• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Keluhan Subyektif Pada Pekerja Bagian Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Keluhan Subyektif Pada Pekerja Bagian Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2016"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan

2.1.1 Defenisi Kebisingan

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No 13

tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, kebisingan merupakan merupakan faktor lingkungan fisik yang berpengaruh pada kesehatan kerja dan merupakan salah satu faktor yang dapat

menyebabkan beban tambahan bagi tenaga kerja.

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber

dari alat – alat proses produksi dan atau alat – alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pada pendengaran. Bising dalam kesehatan kerja, diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran, baik secara

kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran) maupun secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi,

dan pola waktu (Buchari, 2007).

Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran dari sumber

bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainnya, dan manakala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki

oleh karena mengganggu atau timbul di luar kemauan orang yang bersangkutan, maka bunyi – bunyian atau suara demikian dinyatakan sebagai kebisingan. Jadi kebisingan adalah bunyi atau suara yang keberadaannya tidak dikehendaki (noise

(2)

kebisingan diartikan sebagai semua suara / bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat – alat proses produksi dan atau alat – alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Suma’mur, 2009).

Bising (noise) adalah bunyi yang ditimbulkan oleh gelombang suara

dengan intensitas dan frekuensi yang tidak menentu. Di sektor industri, bising berarti bunyi yang sangat mengganggu dan menjengkelkan serta sangat membuang energi. Terdapat tiga aspek gelombang bising yang perlu diperhatikan

untuk terjadinya gangguan pendengaran, yaitu frekuensi, intensitas, dan waktu (Harrianto R, 2009).

Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi yang mengganggu atau membahayakan kesehatan, khususnya menimbulkan gangguan

pendengaran.

2.1.2 Klasifikasi Kebisingan

Kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum bunyi dapat dibagi sebagai berikut: (Muhammad Luxon dkk, 2012)

1. Bising yang kontinyu

Bising yang dimana fluktuasi intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus – putus. Bising kontinyu dibagi menjadi 2 yaitu :

(3)

b. Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000 dan 4000)

misalnya gergaji sirkuler dan katup gas. 2. Bising terputus – putus

Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu bising yang berlangsung secara tidak terus – menerus, melainkan ada periode relatif tenang, misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang dan kereta api.

3. Bising impulsif

Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40 dB dalam

waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan, suara ledakan mercon dan meriam.

4. Bising impulsif berulang

Bising impulsif berulang sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang – ulang, misalnya mesin tempa.

Sementara itu, Buchari (2007) mengelompokkan bising menurut pengaruhnya terhadap manusia, yaitu :

1. Bising yang mengganggu (irritating noise)

Bising jenis ini memiliki intensitas yang tidak terlalu keras. Contohnya adalah suara orang mendengkur.

2. Bising yang menutupi (masking noise)

(4)

keselamatan pekerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.

3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise)

Damaging noise adalah bunyi yang intensitasnya melampaui nilai ambang

batas. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran. Menurut Tambunan (2005) di tempat kerja kebisingan diklasifikasikan ke dalam 2 jenis golongan besar, yaitu kebisingan tetap dan kebisingan tidak tetap.

1. Kebisingan tetap (steady noise), dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

a. Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise), yaitu kebisingan berupa “nada –nada” murni pada frekuensi yang beragam,

contohnya suara mesin, suara kipas dan sebagainya.

b. Broad band noise, yaitu kebisingan dengan frekuensi terputus dan

broad band noisesama – sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady noise). Perbedaannya adalah broad band noise terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi (bukan “nada” murni).

2. Kebisingan tidak tetap (unsteady noise) a. Fluctuating noise (kebisingan fluktuatif)

Kebisingan yang selalu berubah – ubah selama rentang waktu tertentu. b. Intermittent noise

(5)

c. Impulsive noise (kebisingan impulsif)

Kebisingan yang dihasilkan oleh suara – suara berintensitas tinggi

(memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya suara ledakan senjata api dan alat sejenisnya.

2.1.3 Sumber Kebisingan

Di tempat kerja, disadari maupun tidak, cukup banyak fakta yang menunjukkan bahwa perusahaan beserta aktivitas – aktivitasnya ikut menciptakan

dan menambah keparahan tingkat kebisingan di tempat kerja, misalnya menurut Muhammad Luxon, dkk (2012) mengoperasikan mesin – mesin produksi “ribut”

yang sudah tua; terlalu sering mengoperasikan mesin – mesin kerja pada kapisitas kerja cukup tinggi dalam periode operasi cukup panjang; sistem perawatan dan perbaikan mesin – mesin produksi ala kadarnya, misalnya mesin diperbaiki hanya

pada saat mesin mengalami kerusakan parah; melakukan modifikasi/ perubahan/ penggantian secara parsial pada komponen – komponen mesin produksi tanpa

mengindahkan kaidah – kaidah yang benar, termasuk menggunakan komponen – komponen mesin tiruan, dimana :

a. Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin secara tidak tepat

(terbalik atau tidak rapat/longgar), terutama pada bagian penghubung antara modul mesin (bad connection).

(6)

Pekerjaan – pekerjaan yang menimbulkan bising dengan intensitas tinggi umumnya terdapat di pabrik tekstil (weaving dan spinning), pabrik yang

menggunakan generator sebagai pembangkit tenaga listrik, pekerjaan pemotongan plat baja, pekerjaan bubut, gurinda, pengamplasan bahan logam dan lain – lain.

Pada kegiatan sehari – hari di industri, kebanyakan bising yang terbentuk berasal dari campuran berbagai spektrum frekuensi yang dihasilkan dari bermacam – macam sumber suara, seperti mesin, kendaraan bermotor, cerobong asap, teriakan

suara manusia dan lain – lain. Untuk bising yang berasal dari frekuensi yang hampir senada disebut bising nada sempit, seperti yang berasal dari gergaji

sirkular, alat pemotong elektrik atau peralatan yang berputar lainnya (Harrianto R, 2009).

Suma’mur (2009) mengelompokkan skala intensitas kebisingan dan

(7)

Tabel 2.1 Skala Intensitas Kebisingan dan Sumbernya Intensitas

(desibel) Sumber kebisingan Kerusakan alat

pendengar

120 (batas dengar tertinggi)

Menyebabkan

2.1.4 Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan Pekerja

Kebisingan memiliki dampak terhadap kesehatan yaitu sebagai berikut: (Buchari, 2007)

1. Gangguan Fisiologis

Gangguan ini dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal metabolisme, konstriksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian

(8)

tekanan darah berubah seperti mudah marah yang akan berlanjut ke stress (Kryter, 1972).

2. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,

susah tidur, emosi dan lain – lain. Pemaparan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit, psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung koroner, stress dan lain – lain. Menurut Naeni, R.L dan Bahri, S

(2014) efek paparan kebisingan jangka panjang akan mengakibatkan stress dimana akan menurunkan performa pekerja dalam bekerja.

Eksposur terhadap kebisingan yang berlebihan dapat menimbulkan pengaruh pada perilaku seperti kehilangan konsentrasi, kehilangan keseimbangan dan disorientasi (berkaitan dengan pengaruh kebisingan

pada cairan di dalam saluran semisirkular telinga dalam) dan juga kelelahan (Ridley, 2006).

3. Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum

berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja,

karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja. Menurut Webster, J.C (1979) efek kebisingan yang paling serius adalah susahnya

(9)

katakan. Untuk mengetahui apa yang dikatakan orang, orang tersebut harus berbicara lebih keras di lingkungan yang bising.

4. Gangguan Keseimbangan

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang

angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis seperti kepala pusing, mual dan lain – lain.

5. Gangguan terhadap pendengaran (ketulian)

Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius karena dapat

menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar akan menghilang

secara tetap atau tuli.

Menurut pendapat Jansen, G dan Gros, E (1986) rnenggolongkan pengaruh

kebisingan menjadi 2 yaitu berupa gangguan auditory dan gangguan non auditory.

2.1.4.1 Gangguan Auditory (Pendengaran)

Gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius

karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus–

menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli (Buchari, 2007).

