• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjaun Yuridis Mengenai Perlindungan Hak Cipta Terhadap Potret di Internet di Tinjau Dari Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjaun Yuridis Mengenai Perlindungan Hak Cipta Terhadap Potret di Internet di Tinjau Dari Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGATURAN HAK CIPTA ATAS KARYA POTRET

DALAMUNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 HAK CIPTA

A. Ruang Lingkup Hak Cipta

Setelah Indonesia merdeka dan memiliki peraturan sendiri di bidang hak cipta, sejarah pembentukan, dan perkembangan hukum hak cipta di Indonesia diwarnai dengan beberapa kali penggantian UUHC. Undang-undang mengenai hak cipta Indonesia yang pertama adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 dan diganti kembali denganUndang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 sebelum akhirnya diganti dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 dan akhirnya diganti kembali dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang berlaku saat ini.29

Ide dasar dari hak cipta adalah untuk melindungi wujud hasil karya manusia yang lahir karena kemampuan intelektualnya. Perlindungan hukum ini hanya berlaku kepada ciptaan yang telah mewujud secara khas sehingga dapat dilihat, didengar, atau dibaca.30

Selain Undang-Undang Nomor 6 tahun 1982 sampai pada pergantian-pergantian UUHC yang pada saat ini berlaku yaitu Undang-Undang No. 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, terdapat juga beberapa peraturan lain di bidang hukum kekayaan intelektual yang berkaitan dengan hak cipta sebagai berikut :31

29

Elytas Ras Ginting, Op.Cit, hlm. 48.

30Muhammad Djumhana,”

Hak Milik Intelektual Sejarah Teori Prakteknya di Indonesia” ( Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003 ), hlm. 55.

31

(2)

1. Keputusan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne Convention.

2. Keputusan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pengesahan WIPO Copyright Treaty.

3. Keputusan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1988 tentang Pengesahan persetujuan Perlindungan Hukum Timbal Balik Terhadap Hak Cipta antara Indonesia dan europe union.

4. Keputusan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1989 tentang Pengesahanpersetujuan Perlindungan Hukum Timbal Balik Terhadap Hak Cipta antara Indonesia dan Amerika

5. Keputusan Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1993 tentang pengesahan persetujuan perlindungan hukum timbal balik terhadap hak cipta antara indonesia dan australia

6. Undang-undang nomor 7 tahun 1994 tentang ratifikasi TRIPs Agrement 7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1994 tentang

Pengesahan Persetujuan Perlindungan Hukum Timbal Balik Terhadap Hak Cipta antara Indonesia dan Inggris.

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1989 Tanggal 5 April 1989 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1986 tentang Dewan Hak Cipta

9. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M. 04-PW.07.03 Tahun 1988 Tanggal 27 Mei 1988 tentang Penyidik Hak Cipta.

10.Surat Edaran Menteri Kehakiman Repunlik Indonesia Nomor. M.01-PW.07.03 Tahun 1990 Tentang kewenangan Menyidik Tindak Pidana Hak Cipta

11.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1989 Tentang Penerjemahan dan atau Perbanyakan Ciptaan Untuk Kepentingan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, Penelitian, dan Pengembangan.

12.Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2004 Tentang Pengesahan WIPO Performances and phonograms threati 1996.

13.Peraturan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang sarana Produksi Berteknologi Tinggi Untuk Cakram Optik (optical disc).

14.Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 648/MPP/Kep/10/2004 Tentang Pelaporan dan Pengawasan Perusahaan Industri Cakram Optik (Optical disc)

15.Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 11/MIND/PER/7/2005 Tentang Ketentuan Teknis Mengenai Mesin Peralatan Mesin Bahan Baku, dan Cakram Optik (Optical disc)

16.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2005 Tentang Ahli Teknologi Kekayaan Intelektual Serta Hasil Kegiatan Penelitian dan Pembangunan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan

17.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2005 Tentang konsultan Hak Kekayaan Intelektual

(3)

Perubahan-perubahan atau revisi yang berulang-ulang terhadap Undang- undang mengenai hak cipta dilakukan karena Indonesia mendapat tekanan dari masyarakat internasional agar Indonesia lebih memerhatikan perlindungan hukum hak cipta terutama hak cipta negara lain di Indonesia. Demikian pula dalam rangka memenuhi kewajiban indonesia selaku anggota WTO. Indonesia wajib menyelaraskan undang-undang mengenai hak cipta dengan konvensi-konvensi internasional lainnya, terutama dengan ketentuan TRIPs agreement guna menciptakan suatu iklim perdagangan yang sehat ( fair competition ) di indonesia. Penyempurnaan undang-undang hak cipta juga ditujukan untuk memberi perlindungan bagi karya-karya intelektual yang berasal dari keanekaragaman seni dan budaya yang ada di indonesia sendiri yang masih belum dikembangkan dalam konteks bisnis sekaligus untuk meningkatkan minat berkarya dan mengembangkan kreativitas bangsa indonesia dalam rangka peningkatan sumber daya manusia.32

Secara umum konsep undang-undang hak cipta tidak begitu jauh berbeda dengan undang hak cipta yang ada sebelumnya terutama dengan undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 dan Undang-undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 hanya saja standar perlindungan hak cipta yang diatur dalam undang-undang hak cipta telah di sesuaikan dengan standar internasional yang diatur dalam TRIPs Agreement. Sedangkan prinsip dasar perlindungan mengacu sepenuhnya pada Berne Convention.33

Undang-undang Hak cipta yang baru ini benar-benar berusaha menciptakan ketentuan hukum yang lebih efektif dan efisien guna memberikan

32

Ibid, hlm. 53.

