• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jelaskan hubungan antara MPR dan DPR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jelaskan hubungan antara MPR dan DPR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1. Jelaskan hubungan antara MPR dan DPR!

Berbicara mengenai hubungan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tentu tak terlepas dari pembicaraan mengenai konsepsi dari lembaga negara. Baik DPR maupun MPR merupakan salah satu lembaga negara yang berbentuk legislatif serta diatur dalam konstitusi Republik Indonesia. lembaga negara memiliki perbedeaan penyebutan dengan organ atau lembaga swasta, lembaga masyarakat, atau yang biasa sebut Ornop atau organisasi non pemerintahan yang dalam bahasa inggris disebut Non-Government Organization atau Non-Governmental Organization (NGO’s).

Lebih dalam serta luas lagi, Hans Kelsen berpendapat bahwa “Whoever fulfills a function determined by the legal order is an organ”. Siapa saja yang menjalankan suatu fungsi yang ditentukan oleh suatu tata hukum adalah suatu organ. 1

Lembaga Negara itu dapat berada dalam ranah legislatif, eksekutif, yudikatif, ataupun yang bersifat campuran.2 Perbincangan makin menarik manakala Undang-Undang Dasar 1945

mengalami 4 (empat) kali amandemen, yakni terjadi pada tahun 1999, tahun 2000 lalu setahun kemudian tahun 2001 dan terakhir pada tahun 2002. Amandemen ini sedikit banyak merubah tatanan lembaga negara yang ada di Indonesia baik dari segi hierarkis maupun dengan wewenang yang dibawanya. Perubahan ini nampak pada tiap lini pelaksanaan kekuasaan baik di eksekutif, yudikatif maupun legislatif. Istilah check and balances serta distribution of power juga semakin membuka ruang bagi tiap lembaga negara untuk saling mengoreksi serta saling berhubungan yang bermuara pada kuatnya sistem demokrasi dan penghormatan nilai-nilai hak asasi manusia yang dianut.3 Sejatinya, amandemen ini merupakan suatu itikad baik bagi para tokoh bangsa

untuk mereformasi sistem pemerintahan yang sebelumnya dinilai telah menyengsarakan rakyat dan jauh dari tujuan utama yang tertuang dalam amanah pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) merupakan salah satu lembaga negara yang terkena imbas dari adanya amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Dalam hal keanggotaan, tiap anggota

1 Hans Kelsen, General Theory Of Law and State, Russell & Russell diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Cetakan I, (Bandung: Penerbit

Nusamedia dan Nuansa), 2006, hlm 276.

2 Asshiddiqie, Jimly. Perkembangan & Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Amandemen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 27.

(2)

DPR dipilih melalui sistem Pemilu yang dilaksanakan tiap lima tahun sekali dan tersebar melalui tiap-tiap konstituennya.4Pada dasarnya, DPR merupakan lembaga negara yang memiliki fungsi

aspirasi, legislasi, budgeting serta pengawasan. Fungsi aspirasi DPR seringkali dimaknai sebagai penyalur aspirasi yang dihendaki oleh rakyat untuk diwujudkan melalui suatu kebijakan untuk melindungi kepentingan rakyat. DPR juga memiliki fungsi dan wewenang legislasi, yakni membentuk Undang-Undang yang dibahas bersama Presiden untuk disetujui secara bersama. Kewenangan DPR juga ada dalam hal mengelola pos anggaran APBN serta alokasi penggunaan dananya untuk berbagai macam kepentingan. Terakhir, fungsi pengawasan yakni DPR menjalankan konsep check and balances dengan lembaga negara lainnya seperti Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung maupun Presiden dalam negara demokrasi ini. fungsi pengawasan nampaknya menjadi hal yang krusial manakala DPR memiliki hak tambahan berupa hak interpelasi, hak angket dan hak menyatakan pendapatnya. Dengan demikian, nampak jelas bahwasannya amandemen UUD 1945 berdampak pada posisi tawar DPR sebagai lembaga negara yang memiliki beberapa kewenangan yang lebih spesifik dan kekuasaan yang kuat untuk memaksimalkan kerjanya.

Selanjutnya, konstitusi juga mengamanatkan lembaga negara bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk menjalankan fungsi dan wewenangnya. Setelah empat kali mengalami amandemen, MPR menjadi lembaga negara yang mengalami perubahan paling signifikan dibandingkan lembaga negara lainnya. Implikasi dari perubahan Undang-Undang Dasar 1945 ini adalah adanya perubahan dalam tata kelola hubungan MPR dengan lembaga-lembaga negara yang lainnya.5 Jika keanggotaan DPR merupakan representasi dari partai politik

yang mewakili beberapa konstituennya, maka MPR merupakan gabungan dari DPR, DPD (Dewan Perwakilan Daerah) serta beberapa utusan golongan. Secara umum, MPR merupakan lembaga negara yang bertugas untuk mengubah dan menetapkan UUD 1945, melantik ataupun memberhentikan Presiden dan wakil Presiden serta berwenang memilih wakil Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya.6 Hal yang paling fundamental

dalam amandemen UUD 1945 ini ialah penataan ulang sistem ketatanegaraan. MPR tidak lagi menetapkan garis-garis besar haluan negara (GBHN) serta tidak berada di hirarki paling atas dari

4 Arifin, Firmansyah dkk, Lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan Antarlembaga Negara, cet. 1, (Jakarta: Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN), 2005), hlm 74. 5 Ibid, hlm 72

(3)

lembaga negara, melainkan kedudukannya menjadi sejajar diantara lembaga negara lainnya dibawah kekuasaan Undang-Undang Dasar 1945. Ketika kedudukan ini menjadi sejajar, maka lembaga negara lainnya berhak untuk mengawasi MPR dan saling membagi kekuasaan antar lembaga negara lainnya sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Singkatnya, secara filosofis kewenangan MPR telah diturunkan pasca amandemen UUD 1945 ini. MPR tidak lagi menjadi pelaksana kepentingan rakyat, karena kini kedaulatan rakyat dilaksanakan menurut UUD 1945 melalui berbagai lembaga negara yang diatur dalam UUD 1945.

Hubungan antara kedua lembaga negara ini tertuang dalam UUD 1945 pasal 2 ayat 1, pasal 7B ayat 1 serta pasal 7B ayat 6. Secara singkat, keseluruhan pasal tersebut membahas mengenai keanggotaan MPR yang juga terdiri dari lembaga negara DPR dan DPD, pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden, serta mekanisme penggantian Presiden dan/atau Wakil Presiden yang telah diberhentikan. Sebelum amandemen UUD 1945 dilakukan, telah diketahui bahwasannya MPR merupakan lembaga tinggi negara yang memiliki Garis Besar Haluan Negara serta memiliki kedudukan paling tinggi diantara lembaga negara lainnya. Namun perlahan, kekuasaan MPR didistribusikan kepada lembaga negara lainnya; termasuk DPR. Hak untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden harus dilakukan melalui usul DPR terlebih dahulu. Artinya, MPR tidak dapat serta merta melakukan keputusan pemberhentian sebelum adanya usulan yang datang dari DPR. Ketika usulan tersebut diterima, barulah MPR yang keanggotaannya terdiri dari DPR, DPD serta beberapa utusan golongan melakukan sidang untuk membuktikan apakah Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.

2. Jelaskan hubungan antara DPR dan DPD dibidang pembentukan UU!

(4)

utusan daerah yang berjumlah empat putra-putri terbaik daerah dari tiap provinsi di Indonesia. keanggotaan DPD berbeda dengan DPR yang keanggotaannya merupakan representasi dari partai politik yang dipilih dari berbagai wilayah konstituennya. Ketika di parlemen, anggota DPR selain menyuarakan suara rakyat, juga menjalankan fungsi sebagai tugas partai. Hal ini sangat kontras dengan anggota DPD yang dituntut untuk selalu memperjuangkan kepentingan daerahnya tanpa terikat keputusan partai politik. Dalam sejarahnya, pembentukan DPD dilatarbelakangi akibat pembangunan ekonomi Indonesia yang kurang merata dan cenderung jawa-sentris. Maka dari itu, semangat pembentukan DPD merupakan nafas baru bagi perwujudan kesejahteraan bagi daerah-daerah yang selama ini tidak tergapai oleh pusat untuk mendapatkan kesejahteraan. Sejatinya DPD lahir sebagai sarana memperjuangkan aspirasi masyarakat di daerah dalam rangka penentuan kebijakan nasional yang dilakukan oleh pusat.

Ide untuk melahirkan lembaga negara yang memiliki wewenang legislatif sesungguhnya merupakan perwujudan dari ide kamar kedua (bikameral) yang dianut oleh parlemen Amerika dengan House of Representative nya. Kamar kedua ini sangat membuka lebar-lebar peran legislatif untuk melakukan check and balances antar lembaga negara lainnya.7 sistem bikameral

dalam sistem perwakilan di berbagai negara pada umumnya didasarkan pada dua bagian, yakni8:

a. Representatives

Merupakan duta/delegasi yang mewakili wilayah konstituennya berdasarkan jumlah penduduk yang sebanding dengan luas wilayahnya.

b. Redunancy

Merupakan sistem yang menjamin bahwasannya setiap kebijakan-kebijakan yang lahir harus dibahas secaar sistematis guna dijadikan pertimbangan yang matang dan mendalam.

Kehadiran DPD harusnya membawa dampak positif untuk menambal kinerja DPR yang selama ini minim prestasi. Baik DPR maupun DPD seharusnya memiliki kewenangan, fungsi dan hak yang setara agar berbagai kekurangan yang berdampak langsung terhadap rakyat dapat

7 Loulembah, M. Ichsan. Bikameral BUkan Federal, artikel DPD dan Perwakilan Politik Daerah Kelompok DPD di MPR RI, 2006, Hlm. 139.

(5)

segera teratasi. Selayaknya sistem yang sudah mapan seperti di Amerika, perwujudan DPD sebagai salah satu kamar dari sistem parlemen Bikameral seharusnya dapat terjadi di Indonesia. Tetapi, kenyataan yang terjadi di lapangan ialah bahwa DPD tidak mempunyai kekuasaan yang memadai untuk mewujudkan itu semua. Kewenangan DPD hanya terbatas pada kekuasaan-kekuasaan yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya lainnya, serta masalah perimbangan keuangan pusat dan Daerah.9 Diluar dari yang disebutkan itu semua, semua sepakat

bahwasannya kekuasaan DPD hanya sebatas memberi usulan kepada DPR untuk selanjutnya dirumuskan oleh DPR sebagai kebijakan dalam bentuk UU. Maka pantaslah jika saat ini keberadaan DPD menjadi tidak ada tajinya dan cenderung diantara pilihan hidup atau mati. Dengan kata lain bahwa DPD hanya dapat memberikan masukan dan usulan, sedangkan pada akhirnya yang memutuskan adalah DPR,sehingga DPD lebih tepat disebut sebagai dewan pertimbangan DPD, karena kedudukannya hanya memberikan pertimbangan bagi DPR.10

Dalam bidang pembentukan Undang-Undang, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwasannya amanah UUD 1945 pasal 22D ayat (1) telah menyebutkan bahwasannya DPD dapat mengajukan kepada pemerintah pusat dalam hal ini adalah DPR yang berkaitan dengan otonomi daerah sampai perimbangan keuangan pusat. Sifat pembentukan yang dimiliki DPD hanya sebatas mengajukan usulan rancangan Undang-Undang keapda DPR, untuk pengesahan UU nya akan dilanjutkan oleh DPR. Sehingga dapat disimpulkan bahwasannya DPD tidak mempunyai hak untuk membuat Undang-Undang secara mandiri. Hal ini juga menyangkut pada sistem bikameral yang dianut oleh Indonesia. Kehadiran DPD dan DPR dalam pembagian kamar ini seharusnya dapat mendorong wewenang legislatif menjadi lebih baik dalam hal pembentukan UU, tetapi pada kenyataan dilapangan tetap saja terjadi kerancuan. Pasal 20 ayat (1) lantas membenarkan bahwasannya wewenang untuk membentuk UU jatuh kepada DPR, bukan kepada DPD. Dari hubungan yang terjalin antara DPD dengan DPR dalam hal pembentukan UU, maka secara teknis dapat didapati mekanisme sebagai berikut:

a. DPD mengajukan/mengusulkan rancangan UU kepada DPR;

b. Setelah DPR menerima berkas tersebut, DPR nantinya dapat menentukan apakah RUU tersebut dapat diterima atau tidak dapat diterima atau diterima dengan perubahan;

9 Pasal 22 Undang-Undang Dasar 1945

(6)

c. Selanjutnya, DPR akan membahas RUU tersebut dengan Presiden tanpa mengikutsertakan DPD dalam pembahasan tersebut.

3. Jelaskan hubungan antara DPR dan DPD dibidang

pengawasan!

Salah satu fungsi legislatif yang memainkan peranan penting dalam mendukung check and balances di lingkungan lembaga negara adalah fungsi pengawasan. Melalui pengawasan, monitoring dan evaluasi bagi tiap lembaga negara dalam menjalankan fungsinya dapat terlihat dan berjalan sesuai yang diamanatkan dalam cita-cita negara Republik Indonesia. Selain kekuasaan untuk membentuk UU, kedua lembaga legislatif ini juga berperan dalam bidang pengawasan terhadap lembaga negara lainnya. Sistem bikameral yang menganut dua kamar ini sesungguhnya memiliki beberapa kelebihan dibandingkan sistem unikameral, yakni diantaranya adalah:

a. Sistem keterwakilan yang sangat beragam;

b. Melakukan musyawarah untuk mufakat terhadap setiap perumusan perundang-undangan; c. Menghindarkan diri dari tersahkannya suatu Undang-Undang yang tidak sempurna; d. Melakukan sistem pengawasan serta pengendalian yang lebih baik terhadap lembaga

eksekutif;11

Sistem parlemen dengan dua kamar memiliki kelebihan dibandingkan dengan sistem parlemen satu kamar, Yakni : (1)Secara resmi mewakili beragam pemilih (misalnya negara bagian, wilayah, etnik, atau golongan); (2)Memfasilitasi pendekatan yang bersifat musyawarah terhadap penyusunan perundangundangan; (3)Mencegah disahkannya perundang-undangan yang cacat atau ceroboh; (4)Melakukan pengawasan atau pengendalian yang lebih baik atas lembaga eksekutif.26 kelebihan-kelebihan parlemen bikameral hanya bisa didapatkan jika parlemen di negara tersebut memang benar-benar memakai strong bicameral, bukan soft bicameral. Hal ini karena soft bikameral dalam penerapannya akan kehilangan fungsi saling kontrol diantara kedua kamarnya karena salah satu kamar dapat diabaikan begitu saja. Hingga tidak ada ubahnya dengan sistem parlemen

(7)

dengan satu kamar (unikameral) dimana terjadi monopoli proses legislasi dalam satu kamar.

manademen Kedua UUD 1945 juga memunculkan ketentuan baru yang semakin memperkokoh posisi DPR. Ketentuan itu dirumuskan dalam Pasal 20A UUD 1945, yaitu (1) DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan; (2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain UUD ini, DPR mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat; (3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain UUD ini, setiap anggota DPR mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta hak imunitas; dan (4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak DPR dan hak anggota DPR diatur dalam undang-undang.

Tidak hanya dalam proses legislasi, hasil amandemen menempatkan DPR sebagai  lembaga penentu kata­putus dalam bentuk memberi “persetujuan” terhadap beberapa  agenda kenegaraan yang meliputi: (1) menyatakan perang, membuat perdamaian,  perjanjian dengan negara lain; (2) membuat perjanjian internasional lainnya yang  menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait  dengan beban keuangan negara; (3) menetapkan peraturan pemerintah pengganti  undang­undang menjadi undang­undang; (4) pengangkatan Hakim Agung; (5) 

pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Yudisial. Di samping itu, beberapa  agenda kenegaraan juga “pertimbangan” DPR, seperti: (1) pengangkatan Duta; (2)  menerima penempatan duta negara lain; dan (3) pemberian amnesti dan abolisi.  Kekuasaan DPR bertambah komplit dengan adanya kewenangan untuk mengisi  beberapa jabatan strategis kenegaraan, seperti (1) memilih anggota Badan Pemeriksa  Keuangan, menentukan tiga dari sembilan orang hakim Mahkamah Konstitusi, dan (3)  menjadi institusi yang paling menentukan dalam proses pengisian lembaga non­ state lainnya (auxiliary bodies) seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi  Pemilihan Umum. Catatan ini akan bertambah dengan adanya keharusan untuk 

Referensi

Dokumen terkait

Transformator Distribusi adalah merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam penyaluran tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen.. Kerusakan pada Trafo

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA INKUIRI TERBIMBING KONTEKS SEL SURYA TERSENSITASI ZAT WARNA (DYE SENSITIZED SOLAR CELL, DSSC) UNTUK MEMBANGUN LITERASI KIMIA SISWA SMA..

Sistem pakar ini dapat digunakan dan membantu ahli pertanian, petani maupun orang awam untuk proses diagnosa hama dan penyakit pada tanaman padi dengan cara

Teknik pengumpulan data pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang berjudul “Penerapan Pendekatan Gestalt dengan Teknik Empty Chair untuk Membantu Anak Membangun

[r]

Yayuk Kalbariyanto pada ibu hamil usia kehamilan 27 – 40 minggu pada tanggal 15 Desember 2013 untuk melakukan pengambilan data TFU di buku pemeriksaan pasien

Lokasi strategis minimarket adalah lokasi dimana minimarket yang akan berada pada lokasi tersebut membuat preferensi masyarakat di sekitar lokasi tersebut memilih

Berbagi link melalui note dapat dilakukan oleh guru Anda, kawan-kawan Anda, maupun Anda sendiri. Apabila Anda ingin berdiskusi atau menanyakan sesuatu melalui