• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL PENELITIAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JURNAL PENELITIAN SKRIPSI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMK PGRI WONOASRI

TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Indah Asmorowati

Program Studi Pendidikan Akuntansi FKIP Universitas PGRI MADIUN indahasmorowati29@gmail.com

Abstrak

Tugas seorang guru selain menjadi seorang pendidik guru juga menjadi manajer yang akan mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan administrasi pembelajaran di dalam kelas. Berkaitan dengan kinerja guru SMK PGRI Wonoasri, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara empiris pengaruh profesionalisme guru dan motivasi kerja terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang aktif mengajar di SMK PGRI Wonoasri Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 47 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh dengan jumlah sampel 47 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data meliputi uji asumsi klasik, analisis regresi linear berganda, uji koefisien determinasi, serta uji hipotesis (uji t dan uji F). Hasil penelitian ini menunjukkan: profesionalisme guru berpengaruh positif terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017. Motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017. Profesionalisme guru dan motivasi kerja berpengaruh simultan terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci: profesionalisme guru, motivasi kerja, kinerja guru A. Pendahuluan

Tugas seorang guru selain menjadi seorang pendidik guru juga menjadi manajer yang akan mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan administrasi pembelajaran di dalam kelas. Mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki guru. Kinerja guru tidak terwujud dengan begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.

(2)

Motivasi kerja juga merupakan faktor selain profesionalisme guru yang dapat mempengaruhi kinerja guru. Motivasi kerja sangat diperlukan bagi guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga dapat meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran. Apabila guru mempunyai motivasi kerja yang tinggi, mereka akan terdorong dan berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran di sekolah sehingga diperoleh hasil kerja yang maksimal. Guru tidak akan memiliki kinerja yang baik tanpa adanya motivasi yang tinggi. Menurut Sardiman (2011: 85) motivasi memiliki fungsi untuk mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Jadi motivasi adalah sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang akan dilakukan. Motivasi juga menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak tercapai. Motivasi memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. Motivasi kerja yang dimiliki guru dapat juga digunakan untuk menyeleksi perbuatan, yaitu dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan-tujuan tersebut. Motivasi yang tinggi pada guru akan menjadi faktor pendorong dalam mencapai prestasi/kinerja yang baik.

Berdasarkan hasil observasi awal tentang kinerja guru di SMK PGRI Wonoasri Kabupaten Madiun yang dilakukan pada bulan Maret 2016, ditemukan beberapa masalah terkait kinerja guru. Selama pengamatan, peneliti menemukan masih adanya guru yang datang terlambat ke sekolah sehingga menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi terganggu. Guru banyak yang belum melaksanakan penelitian tindakan kelas, sehingga menyebabkan guru kurang mengetahui kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran untuk selanjutnya diadakan perbaikan. Keterbatasan media pembelajaran dan penggunaan metode ceramah yang dominan membuat proses pembelajaran menjadi kurang variatif, masih ada guru kurang mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga siswa sulit menerima dan memahami materi.

Berdasarkan permasalahan di atas, mendorong dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai profesionalisme dan motivasi kerja sebagai beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap kinerja guru di SMK PGRI Wonoasri Kabupaten Madiun. Untuk itu, penulis mengajukan judul penelitian sebagai berikut: “Pengaruh Profesionalisme Guru dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SMK PGRI Wonoasri Tahun Pelajaran 2016/2017.” Adapun perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah profesionalisme guru berpengaruh terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017? (2)Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017? (3) Apakah profesionalisme guru dan motivasi kerja berpengaruh secara simultan terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017? Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh profesionalisme guru terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017. (2) Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017. (3) Pengaruh profesionalisme guru dan motivasi kerja terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017.

B. Kajian Teori Kinerja Guru

(3)

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2013: 67). Suatu organisasi tentu membutuhkan karyawan yang berkualitas. Untuk mencapai hal tersebut, maka perlu memperhatikan banyak hal yang berkaitan dengan kinerjanya. Hikman dalam Usman (2011: 487) menyatakan kinerja selalu merupakan tanda keberhasilan suatu organisasi yang ada dalam organisasi tersebut. Sementara itu, Stoner dan Freeman dalam Usman (2011: 487) mengemukakan kinerja adalah kunci yang harus berfungsi secara efektif agar organisasi secara keseluruhan dapat berhasil.

Menurut Mulyasa (2013b: 88), “Kinerja adalah unjuk kerja seseorang yang ditunjukkan dalam penampilan, perbuatan, dan prestasi kerjanya sebagai akumulasi dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang telah dimilikinya.” Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi peserta didik, dan lingkungannya. Guru juga harus mampu mengambil keputusan secara mandiri (independent), terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik, dan lingkungan (Mulyasa, 2013a: 37). Berkaitan dengan kinerja guru, maka tugas guru sebagai profesi mencakup kegiatan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh seorang guru berdasarkan kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar, yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan membina hubungan antar pribadi (interpersonal) dengan siswanya.

Kinerja seseorang didasarkan pada pemahaman ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian dan perilaku yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Mulyasa (dalam Koswara, 2016: 69) mengemukakan guru yang memiliki kinerja tinggi akan bernafsu dan berusaha meningkatkan kompetensinya, baik dalam kaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembelajaran, sehingga diperoleh hasil kerja yang optimal.

Keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak lepas dari pengaruh faktor internal maupun faktor eksternal yang membawa dampak pada perubahan kinerja guru. Menurut Saondi dan Suherman (2010: 24-45), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru, yaitu: kepribadian dan dedikasi, pengembangan profesi, kemampuan mengajar, komunikasi, hubungan dengan masyarakat, kedisiplinan, kesejahteraan, dan iklim kerja. Berdasarkan uraian di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru, dapat dilihat bahwa profesionalisme guru dan motivasi kerja mempengaruhi kinerja guru melalui beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut pada garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi Faktor-faktor kepemimpinan, faktor tim, faktor sistem, dan faktor situasional.

(4)

kepala sekolah secara sistematik berdasarkan tugasnya untuk mengetahui kualitas kerjanya sebagai bahan tindak lanjut untuk guru tersebut.

Penilaian atas kinerja guru didasarkan atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas) No.16 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru yaitu meliputi empat kompetensi, yaitu:

1) Kompetensi pedagogik, meliputi penguasaan karakteristik peserta didik; teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran; pengembangan kurikulum; kegiatan pembelajaran yang mendidik; pengembangan potensi peserta didik; komunikasi dengan peserta didik; penilaian dan evaluasi.

2) Kompetensi profesional, yaitu menguasai struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran; mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan reflektif.

3) Kompetensi kepribadian, meliputi bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional; menunujukkan pribadi yang dewasa dan teladan; memiliki tanggungjawab yang tinggi dan bangga menjadi guru.

4) Kompetensi sosial, yaitu bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif; komunikasi dengan sosial pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat; beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Indonesia.

Menurut Mulyasa (2013b: 93) penilaian kinerja guru yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas, meliputi kegiatan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, menilai, menganalisis hasil penilaian, dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian.

Berdasarkan uraian di atas maka diambil kesimpulan bahwa penilaian prestasi adalah penilaian kinerja guru adalah suatu proses penilaian kinerja guru yang dilakukan pemimpin dalam hal ini kepala sekolah secara sistematik berdasarkan tugasnya untuk mengetahui kualitas kerjanya sebagai bahan tindak lanjut untuk guru tersebut. Berdasarkan Permendiknas nomor 16 tahun 2007 penilaian kinerja guru didasarkan empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, professional, kepribadian, sosial.

Mengacu pada teori tentang penilaian kinerja guru menurut Permendiknas) No.16 Tahun 2007 dan pendapat Mulyasa (2013b) di atas, indikator dari kinerja guru pada penelitian ini meliputi: (1) penyusunan rencana pembelajaran, (2) pelaksanaan interaksi belajar mengajar, dan (3) penilaian prestasi belajar peserta didik, dan (4) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik.

Profesionalisme Guru

Oxford Dictionary (dalam Sagala, 2011: 3) menyatakan bahwa profesional adalah orang yang melakukan sesuatu dengan memperoleh pembayaran, sedangkan yang lain tanpa pembayaran. Sedangkan Tilaar (2009: 86) mengemukakan bahwa seorang profesional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan profesinya. Seorang profesional menjalankan kegiatannya berdasakan profesionalisme, dan bukan secara amatiran. Profesionalisme bertentangan dengan amatirisme. Seorang professional akan terus menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan pelatihan.

(5)

c Standar Nasional Pendidikan (Mulyasa, 2007: 135) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Mulyasa (2013b: 42) kompetensi profesional adalah kemampuan pendidik dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing oeserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan. Menurut Sagala (2011: 41) “kompetensi profesional mengacu pada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan.

Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007 dijelaskan tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru guna menunjang kompetensi profesional guru. Kompetensi profesional meliputi:

1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan profesi. Kompetensi profesional mempunyai pengertian sebagai kewenangan yang berhubungan dengan tugas mengajar yang mencakup: (a) penguasaan pada bidang studi yang diajarkan, (b) memahami keadaan diri siswa, (c) memahami prinsip-prinsip dan teknik mengajar, (d) menguasai cabang-cabang ilmu pengetahuan yang relevan dengan bidang studinya, dan (e) menghargai profesinya (Marno dan Idris, 2008: 42).

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 menjelaskan ada 5 indikator inti dari Kompetensi profesional guru, yaitu sebagai berikut:

1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Sardiman (2011: 164), menjelaskan secara rinci ada sepuluh kompetensi guru sebagai profesional yaitu meliputi:

menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media/sumber, menguasai landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah serta memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

(6)

1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif

4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. Motivasi Kerja

Sebelum menguraikan tentang motivasi kerja, berikut ini disampaikan beberapa kajian tentang motivasi. Motivasi berasal dari kata latin “Movere” yang berarti “dorongan atau daya penggerak”. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut (Hasibuan, 2014: 92). Menurut Mc. Clelland (dalam Uno, 2010: 9) motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah dipelajari dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif. Motivasi memiliki dua aspek, yaitu adanya dorongan dari dalam dan dari luar untuk mengadakan perubahan dari suatu keadaan pada keadaan yang diharapkan, dan usaha untuk mencapai tujuan.

Motivasi kerja terdiri dari dua kata yaitu motivasi dan kerja. Menurut Hasibuan (2014: 95), motivasi pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mampu bekerjasama dengan efektif dan terintegrasi dengan segala daya dan upayanya untuk mencapai kepuasan. Kerja adalah sejumlah aktivitas fisik dan mental untuk mengerjakan suatu pekerjaan. “Motivasi kerja adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja” (Mangkunegara, 2013: 94).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat diuraikan bahwa motivasi kerja pada guru adalah sebagai dorongan mental yang dimiliki oleh seorang guru dalam melakukan pekerjaan sebagai seorang guru. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru adalah sesuatu yang membuat diri pribadi guru menjadi semangat untuk melaksanakan pekerjaan dalam kegiatan belajar mengajar agar tercapai tujuan sesuai rencana.

Tingkat motivasi kerja yang dimiliki orang tersebut dapat diketahui dari ciri-ciri tertentu terkait dengan motivasi kerja. Ciri-ciri motivasi kerja pada guru penting karena kegiatan mengajar akan berhasil baik, jika guru tekun melaksanakan pekerjaannya, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan secara mandiri. Sardiman (2011: 83) menyatakan bahwa ciri-ciri motivasi pada diri setiap orang yaitu:

1) Tekun menghadapi tugas (suka bekerja keras, terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai);

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa); 3) Menunjukkan minat untuk sukses;

4) Lebih senang bekerja sendiri;

5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif);

6) Dapat mempertahankan pendapatnya;

7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini; dan 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

(7)

diuraikan menurut beberapa ahli sebagai berikut. Menurut Uno (2010: 73) dimensi dan indikator dari motivasi kerja adalah sebagai berikut:

Tabel 1.

Dimensi dan Indikator Motivasi Kerja

Dimensi Indikator

Motivasi Internal

 Tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas

 Melaksanakan tugas dengan target yang jelas

 Memiliki tujuan yang jelas dan menantang

 Ada umpan balik atas hasil pekerjaannya

 Memiliki perasaan senang dalam bekerja

 Selalu berusaha untuk mengungguli orag lain

 Diutamakan prestasi dari apa yang dikerjakannya

Motivasi Eksternal

 Selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan kerjanya

 Senang memperoleh pujian dari apa yang dikerjakannya

 Bekerja dengan harapan ingin memperoleh insentif

 Bekerja dengan harapan ingin memperoleh perhatian dari teman dan atasan

Sumber: Uno (2010: 73)

Pengukuran motivasi kerja guru dalam penelitian ini digunakan indikator pengukuran dari Uno (2010: 73) seperti yang diuraikan di atas karena motivasi kerja secara operasional dapat didefinisikan sebagai dorongan dari dalam diri dan luar diri seseorang, untuk melakukan sesuatu yang terlihat dari dimensi internal dan dimensi eksternal.

Kerangka Berpikir

Pada organisasi sekolah, penilaian kinerja guru menjadi salah satu komponen yang sangat penting untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi, untuk mengembangkan karir dan kemampuan guru ke arah yang lebih baik lagi sehingga dapat meningkatkan prestasi sekolah. Keberadaan guru yang profesional dan memiliki kinerja yang baik sangat diperlukan untuk dapat menciptakan pembelajaran yang efektif. Profesionalisme yang dimiliki oleh seorang guru menjelaskan bahwa keprofesionalan dari seorang guru tidak hanya ditunjukkan pada saat guru berada dalam proses pembelajaran atau pada saat proses belajar mengajar berlangsung, namun keprofesionalan guru ditunjukkan lebih dari itu, dalam arti mampu dan senantiasa melaksanakan tugas-tugas keguruannya sesuai dengan bidangnya. Kompetensi profesional guru diduga dapat mempengaruhi kinerja guru itu sendiri.

(8)

motivasi kerja yang dimiliki guru diduga akan meningkatkan kinerjanya. Seorang guru akan melakukan semua pekerjaannya dengan baik apabila ada faktor pendorong (motivasi).

Mengacu pada teori dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, berikut ini digambarkan suatu kerangka berpikir yang mencerminkan alur berpikir yang merupakan dasar bagi perumusan hipotesis.

Gambar 1.

Kerangka Berpikir Penelitian

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan hasil beberapa penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.

Ha1 : Profesionalisme guru berpengaruh terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri

tahun pelajaran 2016/2017.

Ha2 : Motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun

pelajaran 2016/2017.

Ha3 : Profesionalisme guru dan motivasi kerja berpengaruh secara simultan terhadap

kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017. C. Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK PGRI Wonoasri Kabupaten Madiun yang beralamat di Jalan Thamrin, No. 48, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

Kinerja Guru:

Hasil atau prestasi kerja yang dilakukan oleh seorang guru berdasarkan kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar

Motivasi Kerja:

Suatu dorongan yang membuat guru menjadi semangat untuk

melaksanakan pekerjaan dalam kegiatan belajar mengajar agar tercapai tujuan sesuai rencana

Profesionalisme Guru:

Kemampuan yang dimiliki guru dalam menguasai materi pelajaran yang luas dan mendalam berkaitan dengan mata

pelajaran yang diampunya, yang memungkinkannya membimbing siswa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan

Guru:

Bertugas merencanakan, mengorganisasi, mengendalikan, dan mengevaluasi proses pembelajaran

(9)

kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011: 8) “metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, dengan analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2011: 80). Berdasarkan data yang disampaikan pihak SMK PGRI Wonoasri Kabupaten Madiun, pada tahun pelajaran 2016/2017 ini terdapat 47 orang guru yang aktif mengajar di sekolah ini. Dengan demikian, populasi penelitian ini meliputi 47 orang guru SMK PGRI Wonoasri. Menurut Sugiyono (2011: 81) ”Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Oleh karena jumlah populasi dalam penelitian ini relatif kecil, yaitu 47 orang, maka dalam penelitian ini semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2011: 85), teknik sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, dimana anggota populasi dijadikan sampel. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini berjumlah 47 orang guru.

Jenis, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Adapun yang termasuk ke dalam data kualitatif dalam penelitian ini yaitu gambaran objek penelitian, meliputi sejarah singkat, letak geografis objek, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan guru, siswa dan sarana-prasaran, serta pelaksanaan motivasi dan kinerja guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini, data kuantitatif yang diperlukan adalah data-data tentang profesionalisme guru, motivasi kerja, dan kinerja guru.

Data penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh secara langsung dari pihak guru SMK PGRI Wonoasri Kabupaten Madiun melalui penyampaian kuesioner tentang persepsi guru sebagai responden penelitian terkait dengan profesionalisme guru, motivasi kerja, dan kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMK PGRI Wonoasri Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2016/2017.

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi dokumentasi, wawancara, dan kuesioner. Dokumen-dokumen yang digunakan sebagai data dalam penelitian ini berupa data-data tentang jumlah guru di SMK PGRI Wonoasri. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Peneliti menggunakan teknik wawancara dengan informan untuk mengumpulkan data tentang bentuk-bentuk pemberian motivasi kerja yang telah dilakukan pihak sekolah, penjelasan tentang profesionalisme guru dari kepala sekolah, maupun dan kinerja guru yang telah dicapai selama ini. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi responden penelitian terkait dengan profesionalisme guru, motivasi kerja, dan kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017.

Instrumen Penelitian

(10)

alternatif. Salah satu hal penting dalam penelitian adalah cara memperoleh data yang akurat dan obyektif. Untuk itu dalam penelitian ini perlu diketahui seberapa tinggi reliabilitas dan validitas alat ukur (instrumen) yang digunakan. Untuk melakukan uji kualitas dari data, maka perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas dari kuesioner yang digunakan. Berkaitan dengan uji validitas dan reliabilitas item atau butir pertanyaan, maka angket yang telah disusun selanjutnya diujicobakan kepada beberapa sampel penelitian. Pengambilan sampel uji coba dilakukan terhadap sebagian dari sampel penelitian. Dari data jawaban angket yang disampaikan sampel uji coba angket, selanjutnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2011: 52). Menurut Ghozali (2011: 52), dalam penelitian ini uji validitas dilakukan atas item-item pertanyaan pada kuesioner dengan menghitung koefisien korelasi dari tiap-tiap item pernyataan menggunakan analisis korelasi product moment. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji ini dilakukan dengan bantuan SPSS release 22.0. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel untuk degree of freedom (df) = n-k. Dalam hal ini n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah item pertanyaan/pernyataan atau jumlah indikator. Jika r hitung (untuk r tiap butir dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation) lebih besar dari rtabel dan nilai r positif, maka butir

atau pertanyaan/pernyataan atau indikator tersebut dikatakan valid.

Uji reliabilitas dilakukan dengan koefisien Cronbach Alpha. Menurut Nunnaly (dalam Ghozali, 2011: 48) suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Perhitungan nilai cronbach alpha dilakukan dengan bantuan program SPSS. Apabila hasil koefisien α > 0,60 maka daftar pernyataan itu reliabel sebaliknya jika koefisien α ¿ 0,60 maka daftar pernyataan itu tidak reliabel. Menurut Nunnally (dalam Ghozali, 2011: 48), suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha ( α ) > 0,60.

Teknik Analisis Data Analisis Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif persentase pada penelitian ini untuk mendeskripsikan profesionalisme guru (X1) dan motivasi kerja (X2) serta kinerja guru (Y). Analisis

deskriptif juga dilakukan untuk menemukan nilai atau skor terendah (minimum), skor tertinggi (maksimum), nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi pada skor yang diperoleh setiap responden pada masing-masing variabel.

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik menggunakan uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, dan uji autokorelasi.

Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis ini untuk meramalkan variabel dependen jika variabel independen dinaikkan atau diturunkan (Priyatno, 2013: 47). Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini analisis regresi linier berganda dilakukan dengan membuat persamaan garis regresi linear berganda sebagai berikut:

Y = a + b1 X1+ b2 X2 + e

Notasi dari model tersebut adalah: Y = kinerja guru

a = bilangan konstanta X1 = profesionalisme guru

(11)

X2 = motivasi kerja

b2 = koefisien regresi variabel motivasi kerja

e = error (kesalahan/pengganggu), asumsi e = 5%. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi yang dilambangkan R2 berupa proporsi dari variasi total Y

yang dijelaskan oleh hubungan antara X dan Y. Pada penelitian ini analisis koefisien determinasi (R2) menggunakan nilai Adjusted R Square. Menurut Priyatno (2013: 56)

nilai koefisien determinasi (R2) dapat diketahui dari output tabel Model Summary pada

program SPSS. Uji Hipotesis

Uji Statistik dengan menggunakan Uji t (Uji parsial). Kriteria pengujian: Ho ditolak, bila t hitung > t tabel dan -t hitung > -t tabel

Ho diterima, bila -t tabel < t hitung < t tabel

Uji Secara Serentak (Uji F). Kriteria uji: Ho diterima jika Fhitung ≤ Ftabel Ho ditolak jika Fhitung  Ftabel

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Hasil uji validitas pernyataan kuesioner tentang profesionalisme guru, motivasi kerja, dan kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017 dengan menggunakan korelasi pearson menunjukkan bahwa nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel

(0,288); berarti bahwa semua pernyataan untuk mengukur variabel penelitian adalah valid. Hasil uji reliabilitas instrument menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai cronbach alpha di atas 0,60, sehingga semua variabel adalah reliabel dan bisa dilanjutkan untuk uji hipotesis.

Deskripsi Variabel Penelitian

(12)

bekerja kurang dari 5 tahun adalah sebanyak 4 orang (8,5%). Dilihat dari masa kerja masing-masing guru, maka data di atas mencerminkan bahwa rata-rata guru SMK PGRI Wonoasri merasa betah bekerja atau mengajar di sekolah tersebut.

Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi pada masing-masing variabel dapat diketahui bahwa keseluruhan nilai standar deviasi tidak ada yang melebihi dua kali nilai mean. Hal ini menandakan bahwa sebaran data sudah baik. Nilai mean mencerminkan tendensi pusat dari distribusi data yang digunakan dalam penelitian ini. Nilai standar deviasi mencerminkan variabilitas dari data terhadap pusatnya.

Hasi Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan untuk memastikan bahwa semua data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas data ini dapat dilakukan melalui olah data dengan program SPSS, dengan hasil sebagai berikut:

Gambar 2

Normal P-P Plot (Uji Normalitas)

Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat bahwa tingkat penyebaran data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan hasil uji normalitas menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut:

Tabel 2.

Hasil Uji Normalitas Data Menggunakan Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test UnstandardizedResidual

N 47

Normal Parametersa,b Mean 0,0000000

Std. Deviation 6,78455910

Absolute 0,074

Positive 0,074

Negative -0,067

Test Statistic 0,074

Asymp.Sg. (2-tailed) 0,200c. d

(13)

Berdasarkan hasil uji One Sample Kolmogorov-Smirnov, diperoleh nilai sig. 0,200 > 0,05, yang artinya data tersebut berdistribusi normal. Dengan demikian, data tentang profesionalisme guru, motivasi kerja, dan kinerja guru di SMK PGRI Wonoasri yang disampaikan responden penelitian terdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah ditemukan adanya korelasi yang sangat kuat antar variabel bebas (independen). Berdasarkan uji multikolinieritas yang dilakukan dengan program SPSS, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 3.

Nilai Tolerance dan VIF

Variabel Bebas Penelitian

Variance Influence

Factor (VIF) Tolerance  Profesionalisme guru (X1) 1,026 0,975

Mot

ivasi kerja (X2) 1,026 0,975

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas, dapat diketahui bahwa nilai Variance

Influence Factor (VIF) kedua variabel lebih kecil dari 10. Variabel profesionalisme guru

(X1) maupun variabel motivasi kerja (X2) masing-masing memiliki nilai VIF = 1,026.

Dari nilai VIF kedua variabel tersebut, berarti tidak terdapat korelasi yang kuat di antara salah satu variabel bebas dengan variabel bebas lainnya. Artinya, persoalan multikolinearitas di antara semua variabel bebas masih dapat ditolerir. Sedangkan nilai

tolerance variabel profesionalisme guru (X1) maupun variabel motivasi kerja (X2)

masing-masing adalah sebesar 0,975. Nilai tolerance kedua variabel menunjukkan lebih besar dari 0,1. Artinya, di antara variabel bebas tidak terjadi multikolinieritas.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas untuk memastikan bahwa tidak terjadi varians yang berbeda di antara responden penelitian dalam memberikan jawaban atas kuesioner yang diberikan. Untuk memastikan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas dilakukan dengan uji korelasi Spearman’s Rho, dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.

Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Korelasi Spearman’s Rho Correlations

Profesionalisme

Guru MotivasiKerja UnstandardizedResidual

Spearman’ s rho Profesionalism e Guru Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N 1,000 . 47 0,152 0308 47 0,137 0,359 47 Motivasi

Kerja CorrelationCoefficient

Sig. (2-tailed) N 0,152 0,308 47 1,000 . 47 -0,011 0,942 47 Unstandardize d Residual Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N 0,137 0,359 47 -0,011 0,942 47 1,000 . 47

(14)

dari 0,05. Oleh karena signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dengan menggunakan pengujian Durbin–Watson (DW test). Hasil perhitungan uji autokorelasi dengan program SPSS diperoleh nilai Durbin–Watson

sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil Uji Autokorelasi N = 47,

k = 2 du DW 4-du Interpretasi

Nilai 1,4435 2,301 2,3796 du < DW < 4 – du

(Tidak terdapat autokorelasi)

Nilai DW adalah 2,301. Nilai DW sebesar 2,301 ini selanjutnya dibandingkan nilai tabel DW (dengan α = 5%, jumlah sampel (n) = 47, dan jumlah variabel bebas (k) = 2), maka didapat nilai dl = 1,4435; du = 1,6204. Nilai DW sebesar 2,301 terletak di antara

dU dan 4-dU, hal tersebut menjelaskan bahwa tidak ada autokorelasi, positif atau negatif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dihasilkan tidak terdapat autokorelasi, positif atau negatif.

Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil perhitungan regresi antara profesionalisme guru (X1) dan motivasi kerja (X2)

sebagai variabel independen terhadap kinerja guru sebagai variabel dependen (Y) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Hasil Uji Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta

1 (Constant) 18,252 10,042

Profesionalisme Guru 0,704 0,252 0,366

Motivasi Kerja 0,513 0,224 0,300

a. Dependent Variable: Kinerja Guru

Hasil perhitungan regresi antara profesionalisme guru (X1) dan motivasi kerja

sebagai variabel independen terhadap terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017 sebagai variabel dependen (Y) dapat diformulasikan persamaan regresi Y = 18,252 + 0,704X1 + 0,513X2. Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda,

maka dapat dijelaskan bahwa jika profesionalisme guru meningkat, maka kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017 akan meningkat pula. Begitu pula pengaruh yang ditimbulkan pada variabel motivasi kerja, jika motivasi kerja yang dimiliki guru meningkat, maka kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017 juga akan meningkat.

Analisis Koefisien Determinasi (Uji R2)

Besarnya Adjusted RSquare (R2) adalah 0,226 atau 22,6% yang berarti 22,6% kinerja

(15)

profesionalisme guru dan motivasi kerja sedangkan sisanya, yaitu sebesar 77,4% dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Uji Hipotesis

Berdasarkan perhitungan data tentang profesionalisme guru, diperoleh nilai thitung

sebesar 2,789 lebih besar dari ttabel (1,68023) dan pvalue (0,008) lebih kecil dari  (0,05),

maka H1 diterima. Hasil uji regresi diperoleh nilai konstanta dari variabel

profesionalisme guru (X1) adalah sebesar 0,704 (positif). Hal ini berarti profesionalisme

guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017.

Dari hasil perhitungan data tentang motivasi kerja diperoleh nilai thitung sebesar

2,286 lebih besar dari ttabel (1,68023) dan pvalue (0,027) lebih kecil dari  (0,05), maka H2

diterima. Hasil uji regresi diperoleh nilai konstanta dari variabel motivasi kerja (X2)

adalah sebesar 0,513 (positif). Hal ini berarti motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017.

Berdasarkan hasil perhitungan data tentang pengaruh profesionalisme guru dan motivasi kerja secara simultan terhadap kinerja guru karyawan, diperoleh nilai Fhitung

sebesar 7,713 lebih besar dari Ftabel (3,20) dan pvalue (0,001) lebih kecil dari  (0,05),

maka H3 diterima. Artinya, profesionalisme guru dan motivasi kerja secara simultan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017. Hasil uji koefisien determinasi diperoleh nilai Adjusted RSquare (R2)

adalah 0,226 atau 22,6% yang berarti 22,6% kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017 dapat dijelaskan oleh variabel profesionalisme guru dan motivasi kerja sedangkan sisanya, yaitu sebesar 77,4% dijelaskan oleh sebab-sebab lain.

Pembahasan

Pengaruh Profesionalisme Guru terhadap Kinerja Guru

Hasil uji hipotesis dan uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa H0 ditolak

dan H1 diterima. Artinya, profesionalisme guru berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017.

Hasil penelitian ini didukung temuan penelitian yang dilakukan Yustiyawan dan Nurhikmayanti (2014), yang menemukan bahwa profesionalisme guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Semakin tinggi profesionalisme guru maka semakin baik kinerja guru.

Berdasarkan hasil penelitian jawaban kuesioner yang disampaikan responden, diketahui bahwa guru SMK PGRI Wonoasri Kabupaten Madiun telah menjalankan tugas secara profesional. Hal ini dapat diindikasikan dari kemampuan guru dalam menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Guru juga sudah menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, mampu mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, sanggup mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, serta dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

(16)

penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya.

