• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DENGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DENGAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT

DENGAN PEMERINTAH DAERAH

(2)

i

HUBUNGAN ANTARA

PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH

DAERAH

AHMADNI

STAF AHLI BUPATI BIDANG SUMBER DAYA MANUSIA DAN

KESEJAHTERAAN RAKYAT

(3)

Page 1

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan, serta pelaksanaan urusan pemerintahan. Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

“Tak ada gading yang tak retak”, begitupun makalah ini, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunannya, makalah ini saya akui masih jauh dari sempurna, karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang dan terbatas. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini dengan harapan untuk perbaikan kualitas makalah ini ke depannya.

Manggar, 18 Mei 2016

(4)

Page 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

... 1

DAFTAR ISI

... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG ... 3

1.2. RUMUSAN MASALAH ... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1. HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH ... 5

2.1.1 Urusan Kewenangan ... 7

2.1.2 Keuangan Daerah ... 9

2.1.3 Pelayanan Umum ... 12

2.1.4 Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Lainnya ... 12

2.2. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN DAERAH . 13

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN ... 17

(5)

Page 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hubungan antara pusat dan daerah selalu menjadi sasaran menarik untuk ditelaah. Setelah bedirinya Negara Indonesia urusan pemerintah pusat dan daerah selalu berubah-ubah. Ini dapat dilihat dari perubahan Undang-undang Tentang Pemerintahan Daerah. Untuk mencapai tujuan Negara di Bidang Kesejahteraan Rakyat perlu dilakukan pengaturan hubungan antara pemerintah pusat dan daerah sehingga terjalin kinerja yang baik. Oleh karena itu penyelenggaraan pemerintah daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyaraka, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan/kekhususan suatu daerah dalam Sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prinsip efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara.

Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah sekarang adalah Pemerintahan daerah harus meningkatkan Pendapatan Asli Daerah mereka untuk memenuhi target APBD (Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah)

(6)

Page 4

Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul Kewenangan Pemerintah Pusat dan daerah dalam pengelolaan lingkungan, adalah “memberikan penjelasan tentang kewenangan Pemerintah Pusat dan daerah serta dampaknya yang lansung dan tidak langsung dirasakan oleh masyarakat.

Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah memberikan masukan dan informasi kepada pembaca tentang bagaimana kewenangan dan dampak dari kewenangan yang dijalankan oleh Pemerintahan Daerah.

Dari uraian diatas, maka penulis mengambil judul; “HUBUNGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH’’;

1.2RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimana hubungan antara pemerintah pusat dan daerah;

(7)

Page 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

Pasal 1 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republik. Oleh karena itu sebagai Negara kesatuan ini dibentuklah Pemerintahan Negara Indonesia sebagai Pemerintah Nasional. Dan Pemerintah Nasional membentuk daerah dengan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas perbantuan dan diberikan otonomi yang seluas-luasnya.

Manfaat Pemerintah Nasional membentuk daerah dengan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dengan pemberian otonomi seluas-luasnya untuk daerah adalah:

a. Untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta msyarakat;

b. Mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan keistimewaan/ kekhususan, serta potensi dan keanekaragaman daerah.

c. Bisa mengatur dan mengurus daerahnya sesuai aspirasi dan kepentingan masyarakatnya.

Hubungan antara pemerintah pusat dan daerah selalu menjadi sorotan menarik untuk ditelaah. Setelah berdirinya Republik Indonesia dan dibentuknya pemerintahan pusat dan daerah, tak selalu hubungan yang terjalin penuh keharmonisan. Ada kalanya

terjadi beberapa “perselisihan”. Baik sejak zaman orde lama, orde baru, bahkan pada era

(8)

Page 6

dan sedang berusaha mencari bentuk dan bereksprimen tentang bentuk hubungan yang serasi antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat seperti Republik Indonesia ini. Hubungan Pusat-Daerah dapat diartikan sebagai hubungan kekuasaan pemerintah pusat dan daerah sebagai konsekuensi dianutnya asas desentralisasi dalam pemerintahan negara. Dengan adanya kekuasaan yang terdesentralisasi, diharapkan semua stakeholder

yang terlibat dapat bersinergi dan mendapatkan hak dan kewajiban sebagaimana seharusnya. Secara umum hubungan antara pusat dan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah Pusat yang mengatur hubungan antara Pusat dan Daerah yang dituangkan dalam peraturan perundangan yang bersifat mengikat kedua belah pihak. Namun dalam pengaturan hubungan tersebut haruslah memperhatikan aspirasi daerah sehingga tercipta sinerji antara kepentingan pusat dan daerah.

