• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kinerja Petugas Administrasi di RSUD DR. R. M. Djoelham Kota Binjai Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kinerja Petugas Administrasi di RSUD DR. R. M. Djoelham Kota Binjai Tahun 2014"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kinerja

2.1.1. Pengertian Kinerja

Menurut Ilyas (2012) kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik

kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan

penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil karya tidak

terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural tetapi

juga keseluruhan jajaran personel yang ada dalam organisasi.

Kinerja adalah kuantitas dan atau kualitas hasil kerja individu atau

sekelompok orang dalam organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi

yang berpedoman pada norma, standar operasional prosedur, kriteria dan ukuran yang

telah ditetapkan atau yang berlaku dalam organisasi (Torang, 2012). Menurut

Armstrong dan Baron (dalam Wibowo, 2103) kinerja merupakan hasil pekerjaan yang

mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen

dan memberikan konstribusi kepada ekonomi.

Menurut Prawirosentono (1999), kinerja adalah hasil kerja yang dapat

dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangkan upaya mencapai

tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai

(2)

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya,

dan merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai

dari hasil kerjanya.Berdasarkan teori – teori di atas dapat disimpulkan bahwa, kinerja

adalah hasil kerja ataupun karya seseorang baik secara kuantitas maupun kualitas dan

dapat dinilai dengan menggunakan kriteria.

2.1.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja

Menurut Gibson (dalam Ilyas, 2012), menyatakan bahwa terdapat tiga

kelompok variabel yang mempengaruhi kinerja dan perilaku, yaitu:

1. Variabel individu, yang terdiri dari sub variabel kemampuan dan keterampilan,

fisik maupun mental, latar belakang keluarga, pengalaman, tingkat sosial dan

faktor demografis. Faktor demografis mempunyai efek tidak langsung pada

perilaku dan kinerja individu.

2. Variabel psikologis, yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan

motivasi. Variabel psikologis merupakan hal sangat kompleks dan sangat sulit

diukur.

3. Variabel organisasi, terdiri sub variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan,

struktur dan disain pekerjaan.

Menurut As.ad (1995), faktor yang berhubungan dengan kinerja adalah:

1. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial antara

(3)

2. Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan pegawai

seperti minat, inteligensi, pendidikan, sikap terhadap kerja, bakat dan

keterampilan.

Menurut Armstrong dan Baron (dalam Wibowo, 2013), menyatakan bahwa

terdapat lima faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain faktor individu, faktor

gaya kepemimpinan, faktor tim, faktor sistem kerja dan faktor organisasi. Namun,

kinerja memerlukan adanya dukungan sarana, kompetensi, peluang, standar dan

umpan balik.Umpan balik dipergunakan untuk evaluasi terhadap kinerja hasil

evaluasi dipergunakan untuk memperbaiki kinerja.

2.1.3. Tujuan Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan hal yang paling rumit dan kontroversial dari

hubungan departemen sumber daya manusia dengan karyawan.Oleh karena itu,

departemen sumber daya manusia harus melakukan penilaian kinerja yang efektif

dengan melalukan penilaian berdasarkan standar kerja karyawan.Hasil penilaian

diberitahukan kepada karyawan agar dapat memperbaiki kinerja apabila hasil

penilaian kinerja berada di bawah standar.Penilaian kinerja yang efektif dapat

memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerja dengan mengikuti pelatihan dan

pengembangan (Wolper, 2001). Menurut Hall (dalam Ilyas, 2012), penilaian kinerja

merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personel dan usaha

(4)

Menurut Ilyas (2012), tujuan utama penilaian kinerja antara lain:

1. Penilaian kemampuan personel secara individual, yang dapat digunakan sebagai

informasi untuk penilaian efektivitas manajemen sumber daya manusia.

2. Pengembangan personel,seperti promosi, mutasi, rotasi dan penyesuaian

kompensasi.

Menurut Kreitner dan Kinicki (dalam Wibowo, 2013), penilaian kinerja

dapat dipergunakan untuk administrasi penggajian, umpan balik kinerja, identifikasi

kekuatan dan kelemahan individu, mendokumentasikan keputusan kepegawaian,

penghargaan terhadap kinerja individu, mengidentifikasi kinerja buruk, membantu

dalam mengidentifikasi tujuan, menetapkan keputusan promosi, pemberhentian

pegawai dan mengevaluasi pencapaian tujuan.

2.1.4. Kriteria Kinerja

Dalam organisasi pelayanan kesehatan, sangatlah penting untuk memiliki

instrumen penilaian kinerja yang efektif bagi tenaga kerja professional. Proses

evaluasi kinerja menjadi bagian yang terpenting dalam upaya manajemen untuk

meningkatkan kinerja organisasi. Unsur yang dapat dinilai sebagai kriteria kinerja

antara lain kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerja sama,

prakarsa dan kepemimpinan (Siswanto, 2003).

Menurut Bernardin et.al., terdapat enam aspek yang dapat dinilai sebagai

kriteria kinerja, yaitu: mutu pekerjaan, kualitas pekerjaan, batas waktu, efektivitas

biaya, inisiatif dan dampak sosial. Menurut Pasal 4 PP No. 10 Tahun 1979 tentang

(5)

kriteria kinerja antara lain kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan,

kejujuran, kerja sama, prakarsa dan kepemimpinan. Menurut Wibowo (2013),

terdapat beberapa kriteria kinerja antara lain produktivitas, kualitas, ketepatan waktu,

cycle time, pemanfaatan sumber daya dan biaya.

2.1.5.Strategi Meningkatkan Kinerja

Kinerja setiap personel dipengaruhi oleh kelompok kerja dan demikian

sebaliknya kinerja kelompok ditentukan oleh kinerja anggota kelompok. Adanya

ikatan saling berhubungan, ketergantungan dan mempengaruhi antar individu dan

kelompok dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja.

Menurut Kirkpatrick (dalam Wibowo, 2013) berpendapat bahwa untuk

meningkatkan kinerja terdapat lima syarat, antara lain :

1. Terdapat keinginan dari pekerja sendiri untuk berubah.

2. Pekerja harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

kelompok atau organisasi.

3. Pimpinan harus menciptakan iklim organisasi yang memberikan kesempatan

pekerja berperilaku dengan cara berbeda.

4. Pimpinan memberikan bantuan dan dukungan kepada pekerja.

5. Pimpinan memberikan penghargaan kepada pekerja yang memiliki kinerja yang

(6)

2.2. Iklim Organisasi

2.2.1. Pengertian Iklim Organisasi

Wirawan (2008) menyatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi

anggota organisasi mengenai lingkungan internal organisasinya. Menurut Swansburg

(2001), iklim organisasi adalah status emosi yang ditunjukkan oleh anggota sistem.

Iklimdapat formal, rileks, defensif, berhati-hati, menerima, percaya dan sebagainya.

Iklim adalah impresi subyektif karyawan atau persepsi tentang organisasi mereka.

Iklim dipengaruhi oleh hampir semua hal yang terjadi dalam organisasi. Iklim

merupakan suatu konsep sistem yang dinamis yang mencerminkan keseluruhan gaya

hidup suatu organisasi.

Davis dalam Torang (2012) menyatakan bahwa organisasi yang baik adalah

organisasi yang memiliki iklim yang didukung oleh kepribadian karyawan yangbaik

dan persepsi mereka terhadap prosedur organisasi. Setiap organisasi perjalanannya

selalu dipengaruhi oleh lingkungannya, baik internal maupun eksternal, karena

organisasi merupakan sebuah sistem sosial. Menurut Litwin dan Stringer (2002),

iklim organisasi adalah suatu konsep yang menerangkan kualitas lingkungan

organisasi yang dirasakan atau dialami oleh anggota-anggotanya dan dapat diukur

dengan menggunakan kuesioner yang tepat.

2.2.2. Dimensi Iklim Organisasi

Iklim organisasi secara obyektif berada dalam suatu organisasi, tetapi iklim

hanya bisa dijelaskan dan diukur secara tidak langsung melalui persepsi dari pada

(7)

memahami dimensi iklim organisasi, karena keanekaragaman lingkungan tiap jenis

organisasi, sehingga terdapat perbedaan pandangan dalam mengidentifikasi beberapa

dimensi inti yang memiliki relevansi bagi semua organisasi.

Liliweri (dalam Torang, 2012) berpendapat bahwa iklim organisasi memiliki

beberapa sub variabel antara lain praktik pengawasan, kohesi kelompok, variasi

filosofi manajer dan pribadi anggota/ karyawan yang saling melengkapi.Menurut

Davis (dalam Torang, 2012), organisasi yang baik adalah organisasi yang memiliki

iklim yang didukung oleh kepribadian karyawan yang baik dan persepsi mereka

terhadap prosedur organisasi.

Penelitian mengenai iklim organisasi diawali oleh Stringer dan Litwin

(2002) di Harvard Business School. Kuesioner iklim organisasi yang dikembangkan

dan telah digunakan Stringer dalam 15 tahun terakhir ini yang dikelompokkan ke

dalam 6 (enam) dimensi yaitu :

1. Struktur (Structure)

Struktur menerangkan dan mengukur persepsi karyawan terhadap kejelasan

pembagian kerja serta peranan dan tanggung jawab mereka dalam unit organisasi

masing-masing.

2. Standar (Standards)

Standar menerangkan dan mengukur tekanan yang dirasakan oleh karyawan

untuk meningkatkan kinerjanya dan kebanggaan yang dirasakan oleh karyawan

(8)

3. Tanggung Jawab (Responsibility)

Tanggung jawab menerangkan dan mengukur persepsi karyawan tentang

kesanggupan menyelesaikan suatu masalah tanpa dikontrol oleh orang lain.

4. Pengakuan (Recognition)

Pengakuan menerangkan dan mengukur persepsi karyawan terhadap

penghargaan yang diterima karena telah melakukan tugas dengan baik, demikian juga

kritik dan hukuman yang diterima karena telah melakukan kesalahan.

5. Dukungan (Support)

Dukungan menerangkan dan mengukur persepsi karyawan terhadap

kepercayaan dan kerjasama saling mendukung yang ada dalam satu kelompok kerja.

6. Komitmen (Commitment)

Komitmen menerangkan dan mengukur perasaan kebanggaan karyawan

sebagai bagian dari organisasi dan tingkat komitmen mereka dalam mencapai tujuan

organisasi.

2.3. Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan dan gawat darurat.Rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,

bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian dan peralatan. Organisasi

rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit,

(9)

satuan pemeriksaan internal serta administrasi umum dan keuangan (Undang –

Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit).

Rumah sakit adalah institusi yang fungsi utamanya memberikan pelayanan

kepada pasien, diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah

kesehatan, baik baik yang bersifat bedah maupun non bedah. Rumah sakit harus

dibangun dan dilengkapi, serta dipelihara dengan baik untuk menjamin pelayanan

kesehatan, keselamatan pasiennya, harus menyediakan fasilitas yang lapang, tidak

berdesak-desakan, dan terjamin sanitasinya untuk kesembuhan pasien (Aditama,

2002).

Menurut Azwar (1996), rumah sakit adalah suatu organisasi yang memiliki

tenaga medis professional yang terorganisasi suatu sarana kedokteran yang permanen,

menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang

berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita pasien.Rumah

sakit merupakan salah satu bentuk perusahaan yang sangat kompleks, baik ditinjau

dari aspek organisasi, teknologi maupun sumber daya manusianya dengan

karakteristik pelayanan yang memerlukan sumber daya (manusia, obat, alat

kesehatan, makanan, dan sebagainya).

