• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mohammad Khairul Umam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mohammad Khairul Umam"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

REPRESENTASI KEKUASAAN ORDE BARU PADA KUMPULAN PUISI

MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIAKARYA TAUFIQ ISMAIL

Mohammad Khairul Umam

Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma irulpojur9@gmail.com

Abstrak: Tujuan kajian ini adalah untuk memperoleh deskripsi secara objektif tentang Representasi Kekuasaan Orde Baru pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia KaryaTaufiq Ismail.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah memetik dan kualitatif. Teknik pengumpulan data penelitianini adalah observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah (1) kodifikasi data (2) klasisfikasi data, (3) deskripsi data, dan (4) analsiskonten, yaitu menganalis isis teks.Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah literatur, kumpulan puisiMalu (Aku) Jadi Orang Indonesiakarya Taufiq Ismail yang diterbitkan oleh Cakrawala Budaya Indonesia. Interpretasi menggambarkan bagaimana penyair yang kala itu sebagai objek (rakyat yang merasa tertindas). Sehingga muncullah bahasa yang digunakan sarat dengan kritikan, ketakutan dan keserakan penguasa. Penyair juga menjadi bagian dari sejarah pada kala itu, khususnya gambaran rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Hasil dari penelitian ini bisa diimplementasikan dalam pembelajaran sastra sehingga siswa mampu merepresentasikan aspek kekuasaan dalam kumpulan puisiMalu (Aku) Jadi Orang Indonesiakarya Taufiq Ismail.

Kata-kata Kunci: representasi,kekuasaan, kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia

PENDAHULUAN

Puisi memiliki peranan yang kuat dalam membangun visi kehidupan manusia. Karena disadari atau tidak, puisiselalu berkaitan dengan bagaimana menghadapi masa depan dan menciptakan masa depan, sebagai hasil dari pendalaman terhadap realitas kontemporer untuk merasakan realitas kehidupan dan mengetahui kemana arah tujuannya.

Potret puisi sebenarnya adalah potret manusia itu sendiri dan alam semesta sebagai lingkungan tempat manusia hidup dan tumbuh sebagai makhluk. Sehingga akan sangat benar

jika diambil suatu manifesto bahwa nuansa dan corak puisi akan menyesuaikan diri dengan kehidupan, jiwa dan refleksitas penyair secara subjektif.

(2)

Masalah keadilan dan kekua-saan selalu menjadi topik yang relevan untuk dibicarakan, jika terjadi kesenjangan yang semakin jauh antara lapisan atas dan lapisan bawah. Hal ini yang memotivasi manusia dan kelompoknya berusaha untuk melawan dengan berbagai cara. Ada orang yang bersedia mempertaruhkan nyawa-nya atau rela meninggalkan kedudu-kannya, bahkan mengorbankan harta bendanya untuk menegakkan keadilan serta melawan dari kekuasaan itu sendiri.

Dalam konteks masyarakat di lndonesia dari zaman pejajahan sam-pai sekarang, tuntutan keadilan terus dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa wujud ketidakadilan masih ada. Berbagai bentuk penindasan, korupsi, penyalahgunaan jabatan, penyalahguna-an kekuasapenyalahguna-an, dpenyalahguna-an kecurpenyalahguna-angpenyalahguna-an pemilu adalah wujud ketidakadilan. Menurut Nurcholis Madjid, bangsa ini sekian lama terkungkung dalam ketidakadilan dan memarjinalkan kaum minoritas (Madjid, 2008:24).

Peran sastrawan tidak bisa dianggap kecil dalam menyuarakan keadilan karena para sastrawan pada setiap peristiwa politik ikut berperan aktif sebagai kelompok yang memba-ngun kesadaran masyarakat supaya tidak tinggal diam menyaksikan berba-gai ketidakadilan. Kebebasan kreatif sastrawan diejawantahkan dalam bentuk karya sastra yang menggambarkan penidasan, kebobrokan moral, atau kritik sosial sebagai wujud tanggung jawab sosial satrawan (Mahayana, 2005:48).

Hubungan manusia masyara-kat, kekuasaan dan keadilan banyak menarik perhatian para penyair untuk menuangkannya dalam puisi (Pradopo,2007:147). Pemihakan

terhadap kaum lemah merupakan aspirasi yang sering menjadi tema puisi para penyair. Pemberontakan Chairil Anwar terha-dap ketidakadilan penjajah diungkap-kan dalam puisinya yang berjudul "Kerawang Bekasi". Begitu juga yang dilakukan oleh Taufiq Ismail dalam puisinya "Tirani dan Benteng". Ia menulis dan membacakan puisi-puisinya yang berisi protes dan kritik terhadap ketidakadilan pada zaman pemerintahan Soekarno.

Medium karya sastra adalah bahasa. Membicarakan puisi berarti membicarakan kebahasaan dalam pui-si. Setiap pengarang menulis puisi berdasarkan ekspresi perasaannya sehingga bahasa yang digunakan bisa dimaknai berbeda. Menurut Riffaterre puisi dari waktu ke waktu selalu berubah disebabkan oleh perbedaan konsep dan evolusi selera (dalam Pradopo, 2009:1). Puisi sebagai salah satu karya sastra dapat dianalisis dari bermacam-macam aspeknya. Dianalisis diantaranya dengan menggunakan pendekatan semiotik dengan tujuan memahami makna yang terkandung dalam puisi. Menganalisis puisi adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks puisi.

(3)

hal dengan arti lain, yang disebut ketidaklangsungan ekspresi menurut Riffaterre (Pradopo, 2009:12).

Puisi dikatakan analogi dengan menggunakan konvensi-konvensi kesusastraan yang dianalogikan dengan bahasa lain dalam puisinya. Akan tetapi struktur, alur cerita, teknik penyajian, dan karakter memiliki kesamaan dengan bahasa lain. Sebagaimana anggapan intertekstual bahwa memahami puisi yang baik adalah memahami semua konvensinya, maka dalam analisis puisi yang utama dicari tanda-tanda kebahasaan sesudah itu dianalisis tanda-tanda tambahan yang lain yang merupakan konvensi tambahan dalam puisi.

Puisi merupakan salah satu genre sastra yang makin lama makin berkembang dari waktu ke waktu, baik dari segi bentuk maupun jumlah peminatnya. Sebagai sebuah karya sastra, puisi tentunya memiliki hakikat dan fungsi yang disebut dulce et utile. Dulce artinya menyenangkan, sedangkan utile artinya bermanfaat. Jika menyoroti hakikat dulce, penyair berusaha sebisa mungkin menggunakan berbagai cara untuk membuat puisinya memiliki kesan yang menyenangkan.

Salah satu cara yang digunakan penyair untuk menimbulkan kesan menyenangkan pada puisinya adalah dengan menggunakan ketidak langsungan ekspresi puisi. Ketidak langsungan ekspresi puisi ini menurut Riffaterre (dalam Pradopo,1997:210) merupakan konvensi tambahan puisi bahwa puisi itu menyatakan pengertian-pengertian atau hal-hal secara tidak langsung, yaitu menyatakan sesuatu hal yang berarti lain.

Taufiq Ismail adalah penyair yang sangat peka dengan sejarah, karena riwayat hidup pribadinya

memang sarat dengan pengalaman sejarah dan menunjukkan keterlibatan penuh di dalamnya. Beliau ikut menandatangani Manifes Kebudayaan pada tahun 1963, dan sesudah Manifes dilarang pada tahun1964, izin untuk melanjutkan sekolahnya ke Amerika Serikat dibatalkan. Lalu beliau dikeluarkan dari pekerjaannya di Institut Pertanian Bogor. Karena beliau tumbuh sebagai sosok yang menentang segala bentuk penindasan. Kumpulan puisinya Tirani dan Benteng yang ditulis pada tahun1966 adalah protes terhadap Orde Lama, gugatan pada keangkuhan kekuasaan politik. Adapun dalam kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia adalah salah satu protes kepada Orde Baru, gugagatan kepada kebobrokan akhlak yang lebih luas dari sekedar kekuasaan politik. Katanya, Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak/ Hukum tak tegak, doyong berderak-derak (2004:19).

Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno (Wayan, Badrika,2006:35).

Orde Baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut,ekonomi Indonesia berkembang pesat meski hal ini dibarengi praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.

