• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA KELAS X JURUSAN AKUNTANSI DI SMK NEGERI 46

JAKARTA TIMUR

FITRIA RAHMAYANTI

Dra. Sri Zulaihati, M.Si

Ahmad Fauzi, S.Pd, M.Ak

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan fakta yang valid tentang hubungan lingkungan sosial dengan motivasi belajar siswa kelas X Jurusan Akuntansi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 46 Jakarta Timur. Peneltian ini dilakukan dengan metode survey dengan pendekatan korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang berjumlah 213 siswa. Populasi terjangkau dalam penelitian adalah siswa kelas X Jurusan Akuntansi yang berjumlah 69 siswa. Jumlah sample yang dijadikan penelitian ini adalah siswa kelas X Akuntansi sejumlah 58 siswa. Jumlah sample dari masing-masing kelas ditentukan secara proporsional dengan menggunakan teknik pengambilan sample yaitu teknik acak sederhana (simple random sampling technique). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner berjumlah 40 butir untuk variabel motivasi belajar dan 40 butir untuk variabel lingkungan sosial. Dari uji persyaratan analisis yang dilakukan, data dinyatakan berdistribusi normal dan linier dengan persamaan regresi Ŷ = 75,92 + 0,57X. Data dinyatakan normal karena hasil dari Lhitung < Ltabel dengan jumlah Lhitung sebesar 0,0671 dan Ltabel dengan taraf signifikan 5% serta n= 58 orang maka 0,1163. Berdasarkan uji linieritas regresi, didapatkan hasil data berbentuk linier yaitu hasil fhitung < ftabel dengan hasil perhitungan fhitung sejumlah 0,55 dan ftabel sebesar 1,94. Berdasarkan uji hipotesis, untuk uji keberartian regresi didapatkan hasil data bahwa regresi diperoleh memiliki keberartian atau signifikan yaitu hasil perhitungan didapatkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan Fhitung sebesar 34.63 dan Fhitung sebesar 4,00. Uji koefisien korelasi didapatkan dari hasil perhitungan bahwa rxy sebesar 0,6182 yang artinya bahwa terdapat hubungan yang kuat antara lingkungan sosial dengan motivasi belajar siswa. Berdasarkan uji keberartian koefisien korelasi (uji-t) didapatkan hasil bahwa thitung sebesar 5,558 dengan ttabel pada n-2 (58-2) = 1,671, hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan di antara kedua variabel karena hasil thitung > ttabel. Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi untuk kedua variabel menghasilkan 0,3821 atau sebesar 38,21% yang artinya hal ini berarti bahwa sebesar 38,21% lingkungan sosial dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Kata Kunci : Lingkungan Sosial, Motivasi Belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Motivasi yang dimilki oleh seseorang dalam melakukan sesuatu dapat berasal dari dalam maupun luar individu itu sendiri. Akan tetapi motivasi yang lebih kuat untuk seseorang bersemangat melakukan sesuatu

(2)

memiliki motivasi dari dalam diri sendiri juga akan terus berusaha mendapatkan suatu hal yang telah menjadi tujuan yang diharapkan.

Motivasi yang berasal dari luar juga memiliki pengaruh untuk diri seseorang, namun tidak begitu kuat untuk dorongan atau penyemangat dalam individu dikarenakan hanya untuk sebagai pelengkap atau tambahan dorongan penyemangat. Motivasi ini memiliki manfaat apabila seseorang tidak mempunyai semangat atau giat dari dalam diri untuk melakukan sesuatu seperti belajar.

Pada kenyataannya namun tidak semua siswa yang sedang mengenyam pendidikan di sekolah memilki motivasi belajar dalam dirinya, sehingga akan berdampak dengan belajar yang tidak baik atau tidak bersemangat yang akhirnya dalam memperoleh hasil belajarnya tidak sesuai yang diharapakan.

Motivasi dalam belajar banyak dipengaruhi oleh berbagai hal salah satunya dipengaruhi oleh cita-cita yang dimiliki oleh siswa. berdasarkan hasil penelitian, di Indonesia terdapat sekitar 87 persen anak SMA yang belum memiliki cita-cita atau arah hidup yang jelas; 97 persen mengalami masalah lantaran antara sekolah, kerja, dan usaha tidak sejalan, dan hanya ada tiga persen yang sesuai antara harapan orang tua dan cita-cita si anak.1

Motivasi belajar siswa juga dapat dipengaruhi oleh tenaga pengajar yang dapat memberikan pelajaran dengan baik dan benar kepada muridnya. Kualitas guru di Indonesia bisa dibilang masih cukup rendah. Hal ini terlihat dari guru yang belum mampu mengajar pun terpaksa mengajar. Interaksi dengan murid pun menjadi kurang hidup karena murid tidak banyak dilibatkan serta masih banyak guru yang menggunakan metode mengajar lama. Proses pengajaran pun menjadi membosankan, dan akhirnya membuat murid malas belajar.2

1 Endah Hapsari, Pentingnya Tentukan Cita-Cita Anak Sejak Usia Dini, diakses dari http://www.republika.co.id/berita/humaira/samara/13/11/11/m w2k0m-pentingnya-tentukan-citacita-anak-sejak-dini, pada tanggal 27 Februari 2014 pukul 20.29 WIB

Motivasi belajar siswa juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan siswa seperti lingkungan sosial yaitu lingkungan maupun orang lain yang dapat mempengaruhi diri seseorang baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Lingkungan sosial yang dapat secara langsung berpengaruh pada diri seseorang adalah lingkungan keluarga, teman sebaya, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan sosial yang secara tidak langsung berpengaruh pada diri seseorang yaitu melalui media informasi/elektronik, radio, televisi, surat kabar, majalah, dsb.

