• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESCRIPTION OF SMOKING BEHAVIOR IN PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENTS AT THE PUBLIC HEALTH CENTER LAANTULA JAYA 2014-2015 | Ahmad | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 9286 30342 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESCRIPTION OF SMOKING BEHAVIOR IN PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENTS AT THE PUBLIC HEALTH CENTER LAANTULA JAYA 2014-2015 | Ahmad | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 9286 30342 1 PB"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

41 Tasrif Ahmad & Indah PKD., Description of Smoking behaviour in Pulmonary ... DESCRIPTION OF SMOKING BEHAVIOR IN PULMONARY TUBERCULOSIS

PATIENTS AT THE PUBLIC HEALTH CENTER LAANTULA JAYA 2014-2015

Tasrif Ahmad*, Indah P. Kiay Demak**

*Medical Student, Faculty of Medicine and Health Science, Tadulako University

**Department of Laboratory Skill, Faculty of Medicine and Health Science, Tadulako University

ABSTRACT

Background : It is estimated that around one third of the world's population has been infected by Mycobacterium tuberculosis. In developing countries TB cases estimated to be around 95% and 98% of TB deaths worldwide occur in developing countries. Cigarettes and tobacco consumption is one of the major risk factor for the occurrence of various diseases. Data showed the world tobacco epidemic tobacco kills more than 5 million people each year.

Methods : descriptive study with retrospective approach to determine the smoking behavior in patients with tuberculosis. The population in this study are patients with pulmonary TB who went to public health centers Laantula Jaya period January 2014 - September 2016 with a sample of 33 people. Sample selection method is purposive sampling.

Results : The statistical results processed by SPSS 21.0. Results showed 33 samples obtained from 20 (60.6%) of smokers and 13 people (39.4%) non-smokers. Of overall smokers based on the frequency of smoking 16 people (80%) smoked every day, and 4 (20%) smoked occasionally. Based on the long smoking 3 people (15%) 5-10 years of smoking, 8 (40%) of 10-20 years, and 9 (45%)> 20 years of smoking. Based on the number of cigarettes consumed 2 (10%)> 5 stems, 4 (20%) of 5-10 stems, 14 (70%) of 10-20 stems. Based on the type of cigarettes consumed 16 (80%) cigarette filters and 4 (20%) nonfiter cigarettes. Based on the first cigarette consumption in the morning after waking up 2 people (10%)> 5 minutes, 1 (5%) 6-30 minutes. 14 people (70%) 31-60 minutes and 3 (15%).> 60 minutes.

(2)

42 Tasrif Ahmad & Indah PKD., Description of Smoking behaviour in Pulmonary ... ABSTRAK

Latar Belakang: Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh

Mycobacterium Tuberculosis. Di negara-negara berkembang kasus Tuberkulosis

diperkirakan sekitar 95% dan 98% kematian akibat TB di dunia terjadi di negara-negara berkembang. Konsumsi rokok dan tembakau merupakan salah satu faktor resiko utama terjadinya berbagai penyakit. Data epidemi tembakau dunia menunjukkan tembakau telah membunuh lebih dari 5 juta orang setiap tahunnya.

Metode: Jenis Penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif untuk mengetahui perilaku merokok pada pasien Tuberkulosis. Populasi pada penelitian ini adalah pasien Tuberkulosis Paru yang berobat ke Puskemas Laantula Jaya Periode Januari 2014 – September 2016 dengan jumlah sampel 33 orang. Metode pemilihan sampel adalah

purposive sampling.

