuliahnya. Dia pun meminta agar para mahasiswa tidak mengikuti jejaknya.
"Saya kira drop out kuliah bukan ide yang bagus. Saya senang bisa menempuh kuliah meski hanya dua setengah tahun. Saya melengkapi beberapa kuliah dengan kursus online," kata Gates dalam sebuah pidato di Universitas Chicago.
Kejayaan Microsoft
Pilihan Bill Gates untuk drop out memang tepat baginya. Ia fokus mengembangkan Microsoft yang kemudian berjaya sebagai produsen
software komputer terbesar di dunia.
Sistem operasi Windows sampai sekarang masih sangat dominan dipakai di
mayoritas komputer. Dan belum ada pesaing yang cukup berarti. Bill pun kerap dinobatkan sebagai orang terkaya di dunia. Harta kekayaannya diestimasi USD 61 miliar.
"Saya mengambil langkah raksasa dan segera. Jika Anda berada di tempat dan waktu yang tepat dan memiliki visi ke mana teknologi baru akan menuju namun Anda tidak beraksi, Anda tidak akan pernah bisa sukses," katanya mengenai resep suksesnya.
Saat ini, Bill Gates memang sudah pensiun dalam mengurusi Microsoft. Dia memilih fokus pada urusan kemanusiaan di yayasan Bill & Melinda Gates Foundation.
Sampai tahun 2007, total sumbangan yang diberikan Bill & Melinda Gates Foundation telah mencapai USD 28 miliar. Yayasan ini dianggap salah satu yang paling banyak menyumbangkan uang untuk kegiatan kemanusiaan.
kaya lain yang juga punya jejak sama, seperti Andrew Carnegie dan Warren Buffet.
BAB IV
KESIMPULAN
Terjadinya kegagalan pada model pembangunan pada masa lalu, menyadarkan akan perlunya reorientasi baru dalam pembangunan, yaitu
pendekatan pembangunan yang memperhatikan lingkungan dan pembangunan yang berwajah manusiawi. Pendekatan tersebut menempatkan manusia sebagai faktor kunci yang memainkan peran penting dalam segala segi. Proses pembangunan hendaknya sebagai suatu proses yang populis, konsentrasi pembangunan lebih pada ekonomi kerakyatan, dengan mengedepankan fasilitas pembangunan pada usaha rakyat kecil.
Bertolak dari model pembangunan yang Humanize tersebut maka dibutuhkan program-program pembangunan yang memberikan prioritas pada upaya memberdayakan masyarakat. Dalam konteks Good Governance ada tiga pilar yang harus menopang jalannya proses pembangunan, yaitu masyarakat sipil, pemerintah dan swasta. Oleh karena itu SDM masyarakat menjadi pilar utama yang harus diberdayakan sejak awal.
social, budaya maupun politik. Sehingga akan terjadi keseimbangan antara kekuatan ekonomi, budaya, social dan budaya.
Dengan adanya pemberdayaan, masyarakat dapat menjalankan pembangunan dengan diberikan hak untuk mengelola sumber daya yang ada. Masyarakat miskin diberikan kesempatan untuk merencanakan dan melaksanakan pogram pembangunan yang telah mereka tentukan. Dengan demikian masyarakat diberi kekuasaan untuk mengelola dana sendiri, baik yang berasal dai pemerintah maupun pihak lain.
Pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship) di Indonesia masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan, masyarakat, maupun pemerintah. Banyak praktisi pendidikan yang kurang
memperhatikan aspek-aspek penumbuhan mental, sikap, dan prilaku kewirausahaan peserta didik, baik di sekolah kejuruan maupun professional
sekalipun. Orientasi mereka, pada umumnya, hanya pada upaya-upaya menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai. Sementara itu, dalam masyarakat sendiri telah berkembang lama kultur feodal (priyayi) yang diwariskan oleh penjajahan Belanda. Sebagian besar anggota masyarakat memiliki persepsi dan harapan bahwa output
dari lembaga pendidikan dapat menjadi pekerja (karyawan, administrator atau pegawai) oleh karena dalam pandangan mereka bahwa pekerja (terutama pegawai negeri) adalah priyayi yang memiliki status sosial cukup tinggi dan disegani oleh masyarakat.
Bibliografi :
Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung, Edisi Revisi, Elexmedia Komputindo, 2015, Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto; (30-31)
Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung, Edisi Revisi, Elexmedia Komputindo, 2015, Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto; (115-116)
Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung, Edisi Revisi, Elexmedia Komputindo, 2015, Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto; (117-119)
(Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung, Edisi Revisi, Elexmedia Komputindo, 2015, Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto; (139-140)
https://mutosagala.wordpress.com/2012/04/04/entrepreneur-dari-berbagai-sudut-pandang/
http://suarapengusaha.com/2012/02/11/memajukan-indonesia-dengan-memperbanyak-entrepreneurship/