Seperti dalam kasus para siswa SD hingga SMA sederajat di Kayuagung, ibu kota Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, ditengarai sudah kecanduan permainan di internet (game online) sehingga cenderung malas belajar. Di sejumlah warung internet di Kayuagung diketahui, puluhan kelompok pelajar hampir setiap hari memenuhi warnet untuk bermain game online, bahkan ada siswa yang membolos sekolah demi menyalurkan hobi di dunia maya tersebut. Redi (11), pelajar di salah satu SD negeri di Kayuagung, mengaku sengaja menyisihkan uang jajannya sebesar Rp 3.000 per hari untuk bermain game online di warnet selama satu jam penuh karena sehari saja tidak ke warnet ia mengaku pusing. Menurut Redi, kedua orangtuanya dipastikan tidak tahu dengan hobi barunya itu mengingat setiap izin keluar rumah, murid kelas VI yang sebentar lagi akan mengikuti UN ini mengaku bersama temannya mau ke rumah temannya untuk belajar kelompok.3

Berbeda kasus yang ada di salah satu SMKN di Jakarta, terdapat beberapa siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah disebabkan oleh tidak adanya dukungan untuk belajar dari orang tua. Hal ini dikarenakan sebagian besar orang tua mereka sibuk mencari pekerjaan yang lebih baik lagi

2 Famajiid, Kualitas Pendidikan Indonesia, diakses dari http://m.kompasiana.com/post/read/548733/2, pada tanggal 27 Februari 2014 pukul 20.23 WIB

3 Redaksi Kompas, Pelajar Kayuagung Kecanduan “Game Online”, diakses dari

(3)

sehingga berdampak kurangnya perhatian terdahap belajar anaknya di rumah. Selain itu juga terdapat beberapa siswa yang terpengaruh oleh teman sekelasnya yang malas belajar dikarenkan tidak minat untuk sekolah di SMK, sehingga apabila tidak hadir ke sekolah maka siswa tersebut tidak hadir ke sekolah juga. Akhirnya karena beberapa siswa ini sudah banyak absen ke sekolah, pihak sekolah mengeluarkan mereka dari SMK tersebut.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas timbul pertanyaan, “Apakah ada hubungan antara lingkungan sosial dengan motivasi belajar?”. Pertanyaan tersebut perlu dibuktikan secara empiris. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Hubungan Antara Lingkungan Sosial dengan Motivasi Belajar Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan diatas, dapat diidentifikasi masalah yang berhubungan dengan motivasi belajar adalah:

1. Belum adanya cita-cita yang dituju oleh siswa

2. Rendahnya kemampuan belajar siswa 3. Lemahnya kondisi tubuh siswa dalam

belajar

4. Metode mengajar guru yang tidak tepat 5. Rendahnya dukungan untuk belajar dari

lingkungan sosial siswa

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti hanya membatasi penelitian pada lingkungan sosial terhadap motivasi belajar. Motivasi belajar dapat diukur dengan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang mencangkup indikator motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsiknya. Lingkungan sosial dapat diukur dengan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang mencakup indikator pengaruh lingkungan sosial secara langsung yaitu keluarga, teman sebaya, guru dan masyarakat. Sedangkan pengaruh lingkungan sosial secara tidak langsung yaitu media informasi seperti televisi, handphone dan internet.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut: “apakah terdapat hubungan antara lingkungan sosial terhadap motivasi belajar siswa?”

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain:

1. Bagi Peneliti: Menambah wawasan berpikir dan ilmu pengetahuan serta

pengalaman peneliti dalam

mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama duduk di bangku perkuliahan. 2. Bagi Mahasiswa Universitas Negeri

Jakarta, dapat dijadikan tambahan dan bahan referensi yang bermanfaat dan relevan khususnya bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi. 3. Bagi Universitas Negeri Jakarta, penelitian

ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi pendidikan yang ada dalam memberikan arahan yang benar kepada setiap anak didiknya.

KAJIAN TEORETIK

A. Deskripsi Konseptual 1. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Perananannya yang khas adalah dalam hal menumbuh gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memilki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.4 Motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.5 Menurut Winkel, “Motivasi belajar merupakan motor penggerak yang

4 Sardiman. A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 75

(4)

mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri.”6 Menurut Martinis Yamin, Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.7 Motivasi belajar menurut Abdul Hadis, sebagai daya penggerak atau kekuatan yang timbul dari dalam diri individu atau siswa yang mendorong untuk melakukan aktivitas belajar.8 Menurut Iskandar, motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuki melakukan kegiatan belajar, menambah pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. 9 menurut Hamzah B. Uno,

“motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku.”10

Berdasarkan pengertian motivasi belajar menurut para hali, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan, kekuatan, dan daya penggerak yang berasal dari dalam maupun luar diri siswa karena adanya timbul kebutuhan tertentu dari dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar agar dapat mencapai tujuan belajar. Hal ini bertujuan agar siswa dapat menjalankan aktivitas belajar belajar dengan semangat dan giat serta memiliki rasa keinginan yang kuat, suka dan senang dalam menjalankannya serta dapat mengarahkan minat belajar sehingga sungguh-sungguh untuk belajar dan dapat mencapai suatu tujuan yang telah dicita-citakan oleh siswa.