33

(4)

perlindungan yang maksimal, baik terhadap suatu ciptaan maupun hak terkait (nightboring rights) efesiensi peraturan tersebut misalnya terkandung dalam ketentuan yang mengatur bahwa sengketa hak cipta dapat diselesaikan, baik melalui jalur litigasi maupun nonlitigasi. Sengketa hak cipta melalui jalur litigasi diserahkan kepada pengadilan niaga untuk menyelesaikan sengketa dalam waktu 90 hari plus perpanjangan 30 hari kerja terhitung sejak gugatan diajukan. Jangka waktu menyelesaikan pemeriksaan perkara hak cipta ini berlaku untuk pemeriksaan, baik di pengadilan niaga maupun Mahkamah Agung. Sedangkan upaya hukkumnya dipersingkat langsung ke Mahkamah Agung.34

Undang-Undang Hak Cipta yang terbaru ini juga telah mengadopsi ketentuan TRIPs Agreement tentang Provisional Measurement, yaitu penetapan sementara pengadilan yang sifatnya serta-merta untuk menghentikan berlangsungnya kegiatan pelanggaran atas hak cipta. Penetapan sementara pengadilan dapat dimintakan oleh pemegang hak cipta sebelum putusan pengadilan dijatuhkan dengan menunjukkan bukti kepemilikan hak atas suatu ciptaan. Pengaturan tentang penetapan sementara pengadilan ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya pencegahan berlanjutnya kegiatan pelanggaran hak cipta di Indonesia serta untuk mencegah timbulnya kerugian yang lebih besar di kemudian hari. Semua ketentuan dalam TRIPs Agreement sehubungan dengan hak cipta telah diadopsi dalam undang-undang hak cipta dengan beberapa penyesuaian dan adaptasi sebagai salah satu sikap indonesia untuk menerapkan prosedur berperkara yang adil dan seimbang sebagaimana yang diatur pada Pasal 42 TRIPs Agreement.35

34

Ibid, hlm. 55.

35

(5)

Selain itu, Undang- undang ini yang baru juga telah mengadopsi ketentuan yang diatur pada Pasal 11 WIPO Treaty yang mengatur perlindungan hukum hak cipta atas sarana pengaman teknologi. Dengan demikian, tindakan merusak (circumvent) alat pengaman suatu ciptaan telah dikategorikan sebagai suatu tindak pidan dan diancam dengan pidana penjara atau denda. Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta atau pihak lain yang menerima lebih kanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut. Hak cipta didasarkan pada kriteria keaslian ciptaan harus benar-benar berasal dari pencipta yang bersangkutan. Persyaratan keaslian ini tidaklah seketat persyaratan kebaruan dalam paten. Berdasarkan hal tersebut bahwa ruang lingkup ciptaan yang dilindungi hak cipta adalah ciptaan (works) dalam bidang ilmu (science), seni dan sastra (literary and artistic works).36

Kepemilikan sebuah hak cipta pada dasarnya merupakn pemegag hak cipta atau orang yang memiliki hak eksklusif untuk mengeksploitasi karya tersebut, misalnya untuk menggunakan, memperbanyak, menjual, dan membuat karya-karya turunannya. Secara umum hak cipta pada sebuah karya-karya pada awalnya merupakan milikdari pembuat karya tersebut yaitu pencipta.37

Menurut Elyas Ras Ginting ada empat konsep terjadinya kepemilikan dalam Undang-undang hak cipta. Ke empat konsep tersebut selengkapnya akan diuraikan secara lebih terperinci berikut ini :38

36

Ridwan Khairandy,”Pengantar Hukum Dagang, Cetakan Pertama”, (Yogyakarta : FH UII Press, 2006), hlm. 229.

37

Ibid, hlm. 231.

38

(6)

1. Joint Authorship ( Co-Authorship)

Memuat Pasal ayat 39 ayat (1) undang-undang hak cipta dalam halciptaan tidak diketahui penciptanya dan ciptaan tersebut belum dilakukan pengumuman, hak cipta atas ciptaan tersebut dipegang oleh negara untuk kepentingan pencipta. Sedangkan Pasal 39 ayat (2) undang-undang hak cipta dalam ciptaan telah dilkukan pengumuman tetapi tidak diketahui penciptanya, atau hanya tertera nama alias nya atau samaran penciptanya hak cipta atas ciptaan tersebut di pegang oleh pihak yang melakukan pengumuman untuk kepentingan pencipta. Kemudian Pasal 39 ayat (3) undang-undang hak cipta dalam hal ciptaan telah di terbitkan tetapi tidak diketahui pencipta dan pihak yang melakukan pengumuman, hak cipta atas ciptaan yersebut di pegang oleh negara untuk kepentingan pencipta.

Konsep kepemilikan hak cipta berdasarkan Joint Authorship diterapkan terhadap ciptaan yang dihasilkan dari kerja sama atau kolaborasi beberapa orang secara bersama-sama. Misalnya perbuatan atau penggarapan sebuah fotograpi. Konsep kepemilikan hak cipta berdasarkan Joint Authorship yang diatur dalam Pasal 39 undang-undang hak cipta menganggap pencipta dari ciptaan hasil kolaborasi tersebut adalah :

a. Orang yang memimpin serta mengawasi seluruh ciptaan itu sehingga selesai dengan sempurna

b. Jika tidak ada pihak yang ditunjuk untuk mengawasi penyelesaian ciptaan tersebut, yang dianggap sebagai pencipta adalah orang yang menghimpunnya tanpa mengurangi hak cipta masing-masing pihak yang memberikan kontribusinya dalam ciptaan tersebut

c. Dapat diperjanjikan bahwa hak cipta dimiliki secara bersama-sama. 2. Commisioned Authorship

(7)

lebih, yang dianggap sebagai pencipta yaitu orang yang memimpin dan mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan.sedangkan Pasal 34 Undang-undang hak cipta dalam hal dirancang oleh seseorang dan diwujudkan serta dikerjakan oleh orang lain dibawah pimpinan dan pengawasan orang yang merancang, yang dianggap pencipta yaitu orang yang merancang ciptaan

3. Commisioned Work

Commisioned Work yaitu jenis ciptaan yang diwujudkan oleh orang lain dibawah pengarahan orang yang telah merancang atau mendesain ciptaan tersebut. Pencipta berdasarkan Commisioned Work sering juga disebut sebagai pencipta pinjam tangan karena dalam mengekspresikan ide yang ada padanya, ia menggunakan orang lain untuk melakukannya dalam ini tercipta hubungan simbosis mutualisme dimana orang yang mengerjakan mendapat penghargaan berupa sejumlah uang, sedangkan siperancang mendapatkan hak cipta atas ciptaan tersebut.

4. Contract of Service dan Contract for Service

(8)

resiko ekonomi yang telah dikeluarkannya guna mewujudkan ciptaan tersebut dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Hak ekonomi merupakan hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan. Jika semua ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, pihak yang membuat karya cipta dianggap sebagai pencipta dan pemegang hak cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua belah pihak. Menurut penjelasan Pasal 4 Undang-undang hak cipta hak eksklusif adalah hak yang hanya dipeuntukkan bagi pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pencipta. Pemegang hak cipta yang bukan pencipta hanya memiliki sebagian dari hak ksklusif berupa hak ekonomi.

(9)

berbeda dengan ius personam yang hanya berlaku terhadap orang-orang tertentu. Pada umumnya ciri dari hak-hak yang termasuk dalam pemlikan adalah sebagai berikut:39

1. Pemilik mempunyai hak untuk memiliki barangnya, ia mungkin tidak memegang atau menguasai barang tersebut oleh karena barang itu, telah direbut dari orang lain. Sekalipun demikian, hak atas barang itu tetap ada pada pemegang hak semula.

2. Pemilik biasanya mempunyai hak untuk menggunakan dan menikmati barang yang dimilikinya. Pada dasarnya merupakan kemerdekaan bagi pemilik untuk berbuat terhadap barangnya.

3. Pemilik mempunyai hak untuk menghabiskan, merusak, atau mengalihkan barangnya. Pada orang yang menguasai suatu barang hak untuk mengalihkan itu tidak ada padanya karena adanya asas dad quot non habet oleh karena itu, sipenguasa tidak mempunyai hak dan tidak juga dapat melakukan pengalihan hak kepada orang lain.

4. Pemilikan mempunyai ciri yang tidak mengenal pembatasan jangka waktu, pemilikan bersifat terbuka untuk penentuan lebih lanjut dikemudian hari, sedangkan pada pemilikan secara teoritis berlaku selamanya.

Indonesia berperan aktif dalam percaturan ekonomi global. Hak cipta menjadi komoditi yang sangat berharga, dan transaksi yang berhubungan dengan hak cipta ini diatur dalam konvensi-konvensi Internasional.

Usaha untuk mengatur perlindungan hak cipta hanya dalam satu negara dirasa sangat sulit, apalagi dalam skala Internasional. Contohnya di thailand,

39

Adrian Hartanto, “Perlindungan Hukum Terhadap Penggunaan Foto Selfie oleh Pihak

(10)

terjadi kasus pembajakan film james bond terbaru dalam bentuk VCD yang dijual sebelum film aslinya diputar atau diumumkan di bioskop-bioskop Amerika Serikat. Mesin fotokopi, scanner, CD writer dan perangkat teknologi baru lainnya memungkinkan penggandaan yang merupakan pelanggaran hak cipta dilakukan dengan mudah dan cepat. Kerja sama internasional dan langkah harmonisasi hukum sangatlah diperlukan untuk mencegah pelanggaran hak cipta meluas secara global dengan menggunakan teknologi mutakhir ini. Ada sejumlah perjanjian internasional/traktat yang berkaitan dengan perlindungan hak cipta. Diantaranya adalah:40

1. Konvensi Bern ( The Berne Convention) untuk perlindungan karya sastra dan seni . sekitar 133 negara adalah peserta Konvensi ini.

2. Perjanjian umum mengenai tarif dan perdagangan ( The General Agreement on tariffs and trade (GATT) yang mencakup perjanjian internasional mengenai aspek-aspek yang dikaitkan dengan perdangan dari HAKI ( TRIPs). Sekitar 132 negara menjadi peserta konvensi ini.

3. Konvensi Hak Cipta Universal ( The Universal Copyright Convention ( UCC). Sekitar 5 negara mejadi peserta konvensi ini.

4. Konvensi Internasional untuk perlindungan para pelaku (Performe), produser rekaman suara dan lembaga penyiaran ( The Rome Convention ). Sekitar 57 negara menjadi peserta konvensi ini.

5. Traktak Hak Cipta WIPO ( WIPO Copyright Treaty/WCT), telah diratifikasi Indonesia dengan Keputusan Presiden No.19 tahu 1997.

6. Traktat pertunjukan dan rekaman suara WIPO (WIPOPerformances and Phonograms treaty/ WPPT), telah diratifikasi Indonesia dengan Keputusan Presiden No.74 tahun 2004.

Beberapa bentuk perjanjian internasional yang berkaitan dengan perlindungan hak cipta salah satunya adalah Konvensi Bern yang diadakan pada Tahun 1886 dan diselenggarakan oleh Organisasi Kekayaaan Intelektual Dunia

40

(11)

(WIPO). Indonesia menjadi anggota Konvensi Bern melindungi ciptaan-ciptaan para pencipta dari negara-negara anggota termasuk diantaranya :41

a. Karya tertulis seperti buku dan laporan. b. Musik.

c. Karya-karya drama seperti sandiwara dan koreografi. d. Karya seni seperti lukisan, gambar dan foto.

e. Karya-karya arsitektur dan

f. Karya sinematografi seperti film dan video. Konvensi Bern juga mengatur perlindungan atas :

a. Karya-karya adaptasi, seperti terjemahan karya tulis dari satu bahasa kebahasa lai, karya adaptasi dan aransemen musik, dan

b. Kumpulan/koleksi, seperti ensiklopedia dan antologi.

Dengan adanya perjanjian internasional tentang aspek-aspek yang dikaitkan dengan perdagangan kekayaan intelektual (TRIPs), materi yang harus dilindungi diperluas dengan ciptaan ciptaan sebagai berikut :

a. Karya-karya yang harus dilindungi menurut konvensi Bern. b. Program komputer.

c. Kumpulan data/informasi.

d. Pertunjukan-pertunjukan (berupa pertunjukan langsung, disiarkan atau perekeman gambar pertunjukan)

e. Rekaman suara, dan f. Penyiaran

Indonesia turut menandatangani TRIPs pada tahun 1997 dan setuju untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan TRIPs pada tahun 2000 upaya untuk melindungi HAKI berdasarkan pendekatan dari sudut perdagangan telah dilakukan sejak tahun 1979 melalui negosiasi perdagangan internasional. Alasan kuat yang mendasari upaya tesebut. Yaitu, maraknya pembajakan dan pemalsuan barang-barang yang dilindungi oleh HAKI seperti kasus pembajakan foto Ahmad

41

(12)

Subaidi yang dilakukan oleh Instansi Plat Merah di Mataram tepatnya pada tanggal 11 september 2015.42

B.Jangka Waktu Hak Cipta

Jangka waktu suatu hak cipta berbeda-beda dalam yurisdiksi yang berbeda untuk jenis ciptaan yang berbeda. Masa berlaku tersebut juga dapat bergantung pada apakah ciptaan tersebut diterbitkan atau tidak diterbitkan. Ide mengenai pembatasan jangka waktu hak cipta, sebenarnya didasarkan atas landasan filosofis tiap-tiap hak kebendaan termasuk hak cipta fungsi sosial. Sehingga dengan diberinya pembatasan jangka waktu pemilikan hak cipta maka diharapkan hak cipta itu tidak dikuasai dalam jangka waktu yang panjang di tangan si pencipta yang sekaligus sebagai pemiliknya. Dengan berakhirnya jangka waktu pemilikan tersebut maka jadilah karya cipta itu sebagai milik umum, suatu kuasa umum (public domein). Pembatasan jangka waktu hak cipta yang tercantum dalam UUHC Indonesia bukanlah satu-satunya peraturan hak cipta yang memberikan batasan. Sebenarnya mengenai pembatasan jangka waktu hak cipta adalah merupakan penjelmaan dari pandangan tentang hakikat pemilikan, dikaitkan dengan kedudukan manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk bermasyarakat, dimana hak milik itu dianggap mempunyai fungsi sosial. Oleh karena itu, dapatlah dimengerti bahwa pembatasan jangka waktu hak cipta itu adalah merupakan atas milik umum dan milik individu (perseorangan).43

Pembatasan jangka waktu hak cipta menurut ketentuan Konvensi Bern dan TRIPs, sebagian besar ciptaan tertentu harus dilindungi selama hidup pencipta dan

42

Ibid, hlm.76.

