• Tidak ada hasil yang ditemukan

Welcome to ePrints Sriwijaya University - UNSRI Online Institutional Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Welcome to ePrints Sriwijaya University - UNSRI Online Institutional Repository"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

INOVASI MODEL PENILAIAN BERBASIS PORTOFOLIO

DALAM PEMBELAJARAN *

Oleh: Riswan Jaenudin**

Abstrak: Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran hendaknya tidak dilakukan sesaat, tetapi harus dilakukan secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh yang meliputi semua komponen proses dan hasil belajar sehingga dapat menggambarkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Dalam pelaksanaan penilaian selain digunakan instrumen tes perlu dilengkapi dengan penilaian terhadap kinerja peserta didik dalam bentuk penugasan-penugasan, catatan perilaku harian, dan laporan aktivitas peserta didik di sekolah dan di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajarnya. Oleh karena itu hendaknya dikembangkan sistem penilaian yang berbasis portofolio, yaitu suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik yang bersumber dari catatan dan dokumentasi hasil karya, kinerja, dan aktivitas belajarnya. Dokumentasi hasil karya, kinerja, dan aktivitas belajar tersebut dapat menunjukkan dan membuktikan adanya upaya belajar, proses dan hasil belajar, serta kemajuan belajar peserta didik dalam jangka waktu tertentu.

Kata kunci: Model Penilaian berbasis Portofolio, pembelajaran

PENDAHULUAN

Program dan proses pembelajaran (proses belajar mengajar) harus diarahkan

pada kegiatan yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar peserta didik. Proses

pembelajaran hendaknya diarahkan pada empat pilar pendidikan, yaitu: (1) belajar

mengetahui (learning to know), (2) belajar berbuat (learning to do), (3) belajar menjadi

seseorang (learning to be), dan (4) belajar hidup bersama (learning to live together /

learning how to learn) (Unesco, 1999). Empat pilar pendidikan ini dipandang sangat

fundamental sifatnya disepanjang kehidupan seseorang. Peserta didik harus memiliki

pribadi yang mau dan mampu belajar, selalu meningkatkan pengetahuannya, kreatif dan

banyak berbuat, mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki sehingga memiliki

keunggulan, mampu berperan serta, bekerja sama dan hidup bersama dengan

sesamanya.

---

*Disampaikan dalam Seminar Nasional Pendidikan dengan Tema ”Pengembangan Pembelajaran Inovatif dan

(2)

2 Dalam filosofi konstruktivisme, pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit

demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak

sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang siap

diterima, tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh peserta didik (Depdiknas,

2003: 11). Atas dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dengan demikian peserta didik membangun sendiri

pengetahuannya melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Peserta

didik belajar lebih baik melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungannya,

karena belajar akan lebih bermakna jika ia ‘mengalami’ apa yang dipelajarinya, bukan ‘mengetahui’nya. Proses pembelajaran harus ditekankan pada upaya membantu peserta didik agar mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada

diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Oleh karena

itu tugas guru adalah mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan

pengetahuan lama dan baru, memfasilitasi belajar, memotivasi agar peserta didik mau

belajar secara aktif, serta memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk selalu

belajar. Faktor paling penting dalam pembelajaran adalah apa yang telah diketahui

peserta didik, aktivitas pembelajaran yang diselenggarakan, informasi faktual yang

diberikan, serta keterampilan-keterampilan intelektual yang dilatih kembangkan harus

senantiasa sesuai dengan realitas hidup, dan konteks fungsional di mana peserta didik

hidup (Raka Joni, 1992; 1995). Guru harus secara terus menerus memperhatikan

kepentingan peserta didik, memperhatikan pendapatnya, dan memusatkan perhatian

pada apa yang bisa peserta didik tampilkan secara aktual (Shaklee, 1997: 12), karena

yang paling berkepentingan dalam pembelajaran adalah peserta didik bukan guru. Tugas

pokok guru adalah melayani dan membina peserta didiknya mencapai keberhasilan

optimal. Guru harus mampu mengatur strategi belajar, membantu melayani, memenuhi,

menciptakan dan memfasilitasi kegiatan belajar dengan menerapkan prinsip peserta

didik belajar aktif, yaitu pembelajaran yang melibatkan seluruh aspek perkembangan

peserta didik baik secara fisik, mental (pemikiran dan perasaan) dan sosial, serta sesuai

dengan tingkat perkembangan anak (Kosasih, 1990; Depdiknas, 2003).

Proses pembelajaran yang melibatkan secara aktif peserta didik dan seluruh

aspek perkembangannya diharapkan dapat mengembangkan semua aspek dan potensi

(3)

3 Selanjutnya untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran yang diharapkan atau mengetahui kemajuan belajar, tentunya harus

didukung oleh model penilaian yang memadai. Penilaian tidak hanya dilakukan sesaat

akan tetapi harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan selama proses

pembelajaran. Pelaksanaan penilaian bukan hanya menilai sesuatu secara parsial,

melainkan harus menilai sesuatu secara menyeluruh yang meliputi proses dan hasil

belajar siswa. Menurut Depdiknas (2003: 19), penilaian yang sebenarnya pada

hakekatnya adalah menilai kemajuan belajar dari proses, bukan melulu hasil dan dengan

berbagai cara. Tes hanya salah satunya. Oleh karena itu gambaran kemajuan belajar

peserta didik tidak hanya ditentukan oleh hasil belajar tetapi juga oleh proses belajar

sehingga proses penilaiannya harus dilakukan secara terintegrasi (tidak terpisahkan)

sepanjang proses pembelajaran. Dengan demikian hasil penilaian dapat menggambarkan

kemajuan atau prestasi belajar peserta didik secara menyeluruh dan sesungguhnya.

Penilaian yang didasarkan pada prinsip-prinsip:

(1) penilaian hendaknya berbasis unjuk kerja sehingga selain memanfaatkan penilaian produk, penilaian terhadap proses perlu mendapat perhatian yang lebih besar, (2) Pada setiap langkah penilaian hendaknya siswa dilibatkan, (3) Penilaian hendaknya memberikan perhatian pula pada refleksi diri siswa, (4) Karena penilaian perlu memperoleh perhatian yang besar, “portofolio asesmen” hendaknya dimanfaatkan, (5) Dalam pelaksanaan penilaian “umpan balik” hendaknya dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pengembangan anak yang bersifat individual dan sosial (Raka Joni, 1995 : 65).

Berdasarkan penjelasan di atas diperlukan suatu model penilaian alternatif yang

dapat mengungkap seluruh aspek proses dan hasil belajar siswa, baik aspek kognitif,

afektif, maupun psikomotor. Model penilaian yang tidak dilakukan sesaat, tetapi harus

dilakukan secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh yang meliputi semua

komponen proses dan hasil belajar sehingga dapat menggambarkan kemampuan peserta

didik yang sebenarnya. Model penilaian yang dimaksudkan adalah penilaian yang

berbasis portofolio atau asesmen portofolio.

ASESMEN, PORTOFOLIO, DAN ASESMEN PORTOFOLIO

Asesmen adalah berbagai prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan

(4)

4 pengerjaan tugas-tugas (Linn dan Gronlund, 1995: 5). Gavin F (1996: 1) mengatakan

assessment is a process that help teachers understand degrees of achievement and performance, and it often forms the core data upon which we report on the achievement

and progress of students”. Selanjutnya Collins (1991: 3) memberikan definisi asesmen

sebagai berikut: “Assessment as a general term enchaining all methods customarily to appraise performance of individual pupil or a group, it may refer to a broad appraisal, including many sources of evidence and many aspects of pupil’s knowledge, understanding, skills, and attitudes”.

Asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan

gambaran perkembangan belajar siswa (Depdiknas, 2003: 19). Gambaran

perkembangan belajar siswa diperlukan di sepanjang proses pembelajaran. Oleh karena

itu asesmen tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran seperti pada kegiatan

evaluasi hasil belajar, tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi (tidak

terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran. Karena asesmen menekankan pada proses

pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang

dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Dengan demikian asesmen

merupakan prosedur yang dilakukan oleh guru sepanjang proses pembelajaran untuk

memperoleh berbagai data atau informasi tentang aktivitas belajar siswa sehingga

informasi tersebut dapat memberikan gambaran secara menyeluruh tentang

perkembangan dan kemajuan belajar siswa. Sedangkan portofolio adalah suatu

kumpulan hasil kerja siswa yang digunakan untuk menunjukkan upaya siswa,

keberhasilan/kemajuan atau prestasi belajar siswa di dalam satu bidang atau beberapa

bidang tertentu (Stiggins, 1994: 422); Judith Arter 1992: 36). Secara substansial

portofolio dapat dikatakan sebagai gambaran dari hasil-hasil tulisan, interpretasi,

maupun aktivitasnya di dalam kelas atau di luar kelas (Popham, 1995: 163; Moss, et.al.,

1992: 14). Bagi guru portofolio merupakan suatu kumpulan dokumentasi tentang

kemajuan belajar siswa, di dalamnya memuat semua catatan dan hasil kerja/karya siswa,

serta aktivitasnya di dalam kelas atau di luar kelas dalam satu kurun waktu tertentu yang

digunakan sebagai bukti atau dasar memberikan penilaian yang tepat dan objektif.

Menurut Asmawi Zainul (2001: 43) asesmen portofolio adalah:

(5)

5 belajar, proses belajar dan kemajuan (progres) yang dilakukan mahasiswa dalam jangka waktu tertentu. Koleksi/kumpulan hasil karya tersebut menuntut partisipasi penuh siswa/mahasiswa untuk turut menentukan kriteria dan pemilihan bahan yang akan dimasukan dalam portofolio.

Paulson (dalam Zainul, 2001: 46) mendefinisikan asesmen portofolio sebagai

berikut: “…a purposeful collection of student work that axhibit the student’s efforts, progres and achievements in one or more areas. The collection must include student

participation in selecting contents, the criteria for selection, the criteria for judging and

evidence of student self-reflection”.

Asesmen portofolio merupakan kumpulan hasil kerja atau karya siswa yang

mempertunjukkan usaha, kemajuan, dan prestasi siswa dalam satu bidang, atau lebih.

Kumpulan hasil karya tersebut menuntut partisipasi penuh siswa untuk turut

menentukan kriteria dan pemilihan bahan yang akan dimasukan dalam portofolio.

Selanjutnya Paulson mengemukakan bahwa suatu portofolio haruslah: (1)

memperlihatkan bahwa siswa terlibat dalam refleksi diri, (2) melibatkan siswa dalam

menyeleksi komponen portofolio, (3) terpisah dan berbeda dari folder komulatif siswa,

(4) memuat informasi yang melukiskan pertumbuhan, (5) menyajikan suatu gambaran

yang kompleks dan komprehensif dari kinerja siswa. Sedangkan Kosasih Djahiri (1995:

53) mengartikan asesmen portofolio sebagai “model penilaian atau evaluasi yang

berdasarkan banyak aspek (bahan ajar, proses KBS, dan praktek kehidupan diri dan

keluarga siswa sekitarnya) bersifat kontinyu, kumulatif, dan terbuka”. Kontinyu

dimaksudkan bahwa kegiatan evaluasi lebih dari satu kali baik berkesinambungan

maupun tidak. Penilaian minimal dilakukan per paket Pokok Bahasan (PB), sejumlah

Pokok Bahasan sejenis atau mengikuti keadaan siswa dan atau kehidupan umum.

Kumulatif berarti bahwa nilai/angka setiap kegiatan merupakan tabungan yang pada

waktunya keseluruhan nilai tadi dihitung menjadi nilai keseluruhan (penentu). Setiap

kegiatan memiliki bobot sendiri-sendiri sesuai dengan kadar dan keterkaitannya

terhadap ketercapaian tujuan. Terbuka dalam arti siswa maupun siapa saja boleh

mencek hasil atau nilai perolehan setiap kegiatan. Model portofolio dapat dilakukan

guru dengan cara mengerjakan agenda kegiatan dan mengisi daftar nilai seperti

biasanya, serta harus memelihara dokumen kegiatan-kegiatan siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan, bahwa asesmen portofolio

(6)

6 aktivitas siswa yang menunjukkan dan membuktikan upaya belajar, proses belajar, hasil

belajar, dan kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran.

TUJUAN DAN FUNGSI ASESMEN PORTOFOLIO

Terdapat berbagai pendapat mengenai tujuan digunakannya portofolio dalam

proses penilaian. Diantara pendapat-pendapat tersebut satu sama lain hampir sama,

yakni portofolio bertujuan untuk:

(1)Mengumpulkan sejumlah data tentang kemajuan belajar siswa secara autentik (Moss,

et. Al., 1992: 12).

(2)Mengumpulkan informasi secara apa adanya tentang hasil belajar siswa,

pengetahuan, dan sikapnya secara nyata (Adams, et. al., 1992: 103).

(3)Mendokumentasikan berkas-berkas bukti kemajuan belajar siswa secara lengkap

(Ross, 1996: 162).

(4)Mengumpulkan semua data yang berkaitan dengan kemajuan belajar siswa dari

waktu ke waktu secara kongkrit untuk dijadikan ukuran penilaian (Popham, 1993:

163).

(5)Mengkoleksi bukti perkembangan dari kemajuan belajar siswa sebagai bahan untuk

memberikan kontribusi terhadap penilaian yang sesungguhnya (Nitko, 1996: 279).

(6)Mengumpulkan informasi atau data mengenai perkembangan siswa sepanjang waktu

dan menggunakan data tersebut untuk membuat keputusan yang lebih baik bagi

siswa (Shaklee, at. al, 1997: 114).

(7)Sebagai alat formatif maupun sumatif dan memberikan informasi kepada orang tua

tentang perkembangan belajar peserta didik secara lengkap dengan dukungan data

dan dokumen yang akurat (Sumarna S, 2004:75-76).

Portofolio sebagai alat formatif digunakan untuk memantau kemajuan belajar

peserta didik dari hari ke hari dan untuk mendorong peserta didik dalam merefleksi

pembelajarannya. Portofolio sebagai alat sumatif digunakan untuk mengisi angka rapor

pada akhir semester atau akhir tahun yang menunjukkan prestasi belajar dalam mata

pelajaan tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa asesmen

(7)

7 dan hasil belajar siswa atau berkas-berkas hasil kerja/karya siswa secara nyata dan

autentik untuk dijadikan dasar penilaian perkembangan dan kemajuan belajar siswa.

PRINSIP-PRINSIP ASESMEN PORTOFOLIO

Menurut Zainul (2001: 47), ada tiga prinsip utama dalam asesmen portofolio,

yaitu “collect, select, dan reflect”. Hal ini berarti bahwa asesmen portofolio merupakan koleksi atau kumpulan hasil kerja atau karya siswa dalam belajar. Asesmen portofolio

bukan sekedar koleksi hasil karya siswa tetapi yang terpenting adalah adanya partisipasi

siswa dalam menseleksi bahan kegiatan belajar yang didasarkan pada kriteria tertentu

untuk dimasukan sebagai hasil karya. Koleksi karya tersebut digunakan oleh siswa

untuk melakukan refleksi diri yang memungkinkan siswa dapat mengenal kekuatan dan

kelemahannya sendiri.

Budimansyah (2002: 112) mengemukakan empat prinsip asesmen portofolio,

yaitu: “prinsip penilaian proses dan hasil, penilaian berkala dan sinambung, penilaian

yang adil, dan penilaian implikasi sosial belajar”. Menurut Sumarna S dan M. Hatta

(2004: 77) ada tujuh prinsip dalam pelaksanaan asesmen portofolio, yaitu prinsip:

“saling percaya, kerahasiaan bersama, milik bersama, kepuasan dan kesesuaian, penciptaan budaya mengajar, refleksi bersama, dan prinsip proses dan hasil”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan ada 10 prinsip yang perlu

diperhatikan dan dijadikan pedoman pelaksanaan asesmen portofolio dalam

pembelajaran, yaitu prinsip: penilaian proses dan hasil, penilaian berkala dan

sinambung, penilaian yang adil, penilaian Implikasi Sosial Belajar, saling percaya, milik

bersama, kerahasiaan bersama, kepuasan dan kesesuaian, penciptaan budaya mengajar,

dan refleksi bersama. Ke-10 prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

(1) Penilaian proses dan hasil

Keberhasilan siswa dalam belajar tidak hanya ditentukan oleh hasil belajarnya

saja, namun juga proses belajar. Oleh karena itu proses belajar dan hasil belajar siswa

harus menjadi objek penilaian. Proses belajar yang dinilai, misalnya diperoleh dari

catatan perilaku harian atau catatan anekdot mengenai sikapnya dalam belajar, antusias

tidaknya dalam mengikuti pelajaran, dan sebagainya. Penilaian proses dapat juga

dilakukan melalui tugas-tugas terstruktur yang diberikan guru, laporan aktivitas siswa di

(8)

8 malah sebaliknya hampir seluruh waktunya dibuang percuma atau hanya dipergunakan

untuk bermain-main saja. Penilaian hasil belajar dapat dilakukan, antara lain melalui

ulangan atau tes formatif maupun sumatif. Dengan demikian penilaian terhadap proses

dan hasil belajar siswa merupakan salah satu prinsip penting dalam melaksanakan

asesmen portofolio.

(2) Penilaian berkala dan sinambung

Asesmen portofolio merupakan model penilaian proses dan hasil belajar siswa

yang dilakukan secara berkala dan sinambung. Penilaian berkala artinya tidak dilakukan

sesaat atau sekali saja melainkan beberapa kali sesuai waktunya. Misalnya: penilaian

proses dilakukan melalui hasil penyelesaikan tugas-tugas terstruktur setiap satu materi

pokok pelajaran, catatan perilaku harian secara berkala direkap setiap satu minggu atau

setiap selesai satu materi pokok pelajaran, dan laporan aktivitas siswa di luar sekolah

secara berkala direkap setiap bulan. Penilaian hasil juga secara berkala dilakukan setiap

selesai satu materi pokok atau satu satuan pelajaran melalui tes formatif dan setiap akhir

semester melalui tes sumatif atau ulangan umum. Penilaian sinambung artinya ada

kontinuitas penilaian, baik penilaian hasil maupun proses tidak boleh ada yang terputus,

dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan. Tujuan dilakukan secara berkala

adalah untuk memudahkan mengorganisasikan hasil-hasil penilaian, sedangkan tujuan

dilakukan secara sinambung adalah untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan

pengalaman belajar siswa.

(3) Penilaian yang adil

Model asesmen portofolio sangat memperhatikan kondisi dan

perbedaan-perbedaan individual. Hal ini berkaitan dengan prinsip keadilan dalam penilaian. Semua

indikator penilaian, baik dalam menilai proses maupun hasil diperhitungkan bobotnya,

sehingga hasil akan menggambarkan prosesnya. Dengan demikian jika seorang siswa

memiliki pengalaman belajar yang baik, maka ia akan memiliki harapan yang besar

untuk berhasil dengan baik.

(4) Penilaian Implikasi Sosial Belajar

Proses pembelajaran hendaknya tidak hanya menjadikan siswa mampu

menguasai aspek kognitif, afektif (nilai dan sikap), dan keterampilan, tetapi yang lebih

penting adalah kemampuan mengaplikasikan aspek-aspek tersebut dalam kehidupan

(9)

9 yakni pengaruh proses dan hasil belajar bagi kehidupan di masyarakat. Dengan

demikian belajar bukan hanya sekedar memperoleh nilai yang baik ataupun lulus ujian,

melainkan harus berimplikasi lebih luas pada ranah sikap dan keterampilan. Oleh karena

itu model asesmen portofolio tidak terbatas pada menilai kemampuan kognitif semata,

tetapi menilai kemampuan-kemampuan yang lain termasuk di dalamnya menilai

implikasi sosial belajar.

(5) Saling percaya

Asesmen portofolio merupakan proses penilaian yang berlangsung dua arah

antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya harus dibina secara

sinergis. Dalam asesmen portofolio guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa

lainnya harus memiliki rasa saling mempercayai, saling terbuka dan jujur. Guru

hendaknya dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, proses yang wajar

dan alami, serta menyenangkan sehingga siswa dapat menunjukkan kemampuannya

seoptimal mungkin.

(6) Milik bersama

Asesmen portofolio merupakan model penilaian yang didasarkan pada seluruh

bukti hasil karya, kinerja, dan aktivitas belajar siswa. Seluruh bukti-bukti tersebut harus

menjadi milik bersama antara guru dan siswa. Hal ini akan mem-permudah siswa untuk

menyimpan atau mengambil portofolionya. Karena siswa merasa memiliki maka akan

tumbuh rasa tanggung jawab pada dirinya.