2. Tanggung jawab akhir dari penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah adalah menjadi tanggung jawab pemerintah pusat karena dampak akhir dari penyelenggaraan urusan tersebut akan menjadi tanggung jawab negara

3. Peran pusat dalam kerangka otonomi daerah akan banyak bersifat menentukan kebijakan makro, melakukan supervisi, monitoring, evaluasi, kontrol dan pemberdayaan sehingga daerah dapat menjalankan otonominya secara optimal. Sedangkan peran daerah akan lebih banyak bersifat pelaksanaan otonomi tersebut. Dalam melaksanakan otonominya, daerah berwenang membuat kebijakan daerah. Kebijakan yang diambil daerah adalah dalam batas-batas otonomi yang diserahkan kepadanya dan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi

Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah pusat, hubungan tersebut diantaranya meliputi;

- Hubungan Wewenang;

- Keuangan;

- Pelayanan Umum;

(9)

Page 7

2.1.1 Hubungan Kewenangan

Urusan pemerintahan sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintahan pusat dikenal sebagai istilah urusan pemerintahan absolut dan urusan pemerintahan KONKUREN.

2.1.1.1. Urusan Pemerintahan Kerukunan terdiri : A. Urusan pemerintahan wajib meliputi :

A.1 Urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar : a. Pendidikan;

b. Kesehatan;

c. PK dan tata ruang;

d. Perumahan dan kawasan pemukiman; e. Tramtibum dan Linmas;

f. Sosial.

B.1 Urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait pelayanan dasar atau macam-macam pelayanan dasar :

a. Tenaga kerja;

b. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; c. Pangan;

d. Pertanahan;

e. Lingkungan hidup; f. Admini Dukcapil; g. PMD;

h. Pengendalian PDDK dan KB; i. Perhubungan;

j. Kominfo;

(10)

Page 8

Selanjutnya pembagian urusan pemerintahan kerukunan antara Daerah Provinsi dengan Daerah Kabupaten/Kota walaupun urusan pemerintahan sama, tetapi ada perbedaan yaitu nampak dari skala atau ruang lingkup urusan pemerintahan tersebut. Begitu juga walaupun Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/ Kota mempunyai urusan pemerintahan masing-masing sifatnya tidak hierarki, tetapi tetap terdapat hubungan antara Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/ Kota dalam pelaksanaannya karena mengacu pada NSPK (Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria) yang dibuat oleh Pemerintah Pusat.

B. Urusan pemerintahan pilihan meliputi : 1. Kelautan dan perikanan;

2. Pariwisata; 3. Pertanian; 4. Kehutanan;

5. Energi dan sumber daya mineral; 6. Perdagangan;

7. Perindustrian; dan 8. Transmigrasi.

Pelaksanaan pembagian urusan pemerintahan kerukunan antara Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi serta Daerah Kabupaten/ Kota didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional.

2.1.1.2. Urusan Pemerintahan Absolut, meliputi; a. Politik dan Negeri;

b. Pertahanan; c. Keamanan; d. Yustisi;

e. Moneker dan Fiskal Nasional; f. Agama.

(11)

Page 9

umum menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala Pemerintahan, yang meliputi;

a. Terkait pemeliharaan ideolosi pancasila; b. Undang Undang Dasar Negeri RI Tahun 1945; c. Bhinneka Tunggal Ika;

d. Menjalin hubungan yang serasi berdasarkan Suku, Agama Ras dan antar golongan sebagai pihak kehidupan berbangsa dan bernegara;

e. Memfasilitasi kehidupan demokrasi.

2.1.2 Keuangan Daerah

Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah akan terlaksana secara optimal, apabila penyelenggaraan urusan pemerintah diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah. Pemberian sumber keuangan kepada daerah harus seimbang dengan beban atau urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah (UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Daerah Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah). Keseimbangan sumber keuangan ini merupakan jaminan terselenggaranya urusan pemerintahan daerah. Ketika daerah mempunyai kemampuan keuangan yang kurang mencukupi khususnya urusan pemerintahan wajib yang terkait pelayanan dasar, maka pemerintahan pusat dapat menggunakan instrumen DAK untuk membantu daerah sesuai dengan prioritas nasional yang ingin dicapai

(12)

Page 10

Pembiayaan menurut Pasal 5 Ayat 3 Undang Undang Nomor 33 Tahun 2014 bersumber dari:

a. Sisa lebih perhitungan anggaran daerah; b. Penerimaan pinjaman daerah;

c. Dana cadangan daerah;

d. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Pada dasarnya APBD disusun dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. Apabila belanja diperkirakan lebih besar dari pada pendapatan, maka sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit diperoleh dari penggunaan SILPA, PINJAMAN DAERAH, DANA CADANGAN, dan HASIL PENJUALAN KEKAYAAN DAERAH yang DIPISAHKAN.