Peran rumah sakit sejalan dengan tujuan kesehatan adalah tercapainya

kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat

kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsurkesejahteraan umum dan

(10)

sarana pelayanan rujukan yang semula hanya melaksanakan upaya peningkatan dan

pencegahan secara terpadu dan berkesinambungan (Soedjadi, 1996).

Pelayanan kesehatan tersebut disediakan oleh rumah sakit dalam bentuk

pelayanan rawat jalan; yaitu pelayanan kesehatan yang diberikan pada waktu dan jam

tertentu, pelayanan rawat inap; yaitu pelayanan kesehatan yang diberikan dalam

waktu sekurang-kurangnya 24 jam, dan pelayanan darurat; yaitu pelayanan kesehatan

yang diberikan pada pasien dengan keadaan klinis yang membutuhkan tindakan

medis segera guna penyelematan jiwa dan pencegahan kecacatan (Undang – Undang

No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit).

2.4. Kinerja Petugas Administrasi Rumah Sakit

Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan memberikan

dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang

medik, rehabilitasi medik dan pelayanan keperawatan. Pelayanan administrasi

mencakup pelayanan pendaftaran dan rekam medis, pelayanan kasir dan pelayanan

informasi rumah sakit (Muninjaya, 1999).

Pelaksanaan pelayanan di rumah sakit, memerlukan administrasi atau yang

sering disebut dengan administrasi rumah sakit.Administrasi berasal dari (Bahasa

Inggris) “administration” yang artinya adalah tata usaha. Menurut Fayol dalam

bukunya yang berjudul Administration Industrielle et Generalle, administrasi terdiri

(11)

kesatuan arah, utamakan kepentingan umum, pemberian upah, pemusatan, hirarki,

tertib, keadilan, kestabilan staf, prakarsa bawahan dan semangat korps. Herbert juga

menyatakan bahwa administrasi sebagai kegiatan dari sekelompok yang mengadakan

kerja sama untuk menyelesaikan tujuan bersama. Chester Barnard juga berpendapat

bahwa organisasi adalah sistem sosial yang dinamis dari hubungan kerja sama yang

bertujuan untuk memuaskan keperluan orang-orang (Fathoni, 2006).

Dunia kesehatan tidak terlepas dari administrasi untuk menjalankan

organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi. Menurut Simon dalam Robbins

(2002), administrasi kesehatan adalah kegiatan dari sekelompok orang yang bekerja

sama untuk mencapai tujuan bersama dalam bidang kesehatan. Terry dan Muchlas

(2005) juga menyatakan bahwa administrasi kesehatan merupakan proses yang khas,

terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan pengawasan

yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan

dalam bidang kesehatan, melalui pemanfaatan sumber daya manusia.

Administrasi rumah sakit adalah suatu proses yang menyangkut

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, pengkoordinasian, dan

penilaian dari rumah sakit terhadap sumber, tata cara dan kesanggupan yang tersedia

untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan terhadap pelayanan rumah sakit, perawatan,

kedokteran serta menyediakan dan menyelenggarakan berbagai pelayanan kesehatan

rumah sakit. Administrasi rumah sakit dijalankan untuk kepentingan tujuan

organisasi, dalam hal ini adalah tujuan rumah sakit itu sendiri.Administrasi sangat

(12)

rumah sakit adalah seseorang yang melaksanakan tugas di bidang administrasi rumah

sakit sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku untuk mencapai tujuan

rumah sakit.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), administrasi kesehatan, termasuk

administrasi rumah sakit diupayakan berjalan secara efektif dan efisien. Efektif dalam

arti mampu mengorganisasikan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan rumah sakit dan pemerintah dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan

di rumah sakit, Sedangkan administrasi yang efisien maksudnya mampu

menggunakan organisasi yang ada di rumah sakit, baik itu tenaga medis, non medis,

maupun sumber daya lainnya sehingga tercapai visi dan misi rumah sakit secara

maksimal. Jika hal tersebut mampu diterapkan oleh pihak rumah sakit, maka dengan

mudah kinerja karyawan ataupun petugas rumah sakit ditingkatkan, sehingga

pelayanan rumah sakit akan maksimal.