43

(13)

terus berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia, selanjutnya dalam upaya menggantikan atau merevisi undang-undang hak cipta, pembatasan jangka waktu perlindungan hak cipta menjadi 70 tahun setelah meninggalnya sipencipta dengan demikian keseimbangan antara kepentingan masyarakat yang disebut sebagai hak milik dapat lebih terwujud.44 Perlindungan hak cipta atas ciptaan potret berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.45 Hak cipta atas ciptaan yang penciptanya tidak diketahui yang dipegang oleh negara berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali dilakukan pengumuman.46 Hak cipta atas ciptaan yang dilaksanakan oleh pihak yang melakukan pengumuman berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali dilakukan pengumuman.47

Oleh karena itu si pencipta resmi memiliki hak untuk menerbitkan ciptaannya, menggandakan ciptaannya, mengumumkan ciptaannya, dan melarang pihak lain untuk melipatgandakan dan/atau menggunakan secara komersial ciptaannya. Di Indonesia berdasarkan UUHC, jangka waktu berlakunya suatu hak cipta adalah sebagai berikut :48

1. Masa Berlaku Hak Moral

a. Hak Moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk:

1) Tetap mencantumkan atau tidak mencntumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaanya untu umum.

2) Menggunakan nama aslinya atau samarannya.

3) Mengubah Cipptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat 4) Mengubah judul dan anak judul Ciptaan, dan

44

Tim Lindsey, Op.cit, hlm. 122.

45

Undang-Undang No.28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 59

46

Ibid, Pasal 60 ayat (2).

47

Ibid, Pasal 60 ayat (3).

48

(14)

5) Mempertahanan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya.

b. Hak moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dialihkan selama Pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah Pencipta meninggal dunia.

c. Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penerima dapat melepaskan atau menolak pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan pelaksanaan hak tersebut dinyatakan secara tertulis.

2. Masa Berlaku Hak Ekonomi

Pasal 58 UUHC menyatakan bahwa: a. Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan

1) buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya. 2) ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya.

3) alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

4) Lagu atau musik dengan atau tanpa teks.

5) drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim. 6) karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,

kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase. 7) karya arsitektur.

8) Peta, dan

9) karya seni batik atau seni motif lain.

berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia.

(15)

c. Perlindungan hak cipta atas ciptaan yang dimiliki atau dipegang oleh badan hukum berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.49

Sementara itu, untuk jenis ciptaan yang berupa : 1) Karya fotografi.

2) Potret.

3) Karya sinematografi. 4) Permainan vidio. 5) Program komputer. 6) Perwajahan karya tulis.

7) Terjemahan, tafsiran, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi, dan karya lain dari hasil transformasi.

8) Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi ekspresi budaya tradisional.

9) Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan program komputer atau media lainnya, dan

10)Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli.

Sesuai dengan Pasal 59 ayat (1), perlindungannya diberikan selama 50 tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.50

C. Pendaftaran Hak Cipta

Pendaftaran hak cipta berbeda dengan merek dagang, di indonesia tidak ada ketentuan yang mewajibkan pendaftaran ciptaan untuk mendapatkan hak cipta. Meskipun demikian, pendaftaran dapat dilakukan secara sukarela. Bagi pencipta maupun pemegang hak cipta yang mendaftarkan ciptaannya, dapat menjadikan surat pendaftarannya sebagai alat bukti awal dipengadilan bila dikemudian hari timbul sengketa mengenai ciptaan tersebut. Anggota TRIPs dan negara-negara peserta Konvensi Bern harus secara otomatis memberikan perlindungan terhadap Ciptaan yang dilindungi hak cipta. Sejumlah negara seperti

49

Ibid, Pasal 58.

50

(16)

Amerika Serikat memiliki sistem pendaftaran untuk hak cipta. Akan tetapi, guna memenuhi ketentuan TRIPs ditetapkan bahwa untuk memperoleh perlindungan atas hak cipta, pendaftaran tersebut haruslah bersifat sukarela dan tidak dinggap sebagai suatu kewajiban. Pada dasarnya keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari pendaftaran dimaksudkan untuk membantu membuktikan kepemilikan. Adalah bijak mendaftarkan ciptaan bernilai komersial atau penting dalam situasi tertentu karena sering kali muncul kesulitan untuk membuktikan kepemilikan di pengadilan.51

Prinsip ini tercantum dalam Undang-Undang Hak Cipta Indonesia. Jika melihat pada prinsip dasar lahirnya hak cipta, maka rujuknya bukanlah pada pendaftaran, yang saat ini dalam UUHC istilahnya disebut dengan pencatatan, akan tetapi hak cipta telah lahir secara otomatis pada saat suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata, diumumkan, dan dapat diperbanyak, pencatatan ciptaan pada direktur jenderal Hak Kekayaan Intelektual bukan merupakan banyak syarat untuk mendapatkan hak cipta. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 64 UUHC. Akan tetapi, pencatatan perlu dilakukan oleh pencipta ketika komersialisasi ciptaan dilakukan secara maksimal sebagai alat bukti atau pengukuhan apabila terjadi sengketa.52

Pencatatan ciptaan atau produk hak terkait dalam daftar umum ciptaan bukan merupakan pengesahan atas isi, arti, maksud atau bentuk dari ciptaan atau produk hak terkait yang dicatat. Dalam hal Menteri menerima permohonan, menteri menerbitkan surat pencatatan ciptaan dan mencatat dalam daftar umum ciptaan. Daftar umum ciptaan memuat nama pencipta dan pemegang hak cipta

51

Tim Lindsey, Op.Cit. hlm.107-108.

52

(17)

atau nama pemilik produk hak terkait, tanggal penerimaan surat permohonan, tanggal lengkapnya persyaratan. Menteri menyelenggarakan pencatatan dan penghapusan ciptaan dan produk hak terkait.53

Pencatatan ciptaan dan produk terkait bukan merupakan syarat untuk mendapatkan hak cipta dan hak terkait. Pencatatan ciptaan dan produk hak terkait bukan merupakan suatu keharusan bagi pencipta, pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait. Perlindungan suatu ciptaan dimulai sejak ciptaan itu ada atau terwujud karena pencatatan. Hal ini berarti suatu ciptaan baik yang tercatat maupun tidak tercatat tetap dilindungi.54 Pencatatan ciptaan tidak dapat dilakukan terhadap seni lukis yang berupa logo atau tanda pembeda yang digunakan sebagai merek dalam perdagangan barang/jasa atau digunakan sebagai lambing organisasi, badan usaha, atau badan hukum.55

Pencatatan ciptaan dan produk hak terkait diajukan dengan Permohonan secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh pencipta, pemegang hak cipta, pemilik hak terkait, atau kuasanya kepada Menteri.56 Kecuali terbukti sebaliknya, surat pencatatan penciptaan merupakan bukti awal kepemilikan suatu ciptaan atau produk hak terkait.57 Pencatatan ciptaan atau produk hak terkait dalam daftar umum ciptaan bukan merupakan pengesahan atas isi, arti, maksud, atau bentuk dari ciptaan atau produk hak terkait yang dicatat.58 Kekuatan hukum pencatatan ciptaan dan produk Hak Terkait hapus karena: permintaan orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik

53

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 64 ayat (1).

54

Ibid, Penjelasan Pasal 64 ayat (2).

55

Pasal 65 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

56

Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

57

Pasal 69 ayat (4) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

58

(18)

hak terkait, lampaunya waktu, putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap mengenai pembatalan pencatatan ciptaan atau produk hak terkait; atau melanggar norma agama, norma susila, ketertiban umum, pertahanan dan keamanan negara, atau peraturan perundang-undangan yang penghapusannya dilakukan oleh Menteri.59 Penghapusan pencatatan ciptaan atas permintaan orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hak terkait dikenai biaya. 60 Ketentuan lebih lanjut mengenai hapusnya kekuatan hukum pencatatan ciptaan dan produk hak terkait diatur dengan peraturan pemerintah.61 Pengalihan Hak atas pencatatan ciptaan dan produk hak terkait dapat dilakukan jika seluruh hak cipta atas ciptaan tercatat dialihkan haknya kepada penerima hak.62

D. Penyelesaian Sengketa dan Ketentuan Pidana

Setiap terjadi sengketa, para pihak yang bersangkutan tentunya sengketa tersebut. Berbagai cara dapat digunakan untuk menyelesaikannya, baik melalui pengadilan maupun di luar pengadilan, bahkan saat ini marak adanya kecenderungan masyarakat untuk menggunakan kekerasan sebagai penyelesaian sengketa. Masyarakat memandang bahwa dengan melakukan kekerasan, sengketa yang terjadi akan dapat diselesaikan. Penyelesaian sengketa dengaan cara kekerasan tidak akan pernah dapat di selesaikan karena masing-masing pihak akan berusaha untuk membalas kekalahan kepada pihak lainnya.63

59

Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014

60

Pasal 74 ayat (2) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014

61

Pasal 75 Undang-Undang N0. 28 Tahun 2014

62

Pasal 76 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014

63

(19)

Pelanggaran hak cipta dan hak terkait selain dapat dituntut secara pidana juga secara perdata ke Pengadilan Niaga di wilayah domisili hukum pelaku pelanggaran. Keleluasaan yang diberikan oleh UUHC untuk dapat menyelesaikan sengketa hak cipta secara keperdataan ataupun melalui jalur nonlitigasi tidak mengakibatkan gugurnya hak penuntut umum untuk mengajukan tuntutan pidana atas pelaku pelanggaran hak cipta. Undang-undang hak cipta menegaskan bahwa penyelesaian sengketa keperdataan di bidang hak cipta tidak menghapuskan hak jaksa penuntut umum untuk melakukan penuntutan pidana. 64 Penyelesaian sengketa hak cipta dapat dilakukan melalui alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase atau pengadilan. Yang dimaksud dengan arbitrase adalah salah satu jenis alternatif penyelesaian sengketa dengan menyerahkan wewenang kepada pihak netral yang di sebut arbiter untuk memberikan putusan sedangkan alternatif penyelesaian sengketa adalah proses penyelesaian sengketa melalui mediasi, negosiasi atau konsiliasi. 65 Pengadilan yang berwenang adalah Pengadilan Niaga.66Pengadilan lainnya selain Pengadilan Niaga tidak berwenang menangani penyelesaian sengketa hak cipta.67 Selain pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait dalam bentuk pembajakan, sepanjang para pihak yang bersengketa diketahui keberadaannya dan/atau berada di wilayah Negara Indonesia Republik Indonesia harus menempuh terlebih dahulu penyelesaian sengketa melalui mediasi sebelum melakukan tuntutan pidana.68 Pencipta, pemegang hak cipta dan/atau pemegang hak terkait atau ahli warisnya yang mengalami kerugian hak ekonomi

64

Elyta Ras Ginting, Op.Cit, hlm. 252.

65

Undang-Undang No.28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Penjelasan Pasal 95 ayat (1).

66

Pasal 95 ayat (2) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

67

Pasal 95 ayat (3) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

68

(20)

berhak memperoleh ganti rugi. 69 Pembayaran ganti rugi kepada pencipta, pemegang hak cipta dan/atau pemilik hak terkait dibayarkan paling lama 6 (enam) bulan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.70 Jenis-jenis perbuatan yang dikategorikan oleh UUHC sebagai pelanggaran hak cipta berikut ancaman hukuman telah ditentukan secara tegas dalam Undang-undang hak cipta. Pada dasarnya setiap bentuk perbuatan yang melanggar hak eksklusif pemegang hak cipta dan hak terkait dan hak moral (moral rights) akan dijatuhi dengan hukuman yang bersifat kumulatif yaitu pidana penjara dan/atau denda.71

Pelanggaran hak eksklusif pencipta ataupun hak moral pencipta dapat dituntut secara pidana dan perdata sekaligus karena UUHC dalam Pasal 66 telah menetapkan bahwa penuntutan perdata tidak menghilangkan sifat pidana, baik dari pelanggaran hak cipta, hak terkait, maupun hak moral. Karena itu, meskipun telah ada suatu putusan perdata terhadap pelanggaran hak cipta, penuntut umum tidak menghilangkan haknya untuk mengajukan tuntutan pidana terhadap pelanggaran hak cipta, hak terkait, ataupun hak moral tersebut. Gugatan ganti rugi dapat berupa permintaan untuk menyerahkan seluruh atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari penyelengaraan pertunjukan dan pamerankarya fotografi yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta atau produk hak terkait.72 Dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak gugatan didaftarkan, pendaftaran niaga menetapkan hari sidang. Pemberitahuan dan pemanggilan para pihak dilakukan

69

Pasal 96 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

70

Pasal 95 ayat (3) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

71

Elyas Ras Ginting, Op.Cit, hlm.249.

72

(21)

oleh juru sita dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak gugatan didaftarkan.73

Penggunaan secara komersial adalah pemanfaatan Ciptaan dan/atau produkhak terkait dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan ekonomi dari berbagai sumber atau berbayar.74 Adapun ketentuan pidana penggunaan secara

komersial Pasal 112 UUHC 2014 yang berbunyi: “Setiap orang yang dengan

tanpa hak melakukan perbuatan untuk penggunaan secara komersial, dipidanakan dengan pidana penjara paling lama 2 (dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).75

Hak ekonomi merupakan hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan.76 Pencipta atau pemegang hakcipta memiliki hak ekonomi untuk melakukan penerbitan ciptaan, penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya, penerjemahan ciptaan, pengadaptasian, pengarangsemenan, atau pentransformasian ciptaan pendistribusian ciptaan atau salinannya, pertunjukan ciptaan, pengumuman ciptaan, komunikasi ciptaan dan penyewaan ciptaan. 77 Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi wajib mendapatkan izin pencipta atau pemegang hak cipta.78 Setiap orang yang tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta dilarang menggandakan dan/atau melakukan penggunaan ciptaan secara komersial.79 Hak ekonomi untuk melakukan pendistribusian ciptaan atau salinannya tidak berlaku terhadap ciptaan atau salinannya yang telah dijual atau yang telah dialihkan

Pasal 8 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

77

Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

78

Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

79

(22)

kepemilikan ciptaan kepada siapapun. 80 Ketentuan Pasal 12 UUHC untuk meminta izin ini berlaku bagi hak ekonomi atas potret yang dibuat atas permintaan (atau atas nama) orang yang dipotret atau untuk kepentingan orang yang dipotret. Setiap orang dapat menggunakan ciptaan secara komersial dalam suatu pertunjukan tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada pencipta dengan membayar imbalan kepada pencipta melalui Lembaga Manajemen Kolektif.81 Adapun ketentuan pidana tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta untuk penggunaan secara komersial yaitu Pasal 113 ayat (2) UUHC 2014 bahwa “Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah.82 Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).83

Pembajakan adalah penggandaan hak cipta dan/atau produk hak terkait secara tidak sah dan pendistribusian barang hasil penggandaan dimaksud secara luas untuk memperoleh keuntungan ekonomi.84 Pembajakan terhadap karya orang lain seperti buku dan rekaman adalah salah satu bentuk dari tindak pidana hak cipta yang dilarang dalam Undang-Undang Hak Cipta. Adapun ketentuan pidana

80

Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang N0. 28 Tahun 2014.

81

Pasal 23 ayat (5) Undang-Undang No. 24 Tahun 2014.

82

Pasal 113 ayat (2) Undang-Undang No. 24 Tahun 2014.

83

Pasal 113 ayat (3) Undang-Undang No. 24 Tahun 2014.

84

(23)

UUHC 2014 yang berbunyi: “Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).85 Setiap orang yang memenuhui unsur yang dilakukan dalam bentuk pembajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).86

Penggandaan adalah proses, perbuatan, atau cara menggandakan satu salinan ciptaan dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam bentuk apapun, secara permanen atau sementara.87 Penggandaan sebanyak 1 (satu) salinan atau adaptasi program komputer yang dilakukan oleh pengguna yang sah dapat dilakukan tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta.88 Penggandaan untuk kepentingan pribadi atas ciptaan yang telah dilakukan pengumuman hanya dapat dibuat sebanyak 1 (satu) salinan dan dapat dilakukan tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta.89

Aktivitas mengunggah foto atau potret orang lain, yang disertai dengan penjelasan di bawah foto/potret tersebut sekarang semakin marak, apalagi dengan semakin seringnya publik menggunakan fasilitas media sosial. Pada saat ini, rezim hak cipta diatur dalam UUHC baru yang mencabut UUHC lama. Berdasarkan UUHC baru, potret adalah karya fotografi dengan objek manusia, dan ini adalah salah satu ciptaan yang dilindungi dalam rezim hak cipta sebelumnya, UUHC

85

Pasal 113 ayat (4) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

86

Pasal 116 ayat (4) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

87

Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

88

Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

89

(24)

lama memang mengatur bahwa pencipta atau pemegang hak cipta atas potret seseorang harus mendapatkan izin dari orang yang dipotret, atau izin ahli warisnya ketika ingin melakukan publikasi atas potret yang dimaksud. Namun, ketentuan seperti ini tidak lagi tercantum dalam UUHC 2014. Sebagai gantinya, melarang penggunaan secara komersial, penggandaan, pengumuman, pendistribusian, dan/atau komunikasi atas potret yang dibuatnya guna kepentingan reklame atau periklanan secara komersial tanpa persetujuan tertulis dari orang yang dipotret atau ahli warisnya. Adapun ketentuan pidana UUHC 2014 yang berbunyi: “Setiap orang yang tanpa persetujuan dari orang yang dipotret atau ahli warisnya melakukan Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian, atau Komunikasi atas Potret untuk kepentingan reklame atau periklanan untuk Penggunaan Secara Komersial baik dalam media elektonik maupun non elektronik, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).90

Ketika seseorang melakukan publikasi atas potret orang lain bukan untuk tujuan komersial, maka kegiatannya ini tidak dapat dihukum berdasarkan UUHC.

Adapun ketentuan pidana UUHC 2014 yang berbunyi: “Setiap orang yang dengan

tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).91 Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun

90

Pasal 115 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

91

(25)

dan/atau pidana dendapaling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).92 Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).93

Dengan melihat ketentuan dan penjelasan di atas, setiap orang harus hati-hati ketika mempublikasikan foto/potret orang lain.Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).94 Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi untuk penggunaan secara komersial, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).95 Setiap Oorang yang memenuhi unsur yang dilakukan dalam bentuk pembajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).96 Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, dan/atau huruf d untuk penggunaan

92

Pasal 116 ayat (2) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

93

Pasal 116 ayat (3) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

94

Pasal 117 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

95

Pasal 117 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

96

(26)

secara komersial, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).97

Pengaturan mengenai suatu hak cipta yang diatur oleh Undang-undang hak cipta No.28 Tahun 2014 menurut penulis sudah di atur secara terperinci baik itu dalam batas jangka waktu perlindungan suatu karya cipta, pencatatan suatu karya cipta, bagaimana cara penyelesaian sengketa apabila terjadi permasalahan mengenai hak cipta, dan sampai pada aturan dan sanksi-sanksi yang diatur dalam undang-undang hak cipta.

97

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kegiatan dari tahun 2010 menunjukkan bahwa: (1) Pemberian pupuk urea di Serang dan Cianjur secara umum menyebabkan peningkatan populasi bakteri pelarut P dan K , (2)

Bangsa yang memperkosa hak bangsa lain atau orang yang memperbudakkan sesama manusia telah melakukan kesalahan.Tetapi kesalahan tidak boleh ditimpakan kepada si gagah

Usulan konektivitas transportasi terdiri dari optimalisasi jaringan jalan yang menghubungkan Kecamatan Tanggunggunung - Kecamatan Besuki, Kecamatan Tanggunggunung – Kecamatan

Pada pengujian-pengujian ini memperlihatkan bahwa parameter-parameter kuat geser tanah pada tegangan efektif baik kondisi terdrainasi (c d , φd ) maupun tidak terdrainasi

Tingkat pengetahuan wanita premenopause di Dukuh Ngablak Kelurahan Tanjung Kecamatan Klego Kota Boyolali tentang menopause pada tingkat baik sebanyak 8 responden (26,7%),

Dilihat dari hasil presentase kuisioner yang dijawab oleh 30 responden adalah 84%, profil pelatih dan atlet Kebumen United Angels berada pada kategori baik

Karangan ini diarahkan untuk mengungkapkan hal-hal yang telah mendasari predikat yang dipautkan pada penduduk ini dari dua sisi itu agar dapat dipahami mengapa predikat ini

Untuk mengetahui kadar antioksidan pada buah kiwi, dilakukan serangkaian analisis... Analisis kuantitatif berupa penentuan aktivitas antioksidan, kadar flavonoid kadar fenolik