• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Pendidikan oleh Imam Kusnodin Kel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Pendidikan oleh Imam Kusnodin Kel"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KOMPETENSI PROFESIONAL, KETRAMPILAN PROSES DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA GURU SMK NEGERI 3 MEDAN SEBAGAI

RINTISAN SEKOLAH BERTARAP INTERNASIONAL Oleh : Imam Kusnodin

A B S T R A K

Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi profesional guru dengan kinerja guru SMK Megeri 3 Medan dengan koefisien korelasi sebesar ry1 = 0,857, dan konstribusi efektif sebesar 14,162%; (2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi proses guru dengan kinerja guru SMK Megeri 3 Medan dengan koefisien korelasi sebesar ry2 = 0,727, dan konstribusi efektif sebesar 21,253%; (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi dengan kinerja guru SMK Megeri 3 Medan dengan koefisien korelasi sebesar ry3 = 0,717, dan konstribusi efektif sebesar 40,484%; (4) terdapat hubungan yang positif dan signisifikan antara Kompetensi Profesional dan atau Keterampilan Proses, dan atau Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan dengan koefisien korelasi sebesar ry.12 = 0,870; (5) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Kompetensi Profesional dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan dengan koefisien korelasi sebesar ry.13 = 0,861; (6) terdapat hubungan yang positif dan searah antara Keterampilan Proses dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan dengan koefisien korelasi sebesar ry.23 = 0,776; dan (7) terdapat hubungan yang positif dan searah antara Kompetensi Profesional, Keterampilan Proses, dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan dengan koefisien korelasi sebesar ry.123 = 0,871, dengan konstribusi sebesar 87,10% dan sisa sebesar 12,90% diperkirakan dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar kompetensi profesional, keterampilan proses, dan motivasi.

Kata kunci :Kompetensi Profesional, Ketrampilan Proses, Motivasi, Kinerja Guru

PENDAHULUAN

Pendidikan memiliki peran yang penting dalam mengembangkan kesadaran dan tanggung jawab setiap orang agar menjadi sumber daya manusia yang siap bersaing di dalam kehidupan masyarakat dan kehidupan global, dimana Mulyasa (2006:3) menjelaskan bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Hal ini bermakna bahwa pengembangan kualitas sumber daya manusia harus diikuti oleh pengembangan proses dan kualitas pendidikan, artinya peningkatan kualitas pendidikan harus menjadi perhatian dan sektor utama dalam proses pembangunan bangsa.

Guru merupakan salah satu elemen penting dalam sistem pendidikan nasional, khususnya yang dilaksanakan di sekolah. Komponen-komponen lain tidak akan memberikan arti apabila interaksi guru dengan peserta didik tidak berkualitas. Begitu pentingnya peran guru dalam mentransformasikan input-input pendidikan, sehingga tidak akan ada perubahan atau peningkatan kualitas tanpa adanya perubahan dan peningkatan kompetensi guru, dimana diyakini kualitas pendidikan akan meningkat apabila guru melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas pula. Hal ini memberikan makna bahwa guru berkompetensi tinggi tentunya akan mampu dan terampil dalam memberdayakan sarana pembelajaran yang pada akhirnya akan mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Apabila peningkatan kualitas pendidikan berawal dari lingkungan sekolah maka yang menjadi faktor penentu adalah guru. Artinya, upaya peningkatan kualitas guru berdampak pada kualitas pembelajaran, selanjutnya berdampak pada kualitas sekolah dan pada akhirnya berdampak pada kualitas pendidikan secara menyeluruh.

(2)

mensukseskan kegiatan pendidikan, diantaranya penelitian Sudjana dalam Widoyoko (2002:42) menunjukkan bahwa 76,6% hasil belajar siswa di pengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,38% dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60%. Selanjutnya studi Heynemen dan Loxley dalam Supriadi (1999:178), pada tahun 1983 di 29 negara. Di 16 negara sedang berkembang, guru memberi kontribusi terhadap prestasi belajar sebesar 34% sedangkan manajemen 22%, waktu belajar 18% dan sarana fisik 26%. Di 13 negara industri, kontribusi guru adalah 36%, manajeman 23%, waktu belajar 22% dan sarana fisik 19%. Dari hasil penelitian yang dilakukan para ahli tersebut menunjukkan bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan, maka kinerja guru (performance) merupakan prioritas utama yang harus diperbaiki. Perbaikan pada unsur yang lainya seperti kurikulum, sarana dan prasarana tidak memberikan pengaruh yang berarti bila tidak dibarengi dengan perbaikan terhadap kinerja guru.

Gibson dalam Ilyas (1999:57), mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor yang memengaruhi kinerja, yaitu: (1) faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang; (2) faktor psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja; (3) faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system). Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson dalam Ilyas (1999:57), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: (1) kemampuan pekerja; (2) Motivasi; (3) Dukungan yang diterima; (4) Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan; dan 5) Hubungan mereka dengan organisasi.

SMK Negeri 3 Medan sejak tahun awal tahun 2008 telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia sebagai salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI telah melakukan pengembangan kemampuan/ kapasitas sumberdaya manusia dilakukan terhadap guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan. Pengembangan kemampuan/ kapasitas dilakukan dengan penilaian terhadap kondisi nyata sumberdaya manusia saat ini yang ada di sekolah dan ditindaklanjuti dengan pelatihan baik yang dilaksanakan di sekolah dengan mengundang fasilitator dari P4TK propinsi Sumatera Utara maupun mengirimkan guru-guru produktif untuk mengikuti studi banding ke Sekolah Bertaraf Internasional yang ada di pulau Jawa.

Pengembangan dan modernisasi manajemen Sekolah dilakukan untuk mengubah manajemen Sekolah yang tradisional menjadi manajemen Sekolah yang modern dengan melibatkan dan/atau memerankan komite Sekolah. Hasil dari pengembangan dan modernisasi dalam bidang manajemen SMK Negeri 3 telah mendapat sertifikat ISO 9001:2008 yang dikeluarkan oleh badan sertifikat internasional SAI GLOBAL pada tanggal 2 September 2009 dengan nomor sertifikat QEC 26194. Pengembangan dan modernisasi kelembagaan dilakukan dengan melengkapi infrastruktur sekolah yang mengacu pada penggunaan teknologi komunikasi dan informasi (ICT).

