1
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENAMBANG EMAS TANPA IZIN DIKAWASAN TAMAN NASIONAL LORE LINDU
(Studi Kasus Wilayah Taman Nasional Lore Lindu)
Lidya Afsary / D 101 13 170
Pembimbing :
I. Dr. Jubair, S.H.,M.H.
II. Dr. Abdul Wahid, S.H.,M.H
Abstrak
Penelitia ini terfokus pada Penegakan Hukum Terhadap Penambang Emas Tanpa Izin Dikawasan Taman Nasional Lore Lindu (Studi Kasus Wilayah Taman Nasional Lore Lindu), rumusan masalah yang diangkat yang diangkat adalah (1) Bagaimana Penegakan hukum terhadap penambang emas tanpa izin ?(2) Apa kendala yang dihadapi penegak hukum dan pihak Balai Taman Nasional Lore Lindu dalam penanggulangan pertambangan emas tanpa izin dikawasan Taman Nasional Lore Lindu. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis ditarik kesimpulan bahwa penanganan penegakan hukum bagi penambang emas ilegal di Desa Dongi-dongi sudah berjalan sebagaimana mestinya. Adapun tindaka-tindakan yang dilakukan oleh Polda Sulteng dalam memberantas tindak pidana penambangan emas ilegal yaitu berupa: tindakan preventif (pencegahan) dan tindakan refresif (penindakkan). Tindakan refresif yang dilakukan oleh Polda Sulteng meliputi : (1) melakukan penangkapan kepada Tersangka, tetapi lebih sering melakukan tangkap tangan (2) melakukan penahanan, (3) penggeledahan, (4) penyitaan. Adapun yang menjadi faktor penghambat Penegak Hukum dan Pihak Balai Taman Nasional Lore Lindu dalam menangani perkara tindak pidana penambangan emas ilegal meliputi : (1) kurangnya kesadaran hukum masyarakat (2) pelaku penambangan di back-up oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Adapun upaya yang dilakukan dari Penegak Hukum dan Pihak Balai Taman Nasional Lore Lindu dalam menangani tindak pidana penambangan emas ilegal dapat melalui : (1) meningkatkan kesadaran hukum masyarakat (2) meningkatkan kinerja satuan dan melakukan koordinasi dengan semua pihak terkait.
Kata Kunci: Penambang, Emas, Taman Nasional Lore Lindu
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan
negara kepulauan yang mempunyai
kekayaan alam yang berlimpah
ruah. Kekayaan alam tersebut
digunakan semata-mata untuk
meningkatkan taraf hidup bangsa
Indonesia, serta mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan
2
tentang kerusakan lingkungan
maka oleh Undang-undang nomor
32 tahun 2009 di definisikan
sebagai perubahan langsung
dan/tidak langsung terhadap sifat
fisik, kimia, dan/atau hayati
lingkungan hidup yang melampaui
kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup. Sumberdaya mineral
merupakan sumber daya alam yang
tak terbaharui atau non-renewable
resource, artinya sekali bahan
galian itu dikeruk maka tidak akan
dapat pulih atau kembali ke
keadaan semula.1 Indonesia sendiri
dianugerahi sumber daya alam
berlimpah termasuk bahan galian
pertambangan dan Indonesia
memiliki ketergantungan tinggi
terhadap pemanfaatan bahan galian
pertambangan tersebut sebagai
modal pembangunan.2
Seringkali pertambangan yang
ada di Indonesia ini menimbulkan
dampak negatif yang memicu
terjadinya tindak pidana
pertambangan ilegal atau di sebut
pertambangan tanpa izin. Hukum
1
Ali Yafie, Merintis Fiqh Lingkungan Hidup, Ufuk Press, Jakarta, 2006, Hlm. 141 2 Adrian Sutedi, Hukum Pertambangan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, Hlm. 103
pertambangan tidak pernah terlepas
dari bagian lingkungan hidup
merupakan anugerah Tuhan Yang
Maha Esa yang wajib dilestarikan
dan dikembangkan kemampuannya
agar tetap dapat menjadi sumber
penunjang hidup bagi manusia dan
makhluk hidup lainnya demi
kelangsungan dan peningkatan
kualitas hidup itu sendiri.
Dewasa ini, kejahatan
lingkungan sering terjadi di
sekeliling lingkungan, namun semua
itu tanpa kita sadari. Misalnya saja
pada pertambangan, pertambangan
merupakan usaha untuk menggali
berbagai potensi-potensi yang
terkandung dalam perut bumi.3
Akan tetapi kenyataannya rakyat
melakukan kegiatan penambangan
dengan tidak memperhatikan
aspek-aspek penting di dalamnya, seperti
tidak memperhatikan akibat /
dampak yang ditimbulkan atau
pengaruh dengan adanya
pertambangan tersebut
(pertambangan tanpa izin), namun
tidak menutup kemungkinan
pertambangan juga dilakukan oleh
3
perusahaan tambang yang telah
memiliki ijin resmi.
Permasalahan pertambangan
saat ini khususnya di Sulawesi
Tengah, berdasarkan data yang
dimiliki Dinas Kehutanan, luas
kawasan yang telah dirusak oleh
penambang emas liar tersebut
mencapai 15 Hektar. Dengan adanya
aktifitas penambangan di TNLL
dongi-dongi inilah yang menjadi
penyebab bencana alam yang ada di
daerah dongi-dongi dan sekitarnya.
Dengan kawasan tambang emas di
dongi-dongi yang menjadi pusat
kerusakan alam tersebut membuat
musibah seperti banjir, tanah longsor,
gempa yang skala musibahnya cukup
besar membahayakan masyarakat
yang ada di sekitarnya. Maka dengan
adanya bencana yang terjadi
sebelumnya membuat pemerintah
geram dan menutup pertambangan
yang di Desa Dongi-dongi.4
Sebanyak 17.000 bibit pohon
sudah dipersiapkan oleh Dinas
Kehutanan Provinsi Sulawesi
Tengah untuk proses rehabilitasi
4
https://tambangemasrakyat.wordpress.com/t ag/bahan-tambang-emas/ diakses pada Senin 17 April 2017 Pukul 23:00 Wita.
kawasan Taman Nasional Lore
Lindu (TNLL) yang telah dirusak
oleh penambang emas ilegal. Kepala
Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi
Tengah Nahardi mengatakan,
program tersebut merupakan tindak
lanjut dari komitmen pemerintah
untuk menyelesaikan masalah
maraknya aktivitas tambang emas di
kawasan Taman Nasional Lore
Lindu yang merupakan cagar biosfer
dunia.5
Pemerintah Kabupaten Poso,
Provinsi Sulawesi Tengah berupaya
menutup kegiatan penambangan
tanpa izin yang dilakukan di
Dongi-dongi yang berada dalam kawasan
Taman Nasional Lore Lindu. Ada
lebih dari 3.000 penambang yang
datang dari berbagai daerah dan
mengadu nasib dengan melakukan
penambangan ilegal di lokasi itu.
Pemerintah setempat telah berupaya
melakukan upaya persuasif meminta
mereka menghentikan aktivitas itu
dan segera meninggalkan lokasi itu.
Tetapi sejauh ini belum membuahkan
hasil.
5
4
Keberadaan tambang galian C
ditengah-tengah masyarakat
merupakan wujud usaha masyarakat
dalam mempertahankan hidupnya
melalui usaha meningkatkan
pendapatan. Penambang dan
masyarakat yang bermukim di
sekitarnya merupakan dua
komponen yang saling
mempengaruhi. Kerusakan sumber
daya alam terus mengalami
peningkatan, baik dalam jumlah
maupun sebaran wilayahnya. Secara
fisik kerusakan tersebut disebabkan
oleh tingginya eksploitasi yang
dilakukan individu itu sendiri,
bukan hanya dalam kawasan
produksi yang dibatasi oleh daya
dukung sumber daya alam,
melainkan juga terjadi di dalam
kawasan lindung dan konservasi
yang telah ditetapkan sebelumnya
seperti kawasan yang berada di
Desa Dongi-dongi Kab Poso
Sulawesi Tengah.
Proses penambangan selalu di
konotasikan dengan merusak
ekologi. Keanekaragaman hayati
menjadi terganggu baik dalam
pendistribusiannya maupun
kemelimpahan spesies-spesies
langka yang ada disekitar areal
pertambangan.
Seperti yang terjadi di Sulawesi
Tengah, tepatnya di Desa
Dongi-dongi Kab Poso, daerah itu seperti
sudah menjadi surganya para
penambang emas illegal. Sudah tak
terhitung banyaknya penambang
illegal yang datang kesana untuk
membuka lokasi atau istilahnya
membuat lubang untuk mencari
emas. Ratusan tenda pekerja
didirikan disekitar lokasi tambang,
pekerja yang datang bukan hanya
dari sekitar daerah tersebut bahkan
ada yang berasal dari berbagai
daerah. Mereka berdatangan dengan
harapan bisa mendapatkan rezeki
sebagai pekerja tambang emas.
Tanpa mempedulikan keselamatan
diri, mereka menggali lubang hingga
bermeter-meter ke dalam tanah demi
mencari batu yang diangap
menyimpan emas. Mereka tidak
dibekali alat-alat penyelamat apapun,
hanya dengan bermodalkan peralatan
sederhana mereka mempertaruhkan
nyawa menggali batu-batu tersebut.
Selain itu bahaya longsor akibat
kondisi tanah yang tidak stabil akibat
5
tumpang tindih juga mengancam
nyawa pekerja. Banyaknya
penambang di Desa Dongi-dongi itu
rawan longsor akibat banyaknya
tanah-tanah yang digali dan
penebangan pohon yang dilakukan
secara sembarangan. Ironisnya para
pengusaha tambang itu
mengatasnamakan masyarakat kecil
untuk memodali pembukaan
tambang emas ilegal ini.
B. Rumusan masalah
Permasalahan yang dirumuskan
dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Penegakan
hukum terhadap
pertambangan emas tanpa
izin ?
2. Apa kendala yang di hadapi
Penegak hukum dan pihak
Balai Taman Nasional Lore
Lindu dalam penanggulangan
pertambangan emas tanpa
izin di kawasan Taman
Nasional Lore Lindu?
II. PEMBAHASAN
A. Penegakan Hukum Terhadap
Pertambangan Emas Tanpa
Izin
Menurut Andi Hamzah,
istilah penegak hukum sering di
salah artikan, seakan-akan hanya
bergerak dibidang hukum pidana,
atau hanya dibidang represif. Istilah
penegakan hukum di sini meliputi
baik yang represif maupun
prefentif.6 Sedangkan menurut
sudarto memberi arti penegakan
hukum ialah perhartian dan
penggarapan, baik
perbuatan-perbuatan yang melawan hukum
yang sungguh-sunggu terjadi
(onrecht in a ctu) maupun perbuatan
melawan hukum yang mungkin
akan terjadi (onrecht in potentie).
Menurut Bripka Muh. Rusman
mengemukakan bahwa
“pada awal Tahun 2016 keindahan alam serta habitat asli flora dan fauna endemic sulawesi yang berada
didalam kawasan
TNLL terusik dengan dibukanya
pertambangan emas ilegal yang terletak di Dusun Dongi-dongi Desa Sedoa Kec Lore Utara Kab. Poso yang masuk dalam kawasan
TNLL. Para
6
penambang ilegal dari berbagai daerah baik
penambang lokal
maupun penambang yang berasal dari luar Sulteng (Manado,
Gorontalo dan
Makassar) menyerbu Dongi-dongi.
Perkiraan penambang emas ilegal Dongi-dongi pada bulan Februari sekitar 9.000
orang, kemudian
bertambah pada bulan Maret menjadi sekitar 20.000, sehingga dalam waktu singkat kawasan TNLL yang dirusak oleh para penambang emas ilegal mencapai 15 Ha, dan apabila dilihat dari kejauhan bukit-bukit kawasan TNLL mirip
dengan sarang
tawon”.7
Melihat kerusakan yang
terjadi dan aktifitas penambangan
yang tidak terkendali, kepala Balai
TNLL meminta bantuan ke
Pemprov Sulteng dan Polda Sulteng
untuk mengatasi penambang emas
ilegal tersebut, kemudian Polda
Sulteng membentuk Operasi PETI
yang melibatkan Polres Poso dan
Polres Sigi. Maka pada tanggal 22
7 Hasil Wawancara Bripka Muh. Rusman Anggota Sat Reskrim Polres Sigi, pada hari Rabu 27 September 2017 pukul 10:00 Wita.
Maret 2016, Kapolda Sulteng
menerbitkan Maklumat kepada para
penambang Emas untuk segera
meninggalkan lokasi pertambangan
paling lambat tanggal 29 Maret
2016, akan tetapi sampai dengan
batas waktu yang ditentukan para
penambang tetap nekad melakukan
penambangan dalam kawasan
TNLL, sehingga pada 29 Maret
2016 dilakukan penegakan hukum
bagi para pelaku, dan pada awal
April 2016 tambang ilegal
Dongi-dongi ditutup, namun hanya
berselang 4 bulan setelah pasukan
yang menjaga lokasi TNLL ditarik,
para penambang kembali menyerbu
Dongi-dongi sejak Juli sampai
dengan September 2016, kemudian
ditertibkan lagi sehingga sampai
saat ini lokasi tambang emas
Dongi-dongi sudah kosong dari
aktifitas pertambangan.
Melihat permasalahan
tersebut diatas Kepolisian Resor
Sigi sebagai wilayah perlintasan
pengangkutan hasil tambang emas
illegal yang berasal dari
Dongi-dongi menuju ketempat pemurnian
di Poboya Palu telah berperan aktif
7
terhadap para pelaku penambang
illegal dengan mengoptimalkan
peranan Sat Reskrim Polres Sigi
sebagai ujung tombak dalam
penegakan hukum , agar kegiatan
penyidikan sesuai dengan yang
diharapkan dengan keberadaannya
mampu melakukan proses
penyidikan terhadap para pelaku
perusakan hutan di kawasan TNLL.
Penegakan hukum yang
dilakukan oleh pihak kepolisian
POLDA SULTENG bekerja sama
dengan POLRES SIGI dan POSO
terhadap pelaku tindak
penambangan emas ilegal secara
umum prosedurnya menganut pada
Pasal 90 ayat (1) Jo Pasal 17 ayat
(1) huruf c UU No 18 Tahun 2013
tentang pencegahan dan
pemberantasan perusakan hutan dan
Pasal 161 UU No 4 Tahun 2009
tentang pertambangan Mineral dan
Batu Bara, yaitu sebagai berikut :
1. Pasal 90 (1) UU No 18
Tahun 2013
Orang perseorangan yang
dengan sengaja mengangkut
dan/atau menerima titipan
hasil tambang yang berasal
dari kegiatan penambangan
didalam kawasan hutan
tanpa izin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17
ayat (1) huruf c dipidana
dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun
dan paling lama 10
(sepuluh) tahun serta pidana
denda paling sedikit
Rp1.500.000.000,00 (satu
miliar lima ratus juta rupiah)
dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).
2. Pasal 161 UU No 4 Tahun
2009
Setiap orang atau pemegang
IUP Operasi Produksi atau
IUPK Operasi Produksi
yang menampung,
memanfaatkan, melakukan
pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan, penjualan
Mineral dan Batu Bara yang
bukan dari pemegang IUP,
IUPK, atau izin sebagai
mana di maksud dalam
Pasal 37, Pasal 40 ayat (3),
Pasal 43 ayat (2), Pasal 48,
Pasal 67 ayat (1), Pasal 74
8
Pasal 103 ayat (2), Pasal
104 ayat (3), atau Pasal 105
ayat (1) di pidana dengan
pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak
Rp.10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).
Berbeda dengan pihak
kepolisian POLDA SULTENG dan
POLRES POSO, POLRES SIGI
hanya menjaga diwilayah perlintasan
strategis Desa Bora Pos Ranu Romba
Kec. Sigi Biromaru. Untuk menjaga
langsung kelokasi tambang POLRES
SIGI tidak punya wewenang
dikarenakan daerah Dongi-dongi
bukan merupakan wilayah hukum
POLRES SIGI sehingga pihak
POLRES SIGI hanya menahan para
penambang ilegal Dongi-dongi yang
melintas didaerah tersebut yang tidak
memiliki IUP.