(7) Kerahasiaan bersama

Bukti-bukti hasil pekerjaan siswa secara individu maupun secara kelompok

dalam portofolio sebaiknya tidak diperlihatkan terlebih dulu kepada siswa atau

kelompok lain, sebelum diadakan eksibisi (pameran). Kerahasiaan bukti hasil pekerjaan

siswa merupakan hal yang sangat penting dalam portofolio. Sehingga jika ada bukti

hasil pekerjaan siswa kurang baik (memiliki kelemahan), siswa tersebut tidak merasa

dipermalukan atau sebaliknya jika hasil siswa sudah baik, ia tidak sombong.

Kerahasiaan bukti hasil pekerjaan siswa dan hasil penilaiannya perlu dijaga, tidak

disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan supaya tidak berdampak

negatif kepada proses pendidikan.

(10)

10 Dalam asesmen portofolio, kepuasan semua pihak terletak pada ketercapaian

tujuan pembelajaran yang dimanifestasikan melalui bukti-bukti hasil pekerjaan siswa.

Kesesuaian bukti hasil pekerjaan dengan tujuan pembelajaran akan menjamin

keberhasilan belajar siswa.

(9) Penciptaan budaya mengajar

Asesmen portofolio dapat dilakukan jika proses pembelajarannyapun

menggunakan pendekatan portofolio. Dengan demikian guru harus melakukan

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan portofolio (portfolio based learning)

agar pelaksaaan penilaiannya dapat dilakukan dengan asesmen portofolio (portofolio

bases assessment). Dalam pembelajaran, siswa dituntut untuk menunjukkan

kemampuan yang menggambarkan pengembangan aspek kognitif, afektif, dan

keterampilan, sedangkan guru harus membina berbagai paket kegiatan belajar siswa

(KBS) kelas, luar kelas, bermasyarakat dengan memberdayakan berbagai media dan

sumber belajar (Kosasih, 2007).

(10)Refleksi bersama

Asesmen portofolio memberikan kesempatan untuk melakukan refleksi bersama,

di mana siswa dapat merefleksi (tentang proses berfikirnya, pemahaman-nya,

pemecahan masalah atau pengambilan keputusannya) terhadap hasil-hasil pekerjaan

yang telah dihasilkannya dalam jangka waktu tertentu.

KARAKTERISTIK ASESMEN PORTOFOLIO

Portofolio sebagai alat untuk asesmen hasil belajar memiliki karakteristik

sebagai berikut: (1) Disusun oleh siswa, artinya semua berkas hasil kerja/karya siswa

didokumentasi oleh siswa itu sendiri, (2) Portofolio memberikan secara rinci latar

pengalaman hasil belajar yang jelas sehingga tidak diperlukan lagi informasi tambahan,

(3) Portofolio yang disusun terdiri dari: a) Biodata, b) Paparan umum mengenai persepsi

siswa tentang tujuan belajar yang ingin dicapainya serta upaya-upaya yang telah dan

akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, c) Rincian kronologis proses

pengalaman belajar atau kinerja yang telah dilaluinya, d) Rincian pengalaman belajar

(kinerja) yang secara eksplisit dikaitkan dengan butir-butir HBMP (Hasil Belajar

Melalui Pengalaman) yang telah diperoleh, baik yang bersifat konseptual maupun

(11)

11 atas, ada satu ciri yang penting, yaitu adanya tujuan (IG. A.K. Wardani, 1992: 1).

Karakteristik tujuan merupakan kejelasan arah dalam pelaksanaan dan maksud kegiatan

penyusunan portofolio.

Waack, 1991 (Permana, 1996:3) mengemukakan beberapa karakeristik

portofolio, yaitu portofolio merupakan: (1) Proses yang memberikan kesempat-an

kepada siswa untuk melakukan “self assessment”, (2) Proses bagi kegiatan belajar dan program evaluasi, (3) Metode yang dapat memonitor dan mendorong kemajuan belajar,

(4) Suatu kumpulan dokumen autentik yang menggambarkan kemampuan belajar, (5)

Hasil dari suatu pertanggung-jawaban siswa, (6) Catatan hasil proses kreatif dan berfikir

kritis, (7) Alat dalam proses belajar mengajar yang menjembatani dan memudahkan

dialog antara guru dan siswa, (8) Bukti nyata yang berkesinambungan, menggambarkan

hubungan antara proses kreatif siswa dan kemampuannya untuk merefleksikan sesuatu

dalam periode tertentu, (9) Wadah yang dapat menampung fakta-fakta dan refleksi

tertulis antara guru dan siswa. Popham (1995:166-167) dan Ross (1996:162)

mengemukakan portofolio memiliki ciri-ciri: (1) Ada keterlibatan langsung hasil kerja

siswa secara nyata, (2) Mengumpulkan beberapa hasil kerja/karya terbaik, (3)

Mengumpulkan dan menyimpan hasil kerja siswa, (4) Memilih kriteria untuk menilai

portofolio hasil kerja siswa, (5) Mengharuskan siswa untuk menilai dirinya sendiri

secara terus menerus berdasarkan hasil portofolionya, (6) Menentukan waktu untuk

membahas portofolio, (7) Melibatkan orang tua dalam proses penilaian portofolio. Dari

ciri-ciri tersebut terdapat tiga ciri penting, yaitu: (1) Adanya nilai kejujuran yang

dimiliki oleh siswa dalam menentukan sesuatu yang terbaik, (2) Terdapat alokasi waktu

yang jelas dan manusiawi, (3) Menjadikan penghubung yang sangat berarti bagi guru,

siswa, dan orang tua/masyarakat. Secara lebih rinci Zainul (2001: 47) mengemukakan

beberapa karakteristik asesmen portofolio, yaitu: (1) Asesmen portofolio adalah

asesmen yang menuntut ditunjukkannya hasil kerjasama antara dosen dengan

mahasiswa, (2) Asesmen portofolio tidak hanya sekedar kumpulan hasil karya

mahasiswa tetapi yang terpenting adalah adanya proses seleksi yang didasarkan kriteria

tertentu untuk dimasukkan hasil karya dalam kumpulan karya (portofolio), (3) Asesmen

portofolio mengumpulkan hasil karya mahasiswa dari waktu ke waktu. Koleksi karya

tersebut digunakan oleh mahasiswa untuk melakukan refleksi sehingga dalam prosesnya

(12)

12 dapat mengenal kekuatan dan kelemahannya sendiri. Kelemahan-kelemahan tersebut

sekaligus dapat digunakan sebagai tujuan proses pembelajaran berikutnya, (4) Kriteria

penilaian hasil karya harus jelas baik bagi dosen maupun mahasiswa dan diterapkan

secara konsisten.

Berdasarkan karakteristik yang telah dikemukakan, maka asesmen portofolio

memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Mempunyai tujuan pembelajaran dan kriteria

penilaian yang jelas, (2) Memiliki berkas-berkas/ bukti yang telah diseleksi sebagai

bukti pengalaman autentik tentang pertumbuhan dan perkembangan belajar siswa, (3)

Penilaian dilakukan secara periodik dan terus menerus, (4) Memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menilai dirinya sendiri (self assessment), (5) Mampu menjembatani

hubungan komunikasi dan keterlibatan yang harmonis antara guru/sekolah, siswa, orang

tua/masyarakat.

INDIKATOR ASESMEN PORTOFOLIO

Indikator asesmen portofolio adalah unsur-unsur yang dapat menjelaskan

kemampuan siswa setelah menyelesaikan satu satuan pendidikan tertentu, yaitu setelah

siswa mengikuti proses pembelajaran. Banyak unsur-unsur yang dapat dijadikan bahan

untuk menjelaskan kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, antara

lain: (1) hasil ulangan, baik ulangan harian (tes formatif), ulangan semester (tes

sumatif), (2) kuis, (3) hasil tugas-tugas, seperti latihan soal (PR), kliping, photo,

gambar, peta, denah, karangan, atau puisi, (4) karya tulis, (5) laporan pengamatan, (6)

presentasi/penampilan siswa, (7) buku catatan siswa, (8) daftar kehadiran siswa, (9)

catatan perilaku-sehari-hari baik dari guru, teman, atau orang tua, (10) penghargaan

lisan dari guru, (11) penghargaan tertulis, misalnya sertifikat, piagam, (12), catatan

aktivitas di luar sekolah, (Zainul, 2001; Budimansyah, 2002; Depdiknas, 2003; dan

Sumarna dan M.Hatta, 2004). Unsur-unsur tersebut sebagai bukti hasil karya, kinerja,

dan aktivitas belajar siswa.

Indikator asesmen portofolio yang dipandang paling pokok untuk menjelaskan

hasil belajar siswa, yaitu: hasil ulangan atau hasil tes (formatif dan sumatif),

penyelesaian tugas-tugas terstruktur, catatan perilaku harian, dan laporan aktivitas di

(13)

13 ASESMEN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN

Portofolio sebagai salah satu alternatif penilaian harus dilakukan dan digunakan

oleh guru dalam proses pembelajaran. Dalam kaitan ini maka penilaian dengan

portofolio harus direncanakan dan dilaksanakan secara profesional oleh guru agar hasil

penilaian menunjukkan perkembangan dan kemajuan belajar siswa secara nyata.

Collins (1992) dan Stiggins (1994), mengemukakan beberapa aspek yang dapat

dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan model portofolio, antara lain:

(1) Rumusan tujuan yang jelas, artinya siapa dan untuk keperluan apa portofolio dibuat

dan dilakukan, (2) Hasil belajar, artinya diupayakan meliputi aspek pengetahuan,

keterampilan, produk, penalaran, dan sikap, (3) Penekanan peristiwa, artinya

berhubungan dengan perubahan-perubahan kinerja dalam kurun waktu tertentu, (4)

Alokasi waktu yang diperlukan, artinya menyangkut pembagian waktu yang diperlukan

untuk melaksanakan portofolio, (5) Sifat peristiwa atau structure, artinya dalam bentuk

apa informasi yang diharapkan. Selanjutnya agar acuan tersebut lebih operasional maka

perlu ditambah satu aspek lagi, yakni: Penentuan kriteria penilaian yang jelas, artinya

kriteria penilaian ditentukan bersama-sama antara guru dan siswa. Dengan kriteria yang

jelas akan memberikan kerangka berfikir bagi siswa tentang kinerja apa yang

diketahuinya dan bagaimana mengerjakan-nya. Dengan demikian siswa akan lebih

berhati-hati dan guru akan membantu memberikan kemudahan bagi siswa dalam

mencapai tujuan pembelajaran (Arter, 1992: 37). Secara teknis, untuk memperjelas

sasaran penilaian portofolio, maka sebelum merumuskan tujuan perlu disediakan

terlebih dahulu kolom untuk identitas dan biodata siswa (Supriadi A, 1997: 33). Kolom

identitas dan biodata tersebut diisi oleh siswa dengan tulisan yang jelas, singkat, dan

lengkap. Menurut Zainul (2001: 48), dalam wujud nyata portofolio hasil karya

mahasiswa terdiri dari: (1) Cover (kulit) map yang secara jelas memperlihatkan identitas

mahasiswa, bidang studi/mata kuliah, dan per semester/ruang lingkup waktu hasil karya

yang dikumpulkan, (2) Lembaran daftar isi yang jelas menunjukkan hasil karya utama

dan hasil karya tambahan (optional), (3) Karya mahasiswa (dinyatakan sebagai karya

utama atau tambahan), dan dicantumkan tanggal penyelesaian karya tersebut. Bila karya

tersebut merupakan perbaikan dari karya yang lalu, hal itupun secara jelas harus

dicantumkan, (4) Komentar mahasiswa, yang ditulis sebagai hasil refleksi mahasiswa

(14)

14 mengerjakan karya tersebut, (b) Apa yang saya rasakan sebagai keberhasilan yang saya

peroleh dalam mengerjakan karya tersebut (kekuatan apa yang dapat saya perlihatkan

melalui karya tersebut), (c) Bila saya mendapat kesempatan memperbaiki karya ini

maka akan saya perbaiki pada bagian mana, (d) Bagaimana perasaan saya secara

keseluruhan terhadap kinerja dan hasil karya saya ini, (e) Kelemahan apa yang paling

menonjol dalam kinerja dan hasil karya saya ini.

Berdasarkan penjelasan di atas maka secara prosedural penyusunan rencana

portofolio, terdiri dari: (1) Membuat cover (kulit) yang secara jelas memperlihatkan

identitas dan biodata singkat siswa: nama siswa, bidang studi/ mata kuliah, semester, (2)

Merumuskan tujuan yang jelas, (3) Menetapkan kriteria penilaian secara bersama-sama

antara guru dan siswa, orang tua siswa/masyarakat, (4) Menetapkan target hasil belajar

yang utuh (karya utama atau tambahan), (5) Penekanan pada peristiwa yang

berhubungan dengan perubahan kinerja, (6) Menentukan alokasi waktu yang diperlukan

secara efektif, (7) Sifat peristiwa, tentang bentuk informasi yang diharapkan, (8)

Komentar siswa/mahasiswa sebagai hasil refleksi terhadap karyanya.

Pelaksanaan asesmen portofolio bersifat sangat kondisional, berbeda-satu sama

lain sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar siswa. Swann dan Bickley-Gree

(1993) mengemukakan dalam melaksanakan asesmen portofolio, prosedur yang

dilakukan adalah: (1) Menentukan tujuan umum portofolio dengan mendasarkan pada

tujuan khusus pembelajaran, (2) Menentukan tujuan portofolio bagi setiap siswa secara

individual untuk melihat perkembangan masing-masing, (3) Menciptakan

kegiatan-kegiatan portofolio atau unit-unit pelajaran dengan berbagai bentuk portofolio yang

bervariasi, (4) Upayakan mendorong siswa untuk selalu mengarahkan “self evaluation”, (5) Upayakan meliput wawasan pengetahuan yang lebih luas dalam segala aspek

kehidupan sosial dan budaya, (6) Melakukan prosedur penulisan jurnal, responsif, dan

efektif, (7) Melakukan interaksi melalui dialog atau diskusi, (8) Menentukan kriteria

penilaian, (9) Mengakhiri penilaian dalam bentuk nilai akhir dan pernyataan-pernyataan

kualitatif berdasarkan atas kriteria yang sudah disepakati bersama antara guru dengan

siswa.

Secara teknis pelaksanaan asesmen portofolio harus ditunjang oleh sikap guru

yang kreatif, konsekwen, dan disiplin terhadap penugasan instruksional. Guru bersifat

(15)

15 maupun hukuman (funishment). Penguatan dilakukan secara spontan dan tepat,

sedangkan hukuman diberikan secara tepat dan educatif. Pelaksanaan asesmen

portofolio harus didukung oleh sarana dan prasarana yang dapat digunakan sebagai

lingkungan sumber belajar yang nyata, serta ditunjang oleh media pembelajaran yang

representatif.

Penilaian dengan portofolio tidak hanya dilakukan dalam satu kali penilaian,

melainkan secara berulang-ulang dan bahkan terus menerus hingga memperoleh data

atau informasi yang lengkap dan akurat tentang hasil belajar siswa. Untuk memperoleh

data atau informasi yang lengkap dan akurat tersebut diperlukan ketelitian, kesabaran,

kreativitas, kemahiran, dan keprofesionalan guru dalam melaksanakan tugasnya.

Menurut Asmawi Zainul (2001: 49-52) ada tiga tahap yang harus dilalui dalam

mengimplementasikan asesmen portofolio yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan

penilaian, sedangkan Budimansyah (2002: 123-130) mengatakan pengorganisasian

model penilaian berbasis portofolio (asesmen portofoilo) dalam pembelajaran mencakup

empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, penyimpanan, dan penggunaan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

mengimplementasikan model asesmen portofolio ada tahapan atau langkah-langkah

yang harus dilalui, yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan penilaian, pendokumentasian,

dan penggunaan.

KESIMPULAN

Proses pembelajaran harus diarahkan pada kegiatan yang dapat mengoptimalkan

kegiatan belajar peserta didik dan guru berperan membantu peserta didik untuk mau dan

mampu belajar. Untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik dalam

mencapai tujuan-tujuan pembelajarannya harus dilakukan penilaian yang memadai.

