i
Universitas Kristen Maranatha
PERHITUNGAN PARAMETER GELOMBANG SUARA
UNTUK SUMBER BERBENTUK SEMBARANG
MENGGUNAKAN METODA ELEMEN BATAS
DENGAN PROGRAM MATLAB
Garry Paulin Setiawan
Email : garrypsetiawan@yahoo.com
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha
Jalan Prof. drg. Suria Sumantri, MPH 65
Bandung 40164, Indonesia
ABSTRAK
Metoda Elemen Batas telah digunakan untuk memecahkan berbagai
masalah pada bidang akustik, seperti pada industri otomotif yang melibatkan
radiasi suara dari mesin yang bergetar, prediksi medan akustik pada interior ruang
kendaraan, medan akustik pada rongga muffler, dan sebagainya. Keunggulan dari
Metoda Elemen Batas adalah penurunan dimensi persoalan yang dihadapi.
Persoalan dimensi tiga yang melibatkan volume diperlakukan seperti persoalan
dua dimensi yang hanya melibatkan permukaan benda.
Pada tugas akhir ini dibuat program dengan MATLAB untuk menghitung
nilai parameter gelombang suara yang melibatkan benda berbentuk sembarang
dengan menggunakan Metoda Elemen Batas. Parameter akustik yang terlibat
adalah kecepatan potensial dan kecepatan partikel. Program dibuat untuk
penyelesaian masalah radiasi dan penghamburan gelombang suara dari sumber
yang bergetar serta masalah invers untuk menentukan parameter akustik pada
sumber berdasarkan informasi akustik di titik-titik medan. Di samping itu
program yang dibuat juga melibatkan kasus ruang setengah tak berhingga untuk
radiasi dan penghamburan gelombang suara dari sumber yang bergetar. Program
ii
Universitas Kristen Maranatha
dilakukan meliputi masalah radiasi dan penghamburan dengan melibatkan
beberapa bentuk geometri sumber benda (bola, kubus, silinder).
Hasil uji kasus menunjukkan kesesuaian antara hasil dari program
MATLAB dengan hasil dari program FORTRAN. Program MATLAB juga
menyajikan pembuatan grafik secara langsung dari hasil perhitungan program
(output) yaitu pembuatan pola radiasi tekanan dan distribusi tekanan pada
permukaan benda atau di titik-titik medan yang dikehendaki.
iii
Universitas Kristen Maranatha
CALCULATION OF ACOUSTIC PARAMETERS
INVOLVING BODIES OF ARBITRARY SHAPE
USING BOUNDARY ELEMENT METHOD
WITH MATLAB PROGRAM
Garry Paulin Setiawan
Email : garrypsetiawan@yahoo.com
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha
Jalan Prof. drg. Suria Sumantri, MPH 65
Bandung 40164, Indonesia
ABSTRACT
Boundary Element Method (BEM) has been used to solve various
problems in acoustics, such as in automotive industry involving sound radiation
from vibrating engines, the prediction of acoustic field on the vehicle interior
space, the acoustic field in the cavity of muffler, and so forth. The advantage of
BEM is the reduction of the dimension of the problems. Three-dimensional
problems involving volume is treated as two-dimensional problems which
involves only the surface of the body.
In this project, a program was made in MATLAB code to calculate the
acoustic parameters involving bodies of arbitrary shape using Boundary Element
Method. The acoustic parameters involved are velocity potential and particle
velocity. The program was made for solving problems involving radiation and
scattering of acoustic waves from vibrating bodies and inverse problems to
determine the acoustic parameters on the body based on the acoustic information
in the field points. In addition the program also handles half space problems for
radiation and scattering of acoustic waves from vibrating bodies. The program
was developed based on an existing FORTRAN program. Test cases including
radiation and scattering problems involving some shapes of the bodies were
iv
Universitas Kristen Maranatha
Good aggrement was obtained between the MATLAB program calculation
and those yield by the FORTRAN program calculation. MATLAB also provides
post processing for plotting the result of the calculation such as the radiation
pattern of pressure and pressure distribution on the surface of bodies or on the
desired field points.
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...i
ABSTRACT ...iii
KATA PENGANTAR ...v
DAFTAR ISI ...viii
DAFTAR GAMBAR ...xii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 1
1.3 Tujuan ... 1
1.4 Batasan Masalah ... 1
1.5 Spesifikasi Alat Yang Digunakan ... 1
1.6 Sistematika Pembahasan ... 2
BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Akustik Dasar ... 5
2.2 Formulasi Metoda Elemen Batas ... 6
2.3 Persamaan Integral Helmholtz pada Penghamburan Gelombang Akustik ... 8
ix
2.5 Metode CHIEF (Combined Helmholtz Integral Equation Formulation)
... 10
2.6 Diskritisasi Permukaan dengan Elemen Isoparametrik ... 11
2.7 Implementasi Numerik ... 13
2.8 Solusi Persamaan Matriks ... 14
2.9 MATLAB VS FORTRAN ... 17
BAB III. ALUR KERJA PROGRAM DAN DISKRITISASI PERMUKAAN 3.1 Alur Kerja Program Direct BEM ... 19
3.2 Alur Kerja Program Inverse BEM ... 20
3.3 Alur Kerja Program Halfspace BEM ... 22
3.4 Diskritisasi Permukaan ... 22
3.4.1 Diskritisasi permukaan bola ... 22
3.4.2 Diskritisasi permukaan kubus... 23
3.4.3 Diskritisasi permukaan silinder ... 24
BAB IV. UJI KASUS 4.1 Bola Bergetar Homogen ... 26
4.2 Bola Berosilasi ... 27
4.3 Penghamburan Gelombang Bidang pada Bola Keras ... 29
4.4 Radiasi Kubus Bergetar ... 31
4.5 Radiasi Silinder Bergetar ... 32
x
4.7 Radiasi Bola Bergetar Homogen dengan Kehadiran Kubus Diam ... 42
4.8 Radiasi Silinder Bergetar Homogen dengan Kehadiran Silinder Diam 47 4.9 Radiasi Kubus Bergetar pada Salah Satu Sisinya ... 51
4.10 Kasus Radiasi dari Dua Bola Bergetar Homogen... 53
4.11 Kasus Radiasi Bola Homogen pada Ruang Setengah Tak Hingga (Half Space) ... 55
4.12 Kasus Penghamburan Gelombang Bidang Terhadap Bola Keras pada Ruang Setengah Tak Hingga (Half Space) ... 57
4.13 Pola Radiasi Kubus Bergetar pada Ruang Setengah Tak Hingga (Half Space) ... 59
4.14 Kasus Silinder Bergetar pada Ruang Setengah Tak Hingga (Halfspace) ... 60
4.15 Kasus Inversi Bola Bergetar Homogen ... 61
4.16 Kasus Inversi Bola Berosilasi ... 62
4.17 Kasus Inversi untuk Penghamburan Gelombang Bidang pada Bola Keras ... 63
4.18 Kasus Inversi pada Kubus Bergetar ... 64
4.19 Kasus Inversi untuk Penghamburan pada Kubus Diam ... 65
4.20 Kasus Inversi untuk Bola Bergetar Homogen dan Bola Diam ... 65
4.21 Kasus Inversi pada Dua Kubus Bergetar ... 66
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 67
xi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran A ...A-1
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Ilustrasi kasus eksterior (kiri) dan kasus interior (kanan) ... 7
Gambar 2.2 Ilustrasi kasus penghamburan gelombang akustik ... 8
Gambar 2.3. Ilustrasi kasus akustik pada ruang setengah tak berhingga ... 9
Gambar 2.4 Elemen isoparametrik dan koordinat lokal tiap node ... 11
Gambar 3.1. Alur kerja program direct BEM ... 19
Gambar 3.2. Alur kerja program inverse BEM ... 21
Gambar 3.3. Diskritisasi permukaan bola ... 23
Gambar 3.4. Diskritisasi permukaan kubus ... 23
Gambar 3.5. Diskritisasi permukaan silinder ... 24
Gambar 4.1. Konfigurasi bola bergetar homogen ... 26
Gambar 4.2. Pola radiasi kecepatan potensial bola bergetar homogen pada penampang bidang yz, R=1, r=2, untuk (a) k=1, (b) k= 3.14159 .... 27
Gambar 4.3. Konfigurasi bola berosilasi... 28
Gambar 4.4. Pola radiasi kecepatan potensial bola berosilasi pada penampang bidang yz, k=1 dan r=2 ... 28
Gambar 4.5. Konfigurasi penghamburan gelombang bidang pada bola keras (rigid) yang diam ... 29
xiii
Gambar 4.7. Pola radiasi kecepatan potensial penghamburan gelombang bidang
pada bola diam pada penampang bidang xz, r=5 untuk (a) k=2 dan
(b) k=3.14159... 30
Gambar 4.8. Pola radiasi kecepatan potensial penghamburan gelombang bidang
pada bola diam pada penampang bidang xz dengan 354 node pada
r=5 untuk (a) k=2 dan (b) k=3.14159 ... 31
Gambar 4.9 Tekanan pada permukaan kubus bergetar untuk k=1 ... 32
Gambar 4.10 Konfigurasi silinder bergetar ... 33
Gambar 4.11. Pola radiasi kecepatan potensial dari silinder bergetar pada
penampang bidang yz, r=3 untuk (a) k=1 dan (b) k=2 ... 33
Gambar 4.12. Konfigurasi bola bergetar homogen dengan kehadiran bola diam . 34
Gambar 4.13. Ilustrasi uji kasus bola bergetar dengan kehadiran bola diam dengan
(a) jari-jari kedua bola sama (R1=R2=1), (b) jari-jari bola kedua
lebih kecil (R2=0.5,R1=1), (c) jari-jari bola kedua lebih besar
(R2=2,R1=1) ... 35
Gambar 4.14. Pola radiasi kecepatan potensial dari bola bergetar dengan
kehadiran bola diam pada penampang bidang yz, r=2, R1=R2=1,
k=1, untuk jarak (a) d=3, (b) d=4 (c) d=5 (d) d=6 ... 36
Gambar 4.15. Pola radiasi kecepatan potensial dari bola bergetar dengan
kehadiran bola diam pada penampang bidang yz, r=2, R1=1,R2=2
k=1, untuk jarak (a) d=3, (b) d=5 (c) d=6 (d) d=7 ... 37
Gambar 4.16. Pola radiasi kecepatan potensial dari bola bergetar dengan
kehadiran bola diam pada penampang bidang yz, r=2, R1=1,R2=0.5
xiv
Gambar 4.17. Pola radiasi kecepatan potensial dari bola bergetar dengan
kehadiran bola diam pada penampang bidang yz, R1=1,R2=1, k=1,
jarak d=3, untuk jarak titik ukur (a) r=1.75, (b) r=1.5, (c) r=1.25 ... 39
Gambar 4.18. Pola radiasi kecepatan potensial dari bola bergetar dengan
kehadiran bola diam pada penampang bidang yz, R1=1,R2=1, k=1,
jarak d=2.5, untuk jarak titik ukur (a) r=1.75, (b) r=1.5, (c) r=1.25 39
Gambar 4.19. Pola radiasi kecepatan potensial dari bola bergetar dengan
kehadiran bola diam pada penampang bidang yz, R1=1,R2=2, k=1,
jarak d=3, untuk jarak titik ukur (a) r=2, (b) r=1.5, (c) r=1.25 ... 40
Gambar 4.20. Pola radiasi kecepatan potensial dari bola bergetar dengan
kehadiran bola diam pada penampang bidang yz, R1=1,R2=2, k=1,
jarak d=2.5, untuk jarak titik ukur (a) r=1.5, (b) r=1.25 ... 40
Gambar 4.21. Pola radiasi kecepatan potensial dari bola bergetar dengan
kehadiran bola diam pada penampang bidang yz, R1=1,R2=0.5, k=1,
jarak d=3, untuk jarak titik ukur (a) r=2, (b) r=1.5 ... 41
Gambar 4.22. Pola radiasi kecepatan potensial dari bola bergetar dengan
kehadiran bola diam pada penampang bidang yz, R1=1,R2=2, k=1,
jarak d=2.5, untuk jarak titik ukur (a) r=1.5, (b) r=1.25 ... 41
Gambar 4.23. Konfigurasi bola bergetar dengan kehadiran kubus diam ... 42
Gambar 4.24. Ilustrasi uji kasus bola bergetar dengan kehadiran kubus diam untuk
jari-jari bola pertama (a) R1=1, (b) R1=2, (c) R1=0.5 ... 43
Gambar 4.25. Pola radiasi kecepatan potensial dari bola bergetar dengan
kehadiran kubus diam pada penampang bidang yz, R1=1, k=1, jarak
xv
Gambar 4.26. Pola radiasi kecepatan potensial dari bola bergetar dengan
kehadiran kubus diam pada penampang bidang yz, R1=2, k=1, jarak
titik ukur r=3, untuk jarak kedua benda (a) d=4, (b) d=5, (c) d=6 ... 44
Gambar 4.27. Pola radiasi kecepatan potensial dari bola bergetar dengan
kehadiran kubus diam pada penampang bidang yz, R1=0.5, k=1,
jarak titik ukur r=1.5, untuk jarak kedua benda (a) d=4, (b) d=6, (c)
d=7 ... 45
Gambar 4.28. Pola radiasi kecepatan potensial dari bola bergetar dengan
kehadiran kubus diam pada penampang bidang yz, R1=1, k=1, jarak
kedua benda d=3, untuk jarak titik ukur (a) r=1.75, (b) r=1.5, (c)
r=1.25 ... 46
Gambar 4.29. Pola radiasi kecepatan potensial dari bola bergetar dengan
kehadiran kubus diam pada penampang bidang yz, R1=2, k=1, jarak
kedua benda d=4, untuk jarak titik ukur (a) r=3, (b) r=2.75, (c)
r=2.25 ... 46
Gambar 4.30. Pola radiasi kecepatan potensial dari bola bergetar dengan
kehadiran kubus diam pada penampang bidang yz, R1=0.5, k=1,
jarak kedua benda d=2.5, untuk jarak titik ukur (a) r=1.5, (b) r=1, (c)
r=0.75 ... 47
Gambar 4.31. Konfigurasi silinder bergetar homogen (silinder 1) dan silinder
diam (silinder 2) ... 47
Gambar 4.32. Ilustrasi uji kasus silinder dengan kehadiran silinder kedua yang
diam dengan (a) besar kedua silinder sama, (b) silinder kedua lebih
xvi
Gambar 4.33. Pola radiasi kecepatan potensial dari silinder bergetar dengan
kehadiran silinder diam pada penampang bidang yz, R1=R2=2,
L1=L2=4, k=1, jarak titik ukur r=3, untuk jarak kedua benda (a) d=4,
(b) d=7, (c) d=9 ... 49
Gambar 4.34. Pola radiasi kecepatan potensial dari silinder bergetar dengan
kehadiran silinder diam pada penampang bidang yz, R1=2,R2=4,
L1=4,L2=8, k=1, jarak titik ukur r=3, untuk jarak kedua benda (a)
d=7, (b) d=9, (c) d=12 ... 50
Gambar 4.35. Pola radiasi kecepatan potensial dari silinder bergetar dengan
kehadiran silinder diam pada penampang bidang yz, R1=2,R2=1,
L1=4,L2=2, k=1, jarak titik ukur r=3, untuk jarak kedua benda (a)
d=4, (b) d=5, (c) d=6 ... 50
Gambar 4.36. Ilustrasi kubus yang bergetar pada salah satu sisinya dengan sisi
yang bergetar adalah sisi yang diarsir ... 51
Gambar 4.37. Pola radiasi kecepatan potensial dari kubus bergetar satu sisi untuk
penampang (a) bidang xy, (b) bidang xz, (c) bidang yz ... 51
Gambar 4.38. Pola radiasi kecepatan potensial dari kubus bergetar dua sisi untuk
penampang (a) bidang xy, (b) bidang xz, (c) bidang yz ... 52
Gambar 4.39. Pola radiasi kecepatan potensial dari kubus bergetar tiga sisi untuk
penampang (a) bidang xy, (b) bidang xz, (c) bidang yz ... 52
Gambar 4.40. Pola radiasi kecepatan potensial dari kubus bergetar empat sisi
untuk penampang (a) bidang xy, (b) bidang xz, (c) bidang yz ... 52
Gambar 4.41. Pola radiasi kecepatan potensial dari kubus bergetar lima sisi untuk
xvii
Gambar 4.42. Konfigurasi dua bola bergetar homogen ... 53
Gambar 4.43. Pola radiasi kecepatan potensial dari dua bola bergetar homogen
pada penampang bidang yz, R1=R2=1, k=1, r=2, untuk jarak (a)
d=3, (b) d=4, (c) d=5 ... 54
Gambar 4.44. Grafik nilai tekanan terhadap posisi titik y untuk x=0,z=0, pada
kasus dua bola bergetar homogen, R1=R2=1, d=12. ... 54
Gambar 4.45. Konfigurasi bola bergetar homogen pada Halfspace ... 55
Gambar 4.46. Pola radiasi kecepatan potensial dari radiasi bola bergetar homogen
pada Halfspace untuk penampang bidang yz, B=3, k=1, untuk (a)
r=2 , (b) r=3 ... 56
Gambar 4.47. Pola radiasi kecepatan potensial dari radiasi bola bergetar homogen
pada Halfspace untuk penampang bidang yz, k=1, r=2,untuk (a)
B=10, (b) B=30, (c) B=50 ... 56
Gambar 4.48. Konfigurasi penghamburan gelombang bidang terhadap bola keras
pada Halfspace ... 57
Gambar 4.49. Pola radiasi kecepatan potensial dari penghamburan gelombang
bidang terhadap bola keras (rigid) pada Halfspace untuk penampang
bidang xz, B=3, k=1, untuk (a) r=2 , (b) r=3 ... 58
Gambar 4.50. Pola radiasi kecepatan potensial dari penghamburan gelombang
bidang terhadap bola keras (rigid) pada Halfspace untuk penampang
bidang xz, B=30, r=5, untuk (a) k=1 , (b) k=0.1 ... 58
xviii
Gambar 4.52. Pola radiasi kecepatan potensial dari radiasi kubus bergetar pada
Halfspace untuk penampang bidang yz, k=1, r=2, untuk (a) B=2, (b)
B=10, (c) B=30 ... 59
Gambar 4.53. Konfigurasi silinder bergetar pada Halfspace ... 60
Gambar 4.54. Pola radiasi kecepatan potensial dari radiasi silinder bergetar pada
Halfspace untuk penampang bidang yz, k=1, r=3, untuk (a) B=4, (b)
B=10, (c) B=50 ... 60
Gambar 4.55. Pola radiasi kecepatan potensial dari radiasi silinder bergetar pada
Halfspace untuk penampang bidang yz, k=2, r=3, untuk (a) B=4, (b)
B=10, (c) B=50 ... 61
Gambar 4.56. Distribusi kecepatan potensial pada sumber bola yang bergetar
homogen k=1 ... 62
Gambar 4.57. Distribusi kecepatan potensial pada sumber bola yang bergetar
homogen k=3.14159 ... 62
Gambar 4.58. Distribusi kecepatan potensial pada sumber bola yang berosilasi
k=1 ... 63
Gambar 4.59. Distribusi kecepatan potensial pada bola untuk kasus penghamburan
gelombang bidang terhadap bola keras, k=1 ... 64
Gambar 4.60. Distribusi kecepatan potensial pada kubus bergetar k=1 ... 64
Gambar 4.61. Distribusi kecepatan potensial pada kubus untuk kasus
penghamburan, k=1 ... 65
Gambar 4.62. Distribusi kecepatan potensial pada bola untuk kasus bola bergetar
xix
Gambar 4.63. Distribusi kecepatan potensial pada kasus dua kubus bergetar, k=1
A-1
Universitas Kristen Maranatha
LAMPIRAN A
PERBANDINGAN HASIL DARI PROGRAM FORTRAN
DENGAN MATLAB
Berikut adalah perbandingan beberapa hasil dari program BEM Fortran
dengan hasil program MATLAB. Konfigurasi kasus sama seperti pada bab IV.
FORTRAN MATLAB
Gambar A.1. Pola radiasi kecepatan potensial dari bola bergetar homogen k=1,
r=2.
FORTRAN MATLAB
Gambar A.2. Pola kecepatan potensial tekanan dari bola bergetar homogen
k=3.14159, r=2, dengan satu titik CHIEF pada titik pusat.
A-2
Universitas Kristen Maranatha
FORTRAN MATLAB
Gambar A.3. Pola kecepatan potensial yang terhambur dari penghamburan
gelombang bidang pada bola diam r=5, untuk k=1
FORTRAN MATLAB
Gambar A.4. Pola kecepatan potensial yang terhambur dari penghamburan
gelombang bidang pada bola diam r=5, untuk k=0.1.
A-3
Universitas Kristen Maranatha
FORTRAN MATLAB
Gambar A.5. Pola radiasi kecepatan potensial dari silinder bergetar homogen
pada selimutnya r=3, untuk k=1.
FORTRAN MATLAB
Gambar A.6. Pola radiasi kecepatan potensial dari silinder bergetar homogen
pada selimutnya r=3, untuk k=2.
A-4
Universitas Kristen Maranatha
FORTRAN MATLAB
Gambar A.7. Distribusi kecepatan potensial pada kasus inverse untuk kubus
bergetar dengan diskritisasi 20 node dan 6 elemen pada k=1.
FORTRAN MATLAB
Gambar A.8. Distribusi kecepatan potensial pada kasus inverse untuk bola
A-5
Universitas Kristen Maranatha
FORTRAN MATLAB
Gambar A.9. Pola radiasi kecepatan potensial dari bola bergetar homogen pada
ruang setengah tak berhingga (Half Space) untuk B=3, r=2, k=1.
FORTRAN MATLAB
Gambar A.10. Pola radiasi kecepatan potensial dari bola bergetar homogen pada
ruang setengah tak berhingga untuk B=3, r=3, k=1.
A-6
Universitas Kristen Maranatha
FORTRAN MATLAB
Gambar A.11. Pola kecepatan potensial terhambur dari penghamburan
gelombang bidang pada bola keras pada ruang setengah tak berhingga untuk B=3,
r=2, k=1.
FORTRAN MATLAB
Gambar A.12. Pola kecepatan potensial terhambur dari penghamburan
gelombang bidang pada bola keras pada ruang setengah tak berhingga untuk B=3,
B-1
Universitas Kristen Maranatha
LAMPIRAN B
GEOMETRI PERMUKAAN BENDA DAN TITIK UKUR
B.1 Bola dengan Diskritisasi 50 Node dan 24 Elemen
Permukaan bola didiskritisasi menjadi 50 node dan 24 elemen seperti pada
gambar 3.3b. Nomor global masing-masing node diberikan pada gambar B.1.
(a) (b)
Gambar B.1. Nomor global tiap node dilihat dari atas. (a) Node 29 adalah node
B-2
Universitas Kristen Maranatha
B.1.1 Nomor global dan koordinat titik bola dengan 50 node
NGN adalah nomor global node yang diberikan pada gambar B.1.
B-3
Universitas Kristen Maranatha
B.1.2 Nomor elemen dan hubungan nomor lokal dengan nomor global node
B-4
Universitas Kristen Maranatha
B.2 Bola dengan Diskritisasi 354 Node dan 128 Elemen
Permukaan bola didiskritisasi menjadi 354 node dan 128 elemen seperti
pada gambar 3.3a. Nomor global masing-masing node diberikan pada gambar B.2
dan B.3.
Gambar B.2. Nomor global tiap node dilihat dari atas. Node 193 adalah node
B-5
Universitas Kristen Maranatha
Gambar B.3. Nomor global tiap node dilihat dari atas. Node 354 adalah node
B-6
Universitas Kristen Maranatha
B.2.1 Nomor global dan koordinat titik bola dengan 354 node
B-12
Universitas Kristen Maranatha
B.2.2 Nomor elemen dan hubungan nomor lokal dengan nomor global node
B-16
Universitas Kristen Maranatha
B.3 Kubus dengan Diskritisasi 74 Node dan 24 Elemen
Permukaan kubus didiskritisasi menjadi 74 node dan 24 elemen seperti
pada gambar 3.4. Nomor global masing-masing node diberikan pada gambar B.4.
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
Gambar B.4. Nomor global pada sisi kubus, (a) sisi depan kubus, (b) sisi kiri
kubus, (c) sisi atas kubus, (d) sisi belakang kubus, (e) sisi kanan kubus, (f) sisi
B-17
Universitas Kristen Maranatha
B.3.1 Nomor global dan koordinat titik kubus dengan 74 node
B-18
Universitas Kristen Maranatha
B.3.2 Nomor elemen dan hubungan nomor lokal dengan nomor global node
B-19
Universitas Kristen Maranatha
B.4 Kubus dengan Diskritisasi 290 Node dan 96 Elemen
Permukaan kubus didiskritisasi menjadi 290 node dan 96 elemen seperti
pada gambar 3.4. Nomor global masing-masing node diberikan pada gambar B.5,
B.6 dan B.7.
(a) (b)
Gambar B.5. Nomor global tiap node pada setiap sisi kubus. (a) Sisi depan
B-20
Universitas Kristen Maranatha
(a) (b)
Gambar B.6. Nomor global tiap node pada setiap sisi kubus. (a) Sisi kiri kubus,
(b) Sisi kanan kubus.
(a) (b)
Gambar B.7. Nomor global tiap node pada setiap sisi kubus. (a) Sisi atas kubus,
B-21
Universitas Kristen Maranatha
B.4.1 Nomor global dan koordinat titik kubus dengan 290 node
B-26
Universitas Kristen Maranatha
NGN x y z NGN x y z
252 -0.25 -1 0.5 272 0.5 1 0
253 -0.5 -1 0.5 273 0.25 1 0
254 -0.75 -1 0.5 274 0 1 0
255 0.5 -1 0.75 275 -0.25 1 0
256 0 -1 0.75 276 -0.5 1 0
257 -0.5 -1 0.75 277 -0.75 1 0
258 0.5 1 -0.75 278 0.5 1 0.25
259 0 1 -0.75 279 0 1 0.25
260 -0.5 1 -0.75 280 -0.5 1 0.25
261 0.75 1 -0.5 281 0.75 1 0.5
262 0.5 1 -0.5 282 0.5 1 0.5
263 0.25 1 -0.5 283 0.25 1 0.5
264 0 1 -0.5 284 0 1 0.5
265 -0.25 1 -0.5 285 -0.25 1 0.5
266 -0.5 1 -0.5 286 -0.5 1 0.5
267 -0.75 1 -0.5 287 -0.75 1 0.5
268 0.5 1 -0.25 288 0.5 1 0.75
269 0 1 -0.25 289 0 1 0.75
B-27
Universitas Kristen Maranatha
B.4.2 Nomor elemen dan hubungan nomor lokal dengan nomor global node
B-30
Universitas Kristen Maranatha
B.5 Silinder dengan Diskritisasi 42 Node dan 16 Elemen
Permukaan silinder didiskritisasi menjadi 42 node dan 16 elemen seperti
pada gambar 3.3b. Nomor global masing-masing node diberikan pada gambar
B.8.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar B.8. Nomor global pada silinder, (a) tutup silinder atas, (b) tutup silinder
B-31
Universitas Kristen Maranatha
B.5.1 Nomor global dan koordinat titik silinder dengan 42 node
B-32
Universitas Kristen Maranatha
B.5.2 Nomor elemen dan hubungan nomor lokal dengan nomor global node
Kasus Eksterior
No El. Node 1 Node 2 Node 3 Node 4 Node 5 Node 6 Node 7 Node 8
1 1 3 3 29 26 2 3 27
2 29 3 3 5 28 27 3 4
3 1 9 11 3 2 6 10 7
4 3 11 13 5 4 7 12 8
5 9 17 19 11 10 14 18 15
6 11 19 21 13 12 15 20 16
7 17 25 25 19 18 22 25 23
8 19 25 25 21 20 23 25 24
9 21 25 25 40 41 24 25 42
10 40 25 25 17 39 42 25 22
11 17 9 36 40 39 14 35 38
12 40 36 13 21 41 38 37 16
13 9 1 32 36 35 6 31 34
14 36 32 5 13 37 34 33 8
15 1 29 29 32 31 26 29 30
1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akustik merupakan cabang yang penting dari sains fisika. Medan akustik
terdapat pada berbagai media di mana gelombang suara merambat. Persamaan
gelombang akustik linier dapat digunakan untuk memodelkan masalah akustik
dalam media udara atau air. Pada banyak situasi gelombang akustik yang ada pada
medan akustik adalah gelombang harmonik terhadap waktu, sehingga persamaan
gelombang akustik linier dapat diturunkan menjadi persamaan Helmholtz [12].
Persamaan Helmholtz merupakan persamaan diferensial parsial. Solusi
analitik dapat dicari dalam permasalahan tertentu yang melibatkan sumber suara
atau objek dengan bentuk geometris yang reguler seperti bola atau tabung. Untuk
benda-benda yang tidak reguler (tidak teratur) bentuk geometrisnya, solusi
analitik sulit diperoleh. Dalam hal ini untuk dapat mencari solusi permasalahan
digunakan metoda numerik.
Metoda numerik tersebut misalnya adalah Metoda Elemen Hingga (Finite
Element Method), Metoda Elemen Batas (Boundary Element Method) dan
lain-lain. Metoda Elemen Batas (MEB) hanya melibatkan permukaan benda atau
sumber yang terkait sedangkan Metode Elemen Hingga melibatkan seluruh
volume benda. Dengan Metoda Elemen Batas persoalan tiga dimensi yang
melibatkan volume diperlakukan seperti persoalan dua dimensi yang hanya
melibatkan permukaan benda. Jadi Metoda Elemen Batas dapat menurunkan
dimensi persoalan yang harus dipecahkan.
MEB telah digunakan untuk memecahkan berbagai masalah pada bidang
akustik, seperti pada industri otomotif yang melibatkan radiasi suara dari mesin
atau benda yang bergetar, penghamburan suara dari permukaan yang tidak
reguler, prediksi medan akustik ruang penumpang dari suatu kendaraan, medan
2
Universitas Kristen Maranatha
menyelesaikan permasalahan radiasi dan penghamburan suara pada ruang
setengah tak berhingga [7] dan yang menyangkut benda axisymmetric [5].
Formulasi MEB dalam akustik berdasarkan pada persamaan integral
Helmholtz permukaan. Pada awal perkembangan metoda ini, implementasi
numerik dari persamaan integral Helmholtz mengasumsikan variabel akustik
memiliki besar yang konstan pada tiap elemen. Setelah melalui perkembangan
terus-menerus, para ilmuwan (A.F.Seybert, B.Soenarko, F.J.Rizzo dan
D.J.Shippy), memperkenalkan implementasi numerik yang menggunakan elemen
isoparametrik [6] dengan memanfaatkan fungsi interpolasi (fungsi bentuk) yang
sama untuk variabel-variabel akustik maupun permukaan geometris. Fungsi
interpolasi yang digunakan diadopsi dari Metoda Elemen Hingga yaitu fungsi
interpolasi kuadratik.
Perangkat lunak (Software) yang sudah ada untuk menyelesaikan
perhitungan akustik dari benda yang tidak reguler (tidak teratur) bentuk
geometrisnya kebanyakan dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman
Fortran. Salah satunya adalah BEMAP (Boundary Element Methods for Acoustic
Prediction) untuk menghitung radiasi suara dari benda yang bergetar [9]. Bahasa
Fortran merupakan bahasa pemrograman yang sudah dari dulu digunakan di
kalangan ilmuwan karena kemampuannya dalam menyelesaikan masalah-masalah
di bidang teknik dan sains. Akan tetapi seiring dengan bermunculannya bahasa
pemrograman yang baru seperti pascal, C, dan masih banyak lainnya,
perkembangan bahasa Fortran tersebut menjadi lambat (terakhir sampai versi
Fortran 2008). Dewasa ini berkembang program MATLAB (Matrix Laboratory),
di mana MATLAB sendiri mempunyai kemampuan yang sama dengan bahasa
Fortran akan tetapi mekanisme pemrogramannya lebih mudah dan sederhana.
Oleh karena itu melalui tugas akhir ini, akan dibuat perangkat lunak tersebut
3
Universitas Kristen Maranatha
1. 2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas pada tugas akhir ini adalah :
Bagaimana mengembangkan pemograman MATLAB untuk dapat memecahkan
persoalan perhitungan parameter gelombang suara dari radiasi dan hamburan yang
melibatkan sumber berbentuk sembarang menggunakan metode elemen batas.
1.3 Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah membuat perangkat lunak (Software)
menggunakan MATLAB untuk perhitungan parameter gelombang suara yang
ditimbulkan oleh radiasi dan hamburan dari benda berbentuk sembarang dengan
menggunakan Metoda Elemen Batas (Boundary Element Method). Perangkat
lunak yang akan dibuat bersumber pada bahasa pemrograman Fortran dari
program yang sudah ada.
1.4 Batasan Masalah
Ada pun batasan – batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah :
1. Persoalan yang dibahas adalah dalam lingkup akustik linier.
2. Massa jenis medium dianggap uniform.
3. Sumber dianggap diam atau tidak bergerak.
4. Medium dalam keadaan diam (tidak ada aliran).
5. Uji kasus yang dilakukan hanya meliputi masalah eksterior.
1.5 Spesifikasi Alat Yang Digunakan
Perangkat lunak (Software) yang digunakan pada tugas akhir ini adalah
4
Universitas Kristen Maranatha
1.6 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan pada laporan tugas akhir ini adalah
BAB I Pendahuluan, menjelaskan latar belakang masalah, tujuan tugas
akhir, rumusan masalah, batasan masalah, alat yang digunakan dan
sistematika pembahasan.
BAB II Landasan teori, membahas tentang formulasi Metoda Elemen
Batas, metoda CHIEF, solusi persamaan matriks dan penyelesaian
persamaan matriks dengan metoda faktorisasi LU dan SVD.
BAB III Memberikan penjelasan tentang tiga program yang dibuat yaitu
program Direct BEM, Inverse BEM, dan Halfspace BEM. Selain
itu memberikan macam-macam disktritisasi yang digunakan pada
tugas akhir ini.
BAB IV Membahas beberapa uji kasus yang dilakukan untuk kasus radiasi,
penghamburan untuk beberapa geometri(bola,kubus,silinder). Uji
kasus radiasi dan penghamburan juga dilakukan untuk kasus
Halfspace.
BAB V Memberikan kesimpulan dari tugas akhir ini dan saran untuk
pengembangan lebih lanjut.
Lampiran A Memberikan perbandingan hasil-hasil dari program FORTRAN
dengan program MATLAB untuk pola radiasi dan penghamburan
pada beberapa kasus.
Lampiran B Memberikan koordinat node dan hubungan antara nomor global
dan nomor lokal node dari beberapa geometri yang digunakan
67
menghitung parameter akustik yaitu kecepatan potensial dan kecepatan partikel
dengan menggunakan Metoda Elemen Batas. Program yang dibuat dapat
menyelesaikan masalah direct akustik, masalah inversi akustik, dan masalah direct
akustik pada ruang setengah tak berhingga. Uji kasus meliputi masalah radiasi dan
penghamburan dengan melibatkan beberapa bentuk geometri sumber benda yang
terkait. Dari hasil tugas akhir ini dapat disimpulkan
1. Program perhitungan parameter akustik dengan menggunakan Metoda
Elemen Batas telah berhasil dibuat ke dalam MATLAB. Program yang dibuat
berdasarkan program dalam bahasa Fortran yang telah ada. Simulasi uji kasus
yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang sesuai antara hasil dari
program MATLAB dengan hasil dari program Fortran.
2. Kemudahan dari program MATLAB telah dimanfaatkan yakni pembuatan
grafik secara langsung baik dua dimensi maupun tiga dimensi. Grafik dua
dimensi yaitu pola radiasi kecepatan potensial dan pola penghamburan dapat
langsung dibuat dari data hasil perhitungan program. Selain itu distribusi
tekanan pada permukaan benda dapat divisualisasikan dengan baik menjadi
68
Universitas Kristen Maranatha
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk penelitian lebih lanjut adalah
1. Metoda Elemen Batas sangat bermanfaat untuk kasus-kasus frekuensi rendah.
Pada kasus frekuensi tinggi diperlukan diskritisasi yang semakin banyak. Hal
ini akan berimbas pada sistem persamaan matriks yang semakin besar yang
kemudian akan menyebabkan waktu komputasi yang semakin lama. Oleh
karena itu perlu dikembangkan sebuah metoda untuk mengatasi hal tersebut.
Salah satunya adalah metoda Multilevel Fast Multipole Method (MLFMM) di
mana elemen-elemen hasil diskritisasi dikelompokkan ke dalam
cluster-cluster[1]. Metoda ini dengan Metoda Elemen Batas diyakini dapat
mengurangi waktu komputasi tanpa mengurangi keakuratan hasil.
2. Pembuatan program dengan MATLAB dapat dilanjutkan pada
69
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bapat, M.S., L. Shen, Y.J. Liu, Adaptive fast multipole boundary element
method for three-dimensional half-space acoustic wave problems.
Engineering Analysis with Boundary Elements 33, Mei 2009, hal
1113-1123.
[2] Cheng, C. Y. R. dan A. F. Seybert, Recent Applications of The Boundary
Element Method to Problems in Acoustics, Proceedings SAE Noise and
Vibration Conference, Tranverse City, Michigan, 1987, hal 389-398.
[3] Juhl, Peter, The Boundary Element Method for Sound Field Calculations,
Disertasi Ph.D., The Acoustics Laboratory, Technical University of
Denmark, 1993.
[4] Kreyzig, Erwin, Advanced Engineering Mathematics, Edisi 9, John Wiley &
Sons, Singapur, 2006.
[5] Seybert, A.F. dan B.Soenarko, A Special Integral Equation Formulation for
Acoustic Radiation and Scattering for Axisymmetric Bodies and Boundary
Conditions. J. Acoust. Soc. Am. 80(4), Oktober 1986, hal 1241-1247.
[6] Seybert, A.F., B.Soenarko, F.J.Rizzo dan D.J.Shippy, An Advanced
Computational Method for Radiation and Scattering of Acoustic Waves in
Three Dimensions., J. Acoust. Soc. Am. 77(2), February 1985, hal 362-368.
[7] Seybert, A.F. dan B.Soenarko, Radiation and Scattering of Acoustic Waves
from Bodies of Arbitrary Shape in a Three Dimensional Half Space,
Transaction of the ASME, Februari 1988.
[8] Seybert, A.F. dan C.Y.R.Cheng, Application of the Boundary Element
Method to Acoustic Cavity Response and Muffler Analysis. Journal of
Vibration, Acoustics, Stress and Reliability in Design, January 1987, hal
15-21.
[9] Seybert, A. F. dan R. Khurana, Calculation of The Sound Intensity and
Sound Radiation Efficiency of Structures From Vibration Data,
70
Universitas Kristen Maranatha
[10] Trucco, Emanuele, Introductory Techniques for 3-D Computer Vision,
Prentice Hall, 1998.
[11] Wibowo, Bong Juwono, Solusi Masalah Invers Akustik Tiga Dimensi
dengan Menggunakan Metoda Elemen Batas, Tugas Akhir, Jurusan Teknik
Fisika, Intitut Teknologi Bandung, 1997.
[12] Wu, T. W., Boundary Element Acoustics: Fundamentals and Computer