• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 Hasil dan Pembahasan (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "4 Hasil dan Pembahasan (2)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Palu

4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Kota Palu

Palu adalah sebuah kota sekaligus merupakan ibu kota provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Sampai dengan tahun 2014 terdapat 8 Kecamatan yaitu Kecamatan Tawaeli, Kecamatan Palu Utara, Kecamatan Palu Timur, Kecamatan Mantikulore, Kecamatan Palu Barat, Kecamatan Ulujadi, Kecamatan Palu Selatan dan Kecamatan Tatanga. Sedangkan secara geografis, Kota Palu terletak antara 0º,36” ‐ 0º,56” Lintang Selatan dan 119º,45” ‐ 121º,1” Bujur Timur, tepat berada di bawah garis Khatulistiwa dengan ketinggian 0 ‐ 700 meter dari permukaan laut. Dimana Batas wilayah Kota Palu meliputi :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala serta Teluk Palu;

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Parigi Kabupaten Donggala;

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Parigi Moutong;

d. Sebelah Barat Berbatasan dengan Kecamatan Banawa dan Kecamatan Marawola Kabupaten Donggala.

(2)

Gambar 6. Peta Administrasi Kota Palu

(Sumber : Laporan RDTR Kota Palu, 2015)

4.1.2 Topografi dan Kelerengan

Berdasarkan keadaan topografi dan kelerengannya, wilayah Kota Palu dapat dibagi menjadi tiga zona ketinggian dan kelerengan, yaitu:

a. Sebagian daerah dibagian sisi barat teluk dan dibagian sisi timur teluk yang memanjang dari arah utara keselatan merupakan dataran rendah/pantai dengan ketinggian antara 0-100 meter diatas permukaan laut (mdpl) dan memiliki kelerengan 0-15%.

(3)

keselatan merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100-500 meter diatas permukaan laut (mdpl) dan memiliki kelerengan >15-25%.

c. Daerah pegunungan dengan ketinggian lebih dari 100 meter diatas permukaan laut (mdpl) memiliki kelerengan >25->40%.

Berdasarkan zona topografi tersebut maka diketahui bahwa Kota Palu memiliki keadaan alam yang bervariasi. untuk lebih jelasnya mengenai kondisi topografi Kota Palu dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 7. Peta Topografi Kota Palu

(Sumber : Laporan RDTR Kota Palu, 2015)

4.1.3 Jumlah Penduduk

(4)

berdasarkan data Kota Palu dalam angka tahun 2012 yaitu sebanyak 347.856 jiwa, dengan jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Palu Timur sebanyak 67.385 jiwa, dan terendah terdapat di Kecamatan Tawaeli sebanyak 19.105 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki 175.595 jiwa dan perempuan sebanyak 172.261 jiwa.

4.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. Adapun spesifikasi terkait mengenai batas - batas penelitian pada lokasi studi adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Timur berbatasan dengan Lahan Kosong Berbukit.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Lahan Kosong Berbukit .

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Ir. Soekarno-Hatta, Ruko dan Gudang.

(5)

Gambar 7. Peta Administrasi Kota Palu dan Lokasi Studi

(Sumber : Laporan RDTR Kota Palu, 2015)

4.3 Analisis Porgram Ruang Laboratorium Forensik 4.3.1 Fungsi Laboratorium Forensik

Fungsi Laboratorium Forensik Polri adalah penyelenggara segala usaha, pekerjaan, dan kegiatan operasionalisasi Forensik Kriminalistik yang meliputi :

(6)

b. Pelaksanaan dukungan pemeriksaan teknis forensik kriminalistik ditempat kejadian perkara (crime scene).

c. Pelaksanaan dukungan lainnya terhadap penggelaran operasi Kepolisian.

Secara struktural tugas, peran, dan fungsi Laboratorium Forensik Polri tersebut diwadahi dalam 5 (lima) bidang operasional yang pembagiannya didasarkan kepada aspek-aspek ilmu kriminalistik/forensik yang disesuaikan dengan bidang tugasnya, antara lain :

a. Bidang Kimia dan Biologi Forensik.

b. Bidang Fisika Forensik.

c. Bidang Balistik dan Metalurgi Forensik.

d. Bidang Dokumen dan Uang palsu Forensik.

e. Bidang Instrumen Forensik.

4.3.2 Pelaku Aktifitas

Pendekatan pelaku aktifitas di dasarkan pada jumlah kebutuhan personal tiap ruang pada laboratorium, kebutuhan administratif laboratorium, pendekatan teknis dan non-teknis.

a. Laboran

1) Terdapat 12 Unit dalam laboratorium forensik, dimana setiap unitnya masing-masing memiliki 1 laboran;

2) Staf Ahli Senior Forensik setiap bidangnya.

b. Staf Administrasi

(7)

2) Wakil Kepala Laboratorium 3) Kepala Tata Usaha

4) Kepala Urusan Administrasi 5) Staf Pembantu

c. Pelaksana Teknis d. Pelaksana Non Teknis

Berdasarkan pendekatan pelaku di atas, maka tuntutan ruang yang dibutuhkan adalah :

Tabel IV-1. Pelaku Aktifitas dan Kebutuhan Ruang N

o. Pelaku Aktifitas Kebutuhan Ruang

1 Laboran 1. Ruang Laboratorium

2. Ruang Ganti

3. Ruang Administratif Laboratorium

4. Ruang Referensi

2 Staff Administratif 1. Ruang Kerja Kepala Lab.

2. Ruang Kerja Wakil Kepala Lab. 3. Ruang Rapat dan Konferensi 4. Ruang Kepala Tata Usaha 5. Ruang Administrasi

6. Ruang Staff Pembantu 7. Ruang Kasat Setiap Unitnya 8. Ruang Kanit Setiap Unitnya 3 Pelaksana Teknis 1. Ruang Maintenance

4 Non-Teknis 1. Ruang Servis 2. Gudang 3. Cafe/ Kantin 4. Perpustakaan Sumber : Analisis Penulis, 2015

4.3.3 Kebutuhan Ruang

(8)

laboratorium, dapat diidentifikasi ruang utama pada laboratorium forensik yaitu ruang administrasi dan unit-unit laboratorium. Selanjutnya akan dianalisis ruang lain sebagai pendukung ruang utama tersebut. Analisis yang dilakukan berdasarkan studi behavorial, yang meliputi :

a. Observasi aktifitas pada fasilitas dengan fungsi yang sama dilokasi penelitian.

b. Pengamatan terhadap aktifitas yang biasa berlangsung pada fasilitas serupa secara umum.

c. Kecenderungan pola aktifitas yang berpotensi pada pengembangan fungsi ruang.

4.3.3.1Unit Pelayanan Laboratorium Forensik

a. Unit Uang Palsu Forensik (Biddokupalfor),

b. Unit Metalurgi Forensik

c. Unit Fisika dan Komputer Forensik

d. Unit Kimia Forensik

e. Unit Narkotika, Psikotropika dan Obat Berbahaya

f. Unit Fotografi Forensik

g. Unit Biologi dan Toksikologi Forensik

h. Unit Balistik Forensik

i. Unit Dokumen Forensik

4.3.3.2Administratif

a. Ruang Kerja Kepala Laboratorium

(9)

d. Ruang Kepala Tata Usaha e. Ruang Administrasi

f. Ruang Staff Pembantu

g. Ruang Kasat (Kepala Satuan) h. Ruang Kanit (Kepala Unit)

i. Ruang Penerimaan Barang Bukti

Selain ruang tersebut diatas, terdapat ruang pendukung lainnya meliputi :

a. Entry/Main Hall, sebagai ruang pengantar sebelum menuju ruang utama di dalam laboratorium.

b. Cafe/Kantin, merupakan fasilitas penunjang pengguna laboratorium forensik.

c. Mekanikal dan Elektrikal, merupakan ruang untuk mengontrol utilitas bangunan secara keseluruhan.

d. Water and Sewage Treatment Plant, berfungsi sebagai tempat treatment air yang akan disuplai ke dalam dan luar bangunan.

e. Perparkiran, sebagai fasilitas yang dapat digunakan oleh publik.

f. Musollah, sebagai tempat sholat 5 waktu bagi seluruh staff dan jajarannya yang beragama islam.

g. Tempat wudhu untuk laki-laki dan perempuan terpisah.

(10)

Berdasarkan program ruang yang telah dijabarkan, maka hubungan ruang laboratorium forensik adalah sebagai berikut :

S umber : Analisis Penulis, 2015

(11)

Analisis besaran ruang pada laboratorium forensik, digunakan untuk pendekatan terhadap kebutuhan luas minimum ruangan.

4.3.5.1Unit Pelayanan Laboratorium

Tabel IV-2. Pendekatan Besaran Ruang Laboratorium No

. Ruang

Pendekatan &

Keterangan Perhitungan

1 Lab. Kimia Umum

Luas = 98,8 m 2 Laboratory Equipment : a. Workbench b. Anti-Vibration Bench

c. Demons Table d. Flamable Liquid

Cabinet

e. Fume Cupboards f. Instrument

(Laboratory Design Guide)

4 Laboratory Module

12 m x 6m=72 m2 Personil :

4 org x 1 m2 = 4 m2

Sirkulasi 30 %=22,8 m2

2 Instrumen Kimia

Luas = 98,8 m 2 Laboratory Equipment : a. Workbench b. Anti-Vibration Bench

c. Demons Table d. Flamable Liquid

Cabinet

e. Fume Cupboards f. Instrument

(Laboratory Design Guide)

4 Laboratory Module

12 m x 6 m = 72m2

Personil :

4 org x 1 m2 = 4 m2

Sirkulasi 30 % = 22,8 m2

3 Locker (6 Unit)

Luas = 51.72 m

2

Storage locker cabinet 0.6m x 0.6m

=0.36m2/3 Org (Locker.com) 1 m2/space

Kapasitas 6 org 6 : 3 = 2 Locker 2 (1 + 0.36) = 2.72 m2

(12)

No

. Ruang

Pendekatan &

Keterangan Perhitungan

(Studi gerak) Sirkulasi 30 %=2.62 m2 4 Zat Kimia

Luas = 9 m2

3 m x 3m = 9 m2 (Laboratory Design Guide)

1 x 9 m2

5 Instrumen Khusus

Luas = 52 m2

Laboratory Equipment :

a. Workbench b. Demons Table c. Fume Cupboards d. Instrument

(Laboratory Design Guide)

2 laboratory module :

6 m x 6 m = 36 m2

Personil :

4 org x 1 m2 = 4 m2

Sirkulasi 30 % = 12 m2

6 Penyidikan (6 Unit)

Luas = 58.14 m

2

Modul 1 m2/org (Neufert Architect Data)

Office Desk :

0.6 x 0.8 m = 0.48 m2 0.5 x 0.5 m = 0.25 m2 Standard cabinet : 0.5 x 2 m = 1 m2 (Neufert Architect Data)

Kapasitas 4 org : 1 m2 x 4 org = 4 m2

Furniture 2 unit : 2 x 1.73 m2 = 3.46 m2

Sirkulasi 30 % = 2.23 m2

7 Gudang Barang Bukti (6 Unit)

Luas = 90 m2

15 m2/Org

(Studi Ruang) 1 x 15 m 2

8 Lab. Biologi Umum

Luas = 52 m2

Laboratory Equipment :

a. Workbench b. Demons Table c. Fume Cupboards d. Instrument

(Laboratory Design Guide)

2 Laboratory Module

6 m x 6 m = 36 m2

Personil :

4 org x 1 m2 = 4 m2

(13)

No

. Ruang

Pendekatan &

Keterangan Perhitungan

12 m2 9 Instrumen

Biologi & Toksologi Luas = 52 m2

Laboratory Equipment :

e. Workbench f. Demons Table g. Fume Cupboards h. Instrument

(Laboratory Design Guide)

2 laboratory module :

6 m x 6 m = 36 m2

Personil :

4 org x 1 m2 = 4 m2

Sirkulasi 30 % = 12 m2

10 Lab. Fisika Umum

Luas = 48.6 m

2

Laboratory Equipment :

a. Desktop Computer b. Work Table

Space Needed : 1 m x 2 m = 2 m2 (Laboratory Design Guide)

Presentation Stage : a.Screen Display b.Work Table

0.6 m x 0.8 m = 0.48 m2

(Neufert Architect Data)

Kapasitas 10 Unit Komputer :

10 x 2 m2 = 20 m2 Personil :

13 Org x 1 m2 = 13 m2

Space Between Presentation stage and screen :

1 m x 4 m = 4 m2 Sirkulasi

30%=11.1 m2

11 Instrumen Fisika

Luas = 52 m2

Laboratory Equipment :

a. Workbench b. Demons Table c. Fume Cupboards d. Instrument

(Laboratory Design Guide)

2 laboratory module :

6 m x 6 m = 36 m2

Personil :

4 org x 1 m2 = 4 m2

(14)

No

. Ruang

Pendekatan &

Keterangan Perhitungan

12 m2 12 Shooting Box

Luas = 25 m2 25 m

2/ruang

(Studi Ruang) 1 x 25 m 2

Sumber : Analisis Penulis, 2015

4.3.5.2Ruang Administratif

Tabel IV-3. Pendekatan Besaran Ruang Administratif No

. Ruang

Pendekatan &

Keterangan Perhitungan

1 Admin. Staff Office

Luas = 65,4 m

2

Office Employee : 4,50 m2

Secretary : 6,70 m2 Depart. Manager : 9,3 m2

Director : 13.40 m2 (Neufert Architect Data)

Office Employee : 8 Org

8 x 4.50 = 36 m2

2 Laboratory Staff office Luas = 98,8 m

2

Design Teach. Planing :

16.00 m2/Org

(Neufert Architect Data)

Kapasitas 6 Org : 6 x 16,00 m2 = 96 m2

3 Rapat

Luas = 46,45 m

2

Standar Ruang Rapat Kapasitas 15 Orang 500 sq. ft = 46,45 m2 (Time-Saver

Standards)

1 x 46,45 = 46,45 m2

4 Ka. Satuan

Luas = 13,5 Office Employee : 4,50m2 (Neufert Architect Data)

Office Employee : 3 Org

(15)

No

. Ruang

Pendekatan &

Keterangan Perhitungan

5 Ka. Unit

Luas = 13,5 Office Employee : 4,50m2 (Neufert Architect Data)

Office Employee : 3 Org

3 x 4.50 = 13,5 m2

6 Penerimaan BB.

Luas = 18 m2

Office Employee : 4,50 m2

(Neufert Architect Data)

Office Employee : 4 Org

4 x 4.50 = 18 m2

7 Toilet (8 Unit) Luas =

107.36 m2

Toilet room (Closet + Space)

1.2 m x 0.9 m = 1.08 m2

1 Urinal/2 Org

0.6 m x 0.6 m = 0.36 m2

1 Wastafel = 1 WC 0.6 m x 0.6 m = 0.36 m2

(Time-Saver Standards)

Kapasitas 3 Org 3 x 1 m2 = 3 m2 Sirkulasi 30 % = 1.58 m2

Jumlah Toilet = 2 Unit

Pria & Wanita

Sumber : Analisis Penulis, 2015

4.3.5.3Ruang Penunjang

Tabel IV-4. Pendekatan Besaran Ruang Penunjang No

. Ruang

Pendekatan &

Keterangan Perhitungan

1 Cafe

Luas = 44.9 m

2

Dining Table Set : a. Dining table b. 4 seat

Space requirments : 2.125 m2

Standard Pantry : 0.60 x 50 org/hr = 30

Kapasitas 50 org/hr :

50 : 4 seat = 12.5 = 13 dining table 13x2.125 m2= 27.6 m2

(16)

No . Ruang Pendekatan & Keterangan Perhitungan m2 (Neufert Architect Data)

2 Mekanikal & Elektrikal Luas = 120 m

2

Ruang mekanikal & Elektrikal

(Studi Ruang)

1 x 120 m2

3 Perparkiran Luas = 287 m

2

Vehicle volume predict. :

100 Unit / hari Ukuran 1 Mobil :

4.70 x 1.75 = 8.22 m2 Ukuran 1 Motor : 2.20 x 0.70 = 1.54 m2 (Neufert Architect Data)

Perbandingan : 80 % Motor – 20 % Mobil

Motor :

80 x 1.54 m2 Mobil :

20 x 8.22 m2

4 Musollah Luas = 54,6 m

2

1 orang :

0.8 m x 1.5 m = 1.2 m2

Kapasitas 35 org 35 x 1.2 m2 = 42 m2

Sirkulasi 30%=12.6 m2 Sumber : Analisis Penulis, 2015

4.3.5.4Rekapitulasi Luas Bangunan Laboratorium

Tabel IV-5. Rekapitulasi Luas Bangunan Laboratorium Forensik No

. Ruang Luas

1 Unit Pelayanan Laboratorium 688 m2

2 Ruang Administratif 369 m2

3 Ruang Penunjang 452 m2

Total 1509 m2

Sumber : Analisis Penulis, 2015

(17)

Neo-Vernacular adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik (konsep, filosopi, tata ruang) dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya mangalami pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat. (Yulianto Sumalyo dalam Josep Rengkung, 2011 : 62).

4.4.1 Tapak

4.4.1.1 Analisis Tapak Laboratorium Forensik

Menurut Snyder dan Catanese (1975), analisis tapak berisikan pertimbangan sistematis dari tiga faktor utama, yaitu :

a. Konteks Spasial (Spatial Context)

Mempertimbangkan keadaan tapak yang bersifat natural (iklim, topografi, vegetasi) dan buatan (bangunan yang berada pada site)

b. Konteks Perilaku (Behavior Context)

(18)

dengan peraturan publik yang mempengaruhi perencanaan.

c. Konteks Persepsi (Perceptual Context)

Mempertimbangkan keadaan visual yang mempengaruhi kegunaan ruang dan persepsi terhadap tapak.

Ketiga konteks tersebut akan menjadi acuan untuk menganalisis tapak bangunan Laboratorium Forensik.

4.4.1.2 Kondisi Tapak Laboratorium Forensik a. Konteks Spasial (Spatial Context)

1) Iklim Mikro

Berdasarkan data dari situs resmi BMKG dan BPBD Kota Palu, Kondisi iklim regional kota Palu dapat dijabarkan sebagai berikut :

a) Kota Palu memiliki dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan. Musim panas terjadi antara bulan April – September, sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Oktober – Maret;

b) Suhu udara berkisar antara 24°C – 34°C;

(19)

d) Kecepatan angin rata-rata pada tapak berkisar 20 Km/jam;

e) Curah hujan Kota Palu berdasarkan Keppres no. 32 /1990 termasuk dalam klasifikasi sedang, yaitu antara 21-50 mm/hari.

Tabel 4.4 Kriteria Tingkat Kesesuaian Tapak Menurut Curah Hujan

CURAH HUJAN

(mm/hari) KLASIFIKASI DAYA DUKUNG

< 13,6 Sangat rendah Sangat baik

13,6 – 20,7 Rendah Baik

20,7 – 27,7 Sedang Kurang baik

27,7 – 34,8 Tinggi Tidak baik

> 34,8 Sangat tinggi Sangat tidak baik Sumber : Kriteria Keppres. No. 32/ 1990

Berdasarkan hasil identifikasi data iklim mikro pada tapak, yang perlu mendapat perhatian khusus yaitu intensitas suhu yang cukup tinggi dan kecepatan angin. Hal ini dapat diantisipasi dengan beberapa alternatif seperti mengatur orientasi bangunan dan menata perletakan bukaan ventilasi.

2) Vegetasi

(20)

a) Peneduh

Pohon dengan karakter peneduh seperti pohon trambesi diletakkan pada area seperti parkiran dan ruang tunggu eksterior.

b) Estetika

Vegetasi yang bersifat estetik berfungsi mendukung keindahan bangunan dengan mengatur tata letaknya, seperti : Pohon Palem Sadeng (Livistonia Rotundifolia) diletakkan di pinggir entrance, Bunga Cendrawasih (phyllanthus myrtifolius) diletakkan pada pot memanjang sebagai penekanan batas antar ruang luar bangunan, serta perpaduan antara bunga pucuk merah, nanas merah, dan lili paris umbi untuk menciptakan irama pada ruang luar bangunan Laboratorium Forensik.

