• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Framing Buku Biografi Chairul Tanjung Si Anak Singkong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Framing Buku Biografi Chairul Tanjung Si Anak Singkong"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Begitu banyak tokoh yang dapat menjadi inspirasi generasi muda pada saat ini didalam bidang – bidang tertentu, dengan adanya tokoh tersebut akan membuat generasi muda pada zaman sekarang lebih membuka mata untuk bisa lebih kereatif lagi pada zaman gelobal saat ini, sedangkan kita ketahui dengan adanya perubahan gelobal pada saat ini banyak generasi tidak ada kesadaran bahwasanya perkembangan indonesia ada ditangan generasi muda mau dibawa kemana kelak indonesia jika generasi mudanya hanya berdiam diri saja tanpa melakukan apa – apa.

Dengan adanya tokoh yang dapat menginspirasikan generasi muda pada zaman sekarang dapat membangkitkan semangat generasi muda melakukan perubahan yang lebih baik untuk indonesia ada pun beberapa tokoh yang kita ketahui, penulis memilih salah satu tokoh yang kita ketahui yaitu Chairul Tanjung. Siapa yang tidak mengenal sosok seorang Chairul Tanjung beliau merupakan tokoh generasi indonesia yang berhasil dalam berbagai bidang seperti, bisnis, properti, perbank dan tokoh media massa tokoh serba bisa yang sangat menentukan keadaan indonesia masa kini dan mendatang.

Chairul Tanjung lahir dikeluarga yang sederhana berorang tua darah Batak-Sunda, A.G Tanjung dan Halimah, beliau merupakan lulusan dari FKG UI dan SMA Boedi Sutomo, masa kecil penuh dengan kecerian dilalui seperti anak pinggiran kota pada umumnya. Beliau mendapatkan ajaran agama yang sangat kuat dari sang nenek yang juga guru agama di SD Negeri Jalan Tepekong, jakarta didikan yang diberikan sang nenek menjadi panduan sepanjang hidup hingga saat ini kedisplinan orang tuanya dengan penghasilan sangat terbatas rela mengorbankan apa pun agar anak – anaknya bisa mengenyam pendidikan disekolah swasta. Diusia yang masih sangat belia, ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, anak tersebut sudah mulai mengurus keperluan transportasi teman – temannya yang akan study tour.

(2)

penghidupan. Perjalanan selanjutnya bagaikan air mengalir. Si anak ini tumbuh menjadi orang dewasa yang matang. Bahkan, di usia muda, pada saat yang hampir bersamaan, dia mampu meraih tiga prestasi sekaligus, baik dari sisi akademis, organisasi kemasyarakatan, maupun usaha bisnisnya.

Sosok Chairul Tanjung mengingatkan kita pada sebuah kisah dalam mitologi yunani kuno. Alkisah, seorang raja, midas yang sangat swakti. Segala sesuatu yang tersentuh tangannya berubah menjadi emas. Hikmah kisah ini bukan tentang keluhan midas yang kebingungan dengan kesaktiannya itu, sebab makanan yang akan Disantapnya di emas, tetapi tentang kesaktian Midas mengubah segala sesuatu menjadi emas.

Chairul Tanjung secara alegoris boleh disebut Midas, tidak dalam kisah, tetapi dalam kemyataan. Segala usaha yang ia dirikan dan kembangkan nyaris tidak ada yang gagal. Mungkin hanya dua yakni, usaha buku toko kebutuhan praktikum calon dokter di pasar senen dan praktik kontraktor bangunan. Itu pun ia golongkan sebagai bagian dari”Jatuh bangun” ketika masih sebagai mahasiswa FKG-UI (1981-2987), sebelum akhirnya membuka pabrik sepatus sebagai awal karirnya sebagai pengusaha.

Mengapa peneliti mengambil sosok seorang Chairul Tanjung sebagai salah satu tokoh yang diteliti,menurut peneliti seorang Chairul Tanjung adalah tokoh media massa seperti kita ketahui beliau merupakan pemilik salah satu stasiun televis yaitu TRANSTV, TRAN7 dan masih banyak perusahan yang dipimpin oleh beliau, peneliti tersebut dan ingin mengetahui bagaimanakah kisah seorang Chairul Tanjung Si Anak Singkong ini tumbuh menjadi salah satu orang yang diperhitungkan dalam indonesia dan bagaimanakah sosok seorang Chairul Tanjung dalam Buku Biografi tersebut.

(3)

Media bukanlah saluran yang bebas, tempat semua kekuatan sosial saling berintraksi dan berhubungan (Eriyanto, 2001:53). Media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefenisikan realitas sesuai kepentinganya. Media bahkan menjadi sarana kelompok dominan tidak hanya memantapkan posisi mereka. Media juga dipandamg sebagai instrumen ideologi. Berita yang disajikan media,untuk lebih lanjutnya tidak hanya bermakna seperti realitas apa danya tetapi, memiliki makna dan maksud tertentu yang coba untuk disajikan media. Hingga realitas pun menjadi abstrak. Peristiwa yang dimaknai secara berbeda, dengan titik perhatian yang berbeda dan pemilihyan kata yang berbeda. Kenyataan ini menyadarkan kita betapa subjektifnya media. Ini juga memberikan ilustrasi bagaimana berita yang kita baca setiap hari telah melalui proses konstruksi.

Kita perlu banyak belajar dari Chairul Tanjung. Dalam kurang dari 10 tahun, dihitung dari saat mengakuisisi Bank Mega dari Bank Karman tahun 1996 hingga 2006 ketika masuk di urutan ke-18 dari 40 orang terkaya indonesia versi majalah forbes dengan total kekayaan pribadi 310 juta dollar AS atau lebih dari Rp 2,8 trilliun. Dibulan maret 2012, majalah yang sama mengeluarkan daftar 1.226orang terkaya di dunia, 17 diantaranya orang indonesia Chairul Tanjung termasuk diantaranya dalam urutan ke-634 dengan kekayaan pribadi 2,0 miliar dollar AS.

Beliau tidak membantah julukan the rising star, tetapi membantah disebut sebagai pengusaha dadakan, sebab dia merasakan semua diperoleh berkat kerja keras bertahun – tahun sejak mahasiswa. Dimulai dari usaha fotokopi, industri alas kaki, keuangan, lantas mengguritai keberbagai usaha mengakuisi perusahan asing (carrefour). Payung perusahaan Para Group diubah jdi CT Crop (Chairul Tanjung Corpora).

(4)

Kepercayaan itu merupakan segala – galanya. Sekali kepercayaan luntur, dengan sendirinya bisnis luntur. Untuk mendapatkan kepercayaan dari mitra bisnis, diperlukan kerja keras dan sentiasa berfikir sehat dan positif. Kendati dalam peraktik bisnis sering terjadi penyimpangan etika bismis, tetapi sebagai pengusaha yang mau maju harus mengembangkan moral dan idealisme.

Kita ketahui kesuksesan yang diraih beliau tidak membuat dia lupa diri dengan kesuksesan yang dia raih, dengan ada buku Chairul Tanjung”Si Anak Singkong”, menceritakan perjalanannya membuat inspirasi untuk generasi muda pada saat ini. Buku ini wajib dibaca oleh siapapun, khususnya generasi muda yang ingin mempelajari arti sebuah perjuangan hidup dan kerja keras untuk mengubah kehidupan serta mewujudkan cita – cita. Tidak ada sukses yang bisa dicapai seperti membalikan telapak tangan dan tidak ada prestasi tanpa perjuangan dan kerja keras.

Tulis menulis dan menyiarkan berita adalah tugas wartawan. Artinya tugas utama insan media adalah mengkonstruksikan erbagai realitas atas kejadian yang dilaporkan. Pembuatan berita dimedia pada dasarnya penyusunan realitas – realitas hingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna. Dan tentu saja pengunaan bahasa tidak bisa dilepaskan begitu saja. Bahkan, keberadaan bahasa tidak lagi sebagai alat semata untuk mengambarkan realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai resprestasi yang berperan dalam subjek tertentu, tema – tema wacana tertentu, maupun strategi – strategi didalamnya (Eriyanto, 2001: 6)

(5)

lebih dari 75.000 karyawan dan mengharumkan nama indonesia dimata internasional.

Negara kita telah banyak melahirkan putra terbaik, yang karyanya merupakan manifestasi dari kecintaan kepada negerinya. Sedikit berbeda dari yang lainnya, kecintaan Chairul Tanjung pada indonesia selalu diwujudkan dalam kerja keras dan kerja nyata, yang dapat di nikmati oleh masyarakat luas. Pemikiran – pemikirannya dapat menjadi mercusuar bagi generasi muda yang memiliki hasrat dan mimpi yang sama.

Chairul Tanjung memiliki idealisme bahwa perusahaan lokal pun bisa menjadi perusahaan yang bisa bersinergi dengan perusahaan – perusahaan multinasional. Ia tidak menutup diri ntuk bekerja sama dengan perusahaan multinasional dari luar negeri. Baginya, ini bukan upaya menjual negara. Akan tetapi, ini merupakan upaya perusahaan nasional indonesia bisa berdiri sendiri, dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Hal ini patut diapresiasi agar indonesia dapat bersaing di kancah dunia. Resapi secara mendalam buku ini, dan anda akan memahami prinsipnya dalam menjalankan Usahanya

Anak singkong dari salah satu kampung kumuh dijakarta kini menjelma menjadi salah satu tokoh cukup diperhitungkan di indonesia. Dia adalah Chairul Tanjung. Analisis yang digunakan peneliti adalah anlisis framing. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaiman peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media (Eriyanto, 2001: 11). Framing dalam prespektif ilmu komunikasi dipakai untuk membeda cara – cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Framing adalah pendekataan untuk mengetahui bagaimana persepektif atau cara pandang wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita (Sobur, 2004:162). Sedangkan analisis framing yang digunakan dalam penelitian ini adalah model framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki.

(6)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian konteks masalah diatas, maka dapat dirumuskan fokus masalah sebagai berikut:

“ Bagaimanakan konstruksi kisah perjalanan Chairul Tanjung dalam Buku Biografi Si Anak Singkong?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

a. Peneliti bertujuan untuk mengetahui cara wartawan memaknai, memahami, dan membingkai kisah Chairul Tanjung dalam Buku Biografi Si Anak Singkong.

b. Peneliti bertujuan untuk mengetahui konstruksi pada makna isi pesan yang terkandung dalam Buku Biografi Si Anak Singkong.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat dan memperluas pengetahuan peneliti dalam bidang jurnalistik.

b. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat menambah dan memperkaya pengetahuan dalam penelitian dalam bidang komunikasi, terutama berkaitan dengan analisis framing di departemen ilmu komunikasi, FISIP USU.

c. Secara peraktis, dapat menjadi sumber bacaan dan refrensi dalam analisis framing bagi yang berkenan dalam penelitian ini.

1.5 Kerangka Teori

(7)

1.5.1 Konstruksi Sosial Media Massa

Istilah konstruksi sosial atas realitas sosial (sosial construction of reality) menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul “The sosial construction of reality, a Treatise in the sosiological of Knowledge (1966). Menurut mereka, realitas sosial dikonstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan – kepentingan (Bungin, 2008: 192).

Bagi kaum konstruktivisme, realitas (berita) itu hadir dalam keadaan subjektif. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang dan ideologi wartawan. Secara singkat, manusia ialah yang membentuk imaji dunia. Sebuah teks dalam sebuah berita tidak dapat disamakan sebagai cerminan dari realitas, tetapi ia harus dipandang sebagai konstruksi atas relitas.

Substansi teori konstruksi sosial media massa terletak pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial tersebut berlangsung dengan sangat cepat dan merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opimi massa, massa cenderung apriori dan opimi massa cenderung sinis (Bungin, 2008: 203). Menurut perspektif ini tahapan – tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui: tahap menyiapkan materi konstruksi; tahap sebaran konstruksi; tahap pembentukan konstruksi; tahap konfirmasi (Bungin 2008:188). Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Tahap menyiapkan materi konstruksi: ada tiga hal penting dalam tahap ini yakni: keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.

2. Tahap sebaran konstruksi: prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media massa, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.

(8)

4. Tahap konfirmasi. Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun penonton memberi argumentasi terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembentukan konstruksi.

Pada kenyataannya, realitas sosial itu berdiri sendiri tanpa kehadiran individu baik didalam maupun diluar realitas tersebut. Realitas sosial memiliki makna, manakala realitas sosial dikonstruksi dan dimaknai secara subjektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara objektif. Individu mengkonstruksi realitas sosial dan merekonstruksinya dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi sosialnya. Melalui konstruksi sosial media, dapat dijelaskan bagaimana media massa membuat gambaran tentang realitas.

Konstruksi realitas terjadi ketika wartawan atau media melakukan proses pembingkaian (framing) berita setelah nilai berita (news values) dan unsur kelayakan berita (news worthy) dipenuhi. Wartawan tidak melakukan pembingkaian dalam keseluruhan teks berita. Hanya dibeberapa bagian saja dalam struktur berita yang dibingkai dan selanjutnya menentukan wacana yang dikonstruksi oleh wartawan.

1.5.2 Representasi

Representasi biasanya dipahami sebagai gambaran sesuatu yang akurat atau realita yang terdistori. Representasi tidak hanya berarti “ to present”, “to image, atau “to depict”. Kedua, gambar politis hadir untuk mempresentasikan kepada kita. Kedua ide ini berdiri bersama untuk menjelaskan gagasan mengenai representasi.

Representasi adalah sebuah cara dimana memaknai apa yang diberikan pada benda yang digambarkan. Konsep lama mengenai representasi ini didasarkan pada premis bahwa ada sebuah gap representasi yang menjelaskan perbedaan antara makan yang diberikan oleh representasi dan arti benda yang sebenarnya digambarkan. Hal ini terjadi antara representasi dan benda yang digambarkan.

(9)

the things which are depicted through the images of whatever it is, on screens or the words on a page which stands for what we’re talking about.”

Hall menunjukkan bahwa sebuah imaji akan mempunyai makna yang berbeda dan tidak ada garansi bahwa imaji akan berfungsi atau bekerja sebagaimana mereka dikreasi atau dicipta. Hall menyebutkan “Representasi sebagai konsitutif”. Representasi tidak hadir sampai setelah direpresentasikan, representasi tidak terjadi setelah sebuah kejadian. Representasi adalah konsitutif dari sebuah kejadian. Representasi adalah bagian dari objek itu sendiri, ia adalah konsitutif darinya.

Menurut Jhon Fiske, saat menampilkan objek, peristiwa, gagasan kelompok atau seseorang paling tidak ada tiga proses yang dihadapi oleh wartawan. Pada level pertama, adalah peristiwa yang ditandakan (encode) sebagai realitas. Pada level kedua, ketika ia memandang sesuatu sebagai realitas, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana realitas itu digambarkan. Pada level ketiga, bagaimana peristiwa tersebut diorganisir ke dalam konvensi – konvensi yang diterima secara ideologis. Menurut Fiske. Ketika kita melakukan representasi tidak bisa dihindari kemungkinan menggunakan ideologi tersebut.

1.5.3 Analisis Framing

Pada dasarnya analisis framing atau analisis bingkai merupakam versi terbaru dan pendekat analisis wancana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 (Sobur,2004:161). Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisisr pandagan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori – kategori standar untuk mengapreasiasi realitas.

(10)

kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks (Erianto, 2001: XV).

Salah satu pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana adalah analisis framing yang tergolong dalam pandangan konstruktivisme. Aliran ini menolak pandangan positivis – empiris yang memisahkan subjek dan objek bahasa. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan – hubungan sosialnya.

Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 (Sobur, 2004: 161). Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisasi pandangan politik, kebijakan dan wacana serta yang menyediakan kategori – kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Tapi akhir – akhir ini, konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penyeleksian dan penyorotan aspek – aspek khusus sebuah realitas oleh media massa.

Framing secara sederahan adalah bingkaian sebuah peristiwa. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana presektif atau cara pandangan yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang tersebung yang pada akhirnya menentukan fakta apa yang di ambil, bagaimana yangditonjolkan dana bagian mana yang dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut (Sobur,2004:162).

Prinsip analisis framing menyatakan bahwa terjadi proses seleksi dan penajaman terhadap dimensi – dimensi tertentu dari fakta yang terberitakan dalam media. Fakta tidak menampilkan secara apa adanya, namun diberi bingkai (frame) sehingga menghasilkan konstruksi makna spesifik.

(11)

penting dan tidak penting. Karena berita menjadi manipulasi dan bertujuan untuk mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar atau tak terelakan.

Membuat frame adalah menyeleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas realitas dan membuatnya lebih menonjol dalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa hingga mempromosikan sebuah defenisi permasalahan yang khusus, interprestasi kausal, evaluasi moral dan merekomendasi penanganannya (Entman, 1993:52). Framing secara esensial, menurut Robret M. Entman meliputi penyeleksian dan penonjoloan. Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi frame adalah mendefin isikan masalah, mendiagnosis penyebab, memberikan penilaian moral dan menawarkan penyelsaian masalah dengan tujuan memberi penekanan terhadap apa yang diwacanakan.

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis framing milik Zhongdang Pan dan Geral M. Kosicki, adalah model salah satu model analisis yang dipakai dalam menganalisis teks media. Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing dilihat sebagaimana wacana publik tentang semua isu atau kebijakan dikonstruksi dan dinegosiasikan. Framing didefenisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan itu (Eriyanto, 2002: 252).

1.6 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah salah satu mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralkan objek atau hubungan fakta – fakta yang diperoleh dari pengamatan. Konsep dibentuk dengan menggeneralkan hal – hal khusus. Jadi konsepmerupakan sejumlah ciri atau standar umum suatu objek (Kriyantono, 2008: 17).

(12)

Penelitian ini menggunakan analisis framing dengan model analisis milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki sebagai instrumen penelitian. Dalam buku mereka “framing Analysis: An Aproach to News Discourse” memiliki empat dimensi struktur teks berita sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen – elemen simatik narasi berita dalam koherensi global (Sobur, 2004 :175).

Selanjutnya perangkat framing dibagi menjadi empat struktur besar yaitu: 1. Struktur sintaksis yang berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun

peristiwa ke dalam bentuk susunan umum berita. Dapat diamati dari bagian berita (lead yang dipakai, latar, headline, kutipan yang diambil, dan sebagainya).

2. Struktur skip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan peristiwa kedalam bentuk berita.

3. Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.

Referensi

Dokumen terkait

c. Sikap siswa terhadap beberapa aspek yan sedang dipelajari. Mempererat hubungan keilmuan antara guru dan siswa. Mengembangkan keberanian dan ketempilan siswa dalam

Pada tabel probabilitas karakter yang mungkin muncul dalam sebuah message , semua karakter memiliki distribusi probabilitas yang berbeda yaitu dari Low Range –

The objective of this research is to describe the mistakes of articles found in descriptive texts written by the tenth science three graders of SMA 1 Bae Kudus in

Menyusun urutan, komposisi, dan struktur materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar, tujuan pembelajaran, pendekatan pembelajaran, dan karakteristik peserta

Gambar 5.2 Estimasi perhitungan payback periode investasi converter kit Menurut Hollin dan Windh (1984), apabila nelayan menginvestasikan uangnya untuk suatu teknologi,

Distribusi Frekuensi persepsi terhadap Kelompok Tani Mitra.

ALAT UKUR HEART AND RESPIRATION RATE BERBASI ATMEGA 16.

Dan padapenulisan ilmiah ini penulis mencoba merancang homepage sederhana yang bersifat komersial yaitu mengenai homepage apotik farma menggunakan HTML dan sebagai web