Hasil: Hasil statistik diolah dengan SPSS 21.0. Hasil menunjukkan dari 33 sampel didapatkan 20 orang (60,6%) perokok dan 13 orang (39,4%) bukan perokok. Dari keseluruhan perokok berdasarkan frekuensi merokok 16 orang (80%) merokok setiap hari dan 4 orang (20%) merokok kadang-kadang. Berdasarkan lama merokok 3 orang (15%) 5-10 tahun merokok, 8 orang (40%) 5-10-20 tahun dan 9 orang (45%) >20 tahun merokok. Berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi 2 orang (10%) >5 batang, 4 orang (20%) 5-10 batang, 14 orang (70%) 10-20 batang. Berdasarkan jenis rokok yang dikonsumsi 16 orang (80%) rokok filter dan 4 orang (20%) rokok nonfiter. Berdasarkan konsumsi rokok pertama di pagi hari setelah bangun tidur 2 orang (10%) >5 menit, 1 orang (5%) 6-30 menit. 14 orang (70%) 31-60 menit dan 3 orang (15%) .>60 menit.

(3)

43 Tasrif Ahmad & Indah PKD., Description of Smoking behaviour in Pulmonary ... PENDAHULUAN

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh

Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun

1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas.[1]

Menurut WHO (2013), Indonesia menempati urutan ke 4 di dunia untuk jumlah kasus TB dengan angka kejadian antara 0,4-0,5 juta setelah India, China dan Afrika selatan.[2]

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali pada triwulan pertama tahun 2014 jumlah kasus TB BTA positif yang diobati sebanyak 50 penderita terdiri dari laki-laki 36 orang dan perempuan 14 orang dengan kesembuhan di Kabupaten Morowali mencapai 50 penderita atau 100 % terdiri dari laki-laki 36 (100%) dan perempuan 14 (100%).[3]

Di Puskesmas Laantula Jaya pada tahun 2014 kasus baru TB berjumlah 11 orang. Terdiri Dari 9 laki-laki dan 2 Perempuan.[4]

Konsumsi rokok dan tembakau merupakan salah satu faktor resiko utama terjadinya berbagai penyakit. Menurut WHO rokok adalah pembunuh yang akrab di sekeliling kita, karena setiap 6 detik, satu orang meninggal akibat merokok. Rokok membunuh separuh dari masa hidup perokok, dan separuh perokok mati pada usia 35 sampai dengan 69 tahun. Data epidemi tembakau di dunia menunjukkan tembakau membunuh lebih dari lima juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut terus maka diproyeksikan akan terjadi 10 juta kematian pada tahun 2020, dengan 70% kematian terjadi di negara sedang berkembang.[5]

Global Youth Tobacco Survey (GYTS)

Indonesia tahun 2006 melaporkan lebih dari 1/3 (37,3%) pelajar biasa merokok, anak laki-laki lebih tinggi dari perempuan, yaitu pada anak laki-laki sebesar 61,3% sedangkan pada anak perempuan sebesar 15,5%.[5]

Berdasarkan Laporan Global Adult

(4)

44 Tasrif Ahmad & Indah PKD., Description of Smoking behaviour in Pulmonary ...

2011 sebanyak 67,4% laki-laki dewasa merokok sedangkan perempuan yang merokok sebanyak 4,5% dan sebanyak 51,3% orang dewasa yang bekerja dalam ruangan (14,6 juta) terpapar asap rokok di tempat kerja, 78,4% (133,3 juta) terpapar asapa rokok di rumah dan 85,4% (44,0 juta) orang yang mengunjungi restoran terpapar asap rokok. Serta 86,0% orang dewasa yang merokok dipercaya dapat menyebabkan penyakit yang serius.[5]

Berdasarkan data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “bagaimana gambaran perilaku merokok dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Laantulajaya Morowali tahun 2014.”

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif untuk mengetahui perilaku merokok pada pasien Tuberkulosis Paru di wilayah kerja Puskesmas Laantula Jaya 2014-2015. Teknik pengumpulan sampel dengan menggunakan purposive sampling.

Lokasi penelitian dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas Laantula Jaya Morowali, Kecamatan Wita Ponda

Kabupaten Morowali yang melingkupi 9 desa yaitu Desa Puntari Makmur, Sampeantaba, Laantula Jaya, Bumi Harapan, Emea, Ungkaya, Moahino, Solonsa Jaya dan Solonsa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November tahun 2015.

Pengambilan data dilakukan dengan data sekunder dari dinas kesehatan dan puskesmas setempat serta data primer dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner yang berisi 9 pertanyaan tentang perilaku merokok. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan aplikasi software SPSS 21.0.

HASIL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Di Wilayah

Kerja Puskesmas Laantula Jaya Morowali Tahun 2014-2015

Karakteristik Jumlah (Orang)

Presentase (%) Jenis kelamin :

(5)

45 Tasrif Ahmad & Indah PKD., Description of Smoking behaviour in Pulmonary ...

Sumber : Data Primer (Kuesioner)

Berdasarkan Tabel 1 di atas, distribusi dari responden berdasarkan jenis kelamin terbanyak laki-laki yaitu 22 orang (66,7%). Berdasarkan umur yang

terbanyak umur 31-50 tahun yaitu 15 orang (45,5%). Berdasarkan pendidikan yang terbanyak adalah SD yaitu 18 orang (54,5%). Berdasarkan alamat tempat tingal yang terbanyak adalah desa Laantula Jaya yaitu 7 orang (21,2%). Berdasarkan pekerjaan yang terbanyak adalah tani yaitu 21 orang (63,6%).

Tabel 2. Gamabaran Perilaku Merokok Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Laantula

Jaya Morowali Tahun 2014-2015

(6)

46 Tasrif Ahmad & Indah PKD., Description of Smoking behaviour in Pulmonary ...

Sumber : Data Primer (Kuesioner)

Berdasarkan tabel 2 di atas, pasien tuberkulosis paru lebih banyak yang perokok yaitu 20 orang (60,6%). Dari pasien tuberkulosis paru yang perokok berdasarkan frekuensi merokoknya lebih banyak yang merokok setiap hari yaitu 16 orang (80%). Berdasarkan lama merokok lebih banyak yang telah merokok selama >20 tahun yaitu 9 orang (45%). Berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi lebih banyak perokok yang mengonsumsi 10-20 batang perhari yaitu

14 orang (70%). Berdasarkan jenis rokok tidur yaitu 14 orang (70%).

PEMBAHASAN

a. Perilaku Merokok

Dari hasil penelitian jumlah pasien Tuberkulosis Paru yang Perokok sebanyak 20 orang (60,4%) orang lebih banyak dari bukan perokok sebanyak 13 orang (39,4%). Menurut Soewarto (1996, dalam Purnamasari 2010) merokok merupakan

dose response untuk menyebabkan

gangguan kesehatan/penyakit, lebih lama merokok dijalani, labih banyak batang rokok setiap harinya, lebih dalam menghisap asap rokoknya, maka lebih tinggi resiko untuk mendapatkan penyakit akibat rokok. Menurut Adiatma (2003, Dalam Purnamasari, 2010) kebiasaan merokok dapat menyebabkan rusaknya pertahanan paru serta merusak mekanisme

(7)

47 Tasrif Ahmad & Indah PKD., Description of Smoking behaviour in Pulmonary ...

rokok juga akan meningkatkan airway resistance serta permeabilitas epitel paru dan merusak gerak silia, makrofag meningkatkan sintesis elastase dan menurunkan produksi antiprotease. Semakin lama seseorang merokok maka akan semakin beresiko terkena TB Paru.[6][7]

Perokok akan mengalami gejala klinis yang lebih berat dibanding bukan perokok. Merokok dapat mempengaruhi perkembengan lesi tuberkulosis, pada perokok cenderung lebih banyak terbentuk kavitas dan lebih menambah kehebatan penyakit walaupun demikian diagnostiknya lebih lambat. Karena batuk kronik dan flek paru akibat rokok sulit dibedakan dengan akibat tuberculosis.[8]

b. Frekuensi Merokok

Dari hasil penelitian diperoleh jumlah pasien TB Paru perokok yang menghisap rokok setiap hari sebanyak 16 orang (80%) sedangkan sisanya menghisap rokok tidak setiap hari/kadang-kadang sebanyak 4 orang (20%). Menurut Wuaten (2010) Dalam tubuh seorang perokok yang memiliki frekuensi merokok setiap

hari toksin dari kandungan asap rokok akan lebih cepat menumpuk dibandingkan perokok yang merokok kadang-kadang. Secara teoritis beberapa zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif dan suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksin sehingga mulai kelihatan gejala yang ditimbulkannya, selain itu kandungan racun dari asap rokok yang dihisap setiap hari akan tertimbun dalam tubuh, sedangkan tubuh sama sekali tidak dapat menghilangkan pengaruh nikotin dalam jumlah sekecil apapun.[9]

c. Lama Merokok

Dari hasil penelitian diperoleh lama merokok pada penderita TB Paru tidak jauh berbeda, perkok yang telah menghisap rokok lebih dari 20 tahun sebanyak 9 orang (45%), 10-20 tahun 8 orang (40%) dan 5-10 tahun 3 orang (15%). Firdaus (2010) rokok mempunyai

doseresponse effect, artinya semakin

(8)

48 Tasrif Ahmad & Indah PKD., Description of Smoking behaviour in Pulmonary ...

merokok yang lebih dini. Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan.[10]

d. Jumlah Rokok

Dari hasil penelitian diperoleh pasien TB Paru perokok mayoritas menghisap rokok 10-20 batang per hari yakni sebanyak 14 orang (70%), diikuti yang menghisap rokok 5-10 batang per hari sebanyak 4 orang (20%) dan <5 batang per hari 2 orang (10%). Menurut Wuaten (2010) zat kimia yang terkandung dalam rokok akan semakin menumpuk dalam tubuh. Suatu saat akan mencapai titik toksin sehingga kan terlihat gejala yang ditimbulkan sehingga pada orang yang merokok >10 batang dalam sehari akan merasakan dampak yang ditimbulkan lebih cepat dibandingkan orang yang merokok <10 batang perhari.[9]

e. Jenis Rokok

Dari hasil penelitian diperoleh jenis rokok yang dihisap oleh pasien TB Paru perokok paling banyak adalah rokok filter yaitu sebanyak 16 orang (80%) sedangkan yang menghisap rokok non-filter sebanyak

4 orang (20%). Penggunaan filter berpengaruh terhadap kejadian TB paru, penelitian yang dilakukan Purnamasari (2010) menyebutkan perokok non filter lebih beresiko mengalami kejadian TB paru sebanyak 5 kali dibandingkan perokok yang merokok dengan filter. Penggunaan filter dapat mengurangi kadar toksik dalam rokok, berkurangnnya kadar toksik yang masuk ke dalam tubuh setidaknya dapat mengurangi resiko terpapar.[11]

f. Konsumsi Rokok Pertama Di Pagi

Hari

(9)

49 Tasrif Ahmad & Indah PKD., Description of Smoking behaviour in Pulmonary ...

rokok sangat sering yaitu merokok lebih 31 batang tiap harinya dengan selang merokok lima menit setelah bangun tidur pagi hari. Perokok berat adalah perokok yang menghabiskan 21-30 batang rokok setiap hari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur pagi hari. Perokok sedang adalah perokok yang mengkomsumsi rokok cukup yaitu 11-21 batang per hari dengan selang waktu 31-60 menit mulai bangun tidur pagi hari. Perokok ringan adalah perokok yang mengkomsumsi rokok jarang yaitu sekitar 10 batang per hari dengan selang waktu 60 menit dari bangun tidur pagi.[12]

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Jumlah pasien Tuberkulosis Paru yang Perokok sebanyak 20 orang (60,4%) orang lebih banyak dari bukan perokok sebanyak 13 orang (39,4%).

2. Jumlah pasien TB Paru perokok yang menghisap rokok setiap hari sebanyak 16 orang (80%) sedangkan sisanya menghisap rokok tidak setiap

hari/kadang-kadang sebanyak 4 orang (20%).

3. Lama merokok pada penderita TB Paru tidak jauh berbeda, perkok yang telah menghisap rokok lebih dari 20 tahun sebanyak 9 orang (45%), 10-20 tahun 8 orang (40%) dan 5-10 tahun 3 orang (15%).

4. Pasien TB Paru perokok mayoritas menghisap rokok 10-20 batang per hari yakni sebanyak 14 orang (70%), diikuti yang menghisap rokok 5-10 batang per hari sebanyak 4 orang (20%) dan <5 batang per hari 2 orang (10%).

5. Jenis rokok yang dihisap oleh pasien TB Paru perokok paling banyak adalah rokok filter yaitu sebanyak 16 orang (80%) sedangkan yang menghisap rokok non-filter sebanyak 4 orang (20%).

(10)

50 Tasrif Ahmad & Indah PKD., Description of Smoking behaviour in Pulmonary ... SARAN

1. Tenaga kesehatan perlu lebih aktif menginformasikan tentang bahaya TB serta faktor-faktor yang berhubungan dengan TB Paru pada masyarakat. 2. Bagi penelitian selanjutnya yang akan

meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Laantula Jaya Dapat meneliti tentang hubungan kondisi rumah dengan kejadian TB Paru.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada proses pendidikan, penelitian dan penyusunan tulisan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes (2006) Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi

2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

2. WHO (2013) Global Tuberculosis

Report. France : WHO

3. DINKESDA (2015) Profil Kesehatan Kabupaten Morowali Tahun 2015.

Morowali : Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten Morowali

4. Puskesmas Laantula Jaya (2015)

Profil Kesehatan Puskesmas Laantula

Jaya Tahun 2015. Laantula Jaya :

Puskesmas Laantula Jaya

5. Depkes (2010) Buku Panduan

Penyelenggaraan Kegiatan HTTS

sedunia. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

6. Soewarta, D. (1996) Rokok dan

permasalahan di Indonesia. Dalam :

Purnamasari, Y. Hubungan merokok dengan angka kejadian tuberkulosis

paru di RSUD DR. Moewardi

Surakarta. 2010. Universitas Negeri Surakarta

7. Aditama (2003) Rokok dan

Tuberkulosis Paru.dalam:

Purnamasari, Y. Hubungan merokok dengan angka kejadian tuberkulosis

paru di RSUD DR. Moewardi

Surakarta. 2010. Universitas Negeri Surakarta

8. WHO (2006) TB Epidemiology. Communicable Diseases. WHO Regional Office for South-east Asia. 9. Wuaten, G. (2010). Hubungan antara

kebiasaan merokok dengan penyakit TB paru. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

10. Firdaus. (2010). Dilemanya sebuah rokok. Bekasi: CV.Rafa Aksara. 11. Purnamasari, Y. (2010). Hubungan

merokok dengan angka kejadian

(11)

51 Tasrif Ahmad & Indah PKD., Description of Smoking behaviour in Pulmonary ...

Moewardi Surakarta. Universitas

Negeri Surakarta

12. Mu’tadin, Z. (2007) Remaja dan

Rokok dalam : Alamsyah Rika M :

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok dan hubungannya dengan status penyakit periodontal

remaja di kota medan. 2009. Sekolah

Gambar

Tabel 2. Gamabaran Perilaku Merokok Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di

Referensi

Dokumen terkait

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. T]NIVERSITAS NEGERI

[r]

In tidal land management for agriculture, the dynamics of physical and chemical properties of the soil needs to be considered, especially the chemical properties

mempermudah dosen untuk memilih asistennya. Sistem yang dirancang menggunakan ID3 menghasilkan rekomendasi penerimaan dengan kriteria yang paling menentukan yaitu

Untuk memilih suatu metode yang tepat yang digunakan dalam mengolah data deret waktu adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan

Melalui kegiatan penjelasan guru tentang aplikasi pengolah kata, maka pemberian tugas mengenali menu aplikasi pengolah kata diharapkan siswa terlibat

Lampu Led, Battery dan Instalasi Solar Cell Pada Jalan Tol Cawang Tomang Cengkareng Tahun 2016, dengan ini kami sampaikan Nilai Akhir Evaluasi Perusahaan

[r]