Sumber dana dari pendapatan asli daerah yang dikelola oleh pemerinyah bersumber dari:

a. Pajak daerah; b. Retribusi daerah;

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; d. Lain-lain PAD yang sah.

Pajak Daerah, adalah urusan wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau Badan Kepala Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksanakan berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Retribusi daerah adalah pengaturan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah, adalah pendapatan asli daerah yang tidak termasuk pada kelompok diatas pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

(13)

Page 11

Dana perimbangan merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari APBN, yang terdiri:

a. Dana Bagi Hasil (DBH); Sistem Transfer Dana dari

b. Dana Alokasi Umum (DAM); Pemerintah dan merupakan satu c. Dana Alokasi Khusus (DAK; kesatuan yang utuh

Dana perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimbangan sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah, serta untuk mengurangi kesenjangan pemerintahan antar daerah.

Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari APBN yang dibagi misalkan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, Mengatur Tentang : a. Bagi Hasil Penerimaan Pajak Penghasilan;

b. Bagi Hasil Penerimaan Pasal 25 dan 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri;

c. Bagi Hasil Penerimaan PPH Pasal 21;

d. Bagi Hasil Penerimaan Pertambangan Panas Bumi; e. Bagi Hasil Penerimaan Dana Reboisasi.

DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah. DAU suatu daerah yang ditentukan oleh besar kecilnya cetak fiskal (fiskal gap) suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah dan potensi daerah. Artinya DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar, tetapi kebutuhan fiskal kecil akan memperoleh alokasi DAU yang relatif kecil. Sebaliknya daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskal besar akan memperoleh alokasi DAK relative besar.

(14)

Page 12

pelayanan dasar masyarakat yang belum memcapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.

Lain-lain Pendapatan selain Hibah adalah dana darurat kepada daerah karena bencana social nasional dan/ atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi dengan dana APBD. Selain itu pemerintah dapat memberikan dana darurat pada daerah yang mengalami krisis Solvabilitas, yaitu daerah yang mengalami krisis keuangan yang berkepanjangan. Hal ini bentuk menghindari penurunan pelayanan kepada masyarakat setempat, sehingga pemerintah dapat memberikan dana darurat kepada daerah setelah terlebih dahulu terkonsultasi dengan DPD.

2.1.3 Pelayanan Umum

Pelaksanaan dari pelayanan umum/ publik yang disediakan oleh peerintah daerah kepada masyarakat. Oleh karena itu untuk mendorong terciptanya daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam mensejahterakan masyarakat, maka peningkatan pelayanan publik perlu dioptimalkan. Untuk itu setiap pemerintah daerah wajib membuat maklumat pelayanan publik sehingga masyarakat didaerah akan mengetahui jenis pelayanan publik yang disediakan. Begitu juga cara mendapatkan aksesnya serta kejelasan dalam prosedur, dan biaya untuk memperoleh pelayanan publik tersebut, serta adanya keluhan manakala pelayanan publik yang didapat tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

2.1.4 Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Lainnya.

Pembagian tugas dan kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, dapat dijelaskan bahwa pembagian pengelolaan hutan, laut, energi sumber daya mineral sebagai berikut

a. Penyelenggaraan urusan pemerintahan (pilihan) bidang kehutanan, kelautan serta energi dan sumber daya mineral dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi;

(15)

Page 13

c. Bidang energi dan sumber daya mineral yang berkaitan dengan pengelolaan minyak dan gas bumi menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, sedangkan pemanfaatan langsung panas bumi dalam Daerah Kabupaten / Kota menjadi kewenangan Daerah Kabupaten/ Kota;

d. Kewenangan Daerah Provinsi untuk mengelola Sumber daya alam dilaut meliputi:

 Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut diluar minyak dan gas bumi;

 Pengaturan administrative;

 Pengaturan tata ruang;

 Ikut serta dalam memelihara keamanan dilaut;

 Ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan Negara.

e. Kewenangan Daerah Provinsi untuk mengelola Sumber daya alam dilaut paling jauh 12 mil laut diukur dari garis pantai kearah laut lepas dan / atau kearah perairan kepulauan;

f. Apabila wilayah laut antar dua Daerah Provinsi kurang dari 24 mil, maka kewenangan untuk mengelola Sumber daya alam dilaut dibagi sama jarak atau diukur sesuai dengan prinsip garis tengah dari wilayah antar dua Daerah Provinsi tersebut. Ketentuan pembagian pengelolaan laut berdasarkan jarak tersebut tidak berlaku terhadap penangkapan ikan oleh nelayan kecil;

g. Daerah Provinsi berciri kepulauan mendapat penegasan dari Pemerintah Pusat untuk melaksanakan kewenangan Pemerintah Pusat dibidang kelautan berdasarkan asas tugas pembantuan dimana Pemerintah Pusat menyusun perencanaan pembangunan dan menetapkan kebijakan DAU dan DAK. Dalam rangka mendukung percepatan pembangunan di Daerah Provinsi yang berciri Kepulauan Pemerintah Pusat dapat mengalokasikan dana percepatan diluar DAU dan DAK.

2.2PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN DAERAH

(16)

Page 14

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat secara bertanggungjawab menurut Prakarsa sendiri serta berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pemberian otonomi daerah ditekankan pada prinsip demokrasi keadilan, pemerataan, keistimewaan, kekhususan, memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah, serta partisipasi masyarakat prinsip tersebut telah membuka peluang dan kesempatan yang sangat luas kepada daerah otonom untuk melaksanakan kewenangannya secara mandiri, nyata dan tanggungjawab dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan serta pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat dan daya saing masyarakat.

Pemerintah daerah merupakan Sub sistem dari Pemerintahan Nasional dan secara Implisit, maka pembinaan dan pengawasan terhadap pemerintahan daerah merupakan bagian Internal dari sistem penyelenggaraan pemerintahan. Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah upaya yang dilakukan Pemerintahan dan / atau Gubernur wakil pemerintah didaerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah. Daalm rangka pembinaan oleh Pemerintah Pusat, Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah NON Kementerian melakukan pembinaan sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri untuk pembinaan dan pengawasan Provinsi, serta Gubernur untuk pembinaan dan pengawasan Kabupaten/ Kota.

Pengawasan atas penyelenggaraanPemerintahan Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintah Daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan yang dilaksanakan oleh pemerintah terkait dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan, utamanya terhadap Peraturan Daerah (Perda), dan Peraturan Kepada Daerah (PERKADA).

Pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah dan peraturan kepada daerah, pemerintah melakukan dengan 2 (dua) cara yaitu:

(17)

Page 15

Raperda Kabupaten/ Kota. Mekanisme ini dilakukan agar pengaturan tentang hal-hal tersebut dapat mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal.

b. Pengawasan terhadap semua peraturan daerah diluar yang dimaksud angka 1 (satu), yaitu setiap peraturan daerah wajib disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk Provinsi dan Gubernur untuk Kabupaten/ Kota untuk memperoleh klarifikasi. Selanjutnya terhadap peraturan daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan yang lebih tinggi dapat dibatalkan sesuai mekanisme yang berlaku.

Untuk memaksimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan, Pemerintah dapat menerapkan sanksi kepada Penyelenggara Pemerintahan Daerah, apabila ditemukan adanya penyimpangan dan pelanggaran oleh penyelenggara pemerintah daerah tersebut. Sanksi dimaksud dapat berupa:

- Penataan kembali suatu daerah otonom; - Pembatalan pengangkatan pejabat;

- Penanggukan dan pembatalan berlakunya suatu kebijakan daerah, baik berupa Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, dan Ketentuan lain yang ditetapkan daerah;

- Dapat memberikan sanksi pidana yang diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pembinaan dan Pengawasan Gubernur karena jabatannya berkedudukan juga sebagai Wakil Pemerintah diwilayah Provinsi yang bersangkutan bertanggung jawab kepada Presiden memiliki tugas dan wewenang ;

a. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota;

b. Koordinasi penyelenggara urusan pemerintah didaerah Provinsi dan Kabupaten / Kota;

(18)

Page 16

(19)

Page 17

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

A. Terciptanya hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian berkewajiban membuat Norma Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) untuk dijadikan pedoman bagi Daerah dalam menyelenggarakan urusan Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah dan menjadi pedoman bagi Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.

(20)

Page 18

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.

2. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2005 Tentang Keuangan.

3. Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan.

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Referensi

Dokumen terkait

Agar tercipta sinerji penyelenggaraan urusan pemerintahan antara kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian dengan Pemerintahan Daerah, Presiden melimpahkan kewenangan

Inspektorat mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di Daerah dan pengawasan terhadap pelaksanaan pembinaan atas

(1) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan oleh Perangkat Daerah, hubungan

(1) Dalam melakukan Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Nagari, Perangkat Daerah Provinsi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pemberdayaan

Jika dikaitkan dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah dalam UU Pemerintahan Daerah, kewenangan penerbitan izin apotek dilegitimasi

pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh pemerintah yang meliputi pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah dan pengawasan

Pemerintahan Daerah (Pemda) dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antar susunan

mengoordinasikan pelaksanaan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan oleh perangkat daerah