Menurut Tambunan (2005) apabila dilihat berdasarkan letak, gangguan

(10)

1. Gangguan pendengaran konduktif (conductive hearing loss)

Gangguan ini diklasifikasikan sebagai masalah mekanis, karena

berdampak pada telinga luar dan telinga tengah. Bagian yang mengalami kerusakan oleh kebisingan tepatnya pada selaput gendang telinga, dan

ketiga tulang utama, yaitu malleus, incus dan stapes. Pada tempat kerja biasanya gangguan pendengaran konduktif bersifat sementara.

2. Gangguan pendengaran sensorineural (sensorineural hearing loss)

Gangguan yang mengalami kerusakan bagian sensor telinga dalam, khususnya pada bagian koklea. Tingkat keparahannya bermacam –

macam, mulai dari ringan hingga serius dan umumnya bersifat permanen. 3. Gangguan pendengaran campuran (mixed hearing loss)

Gangguan pendengaran yang terjadi jika konduksi tulang dan udara

menunjukkan adanya kehilangan pendengaran, namun porsi kehilangannya lebih besar dari konduksi udara.

2.1.4.2 Gangguan Non Audiotory (Keluhan Pendengaran Subyektif)

Berdasarkan pendapat Jansen, G dan Gros, E (1986) dapat disimpulkan bahwa dampak kebisingan non auditori atau keluhan pendengaran subyektif

terbagi 2 yaitu :

1. Efek fisiologi dari kebisingan

Contoh efek fisiologi dari kebisingan adalah perubahan respon pupil mata, perubahan tekanan darah, nadi menjadi cepat dan sakit kepala.

Efek fisiologi tersebut disebabkan oleh peningkatan rangsang sistem

(11)

tubuh terhadap keadaan bahaya yang terjadi secara spontan (Bashiruddin, 2009).

2. Efek psikologis dari kebisingan

Contoh efek psikologis dari kebisingan adalah mengalami penurunan kinerja, gangguan berinteraksi dengan orang lain dan gangguan

kenyamanan.

Menurut Bashiruddin (2009) gangguan psikologi dapat berupa stres tambahan apabila bunyi tersebut tidak diinginkan dan mengganggu,

sehingga menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan melelahkan. Hal tersebut dapat menimbulkan gangguan sulit tidur, emosional, gangguan

komunikasi dan gangguan konsentrasi yang secara tidak langsung dapat membahayakan keselamatan tenaga kerja.

Hilangnya konsentrasi dalam melakukan aktivitas kerja dapat

menimbulkan dampak yang sangat besar berupa terjadinya kecelakaan kerja. Ketika terjadi kecelakan kerja, pihak indivual pekerja maupun pihak

perusahaan akan mengalami beberapa kerugian baik secara financial

maupun non financial, seperti hilang pekerjaan, tidak berfungsinya salah satu anggota badan dan atau panca indra, hal terburuk adalah sampai pada

kematian bagi tenaga kerja. Sedangkan bagi perusahaan, kecelakaan kerja dapat menghambat aktivitas para pekerja lainnya sehingga dapat menurunkan produktivitas kerja, terkait masalah hukum sampai pada

(12)

Tidak semua tenaga kerja terganggu akan kebisingan yang ada. Ini disebabkan mereka sudah sangat terbiasa oleh kondisi yang ada dalam

jangka waktu yang cukup lama (Budiono, A.M.S dkk 2003).

Menurut Suma’mur (2009) kebisingan mempengaruhi daya kerja

seseorang dan efek tersebut merugikan baik ditinjau dari pelaksanaan kerja maupun dari hasil kerja, pengaruh tersebut adalah sebagai berikut:

1. Gangguan secara umum

Kebisingan membuat motivasi untuk berpikir dan bekerja melemah atau hilang sama sekali dan mempengaruhi ketelitian seseorang untuk

berbuat dan bertindak. Selain gangguan terhadap kemampuan memusatkan perhatian atau mengalihkan perhatian atau melemahkan motivasi, kebisingan dapat menyebabkan rasa terganggu yang

merupakan reaksi psikologis seseorang. Terhadap kegiatan kerja kebisingan dapat mengganggu konsentrasi dan menyebabkan

pengalihan perhatian sehingga tidak fokus kepada masalah yang dihadapi.