Penilaian yang tidak hanya dilakukan sesaat akan tetapi harus dilakukan secara berkala,

berkesinambungan dan menyeluruh selama proses pembelajaran melalui model

penilaian yang berbasis portofolio atau asesmen portofolio. Selain menggunakan

instrumen tes perlu dilengkapi dengan penilaian terhadap kinerja peserta didik. Hasil

karya, kinerja, dan aktivitas belajar tersebut dapat menunjukkan dan membuktikan

(16)

16 dalam jangka waktu tertentu dijadikan sarana dalam penilaian. Indikator asesmen

portofolio yang dipandang paling pokok untuk menjelaskan hasil belajar siswa, yaitu:

hasil ulangan atau hasil tes (formatif dan sumatif), penyelesaian tugas-tugas terstruktur,

catatan perilaku harian, dan laporan aktivitas di luar sekolah yang menunjang kegiatan

belajar. Implementasinya dalam pembelajaran dilakukan melalui tahapan atau

langkah-langkah: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan dan penilaian, (3) pendokumentasian, dan

(4) penggunaan.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, Dennis M. (1992). Portfolio Assessment And Social Studies: Collecting, Selecting, and Reflecting on What Is Significant. Social Education 56 (20), February 1992.

Arter, Judith A, et. Al. (1992). Using Portfolios of Student Work in Instruction and Assessment. Educational Measurement: Issues and Practice 11 (1), 1992 (36-43).

Budimansyah, Dasim. (2002). Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio. Bandung: Genesindo.

Collins, Angelo. (1992). Portfolios for Science Education : Issues in Purpose, Structure, and Authenticity. Science Education 76(4).

Depdiknas. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL). Jakarta: Ditjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan lanjutan Pertama.

Gavin Faichney. (1996). Strategies for Evaluation. Makalah Seminar dari Visiting Overseas Consultant – Social Sciences Deakin University-Burwood Australia tanggal 29 Oktober 1996 di PPS IKIP Bandung.

Gronlund, Norman E. (1995). Assessment of Student Achievement. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Joni, Raka. (1993). Penilaian Hasil Belajar Melalui Pengalaman Dalam Program S1 Kedua Pendidikan Bidang Studi SD. Jakarta: Konsorsium Ilmu Pendidikan, Depdikbud Ditjen Dikti.

(17)

17 Kosasih Djahiri, A. (1990). Teori Keterampilan Belajar Dan Mengajar Menuju

Guru Inkuiri yang kreatif. Bandung: LPPMP IKIP Bandung.

Kosasih Djahiri, A. dan Endang (1995). Petunjuk Guru IPS SD. Jakarta: Depdikbud.

Moss, Pamela A, et. al.. (1992). Portfolios, Accountability, and An Interpretive Approach to Validity. Educational Measurement: Issues and Practice.

Nitko, Anthony J. (1996). Educational Assessment of Student (Second Edition). Ohio Merrill an Imprint of Prentice Hall.

Popham, W. James. (1995). Classroom Assessment: What Teachers Need to Know. Unites States of America: Allyn & Bacon – A Simon & Schuster Company.

Ross, Wayne E. (1996). The Role of Portfolio Evaluation in Social Studies Teacher Education : How Evaluation Practicer Shape Learning Experiences. Articles: Social Education 60 (3), March 1996.

Stiggins, Richard J. (1994). Student-Centered Classroom Assessmen. New York : Maxwell Macmillan International.

Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta. (2004). Penilaian Portofolio-Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tierney, Robert J. (1991). Portfolio Assessment in The Reading-Writing Classroom. New York: Christopher Gordon Publishers, Inc.

Unesco, (1999). Learning: The Treasure Within. (Terjemahan Napitupulu), Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wardani, IG. A.K. (1992). Portofolio: Buku Materi Pendukung Penataran Tutor PGSD. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti.

Zainul, Asmawi. (2001). Alternative Assesment. Jakarta: Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, Depdiknas-Ditjen Dikti.

Referensi

Dokumen terkait

Usulan Teknis dinyatakan memenuhi syarat (lulus) apabila mendapat nilai minimal 70 (tujuh puluh), peserta yang dinyatakan lulus akan dilanjutkan pada proses

Bahwa salah satu untuk mendapatkan mahasiswa yang berkualitas maka perlu diadakan penyaringan penerimaan mahasiswa baru dengan cara ujian masuk (testing) berupa

- Pelatihan Ketrampilan dan Bantuan Sarana Usaha bagi Keluarga Miskin :. Manik-manik

Pejabat Pengadaan pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, telah melaksanakan Proses Evaluasi Kualifikasi

1. Yang dimaksud dengan budaya organisasi adalah suatu nilai, anggapan, asumsi, sikap, dan norma perilaku yang telah melembaga kemudian mewujud dalam penampilan, sikap,

Pada tahap ini kalimat yang sudah memiliki bobot berdasarkan model graph di rangking menggunakan algoritma pagerank dengan tujuan untuk menemukan kalimat mana yang

The appl ication of cooper ative l ear ning thr ough the use of Students Team Achievement Division (STAD) method as a one of teaching str ategy in English speaking per

Demikian kami sampaikan, atas perhatiaannya kami ucapkan terima kasih.. TUNGKAL