(4)

Melalui Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), Soeharto mulai berkuasa danmemperkenalkan sistem politik barunya yang disebut dengan Demokrasi Pancasila. Pemerintahan yang sering disebut dengan Orde Baru ini, secara formil berlandaskan padaPancasila, UUD 1945, dan Tap MPRS. Orde Baru berencana merubah kehidupan sosial dan politik dengan landasan ideal Pancasila dan UUD 1945. Jadi secara tidak langsung, Sukarno dan Soeharto sama-sama berpedoman pada UUD 1945. Rancangan Pembangunan Lima Tahun(Pelita) adalah salah satu program besarnya untuk mewujudkan itu. Tahapan yang dijalani orde baru adalah merumuskan dan menjadikan Pancasila sebagai ideologi Negara, sehingga pancasila membudaya di masyarakat. Ideologi Pancasila bersum-ber pada cara pandang integralistik yang mengutamakan gagasan tentang negara yang bersifat persatuan. Sehingga Pancasila diformalkan menjadi satu-satunya asas bagi organisasi kekuatan politik dan organisasi keagamaan-kemasyarakatan lainnya. Dan kesetiaan kepada ideologi-ideologi selain Pancasila disamakan dengan tindakan subversi. Di era ini, kekuatan politik bergeser pada militer, teknokrasi dan birokrasi. Gagasan dan ide membu-tuhkan langkah praktis untuk menyeim-bangkan dan keseimbangan. Dan ini tidak terjadi pada masa demokrasi Pancasila. Ia hanya menjadi sebatas konsep besar yang tidak diterapkan dengan utuh. Buktinya masih banyak penyelewengan yangironisnya berkedok demokrasi di dalam pemerintah. Bisa diuraikan, masa-masa ini adalah dimana negara dan rakyat berhadap-hadapan dan pemerintah sangat mendominasi. Selama rezim Orde Baru berkuasa, demokrasi pancasila yang dicanangkan dalam

pengertian normatif dan empirik tidak pernah sejalan. Ia hanya menjadi slogan kosong. Ia tidak lebih baik dari dua model demokrasi sebelumnya karena penerapannya yang jauh dari kenyataan berlawanan dengan tujuan demokrasi sendiri. Orde Baru justru menghambat dan membelenggu kebebasan rakyat. Ia tidak sejalan dengan esensi dan substansi demokrasi. Kekuasaan menjadi sentra-listis pada kepemimpinan Soeharto. Demokrasi baginya hanyalah alat untuk mengkristalisasikan kekuasaannya. Soeharto kembali menghadirkan ‘demo-krasi terpimpin kostitusional’ model barudengan melandaskan ideologi pancasila sebagai dasar dan falsafah demokrasi.Selama tiga dasawarsa, pemerintahannya menjadi rezim yang sangat kuat. Pemilihan umum tidak lagi menjadi sentral demokratisasi di negara. Meski telah diadakan selama enam kali dimasa Soeharto, pemilu sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai demokratis. Masih terjadi dominasi satu partai yang sebenarnya dikontrol dan dikelola oleh Soeharto yang kekuasaannya didukung penuh oleh militer. Tidak ubahnya yang terjadi adalah ‘demokrasi’ yang membunuh demokrasi.

Kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia mengungkapkan topik utang lndonesia, korupsi, suap, keserakahan penguasa indoktrinasi, kecurangan pemilu, pengingkaran terhadap Undang-Undang Dasar dan lain sebagainya (Ismail,2004: 23). Masalah-masalah yang diungkapkan dalam kumpulan puisiMalu (Aku) Jadi Orang Indonesia berkaitan dengan masalah kekuasaan, keadilan dan mengupas kebijakan dan politik yang ada di Indonesia.

(5)

anggotanya (Eriyanto, 2011:272). Kekuasaan ini umunya didasarka kepada kepemilikan atau sumber-sumber yang bernilai seperti uang, status dan pengetahuan. Dalam kekuasaan, ada pihak yang dominan dan ada pihak yang tidak dominan. Pihak yang tidak dominan disebut pula pihak yang didominasi atau subordinat. Kekuasaan tidak hanya berkenaan dengan kekuasaan politik seperti tampak pada dominasi pemerintah dan rakyatnya, tetapi juga “kekuasaan personal”, seperti tampak pada dominasi individu tertentu.Atas dasar itulah maka peneliti tertarik dengan judul“Representasi Kekuasaan Orde Baru pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail”.

