• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI MAHASISWA DAN PEMERINTAH DALA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONTRIBUSI MAHASISWA DAN PEMERINTAH DALA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI MAHASISWA DAN PEMERINTAH DALAM ARUS PERUBAHAN BANGSA MENUJU MASYARAKAT MADANI

MAKALAH

Disusun Untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah “DEMA ON THE MONTH”

Oleh:

Siti Masyitoh 1125020103

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Sang Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta segala aturan-aturannya yang ada, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah singkat yang berjudul “Kontribusi Mahasiswa dan Pemerintah dalam Arus Perubahan Bangsa Menuju Mayarakat Madani”. Lantunan shalawat serta iringan salam semoga disampaikan kepada Nabi Muhammad saw, yang telah menuntun umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman kemajuan seperti sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan makalah ini, penulis telah mendapatkan banyak bantuan serta masukan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Semoga amal baiknya dicatat sebagai amalan shaleh dan diterima di sisi Allah SWT.

Akhirnya, penulis hanya bisa berharap bahwa di balik ketidaksempurnaan penulis dalam penyusunan makalah ini, dapat ditemukan sesuatu yang

memberikan manfaat bagi penulis dan bagi seluruh pembaca. Penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandung, 30 Maret 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...1 B. Rumusan Masalah...2 C. Tujuan Penulisan...2

BAB II: PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat Madani...3 B. Problematika dalam Mewujudkan Masyarakat Madani...4 C. Usaha dalam Mewujudkan Masyarakat Madani...6 D. Kontribusi Mahasiswa dan Pemerintah dalam mewujudkan Masyarakat

Madani...

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan...13 B. Saran...13

(4)
(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini bangsa Indonesia berada dalam situasi yang tantangannya sangat berat, karena pada saat bangsa kita sedang berbenah untuk menghadapi era globalisasi, tanpa diduga harus menghadapi musibah krisis multidimensional yang teramat kompleks. Sampai dengan pertengahan tahun 1997 yang lalu, seringkali kita berbangga bahwa bangsa kita berhasil meraih kemajuan baik di bidang ekonomi maupun sosial. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang disertai dengan penurunan penduduk miskin secara berarti selama tiga puluh tahun terakhir sehingga dunia internasional menyebut keberhasilan itu sebagai suatu keajaiban (miracle), seakan-akan sirna dilanda krisis ekonomi yang diperberat dengan krisis politik dan berbagai krisis lainnya.1

Krisis multidimensional ini dikhawatirkan mengakibatkan hilangnya satu generasi (lost generation) yang mengancam ketahanan bangsa. Menyimak

fenomena ini, kita patut merenung, apakah gerangan yang selama ini terjadi? Apa kesalahan dan kekhilafan yang telah dilakukan? Siapa yang harus

bertanggungjawab akan masalah ini? Dan upaya apa yang harus ditempuh untuk mengatasinya? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang patut kita ajukan kepada diri kita sendiri sebagai bangsa.

Namun, dibalik musibah itu, ada hikmah yang tak ternilai. Tuntutan

masyarakat pada umumnya, serta mahasiswa dan pemerintah pada umumnya akan perlunya reformasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara mencakup sistem ekonomi, sosial, politik, dan budaya (ekososbud) yang lebih mengetengahkan nilai keadilan dan demokrasi merupakan hikmah yang amat berharga untuk disyukuri. Kesadaran itu penting untuk mewujudkan Indonesia baru yang lebih adil dan demokratis yang sering kita sebut sebagai Masyarakat Madani.

(6)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Masyarakat Madani?

2. Apa saja yang menjadi problematika dalam mewujudkan Masyarakat Madani?

3. Bagaimana cara untuk mewujudkan Masyarakat Madani?

4. Kontribusi apa yang hendaknya dilakukan oleh mahasiswa dan pemerintah dalam mewujudkan Masyarakat Madani?

C. Tujuan Penulisan

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian Masyarakat Madani.

2.Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi problematika dalam mewujudkan Masyarakat Madani.

3. Untuk mengetahui strategi untuk mewujudkan Masyarakat Madani.

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat Madani

Secara etimologi, Masyarakat Madani berasal dari bahasa Latin yaitu

civilis societas.2 Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah civil society yang berarti masyarakat sipil. Nurcholis Madjid berpendapat bahwa Masyarakat Madani berasal dari kata tamaddun (Arab) atau civility (Inggris), yang

mengandung makna toleransi, kesediaan pribadi-pribadi untuk menerima pelbagai macam pandangan politik dan tingkah laku sosial.3

Pengertian Masyarakat Madani secara terminologi menurut para ahli adalah sebagai berikut :

1. Dawam Rahardjo berpendapat bahwa Masyarakat Madani ialah proses penciptaan peradaban yang mengacu pada nilai-nilai kebijakan bersama.4

2. Anwar Ibrahim mengatakan bahwa Masyarakat Madani adalah sebuah sistem sosial yang tumbuh berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat.5

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Masyarakat Madani dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya.

Masyarakat Madani tidak muncul dengan sendirinya. Ia membutuhkan unsur-unsur sosial yang menjadi prasyarat terwujudnya tatanan Masyarakat

2 Asep Sulaiman, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Civic Education, (Bandung: Asman Press, 2012), hal.177 istilah civil society ini mula-mula dipakai oleh Marcos Tullios Cicero (106-43 SM), seorang orator dan pujangga Roma yang pengertiannya mengacu kepada gejala budaya perorangan dan masyarakat.

3 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan: Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hal.217

4 Ibid.

(8)

Madani. Faktor-faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mengikat dan menjadi karakter khas Masyarakat Madani. Beberapa unsur pokok yang harus dimiliki oleh Masyarakat Madani yaitu: wilayah publik yang bebas (free public sphere), demokrasi, toleransi, kemajemukan (pluralism), dan keadilan sosial (social justice).6

B. Problematika dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

Memasuki abad ke-21 dan menyongsong milenium ketiga akan terjadi banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat langsung dari era globalisasi. Proses transformasi secara fundamental terjadi dalam semua dimensi kehidupan baik ekonomi maupun politik, sosial, dan budaya. Beberapa persoalan besar akan menjadi tantangan atau problematika kita di masa kini dan akan datang di antara lain sebagai berikut:7

1. Ketergantungan Ekonomi

Ekonomi nasional akan semakin terintegrasi ke dalam ekonomi global, sehingga bangsa Indonesia tidak bisa lagi hanya sekadar

mengandalkan dinamika perekonomian di dalam negeri semata. Globalisasi ekonomi yang ditandai oleh praktek perdagangan bebas, menyebabkan dinamika perekonomian suatu negara menjadi saling tergantung.

2. Budaya Global

Dalam era global, interaksi antarbangsa dan antarnegara akan berlangsung semakin intensif, transparan, dan bersifat transkultural. Dalam proses interaksi demikian, maka dengan mudah terjadi pertukaran dan adaptasi nilai-nilai budaya di antara bangsa-bangsa di dunia. Pergaulan antarbangsa tersebut memungkinkan terjadinya proses saling

mempengaruhi dan saling menyerap nilai-nilai antarbangsa. Dampak

6 Ibid., 225 lihat Asep Sulaiman, Op. Cit., hal.181-182

(9)

globalisasi yang paling nyata adalah masuknya nilai-nilai budaya asing (westernisasi) ke dalam masyarakat Indonesia, baik yang postif maupun yang negatif.

3. Ketertinggalan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khusunya teknologi dan informasi, berlangsung amat cepat dan harus bisa diantisipasi. Kemajuan iptek yang amat spektakuler itu menuntut semua pihak untuk mampu menguasai dan mengembangkannya. Tanpa menguasai dan mengembangkan iptek, bangsa Indonesia bukan saja akan tertinggal dari bangsa-bangsa lain di dunia, tetapi juga bisa menjadi objek eksploitasi secara teknologis oleh bangsa lain. Sebagaimana kita ketahui bahwa iptek mempunyai peranan yang amat penting dan dominan di zaman modern seperti sekarang ini. Bahkan iptek, selain perdagangan adalah kekuatan utama yang mampu menggerakkan globalisasi. Kemajuan iptek

merupakan salah satu indikator dan parameter tinggi-rendahnya peradaban sebuah bangsa.

4. Membangun Masyarakat Berpengetahuan

Tantangan membangun masyarakat berpengetahuan (knowledge society) sangat penting, series, dan berat terutama dikaitkan dengan tingkat kemajuan iptek yang amat tinggi. Membangun masyarakat yang

berpengetahuan adalah membangun kesadaran masyarakat mengenai pentingnya visi dan wawasan iptek sebagai bekal untuk menghadapi milenium ketiga di abad ke-21 ini. Kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, hasrat untuk menggali dan mengembangkannya, perlu secara terus-menerus ditumbuhkan, agar membudaya dalam kehidupan masyarakat. Dengan begitu, maka upaya untuk menciptakan dan membangun sebuah masyarakat berpengetahuan akan menjadi kesadaran kolektif.

(10)

Yusuf Qardhawi mengatakan bahwa salah satu segi negatif yang ditimbulkan oleh globalisasi yang amat penting adalah dekadensi moral, akibat lepasnya budaya global dari ikatan moral yang diajarkan setiap agama samawi manapun. Sebab, buah dari jenis pohon materialisme dan pragmatisme yang menjiwai budaya global – budaya Barat – tidak mungkin dapat berbuah akhlakul-karimah (moral) yang dapat

memperkokoh sendi kehidupan sosial. Sebaliknya, justru membuahkan kebobrokan dan dekadensi moral yang menggoyahkan struktur

masyarakat.8

Qadri Azizy juga menulis dalam bukunya Melawan Globalisasi, pergaulan global sudah tidak dapat lagi dihindari oleh seseorang, kecuali ia sengaja mengungkung diri dengan menjauhi interaksi dan komunikasi dengan yang lain. Selanjutnya, Alfian, seorang tokoh ilmuan yang cukup terkenal juga menyatakan hal senada dengan apa yang dikemukakan oleh Qadri Azizy di atas yaitu mengibaratkan globalisasi yang dihasilkan oleh sebuah revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi, bagaikan seekor harimau yang garang yang sedang melejit deras. Siapa yang berhasil meracak dan mengendallikannya akan beruntung, karena akan cepat sampai ke alam yang lebih baik. Siapa yang tidak berhasil menguasainya akan tertinggal jauh di belakang dengan segala frustrasinya atau lebih berbahaya lagi kalau sampai diterkam dan dimakan habis oleh harimau garang tersebut.9

6. Pesimisme Masyarakat

Apa yang dirisaukan? Bagi sebagian besar lapisan masyarakat, telah tertanam dalam benaknya mengenai beragam persoalan pada kondisi internal bangsa ini, baik menyangkut berbagai persoalan dibidang politik maupun perekonomian. Pada kedua bidang itu, tidak ada satupun faktor

8 http://daniahotarublog.blogspot.com/2011/03/part-1-peran-dan-posisi-umat-Islam.html, diakses pada tanggal 20 Mei 2013, pukul. 15.45

(11)

yang dapat dijadikan pijakan oleh mereka untuk bersikap optimis. Semua belum dapat distabilkan.

Bila ditelusuri, paling tidak terdapat dua persoalan besar di bidang politik yang menjadi dasar kekhawatiran dan sikap pesimis mereka yakni memandang potensi konflik dan potensi kekerasan di masa kini dan akan datang.10

C. Upaya untuk mewujudkan Masyarakat Madani

Indonesia memiliki tradisi kuat civil society (Masyarakat Madani). Bahkan jauh sebelum negara bangsa berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang diwakili oleh kiprah beragam organisasi sosial keagamaan dan pergerakan nasioal dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Belajar dari pengalaman menghadapi krisis multidimensional terberat sepanjang sejarah Indonesia, terdapat beberapa strategi untuk mewujudkan Masyarakat Madani, bangsa kita perlu melakukan dua agenda besar, yakni sebagai berikut:11

Pertama, agenda penyelamatan (rescue) untuk mengatasi krisis agar bangsa kita selamat dari keterpurukan yang semakin parah.

Kedua, agenda pemulihan (recovery) untuk memutar kembali roda perekonomian dan menyehatkan kembali kondisi sosial, politik, dan budaya agar bangsa kita dapat kembali bangkit membangun dan menyiapkan diri memasuki era globalisasi yang sarat dengan persaingan yang semakin ketat.

Kedua agenda besar itu harus dilaksanakan secara simultan dengan penuh kesungguhan, optimisme dan kesabaran disertai dengan keyakinan bahwa dalam setiap kesulitan itu ada kemudahan dan dalam setiap kesempitan itu ada

kelapangan. Karena untuk mengatasi krisis yang begitu kompleks ini tidak semudah membalikkan telapak tangan.

10 Wendie Artswenda dan Tim, Katalog Dalam Terbitan: Indonesia 2001 Kehilangan Pamor, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001), hal.11-16

(12)

Kedua hal tersebut dapat ditempuh melalui proses pendidikan yang diharapkan melahirkan tatanan masyarakat yang mandiri. Kemandirian mereka pada akhirnya melahirkan kelompok Masyarakat Madani yang mampu melakukan kontrol terhadap hegemoni negara.

D. Kontribusi Mahasiswa dan Pemerintah dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

Dari beberapa upaya penting yang telah disebutkan di atas merupakan beberapa cara untuk merealisasikan Masyarakat Madani yang maju dan dapat berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Oleh karenanya,

diperlukan pilar-pilar yang mampu memberikan kontribusi-kontribusi positif demi perubahan dan kemajuan bangsa.

Di Indonesia terdapat banyak pilar untuk membangun konsep Masyarakat Madani. Maksud pilar di sini adalah lembaga-lembaga atau institusi penegak yang menjadi bagian dari social control.12 Dalam mewujudkan civil society, pilar-pilar tersebut menjadi prasyarat mutlak bagi terwujudnya civil society.

Untuk konteks di Indonesia, berikut penjelasan di antara pilar-pilar yang terus berkontribusi bagi penegakan civil society, yakni:13

1. Gerakan Mahasiswa

Menurut M. Alfan Alfian, gerakan mahasiswa merupakan fenomena yang layak dicermati. Karena dengan posisinya yang relatif independen dan lebih cenderung masih dominan menampakkan idealisme-nya. Gerakan mahasiswa, untuk membedakannya dengan gerakan-gerakan lain, memiliki nuansa yang cocok, antara lain disebabkan oleh “posisi istimewa” mereka ditengah-tengah masyarakat pada umumnya. Mereka hadir dari kampung tempat mereka menimba ilmu dan mengembangakan kebebasan mimbar akademik.

12 Asep Sahid Gatara dan Subhan Sofhian, Pendidikan Kewarganegaraan, (Bandung: Fokus Media, 2012), hal.113

(13)

Kondisi lingkungan sosial sekitarnya, menuntut mahasiswa memberikan respon yang konstruktif. Karena mahasiswa diasumsikan masih memiliki

“idealisme yang murni”, mereka pun diharapakan lebih bisa tampil objektif dalam menyuarakan suara-suara moralnya.

Lebih lanjut Alfan menuturkan bahwa kalangan mahasiswa yang kini masih aktif bergerakan di kampus-kampus belum melupakan peran yang mereka mainkan pada saat “mengembangkan” rezim orde baru pada tahun 1998.

Gambaran “kepahlawanan” mahasiswa 1998 ternyata berbeda dengan apa yang dilakukan mahasiswa tempo dulu saat menumbangkan rezim orde lama tahun 1966.14 Salah satu catatan yang mencuat, yang membedakannya ialah tidak ada tokoh sentral yang tampil dan seolah-olah merupakan representasi atau wakil resmi atas banyak kelompok gerakan mahasiswa saat itu.

Gerakan mahasiswa 1998 tampaknya cenderung lebih tepat untuk disebut penggeraknya. Ini lain dengan mahasiswa 1966, yang justru menonjolkan sosok-sosok penggeraknya. Hingga tahun 2003, gerakan mahasiswa tampaknya masih tetap konsisten melancarkan demonstrasi-demonstrasi atas kebijakan yang diputuskan pemerintah dan DPR, yang dinilainya bertentangan dengan keadaan publik.

Secara umum, melihat dinamika gerakan mahasiswa sejak 1998 hingga 2003, penyusun sependapat dengan catatan Alfan Alfian mengenai beberapa karakteristik yang melekat pada gerakan mahasiswa, yakni:15

- Gerakan mahasiswa Indonesia merupakan sebuah entitas yang heterogen. Pragmentasi gerakan mahasiswa hingga kini masih terasa. Perbedaan corak ideologis masih demikian kelihatan untuk diletakkan pada masing-masing kelompok gerakan. Namun, mereka cepat dapat dipersatuakan oleh

(14)

isu-isu bersama yag menjadi “command denominator” yakni demokrasi16 dan konsistensi penegakan reformasi.

- Gerakan mahasiswa kontemporer tampak tidak dapat lepas dari

interaksinya dengan kalangan LSM, partai politik, tokoh-tokoh ormas dan kalangan “interest group” lain, sehingga dalam melancarkan gerakannya, gerakan mahsiswa kerap dicurigai telah dimanfaatkan oleh pihak-pihak di luar dirinya. Kecurigaan tersebut tidak saja dituduhkan oleh kelompk-kelompok non-mahsiswa tetapi antara kelompk-kelompok mahasiswa sendiri. Kondisi psikologis yang “saling curiga satu sama lain” seperti ini jelas mempersulit bersatunya gerakan mahasiswa secara lebih komprehensif tertata dan efektif.

- Menandaskan kembali refleksi dua catatan di atas, mahasiswa Indonesia masih amat terjebak pada kubangan persoalan-persoalan internal, dalam banyak hal juga eksklusifitas, di samping kurang dapat melakaukan proses olah data secara optimal dalam menghadapi banyak isu.

Dari beberapa asumsi yang telah dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa berdasarkan karakterisitik alamiahnya, mahasiswa merupakan pemuda yang memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan elemen-elemen masyarakat lainnya. Sebagai seorang yang memiliki jiwa muda, mahasiswa merupakan sesosok figur yang bisa dikatakan memiliki karakter yang masih memiliki idealisme yang tinggi dalam berjuang, mereka tidak segan-segan untuk

menyuarakan kekesalan dan kritik mereka terhadap siapapun yang mereka anggap menyimpang dari kondisi ideal.

Mahasiswa merupakan sosok insan akademis yang sedang menjalankan aktifitas pendidikan yang terbilang tinggi sehingga mereka beranggapan bahwa ilmu yang mereka dapatkan merupakan sebuah senjata pamungkas untuk

(15)

mengabdikan diri ke masyarakat. Mahasiswa juga dikenal kreatif dalam

membangun ilmu yang didapatkannya serta mengaplikasikannya ke masyarakat karena secara biologis pemuda masih memiliki kondisi yang fresh untuk berpikir dan bertindak secara fisik.

Kondisi di atas merupakan idealnya kewajiban atau kontribusi yang hendaknya dilakukan oleh mahasiswa sebagai ujung tombak perubahan. Namun ironinya, sangat disayangkan bahwa pada kenyataannya hari ini begitu jarang ditemukan sosok mahasiswa yang ideal seperti yang telah disebutkan di atas.

Tidak jarang ditemukan bahwa banyak mahasiswa hari ini yang terkesan acuh tak acuh terhadap masalah-masalah sosial di lingkungannya. Banyak pula di antara mereka yang terjebak oleh pergaulan bebas, penyalahgunaan narkotika, kenakalan remaja, bahkan kemajuan teknologi pun yang seharusnya membuat mereka lebih terfasilitasi untuk menambah wawasan ataupun bertukar informasi justru malah disalahgunakan. Tidak jarang pula mereka menggunakan internet untuk hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan seorang mahasiswa, seperti membuka situs-situs porno dan sebagainya.

Peranan mahasiswa saat ini dalam sosialisasi bermasyarakat menurun drastis. Mereka lebih mengutamakan kesenangan untuk dirinya sendiri dan lebih sering bermain-main dengan kelompoknya. Sebagai pemuda, hendaknya

mahasiswa segera berintropeksi diri bahwa Negara ini membutuhkan sosok pahlawan untuk mewujudkan kesejahteraan di lingkungan masyarakat. Belajar untuk peduli terhadap bangsa dan lingkungan sekitar.

Masyarakat masih membutuhkan pemuda-pemudi yang memiliki

(16)

Hendaknya tertanam dalam jiwa pemuda akan semangat yang membara untuk bersatu membangun Negara tercinta. Seperti isi sumpah pemuda yang di ikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 “satu tumpah darah, satu bangsa dan satu bahasa”. Dan begitu pula untuk mewujudkan semboyan Indonesia yang

dicetuskan oleh Empu Tantular yakni Bhinneka Tunggal Ika dan bangsa Amerika menyebutnya e pluribus unum.17 Sirkumstansi sejarah menjadi pendorong ke sana. Ke muara persatuan yang merupakan aspirasi para pemimpin pergerakan.

2. Pemerintah

Berkaitan dengan persoalan ini, ada sebuah asumsi yang berpandangan bahwa faktor keberhasilan utama dalam mewujudkan arus perubahan bangsa dalam menghadapi persoalan negeri ini serta mewujudkan konsep Masyarakat Madani tidak hanya elemen-elemen yang telah disebutkan di atas, melainkan ada pada pemerintah sendiri, sebagai pemegang kendali negeri ini.18 Menciptakan pemerintahan yang baik, berwibawa, dan memiliki kekuatan dalam menyelesaikan segenap persoalan menjadi dambaan bangsa.

Dalam istilah Pendidikan Kewarganegaraan, pemerintahan yang baik dikenal dengan istilah good governance. Istilah ini merupakan wacana baru dalam kosa kata politik. Ia muncul pada awal 1990-an.19 Secara umum, istilah good

governance diartikan sebagai tata tingkah laku atau tindakan yang baik didasarkan pada kaidah-kaidah tertentu untuk pemgelolaan masalah-masalah publik dalam kehidupan keseharian.20

Untuk merealisasikan pemerintahan yang profesional dan akuntabel yang berstandar pada prinsip-prinsip good governance terdapat beberapa aspek

fundamental (asas) yang perlu diperhatikan, di antaranya sebagai berikut:21

17 Wendie Artswenda dan Tim, Op. Cit., hal. ix 18 Ibid., hal.16

19 A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Op. Cit., hal.198

20 Asep Sahid Gatara dan Subhan Sofhian, Op. Cit., hal.83

(17)

a. Partisipasi (participation)

Asas partisipasi adalah bentuk keikutsertaan masyarakat dalam pengambilan keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan yang sah yang mewakili kepentingan mereka.

b. Penegakan Hukum (rule of law)

Asas penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintahan yang profesional harus didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa. Tanpa ditopang oleh sebuah aturan hukum dan penegakannya secara konsekuen, partisipasi publik dapat berubah menjadi tindakan publik yang anarkis.

Dalam menegakkan hukum maka pemerintah harus mengandung unsur: Supremasi hukum yaitu setiap tindakan adalah kekuasaan negara yang didasarkan pada aturan hukum dan hukum yang benar serta

independen. Supremasi hukum merupakan penempatan hukum pada posisi

supreme (teratas).22

c. Transparansi (transparency)

Asas transparansi adalah unsur lain yang menopang terwujudnya

good governance. Karena akibat tidak adanya prinsip transparansi ini, menurut banyak ahli, Indonesia telah terjerembab ke dalam kubangan korupsi yang sangat parah.23 Oleh karena itu, untuk tidak mengulangi masa lalu dalam pengelolaan kebijakan publik, khususnya bidang ekonomi, pemerintah di semua tingkatan harus menerapkan prinsip transparansi dalam proses kebijakan publik.

d. Responsif (responsiveness)

22 Harjono, Transformasi Demokrasi, (Jakarta: Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2009), hal.27

(18)

Asas responsif adalah dalam pelaksanaan prinsip-prinsip good governance bahwa pemerintah harus tanggap terhadap persoalan-persoalan masyarakat. Pemerintah harus memahami kebutuhan masyarakatnya, bukan menunggu mereka menyampaikan keinginan-keinginannya, tetapi pemerintah harus proaktif mempelajari dan menganalisis kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

e. Orientasi Kesepakatan (consensus orientation)

Asas konsesus adalah bahwa keputusan apa pun harus dilakukan melalui proses musyawarah melalui konsensus. Cara pengambilan

keputusan konsensus, selain dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak, cara ini akan mengikat sebagian besar komponen yang bermusyawarah dan memiliki kekuatan memaksa (coersive power) terhadap semua yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut.

Paradigma ini perlu dikembangkan dalam konteks pelaksaan pemerintahan, karena urusan yang mereka kelola adalah persoalan-persoalan publik yang harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat.

f. Kesetaraan (equity)

Asas kesetaraan (equity) adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik. Asas kesetaraan ini mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah untuk bersikap dan berperilaku adil dalam hal pelayanan publik tanpa mengenal perbedaan keyakinan, suku, jenis kelamin, dan kelas sosial.

g. Efektitivitas (Effectiveness) dan Efisiensi (Eficiency)

(19)

lapisan sosial. Adapun asas efisiensi, umumnya diukur dengan rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua masyarakat.

h. Akuntabilitas (accountability)

Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Setiap pejabat publik dituntut untuk

mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan, moral, maupun netralitas sikapnya terhadap masyarakat.

i. Visi Strategis (strategic vision)

Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk mengahadapi masa yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka realisasi good governance. Kebijakan apapun yang diambil saat ini, harus diperhitungkan akibatnya pada sepuluh atau dua puluh tahun ke depan. Tidak sekadar memiliki agenda strategis untuk masa yang akan datang, seseorang yang menempati jabatan publik atau lembaga profesional lainnya harus mempunyai kemampuan menganalisis persoalan dan tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga yang dipimpinnya.

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, bahwa salah satu pilar good govenance adalah pemerintah. Dari sisi bahasa, pemerintah dalam bahasa Inggris disebut government berasal dari bahasa Latin: gubernare, greek kybernan atau nahkoda kapal artinya menatap ke depan.24 Jadi “memerintah” artinya melihat ke depan, menentukan berbagai kebijakan yang diselenggarakan untuk mencapai tujuan masyarakat-negara, memperkirakan arah perkembangan masyarakat pada masa yang akan datang, dan mempersiapkan langkah-langkah kebijakan untuk menghadapi perkembangan masyarakat, serta mengelola dan mengerahkan masyarakat ke tujuan yang ditetapkan. Oleh sebab itu, kegiatan pemerintah lebih

(20)

menyangkut pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik dalam rangka mencapai tujuan masyarakat-negara.25

Strategi yang hendaknya dilakukan pemerintah antara lain:26

a. Pembangunan Pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM)

Berbagai tantangan masa depan baik yang berdimensi makro-global maupun yang berskala mikro-nasional, menuntut pemerintah untuk bisa memberikan jawaban secara baik. Untuk bisa menjawab berbagai tantangan tersebut sangat bergantung pada kesiapan pendidikan, yang akan melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Dilihat dari berbagai perspektif, membangun pendidikan merupakan agenda nasional yang sangat penting dan strategis untuk mengantarkan bangsa Indonesia mencapai tingkat kemajuan di masa depan.

Beberapa hal akan urgensinya pendidikan bagi suatu bangsa: pendidikan dapat dimaknai sebagai upaya melakukan investasi di bidang sumber daya manusia yang mempunyai implikasi ekonomi, pendidikan akan melahirkan lapisan elite sosial di dalam masyarakat yang bisa menjadi motor penggerak pembangunan dan pelopor ke arah kemajuan, pendidikan juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat.

b. Pembangunan Infrastruktur Ekonomi

Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas

kekeluargaan.27 Titik berat pembangunan diletakkan pada bidang ekonomi sebagai motor penggerak utama pembangunan sejalan dengan peningkatan

25 Asep Sahid Gatara dan Subhan Sofhian, Op. Cit., hal.85 26 Tim Editor, Transformasi IAIN Menjadi UIN : Menuju Research University, Op. Cit., hal.420-422, 448-450, 483-484

(21)

kualitas sumber daya manusia didorong secara saling memperkuat dengan pembangunan bidang-bidang lainnya.

c. Pembinaan Keagamaan Generasi Muda

Pembinaan keagamaan generasi muda harus diarahkan untuk meningkatkan kemampuan dari setiap pemuda Indonesia untuk berperan sebagai transformator, sebagai penerus cita-cita proklamasi, dan pelestari pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Agar pula terciptanya

kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia.28

(22)

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

Dewasa ini bangsa Indonesia berada dalam situasi yang tantangannya sangat berat. Oleh karena itu, konsep Masyarakat Madani sangat dibutuhkan untuk membentuk suatu masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya. Masyarakat Madani tidak muncul dengan

sendirinya. Ia membutuhkan unsur-unsur sosial yang menjadi prasyarat

terwujudnya tatanan Masyarakat Madani. Faktor-faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mengikat dan menjadi karakter khas Masyarakat Madani. Beberapa unsur pokok yang harus dimiliki oleh Masyarakat Madani yaitu: wilayah publik yang bebas (free public sphere), demokrasi, toleransi, kemajemukan (pluralism), dan keadilan sosial (social justice).

Untuk merealisasikan konsep Masyarakat Madani tentulah tiada mudah, karena memasuki abad ke-21 dan menyongsong milenium ketiga akan

menghadapi beberapa persoalan besar yang menjadi tantangan atau problematika kita di masa kini dan akan datang.

Namun, tentu ada usaha-usaha yang dapat ditempuh untuk merealisasikan sesuatu begitupula untuk merealisasikan konsep Masyarakat Madani. Melalui kontribusi-kontribusi positif dari pilar-pilar social control, seperti, mahasiswa dan pemerintah semoga dapat diwujudkannya perubahan dan kemajuan bangsa yang beradab seperti yang tertuang dalam konsep Masyarakat Madani.

(23)

B. Saran

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Artswenda, Wendie dan Tim. Katalog Dalam Terbitan: Indonesia 2001

Kehilangan Pamor. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001.

Budihardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2009.

Darmadi, Hamid. Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta,

2012.

Editor, Tim. Transformasi IAIN Menjadi UIN : Menuju Research University.

Bandung: Gunung Djati Press, 2006.

Gatara, Asep Sahid dan Subhan Sofhian. Pendidikan Kewarganegaraan.

Bandung: Fokus Media, 2012.

Harjono. Transformasi Demokrasi. Jakarta: Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan

Mahkamah Konstitusi, 2009.

http://daniahotarublog.blogspot.com/2011/03/part-1-peran-dan-posisi-umat-Islam.html

Ndraha, Tazliduhu. Metodologi Ilmu Pemerintahan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Ruhenda. PPKN Untuk Perguruan Tinggi. Bandung: D.N.D, 2014.

Sulaiman, Asep. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Civic Education.

Bandung: Asman Press, 2012.

Ubaedillah, A dan Abdul Rozak. Pendidikan Kewarganegaraan: Pancasila,

Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada Media Group,

(25)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang bangun sistem freezer yang digunakan untuk mengkaji perbandingan kinerja mesin freezer 1/5 PK dengan fluida kerja R-134a dan

Dalam kerjasama Indonesia- Korea Selatan dalam mendukung program One Village One Product (ovop), Korea Selatan memberikan wadah dalam mendukung ovop di Indonesia

Pengujian ketahanan watermark dimaksudkan untuk menguji seberapa tahankah watermark berada pada musik digital sehingga pada saat mengalami ekstraksi, isi dari watermark tersebut

perolehan suara per kecamatan yang diraih Indra Catri pada pilkada 2010. berpasangan dengan Umar dan pilkada 2015 yang berpasangan dengan

masalah orang lain, pendokumentasian yang tepat, diskusi informal dengan manajemen, anggota tim multidisiplin dan anggota keluarga pasien maupun melalui konsultasi dengan

Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan air kelapa dengan media tanam pasir kompos (A3B2) memberikan respon jumlah akar primer dan sekunder yang paling baik. Kematian

Untuk memperoleh gambaran sikap dan perilaku peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan wirausaha agribisnis dalam upaya upaya meningkatkan keterampilan dan sikap

Berdasarkan hasil penelitian produksi bioetanol kulit nanas (Ananas comosus (L.) dengan teknik imobillisasi secara berulang sel Saccharomyces cerevisiae yang