• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktek Money Laundering Dalam Hubungannya Dengan Sistem Perbankan Online(Studi Pada PT Bank Sumut)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Praktek Money Laundering Dalam Hubungannya Dengan Sistem Perbankan Online(Studi Pada PT Bank Sumut)"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan di era teknologi sekarang ini, komputer memiliki

peranan penting dalam kehidupan manusia. Kecepatan data processing,

kemampuan menyimpan data, security dan sistem cerdas yang dikembangkan

membuat komputer banyak dipakai di berbagai kawasan strategis seperti

kesehatan, pendidikan, militer, ekonomi dan perbankan.

Dalam dunia perbankan terdapat sistem informasi perbankan yang banyak

dipakai orang yaitu online banking dan juga phone banking.Online banking

menawarkan keuntungan kepada nasabah yaitu seperti akses 24 jam nonstop dan

juga nasabah tidak harus datang ke bank ketika ia ingin bertransaksi. Menilai dari

popularitas yang sekarang, online banking akan terus populer dan akan digunakan

di masa yang akan datang oleh individual dan pelaku bisnis yang sebelumnya

menolak untuk mengadopsi online banking sekarang tidak akan banyak pilihan

lagi kecepatan sistem online dalam melakukan transaksi akan mengalahkan

metode manual sepenuhnya. 1

Perkembangan teknologi yang semakin maju pesat ini membawa pengaruh

terhadap perkembangan di berbagai sektor khususnya masalah kriminalitas,

(2)

namun perangkat hukum untuk mencegah dan memberantas kriminalitas itu

sendiri belum memadai dan masih tertinggal jauh, sehingga berbagai jenis

kejahatan baik yang dilakukan oleh perorangan, kelompok ataupun korporasi

dengan mudah terjadi, dan menghasilkan harta kekayaan dalam jumlah yang

besar. Kejahatan-kejahatan tersebut tidak hanya dilakukan dalam batas wilayah

satu negara, namun meluas melintasi batas wilayah negara lain sehingga sering

disebut sebagai kejahatan transnasional crime, dalam kejahatan transnasional

harta kekayaan hasil dari kejahatan biasanya oleh pelaku disembunyikan,

kemudian dikeluarkan lagi seolah-olah dari hasil legal. Hal tersebut lebih dikenal

dalam dunia internasional dengan istilah pencucian uang atau money laundering.

Money Laundering adalah merupakan perbuatan atau upaya dari pelaku kejahatan

untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang

diperoleh dari tindak pidana dengan cara memasukkan harta kekayaan hasil

kejahatan ke dalam sistem keuangan, khususnya sistem perbankan baik di dalam

maupun di luar negeri, dengan maksud untuk menghindar diri dari tuntutan

hukum atas kejahatan yang telah dilakukan dan mengamankan harta kekayaan

hasil kejahatan dari sitaan aparat hukum. 2

Dengan adanya sistem perdagangan bebas dan globalisasi, penempatan

uang dari suatu negara ke negara lain sangatlah cepat, hal ini menyebabkan

terbukanya kemungkinan bahwa uang atau dana yang telah masuk ke Indonesia

2

(3)

ialah uang yang bukan berasal dari kegiatan perekonomian, melainkan berasal

dari hasil kegiatan kejahatan. Kejahatan itu bisa berupa penyuapan, perdagangan

obat-obatan terlarang, terorisme, pelacuran, perdagangan senjata, penyelundupan

minuman keras, tembakau dan pornografi. Agar hasil kejahatannya tersebut tidak

diketahui oleh para aparat berwenang maka disiasati dengan di “cuci” yaitu

melalui sarana perbankan sehingga status uang yang tadinya ilegal menjadi legal.3

Perbuatan pencucian uang pada umumnya dapat diartikan sebagai suatu

proses yang dilakukan untuk mengubah hasil kejahatan seperti korupsi, kejahatan

narkotika, perjudian, penyelundupan, dan kejahatan lainnya, sehingga hasil

kejahatan tersebut menjadi nampak seperti hasil dari kegiatan yang sah karena

asal-usulnya telah disamarkan atau disembunyikan. 4

Menurut Anwar Nasution, ada 4 (empat) faktor yang dilakukan dalam

proses pencucian uang. Pertama, baik merahasiakan siapa pemilik yang

sebenarnya maupun sumber uang hasil kejahatan itu. Kedua, mengubah

bentuknya sehingga mudah dibawa kemana-mana. Ketiga, merahasiakan proses

pencucian uang itu sehingga menyulitkan pelacakannya oleh petugas hukum.

Keempat, mudah diawasi oleh pemilik kekayaan yang sebenarnya. 5

Sejalan dengan perkembangan teknologi dan globalisasi di sektor

perbankan,dewasa ini banyak bank telah menjadi sasaran utama untuk kegiatan

tanggal 3 Agustus 2012 jam 14.00 WIB

4 Hurd,

Insider Trading and Foreign Bank Secrecy, Am.Bus.J.Vol 24, 1996, halaman 29.

5

(4)

pencucian uang disebabkan sektor inilah yang banyak menawarkan jasa-jasa

instrumen dalam lalu lintas keuangan yang dapat digunakan untuk

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul suatu dana. Dengan adanya

globalisasi perbankan dana hasil kejahatan mengalir atau bergerak melampaui

batas yuridiksi negara dengan memanfaatkan faktor rahasia bank yang umumnya

dijunjung tinggi oleh perbankan. Melalui mekanisme ini maka dana hasil

kejahatan bergerak dari suatu negara ke negara lain yang belum mempunyai

sistem hukum yang cukup kuat untuk menanggulangi kegiatan pencucian uang

atau bahkan bergerak ke negara yang menerapkan ketentuan rahasia bank secara

sangat ketat. 6

Lembaga perbankan berpotensi dijadikan sarana praktek money

laundering karena menyediakan berbagai fasilitas jasa layanan dan instrumen

moneter yang jauh lebih beragam dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh

penyedia jasa layanan keuangan yang lain. Hal tersebut disediakan oleh lembaga

perbankan yang memberikan kemudahan untuk mengubah bentuk fisik uang,

memindahkan serta menyembunyikan asal usul suatu dana. Dengan

memanfaatkan fasilitas yang ditawarkan oleh lembaga perbankan tersebut, bentuk

fisik uang dapat diubah menjadi nilai yang tersimpan dalam suatu rekening atau

menjadi nilai dalam instrumen moneter. Fasilitas jasa layanan perbankan juga

memberikan kemudahan untuk menyembunyikan, menyamarkan atau

memindahkan uang-uang kotor hasil tindak kejahatan ke bank-bank yang ada di

6

(5)

berbagai penjuru dunia. Hal tersebut yang menyebabkan lembaga perbankan

sering dijadikan sebagai sarana utama bagi mata rantai nasional dan internasional

dalam proses money laundering. 7

Penempatan dana pada bank dapat menjadi awal dari proses pencucian

uang sehingga apabila telah masuk dalam sistem perbankan dan kemudian

diindikasikan terkait dengan pencucian uang akan sulit untuk melacak larinya

hasil kegiatan tersebut karena kemungkinan pelaku menggunakan nama yang

bukan sebenarnya atas rekening-rekening bank tersebut ataupun memakai

perusahaan fiktif sebagai pemilik rekening sehingga tokoh-tokoh di balik

tindakan ilegal ini pun sulit dilacak oleh penegak hukum, karena pada umumnya

mereka tidak kelihatan pada proses money laundering.8

Tingginya tingkat perkembangan teknologi dan arus globalisasi di sektor

perbankan menyebabkan industri ini menjadi lahan empuk bagi pelaku tindak

pidana pencucian uang, mengingat perbankan merupakan lembaga keuangan yang

paling banyak menawarkan instrumen keuangan, pemanfaatan bank dalam

kejahatan pencucian uang dapat berupa : 9

1. menyimpan hasil tindak pidana dengan nama palsu (false identification)

2. menyimpan uang di bank dalam bentuk deposito/tabungan/giro dalam beberapa rekening sehingga menghindari kecurigaan

7Sigit Thandaru dan Totok Budisantoso,

Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta: Salemba Empat, 2006, hal.11

8

Yunus Husein, Bunga Rampai Anti Pencucian Uang, Jakarta : Book Terrace and Library, 2007, hal.18

9

(6)

3. menukar pecahan uang hasil kejahatan dengan pecahan lainnya yang lebih besar atau lebih kecil

4. bank yang bersangkutan dapat diminta untuk memberikan kredit kepada nasabah pemilik simpanan dengan jaminan uang yang disimpan pada bank yang bersangkutan

5. menggunakan fasilitas transfer atau EFT (Electronic Fund Transfer) dengan tekonologi swift

6. melakukan transaksi ekspedisi ekspor impor fiktif dengan menggunakan sarana L/C dengan memalsukan dokumen-dokumen yang dilakukan bekerja sama dengan oknum pejabat terkait

7. pendirian/pemanfaatan bank gelap

Perbuatan pencucian uang di samping sangat merugikan masyarakat, juga

dapat sangat merugikan Negara karena dapat mempengaruhi atau merusak

stabilitas perekonomian nasional atau keuangan Negara dengan meningkatnya

berbagai kejahatan.

Sehubungan dengan hal tersebut, upaya untuk mencegah dan

memberantas praktek pencucian uang telah menjadi perhatian internasional.

Berbagai upaya telah ditempuh oleh masing-masing Negara untuk mencegah dan

memberantas praktek pencucian uang termasuk dengan cara melakukan

kerjasama internasional, baik melalui forum secara bilateral maupun multilateral.

Dalam konteks kepentingan nasional ditetapkannya Undang-Undang

Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan penegasan bahwa Pemerintah dan

sektor swasta buka merupakan bagian dari masalah, akan tetapi bagian dari

penyelesaian masalah, baik di sektor ekonomi, keuangan, maupun perbankan.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, sudah dituangkan ke dalam penjelasan

(7)

diubah dengan Undang No.18 Tahun 1998 (selanjutnya disebut

Undang-Undang Perbankan) bahwa perkembangan perekonomian nasional maupun

internasional yang senantiasa bergerak cepat disertai dengan tantangan-tantangan

yang semakin luas, harus diikuti dengan cekatan oleh perbankan nasional dalam

menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya kepada masyarakat.

Sesuai nature-nya bank merupakan lembaga penerima dana masyarakat,

kemudian menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan. Dalam hal ini bank

mempunyai peran sebagai agen yang sangat membutuhkan unsur

“kepercayaan”.10

Langkah penting yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia terkait

dengan mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang ialah dengan

diundangkannya Undang-Undang No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana yang telah

mengamandemen Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas

Undang-Undang No.15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Bagi Indonesia, kehadiran suatu peraturan mengenai larangan

kegiatan pencucian uang sangat diperlukan tidak hanya untuk menangkal dan

mencegah masuknya uang ilegal, tetapi juga dapat digunakan sebagai suatu

pedoman dalam rangka pengawasan yang efektif terhadap sektor perbankan dan

lembaga keuangan lainnya dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

10 Viraguna Bagus Oka,

(8)

Perkembangan teknologi informasi yang ada telah memaksa pelaku usaha

mengubah strategi bisnisnya dengan menempatkan teknologi sebagai unsur utama

dalam proses inovasi produk dan jasa. Pelayanan electronic transaction

(e-banking) melalui ATM, phone banking dan Internet banking misalnya,

merupakan bentuk-bentuk baru dari delivery channel pelayanan bank yang

mengubah pelayanan transaksi manual menjadi pelayanan transaksi oleh

teknologi.

Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/15/PBI/2007 tentang Penerapan

Manajemen Resiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum,

pemberian layanan perbankan melalui media elektronik atau disebut electronic

banking adalah layanan yang memungkinkan nasabah Bank untuk memperoleh

informasi, melakukan transaksi perbankan melalui media elektronik antara lain

ATM, phone banking,electronic fund transfer, internet banking, mobile phone.