Konsolidasi dilakukan untuk menemukan praktek-praktek yang baik(the best practices)

dan pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik(the lessons learned), baik melalui diskusi fokus secara terbatas maupun diskusi fokus secara luas melalui lokakarya atau seminar dengan menghadirkan ahli SAI GLOBAL, P4TK Propinsi Sumatera Utara dan Guru Senior dari SMK Pertanian Cimahi.

(3)

ditetapkan menjadi Sekolah Bertaraf Internasional diharapkan memiliki karakteristik keunggulan yang ditunjukkan dengan pengakuan internasional terhadap proses dan hasil atau keluaran pendidikan yang berkualitas dan teruji dalam berbagai aspek. Pengakuan internasional ditandai dengan penggunaan standar pendidikan internasional dan dibuktikan dengan hasil sertifikasi berpredikat baik dari salah satu Negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dan/atau Negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Hal ini disebabkan karena mutu setiap Sekolah Bertaraf Internasional dijamin dengan keberhasilan melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi Standar Proses. Mutu setiap Sekolah Bertaraf Internasional dijamin dengan guru yang memiliki kinerja optimal sesuai dengan tugas profesionalnya. Pendidik memiliki peranan yang strategis karena mempunyai tugas profesional untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal yaitu Standar Pendidik.

Menurut Rivai dan Ahmad Fawzi (2006.14-17), kinerja adalah hasil atau taraf keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam mengerjakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan sebelumnya yang telah disepakati bersama.

Kinerja menurut model Vroomian : Performance = f(Ability x Motivation), menurat model ini kinerja seorang guru merupakan fungsi perkalian antara kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). Hubungan perkalian tersebut mengandung makna bahwa: jika seorang guru rendah pada salah satu komponen ( kemampuan atau motivasi) maka prestasi kerjanya akan rendah pula. Sehingga, jika kinerja seorang guru yang rendah berarti motivasi yang rendah dengan kemampuan yang rendah pula (Mulyasa,2006:136).

Hersey dan Blanchard (1982:69) menyampaikan konsepnya bahwa kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Untuk kinerja guru, kemampuan dimaksud adalah kemampuan profesional yang mendukung keberhasilannya dalam menjalankan tugasnya sebagai guru di satuan pendidikan. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

Sementara itu, Sagala (2007.180-183) berpendapat bahwa kinerja merupakan perwujudan dari hasilkarya yang dicapai oleh suatu institusi atau lembaga. Ukuran keberhasilan suatu institusi/lembaga mencakup seluruh kegiatan setelah melalui penilaian untuk melihat keberhasilan terhadap tujuan usaha yang telah ditentukan dan dilaksanakan. Dari pengertian tersebut tercakup beberapa unsur penting. Pertama, adanya institusi atau lembaga, baik berupa lembaga (institute) seperti organisasi atau pranata (institutions) seperti sistem pengaturan dan sekolah. Kedua, adanya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan usaha untuk mencapaiannya. Ketiga, adanya instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penilaian kinerja.

(4)

kegiatan evaluasi pembelajaran.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengatakan bahwa Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.

Sudradjat (2008), mengemukakan bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: (a) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu, dan (b) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, disimpulkan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan guru terhadap penguasaan materi, struktur konsep standar kompetensi dan kompetensi dasar, pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampunya dan dapat mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif.

Keterampilan proses merupakan pendekatan yang menggunakan proses untuk memahami dan mempelajari konsep dalam pembelajaran yang merupakan keterampilan intelektual, manual dan sosial. Keterampilan intelektual melibatkan siswa untuk berpikir, keterampilan manual termasuk keterampilan porses karena melibatkan penggunaan alat dan bahan. Untuk keterampilan sosial siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan keterampilan proses misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.

Keterampilan proses bertolak dari suatu pandangan bahwa setiap siswa memiliki potensi yang berbeda-beda, dalam situsi yang normal mereka dapat mengembangkan potensi secara optimal. Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses, siswa berperan sebagai pencari informasi dan bukan lagi sebagai penerima informasi, maka dari itu siswa harus terampil dalam mengelola infomasi yang diperolehnya.

Selanjutnya Semiawan dalam prepository.upi.adu (tanpa tahun) mengemukanan beberapa alasan yang mendasari perlunya diterapkan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu:

1) Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat, tidak memungkinkan guru

mengajarkan semua fakta/konsep. Oleh karena itu siswa harus dibekali keterampilan proses agar dapat memeroleh pengetahuan sendiri tanpa tergantung pada guru.

2) Konsep-konsep yang rumit akan lebih mudah dipahami oleh para siswa bila disertai contoh-contoh kongkrit dan contoh-contoh-contoh-contoh yang wajar sesuai dengan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekan sendiri sebagai upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap keadaan fisik, melalui penganan benda-benda yang benar-benar nyata yang ada disekitarnya.

3) Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuan bersifat relativ. Suatu teori mungkin terbantah untuk mendapatkan data baru yang mampu membuktikan kekeliruan teori yang dianut.

4) Pengembagan konsep tidak boleh dipisahkan dengan pengembangan sikap dan nilai agar menjadi manusia yang mampu menyeimbangkan keintelektualannya dan kepribadiannya.

Adapun tujuan menggunakan pendekatan keterampilan porses antara lain:

(5)

berperan aktif dalam belajar.

2) Memperdalam konsep, pengertian, fakta, yang dipelajari kerena hakikatnya siswa sendirilah yang mencari dan menemukan konsep.

3) Menerapkan teori dalam kehidupan masyarakat.

4) Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di masyarakat sebab siswa telah terlatih berpikir logis dalam mengamati yang merupakan memecahkan permasalahan.