b. Karakteristik Motivasi Belajar

6 W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2009), hlm. 186

7 Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), hlm. 219

8 Abdul Hadis, Psikologi Dalam Pendidikan (Sangat Penting Untuk: Dosen, Guru, Mahasiswa, Orang Tua, Masyarakat, dan Pemerhati Pendidikan), (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 30

9 Iskandar, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Referensi, 2012), hlm. 181

10 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 23

Motivasi memiliki dua sifat, yakni (1) Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang mencakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri. Motivasi ini sering disebut “motivasi murni” atau motivasi yang sebenarnya karena timbul dari dalam peserta didik seperti keinginan untuk mendapat keterampilan, memperoleh informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap untuk berhasil, menikmati kehidupan, secara sadar memberikan sumbangan kepada kelompok, keinginan untuk diterima orang lain. (2) Motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti: ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan yang bersifat negatif ialah ejekan dan hukuman.11

Pendorong timbulnya tingkah laku atau motivasi dalam belajar ada dua macam, yaitu: (1) Motivasi Intrinsik (2) Motivasi Ekstrinsik.12 Menurut Haryu Islamuddin, motivasi belajar dibedakan menjadi dua macam yaitu: (1) Motivasi Intrinsik (2) Motivasi Ekstrinsik.13 Menurut Winkel, motivasi belajar di sekolah lazim dibedakan atas dua bentuk, yaitu: (1) Motivasi Ekstrinsik dan (2) Motivasi Intrinsik.14 Menurut Iskandar, pendorong motivasi pembelajaran ada dua macam, yaitu: (1) Motivasi Intrinsik dan (2) Motivasi Ekstrinsik.15

Maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dibagi menjadi 2 yaitu (1) Motivasi Belajar Intrinsik ialah kekuatan atau dorongan yang timbul dari dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar dan tidak memerlukan dorongan atau kekuatan semangat dari luar individu, karena siswa melakukan aktivitas belajar bertujuan agar dapat memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri. (2) Motivasi Belajar Ekstrinsik ialah kekuatan atau dorongan untuk melakukan aktivitas belajar yang timbul karena adanya

11 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hlm. 112

12 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2007), hlm. 85

13 Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 260

14 Winkel, Op.Cit., hlm. 94

(5)

faktor dari luar individu dan siswa yang melakukan aktivitas belajar karena adanya keinginan untuk mendapatkan nilai, penghargaan, ataupun gelar untuk dimiliki karena adanya rasa ingin dihargai oleh orang lain atau adanya dukungan yang kuat dari orang tua maupun keluarga untuk belajar sampai setinggi-tingginya.

c. Cara Mengukur Motivasi Belajar

Menurut Hamzah B. Uno, pada umunya ada beberapa indikator atau unsur yang mendukung motivasi belajar, yaitu:16 (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam

belajar,

(3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan yang menarik dalam

belajar,

(6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat berjalan dengan baik.

Menurut Iskandar Indikator atau petunjuk yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi motivasi belajar siswa sebagai berikut.17 (1) Adanya hasrat dan keinginan untuk

berhasil dalam belajar,

(2) Adanya keinginan, semangat, dan kebutuhan dalam belajar,

(3) Adanya memiliki harapan dan cita-cita masa depan,

(4) Adanya pemberian penghargaan dalam proses belajar,

(5) Adanya lingkungan yang kondusif untuk belajar dengan baik.

Ada sejumlah indikator-indikator menurut Mohammad Asrori untuk mengetahui siswa yang memiliki motivasi dalam proses pembelajaran, yaitu:18

(1) memiliki gairah yang tinggi, (2) penuh semangat,

16 Hamzah B. Uno, Loc. Cit.

17 Iskandar, Op.Cit., hlm. 194

18 Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2008), hlm. 184

(3) memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi,

(4) mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta mengerjakan sesuatu,

(5) memiliki rasa percaya diri,

(6) memiliki daya konsentrasi yang lebih tinggi,

(7) kesulitan ditanggapi sebagai tantangan yang harus diatasi,

(8) memilki kesabaran dan daya juang yang tinggi.

Berdasarkan cara mengukur motivasi belajar yang dikemukakan oleh para ahli maka dapat disimpulkan bahwa cara mengukur motivasi belajar dapat dilakukan dengan mengukur cara, yaitu:

(1) Adanya kebutuhan belajar

(2) Sikapnya terhadap sasaran belajar (3) Adanya dorongan

(4) Adanya tujuan yang dicapai dalam belajar

2. Lingkungan Sosial

a. Pengertian Lingkungan Sosial

Menurut Sartain, lingkungan sosial/ masyarakat (social environment) adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh secara langsung seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, dengan keluarga kita, teman-teman kita, kawan sekolah, atau sepekerjaan. Sedangkan pengaruh yang tidak langsung dapat melalui radio dan televisi, dengan membaca buku-buku, majalah-majalah, surat kabar, dan sebagainya dengan cara yang lain.19