Dunia perbankan sebagai salah satu lembaga penjamin keuangan dapat

dijadikan sebagai lahan subur praktek pencucian uang. Perbankan merupakan

lembaga yang fungsi utamanya menghimpun dana masyarakat dan

menyalurkannya kembali ke masyarakat serta dengan berbagai jenis jasa transaksi

keuangan yang ditawarkan khususnya dalam memindahkan dana (transfer dana)

dari bank satu ke bank lain baik di dalam maupun luar negeri dalam waktu yang

sangat cepat serta ketentuan kerahasiaan keuangan yang relatif ketat, maka

perbankan dapat dijadikan pilihan yang cukup menarik bagi pelaku pencucian

(9)

merupakan upaya membersihkan dana hasil kejahatan dengan cara

menyembunyikan, menyamarkan, atau mengaburkannya melalui kliring-kliring

lembaga keuangan atau perbankan. Tujuannya agar dana haram tersebut

seolah-olah merupakan uang halal hasil kegiatan yang legal. Untuk memerangi praktek

pencucian uang, dukungan Teknologi dan Informasi (TI) sangat

penting.Dukungan Teknologi dan Informasi bertujuan menyediakan sarana

informasi dan komunikasi global yang terintegrasi dan terjamin keamanannya.

PT Bank SUMUT sebagai bagian dari perbankan juga merupakan suatu

bentuk usaha yang memiliki keleluasaan dalam menghimpun dan menyalurkan

dana, sehingga sangat strategis untuk digunakan sebagai sarana pencucian uang.

Sistem online pada PT Bank SUMUT mulai dibentuk sejak bulan Juni 2002.

Namun pengaplikasian sistem online di setiap unit kantor dimulai pada bulan

Desember 2002. Sistem online ini memungkinkan bagi nasabah PT Bank

SUMUT untuk melakukan transaksi secara online, seperti pengiriman sejumlah

dana antar sesama pemilik rekening Bank SUMUT ataupun pengiriman sejumlah

dana antar bank. Transfer dana secara online atau elektronis ini dapat dilakukan

secara cepat dan relatif murah serta aman ke rekening pihak lain, baik di dalam

maupun luar negeri.

PT Bank SUMUT yang dahulu dikenal dengan nama Bank Pembangunan

Daerah Sumatera Utara (BPDSU) merupakan Badan Usaha Milik Daerah

(10)

peraturan daerah yang seluruh atau sebagian modalnya adalah milik daerah

Sumatera Utara. 11

Tujuan Bank Pembangunan Daerah adalah untuk membangun

perekonomian daerah juga tidak terlepas dari tujuan jasa perbankan. Jasa

perbankan pada umumnya terbagi atas 2 (dua) tujuan. Pertama, sebagai penyedia

mekanismedan alat pembayaran yang efisien bagi nasabah. Untuk itu, bank

menyediakan uang tunai, tabungan dan kartu kredit. Inilah peran bank yang

sangat penting bagi kehidupan ekonomi. Tanpa adanya penyediaan alat

pembayaran yang efisien ini, maka barang hanya dapat diperdagangkan dengan

cara barter yang memakan waktu. 12

Kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya

kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti bank memningkatkan arus dana

untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih baik produktif. Bila peran ini berjalan

baik, berarti bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang

lebih produktif. Jika berjalan dengan baik maka ekonomi suatu Negara akan

meningkat. Tanpa adanya arus dana ini, uang hanya berdiam di saku seseorang,

orang tidak dapat memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat dibangun karena

mereka tidak memiliki dana pinjaman. 13

11

13 Februari 2013 jam 15.00 WIB

12 Wikipedia, “Bank”,

diakses pada tanggal 28 Desember 2012 jam 13.00 WIB

13

(11)

Jasa perbankan sebenarnya sangat banyak, hanya saja sedikit sekali

masyarakat yang mengetahui. Tujuan dan manfaatnya juga sangat baik baik para

nasabah. Akan tetapi, banyak yang memanfaatkan untuk tindakan kriminal,

seperti pembobolan Automated Teller Machine (ATM) pemalsuan buku tabungan

dan lain-lain. 14

Adapun tujuan Bank SUMUT didirikan adalah untuk membiayai

pelaksanaan proyek-proyek pembangunan daerah, sehingga modal

pembelanjaannya dapat diperoleh dari hasil proyek-proyek pembangunan

tersebut. Pembiayaan proyek-proyek daerah dalam rangka Pembangunan

Nasional Semesta Berencana maka Bank SUMUT bertugas mengerahkan modal

dan potensi di daerah-daerah yang mengikutsertakan pihak swasta nasional

progresif.

Dalam hal PT Bank SUMUT berfungsi sebagai penggerak dan

pendorong laju pembangunan di daerah, bertindak sebaai pemegang kas daerah

yang melaksanakan penyimpanan uang daerah serta sebagai pemegang kas daerah

yang melaksanakan penyimpanan uang daerah serta sebagai salah satu sumber

pendapatan asli daerah dengan melakukan kegiatan usaha sebagai Bank umum

seperti dimaksudkan pada Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan

yang diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

15

14 Ibid

Untuk melaksanakan maksud tersebut di atas, Bank memberikan

pinjaman untuk keperluan investasi, perluasan dan pembaruan proyek-proyek

pembangunan daerah di daerah yang bersangkutan, baik yang diselenggarakan

15

(12)

oleh Pemerintah Daerah maupun yang diselenggarakan oleh

perusahaan-perusahaan campuran antara pemerintah daerah dan swasta. 16 Dengan kata lain,

Bank SUMUT bertindak sebagai saluran kredit bagi proyek-proyek Pemberintah

Daerah. 17

Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti tertarik untuk membahas dan

meneliti mengenai tindak pidana pencucian uang yang terjadi dalam ruang

lingkup perbankan, dalam hal ini PT Bank SUMUT dengan memanfaatkan

produk perbankan online, sebagai suatu karya ilmiah dalam bentuk tesis dengan

judul Praktek Money Laundering dalam Hubungannya dengan Sistem Perbankan

Online (Studi pada PT Bank SUMUT).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang di atas, maka

masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk praktek money laundering dalam hubungannya dengan

sistem perbankan online?