Menurut Semiawan bahwa kemampuan yang dikembangkan dalam keterampilan proses antara lain: (1) observasi atau pengamatan; (2) penghitungan; (3) pengukuran; (4) klasifikasi; (5) hubungan ruang dan waktu; (6) pembuatan hipotesis; (7) perencanaan dan Penilaian; (8) pengamatan variabel; (9) interpretasi data; (10) kesimpulan sementara; (11) peramalan; (12) penerapan; (13) keterampilan mengomunikasikan apa yang ditemukan

Keterampilan proses yang diterapkan di tingkat SMK dapat menerapkan sebagian saja dari keterampilan-keterampilan proses yang dikemukakan oleh Semiawan diatas. Hal ini disesuaikan keterampilan berpikir yang sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir anak tingkat SMK yang meliputi; pengamatan, mengklasifikasi, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan, dan mengkomunikasikan.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan proses adalah pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa berupa kreatifitas dan intelektual yang dimiliki oleh siswa yang dapat digali dan dikembangkan, sehingga dalan proses penerimaan pembelajaran siswa mendapatkan pengalaman sendiri dalam menemukan hal-hal baru melalui: (1) pengamatan; (2) mengklasifikasi; (3) menafsirkan; (4) meramalkan; (5) menerapkan; (6) merencanakan; dan (7) mengomunikasikan.

Motivasi menurut Hersey dan Blanchard (1982:17) adalah sesuatu di dalam diri sesorang yang mendorong atau menyebabkan orang tersebut untuk melakukan aktivitas tertentu. Sesuatu yang mendorong itu dinamakan motif. Motif adalah kebutuhan, keinginan, dorongan, gerak hati dalam diri sesorang. Motif diarahkan pada tujuan, yang mungkin berada pada alam sadar atau

mungkin juga pada alam bawah sadar. Motif adalah ikhwal “mengapanya” perilaku. Motif

timbul dan mempertahankan aktivitas serta menentukan arah umum perilaku seseorang. Menurut esensinya, motif atau kebutuhan, merupakan dorongan utama aktivitas.

Telah dikemukakan diatas, bahwa perilaku seseorang pada saat tertentu bisanya ditentukan oleh kebutuhan yang paling dominan. Oleh karena itu penting artinya bagi kita untuk memahami kebutuhan yang umumnya paling mendasar bagi manusia. Menurut Maslow dalam Hersey dan Blanchard (1982:30-47) kebutuhan manusia yang memotivasinya untuk berprilaku adalah:

a. Kebutuhan fisiologis.

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan pokok manusia untuk mempertahankan hidupnya yang meliputi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang biasanya dikaitkan dengan uang.

b. Kebutuhan rasa aman (sekuriti).

Kebutuhan ini pada dasarnya merupakan kebutuhan untuk terbebas dari ancaman fisik dan perampasan kebutuhan pokok fisiologis. Kebutuhan ini disamping berhubungan dengan hal-hal kekinian dan seakarang juga berhubungan dengan keriasuan terhadap masa depan baik berkaitan dengan pekerjaan, jabatan, dan pensiun sehingga merasa aman akan kelangsungan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya pada masa-masa yang akan datang.

c. Kebutuhan Sosial ( Afiliasi)

(6)

baik oleh manusia yang lain, maka ia memiliki kebutuhan untuk diterima dilingkungan sosialnya. Lingkungan sosial ini meliputi lingkungan teman seprofesi maupun lingkungan masyarakat yang lebih luas di mana mereka berada.

d. Kebutuhan Penghargaan

Setelah kebutuhan sosial terpenuhi, maka manusia terdorong untuk mendapat penghargaan dari manusia lain dalam kelompok sosialnya. Kebutuhan akan penghargaan ini berkaitan dengan prestise dan kekuasan. Manusia yang berorientasi pada prestise, maka termotivasi untuk sejajar dengan orang-orang yeng terkenal dan berpengaruh yang diidolakannya. Kebutuhan untuk kuasa, yaitu kebutuhan untuk memengaruhi orang lain

e. Kebutuhan Perwujudan Diri.

Kebutuhan ini berkaitan dengan kompetensi dan presetasi. Orang yang berperasaan memiliki komptensi tinggi sering termotivasi untuk mencari tantangan baru atau menempuh resiko, ia tidak akan membiarkan lingkungan mengendalikannya tetapi ia akan berusaha untuk merubah dan mengendalikannya. Sedangkan kebutuhan berprestasi merupakan kebutuhan yang mendorong orang untuk terus memeroleh hasil yang maksimal dalam pekerjaanya. Orang memiliki kebutuhan untuk berprestasi dalam bekerja akan: (1) bersikap tidak untung-untungan; (2) selalu mengambil jalan tengah, karena ia meyakini bahwa upaya dan kemampuannya akan memengaruhi hasil kerjanya; (3) ia lebih menyukai prestise pribadi daripada ganjaran keberhasilan; dan (4) memiliki hasrat mencari situasi-situasi dimana ia memeroleh balikan tentang seberapa baik hal-hal yang dilakukan berkait erat dengan penekanan pada prestasi pribadi.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Hal ini dirancang untuk memeroleh informasi tentang gejala pada saat penelitian, menuturkan pemecahan masalah yang ada, menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasikannya. Desain penelitian diupayakan untuk mengkaji faktor-faktor yang telah terjadi yang diperkirakan sebagai penyebab dari keadaan yang ada sekarang, kemudian mencoba menyelidiki dan menganalisis faktor-faktor yang diduga penyebab kejadian tersebut.

Populasi peneltian ini adalah guru SMK Negeri 3 Medan sebanyak 70 orang, dengan rincian Guru PNS sebanyak 50 orang dan Guru Honorer (Non PNS) sebanyak 20 orang.

Mengacu pada pendapat Suharsimi (1993: 107), bahwa jika subjek yang akan diteliti kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Maka peneliti menetapkan sampel penelitian sebanyak 50 orang yang berasal dari Guru berstatus PNS, dan responden uji coba penelitian sebanyak 20 orang berasal dari Guru Non PNS di SMK Negeri 3 Medan yang memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian.

Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan beberapa teknik, meliputi:

1. Untuk memeroleh data tentang kinerja guru, dilakukan observasi terhadap data pendukung dan kegiatan guru dalam proses pembelajaran.

2. Untuk memeroleh data tentang kompetensi profesional guru, keterampilan proses dan motivasi guru digunakan angket penelitian

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dan dianalisis dengan analisis korelasi dan regresi, dengan langkah–langkah sebagai berikut:

(7)

digunakan untuk menentukan apakah data berdistribusi normal atau tidak dengan membandingkan kurtosis dengan rasio kurtosis dan skewness dengan rasio skewness, dimana data berdistribusi normal jika rasio kurtosis dan rasio skewness berada antara -2

dan 2 (Anonimus, Normalitas skewness dan kuortosis dalam www.konsultanstatistik.com).

Selanjutnya data berdistrubusi normal jika Lo< Ltabel pada taraf signifikansi alpha 0,05, serta

uji kelinieran dan keberartian garis regresi. Jika data populasi berdistribusi normal maka dilakukan uji analisis regresi.

2. Uji kemandirian antar-variabel bebas, dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas memiliki hubungan yang kuat atau tidak. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi multikolinieritas atau sebaliknya. Data diolah menggunakan program SPSS 20.0. 3. Uji Linieritas, uji linieritas dilakukan untuk mengetahui linier tidaknya hubungan antara

variabel terikat dengan variabel bebas dengan .

Paradigma penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil

Deskripsi data penelitian berdasarkan tabel di atas diuraikan sebagai berikut:

1. Variabel Kompetensi Profesional (X1)

Diperoleh hasil skor rata-rata hitung = 132,38 (tergolong cukup), nilai tengah = 133,60, nilai yang sering muncul = 123, simpangan baku = 8,061, varian = 64,975, rentang data = 35

ry X1Y

ry X3Y

ry X2Y

ry X1X2

ry X2X3

ry X1X3

ry X1X2X3

Kinerja Guru (Y) 1. Merencanakan

pembelajaran (Y1) 2. Melaksanakan

pembelajaran (Y2) 3. Nilai hasil ulangan setelah

pembelajaran (Y3)

KeterampilanProses (X2)

1. Mengamati (X2a) 2. Klasifikasi (X2b) 3. Menafsirkan (X2c) 4. Meramalkan (X2d) 5. Menerapkan (X2e). 6. Merencanakan penelitian

(X2f).

7. Mengkomunikasikan (X2g).

Kompetensi Profesional (X1)

1. Penguasaan materi, struktur,

konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu(X1a)

2. Mengembangkan

Keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif(X1b)

Motivasi (X3)

(8)

data minimum 115 dan data maksimum 150 serta skor ideal maksimum 180 dan skor ideal minimum 36 didasarkan pada distribusi data variabel Kompetensi Profesional diperoleh kecenderungan 30 orang (60,00%) variabel berada di bawah rata-rata, 17 orang (34,00%) berada pada rata-rata skor, dan 3 orang (6,00%) berada di atas rata-rata. Berdasarkan perhitungan uji kecenderungan Kompetensi Profesional diperoleh hasil bahwa variabel kompetensi profesional cenderung cukup yaitu sebesar 42,00%.

2. Variabel Keterampilan Proses (X2)

Diperoleh hasil skor rata-rata hitung = 128,48 (tergolong cukup), nilai tengah = 128,50, nilai yang sering muncul = 129, dengan simpangan baku = 4,418, varian = 19,520, rentang data =

16 data minimum 120 dan data maksimum 136, skor ideal maksimum 185 dan skor ideal

minimum 37. Didasarkan distribusi data variabel Keterampilan Proses diperoleh kecenderungan

17 orang (34,00%) berada di bawah rata-rata, 16 orang (32,00%) berada pada rata-rata, dan 17

orang (34,00%) berada di atas rata-rata. Berdasarkan perhitungan uji kecenderungan Keterampilan Proses diperoleh hasil bahwa variabel Keterampilan Proses cenderung cukup yaitu sebesar 24,00%.

3. Variabel Motivasi (X3)

Diperoleh hasil skor rata-rata hitung = 192,74 (tergolong cukup), nilai tengah = 193,00, nilai yang sering muncul = 195, dengan simpangan baku= 3,433, varian = 11,788, rentang data =

13 data minimum 186 dan data maksimum 199 skor ideal maksimum 290 dan skor ideal

minimum 58. berdasarkan distribusi data variabel Motivasi diperoleh 16 orang (32,00%) berada di bawah rata-rata, 18 orang (36,00%) berada pada rata-rata , dan 16 orang (32,00%) berada di atas rata-rata. Berdasarkan perhitungan uji kecenderungan Motivasi diperoleh hasil bahwa variabel Motivasi cenderung cukup yaitu sebesar 34,00%.

4. Variabel Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan (Y)

Diperoleh hasil bahwa skor rata-rata hitung = 86,68 (tergolong kurang), nilai tengah =

87, nilai yang sering muncul = 89, dengan simpangan baku = 4,293, varian = 18,426, rentang

data = 16 data minimum 80 dan data maksimum 96.skor ideal maksimum 96 dan skor ideal minimum 24. Berdasarkan distribusi data variabel Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan diperoleh kecenderungan 24 orang (48,00%) berada di bawah rata-rata , 14 orang (28,00%) berada pada rata-rata, dan 12 orang (24,00%) berada di atas rata-rata Berdasarkan perhitungan uji kecenderungan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan diperoleh hasil bahwa variabel Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan cenderung cukup yaitu sebesar 28,00%.

Mengacu pada data- data penelitian di atas, nilai standar deviasi Kompetensi Profesional sebesar 8,061, Keterampilan Proses sebesar 4,418, Motivasi sebesar 3,433, dan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan sebesar 4,293 menunjukkan bahwa Kompetensi Profesional lebih bervariasi dibandingkan dengan Keterampilan Proses, Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan, dan Motivasi.

Pembahasan

Dari analisis data, diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Hubungan antara Kompetensi Profesional dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan

(9)

bermakna sangat signifikan, dengan konstribusi ry12 = 0,735 dan prediksi Ῡ = -4,081+ 0,706X1. Berdasarkan uji hipotesis disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau

Kompetensi Profesional berhubungan dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan.

Temuan penelitian bahwa terdapat hubungan positip antara Kompetensi Profesional terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan. Hal ini mengartikan bahwa semakin tinggi Kompetensi Profesional maka akan meningkatkan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan. Temuan di atas sesuai dengan penelitian Habjet (2003) yang mengungkapkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dikontribusi oleh kegiatan kelompok kerja guru sebesar 10,9 %, dan oleh sikap mengajar guru 20 %, dan secara bersama-sama kegiatan kelompok kerja guru dan sikap mengajar berkontribusi sebesar 23,2% terhadap pelaksanaan pembelajaran.

Kekuatan hubungan antara variabel Kompetensi Profesional dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan jika dilakukan pengontrolan terhadap Keterampilan Proses dan Motivasi diperoleh koefisien korelasi parsial ry1.23 = 0,626, ry1.232 = 0,392 dengan makna signifikansi

hubungan antara Kompetensi Profesional terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan sebesar

39,20% jika Keterampilan Proses dan Motivasi dikontrol. Kompetensi Profesional memberikan

konstribusi efektif sebesar 14,162%, terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan, dimana faktor lainnya diyakini dipengaruhi oleh Keterampilan Proses dan Motivasi serta faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Kompetensi Profesional memberikan konstribusi relatif sebesar 18,659% terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan, dimana faktor lainnya diyakini dipengaruhi oleh Keterampilan Proses dan Motivasi serta faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Temuan-temuan di atas mengisyaratkan kompetensi profesional dipandang sebagai pilarnya teras kinerja dari sesuatu profesi. Hal tersebut mengandung implikasi bahwa seorang profesional harus menunjukkan karakteristik utamanya sebagai berikut: (1) Mampu melakukan sesuatu pekerjaan tertentu secara rasional. Dalam arti dia harus memiliki visi dan misi yang jelas mengapa dia melakukan, apa yang dilakukannya berdasarkan analisis kritis dan pertimbangan tugas logis dalam membuat pilihan dan mengambil keputusan tentang apa yang dikerjakannya, (2) Menguasai perangkat pengetahuan (teori dan konsep, prinsip dan kaidah, hipotesis dan generalisasi, data dan informasi) tentang seluk beluk apa yang menjadi bidang tugas pekerjaaannya, (3) Menguasai perangkat keterampilan (strategi dan taktik, metode dan teknik, prosedur dan mekanisme, sarana dan instrumen) tentang cara bagaimana dan dengan apa harus melakukan tugas pekerjannya, (4) Memahami perangkat persyaratan ambang tentang ketentuan kelayakan normatif minimal kondisi dari proses yang dapat ditoleransikan dan kriteria keberhasilan yang dapat diterima dari apa yang dilakukannya, (5) Memiliki daya (motivasi) dan citra (aspirasi) unggulan dalam melakukan tugas pekerjaannya. Bukan sekadar puas dengan memadai persyaratan minimal, melainkan berusaha mencapai yang sebaik mungkin, (6) Memiliki kewenangan (otoritas) yang memancar atas perangkat kompetensinya yang dalam batas tertentu dapat didemonstrasikan dan teruji, sehingga memungkinkan memeroleh pengakuan pihak berwenang . Hal ini bermakna bahwa Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan mampu mengakomodir pemikiran-pemikiran yang dijabarkan di atas dalam menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

(10)

24% (12 guru dari 50 guru) berkompetensi kurang dan 24% (12 guru dari 50 guru) berkompetensi rendah, pihak pimpinan sekolah atau pihak-pihak yang terkait harus berupaya keras untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya sebelum SMK Negeri 3 Medan ditetapkan sebagai SMK SBI, jika sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan belum mencapai kompetensi profesional minimal maka SMK Negeri 3 Medan tidak layak ditetapkan sebagai SMK SBI, dikarenakan gurunya belum memenuhi setandar kompetensi minimal sebagai guru SMK SBI. Kompetensi profesional guru yang harus ditingkatkan adalah kemampuan guru terhadap penguasaan materi, strukturkonsep standar kompetensi dan kompetensi dasar, pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampunya dan dapat mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif, meliputi: (a) penguasaan materi pemebelajaran, (b) pengelolaan kelas. (c) pengelolaan kegiatan belajar mengajar, (d) penggunaan media pembelajaran, (e) penggunaan metode pembelajaran, dan (f) penilai prestasi belajar

Sedangkan terhadap 52% guru yang telah memiliki kompetensi profesionalnya diatas rata-rata dengan rincian 42% guru (21 dari 50 guru) memiliki kompetensi profesional cukup dan 10% guru (5 dari 50 guru) memiliki kompetensi profesional tinggi, pimpinan sekolah juga harus terus memberi motivasi untuk terus meningkatkan kompetensinya, diantaranya dengan menjadikan sebagai guru model di SMK Negeri 3 Medan yang diharapkan dapat dicontoh oleh guru- guru lain yang masih memiliki kemampuan kompetensi profesionalnya dibawah rata-rata.

2. Hubungan antara Keterampilan Proses dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan

Hipotesis kedua adalah terdapat hubungan antara Kompetensi Proses dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan. Hasil uji analisis statistik memeroleh korelasi ry1 = 0,727, bermakna kuat, dengan konstribusi ry12 = 0,528 dan prediksi Ῡ = -4,081+ 0,706X1.

Berdasarkan uji hipotesis disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau

Keterampilan Proses berhubungan secara nyata (signifikan) dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan. Temuan penelitian bahwa terdapat hubungan antara Kompetensi Profesional

terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi Keterampilan Proses maka akan meningkatkan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan. Temuan di atas sesuai dengan pemikiran Benne dkk dalam ilmiahpendidikan.com (2010) bahwa dengan pemberian pendekatan keterampilan proses, siswa akan mengetahui kesalahan dan kekurangan, dan mengetahui penilaian atau komentar , yang diberikan oleh guru tentang tampilan siswa dalam mengerjakan test atau latihan. Pendekatan keterampilan proses itu dapat berfungsi sebagai perbaikan atau penguat. Pendekatan keterampilan proses berfungsi sebagai perbaikan atau penguat apabila memberikan informasi kepada penerima pendekatan keterampilan proses tentang bagian – bagian mana dari perbuatan atau tingkah laku penerima pendekatan keterampilan proses kurang atau tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Kekuatan hubungan antara variabel Keterampilan Proses dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan jika dilakukan pengontrolan terhadap Kompetensi Profesional dan Motivasi diperoleh koefisien korelasi parsial ry2.13 = 0,253, ry2.132 = 0,064 dengan makna signifikansi

(11)

Temuan-temuan di atas menggambarkan bahwa keterampilan proses meliputi langkah– langkah berikut, yaitu: Pengamatan, yaitu mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan indera, Menggolongkan (mengklasifikasikan) yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan, konsep, nilai atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan perlu ditinjau persamaan dan perbedaan antara benda, kenyataan, konsep sebagai dasar penggolongan, Menafsirkan (menginterpretasikan) yaitu kemampuan menafsirkan sesuatu berupa benda kenyataan peristiwa konsep dan informasi yang telah dikumpulkan melalui pengamatan, perhitungan, penelitian atau eksperimen, Meramalkan, yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecendrungan, pola tertentu, hubungan antara data, atau informasi, Menerapkan (Aplikasi) yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori dan keterampilan. Melalui hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan atau dihayati, dan Merencanakan penelitian, yaitu keterampilan yang amat penting karena menentukan berhasil atau tidaknya melakukan penelitian. Keterampilan ini perlu dilatih karena selama ini pada umumnya kurang diperhatikan dan kurang terbina. Mengkomunikasikan, yaitu ketrampilan menyampaikan perolehan atau hasil balajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan atau penampilan.

Hal ini bermakna bahwa Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan mampu mengakomodir pemikiran-pemikiran yang dijabarkan maka setiap siswa memiliki potensi yang berbeda-beda, dalam situsi yang normal mereka dapat mengembangkan potensi secara optimal. Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses, siswa berperan sebagai pencari informasi dan bukan lagi sebagai penerima informasi, maka dari itu siswa harus terampil dalam mengelola infomasi yang diperolehnya.

Terhadap 48% guru yang kemampuan kenterampilan prosesnya dibawah rata-rata dengan rincian 32% (16 guru dari 50 guru) yang memiliki ketererampilan prosesnya kurang dan 16% (8 guru dari 50 guru) yang memiliki keterampilan proses rendah, pimpinan sekolah dan pihak-pihak yang terkait harus berupaya untuk meningkatkan keterampilan proses guru SMK Negeri 3 Medan sebelum sekolah ini ditetapkan sebagai SMK SBI, jika sampai batas waktu yang teah ditentukan keterampila proses guru belum mencapai kemapuan minimal, maka SMK Negeri 3 Medan tidak layak untuk ditetapkan sebagai SMK SBI. Pendekatan keterapilan porses guru yang harus ditingkatkan meliputi; pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa berupa kreatifitas dan intelektual yang dimiliki oleh siswa yang dapat digali dan dikembangkan, sehingga dalan proses penerimaan pembelajaran siswa mendapatkan pengalaman sendiri dalam menemukan hal-hal baru melalui; 1) pengamatan, 2) mengklasifikasi, 3) menafsirkan, 4) meramalkan, 5) menerapkan, 6) merencanakan, dan 7) mengomunikasikan

Sedangkan terhadap 52% guru yang telah memiliki Pendekatan keterapilan porses diatas rata-rata dengan rincian 42% guru (21 dari 50 guru) memiliki pendekatan keterapilan porses cukup dan 10% guru (5 dari 50 guru) memiliki pendekatan keterapilan porses tinggi, pimpinan sekolah juga harus terus memberi motivasi untuk terus meningkatkan kompetensinya, diantaranya dengan menjadikan sebagai guru model di SMK Negeri 3 Medan yang diharapkan dapat dicontoh oleh guru- guru lain yang masih memiliki kemampuan pendekatan keterapilan porses dibawah rata-rata.

3. Hubungan antara Motivasi dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan

(12)

Berdasarkan uji hipotesis disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau motivasi

berhubungan secara nyata (signifikan) dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan.

Temuan penelitian bahwa terdapat hubungan positip antara Motivasi dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan. Hal ini mengartikan bahwa semakin meningkat motivasi maka akan berhubungan dengan peningkatan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan. Hasil penelitian Indrawati tentang Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kinerja Guru Matematika Dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada Sekolah Menengah Atas Kota

Palembang”, memeroleh hasil bahwa faktor–faktor pengetahuan, keterampilan, motivasi secara

simultan berpengaruh sebesar 20,5% terhadap kinerja guru matematika, sisanya 79,5% dipengaruhi oleh faktor–faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini, dan faktor-faktor pengetahuan/ kemampuan, keterampilan dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja guru Matematika dalam pelaksanaan KBK di SMA kota Palembang tidak terbukti kebenarannya dan hipotesis ditolak karena hanya variabel motivasi saja yang berpengaruh. Tenunya hal ini menggambarkan tentang pentingnya motivasi dalam peningkatan kinerja guru.

Kekuatan hubungan antara variabel Motivasi dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan jika dilakukan pengontrolan terhadap Kompetensi Profesional dan Keterampilan Proses diperoleh koefisien korelasi ry3.12 = 0,056, ry3.122 = 0,003, dengan makna hubungan Motivasi

terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan hanya sebesar 0,30% jika Kompetensi Profesional dan Keterampilan Proses dikontrol.

Motivasi memberikan konstribusi efektif sebesar 40,484% terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan, dimana faktor lainnya diyakini dipengaruhi oleh Kompetensi Profesional, dan Keterampilan Proses serta faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Motivasi memberikan konstribusi relatif sebesar 53,339% terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan, dimana faktor lainnya diyakini dipengaruhi oleh Kompetensi Profesional, dan Keterampilan Proses serta faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Temuan di atas semakin menguatkan pentingnya peranan motivasi dalam menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya), menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang aktif), dapat mempertahankan pendapatnya. (kalau sudah yakni akan sesuatu), tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, senang mencari dan memecahkan maasalah soal-soal guna terus meningkatkan kinerja guru.

(13)

Sedangkan terhadap 56% guru yang telah memiliki motivasi kerja diatas rata-rata dengan rincian 34% guru (17 dari 50 guru) memiliki motivasi kerja cukup dan 22% guru (11 dari 50 guru) memiliki motivasi kerja tinggi, pimpinan sekolah juga harus terus memberi motivasi untuk terus meningkatkan kompetensinya, diantaranya dengan menjadikan sebagai guru model di SMK Negeri 3 Medan yang diharapkan dapat dicontoh oleh guru- guru lain yang masih memiliki kemampuan motivasi kerja dibawah rata-rata.

4. Hubungan antara Variabel Bebas ( Kompetensi Profesional dan atau Keterampilan Proses, dan atau Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Pembelajaran Guru SMK Negeri 3 Medan.

a. Hipotesis keempat adalah terdapat hubungan antara Kompetensi Profesional dan Keterampilan Proses secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan Pengujian hipotesis menghasilkan korelasi berganda ry.12 = 0,870, bermakna sangat kuat, positip, dan searah. Besarnya koefisien determinasi ry.122 = 0,757, menunjukkan bahwa

75,70% variasi pelaksanaan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan dapat dijelaskan oleh

Kompetensi Profesional dan Keterampilan Proses secara bersama-sama melalui persamaan regresi Ŷ = 10,041+ 0,371X1 + 0,214X2. Hasil pengujian signifikansi menunjukkan bahwa persamaan regresi linier berganda Ŷ = 10,041+ 0,371X1 + 0,214X2 dengan uji signifikansi bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau terdapat hubungan Kompetensi Profesional dan Keterampilan Proses secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan.

b. Hipotesis kelima adalah terdapat hubungan antara Kompetensi Profesional dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan

Pengujian hipotesis menghasilkan korelasi berganda ry.13 = 0,861, bermakna sangat kuat, positip, dan searah. Besarnya koefisien determinasi ry.132 = 0,741, menunjukkan bahwa

74,41% variasi pelaksanaan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan dapat dijelaskan oleh

Kompetensi Profesional dan Motivasi secara bersama-sama melalui persamaan regresi Ŷ

= 1,360+ 0,401X1 + 0,167X3. Hasil pengujian signifikansi menunjukkan bahwa persamaan regresi linier berganda Ŷ = 1,360+ 0,401X1 +

0,167X3 dengan uji signifikansi bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau terdapat hubungan Kompetensi Profesional dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan.

c. Hipotesis keenam adalah terdapat hubungan antara Keterampilan Proses dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan

Pengujian hipotesis menghasilkan korelasi berganda ry.23 = 0,776, bermakna sangat kuat, positip, dan searah. Besarnya koefisien determinasi ry.232 = 0,602, menunjukkan bahwa 60,20% variasi pelaksanaan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan dapat dijelaskan oleh Keterampilan Proses dan Motivasi secara bersama-sama melalui persamaan regresi

Ŷ = -63,632+ 0,423X2 + 0,498X3. Hasil pengujian signifikansi menunjukkan bahwa persamaan regresi linier berganda Ŷ = -63,632+ 0,423X2 + 0,498X3 dengan uji signifikansi bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau terdapat hubungan Keterampilan Proses dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan. d. Hipotesis ketujuh adalah terdapat hubungan antara Kompetensi Profesional,

(14)

Kompetensi Profesional, Keterampilan Proses, dan Motivasi secara bersama-sama melalui persamaan regresi Ŷ = 2,414+ 0,358X1 + 0,198X2 + 0,060X3. Hasil pengujian signifikansi menunjukkan bahwa persamaan regresi linier berganda Ŷ = 2,414+ 0,358X1

+ 0,198X2 + 0,060X3 dengan uji signifikansi bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau

terdapat hubungan yang berarti antara Kompetensi Profesional, Keterampilan Proses dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan .

Peringkat pengaruh dari Kompetensi Profesional, Keterampilan Proses, dan Motivasi terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan bahwa koefisien korelasi parsial Kompetensi Profesional (ry1.232 = 0,392) lebih besar dibandingkan dengan Keterampilan Proses (ry2.132 = 0,253), dan Motivasi (ry3.122 = 0,003). Sumbangan relatif Motivasi terhadap Kinerja Guru SMK

Negeri 3 Medan lebih besar yakni sebesar 53,339% dibandingkan dengan sumbangan relatif Keterampilan Proses terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan sebesar 28,001%, dan sumbangan relatif Kompetensi Profesional terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan sebesar

18,659%. Motivasi memberikan konstribusi efektif lebih besar yaitu sebesar 40,484%,

dibandingkan konstribusi efektif Keterampilan Proses sebesar 21,253%, dan konstribusi efektif Keterampilan Proses sebesar 14,162%.

Kinerja guru SMK Negeri 3 Medan 62% dibawah rata-rata kinerja guru yang diharapkan. Kinerja yang demikian disumbang Motivasi sebesar 53,339%, Keterampilan Proses sebesar

28,001%, dan Kompetensi Profesional sebesar 18,659%, dan mendapat konstribusi efektif lebih

besar dari Motivasi sebesar 40,484%, Keterampilan Proses sebesar 21,253%, dan Keterampilan Proses sebesar 14,162%.

Temuan-temuan di atas tentang hubungan antara Kompetensi Profesional, Keterampilan Proses dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan, dapat digambarkan bahwa Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan akan efektif tentunya didukung oleh berbagai faktor baik dalam diri guru maupun dari luar diri guru, Kompetensi Profesional, Keterampilan Proses dan Motivasi. Peningkatkan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan tentunya membutuhkan berbagai dukungan dan dorongan, baik internal maupun internal, Kompetensi Profesional Guru, Keterampilan Proses Guru dan Motivasi Guru, maupun faktor-faktor eksternal berupa kepemimpinan kepala sekolah yang mampu memberikan perlindungan, dukungan, dan arahan dalam pelaksanaan tugas-tugas keguruannya. Dukungan yang lain dapat berupa pemberian penghargaan atas kemampuan kerja dan prestasi kerja yang telah dilalukan oleh guru. Selain itu dukungan lain yang tak kalah penting adalah penciptaan iklim sekolah yang mendukung seluruh warga sekolah untuk bertugas sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. Secara bersama-sama tentunya diharapkan Kompetensi Profesional, Keterampilan Proses dan Motivasi Guru pada akhirnya akan mampu meningkatkan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan yang tentunya akan berimbas pada pencapaian kualitas SMK Negeri 3 Medan.

(15)

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Hubungan antara Kompetensi Profesional dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan sangat kuat (signifikan) dan positif.

2. Hubungan antara Keterampilan Proses dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan kuat (signifikan) dan positif.

3. Hubungan antara Motivasi dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan memiliki kuat (signifikan) dan positif.

4. Hubungan antara Kompetensi Profesional dan Keterampilan Proses secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan sangat kuat (signifikan) dan positif.

5. Hubungan antara Kompetensi Profesional dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan sangat kuat (signifikan) dan positif.

6. Hubungan antara Keterampilan Proses dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan sangat kuat (signifikan) dan positif.

7. Hubungan antara Kompetensi Profesional, Keterampilan Proses, dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan kuat (signifikan) dan positif.

Implikasi

Secara sistematis diketahui bahwa Kompetensi Profesional, Keterampilan Proses, dan Motivasi secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan membentuk hubungan linier. Artinya, apabila Kompetensi Profesional, Keterampilan Proses, dan Motivasi ditingkatkan secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama maka memengaruhi tingkat Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan. Berdasarkan hasil-hasil tersebut, maka implikasi dari penelitian ini adalah:

a. Perlunya terus memertahankan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan dalam proses-proses yang berkaitan dengan Kompetensi Profesional, Keterampilan Proses maupun Motivasi. Perubahan dan peningkatan kompetensi guru dimana diyakini kualitas pendidikan akan meningkat apabila guru melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas pula. Hal ini memberikan makna bahwa guru berkompetensi tinggi tentunya akan mampu dan terampil dalam memberdayakan sarana pembelajaran yang pada akhirnya akan mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Apabila peningkatan kualitas pendidikan berawal dari lingkungan sekolah maka yang menjadi faktor penentu adalah guru. Artinya, upaya peningkatan kualitas guru berdampak pada kualitas pembelajaran, selanjutnya berdampak pada kualitas sekolah dan pada akhirnya berdampak pada kualitas pendidikan secara menyeluruh.

b. Dalam memertahankan dan meningkatkan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan, mencakup

kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai

hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas

tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok tentunya kepala sekolah dan Dinas

terkait dapat mengupayakan peningkatkan melalui proses-prose pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan, sehingga tujuan-tujuan yang telah disusun dapat tercapai dengan baik.

(16)

yang memiki kompetensi profesional, pendekatan keterampilan porses kompetensi profesional, pendekatan keterampilan porses dan motivasi kerja yang baik untuk dijadikan sebagai guru model di SMK Negeri 3 Medan.

KEPUSTAKAAN

Anonimus, Normalitas skewness dan kuortosis dalam www.konsultanstatistik.com diunduh pada 5 Januari 2012

Arikunto, Suahrsimi. 1985. Prosedur Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suahrsimi. 1993. Prsedur Penelitian: Suatu PendekatanPraktek. Ed. Revisi II. Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Pendidikan nsional. 2007. Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional Pada Jenjang Pedidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

Eko Putro Widoyoko,S. Analisis Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa.

http://id.wikipedia.org. diakses: 18 Agustus 2009

Mulyasa,E.2006Menajadi Kepala Sekolah Profesional: Dalam Konteks Mensukseskan MBS dan KBK. Jakarta: Rosda.

Habjet, Marjunis.2003.Kontribusi Kegiatan Kelompok Kerja Guru dan Sikap Mengajar terhadap Pelaksanaan Pembelajaran. (Studi pada Sekolah Dasar Kecamatan Lubuk

Basung).Tesis.UNP Padang.tidak dipublikasikan

Hersey, Paul dan Ken Blanchad. 1982. Manajemen Prilaku Organisasi: Pendayagunaan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga.

Ilyas.1999.Kinerja.Jakarta: Badan Penerbit FKM UI

Irianto, Agus. 2007. Statistik Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Media Group.

Rivai, Veithzal dan Basri,Moh. Ahmad Fauzi. 2006. Peformance Apprasial. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sagala, Syaiful. 2006. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. Metode Penelitian Administrsai. Bandung: Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

Pada beberapa titik pengamatan, ditemukan pola sebaran dimana satu tanaman ditemukan telah menunjukkan gejala dari penyakit akar merah ini yaitu dengan munculnya tubuh

bahwa sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2017 tentang perubahan atas peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015 tentang

Penelitian ini menggunakan metode rekayasa perangkat lunak sebagai prosedur dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi, dengan metode ini penulis akan membangun sebuah

Inheritance sebagai salah satu fitur dalam semantic network Objek yang lebih spesifik akan memiliki sifat yang diturunkan dengan relasi IS-A Sebagi contoh : .. Tweety bernapas

Perancangan software untuk rangkaian kontrol modul konveyor terdiri dari pembuatan program untuk PLC.Pembuatan ini didasarkan pada rangkaian untuk sistem pengepakan

Setelah membuat Jurnal Umum, dalam proses Pelaporan Keuangan, langkah selanjutnya adalah membuat Buku Besar untuk mengelompokkan jenis transaksi

(2) Tujuan Nota Kesepahaman adalah sebagai pedoman bagi PARA PIH A K dalam rangka meningkatkan kerja sama dalam penyelenggaraan pengamanan, koordinasi serta

Koefesien Determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara dua variabel.. koefisien dari determinasi