3) Topografi

(21)

Gambar. Peta Kondisi Topografi Tapak (Sumber : Olahan data dari Google Earth & CAD

oleh Penulis, 2015)

b. Konteks Perilaku

1) Akses Menuju Tapak

(22)

Gambar. Kondisi arah Jalur Jalan disekitar Tapak (Sumber : Olahan data dari Google Earth & CAD

oleh Penulis, 2015)

2) Lalu Lintas Pada Kawasan

(23)

terpantau padat pada jam-jam tertentu yaitu pada waktu pagi hari pada pukul 08.00-10.00 dan sore hari pada pukul 15.00-17.00. Hal ini dapat diatasi agar pengguna dan pengunjung Laboratorium Forensik tetap nyaman pada jam padat dengan menggunakan tanda rambu lalu lintas seperti lampu satu warna untuk memberikan peringatan kepada pengguna jalan agar menurunkan kecepatan.

c. Konteks Persepsi (Perceptual Context)

1) View dari Tapak

Mengarah ke barat, view langsung menuju teluk Palu, dan perbukitan di sebelah timur tapak. Kedua view tersebut dapat dimanfaatkan potensinya sehingga menjadi satu kesatuan (Unity) tapak dan bangunan laboratorium.

2) Sequence Image

a) Arah Utara ke Selatan

Rangkaian menuju lokasi dari arah utara menuju tapak

b) Arah Selatan ke Utara

(24)

4.4.1.3 Konsep Tapak

Laboratorium merupakan fasilitas semi publik sehingga perlu beberapa pertimbangan yaitu :

a. Mudah dalam pencapaian ke lokasi;

b. Harus dapa memberikan identitas tersendiri terhadap kawasan ataupun bangunan yang ada disekitarnya;

c. Kategori level A untuk tingkat kebakaran, letak tapak diberi jarak ± 100 m dari jalan utama;

(25)

Gambar. Perletakan Laboratorium Forensik (Sumber : Olahan data dari Google Earth & CAD

oleh Penulis, 2015)

Gambar

Gambar 6. Peta Administrasi Kota Palu
Gambar 7. Peta Topografi Kota Palu
Gambar 7. Peta Administrasi Kota Palu dan Lokasi Studi
Tabel IV-1. Pelaku Aktifitas dan Kebutuhan Ruang
+7

Referensi

Dokumen terkait

menjelaskan anatomi histologi gigi geligi, morfologi gigi sulung dan permanen, anomali gigi, menjelaskan radiografi dasar serta menjelaskan material wax kedokteran gigi

Skripsi ini menganalisa sebuah novel karya Jane Austen yang berjudul Pride and Prejudice. Novel ini bercerita tentang Elizabeth Bennet. Novel ini menarik untuk dianalisa

Pengujian kinerja traktor tangan Huanghai DF-12L dengan berbagai campuran bahan bakar dalam mengolah tanah pada penelitian ini dilakukan di lahan kering (lahan

Kepolisian.. Keberadaan pelatihan di lingkungan kepolisian merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Pelatihan dalam pembahasan ini adalah pelatihan dalam penggunaan kekuatan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa intensifikasi produksi anak domba dengan aplikasi metode beranak dua kali setahun dipengaruhi oleh beberapa faktor, di

Metode penelitian yang digunakan adalah socio-legal yang melakukan studi tekstual dan menganalisis secara kritikal kebijakan lokalisasi data dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82

Pantai yang terdapat di dalam pulau- pulau kawasan TWP Pulau Pieh memiliki potensi sebagai tempat pendaratan dan bertelurnya penyu, karena memiliki karakteristik

Pengelompokkan dari hasil metode Minimum Spanning Tree dilakukan dengan menghitung jarak minimum antara dua data untuk membentuk satu cluster kemudian data cluster