1
Perencanaan Penjadwalan Dan Alokasi Sumber Daya Proyek Gedung
Center For Advanced Sciences (CAS)
Institut Teknologi Bandung
Kartika Nur Rahma Putri
Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10, Bandung
Email : Kartika_nurrahmaputri@yahoo.com
Abstrak
Penjadwalan memegang aspek penting terkait pelaksanaan proyek. Sumber daya yang digunakan untuk melaksanakan proyek konstruksi cukup terbatas dan akan secara langsung mempengaruhi mutu dan biaya proyek. Karena itu, diperlukan perencanaan yang baik salah satunya dalam hal penjadwalan dan alokasi sumber daya. Diharapkan dengan adanya penjadwalan yang baik, setiap detail pekerjaan dapat terdefinisi dengan jelas baik sumber daya, maupun waktunya. Dengan penjadwalan pekerjaan yang baik, biaya dari pengerjaan proyek konstruksi juga akan menjadi lebih mudah untuk dikontrol dan direncanakan sejak awal. Untuk merencanakan penjadwalan ini digunakan metoda precedence diagram method (PDM) dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Project.
Metode PDM dapat memperlihatkan hubungan seri atau paralel antar pekerjaan yang terjadi. Berdasarkan hasil perencanaan penjadwalan Microsoft Project diperoleh bahwa durasi pekerjaan persiapan, tanah dan pondasi serta strutural Gedung CAS ITB adalah selama 309 hari. Selain durasi pekerjaan, hasil perencanaan yang dilakukan juga menghasilkan jalur kritis, jadwal penggunaan alat berat, dan alokasi tenaga kerja proyek.
Kata kunci : penjadwalan, sumber daya, microsoft project, durasi, leveling, jalur kritis.
Abstrack
Scheduling holds important aspects related to the implementation of the project. Resources used to carry out the construction project is quite limited and will directly affect the quality and cost of the project. Therefore, we need good planning one of them in terms of scheduling and resource allocation. Hopefully with good scheduling, every detail activity of work will be well-defined in resources, and time. By scheduling, the cost of the construction project will also become easier to be controlled and planned from the beginning. To plan for this scheduling, method of precedence diagram (PDM) with the help of software Microsoft Project will be the best wayand easy to do.
PDM method can show series or parallel relationship between the tasks. Based on the schedule planning by Microsoft Project, duration of the CAS Building construction of preparation, earth and foundation and also structural works can be obtained as 309 days. Besides the duration, the planning that have been done also gives the information about critical path, equipment schedule, and resource allocation of workers.
2
1. Pendahuluan
Seiring dengan semakin banyaknya proyek
infrastruktur di Indonesia, penyedia jasa
konstruksi perlu meningkatkan mutu dari
pekerjaan yang dilakukannya.
Keterlambatan proyek seringkali menjadi
kendala yang dialami dalam suatu proses
konstruksi. Keterlambatan proyek akan
meningkatkan biaya konstruksi.
Penjadwalan menjadi hal penting dalam
mengatasi kendala keterlambatan tersebut.
Penjadwalan ditujukan untuk memprediksi
durasi waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu proyek yang terdiri
dari pekerjaan-pekerjaan yang saling
berkaitan satu dengan lainnya. Sumberdaya
yang digunakan untuk melaksanakan
proyek konstruksi juga cukup terbatas dan
akan secara langsung mempengaruhi mutu
dan biaya proyek. Karena itu, perlu juga
dilakukan alokasi sumberdaya dan
dihubungkan dengan penjadwalan
konstruksi.
2. Metoda Penelitian
Tahapan untuk mengerjakan proyek akhir
penjadwalan dan alokasi sumber daya ini
disajikan dalam gambar 1.
Penentuan Paket pekerjaan sesuai Work Breakdown Structure
MULAI
Penentuan Urutan Pekerjaan (Logic Sequence) Penentuan Produktivitas alat dan tenaga kerja Penentuan batasan durasi pekerjaan rencana (sesuai kontrak)
Input durasi, dan tenaga kerja ke software Project Management
Analisis overallocation dan levelling
SELESAI
Perhitungan durasi dan tenaga kerja yang dibutuhkan
Sesuai Batasan Durasi Belum Sesuai
Sesuai
Gambar 1 Tahapan Pekerjaan Penjadwalan
3. Penjadwalan dan Alokasi Sumber Daya
3.1 Work Breakdown Structure
Dalam melakukan perencanaan suatu
proyek, yang harus dilakukan pertama kali
adalah membuat work breakdown structure
(WBS) terlebih dahulu. Dengan adanya
WBS maka proyek akan terkelola dengan
baik karena lingkup pekerjaan proyek
dipecah menjadi komponen yang akan
menentukan elemen pekerjaan. Pekerjaan
akan menjadi lebih terstruktur karena telah
dibagi menjadi sub-sub pekerjaan yang
semakin detail agar tidak ada pekerjaan
3
3.2 Urutan Pekerjaan
Tahapan perencanaan penjadwalan yang
dilakukan hanya mencakup pekerjaan
persiapan, tanah dan pondasi, serta
struktural. Sebelum mulai merencanakan
PDM, terlebih dahulu membuat logic
sequence (logika ketergantungan) untuk
mengetahui hubungan antar pekerjaan satu
dengan yang lainnya.
3.3 Penentuan Produktivitas Alat dan Tenaga Kerja
3.3.1 Produktivitas Alat Berat
Produktivitas alat dihitung berdasarkan
spesifikasi teknis alat berat yang dipilih.
Secara umum, produktivitas alat berat
didapat dengan perhitungan
Perhitungan produktivitas dilakukan untuk
seluruh alat berat dan didapatkan simpulan
seperti Tabel 1.
Tabel 1 Kesimpulan Produktivitas Alat Berat
3.3.2 Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas yang dipergunakan dalam
penjadwalan Tugas Akhir ini didapat dari
wawancara kepada pelaksana lapangan.
Contoh hasil perhitungan produktivitas dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Produktivitas Pembesian Pelat, Pile Cap, dan Tie Beam
3.4 Penentuan Batas Durasi Pekerjaan Durasi pekerjaan rencana didapatkan dari
rencana awal kontraktor agar sesuai dengan
durasi pada kontrak. Menurut kontrak,
proyek gedung CAS harus diselesaikan
dalam 62 minggu untuk seluruh pekerjaan
mulai dari struktur sampai arsitektur. Dari
62 minggu yang diperjanjikan, 44 minggu
akan dialokasikan untuk pekerjaan struktur. No Al a t Bera t Produkti vi ta s
1 Concrete pump 11,38 m3/ja m 2 Concrete vibrator 3 m3/ja m 3 Concrete bucket 2,8 m3/ja m 4 Excavator 35,217 m3/ja m 5 Dump truck 7,115 m3/ja m 6 Plate compactor 108,33 m3/ja m 7 Power sprayer 1 m2/mi n 8 Hydra ul i c Rota ry Ri g 6 m/ja m
Wawancara : 18 orang, 9 pekerja, 4 hari - 1 zona
Tenaga Kerja Jumlah OH
Tukang 18 22236,77 kg 48 jam 25,737 kg/jam/orang tukang 0,0032
12 jam 308,844 kg/hari/orang tukang
Pekerja 9 22236,77 kg 48 jam 51,474 kg/jam/orang tukang 0,001619
12 jam 617,688 kg/hari/orang tukang
Mandor 3 22236,77 m3 36 jam 205,896 kg/jam/orang tukang 0,00040
12 jam 2470,752 kg/hari/orang tukang
Pembesian Balok, Pelat, Pile cap, tie beam
Volume Waktu Produktivitas
12
Jam kerja
4
Pada Tabel 3 akan ditampilkan milestone
untuk tiap pekerjaan.
Tabel 3 Milestone Tiap Pekerjaan
Pekerjaan Target durasi
Earth work 98 Hari
3.5 Perhitungan Durasi dan Tenaga Kerja yang Dibutuhkan
3.5.1 Durasi dengan Lead Resources Alat
Berat
Beberapa durasi pekerjaan akan ditentukan
oleh produktivitas alat berat, antara lain
pekerjaan galian, timbunan, pengeboran,
dan pengecoran. Secara umum perhitungan
durasi dengan lead resources alat berat
adalah sebagai berikut :
Contoh perhitungan durasi pekerjaan dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Contoh Perhitungan Durasi Pekerjaan dengan Lead Resources Alat Berat
3.5.2 Durasi Pekerjaan dengan Lead
Resources Tenaga Kerja
Untuk menentukan durasi pekerjaan, selain
melihat milestone per pekerjaan, perlu
diperhatikan juga jumlah tenaga kerja yang
tersedia. Berdasarkan wawancara dengan
pelaksana lapangan, didapat jumlah pekerja
maksimal sebagai berikut :
Mandor : 15 orang
Tukang Kayu : Maksimal 50 orang.
Dengan 1 zona maksimal terdapat 25 orang
untuk melakukan pekerjaan bekisting pelat
dan balok
Tukang Besi : Maksimal 30 orang.
Dengan 1 zona maksimal terdapat 20 orang
untuk pekerjaan pembesian pelat dan balok.
Tukang Baja : Maksimal 10 orang
Tukang Batu : Maksimal 20 orang
Tukang Bor : Maksimal 4 orang
Tukang Gali : Maksimal 25 orang
Pengecoran Balok dan Pelat Lantai 2 RE
Volume
124,1645 9 11,38 m3/alat/jam 1 1,212307 2
124,1645 9 3 m3/alat/jam 4 1,149671 2
5
Perhitungan durasi dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
Diambil tenaga pekerja sebanyak 12 orang.
3.6 Input Durasi dan Tenaga Kerja
ke Software Project Management
Durasi masing-masing pekerjaan di input ke
Software Project Management, lalu dilihat
apakah durasi dari setiap pekerjan dan
durasi total proyek telah sesuai dengan
milestone. Jika sudah, dapat dilanjutkan ke
tahap berikutnya.
3.7 Analisis Overallocation dan
Levelling
Setelah seluruh kegiatan dimasukkan
durasi, tenaga kerja, dan urutan
pekerjaannya, kita dapat melihat kegiatan
yang berada di jalur kritis dan kegiatan
yang tidak berada di jalur kritis. Total slack
menunjukkan jumlah waktu yang
diperkenankan suatu kegiatan boleh ditunda
tanpa mempengaruhi jadwal penyelesaian
proyek secara keseluruhan. Jumlah waktu
tersebut sama dengan waktu yang didapat
jika semua pekerjaan terdahulu dimulai
seawal mungkin sedangkan semua
pekerjaan berikutnya dimulai selambat
mungkin (Soeharto, 1999). Sementara Free
slack menunjukkan jumlah waktu yang
diperkenankan suatu kegiatan boleh ditunda
tanpa mempengaruhi jadwal penyelesaian
proyek secara keseluruhan maupun waktu
mulai dan selesai kegiatan sesudah aktivitas
tersebut.
Setelah mendapatkan hasil durasi total
pekerjaan dari Ms. Project, terkadang atau
bahkan sering terjadi konflik seperti over
allocated resources. Konflik over allocated
resources merupakan konflik yang terjadi
akibat jumlah sumber daya yang dipakai
melebihi jumlah tenaga kerja maksimal
yang dialokasikan per hari dalam suatu
proyek. Kontraktor perlu melakukan
pembatasan jumlah tenaga kerja karena :
1. Menyesuaikan dengan sumberdaya yang
dimiliki kontraktor
2. Menghindari adanya naik atau turun
tenaga kerja secara signifikan dalam waktu
singkat
3. Mengefisienkan jumlah tenaga kerja
dengan luas area kerja, agar tidak terjadi
area kerja yang terlalu padat.
Cara mengatasi konflik sumberdaya ini
adalah dengan :
Mengurangi penggunaan resources yang over allocated pada pekerjaan-pekerjaan
yang menggunakan resources tersebut, hal
ini akan berakibat pada bertambahnya
durasi pekerjaan.
6
Menggeser jadwal pekerjaan yang terdapat over allocated resources denganmemperhatikan free slack dan total slack.
Menambah jam kerja, bisa dalam bentuk lembur.
Hasil perhitungan durasi pekerjaan
disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Hasil Perhitungan Durasi Pekerjaan.
Hasil perhitungan jadwal alat berat dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Jadwal Penggunaan Alat Berat
4. Analisis
1. Dibandingkan dengan durasi aktual yang
terjadi di lapangan, terjadi perbedaan
selama 94 hari. Hal ini disebabkan karena :
- Pekerjaan persiapan yang direncanakan
pada proyek akhir ini hanya
memperhitungkan pekerjaan persiapan
berupa pembangunan fasilitas sementara,
dan seluruh pekerjaan diasumsikan lancar.
Sementara kenyataan yang terjadi di
lapangan, terdapat keterlambatan
kedatangan alat berat dan kesalahan peta
underground yang diberikan oleh owner.
- Pada awal pekerjaan galian tanah,
kontraktor perlu melakukan survey
underground karena data jaringan bawah
tanah yang diberikan oleh owner kurang
lengkap. Hal ini menghambat proses
penggalian kontraktor karena pekerjaan Pekerjaan
Earth work 98 hari 101 hari
Pondasi 98 hari 101 hari
Basement 56 hari 57 hari
Lantai 1 56 hari 58 hari
Lt 2 49 hari 48 hari
Lt 3 49 hari 51 hari
Lt 4 49 hari 46 hari
Lt 5 49 hari 46 hari
Lt 6 49 hari 43 hari
Penthouse 49 hari 39 hari
Atap 42 hari 22 hari
Total 308 hari 309 hari
Target durasi Rencana durasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
10-1617-2324-3031-6 7-13 14-2021-2728-4 5-11 12-1819-2526-1 2-8 9-15 16-2223-2930-6 7-13 14-2021-2728-3 4-10 11-1718-2425-31 1-7 8-14 15-2122-2829-5 6-12 13-1920-2627-2 3-9 10-1617-2324-30 1-7 8-14 15-2122-2829-4 5-11 12-18
Genset 75 Kva untuk Listrik Kerja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7
galian baru bisa dilakukan sedikit demi
sedikit untuk menghindari kerusakan. Hal
ini menyebabkan pekerjaan tanah dan
pondasi menjadi terlambat.
- Adanya hujan pada bulan April sampai
September yang menghambat pekerjaan
pile cap dan tie beam.
- Durasi pekerjaan untuk aktual terlihat
sangat besar, hal ini disebabkan karena
terdapat beberapa pekerjaan yang sengaja
ditunda pengerjaannya oleh kontraktor.
Pada saat itu kontraktor mengerjakan
pekerjaan arsitektur dan Mechanical
Electrical Plumbing (MEP) Pekerjaan yang
ditinggal tersebut adalah pekerjaan tangga
dan liftwall. Menurut bar chart kemajuan
dari kontraktor, di awal pekerjaan memang
terjadi keterlambatan, namun seluruh
pekerjaan utama struktur yaitu pelat, balok,
dan kolom telah selesai dilakukan pada
minggu ke-44. Hal ini menunjukkan bahwa
meskipun terjadi keterlambatan di
pekerjaan awal, kontraktor dapat mengejar
ketertinggalan struktur dengan menambah
jumlah pekerja.
- Pekerjaan atap baja juga merupakan
salah satu pekerjaan yang sengaja ditunda
pengerjaannya oleh kontraktor. Dan baru
selesai dikerjakan pada minggu ke-51.
2. Keterlambatan pekerjaan struktur terjadi
akibat adanya beberapa hambatan dari segi
material. Pada kondisi aktual, pemesanan
material dilakukan secara bersamaan untuk
empat gedung yaitu gedung Center of
Advanced Sciences (CAS), Center for Arts,
Design, and Language (CADL), Center of
research and Community Services (CRCS),
dan Center for Infrastructure and Built
Environment (CIBE) sempat terjadi
keterlambatan material baja D25 selama
satu minggu.
3. Pada struktur atas sejak lantai 3, kondisi
aktual per pekerjaan (balok, pelat, dan
kolom) lebih cepat dari rencana karena
kontraktor melakukan penambahan jumlah
pekerja untuk mengejar ketertinggalan
akibat pekerjaan awal yang tertunda.
Sementara durasi total per lantai lebih cepat
rencana karena kontraktor mengerjakan
pekerjaan tangga dan liftwall setelah tiga
lantai diatasnya sudah selesai. Sementara
pada penjadwalan rencana, tangga dan
liftwall dikerjakan setelah pekerjaan satu
lantai diatasnya sudah selesai.
4. Pada kondisi aktual di lapangan, salah
satu yang menyebabkan keterlambatan
adalah produktivitas tenaga kerja yang tidak
selalu dalam kondisi stabil. Khususnya
setiap dua minggu sekali. Hal ini
disebabkan setelah dua minggu, pekerja
mendapatkan pembayaran dari mandor dan
sebagian besar dari mereka pulang ke
rumah masing-masing.
5. Perbedaan perencanaan dengan batasan
tenaga kerja dan batasan durasi pekerjaan.
