• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PILAR PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PILAR PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 348

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PILAR PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA Nanda Ayu Setiawati

Program Studi Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan Corresponding Author : nandaayusetiawati4@gmail.com

Abstrak

Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik, buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari – hari dengan sepenuh hati.

Kata kunci: Pendidikan karakter, karakter bangsa PENDAHULUAN

Pasca reformasi 1998 bangsa Indonesia menunjukkan indikasi terjadinya krisis karakter yang cukup memprihatikan. Demoralisasi mulai merambah ke dunia pendidikan yang belum memberi ruang untuk berperilaku jujur karena proses pembelajaran cenderung mengajarkan pendidikan moral dan budi pekerti sebatas pengetahuan yang tertulis dalam teks dan kurang mempersiapkan siswa untuk menyikapi dan menghadapi kehidupan yang kontradiktif. Bisa jadi, fenomena maraknya praktik korupsi juga berawal dari kelemahan dunia pendidikan dalam menjalankan fungsinya sebagai institusi yang turut bertanggung jawab membenahi moralitas anak bangsa. Ditemukannya beberapa bukti seperti tingginya angka kebocoran di institusi pendidikan, pengkatrolan nilai oleh guru, plagiatisme naskah-naskah skripsi dan tesis, menjamurnya budaya nyontek para siswa, korupsi waktu mengajar, dan sebagainya telah menunjukkan betapa telah terjadi reduksi moralitas dan nurani sebagian dari kalangan pendidik dan peserta didik. Di sisi lain, praktik pendidikan Indonesia yang cenderung terfokus pada pengembangan aspek kognitif dan sedikit mengabaikan aspek soft skils sebagai unsur utama pendidikan karakter, membuat nilai-nilai positif pendidikan belum optimal dicapai.

PEMBAHASAN

Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Ruang Lingkup Pendidikan Karakter

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 pasal 1 butir 1, pendidikan adalah: “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”

Pendidikan nasional bertujuan: “untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi waarga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 3).

Pengertian secara khusus, karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdamak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku. Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) sebagai pengejawantahan nilai-nilai agama yang biasa disebut the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada

(2)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 349

Allah dan ciptaan-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, pantang menyerah, keadilan kepemimpinan, baik, rendah hati, toleransi, cinta damai dan cinta persatuan.

Adapun tujuan dari pendidikan karakter yang sesungguhnya jika dihubungkan dengan falsafah Negara Republik Indonesia adalah mengembangkan karakter peserta didik agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur pancasila.

Fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut.

1. Pengembangan potensi dasar, agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik”. 2. Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik.

3. Penyaringan budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila. Kemudian, ruang lingkup atau sasaran dari pendidikan karakter adalah: 1. Satuan pendidikan

2. Keluarga 3. Masyrakat

Pendidikan Karakter Sebagi Suatu Sistem

Membuat peserta didik berkarater adalah tugas pendidikan, yang esensinya adalah membangun manusia seutuhnya, yaitu manusia yang baik dan erkarakter. Pengertian baik dan berkarakter mengacu pada norma yang dianut, yaitu nilai-nilai luhur pancasila. Seluruh butir-butir pancasila sepenuhnya terintegrasi ke dalam harkat dan martabat manusia (HMM). HMM terdiri atas tiga komponen, yaitu hakikat manusia, pancadaya kemanusiaan, dan dimensi kemanusiaaan (Alwis, 2011:1).

Hakikat manusia adalah: 1. Makhluk bertakwa

2. Diciptkan saling sempurna dan berderajat paling tinggi 3. Khalifah di muka bumi

4. Penyandang hak asasi manusia.

Hakikat Pendidikan untuk Membentuk karakter Bangsa.

Pada dasarnya, hakikat pendidikan adalah untuk membentuk karakter suatu bangsa. Hal tersebut sangat ditentukan oleh semangat, motivasi, nilai-nilai, dan tujuan pendidikan. Apabila dirumuskan, hakikat pendidikan yang mampu membentuk karakter bangsa (berkeadaban) adalah:

1. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia sutuhnya

2. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidi

3. Pendidikan para prissipnya berlangsung seumr hidup

4. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik mengahdapi lingkunagan yang mengalami perubahan semakin besar

5. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.

Pendidikan Karakter Bangsa

Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah dari raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pendidikan adalah usaha sadar, terencana dan terstruktur untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

(3)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 350

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan karakter merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan maupun individu. Pendidikan karakter bangsa adalah usaha sadar dan terencana dalam menanamkan nilai-nilai yang menjadi pedoman dan jati diri bangsa sehingga terinternalisasi didalam diri peserta didik yang mendorong dan mewujud dalam sikap dan perilaku yang baik.

Pendidikan karakter merupakan suatu hal yang sangat penting dalam membangun bangsa yang beradab dan bermartabat, baik di mata Tuhan, dunia internasional, dan manusia. Krisis karakter kebangsaan yang kini semakin mewabah di kalangan generasi muda, bahkan generasi sebelumnya semakin melahirkan keprihatinan demi keprihatinan. Setiap harinya, media massa terus dibanjiri dengan berita-berita kejahatan, pembunuhan, meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak, remaja, perempuan, dan lain sebagainya. Kita semakin sadar, bahwa kini nilai-nilai Pancasila yang luhur perlahan mulai tersisihkan.

Faktor yang Mempengaruhi Karakter Bangsa a. Lingkungan Global

Globalisasi dalam banyak hal memiliki kesamaan dengan internasionalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran dan batas-batas suatu negara yang disebabkan adanya peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui berbagai bentuk interaksi. Globalisasi juga dapat memacu pertukaran arus manusia, barang, dan informasi tanpa batas. Hal itu dapat menimbulkan dampak terhadap penyebarluasan pengaruh budaya dan nilai-nilai termasuk ideologi dan agama dalam suatu bangsa yang sulit dikendalikan. Pada gilirannya hal ini akan dapat mengancam jatidiri bangsa.

Berdasarkan indikasi tersebut, globalisasi dapat membawa perubahan terhadap pola berpikir dan bertindak masyarakat dan bangsa Indonesia, terutama masyarakat kalangan generasi muda yang cenderung mudah terpengaruh oleh nilai-nilai dan budaya luar yang tidak sesuai dengan kepribadian dan karakter bangsa Indonesia. Untuk itu, diperlukan upaya dan strategi yang tepat dan sesuai agar masyarakat Indonesia dapat tetap menjaga nilai-nilai budaya dan jati diri bangsa serta generasi muda tidak kehilangan kepribadian sebagai bangsa Indonesia.

b. Lingkungan Regional

Pada lingkungan regional, pengaruh globalisasi juga membawa dampak terhadap terkikisnya budaya lokal di zona negara-negara Asia Tenggara. Dampak tersebut berwujud adanya ekspansi budaya dari negara-negara maju yang menguasai teknologi informasi. Meskipun telah dilaksanakan upaya pencegahan melalui program kerja sama kebudayaan, namun melalui teknologi infomasi yang dikembangkan, pengaruh negara lain dapat saja masuk.

Perkembangan regional Asia atau lebih khusus ASEAN dapat membawa perubahan terhadap pola berpikir dan bertindak masyarakat dan bangsa Indonesia. Untuk itu, diperlukan strategi yang tepat dan sesuai agar masyarakat Indonesia dapat tetap menjaga nilai-nilai budaya dan jati diri bangsa serta generasi muda tetap memiliki kepribadian sebagai bangsa Indonesia.

c. Lingkungan Nasional

Perkembangan politik di dalam negeri dalam era reformasi telah menunjukkan arah terbentuknya demokrasi yang baik. Selain itu telah direalisasikan adanya kebijakan desentralisasi kewenangan melalui kebijakan otonomi daerah. Namun, sampai saat ini, pemahaman dan implementasi konsep demokrasi dan otonomi serta pentingnya peran pemimpin nasional masih belum memadai. Sifat kedaerahan yang kental dapat mengganggu proses demokrasi dan bahkan mengganggu persatuan nasional.

Harus diakui bahwa banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia sejak lebih dari enam puluh tahun merdeka. Pembangunan fisik dimulai dari zaman orde lama, orde baru, orde

(4)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 351

reformasi hingga pasca reformasi terasa sangat pesat, termasuk pembangunan infrastruktur pendukung pembangunan yang mencapai tingkat kemajuan cukup berarti.

Karakter yang diharapkan

Pada muaranya, diharapkan akan lahir generasi bangsa yang memiliki karakter yang tangguh dan hebat, sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila.Karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila pada masing-masing bagian tersebut, dapat dikemukakan sebagai berikut. Karakter yang bersumber dari olah hati, antara lain beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotic ; Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif ; Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain bersih, dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih ; Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.

SIMPULAN

Pendidikan memegang peran penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat mempertahankan dan meningkatkan taraf kehidupan. Pendidikan merupakan hasil dari perkembangan kebudayaan manusia dan pusat perkembangan. Mengingat penting dan luasnya cakupan pembinaan karakter bangsa dalam rangka menjaga identitas bangsa dari kegoyahan arus globalisasi, serta menjadikan masyarakat berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka diperlukan komitmen dan dukungan dari lembaga penyelenggara negara, dunia usaha dan industri, masyarakat, media massa dan pemangku kepentingan lainnya untuk menyusun program kerja dan mengkoordinasikan dengan pihak terkait agar terjadi sinergi yang kokoh untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.

Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak dini. Ada beberapa pihak yang sangat mempengaruhi terbentuknya karakter anak, seperti keluarga, lingkungan masyarakat, teman sepergaulan, lingkungan sekolah, dll. Banyak pakar yang mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Memiliki akhlak yang mulia tidak secara otomatis begitu manusia dilahirkan, namun memerlukan proses panjang melalui pengasuh.

REFERENSI

Al Hakim, Suparman dkk. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia. Madani, Malang.

Ambarita, T., (2017), Penerapan Model Pembelajaran Inside-Outside Circle Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn, Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 3 (1): 43-47

Berkowitz, W.J (1998). The Education of Complete Moral Person.

Budiharjo, 2015, Pendidikan karakter Bangsa ( Membangun Karakter Bangsa), Yoyyakarta: Samudra Biru

Damanik, F.H.S. (2014). Hakikat Pancasila dalam Membentuk Karakter Kebangsaan melalui Organisasi Siswa Intra Sekolah. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 6 (2): 49-60.

Damanik, M Ridha S dan Deny S. (2016), Pengembangan Penilaian Autentik Berbasis Karakter pada Ranah Keterampilan di Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (2) (2016): 88-94

Deny S & Fandi S. (2014). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Kewarganegaraan. Larispa Indonesia. Medan.

Dharma, S dan Rosnah Siregar. (2015). Membangun Pengalaman Belajar Kewarganegaraan melalui Model Pembelajaran Project citizen pada Siswa, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7 (1) (2015): 100-106.

(5)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 352

Dharma, S. dan Rosnah Siregar (2014). Internalisasi Karakter melalui Model Project Citizen pada Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 6 (2) (2014): 132-137

Faizah, (2017), Penggunaan Media Pembelajaran Audio Visual dalam Mata Pelajaran PKn, Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 3 (1): 55-60

Hermawan Kertajaya, (2010). Grow with Character: The Model Marketing. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama J.S.Benigna (ed). Moral Character, and Civic Education in the Elementary School. Teachers College Press, New York. Khairat, (2016), Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan

Kewarganegaraan pada Materi Demokrasi, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (1) (2016): 80-87.

M.Taufiq Alhudaya, 2013, “Memajukan peradaban bangsa dengan pendidikan karakter”. Sumber: http://bangka.tribunnews.com/2013/02/07/memajukan-peradaban-bangsa-dengan-pendidikan-karakter. Diakses 30 September 2017.

Megawangi Ratna, 2009. Pendidikan Karakter, Jakarta: Indonesia Heritage Foundation Mulyasa. (2014). Manajemen Pendidikan Karakter. Bumi Aksara, Jakarta.

Muslisch, M. (2011) Pendidikan Karakter : Menjawab tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta:Bumi Aksara.

Nasution, A.R., (2016), Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Karakter Bangsa Indonesia melalui Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (2) (2016): 201-212

Pgri, 2017, Pendidikan Karakter Sumber: http://www.pgri.or.id/download/category/126-buku-pendidikan-karakter.html. Diakses 30 September 2017.

Ratna, Kutha I Nyoman.2004. Teori Metode dan Tehnik Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rumapea, M.E.M. (2015). Urgensi Pendidikan Karakter d Perguruan Tinggi, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7 (1) (2015): 49-59.

Salahudin Anas dan Alkrienciehie Irwanto, 2013. Pendidikan Berbasis Agama Dan Budaya Bangsa, Jakarta: Pustaka Setia Saptono. (2011). Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter. Erlangga, Jakarta.

Setiawan, D. (2014). Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Karakter melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 6 (2): 61-72.

Suharyanto, A., (2013). Peranan Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membina Sikap Toleransi Antar Siswa, Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 2 (1): 192-203

Sundari, F., Ernata S., Nurmi R., dan Sulian E., 2017. Penerapan Program FOS (Folktale Speaking) sebagai Pembentuk Karakter Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 9 (1): 102-111.

Suyanto. 2009. Urgensi Pendidikan Karakter. http:// www. mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html.(22/10/2014)

Syaiful Bahri Djamarah. (1994). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Tim ICCE UIN Jakarta, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah dengan Asia Foundation dan Prenada Media, 2005

Winataputra, U.S dan Budimansyah D. (2007). Civic Education (Konteks, Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Bandung: UPI Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Wuryandani, Wuri. (2012). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Ombak dua, Yogyakarta.

Wuryandani, W. Fathurrohman, & Djaya,W. (2012) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar. Ombak.Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Karakter yang dapat dikembangkan dalam kurikulum adalah pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik

Dengan demikian, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan

Jika dikaitkan secara sederhana dengan pendidikan, maka pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak,

“Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta

Karenanya, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya mengembangkan

Dirjen Dikti menyebutkan bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan

Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk

Pendidikan karakter merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia, yang dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak