• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Sikap Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Klien dengan Penyakit Gagal Jantung Kongesti di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan dan Sikap Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Klien dengan Penyakit Gagal Jantung Kongesti di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

2.1.Pengetahuan

2.1.1. Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Wawan (2012), Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan: 1. Faktor internal

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

b. Pekerjaan

Menurut Thomas dalam Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus di lakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

c. Umur

(2)

2. Faktor eksternal a. Faktor lingkungan

Menurut Ann Mariner yang di kutip dari nursalam lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b. Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

2.1.3. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diintrprestasikan dengan skala yang bersifat kulitatif yaitu:

1. Baik : hasil presentase 76%-100% 2. Cukup : hasil presentase 56%-75% 3. Kurang : hasil presentase > 56 %

(3)

Menurut Verner Davison yang dikutip oleh Notoadmodjo (2010) mengatakan bahwa usia mempengaruhi proses belajar, karena dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan mulai bergerak makin jauh. Dengan bertambahnya usia, kemampuan menerima sesuatu makin berkurang sehingga pembicaraan orang lain terlalu cepat sukar ditangkapnya. Dengan kata lain, makin bertambahnya usia maka kemampuan menerima stimulus makin berkurang.

Menurut Notoadmodjo (2010) Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan menurut teori Blom yaitu: Tahu (know), memahami (Comprehension), aplikasi (application), analisa (analysis), dan evaluasi (evaluation).

1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

(4)

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisai, dan masih ada kaitannya satu sam lain. Kemampuan ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada.

(5)

2.2.Sikap

2.2.1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek, manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu, dapat diartikan juga sikap adalah kecenderungan bertindak, berfikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai, Sikap bukanlah perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan cara tertentu terhadap obyek sikap. Sikap relatif menetap atau jarang mengalami perubahan.

Menurut (Notoadmodjo, 2007) , sikap mempunyai 3 komponen pokok, yakni:

1. Kepercayaan (keyakinan) ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).

(6)

responden (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju (Notoadmodjo, 2010).

Sikap merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok (Wawan, 2012).

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek (Wawan, 2012).

Menurut Wawan (2012), struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu:

1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang di percayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan streotipe yang di miliki individu mengenai suatu dapat disamakan penanganan terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif di smakan dengan perasaan yang dimilki seseorang terhadap sesuatu.

(7)

cara-cara tertentu. Dan berakitan dengan objek yang di hadapinya adalah logis untuk mengharapakn bahwa sikap seseorang adalah di cerminkan dalam bentuk tedensi perilaku.

2.2.2. Tingkatan Sikap

Menurut Notoadmodjo (2007), Sikap terdiri dari berbagai tingkatan : 1. Menerima (receiving)

Diartikan orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

2. Merespon (responding)

Indikasi dari sikap adalah memberikan jawaban kalau ditanya, menyelesaikan dan mengerjakan tugas yang diberikan.

3. Menghargai (valuing)

Indikasi dari menghargai adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi dalam tingkatan sikap. 2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Wawan (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap antara lain:

1. Pengalaman pribadi

(8)

mudah terbentuk apabila pengalman pribadi tersebut terjadi dalam situasi melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang di anggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memilih sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang di anggap penting. Kecendrungan ini antara lain di motivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan kenginan untuk menghindari konflik dengan orang yang di anggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan

Tanpa di sadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung di pengaruhi okeh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

(9)

6. Faktor emosional

Kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang di sadari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasiatau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.2.4. Skala Sikap

Menurut Riduan (2010), Bentuk-bentuk skala sikap yang perlu di ketahui dalam melakukan penelitian. Berbagai skala sikap yang sering di gunakan ada 5 macam yaitu :

(10)

2. Skala guttman ialah skala yang di gunakan untuk jawaban yang bersifat jelas dan konsisten misalnya yakin-tidak yakin.

3. Skala defferensial semantik atau skala perbedaan semnatik berisikan serangkaian karakteristik bipolar seperti panas-dingin.

4. Rating scale yaitu data mentah yang didapatkan berupa angka yang

kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

5. Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda.

2.2.5. Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negative (Wawan, 2010).

1. Sikap positif kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek.

2. Sikap negatif terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu

2.3. Konsep Spiritualitas

2.3.1. Defenisi Spiritualitas

Istilah “spiritualitas” diturunkan dari kata Latin yaitu “spiritus”, yang berarti “meniup” atau “bernafas”. Spiritualitas mengacu pada bagaimana menjadi manusia yang mencari makna melalui hubungan intra-, inter-, dan transpersonal (Kozier, 2010).

(11)

yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya Tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat (Asmadi, 2008).

Spiritual adalah kebutuhan bawaan manusia untuk berhubungan dengan ssesuatu yang lebih besar dari diri manusia itu. Istilah :sesuatu yang lebih besar dari manusia” adalah sesuatu yang diluar diri manusia dan menarik perasaan akan orang tersebut. Spiritualitas mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi vertical dan dimensi horizontal. Dimensi vertical adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, dan dimensi horizontal adalah hubungan dengan orang lain, diri sendiri dan lingkungan (Hamid, 2008).

(12)

Harapan merupakan konsep yang tergabung dengan spiritualitas. Yaitu proses antisipasi yang melibatkan interaksi berpikir, bertindak, merasakan, dan keterkaitan yang diarahkan ke pemenuhan di masa yang akan datang yang bermakna secara personal. Tanpa harapan, pasien menyerah, kehilangan semangat, dan penyakit kemungkinan semakin cepat memburuk. Transendensi melibatkan kesadaran seseorang bahwa ada sesuatu yang lain atau yang lebih hebat dari diri sendiri dan suatu pencarian dan penilaian terhadap sesuatu yang lebih hebat tersebut, baik itu adalah mahluk, kekuatan, atau nilai yang paling hebat (Kozier, 2010).

Kebutuhan akan ampunan merupakan kebutuhan akan ampunan dari Tuhan, diri sendiri dan orang lain.serta kebebasan individu untuk mencintai Tuhan, diri sendiri dan orang lain. Bagi banyak pasien, penyakit atau kecacatan menimbulkan rasa malu atau rasa bersalah. Masalah kesehatan diinterpretasi sebagai hukuman atau dosa yang dilakukan di masa lalu. Perawat dapat berperan penting dalam membantu pasien memahami proses pengampunan (Kozier, 2010).

2.3.2. Dimensi Spiritualitas

(13)

suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti hidup, sedangkan dimensi agama berfokus pada hubungan seseorang dengan Yang Maha Penguasa.

Spiritualitas menurut teori Moberg dan Brusek (1978) dan Stoll (1989) dalam Funnel, dkk, (2005), memiliki pengertian yang sama mengenai dimensi spiritualitas bahwa spiritualitas terdapat dua dimensi, yakni vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal berhubungan dengan cara seseorang mendekati Tuhan, alam semesta atau sesuatu yang lebih hebat dari dirinya. Dimensi horizontal merujuk pada cara seseorang mendekati, dan berhubungan dengan orang lain dan pengertian tujuan dan kepuasan dalam kehidupan yang tidak dihubungkan dengan pengertian agama. Diantara kedua dimensi vertikal dan horizontal terdapat sebuah hubungan timbal balik yang berkesinambungan. 2.3.3. Aspek Spiritualitas

Menurut Schreurs (2002), spiritualitas terdiri dari tiga aspek yaitu aspek eksistensial, aspek kognitif,dan aspek relasional:

1. Aspek eksistensial, dimana seseorang belajar untuk “mematikan” bagian dari dirinya yang bersifat egosentrik dan defensif. Aktivitas yang dilakukan seseorang pada aspek ini dicirikan oleh proses pencarian jati diri (true self).

(14)

pola pemikiran kategorikal yang telah terbentuk sebelumnya agar dapat mempersepsi secara lebih jernih pengalaman yang terjadi serta melakukan refleksi atas pengalaman tersebut, disebut aspek kognitif karena aktivitas yang dilakukan pada aspek ini merupakan kegiatan pencarian pengetahuan spiritual.

3. Aspek relasional, merupakan tahap kesatuan dimana seseorang merasa bersatu dengan Tuhan dan/atau bersatu dengan cintaNya. Pada aspek ini seseorang membangun, mempertahankan, dan memperdalam hubungan personalnya dengan Tuhan.

2.3.4. Karakteristik Spiritualitas

Menurut (Hamid, 2008), karakteristik spiritual yaitu 1. Hubungan dengan diri sendiri.

Kekuatan dalam atau/dan self reliance yaitu:

a. Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya). b. Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa

depan, ketenangan pikiran, harmoni/keselarasan dengan diri sendiri). 2. Hubungan dengan alam harmonis

a. Mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa, dan iklim.

b. Berkomunikasi dengan alam (bertanam dan berjalan kaki), mengabadikan, dan melindungi alam.

3. Hubungan dengan orang lain harmonis:

(15)

c. Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat dan lain-lain). Bila tidak harmonis akan terjadi konflik dengan orang lain, resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.

4. Hubungan dengan Ketuhanan

Terdiri yang Agamais dan tidak agamais: a. Sembahyang/berdoa/meditasi.

b. Perlengkapan keagamaan. c. Bersatu dengan alam.

Secara ringkas Hamid (2008). menyatakan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualitasnya jika mampu:

1. Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaaannya di dunia/kehidupan.

2. Mengembangkan ari penderitaan dan meyakini hikmat dari suatu kejadian atau penderitaan.

3. Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya, dan cinta.

4. Membina integritas personal dan merasa diri berharga. 5. Merasakan kehidupan yang terarah

2.3.5. Fungsi Spiritualitas

(16)

yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama dan hasilnya belum pasti. Melaksanakan ibadah, berdoa, membaca kitab suci dan praktek keagamaan lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan spiritualitas dan merupakan suatu perlindungan bagi individu (Taylor 1997).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Haris 1999 dalam Hawari, 2005), pada pasien penyakit jantung yang dirawat di unit perawatan intensif yang diberikan pemenuhan kebutuhan spiritualitas hanya membutuhkan sebesar 11% untuk pengobatan lebih lanjut.

Menurut American Psychological Association (1992) dalam Hawari (2005), bahwa spiritualitas dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengatasi penderitaan jika seseorang sedang sakit dan mempercepat penyembuhan selain terapi medis yang diberikan. Dalam hal ini bahwa spiritualitas berperan penting dalam penyembuhan pasien dari penyakit (Young 2005).

Spiritualitas dapat meningkatkan imunitas, kesejahteraan, dan kemampuan mengatasi peristiwa yang sulit dalam kehidupan (Koenig 2005).

(17)

hidup positif (Young, 1993 dalam Young, 2005). Pemenuhan kebutuhan spiritualitas memberi kekuatan pikiran dan tindakan pada individu. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas memberikan semangat pada individu dalam menjalani kehidupan dan menjalani hubungan dengan Tuhan, orang lain, dan lingkungan. Dengan terpenuhinya spiritualitas, individu menemukan tujuan, makna, kekuatan, dan bimbingan dalam perjalanan hidupnya.

2.4.Perencanaan dan Tindakan Keperawatan

Menurut Aziz Alimul H (2009), Rencana yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah spiritual, antara lain:

1. Memberikan ketenangan atau privasi sesuai dengan kebutuhan melalui berdoa dan beribadah secara rutin.

2. Membantu individu yang mengalami keterbatasan fisik untuk melakukan ibadah

3. Menghadirkan pemimpin spiritual untuk menjelaskan berbagai konflik keyakinan alternative pemecahannya.

4. Mengurangi atau menghilangkan beberapa tindakan medis yang bertentangan dengan keyakinan pasien dan mencari alternative pemecahannya.

(18)

2.5.Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas

Perawat dapat memberikan pemenuhan kebutuhan spiritualitas kepada pasien yaitu dengan memberikan dukungan emosional, membantu dan mengajarkan doa, memotivasi dan mengingatkan waktu ibadah sholat, mengajarkan relaksasi dengan berzikir ketika sedang kesakitan, berdiri di dekat klien, memberikan sentuhan selama perawatan (Potter & Perry, 2005).

Kebutuhan spiritual pada penyakit akut. Kepercayaan spiritual dan kegitan religius bisa menjadi lebih penting di saat seseorang menderita penyakit dibandingkan pada waktu lain dalam kehidupannya. Ketika penyakit menyerang dan mulai berkembang menjadi akut, bahkan menjadi lebih buruk, pasien pasti mengalami perubahan hidup tertentu yang signifikan baik secara fisik dan emosi. Serangan penyakit akut yang mendadak dan tak terantisipasi bisa menyebabkan masalah emosional dan spiritual serius terkait dengan ketakutan akan kematian atau cacat tubuh. Pemenuhan spiritual pasienyang sedang menderita penyakit akut mungkin mencakup penerapan berbagai dasar tentang perawatan spiritual, seperti mendengarkan, kehadiran, mendoakan dan/atau menghadirkan pemuka agama atau pemberi layanan pendampingan spiritual yang dibutuhkan pasien (O’Brien, 2009).

(19)

2.6.Gagal jantung kongesti 2.6.1 Pengertian

Gagal jantung kongesti adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat.(Wajan, 2011).

Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive).

Kondisi-kondisi penyebab gagal jantung secara umum dapat terjadi oleh mekanisme sebagai berikut.

1. Penyempitan pembuluh darah koroner

(20)

2. Tekanan darah tinggi

Penyebab utama gagal jantung adalah tekanan darah tinggi. Hipertensi sistemik meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan kelainan serabut otot jantung. Perubahan otot jantung tersebut dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Beban tekanan dari sistol yang berlebihan di luar kemampuan ventrikel sehingga menyebabkan hambatan pada pengeluaran aliran darah dari ventrikel yang menurunkan curah ventrikel.

3. Volume cairan berlebihan

Jika volume cairan berlebihan maka curah jantung mula-mula akan meningkat sesuai dengan besarnya regangan otot jantung, tetapi bila beban terus bertambah hingga melampaui batas maka curah jantung justru akan menurun. Hal ini terjadi karena otot jantung rusak akibat tekanan volume yang melebihi batas sehingga tidak mampu memompa lagi sesuai volume yang ada.

4. Penyakit penurunan fungsi otot jantung

(21)

2.6.2. Klasifikasi Gagal Jantung

Ada empat kategori utam yang diklasifikasikan, yaitu sebagai berikut.

1. Backward versus Forward Failure

Backward failure dikatakan sebagai akibat ventrikel tidak mampu

memompa volume darah keluar, menyebabkan darah terakumulasi dan meningkatkan tekanan dalam ventrikel, atrium, dan sistem vena baik untuk jantung sisi kanan maupun jantung sisi kiri.

Forward failure adalah akibat ketidakmampuan jantung

mempertahankan curah jantung, yang kemudian menurunkan perfusi jaringan. Karena jantung merupakan sistem tertutup, maka backward failure dan forward failure selalu berhubungan satu sama lain.

2. Low-Output versus High-Output Syndrome

Low output syndrome terjadi bilamana jantung gagal sebagai pompa,

yang mengakibatkan gangguan sirkulasi perifer dan vasokontriksi perifer. Bila curah jantung tetap normal atau di atas normal namun kebutuhan metabolik tubuh tidak mencukupi, maka high-output sindrome terjadi. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan kebutuhan metabolik, seperti tampak pada hipertiroidisme, demam dan kehamilan, atau mungkin dipicu oleh kondisi hiperkinetik seperti fistula arteriovenous, beri-beri, atau Penyakit Paget’s.

3. Kegagalan Akut versus Kronik

(22)

hasil dari kegagalan ventrikel kiri mungkin karena infark miokard, disfungsi katup, atau krisis hipertensi. Kejadiannya berlangsung demikian cepat dimana mekanisme kompensasi menjadi tidak efektif, kemudian berkembang menjadi edema paru dan kolaps sirkulasi (syok kardiogenik).

Gagal jantung kronis berkembang dalam waktu yang relatif cukup lama dan biasanya merupakan hasil akhir dari suatu peningkatan ketidakmampuan mekanisme kompensasi yang efektif. Biasanya gagal jantung kronis dapat disebabkan oleh hipertensi, penyakit katup, atau penyakit paru obstruksi kronis/menahun.

4. Kegagalan Ventrikel Kanan versus Ventrikel Kiri

Kegagalan ventrikel kiri adalah merupakan frekuensi tersering dari dua contoh kegagalan jantung dimana hanya satu sisi jantung yang dipengaruhi. Secara tipikal disebabkan oleh penyakit hipertensi, Coronary Artery Disease (CAD), dan penyakit katup jantung sisi kiri

(mitral dan aorta). Kongesti pulmoner dan edema paru biasanya merupakan gejala segera (onset) dari gagal jantung kiri.

(23)

2.7.Etiologi

Gagal jantung merupakan hasil dari suatu kondisi yang menyebabkan overload volume, tekanan dan disfungsi miokard, gangguan pengisian, atau peningkatan kebutuhan metabolik.

Klasifikasi etiologi dikelompokkan berdasarkan faktor etiologi eksterna maupun interna yaitu:

1. Faktor eksterna (dari luar jantung): hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia kronis/berat.

2. Faktor interna (dari dalam jantung).

a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.

b. Disritmia : atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.

Referensi

Dokumen terkait

Akses terhadap penyelesaian permasalahan atas kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan telah menjadi perhatian penting dari Kementerian Perdagangan

Agar membawa dokumen asli penawaran dan kualifikasi yang di-upload serta berkas kualifikasi asli atau dokumen yang sudah dilegalisir oleh yang berwenang dan

Kegiatan Pemeliharaan Saluran Irigasi Pekerjaan Pemeliharaan Saluran Irigasi Dk.. Pandanan Desa Soropaten

Penelitian ini adalah tentang analisis bentuk pembuka dan penutup karangan pada surat kabar Xun Bao yang bertujuan untuk mengetahui dan menentukan bentuk

Dari pengertian di atas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses mengkaitkan dua komponen yaitu gambaran atau

[r]

[r]

Email sebagai bagian dari teknologi internet yang berperan penting dalam sarana komunikasi, maka pembuatan email client ini merupakan salah satu sarana teknologi komunikasi tanpa