Proses evaluasi kinerja menjadi bagian yang terpenting dalam upaya

manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi. Dalam organisasi pelayanan

kesehatan, sangatlah penting untuk memiliki instrumen penilaian kinerja yang efektif

bagi tenaga kerja professional. Unsur yang dapat dinilai sebagai kriteria kinerja

petugas administrasi antara lain kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan,

(13)

2.5.Landasan Teori

Menurut Armstrong dan Baron (dalam Wibowo, 2103) kinerja merupakan

hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi,

kepuasan konsumen dan memberikan konstribusi kepada ekonomi. Dalam organisasi

pelayanan kesehatan, sangatlah penting untuk memiliki instrumen penilaian kinerja

yang efektif bagi tenaga kerja professional. Proses evaluasi kinerja menjadi bagian

yang terpenting dalam upaya manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi.

Unsur yang dapat dinilai sebagai kriteria kinerja petugas administrasi antara lain

kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerja sama, prakarsa

dan kepemimpinan (Siswanto, 2003).

Menurut Stringer (2002), iklim organisasi adalah suatu konsep yang

menerangkan kualitas lingkungan organisasi yang dirasakan atau dialami oleh

anggota-anggotanya dan dapat diukur dengan menggunakan kuesioner yang tepat.

Kuesioner iklim organisasi yang dikembangkan dan telah digunakan Stringer dalam

15 tahun terakhir ini yang dikelompokkan ke dalam 6 (enam) dimensi yaitu struktur,

standar, tanggung jawab, pengakuan, dukungan dan komitmen.

Berdasarkan hasil penelitian Mawarni,dkk.(2012) yang berjudul “Pengaruh

Iklim Organisasi Dan Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Sosial

Aceh.Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh iklim organisasi dan

pengembangan karir terhadap kinerja pegawai Dinas Sosial Aceh (Fhitung> Ftabel).

Miswan (2012) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Perilaku

(14)

Pegawai Negeri Sipil Pada Universitas Swasta Di Kota Bandung”. Hasil penelitian

menunjukkan iklim organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja dosen PNS.

Luh, Ni Putu Suarningsih, dkk. (2013) melakukan penelitian terhadap

karyawan Rumah Sakit Lawang Medika Malang dan diperoleh hasil terdapat

pengaruh iklim organisasional terhadap komitmen organisasional dan kinerja

karyawan di rumah sakit tersebut

2.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam peneltian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut

ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Sumber : Siswanto, B. Sastrohadiwiryo,2003, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia

Pada Gambar 2.1 di atas, dapat kita ketahui bahwa dalam penelitian ini,

variabel penelitian terdiri atas variabel independen iklim organisasi (struktur, standar,

tanggung jawab, pengakuan, dukungan dan komitmen) yang berpengaruh terhadap

variabel depedenden, yaitu kinerja petugas administrasi (prestasi kerja, tanggung

jawab, ketaatan, kerja sama dan prakarsa).

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

2914 Tahun 2103 Tentang Penetapan Juara Ajang Kompetisi Seni dan Olahraga Madrasah (AKSIOMA) Tingkat Nasional Tahun 2013.. Juara Bulutangkis

Munculnya gagasan pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) didasarkan pada suatu pemikiran bahwa setiap orang memiliki potensi dan

[r]

mendiskusikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru, berkomunikasi, bekerjasama dengan teman dalam proses pembelajaran, berkomunikasi dengan guru dalam proses

[r]

Kelompok Kerja/Panitia Pengadaan (C) Pengadaan Barang Teknologi Informasi dan Jasa Lainnya dilingkungan Badan Kepegawaian Negara Tahun anggaran 2015 akan melaksanakan Pelelangan

pengumpulan data, analisis data dan pengujian hipotesis maka dapat ditarik kesimpulan umum bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kepemimpinan kepala

Menurut Endang, dkk (1999) vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan