• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH DESAIN PENELITIAN . docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH DESAIN PENELITIAN . docx"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan zaman yang begitu pesat seperti saat ini diikuti pula dengan pesatnya perkembangan intelektual manusia. Banyak sekali pengetahuan yang perlu untuk dikembangkan lagi menjadi sebuah ilmu pengetahuan baru yang dapat dimanfaatkan bagi kemaslahatan manusia. Berbagai cara digunakan untuk mengembangkan pengetahuan ataupun mencari ilmu pengetahuan baru. Salah satu cara untuk mengembangkan pengetahuan tersebut adalah penelitian.

Penelitian sendiri tidak dapat dipisahkan dari tahap-tahap perkembangan kehidupan manusia, khususnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pentingnya suatu penelitian dan hubungannya dengan berbagai hal dalam kehidupan mengakibatkan penelitian harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan berdasarkan etika kebenaran. Sehingga setiap pedoman yang sistematis menjadi perhatian utama agar penelitian yang mandiri, subjekif, dan kritis dapat dilaksanakan dengan baik.

Dalam melakukan penelitian salah satu hal yang penting ialah membuat desain penelitian. Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar seorang peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang jelas. Manfaat desain penelitian akan dirasakan oleh semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian.

(2)

B. Rumusan Masalah

1) Apakah pengertian dari Populasi? 2) Bagaimanakah Kriteria dari Populasi? 3) Apakah pengertian dari Sampel?

4) Apa sajakah syarat dari Sampel Penelitian? 5) Bagaimakah Kriteria dari Sampel Penelitian? 6) Bagaimanakah Besar Sampel Penelitian?

7) Bagaimanakah Prosedur Pengambilan Sampel dengan Teknik Sampling? 8) Apakah pengertian dan contoh dari Time Table (Jadwal Kegiatan) ?

C. Tujuan Penulisan

1) Mengetahui berbagai pengertian dari Populasi dan Sampel dalam Desain Penelitian

2) Mengetahui Kriteria dari Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian 3) Mengetahui Syarat dari Sampel Penelitian

4) Mengetahui Besar Sampel dalam Desain Penelitian

5) Mengetahui prosedur dalam pengambilan sampel serta teknik sampling dalam Desain Penelitian

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Desain Penelitian

Desain Penelitian adalah model atau metode yang digunakan penilitri untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian. Desain penelitian ditetapkan berdasarkan tujuan dan hipotesis penelitian. Jika suatu penelitian bertujuan mengetahui efektifitas suatu intervensi kesehatan masyarakat terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat, maka desain yang paling tepat adalah eksperimen. Desain penelitian akan menentukan 5 hal berikut :

1. Apa yang akan dilakukan peneliti tehadap subjek penelitian, apakah melakukan suatu intervensi/perlakuan kemudian menentukan efek dari perlakuan tersebut, atau hanya melakukan observasi/pengukuran pada beberapa variabel yang diteliti tanpa melakukan suatu intervensi.

2. Jika peneliti melakukan intervensi terhadap subjek penelitian, desain peneliti juga mnentukan apakah ada kelompok kontrol tanpa intervensi yang dilibatkan dalam penelitian dan bagaimana peneliti menentukan efek tersebut, apakah dengan membandingkan hasil post test antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi atau dengan membandingkan pretest dan post test pada kedua kelompok.

3. Apa yang akan dilakukan peneliti terhadap data hasil penelitian, apakah peneliti ingin melakukan analisis hubungan antar variabel atau hanya menampilkan data secara deskriptif.

4. Metode yang dilakukan peneliti dalam menentukan hubungan antara variabel indenpenden dan variabel dependen, apakah peneliti melakukan penelitian secara retrospektif, potong lintang atau prospektif.

5. Uji statistik yang akan digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian.

Desain merupakan karakteristik dari suatu penelitian yang membedakannya dengan penelitian lain. Beberapa peneliti dapat mengemukakan masalah penelitian sama, tetapi desain penelitian yang mereka ajukan dapat berbeda, karena desain penelitian ditentukan oleh peneliti.

(4)

penelitian sebagai usaha merencanakan kemungkinan-kemungkinan tertentu secara luas tanpa menunjukkan secara pasti apa yang akan dikerjakan dalam hubungan dengan unsur masing-masing. Desain penelitian menurut Mc Millan dalam Ibnu Hadjar (1999:102) adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian.

Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan oleh para peneliti mengenai pengertian desain penelitian, maka dapat ditarik kesimpulkan bahwa definisi desain penelitian adalah sebuah kerangka kerja atau rencana untuk melakukan studi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Kegiatan pengumpulan dan analisis data tersebut untuk menggali penyelesaian sebuah permasalahan yang muncul. Rencana perlu dibuat agar pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien, sehingga penelitian tersebut juga dapat memberikan hasil yang memuaskan bagi peneliti.

Sumber: Kelana Kusuma Darma. Metodologi Penelitian Keperawatan, 2011.

B. Pengertian Populasi

Menurut Kuzma (1984) yang dimaksud dengan populasi adalah sekolompok orang atau objek dengan satu karakteristik umum yang dapat diobservasi. Menurut Notoadmojo (2002) Populasi diartikan sebagai kesuluruhan objek penelitian atau yang diteliti. Populasi adalah generalisasi yang terdiri dari objek (benda)/subjek (orang) yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik keseimpulannya.

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan- satuan tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi, benda-benda, dst. (Djawranto, 1994 : 420). (Dikutip dari buku Metode Penelitian Drs. Kuntjojo, 2009 : hlm 32.)

(5)

tidak hanya berupa orang, tetapi bisa juga berupa benda yang lainnya. (Dikutip dari buku Metode Penelitian Praktis Prof. Dr. Siti Nurhayati, MS, 2012 : hlm 36)

Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek/objek. Penjelasan populasi dalam usulan penelitian, meliputi jumlah populasi dan karakteristik populasi. Misalnya jumlah populasi sebesar 150 ibu hamil dengan karakteristik primipara, trimester III.

C. Kriteria Populasi

Dalam mendefinisikan populasi, peneliti harus mempertimbangkan kriteria sebagai berikut:

a) Biaya, jika ingin meneliti populasi diluar daerah atau pulau, maka peneliti harus belajar budaya dan bahasa setempat agar terjadi interaksi yag baik. Keadaan ini memerlukan waktu yang lama sehingga memerlukan pula biaya yang besar. b) Praktik, kesulitan dari populasi dalam berperan serta sebagai subjek karena

berasal dari daerah yang sulit dijangkau.

c) Kemampuan orang dalam berpartisipasi dalam penelitian, kondisi kesehatan seseorang yang menjadi subjek harus dijadikan bahan pertimbangan dalam penentuan populasi.

d) Pertimbangan desain penelitian, pada penelitian dengan desain eksperimen, maka diperlukan populasi yang mempunyai kriteria homogenitas dalam upaya untuk mengendalikan variabel random, perancu, dan variabel lainnya yang akan mengganggu dalam penelitian.

D. Pengertian Sampel

(6)

Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti (Djarwanto, 1994 : 43). Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik populasi. (Dikutip dari buku Metode Penelitian Drs. Kuntjojo, 2009 : hlm 33.)

Sampel adalah bagian dari populasi yang sengaja dipilih oleh peneliti untuk diamati, sehingga sampel ukurannya lebih kecil dibandingkan populasi dan berfungsi sebagai wakil dari populasi. (Dikutip dari buku Metode Penelitian Praktis Prof. Dr. Siti Nurhayati, MS, 2012 : hlm 36)

Penelitian kualitatif tidak mempersoalkan jumlah sampel, informan bisa sedikit atau banyak tergantung dari tepat atau tidaknya pemilihan informan kunci dan kompleksitas serta keragaman fenomena yang diteliti.

Dalam mengumpulkan data, jumlah sampel yang digunakan adalah rentang antara 4-10 informan dengan melihat apakah data sudah tersaturasi, apabila sampel kurang dari 10 sudah mencapai titik saturasi maka peneliti menghentikan pencarian sampel. Dengan memperhatikan kecakupan data dan disesuaikan dengan kemampuan peneliti (Moleong, 2004). Walaupun demikian, peneliti tetap mengoptimalkan informan sebagai obyek penelitian untuk menggali data. Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel digunakan.

E. Syarat Sampel

Untuk keberhasilan suatu penelitian perlu dipertimbangkan syarat-syarat yang dapat berpengaruh pengambilan sampel . Syarat-syarat tersebut antara lain :

1. Sampel harus representatif

(7)

terwakili dalam sampel penelitian, kalau semua tinglat pendidikan pasien yang ada dalam populasi telah terwakili

2. Sampel harus cukup banyak

(8)

tepat , maka kesimpulan atau generalisasi yang diperloleh dapat diharapkan representatif . Oleh sebab itu pembatasan populasi sangat penting untuk memperoleh sampel yang representatif.

4. Mendapat seluruh unit yang menjadi anggota populasi

Seluruh unit yang menjadi anggota populasi dicatat secara jelas , sehingga dapat dketahui unit-unit yang termasuk dalam populasi dan unit mana yang tidak . Misalnya penelitian tentang status gizi anak balita di Kelurahan X , maka sebelum pengambilan sampel terlebih dahulu dilakukan pencatat seluruh anak dibawah lima tahun yang berdomisili di Kelurahan X tersebut . Untuk melakukan ini dengan sendirinya peneliti terlebih dahulu harus membuat batasan tentang anak balita tersebut atau batasan populasinya , seperti telah disebutkan sebelumnya .

5. Menentukan Sampel yang akan dipilih

Dari daftar anggota populasi seprti yang akan disbeutkan di atas , kemudian dipilih anggota-anggota populasi yang akan dipilih sebagai sampel . Besarnya atau banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel memerlukan perhitungan tersendiri , akan diuraikan didalam bab lain . Besar kecilnya suatu sampel bukan ukuran untuk menentukan apakah sampel tersebut representatif atau tidak . Hal ini akan tergantung dari karakteristik populasinya , misalnya homogenitas atau hiterogenitas populasi .

6. Menentukan Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel ini sangat penting , karena apabila salah dalam menggunakan teknik sampling maka hasilnya pun akan jauh dari kebenaran (penyimpangan) .

F. Kriteria Sampel

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut : 1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmodjo, 2002). Kriteria Inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat, 2007).

(9)

kriteria inklusi adalah paritas dan umur, karena kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi hasil dari intervensi yang dilakukan.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002).

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian yang penyebabnya antara lain adalah adanya hambatan etis, menolak menjadi responden atau berada pada suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian (Hidayat, 2007).

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan /mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab, antara lain :

i. Terdapat suatu kedaan atau penyakit yang mengganggu pengukuran maupun interpretasi hasil. Misalnya dalam suatu studi kasus kontrol yang mencari hubungan suatu faktor resiko dengan kejadian penyembuhan luka pada pasca operasi laparatomi, maka subjek dengan kelainan immunologis tidak boleh diikut sertakan dalam kelompok kasus.

ii. Terdapat keadaan yang menganggu pelaksanaan, seperti subjek yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap sehingga sulit ditindaklanjuti. iii. Hambatan etis

iv. Subjek menolak berpartisipasi.

G. Besar Sampel

(10)

memberikan ketepatan tertentu dari perkiraan proporsi yang diinginkan dan melakukan uji kemaknaan perbedaan-perbedaan proporsi tersebut diperlukan jumlah sampel yang cukup besar .

Untuk menghitung minimum besarnya sampel yang dibutuhkan bagi ketepatan (accuaracy) dalam membuat perkiraan atau estimasi proporsi-proporsi , Kita perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang antara lain:

a. Berapa angka perkiraan yang masuk akal dari proporsi-proporsi yang akan diukur dalam penelitian itu . Misalnya kita akan meneliti prevalensi penyakit jantung koroner , kita harus memperkirakan berapa angka prevalensi yang akan kita perloleh didalam populasi . Apabila kita tidak memperkirakan hal itu, yang paling aman kita perkirakan angka tersebut adalah 0,50 (50%) . Dengan angka itu diperoleh variance yang maksimal sehingga sampel yang dipilih cukup mewakili.

b. Berapa tingkat kepercayaan yang diinginkan dalam penelitian tersebut, atau berapa jauh penyimpangan estimasi sampel dari proprsi sebenarnya dalam keseluruhan populasi. Apabila kita menginginkan derajat ketepatan yang tinggi maka kita ambil angka 0,10 (10%) maka jumlah sampel akan lebih besar dari pada kita memilih derajat ketepatan 0,05 (5%) .

c. Berapa derajat kepercayaan (confidence level) yang akan digunakan , agar estimasi sampel akurat. Pada umumnya digunakan 91% atau 95% derajat kemaknaan (confidence level) .

d. Berapa jumlah populasi yang harus diwakili oleh sampel tersebutm sangat tegantung dari besarnya populasi . Apabila besar populasi lebih dari 10.000 , maka ketepatan besarnua sampel kurang memperoleh perhatian. Tetapi populasi lebih kecil dari 10.000 , ketepatan atau besarnya sampel perlu diperhitungkan .

1) Jumlah Sampel untuk Estimasi Proporsi

Sebelum menghitung jumlah sampel , terlebih dahulu perlu diketahui tiga hal (Lameshow et al ., 1990,dikutip Ariawan ,1998) yakni :

(11)

b. Presisi adalah derajat ketepatan yang dinginkan , berati penyimpangan terhadap populasi , biasanya 0,05 (5%) atau 0,10 (10%) .

c. Derajat kepercayaan

Z1−a/2 ¿P(1−P) d

n=¿

Keterangan:

n = Besar sampel

¿

Z1−a/2 ¿ = Nilai Z pada derajat kemaknaan (95%=1,96)

P = Poroporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi , bila tidak diketahui proprsinya , ditetapkan 50% (0,50)

d = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan : 10% (0,10) , 5 % (0,05) , atau 1% (0,01)

contoh :

Tujuan : mengetahui prevalensi gizi buruk pada balita di Kecamatan Sawangan

Diketahui :

a. Perkiraan proporsi (P=0,15) b. Presisi (d=0,05)

c. Derajat kepercayaan 95% (Z1-x/2 =1,96)

Perhitungan :

n=1.96∗0,15(1−0,15)

0,05 =196

(12)

2) Jumlah Sampel untuk Estimasi Rata-rata

Untuk menghitung besar sampel , peneliti perlu mengetahui: a. Perkiraan varians (kuadrat dari standar deviasi)

b. Presisi

c. Derajat Kepercayaan (Lemeshow ,1990 ; Ariawan ,1998)

Rumus: ¿

n=

Z2 ¿σ 1−a/2

d

σ = Perkiraan varians

d =presisi

Z = nilai Z pada interval kepercayaan 1-x/2

n = jumlah sampel

cacatan :

 Rumus diatas hanya untuk estimasi rata-rata  Rumus diatas hanya untuk sampel acak sederhana

Contoh Penggunaan :

Sebuah penelitian bertujuan untuk mengetahui rata-rata berat badan anak balita di Kecamatan Cimanggis dengan ketentuan :

a. BB rata-rata anak balita 1,25 kg b. Standar devisiasi 6 kg (Q) c. Derajat Kepercayaan 95% (1,96)

(13)

n=196∗6 1 =139

Sampel untuk Uji Hipotesis beda 2 proporsi (lameshow et al., 1990 dikutip Ariawan ,1998)

Z1−α/2

2p(1−P)+Z1−β ¿

P1(1−P1)+P2(1−P2)2

(P1−P2) n=¿ Keterangan :

n = besar sampel

P1= Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada kelompok tertentu (misalnya proprsi hipertensi pada kelompok pria )

P2= Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada kelompok tertentu ( mislanya proporsi hipertensi pada kelompok wanita)

P= Rata-rata P1 dan P2 (P1+P2) /2

. Z1−α/2 = Nilai Z pada derajat keamaknaan 90,95,99 %= 1.64, 196 , 2,58...

. Z1−β = Nilai Z pada kekuata uji power 1- ...80,90,95,99% = 0,84,1,28 , 1,64, 2,33.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan sampel antara lain :

i. Sampel yang lebih besar akan memberikan hasil yang lebih akurat , tetapi memerlukan lebih banyak waktu , tenaga , biaya dan fasilitas-fasilitas lain. ii. Pengambilan sampel acak memberikan data kuantitatif yang lebih

representatif dan populasi yang besar dari pada pengambilan sampel yang nonrandom . Tetapi sampel yang nonrandom dapat digunakan untuk memaksimalkan data kuantitatif dari sampel yang kecil

(14)

3) Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya , maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi, maupun kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel . Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel .

Contoh : sebuah penelitian yang berjudul “hubungan anatara pengetahuan dan sikap Ibu terhadap Imunisasi Anak Balita , di Wilayah kerja Puskesmas X” . Populasi penelitian ini jelas Ibu dan Bayi yang tinggal di wilayah Puskesmas X. a. Kriteria Inklusi

 Ibu dan anak balita yang tinggal di wilayah puskesmas x sekurang-kurangnya 1 tahun

 Ibu mempunyai anak yang berumur 1-5 tahun  Memahami Bahasa Indonesi

 Sehat jasmani dan rohani  Mau di wawancarai b. Kriteria Eksklusi

 Ibu yang tinggal di wilayah Puskesmas X kurang dari 1 tahun

 Ibu yang mempunyai anak balita yang berumur kurang dari 1 tahun , dan lebih dari 5 tahun

 Tidak memahami Bahasa Indonesia  Ibu anak balita yang sedang sakit  Tidak bersedia diwawancarai

Sumber: Prof. Dr.Soekidjo Notoadmodjo. Metode Penelitian Kesehatan, hlm:126.

H. Prosedur Pengambilan Sampel dengan Teknik Sampling Prosedur Pengambilan Sampel

Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam mengambil sampel dari populasi antara lain :

1) Menentukan Tujuan Penelitian

(15)

langkah pokok bagi suatu penelitian, karena tujuan penelitian tersebut merupakan

Telah disebutkan sebelumnya bahwa anggota populasi didalam penelitian tersebut harus dibatasi secara jelas. Oleh sebab itu sebelum sampel diambil harus ditentukan dengan jelas kriteria atau batasan populasinya. Dengan demikian maka akan menjamin pengambilan sampel secara tepat, dengan menentukan kriteria inklusif maupun kriteria ekslusifnya.

3) Menentukan Jenis Data yang Diperlukan

Jenis data yang akan dikumpulkan dari suatu penelitian harus dirumuskan secara jelas. Apabila jenis data yang akan dikumpulkan telah dirumuskan secara jelas, maka dapat dengan mudah ditentukan dari mana data tersebut diperoleh atau ditentukan sumber datanya .

4) Menentukan Teknik Sampling

Penentuan teknik sampling yang akan digunakan dalam pengambilan sampel dengan sendirinya akan tergantung dari tujuan penelitian dan sifat-sifat populasinya .

5) Menentukan Besarnya Sampel (Sampel Size)

Meskipun besar/kecilnya sampel belum menjamin representatifnya atau tidaknya suatu sampel , tetapi penentuan besanya sampel dapat merupakan langkah penting dalam pengambilan sampel . Secara statistik penentuan besarnya sampel ini akan tergantung pada jenis dan besarnya populasi .

6) Menentukan Unit Sampel yang Diperlukan

Sebelum menentukan sampel yang diperlukan , terlebih dahulu akan ditentukan unit-unit yang menjadi anggota populasinya. Hal ini akan memudahkah dalam menentukan unit mana yang akan dijadikan sampel .

7) Memilih Sampel

Apabila karakteristik populasi sudah ditentukan dengan jelas , maka kita dapat dengan mudah memilih sampel sesuai dengan karekteristik populasi tersebut. Dengan memilih sampel dari populasi ini dengan sendirnya berdasarkan teknik-teknik pengambilan sampel .

(16)

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling berarti teknik/ cara/ prosedur menyeleksi populasi.

Pada garis besarnya hanya ada dua jenis sampel , yaitu sampel-sampel probabilitas (probability samples) atau sering disebut random sample (sampel acak) dan sampel-sampel nonprobabilitas (non bability samples). Tiap-tiap jenis sampel-sampel-sampel-sampel ini terdiri dari bebagai macam pula. Pada prinsipnya teknit atau metode pengambilan sampel ini dibedakan menjadi dua ,yakni : teknik random (acak) dan tekni non-random . (Notoatmodjo, 2005).

1. Random Samping

Pengambilan sampel secara random atau acak disebut random sampling , dan sampel yang diperloleh disebut sampel random . Teknik random sampling ini hanya boleh digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi itu bersifat homogen atau diasumsikan homogen . Hal ini berarti setiap anggota populasi itu mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel . Teknik random sampel ini dapat dibedakan menjadi :

a) Pengambilan Sampel secara Acak Sederhana ( Simple Random Sampling) Hakikiat dari pengambilan sampel secara acak sederhana adalah bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel . Apabila besarnya sampel yang diinginkan itu berbeda-beda , maka besarnya kesempatan bagi setiap satuan elementer untuk terpipih pun berbeda-beda pula. Teknik pengambilan sampel secara sederhana ini dibedakan menjadi dua cara , yaitu dengan mengundi anggota populasi (lottery technique) atau teknik undian , dan dengan menggunakan tebel bilangan atau angka acak (random number).

