• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PAUD 1003410 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PAUD 1003410 Chapter3"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan danJenis Penelitian

Metode penelitian digunakan untuk memudahkan suatu penelitian.

Denga kata lain metode penelitian akan memberikan petunjuk terhadap

pelaksanaan penelitian atau petunjuk bagaimana suatu penelitian

dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan teknik studi kasus dengan

pendekatan kualitatif. Yin (2013 : hlm. 5), menyebutkan bahwa metode

penelitian kualitatif ialah :

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian yang dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi objektif dilapangan tanpa adanya manipulasi. Pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari proses berfikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antara fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.

Bogdan dan Taylor (Basrowi & Suwandi, 2008, hlm.1) menyatakan

bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku

orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitiatif ini memungkinkan peneliti

terlibat langsung dan merasakan kehidupan subjek yang diteliti.

Penelitian kualitatif atau kajian kualitatif digunakan dalam

penelitian ini, karena penelitian ini menekankan pada upaya investigatif

untuk mengkaji secara natural (alamiah) fenomena yang tengah terjadi

dalam mengetahui keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum Disorder

(2)

B. Desain Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran keterampilan

sosial emosi anak Autism Spectrum Disorder (ASD) di sekolah PAUD inklusi

Bunda Ganesa. Keterampilan sosial emosi merupakan salah satu bentuk dari

keterampilan sosial emosi. Penelitian kualitatif ini dikenal sebagai studi kasus.

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

kasus. Menurut Arikunto (2010 : hlm 21), bahwa metode studi kasus sebagai

salah satu jenis pendekatan deskriptif, penelitian dilakukan secara intensif,

terperinci,dan mendalam terhadap suatu organisme ( individu), lembaga atau

gejala tertentu dengan subjek yang sempit. Menurut Yin (2013 : hlm 15)

mengemukakan penelitian studi kasus adalah sebuah metode penelitian yang

secara khusus menyelidiki fenomena kontemporer yang terdapat dalam

konteks kehidupan nyata.

Selain itu Bogdan and Biklen, dalam Ali (2010 : 144), desain-desain

riset kualitatif yang ada memfokuskan pada penelaahan terhadap suatu kasus

(telaah kasus tunggal), telaah kasus tunggal adalah penelaahan secara

mendalam terhadap suatu tatanan, subjek tunggal, dokumen tunggal, atau satu

peristiwa tertentu. Kepedulian dalam telaah kasus tunggal adakalanya terhadap

riwayat hidup seseorang yang terkait dengan segi-segi sosiologis maupun

psikologis sebagai media untuk memahami aspek-aspel mendasar dari tingkah

laku manusia atau institusi yang ada.

Data riset dikumpulkan dari tangan pertama yakni orang yang

bersangkutan atau Orangtua dari anak tersebut, selain itu untuk memperkuat

dalam penelitian peneliti mengambil sumber dari Guru kelas yang menangani

anak yang bersangkutan selama berada di sekolah dan studi dokumentasi

untuk lebih melihat bagaimana situasi peristiwa pada saat penelitian

berlangsung. Bagaimana gambaran keterampilan sosial emosi anak Autism

(3)

Dalam pelaksanaanya, pelaku riset berpegang pada suatu asumsi

teoritis tentang suatu fokus riset, yang dirumuskan sendiri sebelum berangkat

mengumpulkan data, asumsi teoritis ini bisa saja berubah stelah data

dikumpulkan. Oleh sebab itu pengumpulan data itu tidak dapat dilakukan

hanya satu atau dua kali, melainkan berkali-kali, maka bisa terjadi perubahan

terhadap asumsi teoritis yang dirumuskan oleh pelaku riset itu terjadi

berkali-kali pula. Namun karena keterbatan waktu peneliti maka penelitian kualitiatif

yang dilakukan di PAUD Bunda Ganesa kota Bandung ini dilakukan selama

satu bulan lebih sejak bulan Oktober- November yang dalam pelaksanaannya

peneliti tidak sepenuhnya berada dilapangan Penelitian berlangsung terjadi .

C. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian

adalah di Sekolah PAUD inklusi yaitu PAUD Bunda Ganesa yang ber

alamatdi Jl. Gelap Nyawang 2 Tamansari Bandung 40116.

Alasan peneliti memilih lokasi sekolah PAUD Bunda Ganesa adalah

lembaga pendidikan yang berkualitas yang merupakan sekolah percontohan

dan memiliki sarana untuk anak berkebutuhan khusus ini dapat bersekolah di

sekolah umum dengan anak-anak normal lainnya yang dapat dikatakan

sebagai sekolah inklusi.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah subjek yang akan dituju untuk di

teliti oleh peneliti, sebagaimana di ungkapkan oleh Purnomo (1996 : 75).

Penelitian kali ini hanya akan meneliti pada satu orang anak ASD adalah

Budi ialah salah satu siswa di sekolah Bunda Ganesa yang mengalami

Autism Spectrum Disorder (ASD) usia dini. Sedangkan informan

sekundernya adalah keluarga dari Budi , Guru Kelas yang menangani Budi

(4)

E. Instrumen Penelitian

Kisi-kisi Instrumen penelitian wawancara dan Observasi mengenai

keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum Disorder (ASD) yang

dimaksudkan mengacu kepada Herlina, dkk dalam Manual Asesmen

Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah (2009), Hurlock (1980), Santrock

(2002), dan Yusuf (2007) dalam kirteria / dimensi yang akan di paparkan

pada pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.1

“Kisi-kisi Instrumen Penelitian Wawancara dan Observasi “Keterampilan Sosial Emosi Anak Autism Spectrum Disorder (ASD) di

(5)

dalam

Simpati  Gembira ketika

(6)

teman bersedih.

Empati  Tidak tertawa

saat teman

Marah  Mengungkapkan

rasa marah

Takut  Mengungkapkan

(7)

Sedih  Mengungkapkan

Gembira  Mengungkapkan

rasa gembira

Kecemasan  Mengungkapkan

(8)

F. Teknik Pengumpulan Data

Sebagaimana yang diungkapkan dalam Yin (2013 : hlm. 22). Dalam

penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun

selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka dapat

dikembangkan instrumen penelitian sederhana dimana instrumen

penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini, yaitu

1. Observasi

Pedoman observasi ini berisi tentang aspek-aspek keterampilan sosial

emosi anak Autism Spectrum Disorder (ASD). Observasi pada anak Autism

Spectrum Disorder (ASD) ini, akan dilakukan ketika anak sedang berada di

kelas, saat anak sedang istirahat, dan ketika anak melakukan kegiatan

tambahan di sekolah. Dengan adanya observasi ini, maka diharapkan

peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak terungkap ketika wawancara

dan peneliti memperoleh gambaran yang komprehensif mengenai

keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum Disorder(ASD) di PAUD

Inklusi. Untuk mempermudah dalam observasi maka dibuatnya pedoman

observasi.

Isi dari pedoman observasi mengenai keterampilan sosial ( pengenalan

diri, meniru, hubungan sosial, kerjasama, simpati, empati, dukungan sosial,

kemurahan hati, dan perilaku akrab). Sedangkan keterampilan emosi meliputi

( takut, sedih, gembira, rasa ingintahu, kecemasan, dan kekhawatiran).

Kekhawatiran  Mengungkapkan

kekhawatirannya

dengan rasa takut

yang terungkap

oleh ekspresi

wajah anak.

Observasi

Wawancara

Guru

Kelas,

Orangtua

(9)

Adapun teknik dan cara untuk melakukan observasi yaitu sebagai

berikut :

a. Alat Observasi

1. Daftar Chek (Check List )

Penataan data dilakukan dengan menggunakan sebuah daftar yang

memuat nama observer dan jenis gejala yang diamati. Untuk lebih lengkap

mengenai pedoman observasi dilampirkan pada bagian lampiran pada

Tabel 3.3

Daftar Checklist

ASPEK KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI

No Indikator M KM TM Butiran Kualitatif 1. Pengenalan diri

Dapat menyebutkan nama. √ Budi dapat

menyebutkan nama nya ketika berkomunikasi singkat saat berkenalan pertemuan pertama. Dapat menyebutkan identitas

gender.

√ Budi dapat

menyebutkan gender kelamin bahwa ia adalah anak laki-laki. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Bila ditanya oleh guru nya Mengenali diri sendiri di kaca/

gambar.

√ Budi dapat mengenali

dirinya pada saat akan cuci tangan di wastafel dan melihat ke kaca.

Keterangan :

K = mampu ( sudah dapat melakukan dengan inisiatif sendiri)

KM = kurang mampu ( perlu bantuan orang lain untuk dapat melakukannya)

(10)

2. Peralatan Mekanis (Mechanical Device)

Pencatatan dengan alat ini tidak dilakukan pada saat observasi

berlangsung, karena sebagian atau seluruh peristiwa direkam dengan alat

elektronik sesuai dengan keperluan.

2. Wawancara

pedoman wawancara yang dibuat berisi tentang pertanyaan yang

berkenaan dengan keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum

Disorder (ASD) ketika pertama masuk sekolah dan selama anak berada di

Sekolah. Pertanyaannya diberikan kepada orangtua anak, Guru Kelas, dan

Guru Pembimbing khusus atau psikolog yang berada di sekolah tersebut.

Dengan adanya pedoman wawancara diharapkan akan memudahkan

peneliti untuk mendeskrpsikan dan menggali lebih dalam mengenai

keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum Disorder (ASD) pada saat

awal masuk sekolah sampai anak telah dapat mengikuti kegiatan di

sekolah. peralatan pendukung yang dapat digunakan untuk melakukan

wawancara yaitu block note, ball-point, kamera, dan tape recorder.Untuk

lebih lengkap mengenai pedoman observasi dilampirkan pada bagian

(11)

Tabel 3.4

Pedoman wawancara dengan Guru

KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD) DI SEKOLAH PAUD BUNDA GANESA

( Diadaptasi dari Herlina, dkk dalam Manual Asesmen Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah (2009), Hurlock (1980), Santrock (2002), dan Yusuf (2007)

Aspek yang diungkap : keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum

Disorder (ASD) di sekolah PAUD Bunda Ganesa

Hari / Tanggal : 3 Oktober 2014

Informan : Guru Kelas Budi

Tempat : PAUD Bunda Ganesa

No Aspek Perkembangan Indikator Perkembangan Butir Pertanyaan Jawaban 1. 1. Keterampilan Sosial

emosi

Menyebutkan nama sendiri  Apakah anak dapat menyebutkan identitasnya dirinya? Misalnya

menyebutkan namanya sendiri?.

(12)

Tabel 3.5

Pedoman wawancara dengan Orangtua

HASIL WAWANCARA ORANG TUA MURID

KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD) DI SEKOLAH PAUD BUNDA GANESA

Aspek yang diungkap : keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum

Disorder (ASD) di sekolah PAUD Bunda Ganesa

Hari / Tanggal : 14 Oktober 2014

Mengerjakan tugas bersama adik dan kaka.

Budi masih belum dapat diajak bekerjasama

(13)

3. Studi Dokumentasi

Penggunaan studi dokumentasi ini untuk mendapatkan data tertulis

atau bukti fisik yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti

dan juga dapat digunakan sebagai pelengkap data penelitian. Adapun

pedoman yang di buat dalam studi dokumentasi ialah mengumpulkan

beberapa hasil tulisan data perkembangan anak Autism Spectrum Disorder

(ASD) di tiap harinya, dan mencatat semua kegiatan yang ia lakukan selama

berada di sekolah. Dengan adanya pedoman studi dokumentasi diharapkan

akan memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan bagaimanaperkembangan

anak setiap harinya. Instrumen penelitian ini sebagaimana yang di kemukakan

oleh Yin ( 2013 : 23). Alat yang dapat digunakan untuk melakukan studi

dokumentasi yaitu Kamera,alat perekam suara, dan handycam. Namun karena

peneliti terlibat langsung dalam penelitian ini, tidak sepenuhnya peneliti

mendapatkan hasil dokumentasi gambar dan video yang sesuai dengan waktu

nya. Namun ada yang mewakili setiap kegiatan yang sedang berlangsung.

Gambar 3.1

laporan dokumentasi

(14)

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar,

dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi

terhadap data dalam penelitian kualitatif. Peneliti mendeskripsikan tentang

orang-orang, objek, tempat, kejadian, aktivitas, dan percakapan (Satori & Komariah,

2009, hlm.180).

Terdapat beberapa bentuk format catatan lapangan yang dianjurkan oleh

Spradley (2007, hlm.104) yakni:

a. Laporan ringkas.

Semua catatan yang dilakukan selama wawancara aktual atau observasi

lapangan menunjukkan suatu versi ringkas atas hal-hal yang sesungguhnya terjadi.

Secara manusiawi, tidaklah mungkin untuk mencatat segala sesuatu yang

berlangsung atau segala sesuatu yang dikatakan informan. Catatan ringkas ini

dicatat dengan segera agar tidak tertinggal atau terlupakan detail-detail penting

berikutnya selain itu dalam laporan ringkas ini mencatat kalimat-kalimat dan

kata-kata yang digunakan informan. Laporan ringkas ini akan tampak ketika laporan

ringkas ini diperluas setelah selesai menyelesaikan wawancara atau observasi

lapangan. Dalam membuat laporan ringkas peneliti menggunakan aplikasi note di

Handpone peneliti yang mudah dibawa kemana-mana saat melakukan observasi

partisipan. Berikut merupakan contoh laporan ringkas.

laporan ringkas

1. Catatan Anekdot (Anecdotal Record )

Alat untuk mencatat gejala-gejala khusus atau luar biasa menurut urutan

kejadian, catatan dibuat segera setelah peristiwa terjadi. Pencatatan ini dilakukan

terhadap bagaimana kejadiannya pada saat pembelajaran di sekolah berlangsung

untuk melihat pada pengenalan diri,meniru,hubungan sosial,kerjasama,kemurahan

(15)

rasa ingin tahu,kecemasan dan kekhawatira pada saat kejadian tersebut. Untuk

lebih lengkap mengenai pedoman observasi dilampirkan pada bagian lampiran

pada

Tabel 3.2 Pedoman Observasi

Catatan Anecdot Keterampilan Sosial Emosi Anak Autism Spectrum Disorder (ASD) di sekolah PAUD Bunda Ganesa

Kelas : Strawberry Class

Hari / Tanggal :Rabu, 1 Oktober 2014

Observer : Aulia Rahmawati Dewi

Waktu : 09.45- 12.15

Deskripsi Kejadian

Pada jam istirahat terlihat Budi selesai makan ia langsung berlari ke sentra Dramatic play, pada awalnya entah mengapa ia langsung bermain disana. Ketika observer berbincang dengan guru pendampingnya ternyata memang Budi sangat suka sekali bermain bp-bpan sambil berbicara sendiri, seringkali setiap selesai makan ia langsung berlari ke sentra dramatic play ini, observer mencoba untuk berkenalan dengan Budi sambil ikut bermain bersama Budi. Ketika observer memulai percakapan dengan Budi. Budi mau berkenalan, namun pandangannya tidak tertuju pada penulis dan mengalihkan pandangannya ke arah yang lain. .Budi hanya dapat menjawab pertanyaan- pertanyaan yang sederhana dan tidak dapat lama untuk bertatap muka ia langsung menghampiri guru pendampingnya.

Komentar / Kesimpulan Observer

Disini terlihat bahwa Budisudah dapat menyebutkan namanya sendiri meski ia hanya dapat menjawab pertanyaan observer dengan singkat dan tidak tertuju pandangannya pada obsever, tidak ada lg inisiatif Budi untuk bertanya balik pada observer dan dapat menjalin hubungan sosial yang lebih akrab lagi

b. Laporan yang diperluas.

Catatan ini memperluas dari laporan ringkas. Setelah setiap pertemuan

dilapangan, etnografer harus secepat mungkin menuliskannya secara detail dan

(16)

kalimat kunci berperan sebagai pengingat yang sangat bermanfaat untuk membuat

suatu laporan diperluas. Berikut merupakan contoh laporan yang diperluas.

Catatan Lapangan

Deskripsi Kegiatan

CATATAN LAPANGAN

Kamis 2 Oktober 2014

Budi datang ke sekolah hanya diantar oleh orangtua nya sampai pintu masuk sekolah terlihat Budi dapat lepas dari orangtua nya dan tidak ketergantungan. Pada saat Budi masuk sudah ada guru pendampingnya yang sudah menunggu Budi, dan guru pendampingnya meminta Budi untuk menyimpan sepatu dan tas pada tempatnya yang sudah disediakan. Terlihat Budi dapat mengikuti instruksi yang diperintahkan oleh guru pendampingnya, setelah itu Budi menarik tangan guru pendampingnya dan menyimpan tas pada tempat yang sudah disediakan. Budi pun menarik kembali tangan guru pendampingnya dan duduk di pinggir pasir sambil menunggu jam waktu masuk kelas tiba. Terlihat disini Budi dapat berpisah dengan orangtuanya dan tidak menangis saat tidak bersama orangtuanya.... Budi terlihat sudah dapat tidak ketergantungan dengan orangtuanya apabila ia berada di sekolah. namun pada saat di sekolah ia lebih cenderung ketergantungan dengan guru pendampingny a, meski ia dapat melakukan sesuatu hal sendiri namun tetap dalam pendampingan gur, dan harus terus dimotivasi untuk melakukan sesuatu terlebih dahulu. Ia jugacenderung tidak akrab dengan teman -teman yang lain, ia akan senang bercerita hanya dengan yang ia rasa nyaman dan dekat dengannya seperti guru pendampingnya dan guru kelasnya. Apabila ia disapa oleh guru lain ia tidak menjawab melainkan bersembunyi di belakang guru pendampingnya.

(17)

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data

Yin menyatakan analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan

jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,memilah-milahnya menjadi

satuan yang dapat dikelola,mensistensikannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dpelajari dan memutuskan apa yang

dapat di ceritakan kepada orang lain. Yin ( 2013 : hlm 20). Data yang diperoleh

dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dianalisis dalam teknik

analisis data kualitatif.

Pada hakikatnya, analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur,

mengurutkan,mengelompokkan,memberi kode/ tanda, dan mengkategorikannya

sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin

dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya

berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa

dipahami dengan mudah. Yin (2013 : hlm 25).

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini

akan mengacu pada pertanyaan penelitian, observasi, wawancara dan dokumentasi

terkait tentang gambaran keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum

Disorder ( ASD) di sekolah PAUD Bunda Ganesa.

2. Langkah-langkah Analisis

Menganalisis data Secara umum memiliki 3 langkah analisis data dalam

penelitian ini mencakup 3 tahap :

1. Data reduction ( Reduksi data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk

itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke

lapangan maka jumlah data akan semakin banyak, dan kompleks.untuk itu

(18)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan sub temanya.

Dengan demikina data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas, dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya. Seperti yang diungkapkan Yin (2013 : hlm 30). Dengan

demikan data yang diperoleh dalam penelitian ini melalui guru,Orangua

murid, dan penguat dari pihak sekolah segera dianalisis melalui reduksi

data.

2. Data Display ( penyajian data)

Mendisplay data dalam penelitian kualitatif adalah penyjian data

yang bisa dilakukam dalam bentuk uraian singkat, hubungan antar

kategori. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk

memahami apa yang terjadi,merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan

apa yang telah dipahami tersebut. Yin ( 2013 : hlm 30).

3. Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang

kuat yang mendukung pada tahap awal,tetapi didukung oleh bukti-bukti

yang valid dan konsisten saat peeliti melakukan penelitian di lapangan.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin

saja tidak karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dalam

penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah

(19)

Charmaz (Smith, 2009, hlm.181) Aktivitas coding minimal terdiri dari dua

tahap. Tahap pertama adalah fase awal berupa pemberian nama terhadap

masing-masing baris data. Tahap kedua adalah fase selektif terfokus, menggunakan

kode-kode awal yang paling sering muncul atau paling signifikan.Berikut merupakan

langkah pertama dalam mengkoding:

Tabel 3.1

Tabel mengkoding catatan lapangan

Pada saat peneliti mengajak berkenalan dengan Budi,

peneliti mulai memperkenalkan diri dan memulai

percakapan singkat. Meski dapat dijawab oleh

Budinamun pandangannya tidak tertuju pada peneliti,

hanya sesekali ia dapat memandang bertatap muka

namun langsung mengalihkan pandangannya, dan

bersembunyi dibalik guru pendampingnya.

 Keterampilan Sosial

(pengenalan diri)

a. Selective coding

Dari hasil koding tersebut mendapatkan banyak sekali kode. Berikut

merupakan bagian dari daftar kode yang dihasilkan :

1.

Keterampilan Sosial (pengenalan diri)

2. Keterampilan Sosial (Hubungan Sosial)

3.

(20)

a. Focus Coding

Kemudian dari kode-kode yang telah terseleksi tersebut digolongkan atau

lebih difokuskan dan digolongkan menjadi beberapa tema besar dan subtema yang

menghasilkan 2 tema besar yaitu Keterampilan Sosial dan Keterampilan Emosi,

dan 16 sub tema yang dapat kita peroleh yaitu ( pengenalan diri, perilaku akrab,

meniru, hubungan sosial, kerjasama, kemurahan hati, simpati, empati, dukungan

sosial, marah, sedih, gembira, takut, rasa ingin tahu, kekhawatiran, dan

kecemasan). . Inilah sebagian contoh tabel fokus coding.

Tabel 3.8 Tabel fokus coding

TEMA SUBTEMA

KeterampilanSosial (pengenalan diri)  Anak belum dapat memperhatikan guru saat pembelajaran

Keterampilan Sosial

(Perilaku akrab)  Anak sudah dapat berpisah dari

orangtua dengan tidak menangis

Keterampilan Emosi

( Gembira)  Anak dapat mengungkapkan rasa

gembiranya ketika melakukan

kegiatan yang ia senangi

Hasil dari proses mengkoding tersebut kemudian dianalisis disajikan

dalam bentuk narasi/laporan kualitatif. Pendekatan naratif ini bisa meliputi

pembahasan tentang kronologi peristiwa, tema-tema tertentu (lengkap dengan

subtema-subtema, ilustrasi-ilustrasi khusus, perspektif-perspektif, dan

kutipan-kutipan), atau tentang keterhubungan antar tema (Creswell, 2010,

hlm.283).Peneliti menganalisis hubungan antar tema yang telah dihasilkan dengan

(21)

A.Pengecekan keabsahan data

Ada banyak cara untuk pengecekan keabsahan data dalam penelitian

kualitatif namun peneliti menggunakan satu strategi yakni menerapkan

triangulasi data

1. Triangulasi Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai perbandingan terhadap data itu. Patton yang dikutip oleh Yin menyatakan

triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek dalam suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

kualitatif. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara : (1) membandingkan data hasil

pengamatan dengan hasil wawancara (2)membandingkan apa yang dikatakan

orang di depan umum dengan dikatakannya secara pribadi (3)membandingkan apa

yang dikatakan orang dengan situasi penelitian di lapangan (4) membandingkan

hasil wawancara dengan isi suatu dokumen atau intrumen penelitian yang

berkaitan. Yin ( 2013 : hlm 35).

H. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian deskriptif dilakukan melalui beberapa tahap,

yaitu :

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini penulis menyusun proposal penelitian, kemudian

menentukan metode penelitian yang akan digunakan, menyusun pedoman

observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi untuk

memperoleh data.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan saat penelitian berlangsung sampai dengan

selesai, mulai dengan mengumpulkan data, menggunakan instrumen

(22)

3. Tahap pengolahan data

Pada tahap ini data yang telah terkumpul diolah sesuai dengan metode

penelitian yaitu deskriptif kualitatif.

4. Tahap pelaporan

Tahap ini dilakukan pengolahan seluruh data, penulis menyusun hasil

pengolahan data, menulis, menggandakan, dan menyerahkan laporan.

I. Penjelasan Istilah 1. Keterampilan Sosial

keterampilan sosial yang dimaksudkan pada penelitian ini mengacu

kepada pendapat Hurlock (1978 : hlm 251) yang menyatakan bahwa

anak-anak akan belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial dan menjadi

pribadi yang dapat bermasyarakat. Jadi seseorang dapat dikatakan

berkembang sosial emosinya apabila ia sudah mampu menunjukan tindakan

yang sesuai dengan aturan yang telah dibuat. Dalam keterampilan sosial

bentuk pola keterampilan sosial yaitu pengenalan diri, meniru, hubungan

sosial, kerjasama, simpati, empati, dukungan sosial, kemurahan hati, perilaku

akrab.

2. Keterampilan Emosi

Keterampilan emosimengacu kepada pendapat Hurlock (1978 : hlm

115) pada masa awal anak-anak emosi sangat kuat dalam arti bahwa ia mudah

terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit di bimbing dan diarahkan,

hal ini tampak mencolok pada usia 2,5 tahun hingga 6,5 tahun. Anak- anak

lebih mudah mengalami hampir semua jenis emosi dan cara anak

mengungkapkan emosi sangat berbeda-beda pola-pola emosi yang yang

berhubunga diantaranya yaitu rasa takut, marah, hasrat ingin tahu, khawatir,

was-was, malu, rasa takut, cemas.

3. Autism

Autism Spectrum Disorder (ASD) yang dimaksudkan Menurut wiliam,

(23)

gangguan perkembangan yang secara umum tampak di tiga tahun pertama

kehidupan anak dan berpengaruh pada komunikasi, interaksi sosial, imajinasi

dan sikap. Pada anak-anak atau remaja yang diagnosis gejala autism

menunjukan hambatan di interaksi sosial, komunikasi, dan permainan

imajinasi sebelum usia tiga tahun sebgaimana juga tingkah laku stereotip,

kesukaan terhadap suatu benda (Wright dan Wiliams, 2007 : 23).

4. Sekolah Inklusi

Sekolah inklusi adalah Pendidikan inklusif merupakan suatu

sistem pembelajaran di sekolah regular yang peserta didiknya terdiri dari

anak biasa dan anak berkebutuhan khusus yang memerlukan pendidikan

khusus yang dilaksanakan secara bersama-sama. dalam Pedoman

Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Kegiatan Belajar Mengajar Di

Sekolah, Depdiknas (2005).

4. Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan

dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan

(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio

emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai

dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia

Gambar

gambar. dirinya pada saat akan
Tabel 3.4 Pedoman wawancara dengan Guru
Gambar 3.1
Tabel mengkoding catatan lapangan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Samudera adalah teman baik dari guru padepokan merpati putih, namun ia tidak puas dengan padepokan merpati putih yang sederhana, kecil dan muridnya hanya itu-itu saja,

dalam kegiatannya sendiri (dalam pendidikan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah, konselor), dalam pengumpulan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan

Populasi dalam penelitian ini adalah para guru pendidikan jasmani di Sekolah SMP Negeri Kota Cimahi yang berjumlah 11.G. orang dari 11 Sekolah, namun dikarenakan

PENDAPAT KEPALA SEKOLAH DAN GURU PAMONG TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK MAHASISWA PLP PGPAUD FIP UPI TAHUN AKADEMIK 2014-2015.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan

MB 2 Anak sudah mampu melempar bola tepat sasaran dengan satu tangan namun masih dibantu oleh guru BSH 3 Anak mampu melempar. bola tepat sasaran dengan satu tangan dengan

Wawancara tipe open-ended (tidak terstruktur) dilakukan secara natural oleh peneliti kepada orang tua subjek serta guru atau kepala sekolah dengan pencatatan

“ Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan