• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suwuk (Etnografi tentang Pengobatan Tradisional Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Suwuk (Etnografi tentang Pengobatan Tradisional Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM AKTIVITAS DUKUN SUWUK

2.1. Makna Suwuk Menurut Dukun dan Masyarakat Desa Aek Loba Pekan

Dalam kamus bahasa sansekerta suwuk diartikan berhenti23

Mantra jika ditinjau dari segi istilah bisa memiliki arti bunyi, kata, atau

kalimat yang diucapkan, dibisikkan, atau dilantunkan dengan cara tertentu untuk . Arti berhenti

dalam pengobatan suwuk dapat dimaknai sebagai berhentinya suatu penyakit yang

diderita seseorang. Sedangkan menurut keterangan dukun dan masyarakat Desa

Aek Loba Pekan suwuk memiliki penjelasan yang berbeda-beda. Menurut mbah

Sujirah dan mbah Mutijah serta beberapa masyarakat, suwuk diartikan sebagai

jampi-jampi atau mantra. Landasan dasar mereka mengatakan hal tersebut adalah

karena kata suwuk diambil dari metode yang digunakan yaitu menggunakan

jampi-jampi atau mantra. Mbah Kalim dan mbah Timin mengatakan suwuk

sebagai pengobatan alternatif gaib yang menggunakan metode menghembus,

penyakit sembuh. Menurut Mbah Ompong suwuk diartikan sebagai metode atau

cara pengobatan tradisional.

Mantra berasal dari bahasa Sanskerta yaitu ‘man’ yang memiliki arti

‘pikiran’ dan ‘tra’ yang artinya ‘pembebasan’. Jadi Mantra adalah kegiatan

membebaskan pikiran. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2001), Mantra bisa diartikan sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti

rima dan irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan

oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain.

(2)

tujuan tertentu pula. Mantra diyakini mempunyai kekuatan, sebagai sarana

permohonan kepada Tuhan, dan bermanfaat untuk bermacam-macam tujuan

tertentu dari para perapalnya. Dari segi bentuk, mantra sebenarnya bisa

digolongkan ke dalam bentuk puisi bebas, yang tidak terikat pada aspek rima,

baris, dan jumlah kata dalam setiap baris. Dari segi bahasa, sebagian mantra ada

yang menggunakan bahasa yang kadang sulit untuk dipahami. Bahkan

adakalanya, perapal sendiri tidak memahami arti sebenarnya mantra yang ia baca.

Dia hanya memahami kapan dan bagaimana mantra tersebut dibaca dan untuk apa

tujuannya. Dari segi penggunaan, mantra tidak boleh diucapkan sembarangan,

karena bacaannya dianggap keramat dan memiliki arti khusus24

Dalam penelitian ini ada enam dukun yang menjadi informan, sebenarnya

ada banyak dukun di Desa Aek Loba Pekan. Mengenai jumlah banyaknya dukun

tidak diketahui secara pasti. Alasan memilih enam dukun sebagai informan karena

keenam dukun ini merupakan dukun yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat

sekitar. Hampir semua penduduk desa mengenal keenam dukun ini, hal ini terlihat

dari penuturan beberapa penduduk yang ditanyai tetang dukun suwuk. Selain itu,

jarak rumah keenam dukun ini, masih terbilang dekat dan memudahkan untuk

melakukan pengamatan dan wawancara. Dalam segi bahasa juga mudah untuk

dipahami, karena mereka hanya menggunakan bahasa Jawa kasar .

2.2. Biografi Dukun Suwuk Desa Aek Loba Pekan

25

24

bahkan ada

yang menggunakan bahasa Indonesia meskipun dicampur-campur. Adapun

keenam dukun ini akan dijelaskan dan dipaparkan sebagai berikut.

25

(3)

2.2.1. Mbah Kalim

Mbah Kalem merupakan sosok laki-laki yang memiliki tinggi badan

sekitar 167 cm dan berat badan sekitar 60 kg. Dari postur tubuhnya ia memiliki

tubuh yang tinggi dan tegap. Rambut mbah Kalim sudah putih semua kalaupun

ada yang hitam biasanya ada di dasar atau bawah rambut. Mbah Kalim memiliki

jenggot dan kumis yang tipis serta sudah memutih. Bagian wajah terlihat

guratan-guratan keriput hal ini yang menunjukkan bahwa mbah Kalim sudah lanjut usia.

Dari mimik wajahnya terlihat bahwa mbah Kalim adalah kriteria orang yang

ramah. Hal ini terbukti pada saat berkunjung kerumahnya, ia langsung akrab dan

tidak sungkan-sungkan menceritakan semua keahliannya dalam mengobati orang.

Dari gaya bicara mbah Kalim juga merupakan orang yang mudah bersosialisasi

dengan lingkungan. Hampir setiap pagi ia pergi berkunjung kerumah-rumah orang

yang ia kenal. Sikap ramah dan mudah bergaulnya menjadi poin yang penting

dalam memudahkan mengorek setiap informasi.

Foto 1 Mbah Kalim

(4)

Mbah Kalim lahir pada tahun 1935 di Madura Jawa Timur. Semasa kecil

ia tinggal bersama kedua orang tuanya yang sekarang sudah meninggal. Pada

tahun 1954 Mbah Kalim bertransmigrasi ke Desa Aek Loba Pekan bersama

keluarganya. Ketika sekitar tahun 1960 ia dan ketiga temannya pergi merantau

ke Pematang Siantar. Alasan mbah Kalim pergi merantau karena pada saat itu ia

belum memiliki pekerjaan. Saat di Siantar ia dan ketiga temannya membuka

sebuah warung makan. Mulai disanalah mbah Kalim belajar memasak dan

menekuni profesinya sebagai wirausaha. Namun membuka rumah makan hanya

berlangsung lima tahun, sekitar tahun 1965 ia kembali lagi ke Desa Aek Loba.

Tidak lama setelah kepulanganya ke Desa Aek Loba Pekan ia pun menikah

dengan seorang gadis bernama Ngatemi. Ngatemi merupakan salah satu gadis

Desa Aek Loba Pekan yang juga transmigrasi dari Jawa.

Mereka membina rumah tangga sekitar tahun 1965, dari pernikahannya

mbah Kalim dikaruniain 8 (delapan) orang anak yaitu 1 (satu) orang laki-laki dan

7 (tujuh) orang perempuan. Pada saat ini anaknya sudah menikah semua dan

tinggal terpisah dari mbah Kalim. 3 (tiga) orang anaknya setelah menikah tinggal

di daerah Kandis, 4 (empat) anaknya lagi setelah menikah tinggal di daerah Bagan

Siapi, serta 1 (satu) orang anakya tinggal di km 5 tepatnya di Desa Kampung

Petani. Anaknya yang tinggal di Desa Kampung Petani seminggu sekali datang

untuk menjenguk mbah Kalim sedangkan yang lainnya datang ketika lebaran Idul

Fitri tiba.

Pada tahun 1987 istri mbah Kalim meninggal karena sakit, ketika itu ia

merasa terpukul dengan kepergian istrinya. Ia pun tinggal hanya dengan ketiga

(5)

masing-masing. Ketika semua anaknya menikah maka iapun tinggal sendiri di

rumah peninggalan kedua orang tuanya. Tinggal di rumah yang lumayan besar,

mbah kalim harus menjalani aktifitasnya sendiri. Rumah yang memiliki 2 (dua)

ruang kamar tidur, 2 (dua) ruang tamu dan 1 (satu) ruang dapur yang cukup luas.

Keseluruhan bangunan depan berdindingkan batu, sedangkan bagian belakangnya

berdindingkan separuh batu dan separuh papan. Ruang tamu depan yang sedikit

lebih kecil di bandingkan ruang tamu tengah terletak berjajar sofa berwarna biru.

Di bagian ruang tengah hanya terletak 1 (satu) unit TV, bagian belakang TV ada 1

lemari hias dan terletak 1 (satu) kasur, yang sepertinya biasa digunakan mbah

Kalim untuk bersantai sambil menonton.

Foto 2

Rumah mbah Kalim

Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013

Dalam hal memasak mbah Kalim tidak khawatir karena memang dari

mudanya beliau sudah pandai memasak. Sehingga untuk makannya sehari-hari

(6)

Semua pekerjaan rumah hampir seluruh ditangani oleh mbah Kalim seperti

menyampu rumah, menyapu halaman dan mencuci piring. Namun ada satu

pekerjaan yang dilakukan oleh orang lain yaitu mencuci pakaian. Biasanya tukang

cuci mbah Kalim datang kerumah seminggu dua kali. Tukang cuci mbah Kalim

beretniskan cina dan tukang cucinya juga merupakan salah satu yang pernah

menjadi pasiennya. Tukang cuci mbah Kalim tinggal di daerah wetan26

Seperti layaknya orang biasa beraktifitas, mbah Kalim juga menjalani

aktifitas yang tak jauh beda. Aktifitas mbah Kalim dirumah yaitu paling sering

menonton TV dengan chanel ANTV acara sepak bola dan acara berita Indonesia.

Selain menonton TV, aktifitas yang dilakukan mbah Kalim di rumah adalah

mengerjakan pekerjaan rumah dan tidur siang. Biasanya jam 09.00 wib mbah

Kalim sudah pergi keluar rumah menggunakan sepedanya, ia akan pergi

jalan-jalan. Sesekali mbah Kalim akan singgah kerumah penduduk untuk sekedar

mengobrol dengan topik yang tak tentu. Sekitar jam 11.00 wib ia akan pulang ke

rumah untuk istirahat dan menonton TV. Sekitar jam 14.00 wib ia akan bergegas

untuk pergi kewarung pak Sahril. Warung yang berdidingkan setengah gedek ini,

dengan ruang yang disekat-sekat dan memiliki tempat lesehan menjadi warung

favorit mbah Kalim. Mbah Kalim biasanya selalu memesan segelas kopi dan

beberapa biji gorengan. Sebenarnya mbah Kalim bisa minum kopi di rumah,

namun menurutnya tidak enak jika minum kopi sendirian tidak ada temannya

mengobrol. Bahkan jika mbah Kalim minum kopi di rumah selalu tidak habis.

desa,

karena lumayan jauh sehingga ia hanya datang mencuci seminggu dua kali dengan

bayaran Rp 80.000 perbulan.

(7)

Jika mbah Kalim minum kopi di warung pak Sahril ia bisa mengobrol baik

dengan penjual maupun pembeli yang datang kewarung tersebut. Setelah jam

15.00 wib ia akan pulang kerumah untuk menonton acara sepak bola ataupun tidur

siang.

Sumber ekonomi mbah Kalim selain menjadi dukun suwuk yaitu mbah

Kalim memiliki beberapa rante kebun sawit yang terletak di belakang rumahnya.

Untuk merawat dan memanen kebunnya mbah Kalim lebih memilih membayar

orang ketimbang mengerjakan sendiri. Menjadi seorang dukun, bukanlah

memiliki penghasilan yang tetap karena memang mbah Kalim tidak pernah

mematokkan harga pengobatan. Sehingga mbah Kalim harus memiliki sumber

ekonomi lain .

2.2.2. Mbah Janem atau Mbah Ompong

Mbah Ompong nama yang dikenal oleh masyarakat Desa Aek Loba Pekan

memiliki nama asli Mbah Janem. Wanita kelahiran tahun 1925 merupakan salah

satu dukun suwuk yang memiliki umur paling tua. Mbah Ompong selain

berprofesi sebagai dukun suwuk juga berprofesi sebagai dukun bayi. Menjadi

dukun bukanlah karena keinginanya semata saja, namun karena suruhan orang

tua mbah Ompong.

Raut wajah mbah Ompong sudah menunjukkan bahwa usianya sudah

sangat tua. Raut wajahnya yang sudah keriput dan rambut yang memutih,

membuat ia terlihat sangat lemah. Namun sebenarnya tenaga mbah Ompong

sangat kuat, karen jika mengusuk orang, orang yang dikusuk akan meringis

(8)

berat badan sekitar 45 kg tampak terlihat kurus. Mbah Ompong yang memiliki

kulit lumayan putih ini,paling suka menyanggul rambutnya dari pada

mengucirnya. Mbah Ompong memiliki karakter yang sangat polos, hal ini dapat

dilihat dari cara menjawab semua pertanyaan. Mbah ini juga memiliki sifat yang

ramah dan terbuka pada orang yang baru dikenalnya sehingga tidak membutuhkan

waktu yang lama untuk menjadi akrab.

Foto 3

Mbah Ompong difoto ketika sedang berkumpul bersama cucu dan

anaknya. Sebelah kanan mbah Ompong adalah salah satu cucu yang

tinggal dengan mbah Ompong.

Sumber Foto : Yayuk Yusdiawati, 2013

Mbah Ompong bertrasmigrasi ke Desa Aek Loba Pekan pada tahun 1940

bersama dengan orang tuanya. Pertama kali datang ke Desa Aek Loba Pekan,

rumah orang tua mbah Ompong berada tepat di belakang rumahnya sekarang. Ibu

mbah Ompong bernama Cikra dan ayahnya bernama Joyle Romo, yang sekarang

keduanya sudah meninggal. Ibu mbah Ompong juga merupakan salah satu dukun

(9)

Wanita asal Wonogiri Jawa Tengah ini memiliki 8 (delapan) orang anak

yang hidup dan 6 (enam) orang anak yang sudah meninggal karena keguguran.

Kedelapan anaknya yang hidup terdiri dari 4 (empat) laki-laki dan 4 (empat)

perempuan, sedangkan yang sudah meninggal 3 (tiga) laki-laki dan 3 (tiga)

perempuan. Keenam anaknya yang meninggal dengan cara berturut dan

berselang-seling, maksudnya tahun pertama hamil dan melahirkan anak laki-laki

maka yang meninggal perempuan dan sebaliknya berturut sampai 6 (enam) orang

yang meninggal. Kedelapan anaknya sudah menikah semua., bahkan mbah

Ompong sudah mempunyai cicit. Masing-masing anaknya yang sudah menikah,

hanya 3 (tiga) anak perempuannya yang tinggal di Desa Aek Loba Pekan,

tepatnya rumah anaknya berada di samping kanan, kiri, dan belakang rumah mbah

Ompong. Sedangkan selebihnya anaknya tinggal luar daerah yaitu Pujud, Bagan

Batu, Pekan Baru, Jakarta, Kampung Mesjid dan Muda.

Jika ditanya mengenai cucu, tak diragukan lagi cucunya mbah Ompong

merupakan cucu terbanyak diantara dukun suwuk yang menjadi informan. Jumlah

cucu mbah Ompong sebanyak 34 orang, lain cucu lain lagi buyut yang sudah

dimiliki mbah Ompong sebanyak 23 orang.

Profesi mbah Ompong selain sebagai dukun suwuk, mbah Ompong juga

memiliki keahlian sebagai dukun bayi. Mengenai masalah harga upah pengobatan

mbah Ompong tidak pernah mematokkan. Biasanya harga upah menjadi dukun

bayi lebih banyak dibandingkan menjadi dukun suwuk. Meskipun demikian mbah

(10)

Mbah Ompong saat ini tinggal bersama salah satu cucu perempuannya

yang bernama Dea yang saat ini sudah duduk di kelas 5 Sekolah Dasar. Cucunya

yang merupakan anak dari anaknya yang tinggal di Jakarta disuruh untuk

menemani neneknya. Mereka tinggal di sebuah rumah yang sudah tampak tua

dan sedikit rapuh. Bagaian lantai depan rumahnya sudah terlihat retak dan ada

sedikit pecah-pecah. Di dalam terlihat ada dua ruang kamar tidur, satu ruang tamu

yang hanya diisi dengan kursi yang bermotif lama. Sedangkan dapurnya sudah

tampak akan roboh karena berdindingkan papan yang sudah rapuh

.

Foto 4

Keadaan rumah mbah Ompong

Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013

Kegiatan mbah Ompong jika berada di rumah adalah sama seperti

pekerjaan wanita biasa yaitu memasak, dan mencuci pakaiannya sendiri.

Sedangkan pekerjaan yang lainnya seperti mencuci piring, menyapu halaman dan

rumah biasanya yang mengerjakan cucunya. Beberapa hari ini sejak mengamati

kegiatan mbah Ompong, mbah Ompong sedang sakit, ia mengalami kenaikan

(11)

duduk-duduk di bale-bale27

2.2.3. Mbah Sujirah

Foto 5

mbah Sujirah sedang berbelanja di Pekan Minggu. Jadi setiap hari minggu ada

pekan yang menjual berbagai jenis sayuran. Pekan ini dekat dengan rumah mbah

Sujirah.

Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013

belakang rumahnya. Biasanya mbah Ompong duduk

di belakang bersama anak-anak dan cucu-cucunya sambil mengobrol. Topik

obrolannya pun berganti-ganti, seperti terkadang mengobrol tentang penyakit

yang diderita tetangganya, kenaikan BBM, kenakalan cucu-cucunya dan lain-lain.

Mbah Ompong terkadang juga sering berkunjung ketetangganya, hanya

untuk sekedar mengobrol sambil merokok. Mbah Ompong merupakan dukun

suwuk wanita yang suka merokok. Selain itu, biasanya mbah Ompong hobi

mencabuti rambut putih milik tetangganya, meskipun sudah tua namun mata

mbah Ompong masih bagus.

Mbah Sujirah adalah wanita yang memiliki tinggi 160 cm, dengan bentuk

tubuh yang sedikit tegap. Ia memiliki warna kulit sawo matang, sehingga jika

tersenyum terlihat raut mimik wajah yang manis. Rambutnya yang panjangnya

sebahu dan sedikit lebih ikal selalu diikatnya kemanapun ia pergi. Dari raut

(12)

wajahnya masih terlihat bahwa usia mbah ini masih muda,meski sudah memiliki

cucu. Dari postur tubuh yang tinggi dan tegap, nampak bahwa mbah ini

merupakan wanita pekerja keras.

Mbah Sujira merupakan informan yang sulit dijumpai karena seringnya

dijemput orang untuk melakukan pengobatan. Menurut suaminya sendiri ia ada di

rumah jika pagi sekitar jam 07.00 - 08.00 wib dan malam jam 20.00 wib. Untuk

mengikutinya pergi pun sulit karena keterbatasan kendara sedangkan mbah

Sujirah selalu mengobati di tempat yang jauh dari rumahnya. Mbah Sujirah

memiliki karakter yang mudah mengerti pertanyaan yang diajukan, hal ini terlihat

dari semua jawaban yang diberikan mudah dijawab dan jawabannya lebih padat

serta mudah dimengerti.

Wanita kelahiran tahun 1964 ini memiliki 3 orang anak dari suaminya

yang bernama pak Kancel. Pak Kancel merupakan suami mbah Sujirah yang

kedua suami pertamanya sudah meninggal sejak lama. Mbah Sujirah menikah

dengan pak Kancel pada tahun 2004, dari pernikahan ini mbah Sujirah memiliki 3

(tiga) anak perempuan. Masih dari mereka membawa anak dari pernikahannya

yang pertama. Mbah Sujirah membawa 5 (lima) orang anak dan pak Kancel

membawa 7 (tujuh) orang anak. Dari keseluruhan anaknya berjumlah 15 (lima

belas) orang, yang terdiri 10 (sepuluh) perempuan dan 5 (lima) laki-laki. Anak

bawaan mbah Sujirah sudah menikah 3 (tiga) orang dan anak pak Kancel yang

sudah menikah berjumlah 3 (tiga) orang. Anak mbah Sujirah dan pak kancel yang

sudah menikah hanya 1 orang yang tinggal di Aek Loba Pekan selebihnya tinggal

di daerah yang lumayan jauh yaitu di Tebing, di Batam, di Kerinci, di Kandis, dan

(13)

Sujirah maupun pak Kancel tinggal bersama kakak atau abang mereka yang sudah

menikah. Sekarang mbah Sujirah dan pak Kancel tinggal bersaa ketiga anaknya

dari hasil pernikahan mereka.

Sebelum menikah dengan pak Kancel, mbah Sujirah merantau dari tempat

asalnya Blora Jawa Tengah. Ia pergi dari desanya sejak suaminya meninggal dan

ia harus mengurus semua anak dari peninggalan suaminya yang pertama. Awal

mula ia merantau ke daerah Gradura Bagan Batu, ia bekerja sebagai buruh di

sebuah PT perkebunan sawit. Saat bekerja disitulah mbah Sujirah bertemu dengan

pak Kancel dan kemudian menikah. Setelah menikah Iapun menetap di Desa Aek

Loba Pekan, karena suaminya pak kancel merupakan orang Desa Aek Loba

Pekan.

Aktifitas sehari-hari mbah Sujirah selain menjadi seorang dukun suwuk, ia

juga menekuni sebagai dukun urut dan pembuat ramuan jamu. Pagi hari ia harus

memulai aktifitas dengan mengurus anak-anaknya terlebih dahulu. Setelah selesai

melakukan pekerjaan rumah, iapun langsung memulai membuat ramuan jamu

yang akan dijualnya sore hari. Menjelang siang ia harus membantu suaminya yang

berprofesi sebagai tukang butut (pembeli dan penjual barang bekas). Namun jika

ada pasien yang datang maupun untuk menjemput, ia langsung bersiap untuk

memenuhi permintaan pasiennya.

Wanita yang masih terlihat aura mudanya, maskipun sudah memiliki 4

(empat) cucu tinggal disebuah rumah yang terlihat sangat sederhana. Dinding

bangunan rumah yang masih berdindingkan gedek (anyaman dari kulit pelepah

(14)

dan satu ruang dapur. Rumah yang masih berlantaikan tanah, dibagian ruang tamu

telihat ada satu buah tempat tidur dengan kasur yang sudah tipis. Di depan tempat

tidur ada satu unit TV dan ada dua buah kursi atom. Di bagian luar samping

rumah terlihat banyak rongsokan barang bekas yang merupakan barang-barang

pekerjaan milik suaminya.

Foto 6

Keadaan rumah Mbah Sujirah

Sumber Foto : Yayuk Yusdiawati, 2013 2.2.4. Mbah Mutijah

Mbah mutijah seorang wanita yang memiliki tinggi sekitar 156 cm dan

berat badan 50 kg. Wanita yang memiliki rambut panjang sebahu dan sebagian

sudah memutih paling suka menyanggul rambutnya dalam setiap kegiatannya.

Mbah Mutijah sangat suka mengenakan baju kaos oblong dan celana ponggol di

rumah. Namun jika ia pergi ke ladang atau mengembala sapinya ia biasa

menggunakan topi, baju kaos dan dilapisi baju kemeja panjang serta

(15)

yang memiliki kepribadian terbuka pada orang yang baru dikenalnya. Bahkan ia

salah satu informan yang mau dihubungi menggunakan telepon seluler jika ada

suatu pertanyaan yang mendesak. Meskipun demikian mbah Mutijah salah satu

dukun yang sulit dijumpai, karena setiap harinya ia harus pergi mengembala

sapinya. Biasanya jika ada tamu atau pasien yang datang ia akan dijemput oleh

anaknya.

Foto 7 Mbah Mutijah

Sumber : Yayuk Yusdiawati, 2013

Wanita kelahiran tahun 1958 ini memiliki 7 orang anak dari

pernikahannya bersama suaminya yang bernama bapak Sukadi. Bapak Sukadi

bekerja sebagai kuli bangunan, mereka menikah sekitar 35 tahun yang lalu. Dari

ketujuh anaknya yang terdiri dari 6 laki-laki dan 1 perempuan, hanya 1 orang

yang belum menikah. Anak perempuannya yang hanya satu-satunya sudah

menikah namun sekarang sudah bercerai dan ia saat ini tinggal bersama mbah

Mutijah. Sedangkan kelima anaknya yang laki-laki yang sudah menikah semua

hanya satu orang yang tinggal bersama mbah Mutijah dan satu orang tinggal di

(16)

orang, di Tanjung Pasir satu orang, di Aek Naul satu orang. Mbah Mutijah

sekarang sudah memiliki 8 orang cucu dari pernikahan anaknya.

Orang tuanya tinggal di Pematang siantar, mbah Mutijah ke Desa Aek

Loba Pekan karena ikut dengan suaminya. Ibunya bernama Ngadirah dan ayahnya

bernama Zainab. Ayahnya merupakan salah satu dukun suwuk yang ada di daerah

tempat mereka tinggal. Namun ibunya sekarang sudah meninggal, sedangkan

ayahnya yang sudah tua tinggal dengan adik perempuan mbah Mutijah. Setiap

tahun sekali biasanya mbah Mutijah akan berkunjung untuk melihat ayahnya.

Tepatnya saat lebaran idul Fitri, biasanya mbah Mutijah akan menyempatkan diri

untuk datang kekampung halamannya. Namun sebenarnya orang tua mbah Sujirah

berasal dari Jawa dan di pematang Siantar sebagai pendatang.

Aktifitas sehari-harinya selain menjadi dukun adalah berternak sapi.

Mengenai pekerjaan rumah mbah Mutijah sudah tidak lagi ikut campur, karena

semua yang mengerjakannya adalah anak dan menantunya. Jika pagi sebelum

berangkat menggembala sapi biasanya ia menonton acara televisi. Sekitar jam

12.00 wib mbah Mutijah akan pergi untuk menggembala sapi di perkebunan PTP

Afdeling 13. Mbah Mutijah akan pulang mengembala sapi jika sudah pukul 18.00

wib. Selepasnya pulang ia akan membersihkan diri dan makan malam. Setiap

malam mbah Mutijah paling suka menonton televisi, ia paling hobi melihat acara

sinetron yang biasanya ditayangkan di Indosiar. Namun ketika ada pasien datang

untuk berobat atau hanya sekedar menjemput mbah Mutijah, mbah Mutijahpun

akan datang memenuhi permintaan pasiennya dengan diantar oleh salah satu anak

(17)

Ia tinggal disebuah rumah yang terlihat belum sepenuhnya selesai

dibangun. Hal ini terlihat dari dinding bangunan rumah yang belum diplester

semen. Terlihat juga lantai yang masih berlantai kasar, dan jendela yang masih

belum dicat. Di dalam rumah ada dua ruang kamar tidur, satu ruang tamu dan satu

ruang dapur yang terlihat sedikit luas namun belum berlantai semen. Di ruang

tamu terlihat satu unit TV, satu buah lemari dan satu pasang kursi atom.

Foto 8

Keadaan rumah mbah Mutijah

Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013

2.2.5. Mbah Satimah

Mbah Mah yang memiliki nama lengkap Satimah merupakan sosok wanita

paruh baya yang mempunyai tenaga cukup kuat dalam mengusuk. Menjadi dukun

suwuk dan kusuk membuat wanita ini lebih kuat dibandingkan dengan wanita

biasa yang seusiannya. Rambut yang putih dan pipi yang keriput menandakan ia

(18)

merupakan dukun suwuk yang sedikit pemalu jika ditanya mengenai

kemampuannya. Ia lebih banyak tersenyum dan tertawa jika menjelaskan apa

yang mejadi pertanyaan. Namun terkadang terlihat mimik wajah yang bingung

jika diajukan sebuah pertanyaan, mungkin tidak mengerti dengan pertanyaan atau

bahkan memang seperti itulah karakte mbah Mah. Wanita yang memiliki warna

kulit sawo matang ini sering sekali tidak di rumah,karena harus memenuhi

permintaan pasien ketika dijemput. Memiliki berat badan sekitar 45 kg dan tinggi

sekitar 145 cm membuat ia lebih terlihat ideal,meskipun bagian pundak sudah

terlihat bungkuk.

Foto 9

Mbah Satimah

Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013

Mbah Mah lahir pada tahun 1935 di Magelang Jawa Tengah. Mbah Mah

merupakan salah satu penduduk Desa Aek Loba Pekan hasil program

transmigrasi. Ia bertransmigrasi bersama kedua orang tuanya. Orang tua mbah

(19)

tepat berada di belakang rumah mbah Mah. Namun sekarang rumahnya sudah

tidak dapat dilihat karena sudah dirobohkan.

Mbah Mah memiliki tujuh orang anak yaitu 4 orang laki-laki dan 3 orang

perempuan. Ketujuh anaknya sudah menikah dan beberapa orang tinggal ditempat

yang berbeda. Dua orang anaknya tinggal di Desa Aek Loba Pekan, dan rumahnya

berada di sekitar belakang rumah mbah Mah. Kemudian satunya lagi tinggal

bersama mbah Mah. Adapun anaknya yang tinggal dilain daerah yaitu 3 orang

tinggal di Teluk Dalam, 1 orang tinggal di Bangun, dan 1 orang tinggal di

Kisaran. Anaknya yang berada di luar Desa akan datang berkunjung setiap lebaran

dan hari-hari penting seperti pesta dan lain-lain.

Mbah Mah tinggal di sebuah rumah yang sudah permanen. Bagian depan

rumah ada dua ruang kamar tidur, dan satu ruang tamu yang terletak satu unit

lemari hias dekat pintu ke ruang tengah. Depan lemari hias ada berjajar sofa

berwarna coklat. Masuk di ruang tengah ada satu unit TV dan dekat pintu keluar

ruang ruang ada tiga kursi atom. Di Ruang dapur terdapat satu buah meja makan

dan dekat dinding antara ruang dapur dan ruang tengah terdapat dua kursi atom

(20)

Foto 10

Keadaan rumah Mbah Satimah

Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013

Mbah Mah hanya memiliki pekerjaan sebagai seorang dukun suwuk.

Sebelum ia menjalani profesi sebagai dukun, mbah Mah pernah bekerja di PT

Afdeling 13 dan berhenti karena sudah pensiun. Setelah ibunya meninggal dan

kemudian ibunya menurunkan ilmunya, maka saat itu juga ia menjadi seorang

dukun.

Aktifitas mbah Mah sehari-hari adalah membantu anak perempuannya

mengurus pekerjaan rumah seperti menyapu halaman, mencuci piring, memasak

dan lain-lain. Mbah Mah juga paling sering duduk di bangku belakang rumahnya

dan berkumpul bersama cucunya.

2.2.6.Mbah Timin

Mbah Timin nama yang kerap disebut penduduk sekitar jika ditanya

mengenai pengobatan suwuk. Lelaki yang memiliki tinggi sekitar 160 cm dan

berat badan 45 kg ini, memang tampak kurus. selain itu, pipi dan mata nya yang

sudah terlihat cekung menambah bukti kekurusan mbah Timin. Mbah Timin

memiliki rambut yang sudah memutih semua, terlihat jelas bahwa ia sudah

memiliki cucu dan lanjut usia. Meskipun terlihat kurus mbah Timin memiliki

tenaga yang masih baik diusiannya, hal ini ditunjukkan karen ia memiliki hobi

memcangkul dan berladang. Pria kelahiran tahun 1937 ini sudah memiliki

masalah dalam indra pendengaranya, sehingga jika berbicara padanya harus lebih

kuat. Hal ini juga yang membuat mbah Timin memiliki suara yang cukup keras

(21)

memiliki karakter orang yang sulit terbuka dengan orang yang baru, sehingga

butuh waktu untuk mengorek informasi tentang kemampuannya. Meskipun

demikian mbah Timin tetap bersikap ramah dan menyempatkan diri untuk

berdialog.

Foto 11

Mbah Timin saat momong cucunya ke tempat tetangganya.

Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013

Mbah Timin merupakan asli orang Desa Aek Loba Pekan karena beliau

memang lahir di Desa tersebut. kedua orang tuanya bertrasmigrasi saat mbah

Timin belum ada. Rumah orang tua Mbah Timin adalah rumah yang sekarang

ditempati oleh mbah Timin. Mbah Timin adalah anak ke empat dari 9 bersaudara,

kakak dan adiknya sudah tinggal terpisah.

Mbah Timin tinggal bersama istrinya yang bernama ibu Ngatemi dan dua

orang anaknya yang sudah menikah. Kedua anaknya semua berjenis kelamin

wanita, sebenarnya mbah Timin juga memiliki satu orang anak laki namun sudah

(22)

sedih. Apalagi meninggal anaknya karena sebuah kecelakaan sepeda motor. Saat

itu anak mbah Timin yang baru tamat SMA pergi untuk mencari kerja, namun

naasnya dijalan ia mengalami tabrakan dengan mobil. Hingga saat ini mbah Timin

dan istrinya masih sangat terpukul dengan kehilangan anaknya. Sebenarnya anak

mbah Timin ada enam orang, yang hidup hanya dua orang. Sedangkan yang

meninggal ada empat orang, satu perempuan dan dua laki-laki. Sebenarnya

keluarga mbah Timin juga bingung karena setiap anak laki-lakinya selalu

meninggal. Meskipun memang karena takdir, namun mereka merasa kenapa tidak

ada satupun anak laki-laki yang bisa bertahan hidup. Kedua anaknya yang

perempuan sekarang tinggal di Desa Aek Loba Pekan juga. Satu anaknya tinggal

bersama mbah Timin dan sekarang sudah memiliki satu orang anak, sedangkan

yang satunya tinggal di depan rumah mbah timin dan sudah memiliki dua orang

anak.

Aktifitas mbah Timin selain mengobati orang mbah Timin juga sering

pergi keladang sawitnya. Ia memiliki dua tempat kebun sawit, tempat yang

pertama kebunnya berada di samping rumahnya sedangkan yang satu lagi berada

di Bargot. Jika di kebun yang di Bargot ia datang hanya setiap panen, biasanya

jika hari minggu. sedangkan di samping rumahnya hampir setiap hari ia datang

untuk membersihkannya. Mbah Timin juga sering membersihkan perkarangan

rumahnya. Namun mbah Timin tidak ada pekerjaan, ia akan pergi untuk momong

(menjaga) cucunya yang berusia empat tahun.

Mbah Timin dan keluarganya tinggal disebuah rumah yang lumayan besar

dan sudah permanen. Ia memiliki dua ruang kamar tidur, bagian ruang tamunya

(23)

sedangkan bagian depat pintu terdapat sofa bercorak bunga dan berwarnah hijau.

Dindin dalam rumah banyak tergantung foto-foto pernikahan anaknya dan foto

anaknya yang sudah meninggal. Ruang dapur cukup luas, di pintu mau ke ruang

tamu ada lemari makan. Mbah Timin memiliki halaman yang luas sehingga

banyak tanaman-tanaman di sekitar rumahnya seperti rambutan, pohon coklat dan

lain-lain.

Foto 12

Keadaan rumah mbah Timin

Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013

Lokasi tempat tinggal semua dukun terletak di Desa Aek Loba Pekan

Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan. Desa Aek Loba Pekan merupakan

salah satu desa dari 7 (tujuh) desa yang termasuk wilayah Kecamatan Aek

Kuasan. Desa ini terletak pada ketinggian 20 meter dari permukaan laut, beriklim

dingin dengan curah hujan rata-rata 005 mm per tahunnya. Luas seluruh

wilayahnya 590 hektar dengan jumlah penduduknya 5916 orang dan suhu udara

rata-rata 20,28°c. Topograpi wilayahnya dataran rendah, sedang dan tinggi, pada

lahan yang dataran rendah ditumbuhi perkebunan sawit penduduk dan aliran

(24)

masyarakat. Pada lahan yang agak tinggi di tumbuhi perkumbunan sawit milik PT

Afdeling 13.

Desa Aek Loba Pekan berbatasan PTP VI Pulau Raja pada bagian Utara.

Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Aek Loba Afdling I. Sebelah Barat

berbatasan dengan Desa Lobu Jiur dan Sengonsari. Sebelah Timur berbatasan

dengan desa Alang Bombon dan Bangun.

Desa Aek Loba mempunyai topograpi wilayah rendah, sedang dan tinggi.

Ketinggian Desa Aek Loba Pekan mencapai 20 meter di atas permukaan laut

dengan suhu udara rata-rata 20,28°c dan banyak curah hujan mencapai 005

mm/tahun.

Pola perkampungan di desa ini sebagaian berbanjar, dengan posisi rumah

berhadap-hadapan satu dengan lainnya. Namun tidak semua posisi rumah saling

berhadapan, ada juga posisi rumah yang tidak beraturan. Biasanya rumah yang

posisinya tidak beraturan terdapat di bagian belakang rumah yang posisi

rumahnya saling berhadapan. Untuk lebih jelas akan digambarkan denah

mengenai lokasi tempat tinggal para dukun suwuk.

Jarak ibukota kecamatan ke Desa Aek Loba Pekan kira-kira 0,5 km, dapat

ditempuh melalui kendaraan pribadi dan angkutan umum. Sedangkan jarak antara

Aek Kuasan (ibukota kecamatan) ke Kisaran (ibukota kabupaten Asahan)

kira-kira 51 km sedang jarak dari ibukota kabupaten Asahan ke Medan sekitar 208 km.

Desa Aek Loba Pekan memiliki 3 simpang yaitu simpang Aek Kuasan,

(25)

sebagian ada yang dekat dengan jalan raya, namun untuk mencapai lokasi

penelitiannya harus masuk ke dalam kira-kira berjarak 0,5 km dari simpang.

Simpang pertama yang sering di lewati orang adalah simpang Aek

Kuasan. Simpang ini memiliki jalan yang sedikit berbatu, namun masih terlihat

lebih mulus. Simpang ke dua yaitu simpang Pandu, simpang ini jalannya lebih

berbatu namun tidak berlubang. Jalan dari simpang Pandu merupakan jalan tengah

di Desa Aek loba Pekan. Simpang ke tiga adalah simpang Rambutan, jalan

simpang ini setengah berbatu namun setengah lebih sudah diaspal. Jalan ini adalah

(26)
(27)

Keterangan gambar 13 : Jarak yang dibuat dalam dena adalah jarak antara rumah satu dukun dengan rumah dukun yang lainnya. Seperti terlihat jarak simpang dari

rumah mbah Ompong adalah sekitar 1 km, jarak rumah mbah Ompong ke rumah

Gambar

Gambar 13.

Referensi

Dokumen terkait

With the availability of synchrophasor data measurement, it makes possible to establish the power system monitoring by directly employing spectral analysis of power or phase

Penggunaan Aplikasi komputer saat ini tidak hanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan saja, tetapi kini seiring dengan berkembangnya teknologi maka semua tempat pun

Untuk itu diminta agar Saudara membawa semua asli dokumen persyaratan kualifikasi. Demikian surat ini disampaikan untuk menjadi perhatian dan kami

Setelah berhasil menemukan model yang sesuai dengan masalah tersebut selanjutnya mencari dan menentukan algoritma untuk pelesaiannya, dan algoritma yang digunakan adalah

Kemajuan teknologi terutama pada bidang teknologi informasi pada satu dasawarsa terakhir ini telah berubah sangat cepat dimana komputer pada beberapa dasawarsa yang lalu hanya

Untuk itu diminta agar Saudara membawa semua asli dokumen persyaratan kualifikasi. Demikian surat ini disampaikan untuk menjadi perhatian dan kami ucapkan

[r]

pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi, (2) Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran tertentu dan