Berdasarkan temuan di lapangan diketahui bahwa setelah pelaksanaan penelitian ini, kedisiplinan guru semakin meningkat. Jumlah guru di SMK PGRI Wonoasri Kabupaten Madiun yang sering datang terlambat ke sekolah semakin berkurang. Saat mengajar, guru juga menyusun rencana pembelajaran (RPP) dengan baik, penyampaian materi pembelajaran sudah didukung dengan pemanfaatan media pembelajaran yang relevan dengan materi yang disampaikan, serta secara rutin melaksanakan evaluasi atas kemampuan siswa dalam penguasaan materi. Guru di SMK PGRI Wonoasri Kabupaten Madiun secara terjadwal juga terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan penddikan serta pelatihan-pelatihan untuk peningkatan profesionalisme guru.

Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru

Berdasarkan hasil uji hipotesis dan uji regresi linier berganda, diketahui bahwa H0

ditolak dan H2 diterima. Artinya, motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017.

Hasil penelitian ini didukung temuan penelitian yang dilakukan Dewi (2015), yang juga menemukan bahwa motivasi kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Motivasi kerja guru perlu sangat diperhatikan karena dapat mempengaruhi baik atau tidaknya guru dalam melaksanakan tugasnya dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran atau bisasa disebut dengan kinerja guru, dan pada akhirnya secara keseluruhan dapat berdampak kepada tujuan pendidikan secara luas.

Berdasarkan hasil penelitian jawaban kuesioner yang disampaikan responden, diketahui bahwa motivasi kerja guru di SMK PGRI Wonoasri terdiri dari motivasi internal dan eksternal. Motivasi kerja internal guru SMK PGRI Wonoasri dapat ditunjukkan dari adanya tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas, keinginan untuk melaksanakan tugas dengan target yang jelas, memiliki tujuan yang jelas dan menantang, adanya umpan balik atas hasil pekerjaannya, adanya perasaan senang dalam bekerja, serta keinginan untuk selalu berusaha untuk mengungguli orang lain. Sedangkan motivasi eksternal yang ada pada guru SMK PGRI Wonoasri meliputi: keingingan untuk selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan kerja, perasaan senang memperoleh pujian dari apa yang dikerjakan, bekerja dengan harapan ingin memperoleh insentif, serta bekerja dengan harapan ingin memperoleh perhatian dari teman dan atasan.

Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa motivasi kerja guru di SMK PGRI Wonoasri Kabupaten Madiun juga sudah meningkat dibandingkan sebelum pelaksanaan penelitian. Guru semakin memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tugas, bekerja dengan senang hati, serta memiliki keinginan untuk semakin maju. Pihak sekolah juga telah melaksanakan beberapa program peningkatan motivasi kerja, seperti peningkatan besar uang penghargaan atas kinerja guru. Kepala sekolah dan pihak yayasan juga semakin memperhatikan kesejahteraan guru.

Pengaruh Profesionalisme Guru dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru Berdasarkan hasil uji hipotesis secara simultan, diketahui bahwa H0 ditolak dan H3

diterima. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa profesionalisme guru dan motivasi kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 2016/2017.

(17)

kinerja guru. Semakin tinggi profesionalisme guru dan motivasi kerja guru maka makin baik kinerja guru. Begitu pula, penelitian Widiastuti, dkk. (2014: 11) juga menunjukkan bahwa kompetensi profesionalisme guru dan motivasi kerja berpengaruh secara serempak terhadap kinerja guru.

Menurut jawaban angket, diketahui bahwa kinerja guru dapat ditemukan dalam penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan interaksi belajar mengajar, penilaian prestasi belajar peserta didik, serta pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian. Berdasarkan pernyataan yang disampaikan, dapat diketahui bahwa selama ini guru SMK PGRI Wonoasri telah mempersiapan diri sebelum mengajar, membuat rencana pengajaran, menyesuaikan metode pengajaran, serta mempersiapkan metode pengajaran. Guru juga telah memberikan motivasi pada siswa, memberikan tugas dan ujian, mampu memanfaatkan fasilitas pengajaran, khususnya melalui penggunaan alat bantu. Berkaitan dengan pengukuran keberhasilan pembelajaran yang disampaikan kepada siswa, guru telah membuat penilaian terhadap tugas dan ujian, serta melakukan pembahasan terhadap tugas dan soal-soal ujian sebagai upaya untuk pengayaan materi. Guru juga telah melaksanakan program perbaikan pembelajaran.

Keberadaan guru yang profesional dan memiliki kinerja yang baik sangat diperlukan untuk dapat menciptakan pembelajaran yang efektif. Berkaitan dengan perlunya seorang guru untuk bekerja secara profesional serta untuk meningkatkan motivasi kerja, SMK PGRI Wonoasri Kabupaten Madiun perlu mengevaluasi hal-hal yang berkaitan dengan profesionalisme dan motivasi kerja demi tercapainya kinerja guru yang maksimal.

Pada pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh profesionalisme guru dan motivasi kerja

terhadap kinerja, masih banyak faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru.

2. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini hanya berasal dari jawaban kuesioner. Kinerja guru diukur oleh guru sendiri. Oleh karena itu, jawaban yang diberikan responden penelitian terkadang tidak menunjukkan keadaan sesungguhnya. Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan teknik pengumpulan data yang lain, seperti wawancara dan observasi yang dapat digunakan untuk mendukung analisis terhadap hasil penelitian.

E. Kesimpulan dan Saran

(18)

Berdasarkan hasil penelitian, maka dalam penelitian ini disampaikan beberapa saran sebagai berikut: (1) Bagi kepala sekolah, berkaitan dengan pentingnya motivasi kerja dalam membentuk kinerja guru, maka kepala sekolah sebaiknya memberikan perhatian dan dukungan kepada guru, misalnya pemberian intensif, jenjang karier yang jelas, serta pemberian alokasi waktu mengajar yang ideal, sehingga guru dapat termotivasi untuk bekerja dengan lebih baik. Sebaiknya kepala sekolah secara rutin melaksanakan pengukuran dan evaluasi atas kinerja dari masing-masing guru, sehingga kinerja yang telah dicapai selama ini dapat dipertahankan atau bahkan dapat lebih ditingkatkan lagi. (2) Bagi guru, guru hendaknya lebih meningkatkan profesionalisme dan motivasinya dalam bekerja, misalnya melalui kegiatan-kegiatan seminar dan pelatihan agar dapat memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan pihak sekolah dan Dinas Pendidikan. (3) Bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun selaku lembaga yang menaungi keberadaan guru-guru di Kabupaten Madiun hendaknya semakin meningkatkan intensitas pelatihan-pelatihan dan seminar-seminar keprofesionalitasan guru serta memperhatikan kinerja guru, khususnya guru honorer dan non-PNS agar guru semakin memiliki kompetensi profesional dan motivasi kerja yang meningkat. (4) Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini diketahui besarnya koefisien pengaruh profesionalisme guru dan motivasi kerja terhadap kinerja guru hanya sebesar 22,6%, sedangkan sisanya, yaitu sebesar 77,4% dijelaskan oleh sebab-sebab lain, misalnya lingkungan kerja, kepemimpinan, jenjang karier, atau variabel-variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya disarankan untuk mampu mengembangkan hasil dari penelitan ini, misalnya dengan menambahkan variabel bebas berupa misalnya lingkungan kerja, kepemimpinan, jenjang karier, atau variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas RI. 2005. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas RI.

___. 2007. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik

dan Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas RI.

Dewi, T. A. 2015. Pengaruh Profesionalisme Guru dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru Ekonomi SMA Se-Kota Malang. Jurnal Promosi Pendidikan Ekonomi UM

Metro. Vol.3.No.1. hal. 24-35.

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hasibuan, M. P. 2014. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Koswara, R. 2016. Kompetensi dan Kinerja Guru Berdasarkan Sertifikasi Profesi.

Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran. Vol. 1. No. 1. hal. 64-74.

Mangkunegara, A. P. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Marno dan Idris, M. 2008. Strategi dan Metode Pengajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

(19)

___. 2013a. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

___. 2013b. Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Priyatno, D. 2013. Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media.

Sagala, S. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta

Saondi, O. dan Suherman, A. 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung: Rafika Aditama. Sardiman, A. M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo

Persada.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif. R & D. Bandung: Alfabeta. Tilaar, H. A. R. 2009. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Rineka Cipta Uno, H. B. 2010. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, H. 2011. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Edisi III. Jakarta: Bumi Aksara.

Widiastuti, I. K. W. S., Iyus A. H., dan Naswan, S. 2015. Pengaruh Kompetensi Profesional dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Di SMK Triatma Jaya Singaraja Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal Jurusan Pendidikan Ekonomi. Vol. 3. No. 1. hal. 1-12.

Gambar

Tabel 1.Dimensi dan Indikator Motivasi Kerja
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian
Normal P-P Plot Gambar 2(Uji Normalitas)
Tabel 3.Nilai Tolerance dan VIF
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kampung Cangkurawok terletak di area terluar lingkar kampus Insitut Pertanian Bogor dan belum memiliki sarana sanitasi yang baik. Pembuangan air limbah domestik

Hasil penelitian Setyorini (2011) bahwa pengalaman auditor dengan moderasi pemahaman terhadap sistem informasi terhadap kualitas audit berpengaruh positif. Berdasarkan

Menurut Soerjono Soekanto (2007) sosial merupakan kondisi masyarakat di dalam suatu lingkungan yang memiliki interaksi dengan orang lain yang di dalamnya terdapat proses

Fuzzy Neural Network atau Jaringan Syaraf Kabur atau sistem neuro- fuzzy adalah mesin belajar yang menemukan parameter sistem kabur (yaitu, himpunan fuzzy, aturan fuzzy)

Sumber daya manusia yang berkaitan dengan manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang secara profesional dan dapat terintegrasi dengan baik dapat meningkatkan

Terdapat lima kolom pada tabel tersebut yang terdiri dari nomor pengujian, setpoin jarak minimum robot (dalam cm), hasil yang terjadi setelah dilakukan pengujian

Kami memahami kebimbangan anda dan kami prihatin dan sedia membantu dengan pelan bantuan yang bersesuaian dengan keperluan kewangan anda. Sekiranya kami tidak

Data peubah tingkat hambatan relatif pada uji kultur ganda, uji produksi senyawa volatil, serta pertumbuhan padi dianalisis ragam dan perlakuan yang berpengaruh nyata diuji