• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PROFESIONAL GURU DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN PROFESIONAL GURU DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Journal of Education Science (JES), 7 (1), April 2021 NURMALINA, MASITHAH

24

PERAN PROFESIONAL GURU DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA

Nurmalina1, Masithah2

1Fakultas Tarbiyah IAIN Takengon Aceh Tengah, Aceh

2Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh Abdur Rauf Aceh Singkil

Korespondensi Penulis: 1nurmalina125@gmail.com, 2hasan.berutu85@gmail.com

Abstrak

Pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau idelologi bangsa Indonesia, agama, budaya dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. Guru professional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal antara lain; memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi kemampuan berkomunikasi dengan

siswanya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus melalui organisasi profesi, buku, seminar dan semacamnya. Tulisan ini bertujuan untuk menyajikan tentang pentingnya Peran dan tugas guru sebagai salah satu faktor determinan bagi keberhasilan pendidikan di sekolah karena Sekolah merupakan salah satu tempat berlangsungnya pendidikan karakter. Pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini adalah pendekatan kepustakaan (library research), sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan menelaah dan/atau mengekplorasi beberapa Jurnal, buku, dan dokumen-dokumen (baik yang berbentuk cetak maupun elektronik) serta sumber-sumber data dan atau informasi lainnya yang dianggap relevan dengan kajian. Hasil bahasan yang ditemukan adalah (1) Guru di sekolah mempunyai peran sebagai motivator, mediator, dan fasilitator pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mencari, membangun, dan menerapkan pengetahuan dalam kehidupannya. (2) Guru sebagai sosok utama dalam satuan pendidikan formal memiliki tanggung jawab membentuk karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga. (3) Salah satu cara untuk memperkenalkan budaya bangsa kepada peserta didik adalah melalui pendidikan di sekolah karena Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan dan proses pendidikan terjadi didalam lingkungan manusia yang berbudaya. (4) Beberapa karakter yang perlu dikembangkan dan ditanamkan kepada anak, yaitu: (a) Nilai-nilai kejujuran; (b) Keikhlasan, (c) Sopan santun, (d) Keteguhan aqidah; (e) Kesabaran; (f) Kedermawanan;

(g) Kebersihan; (h) Persaudaraan; (i) Persatuan; (j) Pergaulan; (k) Kasih sayang; (l) Ilmu dan akal.

Kata Kunci: Guru Profesional, Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa

(2)

Journal of Education Science (JES), 7 (1), April 2021 NURMALINA, MASITHAH

25 TEACHERS 'PROFESSIONAL ROLE IN IMPLEMENTATION OF

NATIONAL CULTURE AND CHARACTER EDUCATION

Abstract

Cultural education and national character are basically the development of values that come from the view of life or ideology of the Indonesian nation, religion, culture and values formulated in the goals of national education. Professional teachers are required to have a number of minimum requirements, among others; have adequate professional education qualifications, have the competence of the ability to communicate with students, have a creative and productive spirit, have a work ethic and high commitment to their profession and always carry out continuous self-development through professional organizations, books, seminars and the like. This study aims to present the importance of the role and duties of teachers as a determinant factor for the success of education in schools because school is one of the places where character education takes place. The approach used in this paper is library research, while data collection is carried out by examining and / or exploring several journals, books, and documents (both printed and electronic) as well as data sources and or other information deemed relevant to study. The results of the discussion found were (1) Teachers in schools have roles as motivators, mediators, and educational facilitators who provide opportunities for students to seek, build, and apply knowledge in their lives. (2) The teacher as the main figure in a formal education unit has the responsibility to shape the character of students through the harmonization of heart, feeling, thinking, and sports. (3) One way to introduce national culture to students is through education in schools because education cannot be separated from culture and the educational process occurs in a cultured human environment. (4) Several characters that need to be developed and instilled in children, namely: (a) Honesty values; (b) Sincerity, (c) Manners, (d) Firmness of aqidah; (e) Patience; (f) Generosity; (g) Cleanliness; (h) Brotherhood; (i) Unity; (j) Association; (k) Compassion; (l) Science and reason.

Keywords: Professional Teachers, Cultural Education and National Character

(3)

Journal of Education Science (JES), 7 (1), April 2021 NURMALINA, MASITHAH

26 A. PENDAHULUAN

Pendidikan dan pembelajaran di sekolah memiliki keterkaitan erat dengan era globalisasi. Masyarakat Indonesia untuk menuju ke era globalisasi diharapkan melakukan reformasi terhadap dunia pendidikan dengan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif dan fleksibel, sehingga para lulusannya dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global dengan memperhatikan iklim demokratis. Oleh karena itu, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa dan memungkinkan para peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami, kreatif dalam suasana kebebasan, kebersamaan, tanggung jawab, dan berbudaya Bangsa Indonesia.

Kualitas guru sampai saat ini tetap menjadi persoalan yang penting dan menjadi persoalan yang krusial karena pada kenyataannya keberadaan guru di berbagai jenjang, dari taman kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas harus sesuai performa yang distandarkan.

Menguasai materi yang diajarkan saja

tidaklah cukup bagi guru. Guru harus dapat menyampaikan materi pelajaran tersebut dengan baik.

Makna “dengan baik” di sini sudah inheren di dalamnya, bicara jelas; pemilihan metode yang tepat;

penggunaan pendekatan

pembelajaran yang sesuai;

penggunaan media pembelajaran yang efektif; sampai pada penampilan fisiknya (gerak-gerik di kelas, mimik muka, ekspresi, dan sebagainya), menerapkan karakter di dalam pembelajaran dan juga pengenalan budaya bangsa Indonesia.

Perkembangan budaya indonesia saat ini sudah mulai terkikis perlahan-perlahan seiring dengan perkembangan zaman yang lebih maju dan modern, saat ini banyak masyarakat secara perlahan meninggalkan budaya local atau tradisional dan lebih memilih budaya yang lebih modern. Ini terjadi karena adanya proses perubahan social seperti Akultursi dan Asimilasi.

Akulturasi adalah proses masuknya kebudayaan baru yang secara lambat laun dapat diterima dan diolah dengan kebudayaan sendiri, tanpa menghilangkan kebudayaan yang

(4)

Journal of Education Science (JES), 7 (1), April 2021 NURMALINA, MASITHAH

27 ada.

Asimilasi adalah proses masuknya kebudayaan baru yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan itu masing- masing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.

Budimansyah menyatakan terjadi perubahan masyarakat terutama “munculnya karakter buruk yang ditandai kondisi kehidupan sosial budaya penyabar, ramah, penuh sopan santun dan pandai berbasa-basi berubah menjadi pemarah, suka mencaci, pendendam, berbuat sadis, kejam, dan biadab1. Guru diharapkan mampu menanamkan kembali karakter bangsa yang sudah semakin berubah melalui pendidikan. Profesi guru menjadi harapan semua pihak, ketika perhatian pendidik informal sedang bergeser pada myopia politik sebagai sebuah lompatan.

Dalam aspek budaya pun, bangsa kita sudah mulai kehilangan nilai-nilai dan kecintaan pada seni tradisional. Seni budaya dapat mengajari kita tentang kejujuran dan

1Budimansyah, D. (2007). “Pendidikan Demokrasi Sebagai Konteks Civic Education di

rasa malu. Bangsa kita diajari oleh seni untuk jujur pada dirinya dan juga kepada orang lain. Bangsa kita harus diajari untuk memiliki rasa malu jika melakukan perbuatan yang tidak terpuji, seperti memanipulasi data atau melakukan berbagai cara untuk menguntungkan kelompok atau golongannya. Untuk itu, diperlukan penanaman kembali rasa cinta pada seni dan budaya melalui pendidikan.

Tentu saja, profesi guru pula yang menjadi harapan.

Demikian besar harapan pihak lain kepada profesi guru untuk mengembalikan dan memantapkan kembali karakter bangsa Indonesia.

Dengan demikian, tentu saja guru harus menjadi contoh atau teladan terlebih dahulu bagi yang lain. Guru harus memantapkan kompetensi kepribadian sebagai seorang guru profesional. Sangat wajar jika guru secara otodidak mendidik diri untuk memantapkan karakter sebagai guru profesional.

METODE

Negara-negara Berkembang”, Jurnal Acta Civicus, Vol.1 No.1, hlm.11-26.

(5)

Journal of Education Science (JES), 7 (1), April 2021 NURMALINA, MASITHAH

28 Tulisan ini menggunakan pendekatan

kepustakaan (library research).

(Hamzah, 2018: 7) menyatakan Pendekatan kepustakaan adalah kegiatan menganalisis teks atau wacana yang menyelidiki suatu peristiwa baik tiu perbuatan ataupun tulisan yang diteliti untuk menemukan fakta-fakta yang tepat. Kemudian ( Zed, 2008:3) mengatakan Studi pustaka atau kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan membaca dan mencatat karya- karya yang terkait dengan persoalan yang akan dibahas atau dikaji.

Selanjutnya ( Zed, 2008:3) juga

mengemukakan bahwa Dalam

penelitian studi pustaka setidaknya ada empat ciri utama yang penulis perlu perhatikan diantaranya : Pertama, bahwa penulis atau peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data angka, bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan. Kedua, data pustaka bersifat “siap pakai” artinya peniliti tidak terjung langsung kelapangan karena peneliti berhadapan langsung dengan sumber data yang ada di perpustakaan. Ketiga, bahwa data pustaka umumnya adalah sumber sekunder, dalam arti bahwa peneliti

2 Zahroh, Aminatul, Membangun Kualitas Pembelajaran Melalui Dimensi

memperoleh bahan atau data dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari data pertama di lapangan. Keempat, bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh runga dan waktu (Zed, 2003:4-5). Jadi pendekatan kepustakaan dapat dilakukan pengumpulan data dengan menganalisis buku, Jurnal, dan dokumen-dokumen (baik yang berbentuk cetak maupun elektronik) serta sumber-sumber data dan atau informasi lainnya yang dianggap relevan dengan penelitian atau kajian.

B. PEMBAHASAN 1. Profesional Guru

Profesional berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Jadi menurut Zahroh “profesionalisme guru adalah kualitas guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan baik yang didukung adanya kemampuan maksimal.”2 Sebagai guru professional, ia harus mampu

Profesionalisme Guru. (Bandung: Yrama Widya, 2015), 43

(6)

Journal of Education Science (JES), 7 (1), April 2021 NURMALINA, MASITHAH

29 melaksanakan tugasnya secara

professional dan harus memiliki kemampuan yang professional pula.

Karakteristik-karakteristik guru professional menurut Zahroh adalah memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan 2. Memiliki kemampuan

spesialisasi

3. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan

4. Memiliki kode etik 5. Budaya professional3

Jadi untuk menjadi professional harus dimulai dan dirintis melalui tempaan ranah keilmuan, pendidikan atau pelatihan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru menetapkan bahwa

“kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian,

3 Ibid, 45

4 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16

kompetensi professional dan kompetensi sosial.”4

Dalam Undang-undang Guru dan Dosen pasal 5 ayat (1) dikatakan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional, yaitu: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme;

(2) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya; (3) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya; (4) mematuhi kode etik profesi; (5) memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas; (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya; (7) memiliki kesempatan untuk mengembnagkan profesinya secara berkelanjutan; dan (8) memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

Oleh karena itu, pengakuan kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan pemberian sertifikat pendidik.

Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

(7)

Journal of Education Science (JES), 7 (1), April 2021 NURMALINA, MASITHAH

30 Sebagai guru profesional disyaratkan

para guru wajib memiliki: (1) kualifikasi akademik Sarjana atau Diploma IV, (2) Kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional, (3) sertifikat pendidik, (4) sehat jasmani dan rohani, (5) kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang guru. Persiapan dan pengembangan pembentukan guru yang kompeten harus mampu mengembangkan kemampuan yang ada pada diri guru, sehingga mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang diinginkan dalam nilai normatif

pendidikan. Kemampuan

professional tersebut menurut Satori dalam Suhardan, adalah:

1. Kemampuan menjabarkan kurikulum

2. Kemampuan menyusun perencanaan mengajar atau satuan pelajaran

3. Kemampuan melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang baik

4. Kemampuan menilai proses dan hasil belajar

5. Kemampuan untuk memberikan umpan balik secara teratur dan terus menerus

6. Kemampuan membuat dan menggunakan alat bantu mengajar secara sederhana 7. Kemampuan memanfaatkan dan

menggunakan lingkungan sebagai sumber dan media pengajaran

8. Kemampuan membimbing dan melayani murid yang mengalami kesulitan dalam belajar.

9. Kemampuan mengatur waktu dan menggunakan secara efisien untuk menyelesaikan program- program belajar siswa

10. Kemampuan memberikan pelajaran dengan memperhatikan perbedaan individual diantara siswa

11. Kemampuan mengolah kegiatan belajar mengajar kurikuler dan ekstrakurikuler serta kegiatan-

(8)

Journal of Education Science (JES), 7 (1), April 2021 NURMALINA, MASITHAH

31 kegiatan lainnya yang berkaitan

dengan pembelajaran siswa.5 Guru yang profesional amat berarti bagi pembentukan sekolah unggulan. Guru profesional memiliki pengalaman mengajar, kapasitas intelektual, moral, keimanan, ketaqwaan, disiplin, tanggungjawab, wawasan kependidikan yang luas, kemampuan manajerial, trampil, kreatif, memiliki keterbukaan profesional dalam memahami potensi, karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik, mampu mengembangkan rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan meneliti dan mengembangkan kurikulum.

Menurut Supriadi ”untuk menjadi professional, seorang guru dituntut memiliki lima hal, yakni:

1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya.

2. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran

5 Suhardan, D., Standar Kinerja Guru dan Pengaruhnya Terhadap Pelayanan Belajar dalam Mimbar Pendidikan.

(Bandung: UPI, 2015), 53

yang diajarkan serta cara mengajarkannya kepada siswa.

Bagi guru, hal ini meryupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampau tes hasil belajar.

4. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya.

Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa.

5. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya PGRI dan organisasi profesi lainnya.”6

6 Supriadi, Dedi. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1999), 98

(9)

Journal of Education Science (JES), 7 (1), April 2021 NURMALINA, MASITHAH

32 Berdasarkan uraian diatas

maka dapat disimpulkan bahwa seorang guru professional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal antara lain; memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi kemampuan berkomunikasi dengan siswanya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus melalui organisasi profesi, buku, seminar dan semacamnya.

2. Pendidikan Budaya

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia budaya diartikan sebagai pikiran; akal budi, adat istiadat, sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju dan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah;

Jadi budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk

sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.

Peserta didik sebagai individu yang pada umumnya adalah remaja sedang dalam proses berkembang yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, peserta didik memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. di samping itu proses perkembangan peserta didik tidak selalu berlangsung secara mulus atau bebas dari masalah.

Perkembangan peserta didik tidak terlepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik maupun sosial.

Hurlock dalam Yusuf

mengemukakan bahwa tugas-tugas perkembangan merupakan social expectations” (harapan-harapan

(10)

Journal of Education Science (JES), 7 (1), April 2021 NURMALINA, MASITHAH

33 sosial masyarakat)7. Dalam arti setiap

kelompok budaya mengharapkan para anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh prilaku yang disetujui bagi berbagai persoalan yang tidak mudah bagi peserta didik.

Kehidupan sosial budaya suatu masyarakat merupakan system terbuka yang selalu berinteraksi dengan system lain. Keterbukaan ini mendorong terjadinya pertumbuhan, pergeseran, dan perubahan nilai dalam masyarakat yang akan mewarnai cara berfikir dan perilaku individu. Corsini dalam Suherman, mengatakan bahwa perubahan- perubahan sosial yang begitu cepat sebagai konskuensi dari moderenisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi nilai- nilai moral etika dan gaya hidup.8 Tidak semua individu mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan sosial tersebut, kadang-kadang dapat membuat

7 Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 196

8 Suherman, Membangun Karakter dan Budaya Bangsa Melalui Bimbingan

individu jatuh sakit atau mengalami gangguan penyesuaian diri.

Perubahan-perubahan tata nilai kehidupan tersebut menurut Suherman dapat kita lihat pada 1) pola hidup masyarakat yang semula sosial-religius cenderung kea rah pola kehidupan masyarakat individual, materialistis dan sekuler; 2) pola hidup yang semula sederhana dan produktif, cenderung ke arah pola hidup mewah, konsumtif, dan serba instan; 3) struktur keluarga yang semula keluarga besar, cenderung ke arah keluarg ainti, bahkan sampai pada keluarga tunggal; 4) hubungan kekeluargaan yang semula erat dan kuat, cenderung menjadi longgar dan rapuh; 5) nilai-nilai religius dan tradisional di dalam masyarakat, cenderung berubah menjadi masyarakat modern yang bercorak sekuler dan serba boleh serta tolenransi berlebihan; 6) ambisi karir dan materi yang sebelumnya menganut azas-azas hokum dan moral

Komprehensif Berbasis Nilai-nilai Al Qur’an. (Bandung: Pidato Pengukuhan Guru Besar/Profesor dalam Bidang Bimbingan dan Konseling pada FKIP UPI, 2012) hal. 9

(11)

Journal of Education Science (JES), 7 (1), April 2021 NURMALINA, MASITHAH

34 serta etika, cenderung berpola tujuan

menghalalkan segala cara.9

Salah satu cara untuk memperkenalkan budaya bangsa kepada peserta didik adalah melalui sekolah. Apabila dalam lingkungan keluarga dan masyarakat pewarisan budaya itu dilakukan secara informal maka di sekolah proses pewarisan unsur-unsur budaya diselenggarakan secara formal. Sekolah merupakan sarana sosialisasi yang efektif bagi individu. Pewarisan budaya melelui pendidikan diantaranya adalah adalah:

1. Memperkenalkan, memelihara, mengelola, memilih, dan mengembangkan unsur-unsur budaya

2. Mengembangkan kekuatan penalaran

3. Mempertinggi budi pekerti 4. Mempertebal semangat

kebangsaan

5. Menumbuhkan manusia pembangunan

Secara filosofisnya pendidikan berasal dari budaya manusia yang telah mengakar.

9 Ibid, hal. 9

Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan karena proses pendidikan terjadi didalam lingkungan manusia yang berbudaya.

Pendidikan dan budaya harus selaras dan mewujudkan kembali tradisi kehidupan yang saling gotong royong, musyawarah dan melestarikan nilai-nilai budaya daerah sebagai identitas bangsa yang tidak bisa punah

3. Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nlai-nilai tersebut.

Pendidikan karakter dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”.

Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen- komponen pendidikan itu sendiri,

(12)

Journal of Education Science (JES), 7 (1), April 2021 NURMALINA, MASITHAH

35 yaitu isi kurikulum, proses

pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos

kerja seluruh warga

sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.

Dirjen Dikti (dalam Barnawi

& Arifin, menyebutkan bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, mewujudkan, dan menebar kebaikan itu dalam kehidupan sehari- hari dengan sepenuh hati. 10

Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang

10 Barnawi & Arifin, A. Strategi &

Kebijakan Pembelajaran Pendidikan

baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Pendidikan Karakter adalah sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik dengan melibatkan seluruh komponen yang ada di sekolah (isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan, penanganan mata pelajaran, pelaksanaan kurikuler, dan etos seluruh lingkungan sekolah) agar mereka memiliki nilai-nilai karakater itu dalam dirinya dan diterapkan

Karakter. (Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013)

(13)

Journal of Education Science (JES), 7 (1), April 2021 NURMALINA, MASITHAH

36 dalam kehidupan sehari-hari sehingga

mereka bisa menjadi Insan Kamil.

Menurut Muhammad Al- Ghazali pendidikan budi pekerti adalah suatu kekuatan yang sanggup menjaga manusia dari perbuatan- perbuatan yang rendah dan nista, serta pendorong terhadap perbuatan yang baik dan mulia. Beberapa karakter yang perlu dikembangkan dan ditanamkan kepada anak, yaitu: (a) Nilai-nilai kejujuran; (b) Keikhlasan, (c) Sopan santun, (d) Keteguhan aqidah; (e) Kesabaran; (f) Kedermawanan; (g) Kebersihan; (h) Persaudaraan; (i) Persatuan; (j) Pergaulan; (k) Kasih saying; (l) Ilmu dan akal. 11

Karakter-karakter tersebut di atas tidak akan lenyap diterpa oleh kemajuan zaman dan bahkan seseorang yang mempunyai karakter tersebut akan semakin wibawa dan menjadi panutan orang lain.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

11 Muhammad Al-Ghazali, Khuluqul Muslim Akhlak Seorang Muslim,

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yang telah dirumuskan oleh Depdiknas yaitu, Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat/komunikatif, Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli social, Tanggung jawab.

Menurtu Samani & Hariyanto menyebutkan bahwa Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Pendampingan Guru Sekolah Swasta Tradisional (Islam) telah menginventarisasi domain budi

Penerjemah: Abu Laila dan Muhammad Thohir, (Bandung: Al-Ma’arif, 1995), Hal 56

(14)

Journal of Education Science (JES), 7 (1), April 2021 NURMALINA, MASITHAH

37 pekerti Islami sebagai nilai-nilai

karakter yang harus ditampilkan, yaitu terhadap Tuhan, terhadap diri sendiri, terhadap keluarga, terhadap orang lain, terhadap masyarakat dan bangsa, dan terhadap alam lingkungan.12

Nilai karakter terhadap Tuhan meliputi: 1) Iman dan taqwa, 2) Syukur, 3) Tawakal, 4) Ikhlas, 5) Sabar, 6) Mawas diri, 7) Disiplin, 8) Berfikir jauh kedepan, 9) Jujur, 10) Amanah, 11) Pengabdian,12) Susila, 13) Beradab.

Nilai karakter terhadap diri sendiri meliputi: 1) Adil, 2) Jujur, 3) Mawas Diri, 4) Disiplin, 5) Kasih Sayang, 6) Kerja Keras, 7) Pengambil Risiko, 8) Berinisiatif, 9) Kerja Cerdas, 10) Kreatif, 11) Berfikir Jauh Kedepan, 12) Berfikir Matang, 13) Bersahaja, 14) Bersemangat, 15) Berfikir Konstruktif, 16) Bertanggung Jawab, 17) Bijaksana, 18) Cerdik, 19) Cermat, 20) Dinamis, 21) Efisien, 22) Gigih, 23) Tangguh, 24) Ulet, 25) Berkemauan Keras, 26) Hemat, 27) Kukuh, 28) Lugas, 29)

12Samani, M & Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2013).

Mandiri, 30) Menghargai Kesehatan, 31) Pengendalian Diri, 32) Produktif, 33) Rajin, 34) Tekun, 35) Percaya Diri, 36) Tertib, 37) Tegas, 38) Sabar, 39) Ceria/Periang.

Nilai karakter terhadap keluarga meliputi: 1) Adil, 2) Jujur, 3) Disiplin, 4) Kasih Sayang, 5) Lembut Hati, 6) Berfikir Jauh Ke depan, 7) Berfikir Konstruktif, 8) Bertanggung Jawab, 9) Bijaksana, 10) Hemat, 11) Menghargai Kesehatan, 12) Pemaaf, 13) Rela Berkorban, 14) Rendah Hati, 15) Setia, 16) Tertib, 17) Kerja Keras, 18) Kerja Cerdas, 19) Amanah, 20) Sabar, 21) Tenggang Rasa, 22) Bela Rasa/Empati, 23) Pemurah, 24) Ramah Tamah, 25) Sopan Santun, 26) Sportif, 27) Terbuka.

Nilai karakter terhadap orang lain meliputi: 1) Adil, 2) Jujur, 3) Disiplin, 4) Kasih Sayang, 5) Lembut Hati, 6) Bertanggung Jawab, 7) Bijaksana, 8) Menghargai, 9) Pemaaf, 10) Rela Berkorban, 11) Rendah Hati, 12) Tertib, 13) Amanah, 14) Sabar, 15) Tenggang Rasa, 16) Bela Rasa, 17) Pemurah, 18) Ramah Tamah, 19)

(15)

Journal of Education Science (JES), 7 (1), April 2021 NURMALINA, MASITHAH

38 Sopan Santun, 20) Sportif, 21)

Terbuka.

Nilai karakter terhadap masyarakat dan bangsa meliputi: 1) Adil, 2) Jujur, 3) Disiplin, 4) Kasih Sayang, 5) Kerja Keras, 6) Lembut Hati, 7) Berinisiatif, 8) Kerja Keras, 9) Kerja Cerdas, 10) Berfikir Jauh ke depan, 11) Berfikir Konstruktif, 12) Bertanggung Jawab, 13) Bijaksana, 14) Menghargai Kesehatan, 15) Produktif, 16) Rela Berkorban, 17) Setia/Loyal, 18) Tertib, 19) Amanah, 20) Sabar, 21) Tenggang Rasa, 22) Bela Rasa, 23) Pemurah, 24) Ramah Tamah, 25) Sikap Hormat.

Nilai karakter terhadap lingkungan meliputi: 1) Adil, 2) Amanah. 3) Disiplin, 4) Kasih Sayang, 5) Kerja Keras, 6) Berinisiatif, 7) Kerja Cerdas, 8) Berfikir Jauh kedepan, 9) Berfikir Konstruktif, 10) Bertanggung Jawab, 11) Bijaksana, 12) Menghargai Kesehatan, Kebersihan, 13) Rela Berkorban.

Jadi Pendidikan karakter merupakan proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir,

raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati

4. Pentingnya Pendidikan Budaya Dan Karakter Dalam Pendidikan

Pendidikan di dalam era global merupakan landasan pokok setiap aspek kehidupan. Era global merupakan suatu era dengan tuntutan yang lebih kompleks dan menantang.

Suatu era dengan spesifikasi tertentu yang sangat besar pengaruhnya terhadap dunia pendidikan dan lapangan kerja. Perubahan-perubahan yang terjadi selain karena perkembangan teknologi yang sangat pesat, juga diakibatkan oleh perkembangan yang luar biasa dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, psikologis, dan trasformasi nilai-nilai budaya. Dampaknya adalah perubahan cara pandang manusia

(16)

Journal of Education Science (JES), 7 (1), April 2021 NURMALINA, MASITHAH

39 terhadap manusia, cara pandang

terhadap pendidikan, perubahan peran orangtua, guru, dan dosen, serta perubahan pola hubungan di antara mereka.

Pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri peserta didik sehingga menjadi dasar bagi mereka dalam berpikir, bersikap, bertindak dalam mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota masyarakat, dan warganegara.

Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau idelologi bangsa Indonesia, agama, budaya dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.

Menurut Aqib fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:

13 Aqib, Zainal dan Ahmad

Amrullah, Pedoman Pendidikan Budaya dan

a. Pengembangan:

pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;

b. Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan

c. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.13

Pendidikan budaya dan karakter bangsa berfungsi sebagai pengembangan, perbaikan dan penyaringan. Hal ini sangat diperlukan bagi peserta didik, karena pada masa ini peserta didik sangat mudah dipengaruhi oleh budaya- budaya luar sehingga dapat membetuk karakter yang kurang baik.

Karakter Bangsa, (Yogyakarta: Gava Media, 2017), hal. 47

(17)

Journal of Education Science (JES), 7 (1), April 2021 NURMALINA, MASITHAH

40 Apalagi pada zaman tekhnologi yang

berkembang cepat seperti sekarang ini.

Selanjutnya Aqib juga mengemukakan tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa, yaitu:

a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;

b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;

c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan e. Mengembangkan lingkungan

kehidupan sekolah sebagai

14 Ibid, hal. 48

15 Usman, Uzir, Pengembangan Budaya Sekolah Untuk Peningkatan Kompetensi Profesional Guru Pada Mtsn 1 Takengon,

lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).14

Pendidikan budaya dan karakter sangatlah penting bagi pengembangan perofesional guru, karena guru merupakan kunci keberhasilan sekolah tersebut dalam menjalankan proses pembelajaran.

Menurut Usman ada beberapa budaya sekolah yaitu: budaya disiplin, budaya tanggung jawab, dan budaya malu15. Namun pendidikan budaya dan karakter yang ingin diterapkan oleh kepala sekolah harus terlebih dahulu diikuti oleh semua guru dan staf yang ada disekolah tersebut.

C. PENUTUP

Peran guru dan tugas guru sebagai salah satu faktor determinan bagi keberhasilan pendidikan, terutama dalam menghadapi pendidikan di era global abad ke-21.

Keberadaan dan peningkatan

Jurnal Magister Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, vol 4, No 4, Nov 2016, hal. 27-37

(18)

Journal of Education Science (JES), 7 (1), April 2021 NURMALINA, MASITHAH

41 profesioanal guru menjadi wacana

yang sangat penting. Pendidikan di era global abad ke-21menuntut adanya penataan manajemen pendidikan yang baik dan professional. Upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru merupakan tanggung jawab bersama antara guru dengan LPTK yang berperan sebagai lembaga perggururuan tinggi yang mecetak pengadaan guru

Masuknya budaya luar tidak bisa kita bendung, apalagi pada zaman yang tekhnologinya serba cepat, untuk itu satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah memperkuat harapan anak-anak kita dengan menanamkan nilai-nilai agama, nilai- nilai Pancasila, nilai-nilai budaya kita

Salah satu tempat pendidikan karakter berlangsung adalah sekolah.

Di sekolah, guru mempunyai peranan yang besar. Hal ini disebabkan karena gurulah yang berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru harus bisa berperan sebagai motivator, mediator, dan fasilitator pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mencari, membangun,

dan menerapkan pengetahuan dalam kehidupannya. Guru sebagai sosok utama dalam satuan pendidikan formal memiliki tanggung jawab membentuk karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga.

DAFTAR PUSTAKA

(19)

Journal of Education Science (JES), 7 (1), April 2021 NURMALINA, MASITHAH

42 Aqib, Zainal & Ahmad Amrullah,

Pedoman Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,

Yogyakarta: Gava Media, 2017 Barnawi & Arifin, A. Strategi &

Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013

Budimansyah, D., Pendidikan Demokrasi Sebagai Konteks Civic Education di Negara- negara Berkembang, Jurnal Acta Civicus, Vol.1 No.1, 2007 Muhammad Al-Ghazali, Khuluqul

Muslim Akhlak Seorang Muslim, Penerjemah: Abu Laila dan Muhammad Thohir, Bandung: Al-Ma’arif, 1995 Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

Samani, M & Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013

Suhardan, D., Standar Kinerja Guru dan Pengaruhnya Terhadap Pelayanan Belajar dalam Mimbar Pendidikan. (Bandung:

UPI, 2015), 53

Suherman, Membangun Karakter dan Budaya Bangsa Melalui Bimbingan Komprehensif Berbasis Nilai-nilai Al Qur’an, Bandung: Pidato Pengukuhan

Guru Besar/Profesor dalam Bidang Bimbingan dan Konseling pada FKIP UPI, 2012

Supriadi, Dedi. Mengangkat Citra dan Martabat Guru,

Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1999

Usman, Uzir, Pengembangan Budaya Sekolah Untuk Peningkatan Kompetensi Profesional Guru Pada MTSN 1 Takengon, Jurnal Magister Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, vol 4, No 4, 2016

Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung:Remaja Rosdakarya, 2010

Zahroh, Aminatul, Membangun Kualitas Pembelajaran Melalui Dimensi Profesionalisme Guru, Bandung: Yrama Widya, 2015

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Assauri (1999:4) mendefinisikan pemasaran: “Sebagai usaha menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu

Demikian pula dengan pengaturan kerja antara Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia seharusnya diatur dalam konstitusi, sehingga gagasan

Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) yang berjudul Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 13 Tahun 2006 Terkait Proses

Maka dari itu, bantuan luar negeri yang diberikan China kepada Fiji pastilah memiliki peran penting terhadap pengembangan ekonomi dan social di negara tersebut.. Bantuan luar negeri

Pada uji praklinik kolesterol total kelompok kontrol negatif tidak terjadi penurunan karena tikus yang hiperkolesterolemia tidak diberikan susu fermentasi Lactobacillus

Orang tua yang menggunakan pola asuh permisif dengan persentase (13,83%) yaitu orang tua yang memiliki sikap acceptance yang tinggi namun kotrolnya rendah,

Setelah melakukan pembelajaran matematika dengan model kooperatif learning tipe TAI pada kelas eksperimen ini, maka untuk mengetahui hasil belajar.. siswa terhadap

[r]