2. Bagaimana penerapan Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang dalam rangka pencegahan tindak pidana

16

Pasal 5 ayat (1) huruf a, Undang-Undang No.13 Tahun1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah

17

(13)

money laundering dalam sistem perbankan online dalam lingkup PT Bank

SUMUT?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan yang akan menjadi objek pembahasan

dalam penelitian ini, maka tujuan yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mendalami bentuk-bentuk praktek money laundering

dalam hubungannya dengan sistem perbankan online ;

2. Untuk mengetahui dan mendalami penerapan Undang-Undang Pencegahan

dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dalam rangka pencegahan

tindak pidana money laundering dalam sistem perbankan online dalam

lingkup PT Bank SUMUT.

D. Manfaat Penelitian

Bertitik tolak dari tujuan penulisan yang didasarkan pada tujuan penelitian

yaitu : “…to discover answers to questions through the application of scientific

procedures. These procedures have been developed in order to increase the

likelihood that the information gathered will be relevant to the question asked and

will be reliable and unbiased18

18

Cakire Seltz at.al: 1977, seperti dikutip oleh Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1986, hal.9

(14)

pertanyaan melalui prosedur secara ilmiah. Prosedur ini dapat dikembangkan agar

sesuai dengan informasi atau relevan dengan bahan yang menjadi pertanyaan).

Permasalahan yang diangkat di dalam penelitian ini dan dihubungkan

dengan peraturan perundang-undangan yang ada, diharapkan dapat nmembawa

sejumlah manfaat yang berguna secara teoritis dan praktis. Sehubungan dengan

itu, penelitian ini bermanfaat untuk :

Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan paradigma berfikir

dalam memahami dan mendalami permasalahan hukum khususnya pemahaman

tentang Praktek Money Laundering Dalam Hubungannya Dengan Sistem

Perbankan Online. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

perbandingan dan referensi bagi peneliti lanjutan serta dapat memperkaya

khazanah ilmu pengetahuan. Penelitian ini juga dapat diharapkan dapat

memberikan masukan bagi penyempurnaan perangkat peraturan

perundang-undangan mengenai tindak pidana pencucian yang di Indonesia.

Secara Praktis

Manfaat praktis yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai bahan

masukan dalam melakukan antisipasi mencegah terjadinya praktek money

laundering dalam industri perbankan. Selain itu juga memberi bahan masukan

bagi industri perbankan dalam menerapkan ketentuan Undang-Undang Tindak

Pidana Pencucian Uang No.8 Tahun 2010, Undang-Undang No.3 Tahun 2011

(15)

Transaksi Elektronik,Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,

Peraturan Bank Indonesia No.11/28/PBI/2009 mengenai Penerapan Program Anti

Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum,serta

Peraturan Bank Indonesia No.9/15/PBI/2009 mengenai Penerapan Manajemen

Resiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum dalam

pengembangan sistem perbankan online.

E. Keaslian Penulisan

Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang

sama, maka sebelumnya peneliti telah melakukan pemeriksaan pada beberapa

judul penelitian / tesis seperti Perubahan Prinsip Mengenal Nasabah Menjadi

Program Anti PencucianUang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme

(PPT) Dalam Rangka Pencegahan Money Laundering pada Perbankan yang

ditulis oleh Mirvan Ariza; Penerapan Pedoman Prinsip Mengenal Nasabah Untuk

Mengatasi Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering): Studi Mengenai

Transaksi Mencurigakan Dengan Rekening Bank yang ditulis oleh Sulvia

Triana; Pengaturan Rahasia Bank dalam Penanganan Masalah Money

Laundering (Pencucian Uang) di Indonesia yang ditulis oleh Rina Suryana

Nasution ; Penerapan Prinsip Mengenai Pengguna Jasa Secara Mendalam

Customer Due Diligence (CDD) dalam Undang-Undang No.8 Tahun 2010

Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang

(16)

Oleh karena itu berdasarkan pemeriksaan judul-judul penelitian yang ada

baik di perpustakaan Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, di Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara dan di

perpustakaan yang berada di luar Kampus Universitas Sumatera Utara serta di

institusi lain mengenai judul “Praktek Money Laundering Dalam Hubungannya

Dengan Sistem Perbankan Online”, ternyata belum pernah dilakukan peneliti lain

dalam topik dana permasalahan yang sama. Maka, dapat dikatakan bahwa

penelitian ini, asli, murni, dan belum pernah diteliti oleh peneliti terdahulu. Oleh

karena itu, peneliti dapat mempertanggungjawabkannya di sidang terbuka untuk

umum.

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional

1. Kerangka Teori

Teori hukum mempunyai fungsi, yaitu menerangkan atau

menjelaskan, menilai dan memprediksi serta mempengaruhi hukum positif,

misalnya menjelaskan ketentuan yang berlaku, menilai suatu peraturan atau

perbuatan hukum dan memprediksi hak dan kewajiban yang akan timbul dari

suatu perjanjian. Teori hukum disusun dengan memperhatikan fakta-fakta dan

filsafat hukum.19

19

(17)

Menurut Lawrence Meir Friedman, berhasil atau tidaknya penegakan

hukum bergantung pada substansi hukum (legal substance), struktur hukum

(legal structure) dan budaya hukum (legal culture).20

Substansi hukum dalam teori Friedman adalah bagaimana sistem itu

dilaksanakan. Substansi juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang

berada dalam sistem hukum yang mencakup keputusan yang mereka

keluarkan, aturan baru yang mereka susun. Substansi juga mencakup hukum

yang hidup (living law), bukan hanya aturan yang ada dalam Kitab

Undang-Undang (law books). Negara yang menganut Civil Law system atau sistem

Eropa Kontinental (meski sebagian peraturan perundang-undangan juga telah

menganut Common Law system atau Anglo Saxon) dikatakan hukum adalah

peraturan-peraturan yang tertulis sedangkan peraturan-peraturan yang tidak

tertulis bukan dinyatakan hukum. Sistem ini mempengaruhi sistem hukum di

Indonesia. Salah satu pengaruhnya adanya asas legalitas dalam KUHP. Dalam

Pasal 1 KUHP ditentukan “tidak ada suatu perbuatan pidana yang dapat

dihukum jika tidak ada aturan yang mengaturnya”. Sehingga bisa atau

tidaknya suatu perbuatan dikenakan sanksi hukum apabila perbuatan tersebut

telah mendapatkan pengaturannya dalam peraturan perundang-undangan.

