• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI UPAYA MEMBEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI UPAYA MEMBEN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK KARAKTER BANGSA

Lingga Nico Pradana, Nunung Juwariah, Pradipta Annurwanda

Abstrak

Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, mewujudkan, dan menebar kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Komponen didalamnya adalah olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah karsa yang memberikan pendidikan pada aspek afektif, kognitif dan psikomotorik. Tujuan dari pendidikan karakter adalah adanya perubahan kualitas siswa ditinjau dari aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Adanya peningkatan wawasan, perilaku, dan keterampilan sehingga dapat menjadi siswa yang berilmu dan berkarakter. Pendidikan formal adalah suatu wadah yang baik untuk membentuk karakter bangsa melalui pendidikan karakter. Aplikasinya adalah dengan mengitegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam seluruh kegiatan di sekolah. Nilai-nilai karakter yang dapat ditanamkan antara lain religius, rajin, toleran, disiplin, kerja keras, dan sebagainya.

Kata kunci: pendidikan karakter, nilai, komponen

A. Pendahuluan

(2)

dilakukan untuk memperoleh kemakmuran sudah menyimpang ke arah negatif. Adanya perdagangan bebas atau pasar bebas merusak perekonomian masyarakat. Persaingan yang berlangsung secara tidak sehat dapat menimbulkan sifat licik, serakah, dan egois. Oleh karena itu diperlukan suatu hal untuk mengatasi hal tersebut.

Permasalahan-permasalahan yang terjadi dewasa ini sebenarnya disebabkan oleh masyarakat yang tidak memiliki karakter yang baik. Hal itu menyebabkan tidak adanya kontrol diri sehingga masyarakat hanya mementingkan diri mereka sendiri. Oleh sebab itu, penting adanya penanaman karakter yang kuat sehingga dapat menjadi bangsa yang berkarakter.

Pembentukan karakter bangsa dapat dilakukan dengan cara mengimplementasikan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dapat membentuk karakter bangsa yang baik dan berakhlak. Selain itu pendidikan karakter juga mengajarkan hakikat karakter dalam cipta, rasa dan karsa. Tujuannya adalah untuk membentuk pribadi yang berilmu dan berkarakter.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab 2 Pasal 3, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari fungsi dan tujuan tersebut, ada dua hal penting yang harus diwujudkan oleh lembaga pendidikan. Pertama, mengembangan kemampuan yang berkaitan dengan otak yang merujuk pada kualitas akademik. Kedua, membentuk watak yang berkaitan dengan hati yang merujuk pada lulusan yang berakhlak mulia.

(3)

Bagaimana pula upaya untuk membentuk karakter bangsa melalui pendidikan karakter?

B. Hakikat dan Tujuan Pendidikan Karakter

(4)

Menurut Dirjen Dikti (dalam Barnawi dan M. Arifin, 2012:24), pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, mewujudkan, dan menebar kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Selain itu, Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil. Hal ini sesuai dengan pendapat Ellen (dalam Zainal Aqib, 2011: 41) yaitu pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Jadi pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, melainkan sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai.

Menurut Syaiful Anam (dalam Barnawi dan M. Arifin, 2012: 24), siswa harus mendapatkan pendidikan yang mencakup tiga aspek yaitu:

(5)

2. Kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis. Dengan memberikan ketiga aspek tersebut, karakter siswa akan terbentuk sehingga menjadi seseorang yang memiliki pribadi yang berkarakter.

Tujuan dari pendidikan karakter juga sangat terkait dengan ketiga aspek tersebut. Tujuannya adalah adanya perubahan kualitas siswa ditinjau dari aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Adanya peningkatan wawasan, perilaku, dan keterampilan sehingga dapat menjadi siswa yang berilmu dan berkarakter. Karakter yang diharapkan tidak melenceng dari budaya asli Indonesia sebagai perwujudan nasionalisme dan sarat muatan agama (Barnawi dan M. Arifin, 2012: 28-29).

C. Komponen Pendidikan Karakter

Menurut Kemdiknas (2011: 14), komponen dari pendidikan karakter dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1. Komponen Pendidikan Karakter

(6)

pikir menciptakan karakter cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi IPTEK, dan reflektif. Oleh karena itu pada aspek olah pikir, siswa memperoleh pendidikan kognitif.

Olah hati menciptakan karakter beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik. Oleh sebab itu, pada aspek olah hati dapat memberikan siswa pendidikan afektif.

Olah raga menciptakan karakter bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih. Dengan aspek olah raga ini, siswa diberikan pendidikan psikomotorik.

Olah rasa/karsa menciptakan karakter ramah, saling menghargai toleran, peduli, gotong royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja. Maka dari itu, olah rasa dapat memberikan siswa pendidikan afektif dan pendidikan psikomotorik.

D. Nilai-Nilai Karakter Bangsa

Nilai-nilai karakter yang dapat digali dan ditanamkan antara lain sebagai berikut:

Tabel 1. Nilai-Nilai Karakter

No Nilai Karakter Deskripsi

1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

(7)

No Nilai Karakter Deskripsi

3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5 Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas.

8 Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban

10 Semangat kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11 Cinta tanah air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat

(8)

No Nilai Karakter Deskripsi

tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12 Menghargai prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13 Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14 Cinta damai Sikap , perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15 Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16 Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu

(9)

No Nilai Karakter Deskripsi Tuhan Yang Maha Esa.

E. Pendidikan Karakter di Sekolah

Upaya untuk membentuk karakter bangsa dapat dilakukan melalui pendidikan formal. Dalam hal ini pendidikan formal yang dimaksud adalah sekolah. Sekolah dapat mengaplikasikan pendidikan karakter untuk membentuk karakter-karakter siswa sehingga akan terwujud suatu karakter bangsa yang baik. Pendidikan karakter dapat diaplikasikan mulai dari PAUD, TK, SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/MA.

Menurut Kemdiknas (2011: 12), hasil informasi dari berbagai Sarasehan Nasional Pendidikan Karakter yang diselenggarakan dibanyak wilayah menyatakan bahwa sudah cukup banyak sekolah yang berhasil mengembangkan pendidikan karakter dengan berbagai cara. Masing-masing sekolah memang punya ciri penekanan yang berbeda, namun semua sekolah punya kemiripan cara yaitu pendidikan karakter melalui pembiasaan kehidupan keseharian di sekolah dengan keteladanan guru dan disertai penanaman nilai-nilai kemuliaan hidup.

Pendidikan karakter harus masuk pada setiap aspek kegiatan di sekolah. Hal ini dapat dilihat dari bagan berikut ini:

(10)

Berdasarkan bagan pada gambar 2, pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam kegiatan belajar mengajar pada setiap mata pelajaran. Kemudian perlu dilakukan pembiasaan dalam kehidupan keseharian di satuan pendidikan. Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler misalnya pramuka, PMR, olahraga dan sebagainya. Penerapan pada kehidupan keseharian di rumah harus selaras dengan penerapan pendidikan karakter di satuan pendidikan.

Penerapan nilai-nilai karakter di sekolah haruslah diintegrasikan pada seluruh kegiatan sekolah terutama pada saat KBM. Nilai-nilai karakter ini dapat diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran dengan cara mencantumkan nilai karakter ke dalam silabus sehingga guru harus dapat memastikan bahwa pembelajaran di kelas telah memberikan dampak pada pembentukan karakter siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat McKay (dalam Barnawi & M. Arifin, 2012: 70) yaitu silabus silabus memberikan fokus mengenai apa yang harus dipelajari serta penjelasan mengenai bagaimana konten harus dipilih dan disusun.

Selain diintegrasikan pada silabus, nilai-nilai karakter perlu juga diintegrasikan pada RPP. Karena RPP-lah yang menggambarkan bagaimana proses belajar siswa berlangsung.

F. Kesimpulan

Berdasar pada uraian-uraian tersebut, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

(11)

melatih ketiga aspek tersebut yaitu olah hati, olah pikir, olah hati, olah raga, dan olah rasa atau karsa.

b. Nilai-nilai karakter yang dibutuhkan untuk membentuk karakter bangsa adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tau, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komuniktif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggungjawab.

c. Upaya untuk membentuk karakter bangsa melalui pendidikan karakter dengan menerapkan pendidikan karakter di sekolah mulai dari PAUD, TK, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA. Aplikasinya adalah dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam semua kegiatan di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Barnawi dan M. Arifin. 2012. Strategi & kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Ar-Ruzz Media: Jogjakarta.

Kemdiknas. 2011. Pendidikan Karakter Untuk Membangun Karakter Bangsa, (Online), (http://dikdas.kemdiknas.go.id , diakses 24 April 2013). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Th. 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Depdiknas.

Gambar

Gambar 1. Komponen Pendidikan Karakter
Gambar 2. Cakupan Pendidikan Karakter

Referensi

Dokumen terkait

Orang tua yang menggunakan pola asuh permisif dengan persentase (13,83%) yaitu orang tua yang memiliki sikap acceptance yang tinggi namun kotrolnya rendah,

Latihan akan meningkatkan performa pada setiap atlet, namun disisi lain latihan juga akan berpotensi menimbulkan cedera pada atlet, evaluasi pada aspek kelelahan akibat

Kesimpulan : Efektifitas daya anthelmintik perasan dan infusa rimpang temu ireng ( Curcuma aeruginosa Roxb. ) masih di bawah piperazin citrat. Daya anthelmintik infusa rimpang

Setelah melakukan pembelajaran matematika dengan model kooperatif learning tipe TAI pada kelas eksperimen ini, maka untuk mengetahui hasil belajar.. siswa terhadap

mengalokasikan sebagian besar dari biaya tidak langsung departemental adalah sulit dan bersifat arbitrer. Yang terbaik yan dapat dilakukan adalah melakukan..

Demikian pula dengan pengaturan kerja antara Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia seharusnya diatur dalam konstitusi, sehingga gagasan

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu memaparkan hasil pengembangan produk berupa modul matematika dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja lingkungan dan kinerja keuangan terhadap corporate environmental disclosure perusahaan yang yang listing di