Sementara itu, pihak
kepolisian POLDA SULTENG juga
telah melakukan tindakan preventif maupun represif demi menjaga
keamanan dan ketentraman
masyarakat serta menjaga
kelestarian lingkungan akibat dari
penambangan emas ilegal tersebut.
Tindakan Preventif
(Pencegahan)
Pihak kepolisian
POLDA SULTENG beserta
pihak Balai Taman Nasional
Lore Lindu telah melakukan
tindakan preventif berupa
himbauan baik secara
tertulis maupun tidak tertulis
kepada masyarakat agar
tidak melakukan
penambangan emas ilegal
diseluruh wilayah Taman
Nasional Lore Lindu,
dikarenakan daerah tersebut
merupakan daerah yang
dilindungan dan harus
dilestarikan serta tempat
hewan-hewan langka yang
dimiliki Sulawesi Tengah.
Pihak kepolisian
POLDA SULTENG dan
pihak Balai Taman Nasional
Lore Lindu bersama
pemerintah daerah
Kabupaten Poso dan Sigi
juga telah melakukan
sosialisasi tentang akan
dampak penambangan emas
ilegal ini bagi masyarakat,
9
serta lingkungan hidup.
Selain itu pihak POLDA
juga telah melakukan
sosialisasi mengenai sanksi
terhadap segala bentuk
kegiatan penambangan emas
ilegal ini. Selain itu, pihak
POLDA beserta pihak
Taman Nasional Lore Lindu
juga melakukan pendekatan
dengan tokoh-tokoh
masyarakat, tokoh pemuda
dan tokoh adat agar
membantu dalam upaya
pemberantasan
penambangan emas ilegal.
Tindakan Represif
(Penindakan)
Setelah pihak
POLDA SULTENG dan
pihak Balai Taman Nasional
Lore Lindu melakukan
tindakan preventif yaitu
berupa himbauan dan
sosialisasi kepada
masyarakat, namun
himbauan itu tidak
diindahkan, maka pihak
POLDA SULTENG
melakukan tindakan represif
terhadap pelaku
penambangan emas ilegal di
Desa Dongi-dongi
Kabupaten Poso. Menurut
Dody, selaku Kepala Seksi
Pemanfaatan dan Pelayanan
pada Balai Besar Taman
Nasioanal Lore Lindu serta
menjadi saksi ahli
mengatakan “sudah ada
beberapa yang dieksekusi,
kurang lebih 18 kasus tetapi
12 kasus yang belum
divonis”.8
B. Kendala Yang Dihadai
Penegak Hukum Serta Pihak
Balai Taman nasional Lore
Lindu Dalam Penanggulanagn
Pertambangan Emas Tanpa
Izin
Penegak Hukum adalah
suatu proses untuk mewujudkan
keinginan-keinginan hukum
menjadi kenyataan.
Keinginan-keinginan hukum adalah
pikiran-pikiran badan pembuat
undang-undang yang dirumuskan dalam
peraturan-peraturan hukum. Sering
10
kita dengar dalam rangka
penegakan hukum, istilah diskresi.
Diskresi diperlukan sebagai
pelengkap asas legalitas, yaitu asas
hukum yang menyatakan bahwa
setiap tindakan atau perbuatan
administrasi negara harus
berdasarkan ketentuan
undang-undang.9 Sehubungan dengan
adanya diskresi Joseph Goldstein
menawarkan konsep dalam law
enforcement, yaittu: Total
enforcement merupakan ruang
lingkup penegakan hukum pidana,
sebagaimana diharapkan dan
dirumuskan oleh hukum pidana
materil (substa ntive law of crimes), yang tidak mungkin diwujudkan
karena keterbatasan gerak penegak
hukum disebabkan adanya
pembatasan secara ketat oleh
hukum acara pidana yang
mencakup aturan atau tata cara
penangkapan, penggeledahan,
penahanan, penyitaan, sampai pada
tahap pemeriksaan pendahuluan,
atau mungkin juga pembatasan oleh
hukum pidana materil itu sendiri,
9
Nyoman Serikat Putra Jaya, Beberapa Kepemikiran Kearah Pengembangan Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2008, Hlm. 135
yang menentukan bahwa suatu
tindak pidana hanya dapat dituntut
berdasarkan pengaduan. Dan full
enforcement, pada penegakan
hukum full enforcement, para penegak hukum diharapkan
menegakkan hukum secara
maksimal. Penegakan hukum secara
full enforcement ini, menurut
Joseph Goldstein, merupakan
harapan yang tidak realistis,
terdapat kendala-kendala dalam
pelaksanaannya berupa dana dan
sebagainya. Menurut Pak Dody,
S.H., M.Sc, kendala utamanya
menyangkut dana, menurutnya
untuk membuat suatu kerja sama
yang besar melibatkan orang
banyak tidak bisa hanya
mengandalkan dana dari Taman
Nasional Lore Lindu, sementara
pemerintah Provinsi dan Kabupaten
belum ada yang memberikan
bantuan dana.
Dalam hal penambang emas
ilegal di Kabupaten Poso Desa
Dongi-dongi merupakan masalah
antara kelangsungan hidup hari ini
dan masa depan lingkungan untuk
generasi dimasa yang akan
11
Lore Lindu sebagai instansi yang
mempunyai kawasan tersebut
menghadapi banyak kendala dalam
penanggulangan penambang emas
ilegal. Adapun kendala-kendala
yang dihadapi oleh pihak Balai
Besar Taman Nasional Lore Lindu
dalam melaksanakan
penanggulangan emas ilegal
tersebut, antara lain :
Kesadaran Hukum
Masyarakat Masih Kurang
Menurut Ewick dan
Silbey : “Kesa da ra n
Hukum” mengacu ke cara
-cara dimana orang-orang
memahami hukum dan
institusi hukum, yaitu
pemahaman-pemahaman
yang memberikan makna
kepada pengalaman dan
tindakan orang-orang.10
Bagi Ewick dan Silbey,
“Kesada ra n Hukum”
terbentuk dalam tindakan
dan karenanya merupakan
persoalan praktik untuk
10 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial Prudence) Termasuk Interprestasi Undang-undang (legisprudence), Kencana, Jakarta, 2009, Hlm. 510
dikaji secara empiris.
Dengan kata lain, kesadaran
hukum adalah persoalan
“hukum sebagai perilaku”, dan bukan “hukum sebagai aturan norma atau asas”.11
Kesadaran hukum dalam
masyarakat belumlah
merupakan proses sekali jadi,
melainkan merupakan suatu
rangkaian proses yang terjadi
tahap demi tahap, kesadaran
hukum masyarakat sangat
berpengaruh terhadap
kepatuhan hukum, baik
secara langsung maupun
tidak langsung. Beberapa
faktor yang mempengaruhi
kurangnya kesadaran hukum
masyarakat adalah :
a) Ketidak pastian
hukum;
b) Peraturan-peraturan
bersifat statis;
c) Tidak efisiennya
cara-cara masyarakat untuk
mempertahankan
12
peraturan yang
berlaku.12
Dalam tindak pidana
penambangan emas ilegal
yang terjadi di Desa
Dongi-dongi sebagian masyarakat
yang menjadi pelaku tidak
lagi menghiraukan setiap
aturan yang wajib untuk
dipatuhi. Hal ini disebabkan
karena sebagian masyarakat
Dongi-dongi yang menjadi
pelaku penambangan emas
ilegal sudah menjadikan
kegiatan ini sebagai mata
pencaharian yang
menjanjikan. Sebagian
masyarakat yang menjadi
pelaku penambangan emas
ilegal memilih pekerjaan ini
sebagai pekerjaan utama
karena dapat memberikan
finansial yang layak,
meskipun aktivitas yang
mereka lakukan tersebut
mereka sadari akan
menimbulkan dampak negatif
yang sangat luas baik
terhadap lingkungan maupun
12 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, Hlm. 112
moral masyarakat di areal
tambang. Kurangnya
kesadaran hukum masyarakat
Dongi-dongi terhadap tindak
pidana penambangan emas
ilegal ini juga disebabkan
oleh adanya oknum
kepolisian yang ikut terlibat
dalam kegiatan penambangan
emas ilegal tersebut.
Pelaku Penambang Emas
Ilegal di Back-up oleh Oknum-oknum yang Tidak
Bertanggung Jawab
Berdasarkan surat kabar
“antara” yang penulis baca,
penulis melihat para pelaku
penambangan emas ilegal ini di
back-up oleh oknum-oknum
yang tidak bertanggung jawab
seperti oknum penegak hukum.
Parapenambang, kata sumber,
menambang dibalik bukit yang
dijaga petugas, mereka
melakukan aktivitas menambang
emas pada hari libur seperti
Sabtu dan Minggu. Kegiatan
dilakukan para penambang yang
berasal dari luar dan juga
masyarakat lokal rata-rata
13
besar petugas mengetahuinya,
tetapi mereka pura-pura tidak
tahu”. Menurut sumber, tidak
mungkin petugas tidak
mengetahuinya. “Di duga
mereka sudah main mata dengan
petugas”, kata sumber yang
berharap instansi berwenang
untuk segera melakukan
penertiban kembali dan
menangkap para penambang
yang tidak mengindahkan aturan
hukum.13 Dan penulis pun
memberikan informasi tersebut
kepada pihak Balai Taman
Nasional Lore Lindu, sampai
berita muncul pihak Balai
Taman Nasional Lore Lindu
membentuk tim untuk
melakukan pemantauan
langsung dilokasi penambangan.
Berdasarkan kendala-kendala
yang dihadapi oleh Penegak Hukum
dan Pihak Taman Nasional Lore
Lindu dalam menangani tindak
pidana penambangan emas ilegal
diatas, maka ada beberapa upaya
13
https://www.jurnalsulawesi.com/penambang -kembali-serbu-lokasi-tambang-emas-dongi-dongi/, diakses pada hari Selasa 8 Agustus 15:26 Wita.
yang dilakukan untuk mengatasi
kendala tersebut yaitu :
Meningkatkan Kesadaran dan
Ketaatan Hukum Demi
Terwujudnya Efektifitas
Hukum
Masalah kesadaran
hukum warga masyarakat
sebenarnya menyangkut
faktor-faktor apakah suatu ketentuan
hukum tertentu diketahui,
dipahami, ditaati, dan dihargai.
Apabila masyarakat hanya
mengetahui adanya suatu
ketentuan hukum, maka taraf
kesadaran hukumnya lebih
rendah dari mereka yang
memahami hukum.14 Soerjono
Soekanto mengemukakan
empat indikator kesadaran
hukum :
a) Pengetahuan tentang
hukum;
b) Pemahaman tentang
hukum;
c) Sikap terhadap hukum;
d) Perilaku hukum.
Meningkatkan Kinerja Satuan
dan Melakukan Koordinasi
14
dengan Semua Pihak Terkait
Pihak POLDA SULTENG
terus berbenah dalam
melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai lembaga
penegak hukum. POLDA
SULTENG dalam tugasnya
memberantas tindak pidana
penambangan emas ilegal
terus berupaya meningkatkan
kinerjanya agar bisa tercipta
penegakan hukum seperti
yang diharapkan. Untuk
mencegah dan atau
mengurangi terjadinya
prilaku menyimpang dari
oknum-oknum yang tidak
bertangggung jawab maka
pihak POLDA SULTENG
telah melakukan koordinasi
baik itu didalam satuan
organisasi POLDA
SULTENG maupun dengan
pihak-pihak lain yang terkait.
Untuk mencegah dan atau
mengurangi prilaku
menyimpang dari oknum
kepolisian, POLDA
SULTENG meminta kepada
seluruh pihak untuk
melaporkan tindakan
menyimpang yang telah
dilakukan oleh oknum-oknum
tersebut.
III.Penutup A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan yang
telah diuraikan diatas, maka
penulis menyimpulkan beberapa
hal diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Penanganan penegakan
hukum bagi penambang
emas ilegal di Desa
Dongi-dongi sudah berjalan
sebagaimana mestinya.
Dalam rangka penegakan
hukum, secara umum
prosedur penanganannya
sama dengan perkara
tindak pidana umum
lainnya. Adapun
tindaka-tindakan yang dilakukan
oleh POLDA SULTENG
dalam memberantas tindak
pidana penambangan emas
ilegal yaitu berupa:
tindakan preventif
(pencegahan) dan tindakan
refresif (penindakkan).
15
dilakukan oleh POLDA
SULTENG meliputi : (1)
melakukan penangkapan
kepada Tersangka, tetapi
lebih sering melakukan
tangkap tangan (2)
melakukan penahanan, (3)
penggeledahan, (4)
penyitaan.
2. Adapun yang menjadi
faktor penghambat
Penegak Hukum dan Pihak
Balai Taman Nasional
Lore Lindu dalam
menangani perkara tindak
pidana penambangan emas
ilegal meliputi : (1)
kurangnya kesadaran
hukum masyarakat (2)
pelaku penambangan di
back-up oleh oknum yang
tidak bertanggung jawab.
Adapun upaya yang
dilakukan dari Penegak
Hukum dan Pihak Balai
Taman Nasional Lore
Lindu dalam menangani
tindak pidana
penambangan emas ilegal
dapat melalui :
(1) meningkatkan
kesadaran hukum
masyarakat (2)
meningkatkan kinerja
satuan dan melakukan
koordinasi dengan semua
pihak terkait.
B. Saran
1. Diharapkan kepada
Pemerintah, Penegak
Hukum serta Pihak Balai
Taman Nasional Lore agar
lebih tegas dalam
menjalani tugas penjaagan
lokasi tambang sehingga
tidak akan ada lagi warna
yang berani masuk untuk
menambang.
2. Penyuluhan hukum harus
selalu diberikan kepada
masyarakat agar kesadaran
terhadap hukum dalam
masyarakat itu meningkat
sehingga mereka taat akan
hukum dan takut terhadap
dampak yang akan
ditimbulkan dari
penambangan emas tanpa
16
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Achmad Ali, Mengua k Teori Hukum (Lega l Theory) da n Teori P eradila n (Judicial P rudence) Terma suk Interprestasi Unda ng -unda ng
(legisprudence), Kencana, Jakarta, 2009.
Adrian Sutedi, Hukum Perta mba nga n, Sinar Grafika, Jakarta, 2011.
Ali Yafie, Merintis Fiqh Lingkunga n Hidup, Ufuk Press, Jakarta, 2006.
Andi Hamzah, Hukum Aca ra P ida na Indonesia , Sinar Grafika, Jakarta, 2006.
H. Salim HS, Hukum P ertambangan Di Indonesia , P.T Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
Nyoman Serikat Putra Jaya, Bebera pa Kepemikiran Kea rah
P engemba nga n Hukum P ida na, P.T Citra Aditya Bhakti,
Bandung, 2008.
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1991.
Zainudin Ali, Sosiologi Hukum ,Sinar Grafika, Jakarta, 2007.
B. Sumber Inernet
https://tambangemasrakyat.wordpress.com/tag/bahan-tambang-emas/ diakses pada Senin 17 April 2017 Pukul 23:00 Wita.
http://regional.kompas.com/read/2016/09/01/17070061/Rehabilitasi.Taman.N asional.Lore.Lindu.17.000.Pohon.Disiapkan. diakses pada Senin 17 April 2017 Pukul 23:30 Wita.
https://www.jurnalsulawesi.com/penambang-kembali-serbu-lokasi-tambang-emas-dongi-dongi/, diakses pada hari Selasa 8 Agustus 15:26 Wita.
C. Hasil Wawancara
Hasil Wawancara Bripka Muh. Rusman Anggota Sat Reskrim Polres Sigi, pada hari Rabu 27 September 2017 pukul 10:00 Wita.
Hasil Wawancara Dody, S.H., M.Sc, Kepala Seksi Pemanfaatan dan
17
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap : Lidya Afsary
TTL : Palu, 3 Juni 1995
Alamat Rumah : Jl. Anoa 1 Lrg. Tamalanja, Palu
Alamat e-mail : Lidya.afsari03@gmail.com