• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Bushi dan Nōmin Pada Zaman Edo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Bushi dan Nōmin Pada Zaman Edo"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP FEODALISME DAN KONDISI MASYARAKAT JEPANG PADA ZAMAN EDO

2.1 Konsep Feodalisme Pada Zaman Edo

Martin (1990 : 165-166) mengatakan bahwa masyarakat feodal adalah masyarakat yang militeristik yang hidup “di atas” tanah yang terpecah belah. Hal ini terjadi karena lahirnya banyak penguasa feodal yang memberikan perlindungan atas produksi, terutama tanah, kepada petani.

Masyarakat feodal (封建社会) lahir bersamaan dengan lahirnya

Shoenseido (sistem wilayah), yaitu wilayah pertanian yang berdiri sendiri

terpisah dari pemerintahan kaisar, wilayah tersebut dikelola oleh kizoku (keluarga bangsawan).Keluarga bangsawan yang dimaksud adalah keturunan kaisar yang tidak menjadi pewaris istana.Mereka menguasai bagian lahan, dengan mempunyai petani sendiri. Sistem ini berjalan sampai zaman kamakura tahun1185.

(2)

Masalah feodalisme di Jepang erat kaitannya dengan masalah perbushian (kemiliteran) karena lahirnya feodalisme tersebut berhubungan dengan menguatnya kekuasaan bushi.

Inti sistem feodal pada masa ini adalah :shogun sebagai kepala pemerintahan, menguasai seluruh wilayah Jepang. Dibawah kekuasaan tersebut ada tuan – tuan tanah yang memiliki petani sendiri. Para tuan tanah tersebut menerima pajak dari petani, dimana pajak tersebut ditentukan oleh tuan tanahnya. Kemudian tuan tanah membayar pajak kepada shogun, dan shogun juga membayar sebagian biaya hidup kaisar. Karena itu dapat dikatakan bahwa ciri utama sistem feodal adalah adanya penyerahan diri seseorang ke tangan orang lain sekedar untuk memperoleh perlindungan dan pemeliharaan. Hubungan tersebut berupa hubungan antara tuan tanah dengan petani yang biasanya berupa pinjaman sebidang tanah. Penyerahan diri ini terjadi pada dua tingkatan: raja menerima penyerahan diri dari para tuan tanah dan tuan tanah menerima penyerahan diri dari para petani (Hutabarat dalam Martin, 1993 : 166).

(3)

Dijepang masa feodal berlangsung selama kira – kira tujuh ratus tahun. Diawali dari jaman kamakura hingga jaman edo. Keberlangsungan feodalisme di Jepang hampir sama di setiap jamannya, yaitu dipimpin oleh seorang Shogun (penguasa pemerintahan tertinggi yang berasal dari golongan militer atau pemerintahan Buke). Sehingga pemerintahannya berbentuk pemerintahan militer, namun memiliki sifat “feodal” yang tidak sama.

Pada masa Kamakura masih ada semacam perimbangan antara istana, yang mewakili sisa-sisa pemerintahan kerajaan, dan Bakufu (幕府), lembaga yang

digunakan shogun untuk menjalankan kekuasaannya. Pada masa Muromachi, meski raja dan shogun sama-sama tinggal di ibu kota, Jepang bergeser menuju tipe pemerintahan dan masyarakat feodal sejati. Pada masa Edo mulai peralihan ke negara modern, meski tuan tanah tetap menjadi kunci status sosial dan kekuasaan. Ketiga tahap ini didahului dengan masa-masa perang saudara ( Hutabarat dalam W.G. Beasly, 2003:94).

2.1.1 Lahirnya Bushi

(4)

kesuciannya yang diajarkan melalui cerita Kojiki (712) dan cerita Nihonshoki (720).

Sistem pemilikan tanah pada masa itu dikenal dengan sistem kochi komin (sistim pemilikan tanah umum oleh masyarakat umum). Pada masa

itu belum dikenal kepemilikan tanah secara pibadi ataupun swasta, tetapi dalam perkembangannya kemudian, di daerah – daerah lahir sonraku kyodo tai (lembaga kerjasama daerah, awal mula lahirnya sistem feodal di

Jepang), yaitu kelompok – kelompok petani dibawah pimpinan kizoku, keluarga bangsawan yang bertugas didaerah. Pada waktu itu kaum kizoku selain bertugas sebagai pekerja administrasi ritsuryo, juga ada yang bertugas sebagai pemimpin kuil.

Administrasi kelompok sonraku kyodo tai terpisah dari pemerintahan ritsuryo. Para petani kemudian banyak yang meninggalkan kewajiban kochi komin dan masuk kedalam kelompok pertanian kizoku karena kelompok pertanian kizoku memberikan keamanan kepada para petani. Selain itu mereka juga diberi kebebasan unuk menguasai sendiri bagian lahan pertanian yang disebut dengan kubunden sei (sistem pembagian lahan pertanian), didalamnya para petani tersebut diakui pula sebagai anggota ie (keluarga) kizoku tersebut.

(5)

penggarap tanah pertanian. Tanah pertanian kizoku yang terpisah dari administrasi ritsuryo tersebut dinamakan shoen.

Penggarapan shoen (wilayah swasta petanian kizoku) ini melahirkan ie (rumah tangga) yang keanggotannya bukan terbatas hanya pada hubungan darah saja. Didalam ie tersebut lahir hubungan atasan dan bawahan yang disebut dengan mibunsei atau sistem jenjang kedudukan antara tuan dengan pengikut didalam ie. Kelompok ie tersebut diikat dengan pemujaa satu dewa yang sama, memakan makanan yang sama, dan minum sake yang sama. Kelompok – kelompok ini dinamakan dozoku (Situmorang dalam Nakamura, 1980: 1-6).

Persaingan antara kelompok – kelompok dozoku mengakibatkan terjadinya perang.Untuk itulah mereka membentuk serdadu profesional yang disebut denganbushi, yang sebelumnya hanyalah petani yang dipersenjatai.

Pada awalnya, bushi adalah sekelompok petani, tetapi mereka dipersenjatai untuk menagkal kekuatan para perampok atau para penyerang dari wilayah lain. Bushi mengabdi pada tuannya yaitukizoku, tetapi kemudian setelah mereka berhasil menjalankan perannya yang besar dalam menjaga eksistensi dozoku tersebut, lama kelamaan mereka tidak bergantung lagi pada kizoku. Justru sebaliknya, kizokulah yang akhirnya bergantung pada bushi sehingga kelompok bushi tersebut menjadi kelompok yang disegani, sama seperti kizoku.

(6)

pertanian.Pada mulanya, mereka belum dinamai bushi, mereka dinamai “Sakimori” kemudian “Tsuwamono” dan kemudian “Samurai”.Pada

zaman edo (1603 – 1867) mereka dinamai “Bushi” adalah dalam pengertian kelas masyarakat.Untuk membedakannya dari golongan petani, golongan pedagang dan golonga tukang yang dikenal waktu itu sebagai pengkelas – kelasan masyarakat.

Dari kalangan bushi bermunculan pemimpin – pemimpin yang mempersatukan kekuatan – kekuatan bushi sehingga menjadi kekuatan bushi yang besar yaitu bushi no toryo (penanggung jawab bushi) yang dipimpin oleh bushi keturunan bangsawan (kizoku).Yang paling terkuat dan tekenal diantaranya adalah Heishi (keluarga Taira) dan Genji (keluarga Minamoto).

2.1.2 Sistem Feodalisme

Zaman edo (2603-1867) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh keluarga Tokugawa. Disebut zaman edo karena pada saat itu pemerintahan Tokugawa berpusat di kota Edo (Tokyo). Lembaga pemerintahan keshogunan ini disebut juga dengan bafuku.

(7)

Selama masa shogun Tokugawa, ada 15 orang keluarga Tokugawa yang telah diangkat menjadi shogun, yaitu :

1. Ieyasu Tokugawa (1543 – 1616) masa berkuasa 1605 – 1623.

2. Iemitsu Tokugawa (1604 – 1651) masa berkuasa 1623 – 1651.

3. Ietsuna Tokugawa (1641 - 1680) masa berkuasa 1651 – 1680.

4. Tsunayoshi Tokugawa (1646 - 1709) masa berkuasa 1680 – 1709.

5. Ienobu Tokugawa (1662 – 1712) masa berkuasa 1709 – 1712.

6. Ietsogu Tokugawa (1709 – 1716) masa berkuasa 1713 – 1716.

7. Yoshimune Tokugawa (1684 – 1751) masa berkuasa 1716 – 1745.

8. Ieshige Tokugawa (1712 – 1786) masa berkuasa 1745 – 1760.

9. Ieharu Tokugawa (1737 – 1786) masa berkuasa 1760 – 1786.

10. Ienari Tokugawa (1739 – 1841) masa berkuasa 1787 – 1837.

11. Ieyoshi Tokugawa (1739 – 1853) masa berkuasa 1837 – 1853.

12. Iesada Tokugawa (1854 – 1858) masa berkuasa 1854 – 1858.

13. Iemochi Tokugawa (1846 – 1866) masa berkuasa 1858 – 1866.

14. Yoshinobu Tokugawa (1837 – 1913) masa berkuasa 1866 – 1868.

(8)

1. Periode pertama tahun 1603 – 1632.

2. Periode kedua tahun 1633 – 1854.

3. Periode ketiga tahun 1855 – 1867.

Periode pertama yaitu tahun 1603 – 1605 adalah masa shogun Ieyashu sampai masa shogun Hidetada (1605 – 1632). Pada masa kedua shogun ini, diadopsi sistem administrasi Toyotomi Hideyoshi untuk menjalankan pemerintahannya, dan mulai memerintah kangakusha (ahli Shushigaku, pemikir pemerintahan) untuk mengajarkan konfusionis dikalangan bushi. Diawali dengan perintah Tokugawa Ieyashu kepada keluarga Hayashi Razan untuk menyebarkan ajaran konfusionis demi kepentingan politik. Pada masa itu ahli konfusionis yang terkenal ialah Fujiwara Seika, dan Hayashi Razan adalah muridnya, mereka beraliran Shusi gaku. Kemudian, keturunan Tokugawa juga menjadi guru konfusionis.

Periode kedua adalah masa kemantapan keshogunan Tokugawa, yang diperintah oleh sepuluh generasi Tokugawa, dari Iemitsu (1633 – 1651) sampai shogun Ieyoshi (1837 – 1853).

Periode ketiga ialah masa kehancuran keshogunan Tokugawa hingga menyerahkan kekuasaan kepada kekaisaran (1853 – 1867) diperintah oleh tiga generasi Tokugawa, yaitu shogun Iesada sampai Yoshi nobu.

(9)

shogun(penguasa tertinggi pemerintah yang berasal dari golongan bushi) berasal

dari seorang daimyo didaerah Mikawa. Seperti yang dijelaskan dalam sejarah, pada zaman kamakura dan zaman muromachi, seorang shogun berasal dari keluarga sekkan (pemegang kekuasaan sessho dan kanpaku). Sessho adalah pelaksana pemerintah pada masa ritsuryo apabila kaisar melakukan insei (pertapaan dikuil), dan kanpaku adalah pelaksana pemerintah apabila kaisar masih anak – anak. Yang menjadi pelaksana tugas sekkan tersebut adalah keluarga Fujiwara dan kemudian juga keluarga Minamoto setelah berhasil mengadakan pendekatan kekeluargaan dengan keluarga Fujiwara dengan cara perkawinan.

Pada zaman momoyama, terjadi keributan diseluruh negeri yang disebut dengan senggoku jidai, keributan ini terjadi diakibatkan munculnya daimyo yang kuat yang mampu mengalahkan keshogunan. Daimyo kuat tersebut ialah Oda Nobuga dan Toyotomi Hideyashi, mereka bukanlah keturunan sekkan. Keributan tersebut berlangsung selama 150 tahun yaitu dimulai oninnoran (perang onin, 1467). Perang itu disebut dengan Gekokujo ikki (gerakan bawah menghancurkan atas).

(10)

1. Daimyo Shimpan, yaitu daimyo yang masih merupakan keturunan Tokugawa atau daimyo yang ada hubungan kekeluargaannya dengan Tokugawa. Para daimyo jenis ini lebih dipecaya oleh keshogunan, maka dari itu mereka ditempatkan disekitar edo atau dekat dengan edo.

2. Daimyo Fudai, yaitu daimyo yang menjadi pendukung Tokugawa dalam

perang Sekigahara. Para daimyo ini ditempatkan diantara daimyo shimpan dengan daimyo Tozama.

3. Daimyo Tozama, yaitu para daimyo yang menjadi musuh Tokugawa dalam

perang Sekigahara yang membantu keluarga Toyotomi dalam perang tersebut. Daimyo ini ditempat jauh dari edo.

Karena mendapat otonomi dari pemerintah keshogunan, maka sistem administrasi dalam kedaimyoan diatur oleh daimyo itu sendiri. Tetapi dalam penataan administrasi pemerintahannya, para daimyo meniru model pemerintahan keshogunan.

Yang disebut dengan para daimyo ialah mereka para penguasa yang berpenghasilan diatas 10.000 koku padi pertahunnya, sedangkan yang berpenghasilan dibawah 10.000 koku disebut dengan Hatamoto.

2.2 Kebijakan Pemerintahan Tokugawa

(11)

1. Kinchunarabi Kuge Shohatto

Kebijakan yang mengatur kehidupan kekaisaran, hanya boleh aktif di dunia sastra.Rakyat biasa tidak diperbolehkan bertemu dengan kaisar, demikian juga daimyo atau kepala wilayah pun tidak dipebolehkan bertemu dengan kaisar tanpa persetujuan shogun.Sedangkan biaya kehidupan kekaisaran ditanggung oleh keshogunan.

2. Buke Shohatto

Kebijakan ini mengatur kehidupan para bushi, didalamnya termasuk mereka semua yang bekerja pada pemerintahan maupun didaerah dan dipusat. Hal ini mengatur kehidupan para daimyo untuk tidak boleh bersekuu dengan wilayah lain, maupun melalui perkawinan atau perdagangan. Sehingga pekawinan antar kedaimyoan harus dapat persetujuan dari shogun.Kemudian mengenai perdagangan antar wilayah pun ditetapkan hanya di daerah Osaka, Kyoto, dan Edo (Tokyo).

3. Sankin Koutai

(12)

punya jalan lain selain dengan menaikkan pajak pertanian. Sehingga pada waktu iu pajak tanah mencapai 60%.

4. Sakoku

Kebijakan untuk menutup wilayah dari dunia luar.Pemicu diterapkannya kebijakan sakoku ini adalah karena mulai masuknya budaya Barat ke Jepang.Interaksi pertama Jepang dengan bangsa barat dimulai pada tahun 1543 dimana ada sebuah kapal portugis yang bertujuan untuk pergi ke Cina.Namun di tengah perjalanan kapal yang dibawa oleh pedagang Portugis ini tenggelam.Para penumpang kapal terdampar di daerah Tanegashima daerah selatan Kyushu.Kehadiran bangsa portugis inilah yang menjadi titik mula interaksi bangsa Barat dengan jepang. Pada masa ini ada pengembangan senjata api sehingga senjata api ini dipakai oleh orang Jepang di dalam peperangan.

Pada abad ini juga Jepang sedang mengalami perang saudara (Sengoku Jidai).Portugis kembali melanjutkan perjalanan mereka ke Cina dan memberitahukan informasi tentang Jepang kepada relasinya.Beberapa waktu kemudian pedagang Portugis kembali datang ke Jepang dan melakukan perdangangan.Semakin berkembangnya kerjasama antar Negara ini maka pemikiran pemikiran barat mulai memasuki Jepang.Daimyo di Jepang merasa dengan masuknya bangsa Barat ini dapat menjadi sumber kemakmuran bagi kekuatan militer mereka.

(13)

ini merupakan suatu ancaman yang sangat besar bagi bangsa Jepang. Tokugawa pun mulai mengambil tindakan untuk menekan agama tersebut. Alasan dari Tokugawa adalah karena penganut agama ini tidak menganut sistem mendewakan kaisar sehingga agama ini pun dianggap dapat menggoyahkan kedudukan kaisar. Sedangkan kalau dalam ajaran Shinto ada dianut penyembahan terhadap keturunan dewa. Semakin lama pemimpin pemimpin bangsa Jepang mulai menekan dan mengecam masuknya bangsa asing ke dalam Jepang.

Maka dibuatlah kebijakan sakoku yaitu kebijakan menutup diri dimana warga negara Jepang dilarang keluar negeri dan orang dari luar negeri yang masuk ke Jepang mengalami penjagaan yang sangat ketat dari pemerintahan Jepang. Namun pada penerapan politik sakoku ini, tidak sepenuhmya tertutup dari negara asing. Karena masih ada beberapa negara yang diperbolehkan berdagang di Jepang, yaitu Cina, Korea dan Belanda yang dianggap membawa keuntungan besar bagi Jepang. Namun hanya boleh berdagang di pelabuhan Nagasaki.

(14)

2.3 Kondisi Masyarakat Jepang pada Zaman Edo

Dilihat dari segi sosial, pada masa pemerintahan feodalnya Tokugawa juga menerapkan perbedaan golongan masyarakat.Pembedaan kelas masyarakat ini mempunyai tujuan untuk mempertahankan kekuasaan

shogun dan mencegah munculnya peperangan antar daimyo yang

sebelumnya pernah terjadi.Adapun golongan tersebut adalah golongan militer (Bushi), golongan petani (Nomin), golongan pengrajin (Shokuin) dan golongan pedagang (Shonin).

1. Golongan militer (Bushi)

Golongan bushi merupakan golongan yang paling tinggi diantara golongan masyarakat yang lainnya. Golongan bushi dibagi lagi menjadi 3 bagian yaitu:

• Shogun

Shogun mempunyai peran yang paling menentukan dalam setiap

kehidupan masyarakat Jepang baik itu kehidupan petani, daimyo (tuan tanah) bahkan kaisar. shogunmenetapkan kebijakan dalam penentuan pajak, pekerjaan dan tempat tinggal petani. Dalam kehidupan daimyo, shogun memiliki peran yaitu menerapkan kebijakan kebijakan yang harus

(15)

bekerja.Daimyo diawasi sangat ketat untuk memperkecil kemungkinan rencana menggulingkan pemerintahan pusat.

Shogun juga mempunyai peran dalam kehidupan kaisar dimana adanya

larangan bagi kaisar untuk masuk ke dalam dunia politik agar para Daimyo tidak memiliki celah untuk menggunakan lembaga kekaisaran sebagai alat menggulingkan pemerintahan pusat. Kaisar hanya boleh ikut serta dalam kegiatan seperti bidang kebudayaan dan kegiatan keagamaan.

• Tuan tanah (Daimyo)

Dalam hal stasus daimyo dibagi menjadi tiga yaitu daimyo kelas atas, daimyo kelas menengah dan daimyo kelas bawah. Semuanya disesuaikan dengan

kekayaan yang mereka miliki. Yang mempunyai kekayaan paling banyak masuk kedalam status daimyo kelas atas, dan seterusnya. Tuan tanah memiliki kekuasaan yang terbatas, tokugawa menempatkan daimyo yang tidak memiliki ikatan erat dengan keluarga Tokugawa di daerah yang jauh seperti Tohoku, Shikoku dan Kyushu. Para daimyo juga diawasi sangat ketat oleh pemerintah pusat. Dan secara mutlak daimyo harus mengabdi kepada shogun. Karena daimyo yang terlalu kaya dianggap dapat mengancam pemerintahan pusat. Di dalam wilayah kekuasaan daimyo diutus pegawai bafuku untuk memata matai setiap tindakan daimyo.

• Samurai

Samurai bekerja dan mengabdi kepada daimyo. Mereka sangat bergantung

(16)

keupacaraan. Serta ada juga samurai yang bertugas sebagai pelayan rumah, pengantar surat dan juru tulis. Kehidupan samurai diwarnai oleh jalan kesatria dimana keharusan untuk setia kepada tuannya menjadikan kematian bukan menjadi sesuatu yang menakutkan bagi mereka, apalagi jika membela apa yang benar.

Para samurai ini rela mati demi kesetiaan dengan cara harakiri atau seppuku. Latar belakang adanya samurai ini adalah karena para daimyo ingin adanya penjagaan militer jikalau ada kaum petani (nomin) yang melakukan serangan mendadak karena ketidakpuasan terhadap daimyo. Pada era keshogunan Tokugawa, samurai sangat berperan penting di dalam pemerintahan. Namun semenjak diterapkannya politik menutup diri (sakoku), Jepang aman dan tidak ada terjadi perang sehingga kaum samurai tidak memiliki pekerjaan yang harus dikerjakan. Kaum samurai ini menjadi pengangguran yang harus dibiayai oleh golongan masyarakat yang ada dibawahnya. Pada masa ini menjadi banyak

samurai yang menjadi ronin (samurai) tak bertuan. Sebagin besar ada yang

menjadi petani dan ada juga yang merantau ke kota.

2. Golongan petani (nomin)

(17)

mencapai 40%. Banyak dari golongan petani (nomin) yang mengeluh Karena besarnya pajak yang harus dibayar karena menjadikan golongan petani banyak yang miskin.

Hal ini menjadi pemicu golongan petani cenderung melakukan pemberontakan. Namun pada masa ini petani merupakan tumpuan utama karena kehidupan pemerintahan sangat bergantung pada hasil pertanian. Dan para petani juga yang menjamin kehidupan golongan samurai.

3. Golongan pengrajin (Shokuin)

Golongan ini berada dibawah golongan petani dan mereka bekerja secara langsung terhadap pemerintah. Golongan shokuin ini bebas dalam menentukan tempat tinggal. Tidak seperti petani yang harus bekerja di desa. Yang termasuk kedalam golongan ini biasanya adalah para buruh. Kebanyakan kaum ini tinggal di pusat pemerintahan di Edo. Oleh karena itu, kaum pengrajin ini merupakan rakyat biasa yang paling dekat dengan pemerintah.

4. Golongan pedagang (Shonin)

(18)

Dari semua golongan yang ada, ada juga golongan yang tidak termasuk ke dalam golongan yang ditentukan dalam masyarakat Jepang. Golongan ini adalah golongan senmin yang artinya tidak boleh disentuh. Golongan ini adalah golongan dengan pekerjaan yang kotor. Golongan senmin dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu pengemis (hinin) dan kelompok penyamak kulit.

Shinokosho dapat diartikan sebagai pemisahan atau pembagian

kerja.Tiap-tiap kelas sosial memiliki pandangan yang harus direalisasikan dalamtindakan yang sesuai dengan status sosial yang mereka miliki. Secara garisbesar, penggolongan ini membedakan antara tindakan bushi dan tindakantiga kelas lainnya dari segi moral feodal. Kelas no-ko-sho yang bergerak dalamkegiatan ekonomis secara langsung dianggap berada di luar kehidupan moral,sedangkan

bushi dianggap berada pada posisi yang memberikan aturan moralkepada tiga

lapisan masyarakat lainnya.

Sistem penggolongan tersebut mengatur dengan ketat status dan peran daritiap-tiap golongan. Seseorang yang telah dilahirkan dalam golongan tertentutidak dapat naik ke kelas lain begitu saja, tiap-tiap kelas tersebut dibedakanmenurut pekerjaan atau cara mereka untuk hidup.. Nilai pekerjaan yangmenentukan status seseorang tersebut diukur menurut beban tanggungjawab secara ekonomis dan pengorbanannya bagi kaum penguasa. Dengan demikian, hal itu berarti menempatkan suatu kelas pada tingkat yang lebih tinggi jika ia bekerja lebih keras atau lebih banyak berguna bagi kepentingan kaum penguasa dengan keuntungan yang lebih kecil bagi dirinya sendiri.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

analisis kebutuhan diatas, dilakukan perancangan sistem kerja baru untuk mengantisipasi tahapan kerja yang telah ada. Setelah cara kerja baru yang lebih baik didapatkan,

Continuous Function on Intervals.. SEC

Agar suatu fungsi terdefinisi (mempunyai daerah hasil di himpunan bilangan real), maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi1. Fungsi di

[r]

Sistem internal control berpengaruh negative dan signifikan terhadap kecurangan (Fraud) yang berarti bahwa adanya sistem internal kontrol yang baik dalam perbankan

dan Populasi Cacing Tanah Sebagai Vektor Pembawa Aspergillus niger ke Potongan Batang Kelapa Sawit ” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Dari hasil penelitian di atas analisa bivariat Aktivitas Fisik dan Indeks Massa Tubuh mempunyai nilai p = 0,807, yang menunjukkan bahwa antara Aktivitas

Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui dua cara yaitu : Tes tertulis dan Observasi. Teknik analisis