2. Gangguan komunikasi dengan pembicaraan

Gangguan komunikasi oleh kebisingan telah terjadi apabila komunikasi pembicaraan dalam pekerjaan harus dijalankan dengan

(13)

mengakibatkan kesalahan atau kecelakaan, terutama tenaga kerja baru oleh timbulnya salah paham dan salah pengertian.

3. Efek pada pekerjaan

Kebisingan mengganggu perhatian yang perlu terus – menerus

dicurahkan kepada pelaksanaan kerja dan juga pencapaian hasil kerja yang sebaik – baiknya. Maka dari itu, tenaga kerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap suatu proses produksi atau

hasilnya dapat mebuat kesalahan – kesalahan, akibat terganggunya konsentrasi dan kurang fokusnya perhatian. Demikian pula

terganggunya pelaksanaan dan pencapaian hasil kerja oleh kebisingan dapat dikarenakan adanya perasaan terganggu atau melemahnya semangat kerja, kurang sempurnanya istirahat, terganggunya sistem

saraf dan lainnya.

Intensitas kebisingan yang dianjurkan adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja.

(14)

Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan

Waktu Pemajanan per Hari Intensitas Kebisingan dalam dBA 8 jam

Catatan : Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.

2.2 Pengendalian Kebisingan

Dasar Standar Konservasi Pendengaran OSHA adalah monitoring level kebisingan, surveilans medis, kontrol kebisingan, perlindungan perseorangan dan pemberian pendidikan dan pelatihan (Goetsch, D.L, 2000). Dalam seluruh

aktivitas perlindungan pendengaran, pertimbangan pertama yang harus diperhatikan adalah menghilangkan sumber kebisingan dan selanjutnya

melindungi seluruh angkatan kerja. Akan tetapi, tindakan menghilangkan pancaran kebisingan tidak selalu dapat dilakukan secara sempurna hingga kita

(15)

pertimbangan yang matang. Dua pendekatan strategi perlidungan yang dapat dilakukan adalah : (Ridley, 2006)

1. Pendekatan arahan prinsip (principles-led) a. Penghilangan

i) Mencari metode alternatif

ii) Pada teknik penghilangan dapat dilakukan dengan penggunaan tempat kerja atau pabrik baru sehingga biaya pengendalian dapat

diminimalkan (Tarwaka dkk, 2004) b. Isolasi

i) Memindahkan pekerja ke area dengan kebisingan lebih rendah c. Penyekatan

i) Mengurung kebisingan di dalam ruang kedap bunyi (sound –

insulated)

ii) Menempatkan pekerja di kabin kedap bunyi

d. Penyerapan

i) Melapisi dinding dan permukaan – permukaan pantul dengan bahan penyerap bunyi

ii) Menggunakan panel – panel penyerap bunyi yang berdiri sendiri e. Peredaman getaran

i) Menggunakan dudukan penahan getaran (vibration mount) untuk permesinan

ii) Menggunakan sambungan yang fleksibel dalam pipa – pipa dan

(16)

iii) Menggunakan komponen plastik dalam permesinan f. Pembungkaman (silencing)

i) Menggunakan pembungkaman bunyi (silencer) pada keluaran dari silinder saluran udara dan pompa vakum

ii) Menggunakan pengarah angin (baffle) pada keluaran sistem ventilasi dan penyedotan

iii) Mengarahkan lubang keluar ventilasi menjauh dari area kerja dan

perumahan yang bersebelahan (kebisingan ke lingkungan) 2. Pendekatan pragmatis

a. Merekayasa

i) Dengan mengganti peralatan

ii) Dengan mendesain ulang dan memodifikasi peralatan

iii) Dengan mengubah tata letak peralatan di area kerja, sehingga pekerja berada pada kondisi tingkat kebisingan yang dapat

diterima

b. Mengurangi kebisingan pada sumber

i) Menggunakan komponen – komponen non logam jika

memungkinkan, yaitu roda gigi plastik, bus karet pada penghubung, dan sebagainya

ii) Memasang batang kukuh atau pembuatan lekukan pada lembaran – lembaran logam untuk menghentikan efek gendering

iii) Menggunakan pembungkaman saluran buang, khususnya pada

(17)

iv) Menghilangkan frekuensi listrik yang berdengung dalam transformator harus dipasang di luar area kerja namun dengung

dapat terus terjadi dan menembus ke area kerja

v) Menjaga agar komponen – komponen sumber selalu berada dalam

keadaan baik melalui pemeliharaan yang terencana

vi) Pengendalian kebisingan pada sumber suara dapat dilakukan dengan menutup mesin atau mengisolasi mesin sehingga terpisah

dengan pekerja. Teknik ini dapat dilakukan dengan mendesain mesin memakai remote control (Tarwaka dkk, 2004).

c. Mengurung sumber bising

i) Di dalam ruang kedap bunyi ii) Tutup yang benar – benar rapat

iii) Membutuhkan ventilasi yang cukup agar peralatan tidak kepanasan berlebihan sehingga mengalami kegagalan

d. Menyerap bising

i) Dengan menggunakan material penyerap bising seperti pelapis dinding, panel – panel yang berdiri bebas di area kerja dan tirai

atau panel gantung

Usaha terakhir, setelah seluruh teknik tersebut di atas ternyata tidak

(18)

b. Harus menyediakan atenuasi yang cukup (dapat mengurangi sejumlah kebisingan yang mencapai telinga) untuk menjamin pendengaran

terlindung dengan baik

c. Para pengguna harus terbiasa dengan tingkat bunyi yang berbeda – beda

yang dapat didengar melalui alat perlindungan pendengaran Alat ini terdiri dari 2 jenis utama :

1. Sungkup telinga

i) Menutup penuh kedua daun telinga (mirip dengan perangkat kepala)

ii) Harus terpasang dengan baik di kepala

iii) Ikat kepala atau bandana dapat mengganggu alat pelindung lainnya

iv) Desain khusus dapat digunakan bersama helm keras

v) Jenis – jenis yang dilengkapi radio penerima di tutup telinga

(earcup) disangsikan karena bising radio dapat mengganggu mendengar alarm peringatan

vi) Dapat membuat telinga panas dan tidak nyaman

2. Sumbat telinga a. Jenis permanen

i) Harus sesuai dengan setiap pekerja

(19)

menyebabkan peradangan sehingga tidak dapat menggunakan alat ini lebih lanjut

b. Jenis sekali pakai

i) Biasanya diletakkan di mesin dispenser untuk dapat diambil

oleh pekerja yang membutuhkannya ii) Hanya dapat dipakai satu kali iii) Murah namun efektif

iv) Beberapa jenis alat ini perlu dipelintir menggunakan ibu jari dan telunjuk sebelum dimasukkan ke dalam telinga – tangan

harus bersih sebelum melakukannya

v) Tidak mengganggu pakaian atau alat pelindung lainnya.

2.3 Kerangka Konsep

Variabel Bebas (Independent) Variabel Terikat (Dependent)

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Intensitas

Kebisingan

Gambar

Tabel 2.1 Skala Intensitas Kebisingan dan Sumbernya
Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan
Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini hendak mengetahui motif karyawan PT Holcim Indonesia Tbk dalam membaca E-magazine Berita Kita yang diterbitkan sebagai media internal komunikasi dalam

Once the feature map is complete, the resulting activation values will be output to connected nodes in the next hidden layer for the next stage of processing.. The

Kegiatan pendidikan kesehatan yang secara langsung dapat dilakukan oleh. perawat komunitas

Pelaksanaan supervisi artistik yang dilakukan Kepala SD Negeri 1 Selojari melalui kegiatan kunjungan kelas tersebut sesuai dengan penelitian terdahulu yang dikemukakan

E'MAL BAHSAR DEMMAL.. U NDAI NU RBAVANI,

pemerintah, dan keuangan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan industri kripik tempe di daerah Sanan Kota Malang karena nilai signifikansi

yang berjudul ” Rancang Bangun Sistem Transmisi Dan Instalasi Kelistrikan Pada Pembangkit Mikrohidro Dengan Kapasitas 750 Watt ”. Penyusunan Skripsi/Tugas Akhir ini ditujukan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan kurikuler yang harus dilakukan mahasiswa praktikan sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam