• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Sistem Pelayanan Kesehatan 1.1. Defenisi

Kata pelayanan diturunkan dari kata kerja melayani yang bermakna ‘membantu menyiapkan (mengurus) apa-apa yang diperlukan

seseorang’(KBBI,2000). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), kata

pelayanan didefinisikan sebagai ‘perihal atau cara melayani’. Senada dengan pengertian itu, Soetanto (dalam Mubarok, 2005) mengatakan bahwa pelayanan

merupakan kegiatan dinamis berupa membantu menyiapkan, menyediakan,

memproses, dan membantu keperluan orang lain.

Kata kesehatan didefinisikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai ‘keadaan (hal) sehat’. Kata sehat sendiri bermakna ‘baik seluruh badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit)’. Secara harfiah, pelayanan kesehatan dapat

diartikan sebagai ‘perihal atau cara melayani seseorang yang berhubungan dengan

keadaan (hal) sehat’ orang tersebut. Sebagai sebuah sistem, Lovey dan Loomba

(dalam Mubarak, 2005) mengatakan bahwa sistem pelayanan kesehatan adalah

setiap upaya yang diselenggarakan dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta

memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

Berdasarkan pengertian di atas, terlihat bahwa sistem pelayanan kesehatan

akan memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang efektif dengan melihat

(2)

bagian penting dalam pelayanan kesehatan, diharapkan juga pelayanan secara

berkualitas dapat diberikan para perawat.

1.2.Bentuk Pelayanan Kesehatan

Ada lima bentuk pelayanan kesehatan sebagaimana dikatakan Notoadmodjo

(2001). Kelima bentuk pelayanan kesehatan itu meliputi sistem pelayanan pusat

kesehatan masyarakat (Puskesmas), sistem pelayanan terpadu, pos obat desa

(POD), Poliklinik desa (Polindes), dan perbaikan sanitasi lingkungan.

1.3. Sistem Pelayanan Terpadu

Sistem merupakan suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama

lain dan mempunyai suatu tujuan jelas. Komponen suatu sistem terdiri dari input, proses, output, effeck, outcome dan mekanisme umpan balik. Hubungan antara komponen-komponen sistem ini berlangsung secara aktif dalam suatu tatanan

lingkungan (Muninjaya, 2004).

Input adalah sumber daya atau masukan yang dikonsumsi oleh suatu system. Sumber daya suatu system adalah man, money, material, method, minute, dan

market, disingkat dengan 6M. Di dalam system Posyandu yang menjadi sumber daya man (orang) adalah kelompok penduduk sasaran yang akan diberikan pelayanan, staf Puskesmas yang terdiri dari dokter, bidan dan perawat, staf

kecamatan, kelurahan, kader, pemuka masyarakat dan sebagainya (Muninjaya,

(3)

Money adalah dana yang dapat digali dari swadaya masyarakat dan yang disubsidi oleh pemerintah. Material adalah tersedianya sarana yang dibutuhkan seperti vaksin, jarum suntik, kartu menuju sehat (KMS), alat timbang,

obat-obatan, oralit, alat keluarga berencana (KB) dan sebagainya. Method adalah teknik pelaksanaan kegiatan diantaranya cara penyimpanan vaksin, cara mencampur

oralit, cara mencatat dan melaporkan data, cara memberikan penyuluhan dan

sebagainya. Minute adalah waktu yang disediakan untuk suatu kegiatan yandu yang biasanya dilaksanakan sekali dalam sebulan, dan market adalah masyarakat

dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti lokasi kegiatan yandu, transport,

sistem kepercayaan masyarakat dibidang kesehatan dan sebagainya (Muninjaya,

2004).

Proses yaitu semua kegiatan sistem. Melalui proses akan diubah input

menjadi output. Proses dari sistem pelayanan terpadu adalah semua kegiatan

pelayanan terpadu mulai dari persiapan bahan, tempat dan kelompok penduduk

sasaran yang dilakukan oleh staf Puskesmas dan kader (Muninjaya, 2004).

Proses kegiatan di Posyandu dikenal dengan istilah “mekanisme lima meja”.

Kegiatan di meja satu adalah pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui dan

pasangan usia subur (PUS). Bagi balita yang sudah punya kartu menuju sehat

(KMS) catat nama balita disecarik kertas dan diselipkan di KMS. Kemudian

anjurkan ibu membawa anaknya ke meja dua untuk ditimbang. Bila balita belum

(4)

PUS dan ibu hamil yang tidak membawa balita setelah didaftar lansung menuju

meja empat (Depkes, 1997).

Kegiatan di meja tiga adalah pencacatan. Catat hasil penimbangan berat

badan balita di KMS dengan cara menarik garis putus-putus tegak sesuai dengan

bulan penimbangan dan garis putus-putus datar sesuai dengan hasil penimbangan

dan kilogram. Pertemuan pada kedua garis-garis putus tersebut ditandai dengan

menulis titik (Depkes, 1997).

Kegiatan di meja empat adalah penyuluhan mengenai KB, imunisasi, diare,

perbaikan gizi, pentingnya air susu ibu (ASI), dan pentingnya vitamin A dan zat

besi. Kemudian pemberian makanan tambahan misalnya pemberian bubur kacang

hijau, pemberian vitamin A, oralit dan tablet zat besi (Depkes, 1997).

Mencatat pada KMS anak dengan memperhatikan umur dan berat badan

anak. Kemudian, memberikan penyuluhan kepada ibu balita berdasarkan hasil

penimbangan berat badan anaknya, pentingnya makanan bergizi, pentingnya

imunisasi, pentingnya vitamin A bagi anak, dan bahaya diare pada anak. Untuk

ibu hamil diberikan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi TT, makan lebih

banyak 1-2 piring dari sebelum hamil, pencegahan anemi dan sebagainya. Bagi

PUS diberikan penyuluhan mengenai keluarga berencana (KB) dan bagi ibu

menyusui diberikan penyuluhan tentang ASI eklusif, jika ASI tidak keluar atau

keluarnya sedikit, anjurkan ibu untuk memeriksakan diri ke Puskesmas (Depkes,

(5)

Kegiatan di meja lima adalah pemberian imunisasi diantaranya BCG,

Campak, DPT, Hepatitis B, dan Polio. Selanjutnya pemeriksaan kehamilan,

pelayanan KB, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan. Untuk meja satu sampai

meja empat dilaksanakan oleh kader kesehatan, tetapi untuk meja lima

dilaksanakan oleh petugas kesehatan di antaranya; dokter, bidan, perawat, juru

imunisasi dan sebagainya.

Output yaitu hasil langsung (keluaran) suatu sistem, yang menjadi output

dalam sistem pelayanan terpadu adalah produk program yandu. Dalam hal ini

yang dimaksud dengan produk adalah cakupan kelima program yandu untuk

masing-masing kelompok penduduk sasaran. Cakupan program yandu terdiri dari

jumlah anak yang ditimbang, jumlah bayi dan ibu hamil yang imunisasi, jumlah

pasangan usia subur (PUS) yang diberikan pelayanan KB (Muninjaya, 2004).

Effeck yaitu hasil tidak langsung yang pertama dari proses suatu sistem. Pada umumnya efek suatu sistem dapat dikaji pada perubahan pengetahuan, sikap

perilaku kelompok masyarakat yang dijadikan sasaran program. Outcome sistem pelayanan terpadu adalah penurunan kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit

yang bisa dicegah dengan imunisasi, penurunan fertilitas pasangan usia subur

(PUS), dan jumlah balita yang kurang gizi dan sebagainya. Turunnya angka

kematian bayi, angka kematian ibu adalah outcome sistem pelayanan terpadu yang penting karena keduanya merupakan indikator yang paling peka untuk

(6)

1.4. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang

disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh

petugas/tenaga kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan

pelayanan kesehatan tersebut. Untuk melihat sejauh mana pemanfaatan pelayanan

kesehatan oleh masyarakat diperlukan evaluasi yang cermat agar dapat ditelaah

dan dicari jalan keluar yang sesuai sehingga diharapkan pemanfaatan pelayanan

kesehatan akan lebih baik pada masa yang akan datang (Azwar, 1999 dalam

skripsi Damanik, 2008).

Menurut Azwar (1996), suatu pelayanan kesehatan harus memiliki berbagai

persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah persyaratan pokok yang

dapat memberi pengaruh kepada masyarakat dalam menentukan pilihannya

terhadap penggunaan jasa pelayanan kesehatan, antara lain :

(1) Ketersediaan dan Kesinambungan Pelayanan

Syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut

harus tersedia di masyarakat serta bersifat berkesinambungan. Artinya semua jenis

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan.

Serta keberadaannya dalam masyrakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.

(2) Dapat Diterima dan Wajar

Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah dapat diterima oleh

masyarakat serta bersifat wajar. Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak

bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat serta adat istiadat

(7)

(3) Mudah Dicapai

Syarat pokok ketiga adalah mudah dicapai oleh masyarakat. Pengertian

ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Bila fasilitas ini

mudah dijangkau dengan menggunakan alat-alat transportasi yang tersedia maka

fasilitas ini akan banyak dipergunakan.

(4) Mudah Dijangkau

Syarat pokok keempat adalah mudah dijangkau oleh masyarakat. Pengertian

keterjangkauan yang dimaksud di sini terutama sedikit biaya, untuk dapat

mewujudkannya harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut

sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

(5) Bermutu

Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu yaitu

yang menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan pemakai jasa pelayanan

dan di pihak lain tata cara penyelenggaraan sesuai dengan kode etik serta standar

yang telah ditetapkan.

2. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu)

Posyandu merupakan suatu strategi yang tepat untuk melakukan intervensi

pembinaan kelangsungan hidup anak dan pembinaan perkembangan anak.

Posyandu yang merupakan kegiatan oleh masyarakat akan menimbulkan

(8)

tumbuh kembang anak, dengan alih teknologi dari pemerintah. Dengan demikian

masyarakat tidak selalu bergantung pada pemerintah, dan suatu saat nanti akan

mandiri. Kemudian, masyarakat akan membawa dampak kemandirian keluarga,

ibu dan individu (Syafrudin, 2009).

2.1. Defenisi Posyandu

Kegiatan di Posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan

partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat, oleh

masyarakat dan untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan,

kader-kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari

Puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. Karena, Posyandu adalah forum

yang menjembatani ahli teknologi dan ahli kelola untuk upaya-upaya kesehatan

yang profesional kepada masyarakat agar dapat hidup sehat (Ekasari, 2007).

Dalam pengembangannya Posyandu dapat dibina menjadi suatu forum

komunikasi dan pelayanan di masyarakat, antara sektor yang memadukan

kegiatan pembangunan sektoralnya dengan kegiatan masyarakat, untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menemukan dan memecahkan

masalahnya dengan ahli teknologi (Nasution, 1997). Hal sependapat juga di

kemukakan oleh Effendi (1998) Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih

teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dana untuk masyarakat yang

mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak

(9)

Selain ikut berperan dalam peningkatan kesehatan, masyarakat juga dapat

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan aktivitas Posyandu. Hal ini sesuai

dengan wacana yang dikembangkan pemerintah yaitu model pembangunan

partisipasi dimana pentingnya pemberdayaan masyarakat (Soetedjo, 2005).

Menurut Effendi (1998) kehadiran Posyandu merupakan salah satu bentuk

penerapan dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan masyarakat yang

mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya

kuratif dan rehabilitatif.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

Posyandu adalah merupakan wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk

dan dikelola oleh masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas

sektor dan lembaga terkait lainnya untuk menyelenggarakan lima program

prioritas secara terpadu pada satu tempat dan pada waktu yang sama guna

meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat hidup sehat (Ekasari, 2007).

2.2. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu

Departemen Kesehatan (1988 dalam Ekasari, 2007) telah merumuskan

bahwa tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah untuk (1) Mempercepat

penurunan angka kematian bayi, anak balita, dan angka kelahiran (2)

Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

(NKKBS) kemudian, (3) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

(10)

kemampuan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan lainnya yang menunjang,

sesuai dengan kebutuhan.

Untuk mencapai tujuan di atas tentunya sangat tergantung pada upaya-upaya

yang dilakukan oleh pemerintah dan sejauh mana peran serta masyarakat dalam

pelaksanaan program Posyandu. Salah satu upaya pemerintah untuk mencapai

tujuan Posyandu adalah revitalisasi Posyandu. Hakekat dilaksanakannya

revitalisasi Posyandu adalah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan

peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Soedirdja, 2001).

Posyandu sebaiknya berada di tempat yang mudah didatangi masyarakat dan

tempatnya ditentukan sendiri oleh masyarakat. Dengan demikian, kegiatan

Posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang sudah ada, di rumah

penduduk, balai desa, tempat pertemuan RW/RT atau di tempat khusus yang

dibangun oleh masyarakat. Sasaran utama penyelengaraan Posyandu adalah

bayi/balita, ibu hamil/ibu menyusui, dan Wanita Usia Subur (WUS) atau

Pasangan Usia Subur (PUS) (Ekasari, 2007).

Penyelenggaraan Posyandu dilakukan dengan “pola lima meja”, yaitu :

Meja (1) pendaftaran, kemudian pada meja (2) dilakukan penimbangan bayi dan

anak balita, Ibu hamil, atau WUS. Selanjutnya pada meja (3) pengisian KMS

(Kartu Menuju Sehat) dan meja (4) penyuluhan perorangan, antara lain : Terhadap

balita yaitu dilakukan berdasarkan hasil penimbangan, apakah berat badannya

naik atau tidak naik, diikuti dengan pemberian makanan tambahan, pemberian

oralit dan vitamin A dosis tinggi. Kemudian terhadap ibu hamil yang resiko

(11)

anemia dan terhadap PUS agar menjadi peserta KB lestari, diikuti dengan

pemberian kondom, pil ulangan atau tablet busa. Selanjutnya yang terakhir meja

(5) pelayanan teknis kesehatan, meliputi : pelayanan KIA, KB, Imunisasi dan

Pengobatan (Ekasari, 2007).

2.3. Program dan Sasaran Posyandu

Program Posyandu yang (1) adalah KIA. Indikator yang strategis untuk

mewakili kegiatan pokok KIA adalah pemeriksaan ibu hamil dan cakupan TT2,

mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak-anak balita, memberikan

nasehat tentang makanan, mencegah timbulnya masalah gizi karena kekurangan

protein dan kalori dan memperkenalkan jenis makanan tambahan, memberikan

pelayanan KB kepada PUS, merujuk ibu-ibu atau anak-anak yang memerlukan

pengobatan, mengadakan latihan untuk dukun bersalin. Kemudian (2) adalah KB.

Mengadakan penyuluhan KB, baik di Puskesmas maupun pada saat mengadakan

kunjungan rumah, Posyandu, pertemuan dengan kelompok-kelompok masyarakat

di dusun (PKK, dasa wisma, dsb). Termasuk dalam kegiatan untuk PUS,

menyediakan alat-alat kontrasepsi, mengadakan kursus Keluarga Berencana untuk

para dukun bersalin. Dukun diharapkan bisa dan bersedia menjadi motivator KB

untuk ibu-ibu yang mencari pertolongan pelayanan dukun.

Selanjutnya (3) P2M (Pemberantasan Penyakit Menular) yang merupakan

survei epidemiologi untuk menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin,

imunisasi untuk memberikan perlindungan kepada kelompok-kelompok

(12)

Tetanus, Difteri, Batuk rejan (pertusis), Polio Nyelitis, Campak dan Hepatitis B,

pemberantasan vektor dilakukan dengan penyemprotan menggunakan insektisida,

Fogging dan abatisasi untuk DHF, Oiling, Drynage, genangan air, dan perbaikan sistem pembuangan sampah untuk pemberantasan malaria. Dan (4) Upaya

Peningkatan Gizi yaitu untuk memantau pertumbuhan anak melalui penimbangan

anak secara rutin setiap bulan, di Puskesmas atau di Pos timbangan/Posyandu.

Melakukan pemeriksaan HB dan BB ibu hamil secara rutin, mengembangkan

kegiatan perbaikan gizi, bekerja sama dengan masyarakat setempat, sektor agama,

pertanian, peternakan dan penerangan yang ada ditingkat kecamatan, masyarakat,

pembagian Vitamin A untuk bayi 2x setahun, tablet besi untuk ibu hamil bersifat

suplemen dan pemberian obat cacing untuk anak yang kurang gizi karena

gangguan parasit cacing (Syafrudin, 2009).

Sasaran Posyandu adalah (1) Ibu Hamil, (2) Ibu Menyusui, (3) Pasangan

Usia Subur (PUS) dan (4) Balita.

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ibu balita dalam

memanfaatkan Posyandu. Menurut Green (1980 dalam Kresno, 2008)

pemanfaatan pelayanan kesehatan khususnya Posyandu dapat dilihat dari tiga

komponen, yaitu (1) Faktor predisposisi yaitu seseorang yang menggunakan pelayanan kesehatan. Faktor ini menggambarkan karakteristik seseorang yang

sudah ada sebelum ia memanfaatkan pelayanan kesehatan sehingga komponen ini

(13)

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Komponen ini terwujud dalam pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai.

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan melalui panca

indra yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan

dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoadmodjo, 2003).

Notoadmodjo (2003) mendefinisikan sikap sebagai kesiapan seseorang

untuk bertindak tertentu pada situasi tertentu, dalam sikap positif. Kecendrungan

tindakan adalah mendekati, menyenangi dan mengharapkan objek tertentu,

sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci dan tidak sama dengan menyukai objek tertentu. Sebagai

makhluk individual manusia mempunyai dorongan atau mood untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia

mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia

mempunyai dorongan sosial. Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada

manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan

atau untuk mengadakan interaksi (Walgito, 2003).

Kepercayaan adalah suatu sejarah, proses dependen yang didasarkan pada

contoh-contoh pengalaman yang relevan namun terbatas. Dibutuhkan waktu untuk

(14)

bukti-bukti yang ada, yaitu merujuk pada lima dimensi: (1) Integritas, yaitu merujuk

pada kejujuran dan kebenaran, (2) Kompetensi meliputi pengetahuan serta

keahlian teknis dan antar personal, (3) Konsistensi berkaitan dengan keandalan,

prediktabilitas, dan penilaian yang baik pada diri seseorang dalam menangani

sesuatu, (4) Kesetiaan yaitu kesediaan untuk melindungi dan menyelamatkan

orang lain, dan (5) Keterbukaan yaitu keyakinan untuk mengatakan kepada

seseorang tentang kebenaran yang sesungguhnya (Robbins, 2008).

Menurut Stephen P. Robbins dan Timothi A. Judge (2009), kepercayaan

dimaknai sebagai “a positive expectation that another will not through words, action, or dicisions act opportuniscally”. Dalam pendapat tersebut terlihat bahwa kepercayaan merupakan suatu harapan positif bahwa yang lain tidak akan

mengambil kesempatan melalui kata-kata, tindakan atau keputusan. Jerald

Greenberg (2010) berpendapat bahwa kepercayaan “are referring to a person’s degree of confidence in the words and actions of another.” Jadi, menurut Greenberg, kepercayaan mengacu kepada derajat kepercayaan diri seseorang

terhadap kata-kata atau tindakan orang lain. Dalam kaitan tersebut, tampak bahwa

kepercayaan punya hubungan interpersonal. Sebab itu, menurut Jerald Greenberg

terdapat dua jenis kepercayaan, yaitu calculus based trust dan identification based trust.

Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere yang artinya ‘menerima’, kata ini menjadi bahasa Inggris perception yang berarti ‘pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian’. Persepsi adalah kesadaran intuitif (berdasarkan

(15)

(Komaruddin, 2000). Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian

terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga

merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang merupakan

aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu (Bimo,2001 dalam Sunaryo, 2004).

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke

dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan

hubungan dengan lingkungannya melalui indera penglihat, pendengar, peraba,

perasa, dan pencium (Slameto, 2003). Menurut Neufeldt (1996) persepsi adalah

pemahaman, pengetahuan, dan lain-lain, yang diperoleh dengan merasakan atau

mengobservasi ide, konsep, kesan, dan lain-lain.

Persepsi bersifat individual, karena persepsi merupakan aktivitas yang

terintegrasi dalam individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif

dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka persepsi dapat dikemukakan

karena perasaan dan kemampuan berpikir. Pengalaman individu tidak sama, maka

dalam mempersepsi suatu struktur, hasil persepsi mungkin dapat berbeda satu

dengan yang lain karena sifatnya sangat subjektif (Roger, 1965 dikutip dari

Walgito 2004)

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan

berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau

berguna bagi kehidupan manusia. Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan

harus dibedakan dengan yang hanya “diinginkan”, di mana “lebih diinginkan”

mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah laku yang mungkin dilakukan

(16)

dalam Rokeach, 1973). “Lebih diiginkan” ini memiliki pengaruh lebih besar

dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi

tersusun berdasarkan derajat kepentingannya. Jadi, nilai memiliki kecendrungan

untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. salah

satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu

tersebut menetap (Danandjaja, 1985).

Kemudian (2) Faktor enabling (pendukung) seseorang untuk menggunakan layanan kesehatan, dimana biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah

berpengaruh terhadap perilaku pengguna atau pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Hal ini terwujud dalam lingkungan fisik dan tersedia atau tidak tersedianya

fasilitas atau sarana kesehatan. Dan (3) Faktor reinforcing (pendorong) yang hal ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.5.Kader Posyandu

Menurut WHO (1995 dalam Yulifah dkk, 2009) kader Posyandu adalah

laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani

masalah-masalah kesehatan perorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja

dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan

kesehatan. Kriteria kader Posyandu antara lain sebagai berikut: (1) Diutamakan

berasal dari anggota masyarakat setempat, (2) Dapat membaca dan menulis huruf

latin, (3) Mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak masyarakat, dan (4)

(17)

Kader Posyandu mempunyai tugas yang cukup banyak. Tugas-tugas kader

dalam rangka menyelenggarakan Posyandu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu

sebagai berikut:

(1) Tugas kader pada saat persiapan hari buka Posyandu yaitu menyiapkan alat

penimbangan bayi, kartu menuju sehat, alat peraga serta alat-alat dan

obat-obatan yang dibutuhkan dalam kegiatan pelayanan Posyandu.

(2) Tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan

pada lima meja yaitu meja (1) mendaftar bayi atau balita dengan menuliskan

nama balita pada KMS, kemudian mendaftar ibu hamil dengan menuliskan

nama ibu hamil pada formulir atau register ibu hamil. Meja (2) menimbang

bayi atau balita kemudian mencatat hasilnya pada kertas. Meja (3)

memindahkan hasil penimbangan bayi atau balita dari kertas ke dalam KMS.

Meja (4) menjelaskan data KMS kepada ibu balita, membarikan penyuluhan

kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS dan meja (5) merupakan

kegiatan pelayanan sektor yang dilakukan oleh petugas kesehatan.

(3) Tugas kader setelah membuka Posyandu meliputi memindahkan

catatan-catatan pada KMS ke dalam buku register, kemudian menilai hasil kegiatan

dan merencanakan kegiatan hari Posyandu bulan berikutnya serta, kegiatan

kunjungan rumah sekaligus memberikan tindak lanjut dan mengajak ibu-ibu

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Kegiatan pada Dinas Perindagkop dan UKM Kabupaten Sanggau Tahun Anggaran 2011 akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi untuk

(2), Pasal 52 ayat (2) dan (3), Pasal 54 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah guru dan dosen yang diangkat oleh satuan pendidikan

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan kegiatan/usaha untuk pekerjaan Jasa

Ber dasar kan hal-hal ter sebut di atas, maka Panitia Pengadaan Jasa Konsultansi Dinas Tata Kota Bandar Lampung mengumumkan pemenang dan pemenang cadangan penyedia jasa

Bagi Peser ta yang ber keber atan, dapat mengajukan sanggahan ditujukan kepada Panitia Pengadaan Bar ang dan Jasa Dinas Kelautan dan Per ikanan Kota Bandar Lampung paling lambat har

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan kegiatan/usaha untuk pekerjaan Jasa

Abstrak : Tulisan ini mengungkap tentang Pemikiran K. Ahmad Dahlan yang menyatukan dikotomi ilmu pengetahuan, bercorak intelektual, moral dan religius dapat terlihat

Faktor penyebab kematian bayi (AKB) adalah kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat dikontribusikan melalui perbaikan