(17)

jumlah sampel yang diinginkan , hasilnya sebagai interval adalah X , maka yang terkena sampel adalah setiap kelipatan dari X tersebut .

Contoh :

N (jumlah populasi) : 500 orang (No.1,2,3 ...200) N (sampel) : yang diinginkan 50

I (intervalnya) : 500 : 50 = 10

Maka anggota populasinya yang terkena sampel adalah setiap elemen (nama orang ) yang mempunyai nomor kelipatan 10 , misalnya no. 2,12,32,42 dan seterusnya sampai mencapai jumlah 50 anggota sampel .

c) Pengambilan Sampel secara Acak Stratifikasi (Stratified Random Sampling) Apabila suatu populasi terdiri dari unit yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen ,maka teknik pengambilan sampel yang tepat digunakan adalah stratified sampling . Hal ini dilakukan dengan cara mengindentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi , kemudian menentukan strata atau lapisan dari karakteristik unit-unit tersebut . Penentuan strata ini dapat didasarkan bercam-macam , misalnya tingkatan sosial ekonomi pasien , tingkat keparahan penyakit , unsur penderita , dan lain sebgainya . Setelah ditentukan stratanya barulah masing-masing strata diambil sampling yang mewakili strata tersebut secara random atau acak.

Agar penimbangan sampel dari masing-masing strata itu memadai , maka dalam teknik ini sering pula dilakukan penimbangan antara jumlah anggota populasi berdasarkan masing-masing strata. Oleh sebab itu maka disebut pengambilan sampe secara proprosional stratified sampling . Pelaksanaan pengambilan sampel dnegan stratified , mula-mula kita menetapkan unit-unit anggota populasi dalam bentuk strata yang didasarkan pada karakteristik umum dari anggota-anggota populasinya yang berbeda-beda . Setiap unit yang mempunyai karakteristik umum yang sama , dikelompokan pada satu strata , kemudian dari maasing-masing strata diambil sample yang mewakilinya. Langkah –langkah yang ditempuh pengambilan sampel secara stratified adalah:

 Menentukan populasi penelitian.

(18)

 Mengelompokan unit anggota populasi yang mempunyai karakteristik umum yang sama dalam suatu kelompok atau strata , misalnya berdasarkan tingkat pendidikan (rendah,menengah,dan tinggi).

 Mengambil dari setiap strata (tingkat pendidikan) sebgaian dari unit yang menjadi anggotanya untuk mewakili strata yang bersangkutan .

 Teknik pengambilan sampel dari masing-masing strata dapat dilakukan dengan random atau nonrandom.

 Pengambilan sampel dari masing-masing strata sebaiknya dilakukan berdasarkan penimbangan (proporsinya) .

Misalnya :

 Populasi suatu penelitian adalah ibu-ibu hamil di Kelurahan Beji.

 Berdasarkan pendataan dari Puskesmas, sebanyak :250 orang ibu (N=250).  Berdasarkan perhitungan statistik ,sampel yang dianggap representatif

adalah 60 (n=60) orang ibu hamil .

 Cara pengambilan sampel adalah “stratified random” berdasarkan strata pendidikan , yakni : pendidikan rendah, menengah , tinggi .

 Maka sampel akan diambil dari masing-masing strata tersebut 20 orang (pendidikan rendah 20 orang , menengah 20 orang , dan tinggi 20 orang) d) Pengambilan Sampel secara Kelompok atau Gugus (Cluster Sampling)

Pada teknik ini sampel bukan terdiri dari unit individu , tetapi dari kelompok atau gugusan(cluster) . Gugusan atau kelompok yang diambil sebagai sampel ini terdiri dari unit geografis (desa, kecamatan , kabupaten dan sebagainya ), unit organisasi, misalnya klini , PKK , LKMD, dan sebagainya . Pengambilan sampel secara gugus , peneliti tidak semua mendaftar semua anggota atau unit yang ada di dalam populasi , tetapi cukup mendaftar banyaknya kelompok atau gugus yang ada didalam populsi itu . Kemudia mengambil beberapa sampel berdasarkan gugus-gugus tersebut .

Misalnya :

 Penenitian tentang kesinambungan imunisasi anak balita di kecamatan X, dan menurut laporan Puskesmas jumlah anak balitanya 1.500 orang (N=1500).

(19)

e) Pengambilan Sampel secara Gugus Bertahap (Multistage Sampling)

Pengambilan sampel dnegan teknik ini dilakukan berdasarkan tingkat wilayah secara bertahap. Hal ini memungkinkan untuk dilaksanakan bila populsi terdiri dari bermacam-macam tingkat wilayah. Pelaksanaanya dengan membagi wilayah populasi kedalam sub-sub wilayah, dan tiap subwilayah dibagi kedalam bagian-bagian yang lebih kecil ,dan seterusnya. Kemudian menetapkan sebagian dari wilayah populasi (subwilayah) sebagai sampel . Dari seubwilayah yang menjadi sampel ditetapkan pula bagian-bagian dari subwilayah sebagai sampel, dan dari bagian-bagian yang lebih kecil tersebut ditetapkan unit-unit yang terkecil diambil sebagai sampel. Misalnya pelaksanaan suatu penelitian si suatu wilayah kabupaten . Mula-mula diambil beberapa kecamatan sebagai sampel , dari kecamatan-kecamatan yang terkena sampel ini diambil bebarpa kelurahan sebagai sampel, selanjutnya dari kelurahan-kelurahan sampel ini diambil beberapa RW sebagai sampel ,dari beberapa RW sampel diambil lagi beberapa RT sebagai sampel , dan akhirnya dari RT yang terkena sampel tersebut diambil beberapa atau seluruh unit sebagai sampel . Oleh sebab itu , pengambilan sampel semacam ini sering disebut area sampling atau pengambilan sampel menurut wilayah .

Proses pengambilan sampel secara gugus bertahap (multistage random sampling) :

 Tentukan area populasi berdasarkan administrasi pemerintahan provinsi , kabupaten , kecamatan atau kelurahan , atau karakter lain (perdesaan-perkotaan, pantai-penggunungan, dan sebagainya).

 Dari area populasi tersebut diambil sampel gugus dibawahnya (misalnya apabila area populasinya provinsi maka area gugus dibawahnya kabupaten).

 Dari area gugus tersebut diambil area gugus yang dibawahnya lagi (misalnya kalau area gugus diatasnya kabupaten,maka area gugus yang dibawahnya adalah kecamatan) dan seterusnya.

(20)

2. Non Random ( Non Probability ) Sampling

Pengambilan sampel bukan secara acak atau nonrandom adalah pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan , tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-segi kepastian belaka. Metode ini mencakup beberapa teknik antara lain:

a. Purposive Sampling

Pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Pelaksanaan pengambilan sampel secara purposive antara lain:

Mula-mula peneliti mengidentifikasi semua karakteristik populasi , misalnya dengan mengadakan studi pendahuluan atau dengan mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan populasi . Kemudian peneliti menetapkan berdasarkan pertimbangannya, sebagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian sehingga teknik pengambilan sampel secara purposive ini didasarkan pada pertimbangan pribadi peneliti sendiri. Teknik ini sangat cocok untuk mengadakan studi kasus (case study) , dimana banyak aspek dari kasus tungga yang resperentatif untuk diamati dan dianalisis.

Misalnya: suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh prilaku seks ibu-ibu pascapersalinan melalui caesarean operation. Populasi penelitian ini jelas mempunyai karakteristik yang spesifik . Oleh sebab itu , pengambilan sampelnya pun harus diarahkan kepada ibu-ibu yang melahirkan melalui cara ini , sehingga pengambilan sampel secara purposive adalah pilihanya.

b. Quota Sampling

(21)

Pengambilan sampel secara aksidental (accidental) ini dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian . Bedanya dengan purposive sampling adalah, kalau sampel yang diambil secara purposive berarti dengan sengaja mengambil atau memilih kasus atau responden. Sedangkan sampel yang diambil secara aksidental berarti sampel diambil dari responden atau kasus yang kebetulan berada disuatu tempat atau keadaan tertentu . Misalnya penelitian tentang pemberian ASI oleh ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Pasar Minggu. Maka sampel penelitian ini dapat dari ruang KIA tempat pemeriksaan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Pasar Minggu selama periode tertentu, misalnya minggu pertama pada bulan juni 2006 hari senin sampai sabtu, atau setiap hari selasa selama bulan juni 2006. Seberapa banyak pun ibu-ibu yang ditemui pada hari yang ditentukan tersebut menjadi sampel penelitian ini.

Sumber: Prof. Dr.Soekidjo Notoadmodjo. Metode Penelitian Kesehatan, hlm:120

I. Time Table (Jadwal Kegiatan) dalam Penelitian

Jadwal kegiatan penelitian (Time Table) merupakan tahapan-tahapan rencana peneliti untuk menyelesaikan penelitian dalam suatu periode waktu , dan disusun dalam bentuk table atau format Time Line Schedule . Isi rencana kegiatan direkomendasikan detail atau spesifik , sesuai alur kerja peneliti . Disarankan jadwal dan isi rencana kegiatan penelitian tersebut disepakati dengan pembimbing penelitian agar kedua belah pihak dapat saling mengontrol perkembangan penelitian tersebut.

(22)

No KEGIATAN MEI JUNI JULI

I II III IV I II III IV I II III IV

1 Pengumpulan Data 2 Identifikasi Masalah 3 Analisis Kebutuhan

Sistem

4 Membuat Rancangan Sistem

5 Rancangan Bangun Program 6 Uji Coba Program

(testing) 7 Revisi Konsep,

Desain Rancangan , Code Program 8 Implementasi

Program

9 Pembimbing

Penulisan Naskah Skripsi 10 Penulisan Akhir

Laporan 11 Pendadaran

(23)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan B. Saran

(24)

 Peneliti diharapkan mampu mencari desain serta metode penelitian yang tepat bagi penelitiannya dan relevan dengan penelitian yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Asdi Mahastya. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta

(25)

Prof. Dr. Siti Nurhayati, MS. (2012) Metode Penelitian Praktis. ( edisi ke-2 ) Pekalongan : Usaha Nasional.

Syaodih, Nana. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Saukah, Ali, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. 2010. Malang: Universitas Negeri Malang

_______. 2009. Pengertian Desain

Penelitian. (Online), ( http://www.scribd.com/doc/51444421/7/Pengertian-desain-penelitian), diakses tanggal 1 Maret 2012.

_______. 2010. Desain dan Contoh Proses Penelitian Kualitatif. (Online),

(http://mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/208-desain-dan-contoh-proses- peneliti an-kualitatif.html), diakses tanggal 1 Maret 2012.

______. 2011. Beberapa Kesalahan dalam Desain Penelitian.

(Online), (http://www.infoskripsi.com/Resource/Beberapa-Kesalahan-dalam- De sain-Penelitian.html), diakses tanggal 29 Februari 2012.

______. 2010. Metode dan Desain Penelitian

Kualitatif. (Online), ( http://www.scribd.com/doc/56342783/2/Metode-dan-desain-penelitian- kualitatif), diakses tanggal 29 Februari 2012.

______. 2010. Desain Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

464.900.000,- (Empat ratus enam puluh empat juta sembilan ratus ribu rupiah) Tahun Anggaran 2016, maka bersama ini kami Kelompok Kerja I Unit Layanan Pengadaan

Situasi belajar dengan hasil belajar rendah seharusnya memerlukan inovasi baru yang memungkinkan pencapaian hasil belajar peserta didik kearah yang lebih

Dalam bentuk konvensional, masyarakat di Indonesia dan Amerika Serikat telah memberikan partisipasi politik yang cukup baik, walaupun masih ada masyarakat yang tidak

Pemahaman Islam Kelas Menengah Muslim Indonesia Masih Simbolik http://koransulindo.com/pemahaman-islam-kelas-menengah-muslim-i.... 1 of 4 12/2/2017,

Hal ini dapat menunjukkan bahwa air rendaman jerami berpengaruh terhadap jumlah telur nyamuk Aedes sp yang terperangkap pada ovitrap, ini disebabkan karena jerami

Ia juga boleh ditakrifkan sebagai satu sistem politik yang memberi peluang kepada rakyat membentuk dan mengawal pemerintahan negara (Hairol Anuar 2012). Dalam hal

Adalah sebuah fakta bahwa jumlah perempuan di dunia ini lebih banyak dari

(BOS) based on instruction and technical in aspects of application, distribution, and stakeholders engagement in planning, forming, and reporting of BOS in SMA Negeri 37