• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Bank Syariah di Indonesia (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan Bank Syariah di Indonesia (3)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

System lembaga keuangan, atau yang lebih khusus lagi disebut sebagai aturan yang menyangkut aspek keuangan dalam sistem mekanisme keuangan suatu Negara, telah menjadi instrument penting dalam memperlancar jalannya pembangunan suatu bangsa. Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam tentu saja menuntut adanya system baku yang mengatur dalam kegiatan kehidupannya. Termasuk diantaranya kegiatan keuangan yang dijalankan oleh setiap umat.

Khusus dibidang perbankan, sejarah telah mencatat, sejak berdirinya The Javache Bank

pada tahun 1872, telah menanamkan nilai-nilai system perbankan yang sampai sekarang telah mentradisi dan bahkan sudah mendarah daging dikalangan masyarakat Indonesia, tanpa kecuali umat Islam.

Rintisan praktik perbankan islam di Indonesia dimulai dengan adanya pendapat dari K.H. Mas Mansur, ketua Pengurus Besar Muhammadiyah periiode 1937-1944 yang menyebutkan bahwa alasan penggunaan jasa bank Konvensional adalah suatu hal yang terpaksa, karena pada waktu itu umat Islam belum mempunyai Bank sendiri yang bebas riba1.

Keberadaan perbankan Islam ditanah air telah mendapatkan pijakan kokoh setelah lahirnya Undang-undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 yang direvisi melalui UU No. 10 Tahun 1998, yang dengan tegas mengakui keberadaan dan berfungsinya Bang Bagi Hasil atau Bank syariah2.

Fakta menunjukkan bahwa kekacauan pada periode ekonomi, BankIslam menampilkan lebih baik dari Bank Konvensional. Oleh karena itu, system perbankan Islam diharapkan untuk memainkan peran yang lebih didalam proses pemulihan ekonomi Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Bank Syariah?

2. Apa yang melatarbelakangi berdirinya bank syariah? 3. Bagaimana Perkembangan Bank Syariah di Indonesia? 4. Bagaimana Peranan Bank Syariah?

5. Apa Kendala dalam Pengembangan Perbankan Syariah?

6. Bagaimana Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah Kedepannya?

1 Veithzal Rivai, Islamic Banking (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) 155

(2)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syariah

Bank syariah atau selanjutnya disebut Bank Syariah adalah lembaga keuangan/ perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalulintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasionalnya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam3.

Selanjutnya dalam pasal 1 ayat (1) UU No. 21 tentang Bank Syariah, dinyatakan bahwa: “ Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah,mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”.4

Bank syariah merupakan salah satu bentuk dari perbankan nasional yang berdasarkan operasinalnya berdasarkan pada syariat Islam. Menurut Schaick(2001), bank Islam adalah sebuah bentuk dari bank modern yang didasarkan pada hukum Islam yang sah, dikembangkan pada abad pertama Islam, menggunakan konsep berbagi risiko sebagaimetode utamanya, dan meniadakan keuangan berdasarkan kepastian serta keuntungan yang ditentuan sebelumnya. Sedangkan menurut Sudarsono (2004), bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pkoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariat.5

B. Alasan Adanya Bank Syariah

Secara filosofis bank syariah adalah bank yang aktifitasnya meninggalkan masalah riba. Dengan demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang dihadapi dunia Islam dewasa ini. Suatu hal yang sangan menggembirakan bahwa belakangan ini para ekonomi muslim telah mencurahkan perhatian besar, guna menemukan cara untuk menggantikan system bunga dalam transaksi perbankan dan keuangan yang lebih sesuai dengan etika Islam. Upaya ini dilakukan dalam upaya untuk membangun model teori ekonomi yang bebas bunga dan pengujiannya terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi dan distribusi pendapatan.

Oleh karena itulah, maka mekanisme perbankan bebas bunga (yang biasa disebut bank syariah) didirikan. Perbankan syariah didirikan didasarkan pada alasan filosofis maupun praktik. Secara filosofis, karena dilarangnya pengambilan riba dalam transaksi keuangan maupun non keuangan. Secara praktis, karena system perbankan berbasis bunga (konvensional) mengandung kelemahan sebagai berikut:

(1) Transaksi yang berbasis bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis. (2) Tidak fleksibelnya system transaksi berbasis bunga menyebabkan kebangkrutan. (3) Komitmen bank untuk menjaga keamanan uang deposan berikut bunganya membuat

bank cemas untuk mengembalikan pokok dan buanganya.

(4) System transaksi berbasis bunga menghalangi munculnya inovasi oleh usaha kecil. (5) Dalam system bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila

ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga mereka.

Dengan penjelasan sebagai berikut:

Transaksi berbasis bunga melanggar keadilan/ kewajaran bisnis.

3 Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011) 15 4 Veithzal Rivai, Islamic Banking (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) 32

(3)

Dalam bisnis, hasil yang diperoleh selau tidak pasti. Peminjam sudah berkewajiban untuk membayar tingkat bunga yang disetujui, walaupun bisnis yang ia jalankan rugi. Meskipun bisnisnya untung maka ia juga harus membayar bunga yang melebihi keuntungannya. Hal itu jelas sekali bertentang dengan norma keadilan dan kewajaran dalam Islam

Tidak fleksibelnya sistem transaksi berbasis bunga yang menyebabkan kebangkrutan.

Hal itu menyebabkan hilangnya potensi produktif masyarakat secara keseluruhan, selain dengan pengangguran sebgian besar orang. Lebih dari itu, beban utang semakin menyulitkan upaya pemulihan ekonomi dan memperparah penderitaan seluruh rakyat.

Komitmen bank untuk keamanan deposan berikut bunga membuat bank cemas untuk mengembalikan pokok dan bunganya.

Demi keamanan, bank hanya mau meminjamkan dana pada para bisnisman yang sudah benar-benar mapan/ pada orang yang sanggup menjamin keamanan pinjamannya. Sisa uangnya disimpan dalam bentuk surat berharga pemerintah. Jadi, semakin banyak pinjaman yang diberikan kepada pengusaha yang usahanya sudah mapan dan sukses, sementara orang yang punya potensi bertahan untuk memulai usahanya memiliki peluang kecil untuk menerima dana pinjaman. Ini menyebabkna tidak seimbangnya pendapatan kesejahteraan dan juga bertentangna dengan semngat Islam.

Sistem transaksi berbasis bunga menghalangi adanya inovasi dari pengusaha kecil.

Usaha besar dapat mengambil resiko untuk mencoba teknik dan produk baru karena mereka mempunyai cadangan dana sebagai sandaran bila ternyata ide barunya tidak berhasil. Sebaliknya, usaha kecil tidak dapat mencoba ide baru karena untuk itu mereka harus membutuhkan pinjaman dana berbunga dari bank. Bila gagal, tidak ada jalan lain bagi mereka kecuali harus membayar kembali pinjaman berikut beserta bunganya sehingga bisa saja mereka menjadi bangkrut.hal itu biasanya terjadi pada para petani. Jadi bunga merupakan rintangan bagi pertumbuhan dan juga memperburuk keseimbangan pendapatan.

Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertatik pada kemitraan kecuali bia ada jaminan kepastian pengembangan modal dan pendapatan bunga mereka. Setiap rencana bisnis yang diajukan kepada mereka selalu diukur denga kriteria ini. Jadi bank bekerja dengan sistem ini tidak mempunyai insentif un tuk membantu suatu usaha yang berguna bagi masyarakat dan para pekerja. Sistem ini menyebabkan misallocation sumberdaya pada masyarakat Islam6.

C. Peranan Bank Syariah

Di dunia modern, peranan Bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Hamper semua sector usaha yang meliputi sector industry, perdagangan, pertanian, perkebuanan, perumahan sangat membutuhkan Bank sebagai mitra dalam melakukan transaksi keuangan. Semua sector usaha maupun individu saat ini dan masa yang akan dating tidak akan terlepas dari sector perbankan bahkan menjadi kebutuhan dalam menjalankan aktivitas keuangan dalam mendukung kelancaran usaha. Peran bank bagi masyarakat individu maupun masyarakat bisnis sangan penting bahkan bagi suatu Negara, karena bank sebagai suatu lembaga yang sangat berperan dan berpengaruh dalam perekonomian suatu Negara.

(4)

fungsi tersebut, yaitu menghimpin dana dari masyarakt dan sekaligus menyalurkannya, sehingga bank merupakan lembaga perantara bagi masyarakat7.

Dalam perbankan konvensional, bank selain berperan sebagai jembatan antara pemilik dana dan dunia usaha, juga masih menjadi penyekat antara keduanya karena tidak adanya

tranferability risk and return. Itu tidak terjadi pada perbankan syariah, perbankan syariah mempumyai fungsi menurut pembukaan standart akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (

Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution):

a. manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah. Dan juga menjadi wakil atau pemegang amanat (custodian) dari pemilik dana atas investasi di sektor rill. b. Investor, bank syariah menginvestasikana dana yang dimilikinya maupun dana nasabah

yang dipercayakan kepadanya.

c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.

d. Pelaksana kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank syariah juga memiliki keajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, dan mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.8

Dengan demikian seluruh keberhasilan dan risiko dunia usaha atau pertumbuhan ekonomi secara langsung didistribusikan kepada pemilik dana sehingga menciptakan suasana harmoni. Aktiifitas perbankan berkaitan dengan sektor rill dan sektor moneter. Sektor rill dapat dilakukan dengan aktifitas pendanaan yang berbasis bagi hasil maupun dengan margin keuntungan untuk jual beli, sedangkan untuk sektor moneter, bank syariah melakukan aktifitas tabungan / deposito dengan mekanisme bagi hasil.

Beberapa kegiatan investasi yang dapat dikembangkan dari perbankan syariah adalah menumbuhkan kegiatan produksi massal berskala kecil dan menengah, khususnya di sektor agro industri melalui skema pembiayaan lunak seperti kemitraan (mudharabah dan musyaraka).

Dalam kegiatan komersial, perbankan syariah dapat mengambil posisi dalam kegiatan seperti :

a. Mendukung perdagangan antar daerah.

b. Mendukung pengadaan faktor-faktor produksi.

c. Mendukung penjualan hasil-hasil produk kepada masyarakat.9

Adanya bank syariah diharapkan dapat :

a. Mendukung strategi pengembangan ekonomi regional.

b. Memfasilitasi segmen pasar yang belum terjangkau atau tidak berminat dengan bank konvensional.

c. Mendukung penjualan hasil-hasil produk masyarakat.

d. Memfasilitasi distribusi utilitas barang-barang modal untuk kegiatan produksi melaului skema sewa menyewa (ijarah). .

Dengan pesatnya perkembangan perbankan Syariah, kiprah perbankan syariah dalam berperan sebagai bank di dunia modern ini tak kalah dengan perbankan konvensional. Skema produk perbankan syariah secara alamiah merujuk pada dua kategori kegiatan ekonomi yakni produksi dan distribusi. Kategori pertama difasilitasi melalui skema profit sharing (mudharabah) dan partnership (musyarakah), sedangkan kegiatan distribusi manfaat hasil-hasil produk dilakukan melalui skema jual-beli (murabahah) dan sewa menyewa (ijarah). Berdasarkan sifat tersebut, kegiatan keuangan syariah dapat dikategorikan sebagai investment

7 Ismail, Manajemen Perbankan (Jakarta: KENCANA, 2011) 2-3

8 Haeri Sudarsono, Bank Lembaga Keuangan Syariah- Deskripsi dan Ilustrasi ( Yogyakarta: Ekonisia, 2004) hlm. 39-40

(5)

banking dan merchant/ commercial banking10. Artinya bank syariah dapat aktifitas ekonomi yang berkaitan dengan aktifitas investasi (sector riil) maupun di sector moneter. Sector riil dapat dilakukan dengan aktivitas pendanaan bernasis bagihasil maupun dengan margin keuantungan untuk produk jual-beli, sedangkan untuk sector moneter bank syariah melakukan aktivitas tabungan atau deposito dengan mekanisme bagi hasil11.

Diantara peranan Bank Syariah:

1. Memurnikan operasional perbankan syariah sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat.

2. Meningkatkan kesadaran syariah umat Islam sehingga dapat memperluas segmen dan pangsa pasar perbankan syariah.

3. Menjalin kerja sama dengan para ulama, karena bagaimanapun peran ulama, khususnya di Indonesia sangat dominan bagi kehidupan umat Islam.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga keuangan Bank maupun non-Bank yang bersifat formal dan beroperasi di pedesaan, umumnya tidak dapat menjangkau lapisan masyarakat dari golongan menengah ke bawah. Ketidakmampuan tersebut terutama dalam sisi penanggungan risiko dan biaya operasi, juga dalam identifikasi usaha dan pemantauan penggunaan kredit yang layak usaha. Akibatnya kekosongan ini diisi oleh lembaga keuangan non-formal,yang mana termasuk di dalamnya para rentenir dengan mengenakan bunga yang tinggi12.

Secara khusus peranan bank syariah secara nyata dapat terwujud dalam aspek-aspek berikut:

1. Menjadi perekat nasionalisme baru, artinya bank syariah dapat menjadi fasilitator aktif bagi terbentuknya jaringan usaha ekonomi kerakyatan.

2. Memberdayakan ekonomi umat dan beroperasi secara transparan. Artinya pengelolaan bank syariah harus didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan, dan upaya ini terwujud jika ada mekanisme operasi yang transparan.

3. Memberikan return yang lebih baik. Artinya investasi di bank syariah tidak memberikan janji yang pasti mengenai return (keuntungan) yang diberikan kepada investor. Oleh karena itu, bank syariah harus mampu memberikan return yang lebih baik dibandingkan dengan bank konvensional.

4. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan. Artinya bank syariah mendorong terjadinya transaksi produktif dari dana masyarakat, dengan demikian spekulasi bias ditekan.

5. Mendorong pemerataan pendapatan. Artinya, bank syariah bukan hanya mengumpulkan dana pihak ketiga, namun dapat mengumpulkan dana ZIS. Dana ZIS dapat disalurkan melalui pembiayaan Qardhul Hasan, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada akhirnya terjadi pemerataan ekonomi.

6. Peningkatan efisiensi mobilisasi dana. Artinya, adanya produk mudharabah al-muqayyadah, berarti terjadi kebebasan bank untuk melakukan investasi atas dana yang diserahkan oleh investor, maka bank syariah sebagai financial arranger, bank memperoleh komisi atau bagi hasil, bukan karena spread bunga.

10 Muhammad, Bank Syariah: Analisis Kekuatan , Kelemahan, Peluan dan Ancaman (Yogyakarta: Ekonisia, 2006) 73

11 Amir Machmud, Bank Syariah (Jakarta: Erlangga, 2010) 7

(6)

7. Uswah hasanah implementasi moral dalam penyelenggaraan usaha bank13.

Bank syariah karena sifatnya sebagai bank berdasarkan prinsip syariah wajib memposisikan diri sebagai uswatun hasanah dalam implementasi moral dan etika bisnis yang benar atau melaksanakan etika dan moral agama dalam aktifitas ekonomi.

Peranan bank syariah bagi masyarakat

1. Sebagai lemabag penyimpanan dana (tempat menabung)

Bank syariah menerapkan sistem bagi hasil yang artinya nasabah tidak akan bisa menghitung dengan pasti keuntungan yang akan di dapatkan setiap bulannya. Namun, nasabah dapat mengetahui porsi atau bagian yang menjadi haknya dan berapa porsi atau bagian yang menjadi hak milik bank syraiah.

Nilai bagi hasil yang diperoleh nasabah tidak akan sama setiap saat meskipun jumlah uang yang mereka miliki di bank tersebut sama. Mengapa? Karena bagi hasil tergantung pada berapa jumlah uang seluruh nasabah yang di tabung di bank tersebut dan berapa jumlah uang yang telah dikelola oleh bank untuk sektor-sektor usaha riil sehingga memberikan keuntungan bagi pihak bank. Keuntungan inilah yang kemudian dibagi kepada pihak bank sebagai pengelola uang (mudharib) dan nasabah sebagai pemilik uang (shahibul mal) berdasarkan porsi atau bagian yang telah disepakati bersama dimuka.

Banyak kemudahan yang diperoleh nasabah ketika nasabah menentukan pilihan menyimpankan uangnya di bank syariah. Salah satu kemudahan yang dapat diperoleh adalah dapat mengkses uang dengan mudah baik secara langsung melalui teller bank ataupun ATM. Pelayanan bank syariah kepada nasabahnya juga dapat diperoleh melalui sms, internet atau telepon dengan fasilitas internet banking, sms banking, & Mobile banking.

Pelayanan bank Islam terhadap nasabah dapat dilihat dengan nyata tidak hanya di bank tempat nasabah menabung, yang biasanya diberikan langsung oleh teller atau customer service. Pelayanan bank Islam kepada nasabanya juga dapat diperoleh melalui SMS, internet atau telepon langsung melalui nomor hot line tertentu yang dikenal dengan layanan phone banking.

Melalui sarana fasilitas yang dimiliki bank Islam ini, nasabah dapat dengan mudah memperoleh layanan informasi dan mutasi rekening, layanan transaksi baik transaksi antar bank yang sama ataupun transaksi antar bank yang berbeda, layanan pengaktifan atau perubahan PIN, layanan autodeber dan layanan bill payment tanpa harus pergi ke bank Islam tersebut. Selain itu, melalui sarana ini nasabah juga dapat mengetahui aktivitas dan berbagai perkembangan yang terjadi di bank Islam tempat mereka manabung.

Bentuk layanan lain yang dapat diperoleh nasabah bila menabung di bank Islam adalah nasabah akan mudah dalam menjalankan kewajibannya menunaikan zakat. Karena jika nasabah sepakat untuk memotong zakat dari rekening taungannya maka bank akan secara otomatis memotong rekening nasabah setiap bualnnya.

(7)

Dana-dana yang disimpan nasabah di bank Islam akan dijamin keamanannya oleh bank itu sendiri. Selain itu, semua bank Islam telah menjadi anggota dari lembaga penjamin simpanan (LPS). Dan demikian, otomatis dana-dana yang disimpan di bank Islam akan dijamin keamanannya oleh pemerintah melalui LPS. Sementara jaminan nilai kesesuaian dengan unsur Islam dari uang yang disimpan di bank Islam akan dijamin oleh sebuah dewan, yaitu Dewan Pengawas Syariah (DPS).

Hal utama dan mendasar tentu saja tercipta rasa nyaman dan aman karena terhindar dari praktik-praktik ribawi yang selama ini biasa diterapkan oleh bank konvensional melalui sistem bunganya. Selain itu, sudah banyak fasilitas dan pelayanan yang diberikan oleh bank Islam untuk mempermudah nasabahnya dalam hal mengakses uang yang disimpan di bank Islam, baik dalam hal penarikan tunai, penggunaan uang di outlet- outlet belanja, dan tentu saja nasabah juga akan merasa mudah bila akan melakukan transaksi di luar negeri.

Bentuk kemudahan lain yang akan diterima oleh nasabah bank syariah adalah ketika hendak membayar zakat. Karena jika nasabah sepakat untuk memotong zakat dari rekening tabungannya maka bank syariah akan secara langsung otomatis memotong rekening nasabah setia bulannya.

Menabung di bank syariah akan membangun secara perlahan-lahan perekonomian bagsa karena secara perlahan-lahan masyarakat akan mulai bersama-sama belajar bagaimana melakukan kegiatan bisnis dan ekonomi yang adil dan sama-sama saling menguntungkan dengan menggunakan sistem bagi hasil14.

2. Sebagai lembaga pembiayaan (investasi)

Bank syariah tidak hanya menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan penghimpun dana saja, namun sebagi lembaga tempat masyarakat dapat memperoleh pembiayaan untuk keperluan peningkatan usaha ataupun untuk pemenuhan kebutuhan yang sifatnya konsumtif serti rumah dan kendaraan bermotor. Bak syariah dalam hal ini,berperan sebagai lembaga pembiayaan atau investasi.

Mengapa harus memperoleh pembiayaan di bank syariah untuk keperluan peningkatan usahadan pemenuhan kebutuhan yang bersifat konsumtif? Karena dengan memperoleh pembiayaan di bank syariah, nasabah akan merasa aman tidak perlu khawatir dan merasa akan di cekik memikirkan jumlah uang beserta beban bunganya yang harus dikembalika. Nasabah akan merasa tentram dengan pembiayaan di bank syariah karena transaksi yang dilakukan jelas terhindar dari unsur riba.

Selain itu, penerapan prinsip keadilan dimana keududukan antara pihak bank sebagai pemilik modal dan penjual, dengan nasabah sebagai pengelola modal atau pembeli adalah sama-sama memiliki hak yang seimbang dalam menikmati keuntungan hasil usahanya. Sehingga akan memunculkan rasa aman dan terpenuhi ras keadilan bagi semua pihak.

Pada pembiayaan yang ditujukan untuk kepentingan peningkatan usaha, bank syariah tidak menuntut bunga sebagai imbal jasa kepada nasabahnya. Seperti halnya ketika melakukan

(8)

penyimpangan uang di bank syariah,pembiayaan di bank syariah juga menerapkan sistem bagi hasi. Sehingga ada kesepakatan di muka tentang porsi atau bagian yang menjadi hak nasabah dan porsi atau bagian yang menjadi hak bank syariah dari keuntungan yang akan diperoleh atas hasil usaha tersebut.

Pembiayaan untuk pemenuhan kebutuhan nasabah yang bersifat komsutif, bank Islam akan memberlakukan margin kepada nasabah sebagai nilai keuntungan yang diperoleh bank Islam. Pada pembiayaan kebutuhan yang bersifat komsutif, bank berperan sebagai pihak penjual barang. Hal yang wajar bila seorang penjual ingin memperoleh keuntungan dari barang dagangan yang dijualnya. Hal ini bukan menjadi larangan asalkan semua pihak baik penjual dan pembeli telah sama-sama sepakat atas besar keuntungan yang disepakati. Tentu saja penjual berkewajiban menjual barang yang berkualitas baik dan menceritakan seluruh kondisi barang yang dijualnya kepada pembeli.

Nasabah dapat menghitung langsung nilai yang harus dibayarkan seluruhnya setelah ia membeli suatu barang yang diharapkan dengan bantuan pembiayaan bank Islam. Bank Islam akan memberikan kemudahan bagi nasabahnya terkait jangka waktu yang akan disanggupinya oleh nasabah dalam melunasi seluruh pembiayaan yang telah diperoleh dari bank Islam beserta margin yang telah disepakati bersama di awal perjanjian.

Pembiayaan di bank Islam yang diberikan kepada masyarakat untuk keperluan modal usaha, biayanya ditujukan untuk usaha-usaha yang produktif, jelas dan transparan, serta bersifat halal, baik dari segi pengelolaan hingga kepada hasil usaha yang akan diberikan kemanfaatannya untuk masyarakat.

Ada beberapa bentuk pembiayaan untuk keperluan peningkatan usaha atau biasa dikenal dengan pembiayaan produktif Islam yang diberikan oleh bank Islam, yaitu pembiayaan dengan prinsip jual beli, pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kesepakatan, pembiayaan atas prinsip bagi hasil yang porsinya disesuaikan dengan proporsi penyertaan, dan pembiayaan yang berdasarkan prinsip sewa beli.15

Karakteristik pembiayaan dengan prinsip jual beli, bank Islam sebagai penjual suatu barang harus memberitahu kepada nasabah sebagai pembeli, tentang harga produk yang telah ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan (margin) sebagai tambahannya. Nasabah dapat melakukan pembayaran dengan diansur atau dicicil sesuai dengan kesepakatan bersama. Pembiayaan atas prinsip jual beli cocok bagi nasabah yang membutuhkan tambahan aset, namun kekurangan dana untuk melunasinya secara sekaligus.

Pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kesepakatan dapat disalurkan untuk berbagai jenis usaha perdagangan, perindustrian, pertanian, dan jasa pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang porsinya disesuaikan dengan proporsi penyertaan sesuai bagi hasil yang telah disepakati.

Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa beli sesuai bagi nasabah yang menginginkan tambahan aset yang diperoleh melalui sewa yang pada akhirnya bertujuan untuk pengalihan kepemilikan aset tersebut kepada nasabah. Aset yang disewa dapat berupa barang bergerak

(9)

(kendaraan/alat transportasi darat, laut, udara dan alat berat/mesin kontruksi) ataupun barang yang tidak bergerak (tanah, bangunan, dan peralatan di atas tanah tersebut).

Pembiayaan yang diperuntukkan untuk pemenuhan kebutuhan nasabah yang bersifat konsumtif baik berupa rumah atau kendaraan bermotor terdiri dari dua bentuk, yaitu pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli dan pembiayaan berdasarkan prinsip sewa beli.

Pada pembiayaan pada prinsip jual beli, maka bank Islam sebagai pihak penjual barang menawarkan barang yang dibutuhkan nasabah dengan harga asal ditambah dengan keuntungan(margin) yang telah disepakati bersama dengan nasabah sebagai pihak pembeli. Nasabah akan melakukan pembayaran dengan cara mencicil atau mengangsur sesuai dengan kesepakatan bersama.

Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli ini sesuai bagi nasabah yang ingin memiliki rumah ataupun kendaraan bermotor, tetapi kekurangan dana untuk melunasinya secara sekaligus. Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa beli sesuai bagi nasabah yang ingin memiliki rumah atau kendaraan bermotor dengan cara menyewa yang pada akhirnya bertujuan untuk pengalihan kepemilikan rumah atau kendaraan bermotor tersebut dari milik bank Islam menjadi milik nasabah.

3. Sebagai Lembaga Pemberi Jasa

Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya, bank syariah selain berperan sebagai lembaga intermediasi atau penghubung anatar pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kurang dana, juga melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan mendapat keuntungan berupa imbalan (fee). Jasa perbankan tersebut antara lain16:

(1) Sharf (jual beli valas)

Pada prinsipnya, jual beli valas sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini, penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama (spot).

(2) Ijarah (sewa)

Jenis kegiatan ijarah antara lain, penyewaan kotak simpan (safe deposit box) dan jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian). Bank mendapat imbalan sewa dari jasa tersebut. D. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Di Indonesia, bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 , Adalah bank muamalat. Walaupun perkembangannya agak terlambat bila dibandingkan dengan Negara-negara muslim lainnya, perbankan syariah di Indonesia akan terus berkembang. Bila pada tahun 1992-1998 hanya ada satu unit. Pada tahun 2000, bank syariah maupun bank konvensional yang membuka unit syariah di Indonesia telah meningkat menjadi 6 unit. Sedangkan jumlah BPRS sudah mencapai 86 unit dan masih akan bertambah. Di tahun-tahun mendatang, jumlah bank syariah ini akan terus meningkat seiring dengan masuknya pemain-pemain baru, bertambahnya jumlah kantor cabang bank syariah yang sudah ada, maupun dengan dibukannya Islamic widow di bank-bank konvensional.

Terjadinya perkembangan yang lambat, baik dari sisi jumlah kantor bank syariah maupun indikator perbankan lainnya ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu:

(10)

1. Masih kurangnya pemahaman dan banyak terdapat kesalahpahaman masyarakat mengenai bank syariah.

2. Belum lengkapnya ketentuan perbankan, instrumen moneter dan pasar keuangan yang mendukung operasional bank syariah.

3. Terbatasnya jumlah dan distribusi jaringan kantor bank syariah.

4. Kurangnya sumber daya manusia dan tenaga ahli dalam mendukung pengembangan bank syariah.17

Berbagai kendala tersebut telah mulai diatasi dengan melaksanakan program pengembangan yang bersungguh-sungguh, terutama sejak dikeluarkannya UUNo. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Langkah-langkah pengembangan bank syariah yang bisa dilakukan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kegiatan yaitu:

1. Menyempurnakan peraturan dan ketentuan operasianal perbankan syariah serta pereangkat-perangkat hukum/perundang-undangan yang menjadi dasar dan panduan kegiatan usaha agar terdapat kepastian hukum dan kepastian usaha.

2. Menyempurnakan insfrastruktur keuangan, instrumen moneter dan pasar keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah guna mendukung pelaksanaan kebijakan moneter, serta efisiensi dalam pengelolaan dan bank syariah.

3. Menciptakan sistem monitoring dan pengawasan yang efektif untuk menjamin terciptanya sistem perbankan syariah yang sehat dan menjalankan ketentuan syariah secara konsisten. 4. Melaksanakan koordinasi dan program peningkatan kompetensi SDM, baik di bank sentral

maupun para bankir dan pihak yang terkait dengan perbankan syariah, serta meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap perbankan syariah.18

Optimisme pengembangan perbankan syariah yang semakin baik dimasa mendatang disebabkan oleh beberapa alasan antara lain:

1. Semakin meningkatnya pemahaman dan keinginan masyarakat untuk menggunakan jasa perbankan syariah.

2. Para bankir dan investor baru juga mulai menyadari mengenai potensi pasar dan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh sistem perbankan syariah sehingga menimbulkan minat untuk mengembangkan pelayanan jasa perbankan syariah.

3. Bank indonesia mengakomodir dengan menyempurnakan berbagai ketentuan yang memberikan berbagai pilihan untuk pengembangan jaringan kantor bank syariah serta memberikan informasi tentang potensi wilayah dan demand masyarakat terhadap perbankan syariah.19

Adapun faktor-faktor pendorong lain dalam pengembangan perbankan syariah yaitu:

1. Keinginan untuk meningkatkan mobilisasi dana masyarakat yang belum terserap ke sektor perbankan.

2. Keinginan untuk meningkatkan ketahanan sistem perbankan nasional dan menyediakan sarana bagi investor internasional untuk melaksanakan kegiatan pembiayaan dan transaksi keuangan di indonesia yang sesuai dengan prinsip syariah.20

Dari sebuah riset yang dilakukan oleh karim business consulting diproyeksika bahwa total asset bank syariah di Indonesia akan tumbuh sebesar 2.850% selama 8 tahun, atau rata-rata

17 Ahmad Rodoni Dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta : Zikrul Hakim, 2008). 20

18 Ibid., 20-21

19 Ibid., 21

(11)

tumbuh 356.25% tiap tahunnya. Asset bank syariah ini dikarenakan adanya kepastian di sisi regulasi serta berkembangnya pemikiran masyarakat tentang keberadaan bank syariah.

Perkembangan perbankan syariah ini tentunya juga harus didukung oleh sumber daya insani yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, namun realitas yang ada menunjukan bahwa masih banyak sumber daya insani yang selama ini terlibat di institusi syariah tidak memiliki pengalaman akademis maupun praktis dalam Islamic banking. Tentunya kondisi ini cukup signifikan mempengaruhi produktifitas dan profesionalisme perbankan syariah itu sendiri. Dan inilah memang yang harus mendapatkan perhatian dari kita semua, yakni mencetak sumber daya insane yang mampu mengamalkan ekonomi syariah di semua lini. Karena system yang baik tidak mungkin dapat berjalan bila tidak didukung oleh sumber daya insani yang baik pula.21

System perbankan syariah telah membuktikan dirinya sebagai suatu system yang tangguh melalui krisis ekonomi indoensia. Banyak keunggulan yang dimilikinya sehingga dapat bertahan menghadapi keadaan yang sangat sulit bagi dunia perbankan. Diantara keunggulannya adalah pertumbuhan perbankan yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi riil. Dalam kondisi krisis ekonomi bank konvensional menderita negative spread dalam bisnisnya, sebagai suatu momok utama utama yang dihadapi oleh perbankan konvensional, dan justru dalam kondisi demikian bank syariah menunjukan kondisi yang sebaliknya.

Perkembangan perbankan islam di Indonesia sebenarnya tidak terlepas dari perkembangan dan kemajuan perbankan islam di dunia. Awal 1980an merupakan tonggal awal dimulainya diskusi bank syariah sebagai pilar ekonomi islam beberapa uji coba telah dilakukan seperti di bandung dan Jakarta, yaitu baitut tamwil salman,bandung, dan koperasi Ridho gusti sebagai tonggak baru secara khusus memprakarsai berdirinya bank syariah di Indonesia, yang prakarsai oleh majelis ulama Indonesia. Prakarsa khusus ini diawali dengan diselegggarakannya lokarya bunga bank dan perbankan di cisarua, bogor jawa barat agustus 1990. Hasil loka karya ini, kemudian diperdalam dalam musyawarah nasional iv mui di jakarta pada bulan agustus 1990. Hasil munas ini dibentuk kelompok kerja yang disebut tim perbankan MUI untuk mendirikan bank syariah di indoensia, dengan tegas melakuan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait. Hasilnya, pad november 1991 akhirnya ditandatangani pendiri bank muamalat indonesia, yang mulai beroprasi pada mei 1992. Selain itu,pionir perbankan islam lain adalah bank perkreditan rakyat (BPR) Dana Mardhatillah dan BPR berkah amal sejahtera yang didirikan pada tahun 1991 di bandung yang doprakarsai oleh institue for sharia economic development (ISED).

Setelah dua tahun beroperasi, BMI mendirikan asuransi islam pertama di indonesia yaitu Syarikat Takaful Indonesia dan menjadi salah satu pemegang sahamnya. Kemudian tahun 1997, BMI mendukung lokakarya ulama tentang Reksadana Syariah yang kemudian diikuti denga beroperasinya lembaga reksadana syariah oleh PT. Danareksa. Dan pada tahun yang sama berdiri pula sebuah lembaga pembiayaan syariah yaitu BNI-Faisal Islamic Finance Company. Pada saat itu perkembangan lembaga-lembaga keuangan islam tergolong relatif cepat dan salah satu alasannya ialah karena adanya keyakinan kuat masyarakat muslim bahwa perbankan konvensional mengadung unsur riba yang dilarang oleh agama islam.

Selama lebih dari enam tahun beroperasi, peraturan perundamg-undangan yang mendukung hanya UU No 7 Tahun 1992 dan peraturan pemerintah No. 72 Tahun 1992. Namun pada tahun 1998, dibentuklah UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No 7 Tahun 1992

(12)

tentang Perbankan, maka secara tegas sistem perbankan syariah ditempatkan sebagai bagian dari sistem perbankan nasional. UU tersebut telah diikuti dengan ketentuan pelaksanaan dalam beberapa surat keputusan direksi bank indonesia yaitu tentang bank umum, bahwa bank umum dan BPR konvensional dapat menjalankan transaksi syariah atau mengkonversikan kantor cabang konvensional menjadi syariah. Perundang-undangan tersebut telah memberikan dasar hukum yang lebih kokoh dan peluang yang lebih besar dalam pengembangan perbankan syariah di indonesia.22

Komitmen pemerintah untuk mengembangkan perbankan islam tidak terhenti sampai disini pada tahun 1999, undang-undang mengenai bank sentral yang lama, yaitu UU no.13 tahun 1968, diubah dengan UU no 23 tahun 1999 tentang bank indonesia. Dalam undang-undang tentang bank indoensia yang baru ini dinyatakan bahwa dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah,bank indonesia mempunyai tiga pilar tugas pokok yang salah satunya dnatara lain adalah mengatur dan mengawasi bank (pasal 8), termasuk bank umum dan BPR islam. Dari tugas pokok ini, terlihat semakin jelas bahwa bank indoneslia diberi amanah atau kewajiban oleh pemerintah untuk mengembangkan bank syariah dengan menyusun ketentuan dan menyiapkan infrastruktur yang sesuai dengan karakteristik bank syariah dalam melaksanakan tugas pokok lain, yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, bank indonesia dapat melakukan pengendalian moneter berdasarkan prinsip-prisnsip islam (pasal 10). Sebagai kelanjutannya, bank indoensia pada tahun 1999 membentuk tim peneliti untuk perbankan islam. Hasilnya, satu bank umum syariah muncul lagi, yaitu Bank Syariah Mandiri berdiri dan UUS mulai bermunculan. Selanjutnya, bank indonesia pada tahun 2000 mengeluarkan ketentuan yang mengatur kliring. Pembukuan rekening giro pada bank indonesia bagi UUS, Giro wajib Minimum (GWM) bagi bank umum islam, pasar uang antarbank berdasrkan prinsip islam (PUAS), dan sertifikatWadi’ah Bank Indoensia (SWBI)

Dengan dikeluarkannya kedua undang-undang ini, pemerintah memberikan komitmen penuh untuk mengembangkan perbankan isalam untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang menginginkan peayanan bank syariah, yang diamanahkan kepada bank indonesia. Komitmen pemerintah untuk mengembangkan perbankan islam dilakukan oleh berbagai hal antara lain (Bank Indonesia, 2002)

1) Memenuhi kebutuhan masyarakat yang menghendaki pelayanan jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip islam.

2) Meningkatkan mobilisasi investasi masyarakat yang belum terserap sistem perbankan yang ada.

3) Meningkatkan ketahanan sistem erbankan nasional 4) Menyediakasn sarana bagi investor.

Dengan demikian pesatnya perbankan syariah di indoensia, kemudian bank indonesia mendirikan biro perbankan syariah (BPS) pada tahun 2001 untuk menangani segala urusan yang berhubungan dengan perbankan islam yang diamanahkan oelh undang0undang . perbankan islam terus berkembang pesat, sehingga urusan yag ditangani BPS menjadi semakin banyak. Hal ini menyebabkan BPS perlu memiliki SDm yang lebih banyak dan struktur organisasi yang lebih besar. Oleh karena itu, pada akhir tahun 2003 BPS diperbesar menjadi direktorat, yaitu direktorat perbankan Islam (DPbS). Dukungan pemerintah terhadap perkembangan perbankan islam tidak berhenti sampai disini, pada akhir tahun 2003, MUI mengeluarkan fakwa bahwa bunga bank riba adalah haram hukumnya. Dengan fatwa ini,

(13)

masyarakat muslim yang peduli berbondong-bondong memindahkan dananya dari bak konvensional ke bank syariah.

Pada tahun 2006, terbit Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.8/3/PBI/2006 tentang perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional menjadi Bank Umum yang melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan Kantor Bank yang melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional. Dalam PBI tersebut bank konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah diperbolehkan melayani transaksi berdasarkan prinsip syariah di kantor cabang bank konvensional. Sistem ini dikenal sebagai office channeling. Apabila sebelum lahirnya PBI, nasabah yang membutuhkan transaksi syariah hanya bisa dilayani di akntor cabang syariah dari bank konvensional, dengan PBI nasabah yang membutuhkan transaksi syariah bisa dilayani di kantor cabang bank konvensional23.

Meskipun dengan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang sudah mengakomodasi kehadiran perbankan syariah dalam sistem dual banking system Indonesia, bagi kalangan perbankan syariah, undang-undang tersebut belum mampu mengakomodasi seluruh kebutuhan dari bank syariah. Kalangan perbankan syariah menginginkan lahirnya undang-undang khusus yang mengatur secara terpisah mengenai bank syariah. Hal ini dibutuhkan agar akselerasi perbankan syariah dapat memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia.

Perbiakan dan penyempurnaan terus dilakukan agar perkembangan perbankan islam selalu berada pada relnya yang benar sesuai dengan bluerint-nya. Untuk itu, pada taun 2004 bank indoensia melakukan kajian dalam rangka mempersiapkan beberapa peraturan pendukung seperti standarisasi akad, tingkat kesehatan, dan lembaga penjamin simpanan. Dan akhirnya tahun 2008 diterbitkan UU no 21 tentang bank syariah sebagai landaasan hukum khusus untuk bank syariah di indonesia24. Pengesahan undang-undang ini memberikan landasan hokum bagi

perbankan syariah nasional dan diharapkan mampu mendorong perkembangan industri perbankan syariah menjadi lebih baik. Hal ini karena pencapaina market share perbankan nasional sebesar 5% belum mampu tercapai pada tahun 2009. Salah satu hal krusial dalam undang-undang ini yang mampu mengakselerasi perkembangan perbankan syariah di Indonesia adalah terkait pemisahan (spin-off) Unit Usaha Syariah, baik secara sukarela maupun wajib apabila aset Unit Usaha Syariah telah mencapai 50% aset bank induknya.

Keleluasaan yang diberikan oleh Undang-Undang yang baru tersebut telah mendapat tanggapan positif dari kalangan perbankan. Bank umum yang beroperasi secara penuh berdasarkan prinsip syariah adalah Bank Mandiri Syariah dan Bank Syariah Mega Indonesia, disamping Bank Muamalat Indonesia. Selain itu diakhir tahun 2005 ada 19 bank konvensional yang telah melakukan kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah melalui pembukaan kantor cabang syariah. Sedangkan BPRS telah mencapai 92 Bank. Jumlah kantor dari ketiga kelompok bank syariah tersebut mencapai 596 kantor. Dilihat dari penyebarannya, jaringan kantor bank syariah telah dapat melayani masyarakat di 68 kabupaten di 27 provinsi.

23 M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah (Bandung: Pustaka Setia, 2012) 105

(14)

E. Kendala dalam Pengembangan Perbankan Syariah

Peranan perbankan syariah dalam perekonomian masih sangat relatif kecil dengan pelaku tunggal. Ada beberapa kendala pengembangan perbankan syariah. Paling tidak terdapat tujuh kendala pengembangn dan tiga terakhir merupakan kendala di dunia internasional.

1. SDM yang kompeten dan profesinal yang masih terbatas akan menghambat kemajuan perbankan syariah nasional. Keterbatasan pada SDM ini akan mempengaruhi besarnya resiko perbankan syariah pada oprasionalnya. Ketidak mampuan SDM dikhawatirkan akan meneken bukan hanya resiko oprasional bank, namun juga resiko reputasi yang secara khas dimiliki oleh perbankansyariah. Seperti diketahui resiko reputasi bukan hanya akan mempengaruhi bank secara individu, tetapi juga akan mempengaruhi industry perbankan syariah. Tidak seperti bank konvensional, bank syariah juga memiliki tanggung jawab moral yang relative lebih besar, ketika perbankan syariah memang secara alami memiliki kewajiban memperhatikan manfaat (maslahat) yang dapat dibrikan kepada seluruh masyarakat (umat).

2. Pemahaman masyarakat sebagai pemakai yang kurang tentang perbankan syariah selain menjadi factor yang memperlambat perkembangan industry juga dikhawatirkan akan mengurangi proses check & balance berkaitan dengan kepatuhan terhadap syariah dalam oprasional bank atau aplikasi produk-produk syariah. Pada akhirnya hal ini akan mempengaruhi persepsi masyarakat yang negative tentang oprasional bank syariah.

3. Belum terdapat standar baku dalam aplikasi produk-produk syariah berikut ketentuannya, membuat aplikasinya di lapangan masih berpotensi untuk menyimpang dari apa yang telah ditetapkan secara syariah.

4. Sinkronisasi kebijakan dari institusi pemerintah lainnya berkaitan dengan transaksi keuangan, seperti kebijakan pajak dan aspek legal.

5. Belum tersedia uniform regulatiry, meskipun saat ini hal tersebut diharapkan dapat dilakukan oleh IFSB dan AAOIFI. Jika masalah ini dapa diselesaikan, diharapakan intergrasi pasar perbankan syariah di dunia internasional dapat segeran terwujud. Hal itu pada akhirnya tentu akan mendorong pertumbuhan perbankan syariah di masing-masing Negara muslim.

6. Inovasi pada produk perbankan syariah yang masih lambat

7. Masih ada perbedaan pada aplikasi prinsip-prinsip Islam dalam perbankan syariah di beberapa Negara muslim. Beberapa instrument tidak dapat diterima oleh Negara muslim25.

F. Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah Kedepan

Bank syariah telah menetukan empat tahap pencapaian pengembangan perbankan syariah nasional. Tahap pertama (2002-2004), yaitu tahapan peletakan landasan pengembangan yang kuat bagi perkembangan pertumbuhan industry perbankan syariah. Focus aktifitas pada tahapan ini adalah menyusun ketentuan kelembagaan bank syariah dan menyiapkan infrastruktur dasar untuk pertumbuhan bank syariah. Tahap kedua (2005-2009), yaitu tahap penguatan industry, peningkatan daya saing, efisiensi operasi, spesifikasi produk, serta kompetensi dan profesionalisme SDI perbankan syariah.selanjutnya tahap ketiga (2010-2012), adalah tahap untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan operasional perbankan syariah sesuai dengan standar keuangan dan kualitas pelayanan perbankan internasional. Kemudian tahap keempat (2013-2015), yaitu tahap dimana industry perbankan syariah telah mencapai satu pangsa yang signifikan untuk member kontribusi dalam system perekonomian nasional.pada

(15)

saat itu diharapkan telah terbentuk integrasi dengan sektor-sektor lainnya, khususnya dengan lembaga keuangan syariah bukan bank dan institusi pendukunya26.

Kebijakan pengembangan perbankan syariah diterapkan dengan berpedoman pada strategi pengembangan jangka panjang perbankan syariah. Adapun sasaran strategi pengembangan dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah

Hal ini dilakukan dengan menerbitkan peraturan yang bertujuan memberikan paduan dalam penerpan akad keuangan syariah secara baik, yaitu dengan dikeluarkannya ketentuan tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Selanjutnya,disusun juga standar keuangan syariah untuk mendukung pengebangan produk yang selaras antara aspek syariah dan kehati-hatian pada paket Oktober (pakto-2006) yang baru lulus juga dibuat ketentuan tentang pedoman pengawasan syariah dan tata cara pelaporan bagi DPS.

2. Implementasi aturan prudensial

Bank Indonesia berkomitmen terhadap pengembangan good governance dan pemutakhiran system pengawasan dan pemeriksaan bank syariah. Untuk itu, saat ini tengah dikembangkan system pengawasan system berbasis risiko, disamping mengeluarkan beberapa regulasi prudensial (transparansi kondisi keuangan, perubahan keuntungan giro wajib minimum, penilaian kualitas aktiva, dan lain-lain). Untuk bank perkreditan rakyat syariah, juga terdapat peraturan bank Indonesia yang mengatur tentag laporan bulanan bank (Labul) serta penyempurnaan ketentuan yang mengatur tentang perizinan bank.

3. Efisiensi operasional dan daya asing.

Dalam hal ini bank Indonesia telah mengeluarkan ketentuan mengenai perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan pembukuan kantor bank yang melakasanakan kegiatan usaha berdasrkan prinsip syariah oleh bank umu konvensional. Kepada bank cabafng bak konvensional yang telah memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) dibolehkan melayani transaksi perbankan syariah tertentu (office channeling). Selain itu, bank Indonesia telah melakukan pemetaan potensi dan preferensi masyarakat terhadap perbankan syariah di hamper seluruh kabupaten/kota di indoensia

4. Stabilitas sistematik dan terciptanya maslahat perekonomian

Untuk meningkatkan kontribusi industry perbankan syariah, bank Indonesia telah menyelesaikan kajian kebijakan entry dan exit pada industry perbankan syariah. Melalui kebijakan yang direkomendasikan, diharapkan industry perbankan syariah akan didukung oleh pelaku yang memiliki keahlian dan dedikasi yang tinggi dalam mengembangkan industry perbankan syariah. Selain itu, terdapat pusat-pusat penelitian, pendididkan, dan pengembangan ekonomi dan perbankan syariah yang dapat mendukung kebijakan secara makro. Disamping itu, bank indoensia juga telah menyusun suatu kebijakan akselerasi pengembangan perbankan syariah tahun 2007-2008.

5. pengembangan SDI,

Pengembangan SDIdi bidang perbankan Ekonomi syariah terus dilakukan, baik disisi pengelola bank syariah, pengawas bank indonesia, maupun masyarakat, yaitu melalui program edukasi yang sistematis, terfokus, dan berkesinambungan. Bank indonesia juga telah menjalin kerjas sama dengan bebrapa perguruan tinggi di indoneslia untuk

(16)

menciptakan Sdi perbankan syariah yang andal yang mengerti akan konsep syariah sehingga dapat memberikan pemahaman dan mengajak masyarakat untuk mempunyai rasa kepemilikan (sens of belonging) terhadap perbankan syariah.

6. inisiatif strategis untuk mengoptimalkan fungsi sosial bank syariah

Hal ini dilakukan melalui perannya dalam fasilitasi hubungan voluntary sector (dana sosial) dengan pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Terkait dengan inisiatif ini, bank indonesia telah membentu kerja sama dengan BAZNAS dan seluruh perbankan syariah untuk mengembangkan program oerbankan syariah peduli umat (PSPU). Adapun PSPU tersebut adalah kegiatan pengelolaan zakat, infaq, shadaqah, sedekah, dan wakaf yang merupakan kerja sama antara perbankan syariah (BUS dan BPRS), bank indoensia dan badan amil zakat. Tujuannya adalah dalam rangka membuat program pendayagunaan ZIS yang efektif, mensosialkannya, menggalang danan tersebut dari masyarakat serta menumbuhkan citra positif dalam masyarakat mengenai perbankan syariah sebagai lembaga yang peduli terhadap program kemiskinan dan permasalahan dhuafa27.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP terhadap jumlah daun, jumlah tunas, dan jumlah akar pisang raja bulu yang di

Kantor Kementrian Agama Kabupaten Demak bidang Penyelenggara Ibadah Haji dan Umroh dalam memberikan pelayanan dituntutbuntuk berpenampilan baik di setiap kegiatan

Computer Based Information System (CBIS) atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut juga Sistem Informasi Berbasis Komputer merupakan sistem pengolah data menjadi sebuah informasi

1) Tujuan pembelajaran. Media hendaknya dipilih yang dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, mungkin ada beberapa alternatif

Pemenuhan personal hygiene pada lansia di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri didapatkan mayoritas terpenuhi dengan baik yaitu sebanyak 27 responden (100%). Hasil uji

“Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis linear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel

Spektrum positif menunjukkan bahwa gelombang lebih kuat pada fase timuran QBO dan spektrum negatif menunjukkan bahwa gelombang lebih kuat pada fase baratan QBO, sehingga