Substansi hukum dalam pencucian uang melihat isi dari setiap

peraturan yang dikeluarkan dalam hal ini Undang-Undang No.8 Tahun 2010

(18)

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

sebagaimana yang telah mengamandemen Undang-Undang No. 25 Tahun

2003 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.15 Tahun 2002 tentang

Tindak Pidana Pencucian Uang, Undang-Undang No.3 Tahun 2011 tentang

Transfer Dana, Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik,Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,

Peraturan Bank Indonesia No.11/28/PBI/2009 mengenai Penerapan Program

Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank

Umum,serta Peraturan Bank Indonesia No.9/15/PBI/2009 mengenai

Penerapan Manajemen Resiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh

Bank Umum dalam pengembangan sistem perbankan online, apakah sudah

mencapai tujuan supaya peranan hasil analisis para aparatur penegak hukum

dapat efektif dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian

uang.

Struktur hukum / pranata hukum disebut sebagai sistem struktural

yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan dengan baik.

Struktur hukum berdasarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1981 meliputi ;

mulai dari Kepolisian, Kejaksaan, Pemgadilan dan Badan Pelaksana Pidana

(LAPAS). Kewenangan lembaga penegak hukum dijamin oleh

undang-undang sehingga dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya terlepas

dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh-pengaruh lain. Terdapat

(19)

ini runtuh hukum harus ditegakkan). Hukum tidak dapat berjalan atau tegak

bila tidak ada aparat hukum yang kredibilitas, kompeten dan independent.

Seberapa bagusnya suatu peraturan perundang-undangan bila tidak didukung

dengan aparat penegak hukum yang baik maka keadilan hanya angan-angan

belaka.

Aparat penegak hukum memiliki hubungan erat dengan industri

perbankan sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing pihak. Oleh

karena bank dapat dipakai sebagai sasaran tindak pidana atau sarana suatu

tindak pidana, maka aparat penegak hukum satu sama lain seharusnya saling

mendukung dan bekerjasama dalam upaya mengungkap tindak pidana yang

dilakukan oleh seseorang ataupun badan. Sebagai sarana yang dapat dipakai

oleh pelaku tindak pidana, bank dapat dipergunakan sebagai tempat

menyimpan, menyembunyikan atau mengaburkan asal usul uang hasil suatu

tindak pidana. Untuk melakukan suatu tindakan hukum seperti pemblokiran

dan atau penyitaan dana yang ada pada bank, aparat penegak hukum

seringkali memerlukan keterangan dari bank.

Lemahnya mentalitas aparat penegak hukum mengakibatkan

penegakan hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya. Banyak faktor yang

mempengaruhi lemahnya mentalitas aparat penegak hukum diantaranya

lemahnya pemahaman agama, ekonomi, proses rekrutmen yang tidak

transparan dan lain sebagainya, sehingga dapat dipertegas bahwa faktor

(20)

Kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas penegak hukum rendah, maka akan

ada masalah. Demikian juga, apabila peraturannya buruk sedangkan kualitas

penegak hukum baik, kemungkinan munculnya masalah masih terbuka.

Budaya hukum merupakan sikap manusia terhadap hukum dan sistem

hukum kepercayaan, nilai, pemikiran serta harapannya. Budaya hukum adalah

suasana pemikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana

hukum digunakan, dihindari atau disalahgunakan. Budaya hukum erat

kaitannya dengan kesadaran hukum masyarakat. Semakin tinggi kesadaran

hukum masyarakat maka akan tercipta budaya hukum yang baik dan dapat

mengubah pola pikir masyarakat mengenai hukum selama ini. Secara

sederhana, tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum merupakan salah

satu indikator berfungsinya hukum.

Rentannya perbankan bagi tindak pidana yang terorganisir

penyimpangan uang hasil kejahatan dalam perbankan memanfaatkan ketatnya

ketentuan rahasia bank di seluruh dunia, karena bank adalah lembaga

kepercayaan yang mewajibkan merahasiakan simpanan nasabah. Kondisi ini

dilematis karena di satu pihak nasabah pasti tidak menginginkan simpanannya

dibocorkan oleh pihak bank kepada pihak lain yang tidak bertanggung jawab,

namun di lain pihak ketentuan tersebut justru dimanfaatkan oleh pelaku tindak

pidana pencucian uang untuk menyembunyikan hasil kejahatannya.

Kerahasiaan bank merupakan jiwa dari sistem perbankan yang

(21)

antara bank dengan nasabah, serta peraturan tertulis yang ditetapkan oleh

negara. 21

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992, bahwa

ketentuan rahasia bank adalah meliputi seluruh nasabah baik penyimpan dana

maupun nasabah debitur. Setelah Undang-Undang tersebut diubah dengan

Undang-Undang tersebut diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998,

ketentuan rahasia bank hanya meliputi nasabah penyimpan dana dan

simpanannya saja. Walaupun demikian, keterangan mengenai debitur dan

keadaan keuangannya tetap dirahasiakan oleh bank berdasarkan perjanjian

antara bank dan nasabah.

Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998 mencantumkan 7

(tujuh) macam kepentingan umum yang dapat dijadikan alasan untuk

membuka atau menerobos ketentuan rahasia bank, yaitu : 22

1. Kepentingan perpajakan ;

2. Penagihan piutang bank terutama piutang bank milik negara ; 3. Kepentingan peradilan perkara pidana ;

4. Dalam hal sengketa perdata antara bank dan nasabah di pengadilan ; 5. Informasi antar bank ;

6. Kepentingan ahli waris ;

7. Adanya persetujuan atau kuasa tertulis dari nasabah.

Dalam Undang-Undang No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang mengatur mengenai larangan

21

Yunus Husein, Rahasia Bank, Privasi Versus Kepentingan Umum, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003, hal.134

22

(22)

melakukan tipping off yaitu perbuatan membocorkan Laporan Transaksi

Keuangan Mencurigakan yang disampaikan oleh Penyedia Jasa Keuangan

kepada PPATK. Ketentuan tersebut menjamin kerahasiaan dokumen dan/atau

keterangan dalam pelaksanaan tugas pejabat atau pegawai PPATK, penyidik,

penuntut umum,hakim dan siapapun juga menurut Undang-Undang ini.

Tujuan pencantuman ketentuan yang menyangkut larangan untuk

membocorkan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (anti tipping off)

dimaksudkan untuk mencegah berpindahnya hasil tindak pidana dan lolosnya

pelaku tindak pidana pencucian uang sehingga mengurangi efektifitas

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

Namun setiap pelanggaran terhadap Undang-Undang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang No.8 Tahun 2010 tersebut

dikenakan sanksi pidana maupun sanksi adminstratif. Imanuel Kant

berpendapat bahwa pidana bertujuan menegakkan kesusilaan jadi seseorang

yang dijatuhi suatu pidana atau hukuman adalah karena orang itu telah

melakukan suatu kejahatan, pidana dijatuhkan bukan karena mempromosikan

suatu tujuan atau kebaikan namun semata-mata adalah untuk membalas

kejahatan yang telah dilakukan oleh seseorang. Teori pembalasan dikenal

dengan teori absolut yaitu teori yang menekankan bahwa pidana dijatuhkan

pada orang karena orang tersebut telah melakukan suatu tindak pidana 23

23

(23)

Teori tujuan atau dikenal dengan teori relatif mengajarkan bahwa

pemidanaan dilakukan guna mengurangi kejahatan karena pembalasan tidak

mempunyai nilai namun hanya sebagai sarana untuk melindungi kepentingan

masyarakat. Jadi memberi pidana pada orang yang telah melakukan suatu

kejahatan bukanlah demi pembalasan semata-mata namun ada tujuan yang

lebih bermanfaat. Jadi tujuan pemidanaan bukan pembalasan terhadap orang

yang telah melakukan kejahatan (quia peccatum est)namun mencegah orang

untuk berbuat jahat (ne pecceture). 24

Sebagian para sarjana hukum berpendapat teori absolut dikenal

dengan teori retribusi yaitu suatu teori pembalasan dalam memidanan

seseorang. Ciri-ciri dari penerapan teori retribusi ini adalah :

Jadi teori relatif berprinsip bahwa

memidana bukanlah untuk membalas dendam demi keadilan namun

memidana memiliki suatu tujuan yang mulia. Seorang filsuf Romawi, Seneca,

mengatakan “ Nemo prudent punit quia peccatum est sed ne peccatur”

artinya tidak seorang normal pun dipidana karena telah melakukan suatu

perbuatan jahat tetapi ia dipidana agar tidak ada perbuatan jahat.

1. Tujuan pidana adalah semata-mata untuk pembalasan

2. Pembalasan adalah tujuan utama dan di dalamnya tidak ada tujuanlainnya

selain pembalasan

3. Kesalahan merupakan satu-satunya syarat bagi adanya pidana

4. Pidana harus disesuaikan dengan kesalahan dari si pelaku

24

(24)

5. Pidana tidak bersifat preventif. Pidana di sini harus berupa pencelaan yang

murni dan tujuannya tidak untuk memperbaiki, mendidik atau

memasyarakatkan kembali si pelaku.

Sedangkan teori relatif atau teori utilitarian memiliki ciri sebagai berikut :

1. Tujuan memberi pidana adalah sebagai pencegahan/preventif

2. Pencegahan bukanlah tujuan akhir dari memidana, melainkan ada hal yang

lebih penting yaitu menciptakan kesejahteraan masyarakat

3. Hanya pelanggaran-pelanggaran hukum saja yang dapat dipidana seperti

misalnya adanya unsur sengaja atau alpa

4. Pidana harus dijatuhkan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya

kejahatan

5. Pidana ditujukan bagi adanya kemajuan di masa depan, dengan pencelaan

dan pembalasan keduanya tidak memiliki makna atau tidak diterima

apabila tidak membantu pencegahan kejahatan dan mensejahterakan

rakyat.

2. Landasan Konsepsional

a. Money Laundering

Defenisi tentang money laundering atau tindak pidana pencucian uang

banyak terdapat dalam kamus, undang-undang, maupun yang dihasilkan dari

konvensi-konvensi yang berkaitan dengan money laundering yaitu antara lain:

(25)

“ Money Laundering berasal dari Money dan Laundering. Money adalah: 1. The medium of exchange authorized adopted by a government as part as its currency are money, 2. Assets that can be easily converted to cash, 3. Capital that is invested or traded as a commodity, 4. Funds: Sums of money. Sedangkan pengertian Laundering adalah The Federal crime of transfering illegally obtained money through illegitimate persons or accounts so that its original sourred cannot be traced. “25

Money laundering di sini dengan kata lain adalah kejahatan yang

berasal dari hasil pentransferan uang yang didapatkan secara tidak sah melalui

orang atau rekening yang sah agar sumber dari uang tersebut tidak dapat

dilacak. Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No.8 Tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang menyatakan

bahwa pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur

tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang - Undang ini. Secara

sederhana pencucian uang merupakan suatu perbuatan memindahkan,

menggunakan atau melakukan perbuatan lainnya atas hasil dari suatu tindak

pidana yang kerap dilakukan oleh Criminal Organization, maupun individu

yang melakukan tindakan korupsi, perjudian, perdagangan narkotika,

kejahatan kehutanan, kejahatan lingkungan hidup dan tindak pidana lainnya

dengan tujuan menyembunyikan, menyamarkan atau mengaburkan asal usul

uang yang berasal dari hasil tindak pidana tersebut, sehingga dapat digunakan

seolah-olah sebagai uang yang sah tanpa terdeteksi bahwa aset tersebut

berasal dari hasil tindak pidana tersebut, sehingga dapat digunakan

seolah-25

(26)

olah sebagai uang yang sah tanpa terdeteksi bahwa aset itu berasal dari

kegiatan yang ilegal. Adapun yang melatarbelakangi para pelaku pencucian

uang (money laundering) melakukan aksinya adalah dengan maksud

memindahkan atau menjauhkan para pelaku itu dari kejahatan yang

menghasilkan proceeds of crime, memisahkan proceeds of crime dari

kejahatan yang dilakukan, menikmatihasil kejahatan tanpa adanya kecurigaan

kepada pelakunya, serta melakukan reinvestasi hasil kejahatan untuk aksi

kejahatan selanjutnya atau ke dalam bisnis yang sah.

Secara komprehensif pengertian money laundering diberikan oleh Pasal

3 dari Konvensi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yaitu sebagai berikut :

“ Money Laundering berarti setiap tindakan yang dilakukan dengan sengaja dalam hal-hal sebagaimana disebutkan di bawah ini :

1. Konversi atau pengalihan barang, yang diketahui bahwa barang tersebut berasal dari suatu kegiatan kriminal atau ikut berpartisipasi terhadap kegiatan tersebut, dengan tujuan untuk menyembunyikan sifat melawan hukum dari barang tersebut, ataupun membantu seseorang yang terlibat sebagai perantara dalam kegiatan tersebut untuk menghilangkan konsekuensi hukum dari kegiatan tersebut.

2. Menyembunyikan keadaan yang sebenarnya, sumbernya, lokasi, pengalihan, penggerakan, hak-hak yang berkenaan dengan kepemilikan atau barang-barang, dimana yang bersangkutan mengetahui bahwa barang tersebut berasal dari kegiatan kriminal atau ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

3. Perolehan, penguasaan, atau pemanfaatan dari barang-barang dimana pada waktu menerimanya yang bersangkutan mengetahui bahwa barang tersebut berasal dari tindakan kriminal atau ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

(27)

Dari rumusan yang terdapat dalam beberapa pengertian ini maka dapat

disimpulkan bahwa pengertian money laundering adalah rangkaian kegiatan

yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi

terhadap uang haram, yaitu uang yang berasal dari tindak pidana, dengan

maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul yang tersebut

dari pemerintah atau otoritas yang berwenang melakukan penindakan

terhadap tindak pidana, dengan cara antara lain terutama memasukkan uang

tersebut ke dalam sistem keuangan (Financial System) sehingga uang tersebut

kemudian dapat dikeluarkan dari sistem keuangan itu.

Money Laundering atau pencucian uang adalah rangkaian kegiatan

yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi

terhadap uang haram yaitu uang yang berasal dari kejahatan, dengan maksud

untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang tersebut dari

pemerintah atau otoritas yang berwenang melakukan penindakan terhadap

tindak pidana dengan cara terutama memasukkan uang tersebut ke dalam

sistem keuangan (financial system) sehingga uang tersebut kemudian dapat

dikeluarkan dari sistem keuangan itu sebagai uang halal. 26

b. Sistem perbankan

Kata perbankan dalam bahasa Inggris disebut banking. Dalam Black’s

Law Dictionary dirumuskan bahwa banking adalah :

26

(28)

The business of banking, as defined by law and customs, consists in the issue of notes payable on demand intended to circulate as money, when the banks are banksissue, in receiving deposits payable on demand, in discounting commercial paper, making loans of money and collateral security, buying and selling bills of exchange, negotiating loans, and dealing in negotiable securities issued by the government, state and national, and municipal and other corporation. 27

Sistem perbankan adalah suatu sistem yang menyangkut tentang bank,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara, dan proses melaksanakan

kegiatan usahanya secara keseluruhan. Sistem perbankan itu sendiri telah

diatur di dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998.

c. Transaksi adalah seluruh kegiatan yang menimbulkan hak dan/atau kewajiban

atau menyebabkan timbulnya hubungan hukum antara dua pihak atau lebih.28

d. Transaksi keuangan adalah transaksi untuk melakukan atau menerima

penempatan, penyetoran, penarikan, pemindahbukuan, pentransferan,

pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, dan/atau penukaran atas sejumlah

uang atau tindakan dan/atau kegiatan lain yang berhubungan dengan uang.29

27

Henry Champbell Black, Black’s Law Dictionary, St Paul Minn, West Publicing Co, 1979

28

Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang No.25 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

(29)

e. Transaksi keuangan mencurigakan adalah :30

- Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau

kebiasaan pola transaksi dari pengguna jasa yang bersangkutan ;

- Transaksi keuangan oleh pengguna jasa yang patut diduga dilakukan

dengan tujuan untukmenghindari pelaporan transaksi yang

bersangkutan yang wajib dilakukan oleh pihak pelapor sesuai dengan

ketentuan undang-undang ;

- Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan

menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak

pidana ; atau

- Transaksi keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh

pihak pelapor karena melibatkan harta kekayaan yang diduga berasal

dari hasil tindak pidana

f. Transaksi keuangan tunai adalah transaksi keuangan yang dilakukan

dengan menggunakan uang kertas dan/atau uang logam.31

g. Harta kekayaan adalah semua benda bergerak atau benda tidak bergerak,

baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang diperoleh baik

secara langsung maupun tidak langsung.32

30 Ibid 31

Ibid 32

(30)

h. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk kredit lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak. 33

i. Sistem perbankan online merupakan sistem perbankan yang

memanfaatkan electronic transaction (e-banking) dalam melakukan

kegiatan usahanya secara keseluruhan.

G. Metode Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis,

metodologis dan konsisten. 34 Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah

yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan

untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara

menganalisisnya.35 Suatu metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk

dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang

bersangkutan. 36 Dengan demikian metode penelitian adalah upaya ilmiah untuk

memahami dan memecahkan suatu masalah berdasarkan metode tertentu.

33 Ibid 34

Soerjono Soekanto dan Sri Mumadji,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001, hal.1

35Bambang Waluyo,

Penelitian Hukum dan Praktek. Jakarta: Sinar Grafika, 1996, hal.6

36

(31)

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum

normatif merupakan penelitian yang mengacu kepada norma-norma dan

asas-asas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Penelitian

ini juga didukung dengan pemakaian data primer yang didapatkan melalui

beberapa informan, hasil wawancara dan juga kuesioner. Ronald Dworkin

yang diterjemahkan Bismar Nasution, menyebut metode penelitian tersebut

juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research), yaitu suatu penelitian

yang menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun

hukum sebagai law as it is decided by judge through judicial process.37

2. Sumber Data

Sumber data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan

sumber data primer dan data sekunder. Penggunaan data primer akan

diperoleh melalui aparat penegak hukum yang terkait (referensi) dan para

pihak terkait dengan kasus yang dijadikan objek dalam penelitian. Beberapa

responden yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah Unit Kerja Khusus

Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme PT Bank

SUMUT dan nasabah pengguna sistem perbankan online.

37Bismar Nasution (I),

(32)

Sumber data sekunder berasal dari beberapa bahan hukum yang relevan yang

meliputi :

1) Bahan hukum primer, yaitu Undang-Undang No.8 Tahun 2010 tentang

Tindak Pidana Pencucian Uang, Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang No.3 Tahun 2011

tentang Transfer Dana, Peraturan Bank Indonesia No.11/28/PBI/2009 tentang

Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan

Terorisme Bagi Bank Umum serta Peraturan Bank Indonesia

No.9/15/PBI/2009 mengenai Penerapan Manajemen Resiko dalam

Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum, Peraturan Direksi PT

Bank SUMUT No.001/Dir/UKK APU-PPT/PBS/2012 tanggal 23 April 2012

tentang Pedoman Pelaksanaan Penerapan Anti Pencucian Uang dan

Pencegahan Pendanaan Terorisme Di Lingkungan PT Bank SUMUT.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yangmemberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer, seperti hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah

lainnya, bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar hukum

yang relevan dengan objek telaahan penelitian ini.38

3) Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk

dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

38

(33)

seperti kamus umum, kamus hukum, majalah/jurnal atau surat kabar

sepanjang memuat informasi yang relevan dengan materi penelitian ini. 39

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ialah teknik atau cara yang dapat digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik atau metode menunjuk suatu kata

yang abstrak dan tidak dapat diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat

dilihatkan penggunaannya melalui pengamatan, ujian, dokumen dan lainnya.40

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan untuk

mengumpulkan data sekunder melalui pengkajian terhadap peraturan

perundang-undangan, literatur-literatur, tulisan-tulisan para pakar hukumdan

bahan kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Analisis Data

Pengolahan, analisis dan konstruksi data penelitian hukum normatif dapat

dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap kaedah hukum dam

kemudian konstruksi dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal ke

dalam kategori-kategori atas dasar pengertian-pengertian dasar dari sistem

hukum tersebut. Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, peraturan

39Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,

Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1985, hal 23

40

(34)

perundang-undangan dan dianalisis berdasarkan metode kualitatif, yaitu

dengan melakukan :41

a. Menemukan konsep-konsep yang terkandung dalam bahan-bahan hukum (konseptualisasi) yang dilakukan dengan cara memberikan interpretasi terhadap bahan hukum tersebut ;

b. Mengelompokkan konsep-konsep atau peraturan-peraturan yang sejenis atau berkaitan. Kategori-kategori dalam penelitian ini adalah terhadap pengaturan mengenai praktek money laundering dalam hubungannya dengan sistem perbankan online ;

c. Menemukan hubungan di antara pelbagai kategori atau peraturan kemudian diolah;

d. Menjelaskan dan menguraikan hubungan di antara pelbagai kategori atau peraturan perundang-undangan, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Sehingga mengungkapkan hasil yang diharapkan dan kesimpulan atas permasalahan. 42

41

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Grafindo, 2006, hal.225

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini memiliki fokus berupa bentuk pembinaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menjaga akuntabilitas keuangan khususnya Desa Mojorejo Kecamatan Modo Kabupaten

Dari penelitian Yuniastuti (2013), tentang evaluasi terapi obat antidepresan pada pasien depresi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta tahun 2012 didapatkan 14 kasus episode

Catatan (1) FOB cash costs terdiri dari biaya penambangan, biaya penjualan dan pemasaran dan pembayaran royalti; tidak termasuk depresiasi dan amortisasi eksplorasi dan

Batuan sedimen yang menempati daerah Bengalun bagian utara terdiri dari Formasi Maluwi, Tendehhantu, Menumbar dan Formasi Golok, sedangkan didaerah penyelidikan yang secara

Pemilahan data dilakukan berdasarkan (a) bentuk struktur predikatif, fungsional, dan konstituen modalitas bA; (b) makna internal modalitas bA: modalitas epistemik,

Standar baku yang telah terbentuk hendaknya disosialisasikan kepada petugas sortir masing- masing store, kemudian PT Giga sebaiknya membuat kontrak dengan Petani Mitra

Ngopi Doeloe adalah sebuah bisnis kreatif yang mulai berkiprah dalam industri restoran sejak tanggal 20 November 2006, yang berarti bisnis kreatif ini sudah

Dari Gambar 13. menunjukkan menunjukkan bahwa K-Truss mempunyai rasio kekuatan dan berat jembatan yang paling kecil jika dibandingan dengan rangka Baltimore, Howe,