Menurut Syamsu Yusuf, lingkungan masyarakat adalah situasi atau kondisi interaksi sosial dan sosiokultural yang secara

potensial berpengaruh terhadap

perkembangan fitrah beragama atau kesadaran beragama individu. Dalam masyarakat, individu (terutama anak-anak dan remaja) akan melakukan interaksi sosial dengan teman

(6)

sebayanya atau anggota masyarakat lainnya.20 Menurut Dwi Prasetia Danarjati, dkk, lingkungan sosial merupakan lingkungan masyarakat dimana terdapat interaksi individu antara satu dengan individu lain. Keadaan masyarakat pun memberikan pengaruh terhadap perkembangan individu.21

Menurut Ngalim Purwanto,

lingkungan sosial adalah semua orang lain yang mempengaruhi seseorang termasuk cara pergaulannya, adat istiadatnya, agama, dan kepercayaannya.22 Sofyan Anwar Mufid, mengatakan bahwa lingkungan hidup sosial adalah suatu wilayah yang di dalamnya berlangsung hubungan manusia dengan sesamanya, bercirikan dan sistem dimana berkembang hubungan struktural dan fingsional antara mereka seperti wilayah permukiman, baik diperkotaan maupun dipedesaan atau daerah transmigrasi, suatu wilayah yang telah dihuni oleh manusia dan berlangsung secara structural dan fungsional dalam kehidupannya.23

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan sosial adalah suatu lingkungan yang terdapat interaksi antara manusia atau individu dengan individu lainnya yang dapat mempengaruhi suatu individu dengan cara dipengaruhi secara langsung oleh keluarga, teman sebaya atau sepermainan, sepekerjaan, sekolah atau pendidikan, maupun masyarakat. Sedangkan yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi individu yaitu dengan melalui media informasi/elektronik, budaya, maupun karya-karya dari hasil buatan manusia.

b. Karakteristik Lingkungan Sosial

20 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 141

21 Dwi Prasetia Danarjati, dkk, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013) hlm. 73

22 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 197

23 Sofyan Anwar Mufid, Ekologi Manusia Dalam Perspektif Sektor Kehidupan dan Ajaran Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 81

Lingkungan sosial dibedakan antara (1) lingkungan pendidikan formal yakni sekolah, teman sepermainan/sebaya, dan guru-guru. (2) lingkungan pekerjaan yakni seperti jenis pekerjaan (pegawai negeri, anggota ABRI atau wiraswasta), dan (3) lingkungan tetangga seperti lokasi permukiman.24 Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, yang termasuk ke dalam lingkungan sosial yaitu sikap atau tingkah laku antar manusia; tingkah laku ayah, ibu, anggota keluarga lain; tetangga; dan teman.25

Lingkungan sosial (Social

Environment) dapat berupa orang seorang atau pribadi seseorang, sekumpulan orang seperti keluarga, masyarakat, teman-teman sekelas, organisasi. Selain itu juga terdapat lingkungan sosial lainnya yang berupa karya manusia seperti benda-benda karya manusia, karya seni, karya elektronik, program televisi, radio, karya tulis/buku-buku, majalah dan budaya manusia lainnya termasuk pendidikan dan agama yang semuanya akan mempengaruhi tingkah laku dan perkembangan manusia.26

Dr. Siswojo mengelompokkan isi lingkungan sosial menjadi empat kategori, yakni: (1) fisik, teknologi, dan sumber manusia; (2) system hubungan keluarga dalam masyarakat; (3) jaringan-jaringan organisasi; dan cara-cara berpikir, kepercayaan, dan nilai-nilai yang ada dan dianut oleh anggota masyarakat.27

Menurut Dwi Prasetia Danarjati, dkk, lingkungan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lingkungan sosial primer adalah lingkungan sosial dimana terdapat hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota lain, anggota satu saling kenal mengenal dengan baik dengan anggota lainnya. Contohnya lingkungan ini yaitu keluarga, teman sebaya, guru. Dan lingkungan sosial sekunder yaitu lingkungan sosial yang

24 Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja, dan Anak-Anak, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hlm. 25

25 Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hlm. 65

26 Haji M. Alisuf Sabri, Op. Cit., hlm. 40

(7)

hubungan anggota satu dengan anggota lain agak longgar. Pada umumnya anggota satu dengan lain kurang atau tidak saling mengenal. Contohnya lingkungan ini seperti masyarakat tempat tinggal maupun sekitarnya.28

Berdasarkan pendapat para ahli diatas mengenai karakteristik lingkungan sosial, maka dapat disimpulkan bahwa macam-macam lingkungan sosial yaitu lingkungan dimana seorang/individu berinteraksi dengan orang lain seperti dengan lingkungan keluarga, teman sebaya/sepermainan, sekolah, sepekerjaan, masyarakat. Selain itu juga terdapat lingkungan sosial lainnya seperti berupa karya manusia seperti benda-benda karya manusia, karya seni, karya elektronik, program televisi, radio, karya tulis/buku-buku, majalah dan budaya manusia lainnya termasuk pendidikan dan agama yang semuanya akan mempengaruhi tingkah laku dan perkembangan manusia

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Untuk menunjang hasil penelitian mengenai hubungan lingkungan sosial dengan motivasi belajar siswa, berikut ini adalah hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dan dapat dijadikan acuan , diantaranya sebagai berikut.

1. Penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Lingkungan Sosial dengan Motivasi Belajar Santri di Pesantren Madinatul Ilmi Islamiyah” oleh Nelpa Fitri Yuliani (Universitas Negeri Padang). 2. Penelitian yang berjudul “Pengaruh

Lingkungan Sosial Masyarakat Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMPN 2 Sungai Aua Kabupaten Pasaman Barat Tahun Ajaran 2012/2013” oleh Gusnita, Ridwan Ahmad, dan Yuherman (STKIP PGRI Sumatera Barat).

3. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Motivasi Belajar dan Lingkungan Sosial Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X MAN I Palu” oleh Masriani (Universitas Tadulako).

C. Kerangka Teoretik

28 Dwi Prasetia Danarjati, Loc. Cit.

Lingkungan sosial merupakan faktor penentu dalam motivasi belajar siswa karena tanpa adanya dukungan dari lingkungan ini, aktivitas belajar siswa akan menjadi terhambat bahkan akan menurunkan motivasi belajar. Hal ini dikarenakan terdapat yang secara langsung dan tidak langsung lingkungan sosial mempengaruhi seseorang atau siswa seperti keluarga, sekolah,

masyarakat, maupun media-media

informasi/elektronik. Maka apabila

lingkungan ini tidak kondusif akan berdampak terhadap motivasi belajar siswa yang menurun, namun apabila sebaliknya akan meningkatkan motivasi belajar siswa.

Dalam buku Belajar dan Pembelajaran, Ali Imron (1996) mengemukakan enam unsur atau faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Salah satu unsur tersebut adalah kondisi lingkungan pembelajar sebagai faktor yang mempengaruhi motivasi, dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang mengitari siswa. Misalnya lingkungan fisik yang tidak nyaman untuk belajar akan berdampak pada menurunnya motivasi belajar. Selain itu, lingkungan sosial juga mempengaruhi seperti seperti teman sepermainan, lingkungan keluarganya, atau teman sekelasnya. Lingkungan sosial yang tidak menunjukkan kebiasaan belajar dan mendukung kegiatan belajar akan berpengaruh terhadap rendahnya motivasi belajar, tetapi sebaliknya, maka akan berdampak pada meningkatnya motivasi belajar..29

Menurut Dimyati dan Mudjiono, lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib, dan indah maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.30

Menurut Muhibbin Syah, lingkungan sosial sekolah seperti guru, para tenaga

29 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 53

(8)

kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Lingkungan sosial siswa seperti masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut juga dapat mempengaruhi aktivitas dan motivasi belajar siswa. Akan tetapi, lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.31

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, yang menyatakan bahwa motivasi belajar dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Maka dapat disimpulkan menurut penulis bahwa lingkungan sosial seperti keluarga, sekolah,

masyarakat, maupun media-media

informasi/elektronik dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan lingkungan sosial yang secara langsung dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa karena lingkungan ini faktor yang paling menentukan siswa dalam melakukan aktivitas belajar. Apabila lingkungan ini tidak mendukung, kondusif dan baik maka akan berpengaruh terhadap motivasi belajar.

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: “terdapat hubungan antara lingkungan sosial dengan motivasi belajar”

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah-masalah yang telah diteliti, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang tepat (sahih, benar, valid) dan dapat dipercaya (diandalkan, reliable) tentang hubungan lingkungan sosial terhadap motivasi belajar siswa.

B. Tempat & Waktu Penelitian

31 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan

Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 135

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 46 Jakarta yang terletak di Jalan B7 Cipinang Pulo Jakarta, dari tanggal 17 April s.d. 16 Mei 2014. Keseluruhan waktu penelitian ini dari pengumpulan data sampai dengan penghitungan data dari bulan Februari s.d. Mei 2014.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan korelasional. Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara tersetruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti eksperimen).32 Pendekatan korelasional dipilih karena dengan pendekatan ini dapat dilihat hubungan antara kedua variabel yaitu lingkungan sosial (variabel bebas) dan motivasi belajar (variabel terikat).

D. Populasi & Sampling

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa di SMK Negeri 46 Jakarta Timur, populasi terjangkau adalah siswa kelas X yang berjumlah 210 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X Akuntansi yang berjumlah 69 siswa. Berdasarkan tabel Isaac dan Michael, maka sampel yang akan diambil sesuai dengan sampling error 5% atau 0,05 sejumlah 58 siswa.

Jumlah sampel dari masing-masing kelas ditentukan secara proporsional sedangkan pengambilan sampelnya dilakukan dengan teknik acak sederhana (simple random sampling technique).33 Penentuan jumlah sampel tiap kelas dapat dilihat pada tabel III.1

Tabel III.1

Penetuan Jumlah Sampel Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi

32 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 6

(9)

Kelas Jumlah SiswaKelas Perhitungan Sampel

AK 1 35 (35/69) x 58 29

AK 2 34 (34/69) x 58 29

Jumlah 69 58

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah melalui instrument penelitian dengan menggunakan kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.34 Data yang digunakan oleh peneliti adalah data kuantitatif. Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan data primer.

1. Motivasi Belajar (Variabel Y) a. Definisi Konseptual

Motivasi belajar adalah suatu dorongan, kekuatan, dan daya penggerak yang berasal dari dalam maupun luar diri siswa karena adanya timbul kebutuhan tertentu dari dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar agar dapat mencapai tujuan belajar.

Motivasi belajar dapat diukur berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang mencakup indikator motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

b. Definisi Operasional

Motivasi belajar dapat diukur berdasarkan pernyataan-pernyataan yang mencakup indikator motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Pada penelitian ini hasilnya ditunjukkan oleh skor yang diperoleh dari angket yang telah diisi siswa dan dinyatakan dalam bentuk “Skala Likert. Setiap butir pertanyaan diberi skor sesuai dengan model skala Likert, seperti tampak dalam tabel berikut ini

Tabel III.2

Skala Penilaian Motivasi Belajar No. Alternatif Jawaban Bobot Nilai

Positif Negatif

34 Sugiyono, Op. Cit,. hlm. 142

(+) (-)

1 Sangat Setuju (SS) 5 1

2 Setuju (S) 4 2

3 Ragu-Ragu (RR) 3 3

4 Tidak Setuju (TS) 2 4

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

c. Kisi-Kisi Instrument Motivasi Belajar

Kisi-kisi instrument penelitian motivasi belajar yang disajikan ini merupakan kisi-kisi intrument yang digunakan untuk mengukur variabel motivasi belajar dan juga memberikan gambaran sejauh mana instrument ini mencerminkan indikator motivasi belajar. Indikator tersebut kemudian diujicobakan kepada 30 orang siswa yang tidak terpilih dalam sample yaitu siswa kelas X Administrasi Perkantoran. Kisi-kisi yang mengukur motivasi belajar dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel III.3

Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Belajar

(Variabel Y)

2. Lingkungan Sosial (Variabel X) a. Definisi Konseptual

Lingkungan sosial adalah suatu lingkungan yang terdapat interaksi antara manusia atau individu dengan individu lainnya yang dapat mempengaruhi suatu individu dengan cara dipengaruhi secara langsung oleh keluarga, teman

sebaya atau sepermainan,

sepekerjaan, sekolah atau

pendidikan, maupun masyarakat.

b. Definisi Operasional

Indikator Sub Indikator JumlahItem

Motivasi Intrinsik

Kebutuhan 15

Sikapnya terhadap

sasaran belajar 11

Tujuan belajar atau

cita-cita 5

Motivasi Ekstrinsik

Hadiah atau pujian 3

Hukuman 3

Tuntutan tingkatan

(10)

Lingkungan sosial diukur berdasarkan pernyataan-pernyataan yang mencakup indikator lingkungan keluarga, teman sebaya/sepermainan, sekolah, dan masyarakat. Pada penelitian ini hasilnya ditunjukkan oleh skor yang diperoleh dari angket yang telah diisi siswa dan dinyatakan dalam bentuk “Skala Likert. Setiap butir pertanyaan diberi skor sesuai dengan model skala Likert, seperti tampak dalam tabel berikut ini:

Tabel III.4

Skala Penilaian Lingkungan Sosial

c. Kisi-Kisi Instrument Lingkungan Sosial

Kisi-kisi instrument untuk mengukur lingkungan sosial disajikan dalam bentuk tabel, yang terdiri dari kisi-kisi konsep instrument yang akan digunakan untuk mengukur variabel lingkungan sosial. Selain itu juga memberikan gambaran seberapa jauh instrument ini

mencerminkan indikator-indikator

lingkungan sosial.

Indikator tersebut diukur dengan Skala Likert kemudian diujicobakan kepada 30 orang siswa yang tidak terpilih dalam sample dan sesuai dengan karakteristik populasi yaitu siswa kelas X AP. Kisi-kisi yang mengukur lingkungan sosial dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel III.5

Kisi-Kisi Instrumen Lingkungan Sosial

d. Validitas dan Reliabilitas Intrument 1) Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat

keshahihan instrument. Dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:35

rit= ∑ xi . xt

∑ x i2. xt2 2) Uji Reliabilitas

Instrument yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.36 Uji reliabilitas dengan rumus Alpha Cronbach:37

rii= k

k−1

[

1− ∑si²

st²

]

3. Konstelasi Hubungan Antar Variabel

Tabel III.6

Konstelasi Hubungan Antara Lingkungan Sosial dengan Motivasi

Belajar

Lingkungan Sosial  Motivasi Belajar Siswa Lingkungan Sosial

sebagai variabel bebas (X)

Motivasi Belajar Siswa

sebagai variabel terikat

(Y)

Keterangan:

35 Djaali dan Pudji Mulyono, Op. Cit., hlm.86

36 Sugiyono, Loc.Cit.

37 Djaali dan Pudji Muljono, Op.Cit., hlm. 89

No. Alternatif Jawaban PositifBobot Nilai (+) Negatif(-)

1 Selalu (S) 5 1

2 Sering (SR) 4 2

3 Kadang-Kadang (KD) 3 3

4 Jarang (JR) 2 4

5 Tidak Pernah (TP) 1 5

Indikator Sub Indikator JumlahItem

Lingkungan Keluarga

Interaksi dengan orang tua 13

Interaksi dengan saudara

kandung 5

Lingkungan Sekolah

Interaksi dengan guru 5

Interaksi dengan teman sekelas dan teman-teman

selain di kelas 6

Lingkungan Masyarakat

Interaksi dengan tetangga 5

Interaksi dengan teman

(11)

X = variabel bebas; Y = variabel terikat

 = arah hubungan

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi yaitu untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara lingkungan sosial dengan motivasi belajar siswa. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

1. Mencari Persamaan Regresi

Rumus persamaan regresi linier sederhana yang digunakan dalam penelitian yaitu:38

= a + bX

Konstanta a dan koefisien regresi b untuk linier dapat dihitung dengan rumus:

a =

∑ X¿2

n .∑ X2−¿

(∑Y)

(

∑ X2

)

−(∑ X)(∑ XY)

¿

b =

∑ X¿2

n . ∑ X2−¿

n. ∑ XY−(∑ X)(∑Y)

¿

2. Pengujian Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas Galat Taksiran

Digunakan untuk mengetahui normalitas galat taksir regresi y atas x berdistribusi normal atau tidak. Pengujian dilakukan terhadap galat taksiran regresi Y atas X dengan menggunakan Uji Liliefors pada taraf signifikan (α) = 0,05. Rumus yang digunakan adalah: Lo = |F(Zi) -S(Zi)|

b. Uji Linieritas Regresi

Uji kelinieran regresi dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi yang diperoleh merupakan bentuk linier atau non linier. Uji kelinieran regresi menggunakan perhitungan yang disajikan dalam

38 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 261

tabel ANAVA, untuk membuktikan linieritas regresi antar variabel, dilakukan dengan menguji hipotesis linieritas sebagai berikut:39

1) Fhitung = S 2

TC S2G

2) Ftabel dicari dengan

menggunakan db pembilang = (k-2) dan db penyebut = (n-k). Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan regresi linier. Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan regresi tidak linier.

3. Uji Hipotesis

a. Uji keberartian Regresi

Uji keberartian regresi dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi yang diperoleh memiliki keberartian atau tidak. Uji keberartian regresi menggunakan perhitungan yang disajikan dalam Tabel ANOVA. Untuk membuktikan linieritas regresi dari tingkat lingkungan sosial dan motivasi

belajar, dilakukan dengan

menggunakan hipotesis linieritas persamaan regresi sebagai berikut:40 1) Fhitung = S

2 reg S2res

2) Ftabel dicari dengan

menggunakan db pembilang 1 dan db penyebut (n-2) pada taraf signifikan α = 0,05.

Ho diterima, jika Fhitung < Ftabel maka regresi tidak berarti (tidak signifikan).

Ho ditolak, jika Fhitung > Ftabel maka regresi berarti (signifikan).

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan Tabel ANOVA untuk

mengetahui kelinieran dan

keberartian persamaan regresi yang dipakai, sebagai berikut:

39 Sugiyono. Op.Cit., hlm. 274

(12)

Tabel III.7

c. Uji Keberartian Koefisien Korelasi

(uji t)

Menghitung Uji-t untuk mengetahui signifikan koefisien

41 Sugiyono, Op.Cit., hlm 228

Koefisien determinasi adalah ukuran (besaran) untuk menyatakan tingkat kekuatan hubungan dalam bentuk persen (%).43 Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y variasi Y ditentukan oleh X dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut:44

KP = r2 X 100% Keterangan :

KP = Nilai Koefisien Determinasi r = Nilai Koefisien Korelasi

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah di lakukan oleh peneliti, kedua variabel memiliki korelasi positif sebesar 75,92 dan signifikan sebesar 5,88 yakni apabila lingkungan sosial mengalami peningkatan maka akan mempengaruhi motivasi belajar siswa kelas X Jurusan Akuntansi di SMKN 46 Jakarta. Sedangkan berdasarkan koefisien

determinasinya, lingkungan sosial

mempengaruhi mempengaruhi motivasi belajar siswa. Dari seluruh hasil perhitungan menunjukkan bahwa tingkat korelasi antara kedua variabel tergolong dalam kategori kuat.

42Ibid., hlm. 230

43 Andi Supangat, Statistika dalam kajian Deskriptif, Inferensi dan Nonparametrik, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 341

(13)

Dengan demikian apabila siswa yang berada di lingkungan sosial yang baik, maka motivasi belajar yang dimiliki siswa juga dapat dikategorikan ke dalam tingkatan sedang sampai tinggi. Lingkungan sosial seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat yang mendukung dalam proses belajar siswa akan membuat siswa bersemangat untuk belajar namun apabila sebaliknya akan membuat rendahnya semangat belajar siswa.

Variasi data yang telah didapatkan oleh peneliti dari hasil kuesioner, data motivasi belajar siswa kelas X Akuntansi di SMK Negeri 46 Jakarta ditentukan oleh lingkungan sosial sebesar 38,21% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam variabel yang diteliti oleh peneliti.

IMPLIKASI

Setiap siswa yang berada lingkungan sosial yang baik yaitu lingkungan yang dapat mendorong siswa untuk belajar, memberikan rasa aman, dan kepuasan dalam mencapai tujuan sehingga disadari atau tidak, lingkungan ini dapat membantu siswa untuk berubah menjadi yang lebih baik atau bahkan buruk. Hal ini tergantung dari lingkungan sosial yang ada di sekitar lingkungan siswa itu sendiri. Siswa yang memiliki malas untuk belajar, apabila ditempatkan pada lingkungan yang ada didalamnya terdapat anak-anak yang giat belajar maka bisa akan terjadi bahwa anak tersebut mengikuti kebiasaan teman-temannya. Begitu pula apabila orang tua siswa selalu mengingatkan untuk belajar dan membantu meringankan segala kesulitan dalam belajar, maka siswa akan lebih bersemangat untuk belajar karena adanya dorongan motivasi oleh orang-orang terdekatnya.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang dikemukakan diatas, saran-saran yang dapat diberikan oleh peneliti yaitu:

1. Bagi siswa, harus tetap menjaga interaksi dengan lingkungan sosialnya karena

apabila interaksi dengan lingkungan ini terganggu maka akan berpengaruh terhadap motivasi belajarnya.

2. Bagi guru, harus bisa menggunakan metode pembelajaran yang baru dan kreatif sehingga tidak membuat siswa menjadi bosan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dilakukan dengan pemilihan jumlah sampel yang lebih luas dengan tempat penelitian yang berbeda sehingga didapatkan karakteristik siswa yang berbeda dari penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003.

Asrori, Mohammad. Psikologi

Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima, 2008.

Danarjati, Dwi Prasetia, dkk. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2006.

Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Djaali dan Mulyono, Pudji. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo, 2008.

Famajiid. Kualitas Pendidikan Indonesia. 2013.

http://m.kompasiana.com/post/read/548 733/2. (Diakses tanggal 27 Februari 2014, pukul 20.23 WIB).

Gusnita, dkk, “Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMPN 2 Aua Kabupaten Pasaman Barat Tahun Ajaran 2012/2013”, Jurnal Pendidikan Geografi. Vol 2. 2013. Hadis, Abdul. Psikologi Dalam Pendidikan

(Sangat Penting Untuk: Dosen, Guru, Mahasiswa, Orang Tua, Masyarakat, dan Pemerhati Pendidikan). Bandung: Alfabeta, 2006.

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan

(14)

Hapsari, Endah. Pentingnya Tentukan Cita-Cita Anak Sejak Usia Dini. 2013. http://www.republika.co.id/berita/humai

ra/samara/13/11/11/mw2k0m- pentingnya-tentukan-citacita-anak-sejak-dini. (Diakses tanggal 27 Februari 2014, pukul 20.29 WIB).

Iskandar. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Referensi, 2012.

Islamuddin, Haryu. Psikologi Pendidikan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. Maknum, Abin Syamsuddin. Psikologi

Pendidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Masriani, “Pengaruh Motivasi Belajar dan Lingkungan Sosial Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X MAN I PALU”,

Jurnal Biodidaktis. Vol 2. 2009.

Mufid, Sofyan Anwar. Ekologi Manusia Dalam Perspektif Sektor Kehidupan dan Ajaran Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.

Mulyadi. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha Litera, 2010.

Purwanto, Ngalim. Administrasi dan

Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Redaksi Kompas. Pelajar Kayuagung Kecanduan “Game Online”. 2009. http://regional.kompas.com/read/2009/0 5/01/08360877/Pelajar.Kayuagung.Keca nduan.Game.Online. (Diakses tanggal 6 Maret 2014, pukul 10.49 WIB).

Riduwan. Metode &Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta: Bandung. 2004.

Riduwan dan Sunarto. Pengantar Statistika Untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial, Komunikasi, Ekonomi, dan Bisnis.

Bandung: Alfabeta, 2009.

Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2007.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja, dan Anak-Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009.

Sardiman. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.

Siregar, Eveline dan Nara, Hartini. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

Soewadi, Jusuf. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009.

______________. Statistika untuk

Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2012. Supangat, Andi. Statistika dalam kajian

Deskriptif, Inferensi dan Nonparametrik. Jakarta: Kencana, 2007.

Suryanto, Bagong dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana, 2011.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.

Uno, Hamzah B. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Winkel. Psikologi Pengajaran.

Yogyakarta: Media Abadi,2009.

Yamin, Martinis. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press, 2010.

Yuliani, Nelpa Fitri. “Hubungan Antara Lingkungan Sosial dengan Motivasi Belajar Santri di Pesantren Madinatul Ilmi Islamiyah”, SPEKTRUM PLS. Vol 1. 2013.

Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Gambar

tabel berikut:
Tabel III.4
Tabel III.7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan observasi tentang kecerdasan sosial, peneliti melakukan observasi tipe pola asuh orang tua siswa kelas VI SD Jatimulyo 0I,setelah dilakukan

Variabel penelitian dalam penelitian ini yaitu profil penggunaan obat antihipertensi yang digunakan pada pasien rawat inap BPJS melalui rekam medik berdasarkan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang nyata antara variabel jarak tempat tinggal penyuluh dengan tempat bertugas, pengalaman, pendapatan,

Selain pelayanan yang terjadi di dalam toko pada saat konsumen berkunjung, bentuk pelayanan lain yang lebih khusus dapat menjadi pilihan bagi pengelola toko

Dinamika ovari pada kuda A (Gambar 8) setelah diinduksi hCG dengan perkembangan diameter folikel preovulasi dari 3,3 cm menjadi 4,7 cm sebelum terjadi

Hasil penelitian ini adalah penambahan putih telur pada mineral blok dengan level mulai tanpa perlakuan (P0), 2% (P1), 4% (P2) dan 6%(P3) memberikan dampak yang berpengaruh pada

Penelitian ini bertujuan untuk membuat perancangan sistem informasi pengelolaan layanan pelanggan pada Madinah Vision TV Kabel sehingga dapat membantu bagian

Oleh sebab itu, penelitian ini akan menguji pengaruh opini audit tahun lalu terhadap kinerja pemerintah daerah se-Sumatera serta bagaimana pengaruh tingkat korupsi dalam