• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER PESERTA DIDIK Oleh Suheni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "(1)IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER PESERTA DIDIK Oleh Suheni"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

Oleh

Suheni*)

*) Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

Abstract

Some phenomena happen in the society are very apprehensive for the progression and safety of nation that have so many students as new generation. The phenomena are gang fight, less appreciation to the teacher, impolite, less discipline, less responsible to the job, not honest, cheating, and criminal action done by the students.

Character is a disposition, habitual, and moral have by someone that adhere to their personality and appear in their daily attitude. It can be shaped and developed through education. Educational character is value education, moral, and disposition to develop students’ ability in giving good or bad decision, protecting good things, and creating goodness in daily live.

The character values that need to be developed in schools consist of 18 characters through the subjects. From 18 values, the main characters are honest, strong, care, and smart. However, 7 development strategies are: 1) creating religious and conducive climate, 2) organizing socio- emotional climate, 3) building academic culture, 4) integrating with the learning process, 5) integrating with guidance and counseling program, 6) integrating with extracurricular, and 7) working together with others.

Key words: implementation, educational character.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sengaja dan terencana

dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal. Apabila

potensi peserta didik dapat berkembang secara maksimal memungkinkan

terbentuk manusia yang berkualitas. Manusia yang berkualitas adalah manusia

(2)

kecerdasan yang tinggi, jujur, bertanggungjawab, mempunyai akhlak mulia,

berperilaku sopan, serta moral yang baik. Hal ini tidak akan diperoleh dengan

sendirinya, tetapi melalui proses pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut

dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1

dijelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spritual kegamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak

mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara”.

Selanjutnya dalam UU No. 20 Tahun 2003 pada pasal 3 ditegaskan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa peserta didik

merupakan generasi penerus bangsa yang akan menentukan maju mundurnya

suatu bangsa dengan kualitas bangsa yang diinginkan. Kualitas bangsa yang

diinginkan adalah kualitas bangsa dengan karakter yang baik, yaitu berakhlak

mulia, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, disiplin, bertanggung

jawab serta mempunyai perilaku dan moral yang baik.

Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah untuk membentuk

generasi muda yang berkualitas (peserta didik). Misalnya , inovasi kurikulum,

memberikan pelatihan di bidang keagamaan dan bidang lainnya, seperti : pelatihan

dalam mengembangkan kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ),

kecerdasan moral (MQ) serta kecerdasan spritual (SQ). Di samping itu

memberikan sosialisasi tentang pendidikan karakter seperti yang dimuat dalam

kurikulum 2013, melaksanakan program dan menanamkan kebiasaan yang baik

(3)

untuk menjaga dan memelihara lingkungan bersih dan sehat, memberikan

tugas-tugas secara terstruktur untuk membentuk tanggung jawab peserta didik.

Namun kenyataannya fenomena yag ada di tengah-tengah masyarakat

sangat mengkuatirkan untuk kemajuan dan keamanan suatu bangsa yang berada

ditangan peserta didik sebgai generasi penerus bangsa. Hal ini dapat dilihat bahwa

sering terjadi tauran dikalangan peserta didik, peserta didik yang kurang

menghargai guru (pendidik), tidak sopan, kurang disiplin, kurang

bertanggungjawab terhdap tugas-tugas yang diberikan, tidak jujur, masih

berkembangnya budaya menyontek waktu ujian serta masih banyak tindakan

kriminal yang dilakukan oleh peserta didik.

Berdasarkan kondisi di atas siapa yang harus dipersalahkan, pendidikan?,

sistem? Orang tuakah?, masyarakat atau memang sudah menjadi karakter bagi

peserta didik. Terkait dengan permasalahan tersebut perlu dianalisis dan dicarikan

solusi yang tepat supaya tujuan pendidikan dapat dicapai secara maksimal.

Sehubungan dengan karakter peserta didik yang semangkin memburuk tidak bisa

terlepas dari pendidikan karakter yang sedang digalakkan oleh pemerintah.

Karakter tidak bisa diwariskan dan bukan pula dibawa sejak lahir. Karakter harus

dibangun dan dikembangkan secara terus-menerus melalui proses pendidikan, baik

pendidikan dilingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan

masyarakat, karena ketiga lingkungan pendidikan tersebut saling terkait dalam

membangun karakter peserta didik atau karakter anak bangsa selaku generasi

penerus bangsa.

Pada dasarnya peserta didik mempunyai potensi menjadi seorang pribadi

yang berkarakter. Karakter akan menjadikan seseorang pribadi yang memiliki nilai

lebih. Dalam membangun karakter peserta didik pemerintah telah melakukan

inovasi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional seperti tertuang dalam

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 3.

Salah satu inovasi tersebut adalah “dicanangkannya pendidikan karakter bangsa

melalui berbagai proses pendidikan”. Di samping itu pendidikan karakter harus

(4)

moral yang baik dan dapat mengembangkan kemampuan akademik peserta didik

( Kurniawan : 2014:2).

Pendidikan karakter tidak hanya merupakan inovasi pendidikan, tetapi juga

merupakan pendidikan yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan benar serta

melibatkan setiap pihak yang terkait (stakeholder) dalam penyelenggaraan

pendidikan. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional jelas bahwa di

setiap jenjang pendidikan harus direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis

guna mencapai tujuan tersebut.

Dalam rangka membangun dan mengembangkan karakter peserta didik

sehingga berakhlak mulia, taat beragama, sopan dalam berinteraksi dengan

masyarakat, bermoral, disiplin, jujur, serta bertanggungjawab terhadap dirinya dan

lingkungannya, maka pendidikan harus direncanakan , dilaksanakan dan

dievaluasi dengan baik, serta mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya.

Pendidikan karakter harus membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara

kognitif, penghayatan nilai secara efktif dan akhirnya pengenalan nilai secara

nyata. Oleh karena itu semua mata pelajaran yang dipelajari peserta didik harus

memuat pendidikan karakter yang bisa membentuk manusia yang berkarakter.

Pendidikan karakter bukanlah mata pelajaran, tetapi harus dintegrasikan dalam

setiap mata pelajaran untuk mengembangkan karakter peserta didik.

PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER

Karakter merupakan kebiasaan, tabiat, atau watak yang dimiliki

seseorang yang terlihat dalam perilaku seseorang pada saat manusia berinteraksi

dengan manusia lainnya, sehingga orang lain akan menilai bahwa seseorang itu

berkaraktek baik atau buruk. Sehubungan dengan pengertian karakter, berikut

akan dikemukakan beberapa pendapat ahli tentang pengertian karakter.

Secara etimologis kata karakter berasal dari Bahasa Inggris, yaitu

“character”, dari Bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti”to engrave” (Ryan dan Bohlin, 1995:5). Kata “ to engrave” artinya mengukir, melukis, memahatkan atau menggoreskan (Echols and Shadily, 1995:214).

(5)

akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Karakter

juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbol khusus yang dapat dimunculkan pada

layar dengan papan ketik (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008:682). Orang berkarakter

berarti orang yang berkepribadian, berprilaku, bersifat, bertabiat atau berwatak.

Ini berarti karakter identik dengan keperibadian atau akhlak. Di samping itu

Corley dan Philips (dalam Budimansyah, 2012:5) menegaskan “ karakter

merupakan sikap dan kebiasaan yang memungkinkan dan mempermudah tindakan

moral. Dengan kata lain karakter merupakan kualitas moral seseorang. Jika

seseorang mempunyai moral yang baik, maka akan memiliki karakter yang baik

yang terwujud dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehar-hari”.

Selanjutnya Budimansyah (2012:6) menegaskan lagi bahwa “terdapat

empat karakter utama dari seorang individu, yakni, cerdas, jujur, tangguh dan

peduli”. Keempat karakter tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Olah Pikir

Cerdas

Olah Hati

Jujur

Olah Rasa

Peduli

Olah raga

Tangguh

Gambar 1. Empat Karakter Utama dari Seorang Individu

Selain itu Kertajaya (2010) mengemukakan “ karakter adalah ciri khas

yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan

mengakar pada keperibadian benda atau individu tersebut serta merupakan

“mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap dan

merespon sesuatu. Kemudian Prayitno (2014:8) mengemukakan ”karakter adalah

sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi

penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi”. Selanjutnya

Prayitno (2014:8-9) secara terperinci menjelaskan pengertian karakter sebagai

(6)

1. Sifat pribadi: merupakan ciri-ciri yang ada di dalam pribadi seseorang

yang terwujudkan dalam tingkah laku.

2. Relatif stabil: suatu kondisi yang apabila terbentuk akan tidak mudah

berubah atau diuabah.

3. Landasan: kekuatan yang pengaruhnya sangat besar/dominan dan

menyeluruh terhadap hal-hal yang terkait langsung dengan kekuatan

yang dimaksud.

4. Penampilan perilaku: aktivitas individu atau kelompok dalam bidang

dan wilayah (setting) kehidupan sebagaimana kondisinya tersebut di

atas.

5. Standar nilai/norma: kondisi yang mengacu pada kaidah-kaidah

agama, ilmu dan teknologi, hukum, adat dan kebiasaan yang tercermin

dalam perilaku sehari-hari.

Di samping pengertian karakter yang dikemukakan di atas, Kemendiknas

(2010:32) menjelaskan bahwa :

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak atau keperibadian seseorang yang terbentuk dari hasil interaksi berbagai kebajikan (vertues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berfikir, bersikap, bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya dan hormat kepada orang lain.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter

adalah watak, tabiat kebiasaan, moral yang dimiliki oleh seseorang yang melekat

pada keperibadiannya dapat berwujud dalam bentuk sikap dan perilaku dalam

kehidupan sehari-hari yang bisa dibentuk serta dikembangkan melalui pendidikan.

Sedangkan pendidikan karakter menurut Martadi (dalam Budimansyah (2012:15)

mengemukakan bahwa” pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan

nilai, pendidikan moral, pendidikan budi perkerti, pendidikan watak yang

bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan

keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu

dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati”. Dengan kata lain pendidikan

(7)

dintegrasikan pada semua mata pelajaran di sekolah, karena pendidikan karakter

bukan merupakan mata pelajaran. Karakter seseorang akan terwujud dalam

perilaku individu. Indikator dari karakter menurut Prayitno (2014:9) adalah :

Iman dan tagwa, pengendalian diri, sabar serta disiplin, kerja keras dan ulet, bertanggung jawab, dan jujur, membela kebenaran, kepatutan, kesopanan, dan kesantunan, ketatatan pada peraturan, loyal, demokratis, sikap kebersamaan, musyawarah dan gotong royong toleran, tertib, damai dan anti kekerasan, hemat, konsisten.

Dari indikator karakter ini dapat dipilih indikator khusus terkait dengan

terampil sebagai sub karakter disiplin, yaitu: disiplin, kerja keras dan ulet, serta

menerapkan kebenaran dalam arti ilmu dan teknologi bidang/wilayah kehidupan

tertentu.

NILAI KARAKTER YANG DIKEMBANGKN DI SEKOLAH

Nilai karakter dalam pembelajaran yang harus dikembangkan dapat

diintegrasikan melalui semua mata pelajaran. Nilai karakter tersebut banyak sekali

jenisnya, namun ada nilai-nilai karakter yang dipilih terkait dengan standar

kompetensi yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Sehubungan dengan

hal tersebut Kemendiknas (dalam Yusuf dan Nani M. Sughandi 2012:33-35)

mengemukakan nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam pendidikan dari

sumber-sumber berikut ini.

1. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh

karena itu, kehidupan individu, masyarakat dan bangsa selalu didasari

pada ajaran agama dan kepercayaannya.

2. Pancasila: negara kesatuan republik Indonesia ditegakkan atas

prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila.

Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai

yang mengatur kehidupan poitik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan,

budaya dan seni.

3. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup

bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui

(8)

makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota

masyarakat itu.

4. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus

dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai

satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan

nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga

negara Indonesia.

Berdasarkan empat sumber itu nilai dapat diidentifikasikan sejumlah nilai

untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut.

Tabel 1. Karakter yang Dikembangkan

1. Religius Sikap dan perilaku yan patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran trhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras Sikap yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

cara atau hasil baru dari sesuatu yang sudah dimiliki. 7. Mandiri Sikap dan perilaku dan tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berpikir,, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.

10.Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasanyang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompokknya.

(9)

yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, social budaya, ekonomi dan politik bangsa.

12. Menghargai Pretasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/ Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin member bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Dari 18 nilai karakter di atas guru sebagai pendidik dalam

mengembangkan karakter peserta didik dapat memilih nilai-nilai karakter tertentu

disesuaikan dengan muatan materi dari setiap mata pelajaran yang ada serta tujuan

pendidikan yang akan dicapai. Penerapan nilai-nilai karakter diintegrasikan pada

semua mata pelajaran, dimana nilai-nilai karakter yang dikembangkan akan

disesuaikan dengan mata pelajaran yang ada. Dari 18 nilai karakter tersebut

Kemendiknas (2011:14) mencanangkan empat nilai karakter utama dalam

mengembangkan karakter peserta didik, jujur, tangguh, peduli dan cerdas.

Keempat nilai karakter utama tersebut merupakan komponen dari pendidikan

karakter. Sejalan dengan yang dikemukakan kemendikmas, Budimansyah

(2014:6) mengemukakan “empat karakter utama seorang individu yaitu ; cerdas

(10)

Dari pendapat tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa pendidikan karakter

memadukan aspek olah pikir, olah hati, olah raga dan olah rasa. Olah pikir

menciptakan karakter cerdas, kritis, kreatif,, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka,

produktif, berorientasi IPTEK dan reflektif. Oleh sebab itu pada aspek olah pikir

peserta didik memperoleh pendidikan kognitif.

Olah hati menciptan karakter beriman dan bertaqwa, jujur, amanah, adil,

bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela

berkorban dan berjiwa patriotik. Pada aspek olah hati ini dapat memberikan

peserta didik pendidikan afektif.

Olah raga menciptakan karakter bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh,

andal, berdaya tahan , bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria dan

gigih. Melalui aspek olah raga ini peserta didik diberikan pendidikan

psikomotorik.

Olah rasa/karsa menciptakan karakter ramah, saling menghargai, toleran,

peduli, gotong royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan

umum, bangsa, menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras

dan beretos kerja. Oleh sebab itu olah karsa dapat memberikan peserta didik

pendidikan afektif dan pendidikan psikomotorik.

STRATEGI PENGEMBANGAN KARAKTER DI SEKOLAH

Pengembangan karakter peserta didik di sekolah dapat dilakukan melalui

proses pembelajaran, kegiatan bimbingan dan konseling, kegiatan ektrakurikuler

dan kegiatan lainnya. Semua kegiatan tersebut harus mempunyai program yang

jelas dan terencana, diimplementasikan serta di evaluasi. Sehubungan dengan ini

Yusuf L.N dan Nani Sugandhi (2012:36-43) mengemukan” tujuh strategi

pengembangan karakter peserta didik disekolah, yaitu : 1) Menciptakan iklim

religious dan kondusif, 2) Penataan sosio-emosional, 3) Membangun budaya

akademik, 4) Terpadu dalam proses pembelajaran, 5) Terpadu dalam program

Bimbingan dan konseling, 6) Terpadu dalam kegiatan ektrakurikuler dan 7) Kerja

(11)

Ketujuh startegi pengembangan karakter peserta didik di sekoalh dapat di lihat pada gambar 2 di bawah ini.

iklim

Gambar 2, Strategi Pengembangan Karakter Peseta Didik di Sekolah

Setiap strategi pengembangan karakter peserta didik di sekolah seperi

terlihat pada Gamabr 2 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

Strategi 1 Menciptakan Iklim Religius dan Kondusif

Strategi dimaksukan adalah sekolah, dalam hal ini pihak pimpinan sekolah,

guru-guru dan staf sekolah lainnya perlu memiliki komitmen yang sama untuk merealisakan (mengamalkan) nilai-nilai agama atau ketaqwaan kepada Allah, Tuhan Yang maha esa dalam proses pendidikan di sekolah. Pengamalan nilai-nilai

STRATEGI PENDIDIKAN

KARAKTER DI SEKOLAH Sosio-Emosional

Dan Kultur Akademik

Sekolah

Terpadu dalam Program Ekstrakurikuler Penciptaan Iklim

Religius yang

Kondusif

Terpadu dalam Proses Pembelajaran

Terpadu dalam

Program Bimbinganan

Konseling Bekerja sama

(12)

agama itu, terutama menyangkut akhlak mulia, seperti ketaatan beribadah

mahdzah seperti shalat), kedisiplinan dalam bekerja, memengakkan amanah,

tanggung jawab, dan sikap jujur, memelihara kebersihan dan keasian lingkungan

dan menjalin silaturrahim (persaudaraan).

Strategi 2 Menata iklim Sosio-Emosional

Sekolah merupakan lingkungan yang diharapkan dapat mengembangkan

kompetensi sosial dan emosional peserta didik. Untuk itu sekolah perlu

memfungsikan dirinya sebagai lingkungan yang mendukung berkembangnya

kedua kompetensi peserta didik tersebut. Beberapa faktor yang perlu mendapat

perhatian terkait dengan hal itu, di antaranya menyangkut : a) hubungan

interpersonal (human relationship) yang positif antar pimpinan, guru dan peserta

didik, b) sikap dan perlakuan guru terhadap peserta didik, dan c) kepemimpinan

kepala sekolah yang berwibawa dan bijak.

Strategi 3 Membangun Budaya Akademik

Sekolah sebagai lembaga pendidikan perlu mengembangkan budaya

akademik di kalangan para peserta didik, dalam hal ini pimpinan sekolah dan

guru-guru perlu menampilkan dirinya sebagai figur atau panutan yang

memberikan suri teladan kepada para peserta didik dalam membangun budaya

akademik ini. Yang dimaksud dengan budaya akademik di sini adalah merujuk

kepada sikap mental, kebiasaan dan perilaku yang terkait dengan proses

pengembangan intelektual, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Termasuk di dalamnya aspek kejujuran akademik ( tidak menyontek atau menjadi

plagiator), dan etos belajar sepanjang hayat, yang diwujudkan dalam aktivitas

kedisiplinan belajar, kebiasaan membaca buku, mengerjakan tugas-tugas tepat

waktu, dan mencari informasi dari berbagai meia (cetak dan elektronik) yang

terkait dengan materi pelajaran atau ilmu pengetahuan lainnya yang positif.

Strategi 4 Terpadu dengan Proses Pembelajaran

Pendidikan karakter bukan mata pelajaran, tetapi setiap guru dituntut

menanamkan nilai-nilai karakter (akhlak mulia) itu kepada para peserta didik.

Cara yang dapat ditempuh oleh guru dalam menanamkan karakter tersebut, di

(13)

kata yang santun, berpakaian bersih dan sopan (menutup aurat bagi yang Muslim),

dan disiplin dalam mengajar; b) mengaitkan nilai-nilai karakter dengan materi

pelajaran; c) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan

pendapat, atau mengajukan pertanyaan; d) bersikap objektif dalam memberikan

nilai; e) memberikan reward (penghargaan/pujian) kepada siswa yang berprestasi atau berperilaku baik, dan memberikan hukuman yang bersifat

edukatif kepada para peserta didik yang berperilaku kurang baik; dan

f) membangun sikap toleransi, saling meghargai dan tolong menolong di antara

para pesrta didik.

Strategi 5 Terpadu dalam Program Bimbingan dan Konseling

Bagi sekolah-sekolah yang sudah melaksanakan program bimbingan dan

konseling , pendidikan karakter itu diintegrasikan juga ke dalam program tersebut.

Dalam pelaksanaannya, guru bimbingan dan konseling atau konselor dapat

memasukkannya ke dalam epat area/bidang garapan bimbingan, yaitu bidang

bimbingan pribadi, social, akademik dan karier.

a. Bimbingan dan konseling pribadi merupakan proses bantuan kepada individu

agar dapat memahami dan menerima dirinya secara positif, dan

mengarahkannya secara kontruktif untuk mencapai kematangan pribadi yang

mandiri. Tujuan bimbingan dan konseling pribadi terkait dengan

pengembangan karakter personal, yaitu peserta didik mampu

mengaktualisasikan karakter berikut dalam kehidupan sehari-hari: kejujuran,

kedisiplinan, self-respect, self control, komitmen, kompeten, daya juang dan estetika.

b. Bimbingan dan konseling sosial adalah proses bantuan kepada individu

(peserta didik) agar peserta didik dapat memahami norma, aturan atau adat

istiadat yang dijunjung tinggi di lingkungan keluarga, sekolah atau

masyarakat, dan mampu menyesuaikan diri terhadap norma tersebut secara

positif dan kontruktif. Tujuan bimbingan dan konseling sosial terkait dengan

pengembangan karakter sosial, yaitu peserta didik mampu

(14)

sikap respek terhadap orang lain, empati,altruis, toleransi, sikap bertanggung

jawab dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

c. Bimbingan konseling akademik (belajar) adalah proses bantuan untuk

memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan pemahaman, sikap, dan

keterampilan dalam belajar dan memecahkan masalah-masalah belajar dan

akademik. Terkait dengan pengembangan karakter peserta didik, maka

bimbingan belajar diorientasikan untuk membangunkan kesadaran untuk

belajar sepanjang hayat, minat (perasaan senang) membaca ( memiliki budaya

baca), menghindar dari mencontek, bersikap rasional dan objektif, dan

beorientasi masa depan.

d. Bimbingan dan konseling karier adalah proses pemberian bantuan kepada

peserta didik agar memiliki kemampuan untuk menuntaskan tugas-tugas

perkembangan kariernya. Melalui bimbingan karier ini diharapkan peserta

didik memiliki: (1) keyakinan bahwa bekerja adalah ibadah kepada Allah

Swt; (2) sikap positif terhadap dunia kerja; (3) sikap disiplin waktu; (4) sikap

bertanggung jawab terhadap tugas dan peranannya; (5) penguasaan informasi

tentang pendidikan dan dunia kerja; (6) pemahaman tentang kompetensi

yang dipersyaratkan suatu pekerjaan; dan (7) semangat interpreneurship (kewiraswataan)

Strategi 6 Terpadu dalam Kegiatan Ekstrakurikuler

Pendidikan karakter dapat juga dipadukan ke dalam kegiatan

ekstrakurikuler, seperti kepramukaan, palang merah remaja, olah raga, kesenian,

dan kerohanian. Nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di antaranya: kedisplinan, kejujuran, sportivitas, tanggung jawab,

kebersamaan, toleransi, keberanian, dan kehalusan budi.

Startegi 7 Kerja Sama dengan Pihak Lain

Untuk membangun karakter peserta didik, sekolah dapat juga bekerja sama

dengan pihak lain, baik instansi pemerintah/swasta, organisasi kemasyarakatan,

maupun para pengusaha. Jalinan keja sama ini semakin dirasakan pentingnya,

apabila dikaitkan dengan banyaknya faktor penyebab rusaknya moral atau

(15)

menanamkan karakter pada para pesera didik, akan kurang baik hasilnya, bahkan

cendrung sia-sia, apabila faktor yang menyebabkan rusaknya moral tidak

diperhatikan atau diberantas. Faktor-faktor tersebut seperti dekadensi moral di

kalangan orang dewasa; tayangan kekerasan dan fornografi alam televisi;

beredarnya video-vedeo porno, merebaknya perdagangan narkoba, dan minuman

keras; dan tidak terkontrolnya penjualan alat-alat kontrasepsi.

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

MENGEMBANGKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

Implementasi pendidikan karakter dalam mengembangkan karakter peserta

didik dilakukan melalui lembaga pendidikan, yaitu di sekolah-sekolah pada semua

jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan PAUD, TK, SD, SMP dan

SMA/SLTA. Pendidikan karakter ini dilaksanakan harus dintegrasikan pada

semua program pendidikan di sekolah, baik melalui kegiatan intrakurikuler,

ko-kurikuler maupun kegiatan ekstrako-kurikuler serta program bimbingan dan

konseling di sekolah.

Pada kegiatan intrakurikuler dapat diintegrasikan pada semua mata

pelajaran di sekolah sesuai dengan nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan.

Oleh sebab silabus dan RPP setiap mata pelajaran harus memuat nilai-nilai

karakter yang akan dikembangkan sehingga dapat memberikan dampak pada

perkembangan karakter peserta didik. Sehubungan dengan hal tersebut McKay

(dalam Barnawi dan M. Arifin 2012:70) mengemukakan “Silabus memberikan

focus mengenai apa yang harus dipelajari serta penjelasan mengenai bagaimana

konten yang harus dipilih. Selain itu dintegrasikan pada RPP. Pada RPP akan

menggambarkan bagaimana proses pembelajaran berlangsung”. Selanjutnya

menurut Dirjen Dikti (dalam Barnawi dan M. Arifin 2012:24) menegaskan bahwa

(16)

Berdasarkan pendapat tersebut di atas diperoleh gambaran bahwa

implementasi pendidikan karaktek mempunyaI tujuan yang sangat mulia karena

terkait dengan nilai- nilai baik dan buruk sehingga menjadikan peserta didik

generasi penerus bangsa yang berkarakter yang baik sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional.

Dalam mengimplementasikan pendidikan karakter peserta didik harus

mendapatkan pendidikan yang mencakup tiga aspek yaitu aspek afektif, aspek

kognitif dan aspek psikomotor. Sejalan dengan itu Anam (dalam Barnawi dan M.

Arifin (2012:24) menegaskan bahwa peserta didik harus mendapatkan pendidikan

yang mencakup tiga aspek yaitu dalam mengimplementasikan pendidikan

karakter, yaitu :

1. Afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia, termasuk budi pekerti luhur serta keperibadian unggul dan kompetensi estetis,

2. Kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya inteletualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Psikomotor yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis dan kompetensi kinestetis.

Dengan memberikan ketiga aspek tersebut dalam proses pembelajaran di

sekolah akan terbentuk karakter peserta didik sehingga menjadi seseorang yang

berkarakter. Tujuan pendidikan karakter sangat terkait dengan ketiga aspek

tersebut.

SIMPULAN

Karakter merupakan watak, tabiat kebiasaan, moral yang dimiliki oleh

seseorang yang melekat pada keperibadiannya dapat berwujud dalam bentuk

sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang bisa dibentuk serta

dikembangkan melalui pendidikan. Sedangkan pendidikan karakter dapat

dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan budi perkerti,

(17)

untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan

mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Dengan kata lain pendidikan karakter adalah membangun karakter peserta didik

melalui pendidikan yang dintegrasikan pada semua mata pelajaran di sekolah,

karena pendidikan karakter bukan merupakan mata pelajaran. Karakter seseorang

akan terwujud dalam perilaku individu.

Nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan di sekolah terdiri 18 nilai

karakter yang bersumber dari agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan

nasional. Dari 18 nilai tersebut nilai karakter utama yang perlu dikembangkan

adalah jujur, tangguh, peduli dan cerdas. Sedangkan strategi pengembangan

karakter di sekolah dapat dilaksanakan melalui 7 (tujuh) strategi, yaitu:

1) menciptakan iklim yang religius dan kondusif, 2) menata iklim

sosio-emosional, 3) membangun budaya akademik, 4) terpadu dengan proses

pembelajaran, 5) terpadu dalam program bimbingan dan konseling, 6) terpadu

dalam kegiatan ektrakurikuler, dan 7) kerja sama dengn pihak lain.

Implementasi pendidikan karakter ini di sekolah dintergrasikan melalui

mata pelajaran dan peserta didik harus mendapatkan pendidikan dari tiga aspek,

yaitu aspek afektif, aspek kognitif dan aspek psikomotor yang dikembangkan

sesuai dengan tujuan pendidikan karakter dalam rangka mencapai tujuan

(18)

DAFTAR RUJUKAN

Budimansyah, Dasim. 2012. Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter. Bandung: Widya Aksara Press.

Barnawi dan M. Arifin. 2012. Strategi dan Kebijakkan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Jokjakarta: Ar. Ruzz Media.

Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Echols, M. John dan Shadily.H.1955. Kamus Inggris Indonesia: An English-Indonesia Dictionary. Jakarta: PT. Gramedia Cetakan XXI.

Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan K:arakter: Pedoman Sekolah. Jakarta: Kemendiknas.

Kemendiknas. 2010. Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di Sekolah. Jakarta: Direktorat PSMP.

Kemendiknas. 2011. Pendidikan Karakter untuk Membangun Karakter Bangsa. (Online).http://dikdas.kemediknas.go.it. diakses 12 Agustus 2015.

Kurniawan, Heru Edi. 2014. Integrasi Pendidikan dalam Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA SMP Berbasis Problem Based Learning pada Materi Getaran dan Gelombang. (Jurnal Education Vo Volume VII No. 1). Bandung: Universitas Pendidikan Indoseia.

Prayitno. dkk. 2014. Pembelajaran melalui Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Satuan Pendidikan. Jakarta: ABKIN.

Yusuf, L.N, Syamsu dan Nani M. Sugandhi. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

UURI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: CV. Eko Jaya.

(19)

MAKALAH

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

Oleh

Dra. Suheni, M.Pd.

UNIT MKDK/MKDU

Gambar

Gambar 1. Empat Karakter Utama dari Seorang Individu
Tabel 1. Karakter yang Dikembangkan
Gambar 2, Strategi Pengembangan Karakter Peseta Didik di Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat praktis penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai masalah-masalah yang dihadapi bagi karyawan blue bird dalam melakukan pekerjaannya,

Makalah disampaikan pada Seminar nasional rehabilitasi lahan tambang Departemen energi dan sumber daya mineral.. Status penelitian dan pemanfaatan cendawan Mikoriza arbuskula dan

Menurut Riman (2012) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa Koefisien Pengaliran adalah suatu variabel yang didasarkan pada kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS)

Orang tua yang menggunakan pola asuh permisif dengan persentase (13,83%) yaitu orang tua yang memiliki sikap acceptance yang tinggi namun kotrolnya rendah,

Latihan akan meningkatkan performa pada setiap atlet, namun disisi lain latihan juga akan berpotensi menimbulkan cedera pada atlet, evaluasi pada aspek kelelahan akibat

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu memaparkan hasil pengembangan produk berupa modul matematika dengan

Berdasarkan hasil penelitian pada tiap responden di Kelurahan Jaya rata-rata jumlah produksi yang diperoleh bervariasi dengan jumlah produksi yang paling sedikit 300 lempeng

Kebanyakan dari admin situs tersebut tidak mengakui bahwa content dalam situsnya merupakan konten illegal sehingga admin menolak untuk menghapus content tersebut. Jika