• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Psikologi Pendidikan Dalam Membangun Krakter Bangsa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran Psikologi Pendidikan Dalam Membangun Krakter Bangsa"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia yang telah mendeklarasikan kemerdekaannya sejak 17 Agustus 1945 memiliki kondisi yang unik dilihat dari perkembangannya sampai saat ini. Kurang lebih sudah 69 tahun rakyat Indonesia menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara secara merdeka yang diakui oleh Negara-negara lain di dunia. Keunikan ini tidak saja dilihat dari keberagaman komponen dan kekayaan yang dimiliki bangsa ini, tetapi juga dilihat dari kondisi yang dialami bangsa Indonesia saat ini. Komponen bangsa Indonesia terdiri dari beragam konteks sosial dan budaya yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Dilihat dari kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia dapat dikategorikan sangat melimpah disertai dengan letak kepulauan yang berada di lintasan khatulistiwa, tanah yang subur, air yang melimpah, udara yang segar, kekayaan sumber energi dan mineral yang melimpah di dalam tanah dan laut.

Namun demikian, keunikan juga dapat kita lihat dari kondisi yang ada, dirasakan, dan telah menjadi ciri khas bangsa ini. Seharusnya dengan kondisi social budaya dan kekayaan alam yang melimpah, rakyat Indonesia dapat merasakan kehidupan yang makmur dan sejahtera dari waktu ke waktu. Kenyataan yang dialami oleh bangsa ini menunjukkan kondisiyang berbeda dengan logika kekayaan sosial, budaya dan alam. Kondisi yang dialami menunjukkan bahwa kekayaan alam tereksploitasi besar-besaran, pembangunan industry terjadi terus-menerus (walaupun kondisinya turun naik dari waktu ke waktu), dan pergantian pemerintahan terus berlangsung dari waktu ke waktu secara damai, tetapi kebanyakan rakyat Indonesia belum mendapatkan dan mengalami kehidupan yang makmur dan sejahtera (Kesuma, dkk. 2012:2). Berbagai pengalaman ini menunjukkan bahwa bangsa ini merupakan bangsa yang unik. Untuk merujuk pada kondisi yang dialami bangsa sampai saat ini

Permasalahan-permasalahan yang terjadi dewasa ini sebenarnya disebabkan oleh masyarakat yang tidak memiliki karakter yang baik. Hal itu

(2)

menyebabkan tidak adanya kontrol diri sehingga masyarakat hanya mementingkan diri mereka sendiri. Oleh sebab itu, penting adanya penanaman karakter yang kuat sehingga dapat menjadi bangsa yang berkarakter.

Pembentukan karakter bangsa dapat dilakukan dengan cara mengimplementasikan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dapat membentuk karakter bangsa yang baik dan berakhlak. Selain itu pendidikan karakter juga mengajarkan hakikat karakter dalam cipta, rasa dan karsa. Tujuannya adalah untuk membentuk pribadi yang berilmu dan berkarakter.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab 2 Pasal 3, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari fungsi dan tujuan tersebut, ada dua hal penting yang harus diwujudkan oleh lembaga pendidikan. Pertama, mengembangan kemampuan yang berkaitan dengan otak yang merujuk pada kualitas akademik. Kedua, membentuk watak yang berkaitan dengan hati yang merujuk pada lulusan yang berakhlak mulia.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana makna dan komponen karakter bangsa yang baik? 2. Bagaimana karakter anak dalam setting keluarga dan sekolah? 3. Bagaimana karakter bangsa Indonesia?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui makna dan komponen karakter bangsa yang baik. 2. Untuk mengetahui karakter anak dalam setting keluarga dan sekolah.

(3)

3. Untuk mengetahui karakter bangsa Indonesia. BAB II

ISI

A. Makna dan Komponen Karakter Bangsa yang Baik

Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, mewujudkan, dan menebar kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Komponen didalamnya adalah olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah karsa yang memberikan pendidikan pada aspek afektif, kognitif dan psikomotorik. Tujuan dari pendidikan karakter adalah adanya perubahan kualitas siswa ditinjau dari aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Adanya peningkatan wawasan, perilaku, dan keterampilan sehingga dapat menjadi siswa yang berilmu dan berkarakter. Pendidikan formal adalah suatu wadah yang baik untuk membentuk karakter bangsa melalui pendidikan karakter. Aplikasinya adalah dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam seluruh kegiatan di sekolah. Nilai-nilai karakter yang dapat ditanamkan antara lain religius, rajin, toleran, disiplin, kerja keras, dan sebagainya.

Proses pendidikan yang berpengaruh terhadap pendidikan karakter tidak akan lepas dari peran psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang khusus mengkaji pemahaman pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan dan memiliki cakupan yang sangat luas. Nurihsan (2013) menyatakan bahwa peran psikologi pendidikan sangat strategis dalam mengembangkan tenaga pendidik yang berkualitas. Psikologi pendidikan merupakan psikologi terapan yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah terkait dengan dunia pendidikan. Di dalam psikologi pendidikan dikembangkan teori dan penelitian yang penting bagi peningkatan psikologi belajar pengajar.

(4)

Gambar 1

Peran Psikologi Pendidikan dalam Membangun Krakter Bangsa

Berikut ini merupakan beberapa pandangan atau pendapat mengenai psikologi pendidikan:

a) “Psikologi pendidikan berbeda dari cabang-cabang lain dari psikologi karena memiliki pemahaman dan perbaikan pendidikan sebagai tujuan utamanya.” (Witrock, 1992, p. 138)

b) Mempelajari apa yang dipikirkan dan diperbuat oleh manusia pada saat mereka mengajar dan belajar dari kurikulum yang khusus dalam lingkungan yang khusus pula di mana program pendidikan dan pelatihan dilaksanakan (Berliner, 1992, p. 145)

c) Secara akademik, psikologi pendidikan merupakan studi tentang pembelajar, belajar, dan mengajar.

d) Terutama membahas pemahaman proses mengajar dan belajar yang terjadi di dalam lingkungan formal, dan mengembangkan cara untuk memperbaikinya.

e) Topik penting mencakup teori belajar, metode mengajar, motivasi, perkembangan kognitif, emosional, dan moral; dan hubungan anak dan orang tua.

f) Disiplin ilmu yang mengemukakan pertanyaan:

“Mengapa beberapa siswa belajar lebih baik daripada yang lain?”

(5)

Bidang Kajian Psikologi Pendidikan

Bidang kajian dalam Psikologi Pendidikan terdiri dari beberapa bidang sebagai berikut:

1. Pertumbuhan dan perkembangan manusia, meliputi: a. Pembawaan dan lingkungan

b. Pertumbuhan dan perkembangan pada umumnya

c. Intelegensi, minat, bakat, yang merupakan kerangka bimbingan d. Perkembangan social, mental, dan emosional

e. Perbedaan individual mengenai pengetahuan f. Motivasi

2. Pembelajaran, meliputi: a. Hakekat pembelajaran

b. Factor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran c. Motivasi dan alat pembelajaran

d. Keterampilan

e. Cara berpikir dan pemecahan masalah f. Sikap

g. Pembelajaran khusus persekolahan h. Pengalihan dalam pelatihan

3. Kepribadian dan penyesuaian diri, meliputi: a. Emosi

b. Kehidupan mental siswa c. Kesehatan mental guru d. Anak berkebutuhan khusus e. Interaksi social

f. karakter

4. Pengukuran dan evaluasi, meliputi: a. Pengukuran intelegensi dan bakat b. Pengukuran pembelajaran

c. Pengukuran penyesuaian diri d. Penggunaan hasil pengukuran

e. Pengukuran perubahan sebagai hasil evaluasi 5. Teknik dan metode penelitian, meliputi:

(6)

b. Teknik statistik

c. Implementasi penelitian oleh guru kelas

Kinerja Psikologi Pendidikan

Peran psikologi pendidikan dapat diperhatikan dalam kinerjanya yang berkaitan dengan:

1. Pendidikan berpusat pada anak 2. Perubahan metode pembelajaran 3. Kurikulum

4. Jadwal kerja

5. Kegiatan ko-kurikuler 6. Disiplin

7. Lingkungan yang sehat 8. Penelitian

9. Studi tentang masalah pendidikan 10. Pengukuran dan evaluasi

11. Penekanan pada perbedaan individual 12. Pencapaian tujuan pendidikan

Faktor yang Membuat Guru dan Mengajar yang Baik

Seorang guru jika mau mengajar dengan baik sebaiknya memperhatikan faktor-faktor berikut:

1. Hangat, humor, dan kemampuan untuk memperhatikan orang lain 2. Membuat rencana, bekerja keras, dan disiplin diri

3. Kepemimpinan, entusiasme, penularan cinta belajar, dan kemampuan bicara

Guru yang Baik dan Mengajar yang Baik

Supaya seorang guru menjadi guru yang baik dan dapat mengajar dengan cara yang baik, maka sebaiknya dapat melakukan beberapa langkah berikut ini:

(7)

2) Menghadapi keragaman yang luas tentang kemampuan dan tantangan para siswanya.

3) Menguasai mata pelajaran yang diajarkannya dan cara berpikir siswanya 4) Menggunakan teknologi baru dan teknik yang cocok untuk mencapai

tujuan yang penting, tidak hanya menghibur siswanya. 5) Sangat peduli terhadap kebutuhan emosional siswanya.

Singkatnya, guru-guru yang baik secara teliti merencanakan dan mengajarkan prosedur dasar untuk hidup dan belajar di kelasnya. Mereka dapat secara efisien mengoreksi dan mengumpulkan pekerjaan rumah para siswa, mengatur kembali kelompok mereka, memberikan pengarahan, membagikan bahan ajar, dan mengurus kekacauan tersebut.

Pengetahuan Profesional yang Perlu Dikuasai Guru yang Baik

Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu dikuasai oleh guru dalam mengajarkan materi mata pelajarkan yang diajarkan:

- Menguasai strategi pembelajaran pada umumnya

- Mengetahui karakteristik dan latar belakang budaya siswa - Menguasai pengetahuan khusus

- Setting di tempat siswa belajar

- Menguasai maksud dan tujuan mengajar

- Menguasai materi dan program kurikulum yang cocok untuk mata pelajaran yang diajarkannya.

Kemudian, guru juga harus mengetahui dan mengimplementasikan kompetensi utuh guru professional berikut ini.

1. Mengenal secara mendalam peserta didik yang hendak dilayani 2. Menguasai bidang ilmu sumber bahan ajar dengan baik dalam segi:

a. Penguasaan disciplinary content knowledge b. Penguasaan pedagogical content knowledge

3. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik yang mencakup:

a. Perancangan program pembelajaran berdasarkan serentetan keputusan situasional

(8)

b. Implementasi program pembelajaran termasuk mid-course adjustments berdasarkan on-going transactional decisions berhubung dengan reaksi unik dari peserta didik terhadap tindakan guru

c. Melaksanakan asesmen proses dan hasil pembelajaran

4. Menggunakan hasil asesmen proses dan hasil pembelajaran untuk perbaikan pengelolaan pembelajaran secara berkelanjutan

5. Mengembangkan kemampuan profesional secara berkelanjutan

Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow

Berikut ini merupakan hierarki kebutuhan menurut Maslow: 1. Kebutuhan fisiologis

2. Kebutuhan akan keamanan

3. Kebutuhan akan pengakuan dan cinta 4. Kebutuhan akan penghargaan

5. Kebutuhan untuk tahu dan memahami 6. Kebutuhan estetis

7. Perwujudan diri 8. Transendensi

Hierarki kebutuhan menurut Maslow ini dimulai dari kebutuhan karena berkekurangan menuju kebutuhan pertumbuhan, dari kebutuhan yang bersifat ekstrinsik menuju kebutuhan yang berifat intrinsik.

Meningkatkan Motivasi Siswa

Prinsip-prinsip untuk memberikan insentif ekstrinsik kepada pembelajaran yang perlu diperhatikan sebagai upaya meningkatkan motivasi siswa yaitu:

- Memberikan balikan yang jelas - Memberikan balikan yang segera - Memberikan balikan yang sering - Menyatakan ekspektasi secara jelas

- Memberikan penghargaan untuk upaya dan perbaikan - Meningkatkan nilai dan keberadaan motivasi ekstrinsik

(9)

Makna dan Komponen Karakter Bangsa

Berikut ini merupakan makna karakter berdasarkan pandangan normatif a) “Keterlibatan seseorang dalam perbuatan atau perkataan yang berkaitan

dengan moral, atau kemampuan seseorang untuk menahan diri dari perbuatan atau perkataan tertentu.”

b) “Suatu perangkat kompleks dari kualitas individual yang secara relative menetap, dan pada umunya mempunyai konotasi postif apabila digunakan dalam membahas masalah moral dan pendidikan moral.:

Aspek-Aspek Pokok Karakter

Aspek-aspek pokok dalam karakter yaitu keadilan, kearifan, keberanian, pengetahuan, kesederhanaan, kasih sayang, komitmen, dan harapan yang merupakan sebuah keyakinan dan nilai yang akan membentuk pribadi perilaku sosial.

UU RI No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pembentukan karakter dimulai dari individu, kemudian masyarakat terdekat/etnik, bangsa, dan sampai pada antar bangsa. Setiap bangsa memiliki ciri-ciri khusus tetapi diantara para filsof terdapat perbedaan pendapat mengenai apa yang menjadi dasar karakter bangsa. Terdapat perdebatan mengenai bobot faktor fisik dan faktor spiritual dalam pembentukan karakter suatu bangsa. Para filosof juga memiliki perbedaan persepsi makna historis mengenai hubungan karakter bangsa dengan lembaga politik. Konsep karakter bangsa berkembang menjadi lebih kompleks dan mengarah kepada kepentingan politik. Pada mulanya karakter bangsa dipandang sebagai suatu fakta historis, kemudian pada gilirannya dianggap sebagai suatu kekuatan politik yang harus dipertahankan sebagai dasar upaya

(10)

reformasi. Hakekat karakter bangsa beralih dari wilayah wacana menjadi wilayah teori dengan penerapannya dalam kehidupan bangsa.

Dalam Pengembangan Moral dan Karakter, terdapat isu pokok yang harus diperhatikan agar karakter dapat berkembang, yaitu (1) ciri karakter yang baik, (2) penyebab dan penghambat perwujudan karakter yang baik, (3) pengukuran karakter yang baik, dan (4) pengembangan karakter yang baik.

B. Pengembangan Karakter Anak dalam Setting Keluarga dan Sekolah 1. Pengertian Karakter

a. Esensi

1) Kualitas dari dalam diri individu yang ditampilkan dalam bentuk tingkah laku

2) Merupakan konstitusi moral yang dimiliki seseorang

3) Tingkah laku yang ditampilkan yang menyebabkan seseorang dapat dihormati atau tidak dihormati (Yates & Yates, 1992)

b. Definisi

1) Kehidupan yang berlandaskan pada perilaku baik dalam berelasi dengan diri sendiri maupun orang lain. (Aristoteles, dalam buku Lickona, 1991) 2) - Nilai yang ditampilkan dalam tindakan

-Nilai yang berkembang sebagai kebajikan

-Disposisi dalam diri untuk berespon terhadap satu situasi dilandasi moral. (Lickona, 1991)

2. Komponen Nilai dan Moral

Nilai : prinsip, standar, kualitas, kepatutan.

Moral : aturan yang didasari nilai untuk digunakan sebagai kerangka dalam berpikir dan bertingkah laku dengan kemampuan membedakan benar dan salah.

Kemudian nilai dan moral akan membentuk sebuah perilaku yang baik sehingga akan terbentuklah karakter.

(11)

Untuk membentuk perilakau anak yang baik, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu pendekatan positif, anak adalah makhluk sosial, dan anak memutuskan tentang dirinya.

a. Pendekatan positif - Disiplin

- Relasi

- Anak bukan pengikut orang lain

- Melatih keterampilan hidup dan inner locus control

Pendekatan positif ini bersifat efektif, mutual respect, dan kooperasi b. Anak makhluk sosial

- Relasi dengan orang lain

- Tingkah laku dalam konteks sosial

- Tingkah laku dimiliki dan signifikan dalam lingkungan sosial c. Anak memutuskan tentang dirinya

- Bagaimana bertingkah laku

- Memahami dan berpikir tentang orang lain - Merasakan tentang orang lain

- Bertindak terhadap orang lain

4. Pembentukan dan Pengembangan Karakter

Karakter terbentuk dari kebiasaan. Orang tua bisa mempengaruhi baik atau buruk pembiasaan kebiasaan anak-anak. Seorang pendidik James Stenson penulis Compas: A Handbook of Parent Leadership, mengamati “orang tua yang sukses melihat diri mereka sebagai orang dewasa. Mereka melihat anak-anak mereka sebagai orang dewasa yang masih dalam pembentukan (Lickona, 2012:50).

C. Peran Psikologi Pendidikan dalam Membangun Karakter Bangsa Indonesia

Karakter bangsa Indonesia adalah perilaku bangsa yang dilandasi oleh nilai-nilai berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika yang dipahami, diyakini, dan diamalkan bangsa Indonesia.

(12)

Landasan pendidikan nilai-nilai luhur di Indonesia di dasarkan pada Pancasila dengan butir-butir yang terkandung di dalamnya. Adapun nilai-nilai luhur tersebut adalah sebagai berikut.

1) Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

 Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

 Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

 Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

 Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

 Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.  Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa kepada orang lain.

2) Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

 Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

 Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

(13)

 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.  Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.  Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.  Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.  Berani membela kebenaran dan keadilan.

 Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3) Sila Ketiga: Persatuan Indonesia

 Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

 Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

 Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

 Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

 Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

 Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.  Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4) Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaran / Perwakilan

 Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

(14)

 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

 Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.

 Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

 Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

 Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

5) Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

 Menjaga adanya kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan  Menjaga harmonisasi antara hak dan kewajiban

 Hormat terhada hak-hak orang lain  Suka menolong orang lain

 Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain  Tidak boros, tidak bergaya hidup mewah  Suka bekerja keras

 Menghargai karya orang lain

Peran Psikologi Pendidikan Dalam Pembangunan Karakter Bangsa Indonesia

(15)

Psikologi pendidikan berkontribusi dalam pembangunan karakter bangsa. Psikologi pendidikan berkontribusi dalam mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik sebagai elemen penting bangsa sekaligus sebagai generasi penerus perjuangan bangsa. Peran dari psikologi pendidikan dalam mengembangkan potesi peserta didik dapat dicapai melalui perubahan perilaku pengajar. Pengajar yang menguasai psikologi pendidikan dan mau menerapkannya di dalam proses pembelajaran yang dikelolanya akan menghasilkan peserta didik yang lebih termotivasi. Pengajar yang menerapkan psikologis secara benar, secara ilmu dan seni, lebih berpotensi memotivasi peserta didiknya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap psikologi pendidikan sangat diperlukan oleh pengajar karena mereka akan menghadapi peserta didik yang unik dan berbeda (perilaku, kepribadian, sikap, motivasi, kecerdasan, dan berbagai aspek psikologis lainnya). Memahami psikologi pendidikan berarti pendidik bisa mengetahui perilaku bagaimana yang sesuai dalam mengelola peserta didiknya dan kelas. Kelas dan proses pegajaran yang dikelola dengan baik pada akhirnya akan membuat peserta didik bisa mengoptimalkan atau mengeluarkan segenap potensi, minat, dan bakat mereka.

BAB III PENUTUP A. Simpulan

(16)

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis berkesimpulan bahwa psikologi pendidikan berkontribusi penting di dalam proses pembangunan karakter bangsa Indonesia. Peran ini diwujudkan melalui peningkatan kualitas pendidik yang mendapatkan bekal psikologi pendidikan dalam menjalankan proses pengajaran. Pendidik yang memiliki pemahaman terhadap pikologi pendidikan diharapkan mampu mengidentifikasi kebutuhan peserta didiknya secara lebih cermat dan mampu beradaptasi dengan beragam kondisi yang dihadapinya. Dengan demikian pendidik pada akhirnya akan memiliki sikap terbuka terhadap perbedaan, lebih memahami metode pengajaran yang efektif, bisa mengerti permasalahan yang dialami peserta didik, mampu mengidentifikasi kebutuhan dan bisa membantu peserta didik dalam belajar, serta bisa mengarahkan peserta didik untuk lebih mandiri.

Dengan kata lain, penerapan psikologi pendidikan akan meningkatkan kualitas dan daya adaptasi pendidik. Pendidik yang berkualitas dan mampu memahami lingkungan dimana proses pengajaran terjadi akan mampu membentuk suasana belajar yang kondusif dan menarik sehingga membuat peserta didik terpacu dan terdorong untuk memunculkan potensi dan bakat terbaik yang ada di dalam dirinya. Dengan kualitas pendidik yang meningkat, peserta didik diharapkan bisa lebih memahami hakekat pembelajaran, mereka juga bisa mengungkapkan pemikiran lebih terbuka dan tidak takut disalahkan. Kondisi-kondisi tersebut pada akhirnya akan membantu peserta didik untuk mengembangkan sikap dewasa dan mandiri. Jadi psikologi pendidikan memegang andil yang cukup penting dalam membangun karakter bangsa Indonesia. Hal ini karena peserta didik merupakan elemen penting dari bangsa Indonesia dan akan menjadi potret karakter bangsa.

B. Saran

Psikologi pendidikan merupakan bagian penting dalam proses pendidikan. Oleh karena itu diharapkan para pendidik khususnya dapat memahami dan

(17)

mengimplementasikan pentingnya psikologi pendidikan dalam proses pembelajaran atau pendidikan. Psikologi pendidikan memiliki andil yang besar dalam membangun karakter bangsa yang dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran atau pendidikan baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat.

(18)

Kesuma, Dharma; Triatna, Cepi; Permana, Johar. (2012). Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Lickona, Thomas. (2012). Character Matters: Bagaimana Membantu Anak

Mengembangkan Penilaian yang Baik, Integritas, dan Kebajikan Penting Lainnya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nurihsan, Juntika. (2013). Peranan Psikologi Pendidikan Dalam Mengembangkan Kapasitas Guru [Online]. Tersedia:

http://psikopend.sps.upi.edu/peran-psikologi-pendidikan-dalam-mengembangkan-kapasitas-guru/#more-147. [17

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan pembelajaran matematika dengan model kooperatif learning tipe TAI pada kelas eksperimen ini, maka untuk mengetahui hasil belajar.. siswa terhadap

[r]

Berdasasrkan latar belakang masalah tentang keterampilan servis atas bola voli maka komponen kondidi fisik yang diperlukan untuk menunjang keterampilan servis atas bola

Menurut Assauri (1999:4) mendefinisikan pemasaran: “Sebagai usaha menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu

Demikian pula dengan pengaturan kerja antara Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia seharusnya diatur dalam konstitusi, sehingga gagasan

Orang tua yang menggunakan pola asuh permisif dengan persentase (13,83%) yaitu orang tua yang memiliki sikap acceptance yang tinggi namun kotrolnya rendah,

Hal ini dapat dilihat dalam siklus I dimana persentase kreativitas siswa tinggi adalah 56,25% dan meningkat menjadi 78,12% pada siklus II, (2) Penerapan model

Latihan akan meningkatkan performa pada setiap atlet, namun disisi lain latihan juga akan berpotensi menimbulkan cedera pada atlet, evaluasi pada aspek kelelahan akibat