Sebagai perbandingan, penulis melakukan
perhitungan dengan batasan jumlah tenaga
kerja. Secara umum proses perhitungan
8
durasi dengan menggunakan batasan durasi
kontrak. Namun pada perhitungan durasi
dengan batasan tenaga kerja, jumlah tenaga
kerja telah ditentukan sejak awal yaitu :
Jumlah tenaga kerja pembesian tidak boleh
lebih dari 15 orang
Jumlah tenaga kerja bekisting kayu tidak
boleh lebih dari 25 orang
Batasan jumlah tenaga kerja yang
digunakan merupakan jumlah tenaga kerja
ideal yang diharapkan oleh kontraktor
untuk berada di lapangan. Dengan batasan
jumlah tenaga kerja, durasi yang didapatkan
sebesar 346 hari. Sementara dengan batasan
durasi kontrak, durasi total proyek
didapatkan sebesar 309 hari. Namun yang
perlu dilakukan dalam perencanaan adalah
memenuhi perjanjian kontrak, karena itu
perlu dibuat penjadwalan dengan batasan
durasi sesuai kontrak. Hal ini
mengakibatkan jumlah tenaga kerja yang
dipakai lebih banyak, namun durasi yang
didapat lebih kecil.
5. Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan
1. Waktu mulai pekerjaan proyek adalah
10 Maret 2014 sampai 12 Januari 2015.
Durasi total proyek adalah 309 hari.
Penentuan durasi pekerjaan lebih baik
disesuaikan dengan durasi yang telah ada
pada kontrak daripada menyesuaikan tenaga
kerja yang ingin dialokasikan. Hal ini
dilakukan karena pemilik proyek tidak
mementingkan mengenai jumlah tenaga
kerja,, namun lebih mementingkan durasi
pekerjaan proyek.
2. Secara umum, pekerjaan yang terletak
di jalur kritis merupakan pekerjaan di zona
satu. Sementara untuk struktur atas,
pekerjaan yang terletak di jalur kritis
sebagian besar merupakan pekerjaan
beksiting balok dan pelat. Hal ini
menunjukkan bahwa pekerjaan di zona satu
dan pekerjaan bekisting perlu mendapatkan
perhatian lebih dan tidak boleh terlambat.
3. Jumlah tenaga kerja maksimal yang
dipergunakan sebagai berikut :
Mandor : 15 orang
Tenaga kerja yang dialokasikan pada
proyek ini sudah cukup rata, tidak terlalu
terjadi kenaikan dan penurunan yang besar.
Hal ini sebaiknya menjadi salah satu
pertimbangan bagi pelaksana proyek untuk
menentukan penjadwalan, karena dengan
sumberdaya tenaga kerja yang timpang dari
waktu ke waktu, akan menimbulkan
tambahan biaya.
4. Jadwal penggunaan alat berat dapat
dilihat pada tabel V.6. Penggunaan alat
berat baiknya dioptimalkan dan dihindari
9
dalam waktu yang lama, namun digunakan
lagi pada periode selanjutnya. Hal ini
karena alat berat tersebut akan tetap
memerlukan biaya sewa per bulannya.
5.2 Saran
1. Pada penjadwalan selanjutnya,
produktivitas yang dipakai sebaiknya lebih
diperinci lagi untuk masing-masing
kegiatan dan pembagian kerjanya.
2. Penjadwalan selanjutnya lebih baik
memperhatikan curah hujan dan
mengalokasikan waktu penjadwalan untuk
hujan.
6. Daftar Pustaka
AACE International (2007). Skills and
Knowledge of Cost Engineering, 5th
Edition. Morgantown, United States of
America: AACE International.
Buku Pedomen Analisis Harga Satuan
Pekerjaan (AHSP) Bidang Pekerjaan Umu
(2008 dan 2013) : Kementerian Pekerjaan
Umum
Badan Standarisasi Nasional (2012).
“Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI
1726-2012)”, BSN, Jakarta, Indonesia
Badan Standarisasi Nasional (2013).
“Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 2847:2013)”,
BSN, Jakarta, Indonesia
Chitkara, KK (1998). Construction Project
Management Planning, Schedulling, and
Controlling. New Delhi. Tata Mcgraw-Hill,
Inc.
Halpin, Daniel W. (1981). Construction
Management, 4th Edition. United States of
America: John Wiley & Sons.
Imran, I., Hendrik, F., (2014), “Perencanaan Lanjut Struktur Beton Bertulang” , Penerbit
ITB, Bandung, Indonesia.
Institut Teknologi Bandung (2012).Bidding
Document for Construction of
Infrastructure and New Buildings.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Institut Teknologi Bandung (2012).Package
No.1 Construction of Infrastructure and
New Buildings Bidding Documents Part 2:
Works Requirements: Drawings. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Nunnally, S.W. (2007). Construction
Methods and Management, 7th Edition.
New Jersey : Pearson Education.Inc.
Peurifoy, Robert L. (1989). Estimating
Construction Cost, 4th Edition. United
States of America: McGraw-Hill Book
Company.
Soeharto, Iman. (2001). Manajemen Proyek