35 A. Rancangan Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006). Jenis dari penelitian ini adalah kuantitatif komparatif yang bertujuan untuk membandingkan variabel bebas yang jumlahnya lebih dari satu tetapi memiliki variabel terikat yang sama (Sugiyono, 2003). Dalam penelitian ini variabel yang ingin diketahui adalah perbedaan tingkat kreativitas antaraQaryah Thayyibahdengan SMP 10 Salatiga.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Arikunto (2006) mendefinisikan variabel merupakan suatu obyek penelitian yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian.
Jadi variabel dapat didefinisikan sebagai obyek penelitian dan merupakan titik perhatian dalam suatu penelitian. Dalam hal ini variabel penelitian yang menjadi obyek penelitian adalah: 1. Variabel Tergantung (Y):
menjadi variabel tergantung adalah tingkat kreativitas. 2. Variabel Bebas (X) :
Variabel bebas adalah variabel penyebab atau yang diduga yang memberikan efek atau pengaruh terhadap peristiwa lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah jalur pendidikan menengah pertama yang dibedakan menjadi :
a. Pendidikan nonformal (Qaryah Thayyibah) b. Pendidikan formal (SMP 10 Salatiga)
C. Definisi Operasional
Definisi operasional menurut Suryabrata (1998) adalah definisi yang didasarkan atau sifat-sifat hal yang didefinisikan dan dapat diamati. Definisi operasional yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut, sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan pengertian operasional dari variabel-variabel penelitian dan menyamakan persepsi agar terhindar dari kesalahpahaman dalam menafsirkan variabel-variabel yang perlu didefinisikan.
Pada penelitian ini variabelnya adalah : 1. Kreativitas
melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
Kreativitas akan diukur dengan menggunakan aspek-aspek/ciri-ciri kreativitas dari Munandar (1999), yaitu ciri kognitif (aptitude) yang terdiri dari kemampuan berpikir lancar, kemampuan berpikir luwes (fleksibel), kemampuan berpikir rasional, kemampuan memperinci (mengelaborasi), dan kemampuan menilai (mengevaluasi). Alat ukur yang akan digunakan berupa Tes Kreativitas Figural (TKF) oleh Munandar (1977) dan Tes Kreativitas Verbal (TKV) yang digunakan oleh Munandar (1977).
2. Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Dalam penelitian ini membandingkan dua jalur pendidikan yaitu :
a. Non Formal, adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Karakteristik Populasi
a. SiswaQaryah Thayyibahatau SMP 10 Salatiga b. Remaja berusia antara 13-15 tahun
2. Populasi
Azwar (2007) populasi didefinisikan sebagai kelompok subyek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Penentuan populasi harus berpedoman pada tujuan dan permasalahan penelitian (Bungin, 2011). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Qaryah Thayyibahyang berjumlah 7 dan siswa SMP 10 Salatiga yang berjumlah 630
3. Sampel
Sampel menurut Arikunto (2006) adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Azwar (2010) juga mengatakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi sehingga harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasi. Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi wakil dari representatif yaitu benar-benar mencerminkan populasinya (Suryabrata, 2000).
semua, selanjutnya bila subjeknya besar atau lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung pada:
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek,
karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.
Teknik pengambilan data menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang menetapkan ciri sesuai dengan tujuan (Sugiyono, 2003). Alasan penggunaan teknik sampel tersebut adalah karena sampel yang akan peneliti ambil harus memiliki karakteristik yang sudah ditentukan yaitu (1) sedang bersekolah di salah satu jalur pendidikan tersebut, (2) berusia 13-15 tahun. Sampel penelitian ini adalah Qaryah Thayyibah dengan usia 13-15 tahun dengan jumlah 7 siswa dan SMP 10 Salatiga kelas 1, 2, dan 3 usia 13-15 dengan jumlah 30 siswa.
E. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Wawancara
umum tentang kedua jalur pendidikan tersebut yaitu Qaryah Thayyibahdan SMP 10 Salatiga.
Pelaksanaan wawancara dilakukan pada fasilitator-fasilitator seperti guru dan pendamping dari masing-masing jalur pendidikan baikQaryah Thayyibah dan SMP 10 Salatiga untuk mengetahui gambaran masing-masing jalur pendidikan tersebut. Bentuk wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara bebas, sehingga fasilitator bebas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang peneliti berikan sesuai dengan data yang ada dilapangan.
2. Metode Tes TKF dan TKV
Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu kelompok. (Arikunto, 2006). Peneliti menggunakan dua macam alat tes kreativitas, yaitu Tes Kreativitas Figural (TKF) dan Tes Kreativitas Verbal (TKV). Kedua tes ini masing-masing mengukur kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi dari kemampuan berpikir kreatif. Kedua alat ini memiliki korelasi sebesar 0,335 yang berarti bahwa korelasi yang dimiliki tergolong rendah (dalam Kurnia, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa meski alat ini mengukur hal yang sama yakni kreativitas, tetapi kedua alat ini mengukur kreativitas dalam bentuk yang berbeda.
3. Metode Dokumentasi
baik tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen yang diperoleh kemudian dianalisis, dan dipadukan (disintesis) membentuk satu hasil kajian sistematis, padu dan utuh. Pelaksanaan metode dokumentasi ini, yaitu dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2006).
Metode Dokumentasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah dengan melihat dokumen-dokumen yang berkaitan dengan subjek dan kondisi penelitian, yaitu berupa data jumlah subjek penelitian dan data seputar kedua sekolah tersebut yaituQaryah Thayyibahdan SMP 10 Salatiga.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar penelitian lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini ada instrument penelitian yaitu alat Tes Kreativitas Figural dan alat Tes Kreativitas Verbal. Tes Kreativitas Figural (TKF) mengukur kreativitas dalam bentuk performance sedangkan Tes Kreativitas Verbal (TKV) mengukur kreativitas dalam bentuk verbal.
1. Tes Kreativitas Figural (TKF)
1988 dilakukan penelitian standarisasi Tes Kreativitas Figural (untuk umur 10-18 tahun) oleh Munandar dan koleganya.
Tes Kreativitas Figural mengukur aspek kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi dari kemampuan berpikir kreatif. Selain itu, juga mengukur kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi antara unsur-unsur yang diberikan, (Bonus orisinalitas). Skor total Tes Kreativitas Figural yang dihasilkan dari aspek-aspek tersebut diatas kemudian di konversikan menjadi “Creativity Quotient”.
TKF ini berfungsi untuk mengukur aspek fluency, flexibility, originality, dan elaboration.
Tabel 1.
Blue Print Tes Kreativitas Figural
No Aspek Indikator Jumlah
Lingkaran 1 Kelancaran Memikirkan lebih dari satu jawaban,
mencetuskan banyak gagasan 2 Kelenturan
Menghasilkan gagasan, memiliki sudut pandang yang berbeda, mampu merubah cara pemikiran 3 Orisinalitas Menentukan cara-cara baru yang
efektif, konsep-konsep baru
4 Bonus
Original
Respon yang mengkombinasikan 2 atau lebih lingkaran
5 Elaborasi Memperinci secara detail,
mengembangkan gagasan/produk
JUMLAH LINGKARAN 65
Tinggi nilai tes kreativitas figural ditentukan oleh banyaknya jawaban yang benar dan memenuhi persyaratan. Jawaban benar dan memenuhi persyaratan mendapat nilai yang sudah distandarisasikan.
Penskoran pada variabel kreativitas digunakan berdasarkan skor kasar (RS) yang dihasilkan, kemudian dikonversikan ke dalam skor skala, dimana jumlah dari skor skala (SS) tersebut dikonversikan lagi pada table CQ (Cretivity Score). Skor CQ tersebut yang menjadi acuan kreativitas
subjek, dalam hal ini peneliti menggunakan tabel konversi skor total yang ada pada manual tes kreativitas figural.
2. Tes Kreativitas Verbal
pengukuran Creativity Quotient (CQ) berdasarkan konversi nilai baku (Munandar dalam Kurnia, 2010).
Tabel 2.
Blueprint Tes Kreativitas Verbal
No Aspek Indikator Jumlah
Soal 1 Kelancaran Memikirkan lebih dari satu jawaban,
mencetuskan banyak gagasan 2 Kelenturan
Menghasilkan gagasan, memiliki sudut pandang yang berbeda, mampu merubah cara pemikiran 3 Orisinalitas Menentukan cara-cara baru yang
efektif, konsep-konsep baru 4 Elaborasi Memperinci secara detail,
mengembangkan gagasan/produk
JUMLAH SOAL 24
Adapun uraian dari sub-tes pada kreativitas verbal, yaitu:
a. Tes permulaan kata, yaitu mengukur kelancaran dalam menghasilkan kata-kata, karena pada tes ini siswa harus menentukan sebanyak mungkin kata-kata yang memenuhi persyaratan tertentu.
b. Tes menyusun kata. Tes ini mengukur kelancaran siswa dalam membentuk kata sebanyak mungkin dari rangkaian huruf yang telah disusun dalam suatu kata tertentu.
d. Tes tentang sifat-sifat yang sama. Tes ini mengukur kelancaran menyampaikan gagasan-gagasan karena dalam tes ini siswa harus mampu menemukan dan mencetuskan gagasan sebanyak mungkin tentang objek yang memiliki dua sifat tertentu.
e. Tes tentang macam-macam penggunaan tidak lazim. Tes ini mengungkapkan fleksibilitas (keluwesan) dalam berpikir, karena dalam tes ini siswa dipaksa untuk melepaskan diri dari kebiasaan yang telah ada sebelumnya (dalam hal ini kebiasaan fungsi dari suatu benda tertentu). Disamping itu tes ini juga untuk mengukur orisinalitas dalam pemikiran, yaitu dengan memperhatikan kejarangan jawaban yang diberikan.
f. Tes apa akibatnya. Pada tes ini siswa harus memikirkan segala kemungkinan yang terjadi akibat dari suatu kejadian, meskipun kejadian tersebut sebetulnya tidak terjadi di Indonesia. Sehingga siswa dituntut untuk menggunakan imajinasinya dan lebih jauh harus dapat menguraikan gagasan-gagasannya, serta kemampuan elaborasi agar gagasan yang disampaikan memiliki keunikan.
waktu per item 2 menit untuk 4 item, subtes II diberi waktu per item 3 menit untuk 4 item, subtes III diberi waktu per item 3 menit untuk 4 item, subtes IV diberi waktu per item 4 menit untuk 4 item, subtes V diberi waktu per item 4 menit untuk 4 item, subtes VI diberi waktu 4 menit untuk 4 item, jadi jumlah waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes kreativitas verbal adalah 80 menit.
Tinggi nilai tes kreativitas verbal ditentukan oleh banyaknya jawaban yang benar dan memenuhi persyaratan. Jawaban benar dan memenuhi persyaratan mendapat nilai satu (1) sedangkan untuk jawaban yang salah atau tidak memenuhi persyaratan mendapat nilai nol (0).
Penskoran pada variabel kreativitas digunakan berdasarkan skor kasar (RS) yang dihasilkan, kemudian dikonversikan ke dalam skor skala, dimana jumlah dari skor skala (SS) tersebut dikonversikan lagi pada table CQ (Cretivity Score). Skor CQ tersebut yang menjadi acuan kreativitas subjek, dalam hal ini peneliti menggunakan tabel konversi skor total yang ada pada manual tes kreativitas verbal.
G. Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan reliabilitas dalam pengumpulan data merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel (Sugiyono, 2009).
1. Validitas
penelitian, maka diperlukan suatu proses pengujian validitas. Validitas alat ukur berkaitan dengan kemampuan alat ukur tersebut dalam mengukur secara tepat keadaan atau atribut yang diukurnya (Azwar, 2012).
Keterangan:
r xy : Koefisien korelasiproduct moment N : Jumlah sampel
∑xiyi : Jumlah skor tiap item kali item total
∑xi : Jumlah skor tiap item
∑yi : Jumlah skor total item
∑ : Jumlah kuadrat skor item ∑ : Jumlah kuadrat skor total
2. Reliabilitas
Selain validitas skala, salah satu ciri dari instrumen pengukuran yang berkualitas baik adalah reliabilitas. Reliabilitas alat ukur berkaitan dengan kemampuan suatu alat ukur dalam menghasilkan skor data penelitian yang cermat dengan eror pengukuran yang kecil (Azwar, 2012). Pada prinsipnya koefisien reliabilitas (rxx) berada dalam rentang
angka 0 sampai dengan 1,00. Bila koefisien reliabilitas suatu alat ukur semakin tinggi mendekati angka 1,00 berarti pengukuran tersebut semakin reliabel (Azwar, 2012).
Dimana :
= Koefisien Cronbach Alpha = Jumlah item valid
= Rerata korelasi antar item = Konstanta
H. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam pengolahan data penelitian ini adalah dengan Independent sample t-test, yaitu untuk mengamati perbedaan antara rata-rata dua kelompok sampel yang tidak berhubungan satu sama lain (Purwanto, 2008). Uji ini khususnya digunakan untuk menentukan apakan ada perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok yang diteliti.
Keterangan:
t : nilai t-test yang dicari : Mean sampel 1 : Mean sampel 2 : Varians sampel 1 : Varians sampel 2