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah memetik. Pendekatan memetik adalah selalu mengkaji karya sastra dengan realitas dan kenyataan atau tinjauan yang terjadi di masyarakat.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena dalam analisis data penelitian, tidak menggunakan teknik statistik melainkan analisis dalam bentuk kata-kata atau simbol (Arikunto, 2010:282). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analisis teks puisi menggunakan paradigma kritis, yaitu melihat puisi bukanlah saluran yang netral, dan menjadi ruang publik dari berbagai pandangan yang bersebrangan dalam masyarakat.

Analisis pada paradigma kritis mendasarkan diri pada penafsiran peneliti pada teks sehingga tidak dapat menghindari subyektivitas. Ketika menafsirkan suatu teks, pengalaman, latar belakang budaya peneliti,

pendidikan, afiliasi politik bahkan keberpihakan akan mempengaruhi hasil interpretasi (Eriyanto, 2011:62).

Dalam pandangan kritis, bukan dengan reabilitas dan validitas mutu sebuah penelitian harus diukur. Penelitian dalam pandangan kritis dipandang bagus jikalau peneliti mampu memperhatikan konteks sosial, ekonomi, politik, dan analisis komprehensif yang lain. Dengan demikian, penafsiran subyektif yang dilakukan oleh peneliti bisa kuat, karena interpretasi yang dilakukan mampu menutup kemung-kinan adanya interpretasi lain (Eriyanto, 2011:64).

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai alat penelitian utamayang berperan sebagai pengamat penuh atas “Representasi Kekuasaan Orde Baru pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesiakarya Taufiq Ismail”.

Spesifikasi data merupakan hal yang urgen bagi peneliti, untuk memeroleh data yang spesifik peneliti membaca buku kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesiasecara berulang-ulang.

Setting penelitian adalah tempat dan waktu dilaksanakannya peneli-tian.Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2017. Penelitian ini memfokuskan pada representasi kekuasaan orde baru pada kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia. Khususnya pada kata tentang kekuasaan, metafora dan kalimat.

(6)

Ismail.

Data adalah fakta emperik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan data misalanya wawancara, analisis dokumen atau observasi yang yang telah ditungakan dalam catatatan lapangan (transkip).

Pengumpulan data adalah proses yang dilakukan sesuai dengan metode penelitian yang digunakan. Teknik pengumpulan data penelitianini adalah observasi dan dokumentasi.

Teknik observasi adalah berupa pengamatan secara mendalam terhadap kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufiq Ismail. Alasan digunakanny ateknik dokumentasi dalam penelitian ini karena data yang akan dianalisis berupa kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufiq Ismail.

Teknik dokumentasi adalah penulisan data temuan dalam table pengumpulan data sesuaidengan klasi-fikasi data penelitian. Adapun data dalam penelitian ini berupa kata dan kalimat dalam teks yang mengandung representasi kekuasaan Orde Baru pada kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang IndonesiakaryaTaufiq Ismail.

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tahap:(1) Memakai kode terhadap teks.(2) Klasisfikasi data, yaitu menggolongkan data sesuai dengan jenisnya. (3) Deskripsi data, yaitumemaparkan atau menguraikan data dengan kata kata secaraterperinci. (4) Analsis konten, yaitu menganalis isis teks.Selanjutnya dari hasil pengolahan tadi disajikan ke

dalam bentuk table analisis kumpulan puisiMalu (Aku ) Jadi Orang Indonesia. Data yang telah dianalisis perlu dicek kembali untuk mepertanggung-jawabkan keabsahannya. Pengecekan keabsahan temuan data dilakukan dengan cara (1) membaca berulang-ulang data temuan, (2) melakukan komparasi dengan kajian pustaka,dan (3) trianggulasi. Membaca berulang-ulang data temuan sebagai upaya untuk mememperoleh korpus data yang benar atau valid sesuai dengan representasi kekuasaan yang dicari. Data yang diperoleh senantiasa dianalisis secara terus menerus sampai diperoleh data jenuh dan disimpulkan.

Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian,diantaranya: (1) penetapan judul penelitian yang kemudiandikon-sultasikan kepada dosen pembimbing, (2) melakukan studi pustaka atau mencari referensi yang sesuai dengan objek dan masalah penelitian, (3) pembuatan rancangan penelitian.

Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti antara lain: (1) mengumpulkan data, (2) analisis data, (3) konsultasi hasil analisis data penelitian kepada dosen pembimbing untuk mendapatkan masukan.

Tahap pelapora nmeliputi (1) penulisan laporan penelitian secara utuh, (2) perbaikan dan penyempurnaan laporan, (3) penggandaaan laporan penelitian, (4) penyerahan laporan hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan Kata Kekuasaan pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia

(7)

untuk mempengaruhi tingkah-lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkahlaku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu. Kekuasaan Politik adalah “kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan sendiri”.

Unsur-unsur kekuasaan, ada tiga komponen dalam rangkaian kekuasaan yang akan mempengaruhi penguasa atau pemimpin dalam menjalankan kekuasaannya (Hidayat, 2009:32-33). Komponen ini harus diikuti, dipelajari, karena saling terkait didalam roda kehidupan penguasa.Tiga komponen ini adalah pemimpin (pemilik atau pengendali kekuasaan), pengikut dan situasi.

Berdasar pada pendapat ini penulis tertarik untuk melakukan kajian terhadap puisi-puisi Taufiq Ismail.Pilihan pada karya-karya Taufiq Ismail karena Taufiq Ismail adalah sosok penyair yang produktif mencipta dengan tema-tema tentang kekuasaan dan kemanusiaan.

Pada analisis penggunaan baha-sa tentang kekuabaha-saan ini mengangkat 16 puisi yang mempresentasikan bagaimana kekuasan itu sarat dengan korupsi,penindasan, kecurangan pemilu, kesera-kahan, intimidasi, utang negara, kritik sosial, kepentingan kelompok, kebijak-an, pemerintahan dan, rakyat.

”Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia” sangat erat hubungannya dengan kritik sosial, perlawanan dan masalah kejatahan yang dilakukan oleh penguasa kala itu, yakni pada masa Orde Baru.

Kejahatan merupakan perbuatan melawan atau menentang norma-norma

yang berlaku. Menurut Soekanto (2007:321), perilaku jahat merupakan suatu hasil interaksi yang dilakukan dengan orang-orang yang berperilaku dengan kecenderungan melawan atau menentang norma hukum yang ada. Kejahatan bisa saja terjadi dimana dan kapan saja, karena peluang terjadinya kejahatan tersebut sangat berhubungan erat dengan bentuk-bentuk organisasi sosial, seperti gerakan sosial, persaingan serta pertentangnan kebudayaan, ideologi, politik, agama dan ekonomi.

Kejahatan yang menimpa rakyat Indonesia pada masa Orde Baru sampai sekarang merupakan bentuk kejahatan yang dilakukan oleh para penguasa atau kelompok, terutama kejahatan yang terjadi pada pejabat negara, penguasa, seperti pelanggaran hukum, norma-norma, korupsi, kecurangan sehingga menimbulkan kekacauan di tengah-tengah masyarakat. Peluang terjadinya kejahatan berhubungan erat dengan bentuk-bentuk organisasi sosial seperti gerakan sosial, persaingan, pertentangan kebudayaan, ideologi, politik, agama, ekonomi, dan lain-lain. Kondisi ini oleh pengarang puisi seperti digambarkan pada Romawi III baris pertama, kelima, dan sepuluh.

(8)

dan keamanan dari tingkat pusat sampai ke daerah, yaitu provinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa/kelurahan. (2) Birokrasi pembangunan, yaitu organisasi pemerintahan yang menjalankan satu bidang sektor yang khusus, guna mencapai tujuan pembangunan, seperti pertanian, kesehatan, pendidikan, dan industri. (3) Birokrasi pelayanan, organisasi pemerintahan yang pada hakikatnya merupakan bagian atau berhubungan dengan masyarakat. Fungsi utamanya adalah service (pelayan) langsung pada masyarakat.

Penyalahgunaan wewenang aparat kepolisian terhadap pembunuhan warga sipil dengan menghadang ribuan aksi mahasiswa dalam menuntut keadilan dengan tembakan peluruh tajam sehingga empat orang mahasiswa tewas dalam aksi tersebut. Peristiwa tersebut juga digambarkan dalam puisi “12 Mei ‘98”, “13 November” 1998, “ Seratus Juta”,“Mana Aku Kenal Rakyat Itu”, “Kotak Suara”, Puisi tersebut merupakan tragedi yang sangat mengerihkan sehingga disebut tragedi berdarah akibat penyelewengan wewenang oleh aparat pemerintahan.

Sementara pada puisi ini pada Romawi III baris ke lima belas penyair dengan secara tegas mengungkapkan kondisi pada saat rezim Orde Baru, dimana pada saat itu pembunuhan, penculikan dan penyiksaan rakyat terang-terangan. Sehingga kondisi itu memetik reaksi penyair untuk mengkritik terhadap rezim Orde Baru yang penuh dengan tekanan, intimidasi, kecurangan dan pembunuhan itu.

Bentuk-bentuk kritik sosial yang terdapat dalam puisi ini, sesuai yang telah dikemukan oleh Soekanto tersebut, maka masalah sosial yang terdapat puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufiq Ismail hanyalah masalah sosial

yang erat kaitanya dengan kritik sosial, yaitu a) masalah kemiskinan dan lapangan pekerjaan; b) masalah kejahatan dan penangananya; dan c) masalah birokrasi, politik dan keamanan. Bentuk-bentuk kritik sosial mengenai masalah kemiskinan dan lapangan pekerjaan, sedangkan kritik sosial terhadap masalah kejahatan dan penangananya dan kritik sosial terhadap masalah birokrasi, politik dan keamanan.

Majas Metafora yang Merepresenta-sikan Kekuasaan Orde Baru pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia

Metafora adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis.Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perban-dingan.

Metafora adalah ungkapan kebahasaan yang maknanya tidak dapat di jangkau secara langsung dari lambang yang di pakai karena makna yang di maksud terdapat pada predikasi ungkapan kebahasaan itu (Wahab, 1990; 142).Metafora juga mengandung makna tentang pemahaman dan pengalaman atas sejenis hal yang di maksudkan dengan perihal yang lain. Hal ini snada dengan pendapat Richards, Platt, & Platt (1992; 139) bahwa dalam metafora yang dideskripsikan diganti dengan uraian lain yang dapat di bandingkan.

(9)

Pada pusi yang berjudul”Cek kosong”jika dikaitkan dengan kekuasaan menganalogikan jika rakyat hanya ditipu baik dari segi pelayanan maupun pembangunan. Sementara faktanya pembangunan yang selama ini dilakukan hanya polesan belaka.Pada penggelan bait di puisi ini mengungkapkan penghargaan Taufiq Ismail terhadap pada mahasiswa yang gugur saat menggelar demonstrasi atau perjuangan tulus dan keberanian mereka. “12 Mei 1998”Pusi ini mengambarkan tragedi yang terjadi pada tahun 1998, dan tempat yang menjadi saksi sejarah dalam nama Tragedi Simanggi, banyaknya korban pembunuhan dan penculikan yang dilakukan oleh aparat Kepolisian dan ABRI pada waktu itu, adanya pembunuhan ini menyebabkan trauma yang mendalam, dalam kajian puisi ini, penyair mencoba memposisikan bahwa para demonstran pada waktu itu ibarat pejuang yang mati secara terhormat.

Dikaitkan dengan indikator kekuasaan dalam cakupan metafora, puisi ini menganalogikan para demonstran yang menjadi lawan atau melawan pengusa dan menuntut penguasaa pada masa itu mundur laksanan pahlawan yang mati syahid. Dengan analogi mereka dicatat amal baiknya oleh malaikat dan mereka akan dikenang selamanya. Berbanding terbalik dengan pihak penguasa yang didemo oleh mahasiswa karena dinilai gagal mempimpin bangsa. Penguasa juga dikutuk sebagai penguasa dholim karena bertindak tidak manusiawi dengan membunuh putra bangsa yang hanya menuntut keadilan di negerinya sendiri.

Puisi ungkapan keprihatinan Taufiq Ismail mengenai nasib dan keadaan rakyat yang semakin

mengkha-watirkan. Diungkapkan rakyat sepertinya tinggal menunggu waktu untuk tidak sanggup lagi bertahan hidup dengan hanya dijanjikan angan-angan kesejahteraan palsu oleh penguasa.

Dikaitkan dengan indikator kekuasaan kategori metafora, puisi ini menggambarkan dan meramalkan hal buruk yang akan terjadi setelah rakyat kian hari semakin mananggung derita dan sengsara. Hanya kematian sia-sia yang ada di depan mereka (Di halaman depan menanti keranda ke kuburan).

Metafora pada puisi ini sangat kental. Penyair sering sekali mempersamakan atau membandingkan satu hal dengan hal lain. Bait pertama pada baris pertama. Penyair menggunakan kata Kakekmu dipersamakan untuk menggantikan arti dari nenek moyang atau orang-orang yang hidup di zaman penjajahan Jepang. Selanjutnya ada penyimpangan arti berupa ambiguitas pada baris kedua: Bengkak di kaki, kelaparan dan mati. Bengkak di kaki dapat diartikan kaki bengkak karena penyakit atau kaki bengkak yang disebabkan kerja paksa yang dialami.

Bait kedua menggambarkan bagaimana kondisi rakyat yang hidupnya sengsara bahkan ada yang menjadi pengemis. Mengais juga mewakili arti sebenarnya yaitu sesuatu yang sangat dibutuhkan (bisa jadi sandang, pangan dan papan) yang tidak dapat dimiliki karena jumlahnya terbatas, sehingga kami harus seolah-olah mengais untuk dapat memilikinya. Selain mengais yang ada, kami juga mengemis untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Arti mengemis di sini dapat disejajarkan dengan meminta-minta.

(10)

hama/Bu-likmu, misanmu, semuanya mati muda. Penyair lagi-lagi menyelipkan penggantian arti di dalam puisi ini. Keluarga menjadi kiasan dari orang-orang atau penduduk Indonesia yang hidup di zaman penjajahan Jepang. Bulgur kuda dalam arti sebenarnya adalah makanan kuda yang berupa rumput. Bulgur kuda mewakili arti begitu parahnya keadaan saat dulu sehingga rakyat Indonesia hanya bisa makan makanan yang tidak layak. Keadaan seperti itu diperparah lagi dengan kegagalan panen sedesa akibat dilindas atau disebabkan oleh cuaca buruk dan merebaknya hama.

Penyair begitu sering mengguna-kan penggantian arti dalam ini. Baris pertama misalnya Tahun ini lagi kita ditebas kesengsaraan.Maksud ditebas adalah dilanda. Negeri rubuh menganalogikan keadaan negeri yang sangat buruk akibat penjajahan.Pada kasau-jeriau dan pagu dapur berantakan, dapur berarti bahwa keadaan segala yang berhubungan dengan logistik pada waktu itu benar-benar kacau. Makan angan-angan berarti orang-orang pada zaman itu tidak bisa memakan makanan yang layak, karena makanan yang layak tidak tersedia bagi mereka.Mereka hanya berkhayal untuk bisa memakan makanan yang layak.

Syair Empat Kartu di Tangan merupakan puisi bernada ironi yang menceritakan tentang keserakahan. Dalam puisi ini banyak sekali ditemukan ketidaklangsungan ekspresi. Hal ini sudah nampak hanya ketika membaca judul. Empat kartu merupakan simbol yang menggantikan arti sebenarnya yaitu empat hal rahasia yang menjadi dasar acuan atau kunci si aku (lirik) dalam menjalani hidup.

Penyair mempermainkan struktur kalimat dan menggunakan penggantian arti pada basi dan basa. Basi dan basa menggantikan arti dari segala sesuatu yang dilakukan dengan bertele-tele atau tidak langsung merujuk pada perbuatan yang dituju. Kemudian pada baris keempat: Sila kami Keuangan yang Maha Esa. Jika diperhatikan, penyair mengadopsi kalimat dari salah satu isi pancasila (sila pertama) dengan mengganti kata ketuhanan menjadi keuangan.

Oleh karena penyair mengguna-kan kata rupiah yang menjadi mata uang Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa si aku merupakan orang Indone-sia. Jadi apabila disatukan, maka pengantian arti yang digunakan penyair dalam puisi ini memiliki makna bahwa tes-tes psikologi yang dilakukan selama ini dalam menerima siswa ataupun pekerja hanya merupakan prosedur demi formalitas belaka. Sedangkan yang menjadi pertimbangan sebenarnya hanyalah uang atau materi. Istilahnya adalah siapa yang punya uang maka ia berkuasa. Seseorang yang memiliki harta lebih bisa masuk sekolah atau kerja dengan uang tanpa harus bersusah payah memenuhi persyaratan.

(11)

pada tataran yang sama dalam dasar pemikiran subjek dalam puisi.

Penggunaan Kalimat untuk Mempre-sentasikan Kekuasaan Orde Baru pada Kumpulan PuisiMalu (Aku) Jadi Orang Indonesia

Sintaksis adalah cabang linguis-tik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat. Jadi frasa adalah objek kajian sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek kajian sintaksis terbesar.

Fairclough (Badara, 2012:26) mengemukakan bahwa wacana merupakan sebuah praktik sosial dan membagi analisis wacana ke dalam tiga dimensi yaitu text, discourse practice, dan sosial practice. Text berhubungan dengan linguistik, misalnya dengan melihat kosakata, semantik, dan tata kalimat,juga koherensi dan kohesivitas, serta bagaimana antarsatuan tersebut membentuk suatu pengetian. Discourse practice merupakan dimensi yang berhubungan dengan proses produksi dan konsumsi teks; misalnya, pola kerja, bagan kerja, dan rutinitas saat menghasilkan berita. Social practice, dimensi yang berhubungan dengan konteks di luar teks; misalnya konteks situasi atau konteks dari media dalam hubungannya dengan masyarakat atau budaya politik tertentu.

Hubungan dengan kekuasan pada interpretasi ini untuk menggambarkan bagaimana penyair yang kala itu sebagai objek (rakyat yang merasa tertindas). Sehingga muncullah bahasa yang digu-nakan sarat dengan kritikan, ketakutan dan keserakan penguasa. Penyair juga menjadi bagian dari sejarah pada kala itu, khususnya kekejamam rezim Orde

Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto.

Sesuai indikator dalam puisi Taufik Ismail ini mengungkapkan lemahnya hukum bagi mereka yang berkuasa. Dengan kekuasaan hukum dapat diperdaya dan dipermainkan.

“Yang Selalu Terapung Di Atas Gelombang” struktur sintaksis yang digunakan dalam puisi ini lebih menekankan kepada frasa dan latar belakang puisi. Penyair memberikan kritikan kepada pemerintahan yang kala itu hukum tebang pilih, yakni tajam ke bawah tumpul keatas. Dalam kata kalau kulit tak dapat dijamah merujuk kepada penguasa yang akan kebal hukum. Pada dasarnya kulit merupakan bagian dari anggota tubuh yang mudah luka.

Penyair dalam puisi ini meng-gambarkan bagaimana kondisi pada rezim Orde Baru bertindak otoriter, menindas, dan mengintimidasi. Pada bait pertama sampai bait terakhir kata yang selalu digunakan adalah “takut”. Kata takut ini sengaja digunakan oleh penyair bertujuan sebagai bentuk kritikan maupun ungkapan jika pada masa itu keamanan tidak lagi menjadi prioritas pemerintah. Kelompok satu dengan lainnya saling menerkam (menekan).

Akan tetapi pada puncaknya jika kekuatan sejati tetap berada di tangan mahasiswa (rakyat).Terbukti tumbang-nya rezim Orde Baru pada tahun 1998 yang kala itu dimotori oleh perlawanan dan gerakan mahasiswa.

(12)

Bait perbait penyair menegas-kan jika kondisi di masyarakat tidak ada lagi jaminan kemanan. Kritikan pedas yang dilontarkan penyair yakni kejahatan begitu dibiarkan tanpa adanya penegakan hukum yang tegas.

Pada kalimat ‘kebentur aku, ketabrak aku, kesandung aku, kesandung aku, ketanggor aku, tergilas aku’ sangat tampak sekali pengarang puisi melakukan pembalikan kalimat sekaligus pengulangan kata. Dan hal itu sangat tepat sekali, karena untuk ketepatan irama dan intensitas, disesuaikan dengan irama, tidak disusun seperti susunan biasa.

Selain itu ada juga bentuk pengulangan kata yang terus menerus. Demikian juga untuk alasan nilai kepuitisan dari seorang penulis puisi untuk lebih menekankan apa yang ingin disampaikan, tekanan yang paling kuat, bahkan yang paling penting.

Pada bait ‘Dadaku busung’ sangat tampak sekali pengarang puisi melakukan penghilangan imbuhan awalan me-. Dan hal itu sangat tepat sekali, karena dengan penghilangan imbuhan –an akan mendapatkan kepadatan dan ekspresivitas sehingga membuat kalimat tersebut tidak biasa dan lebih bisa dirasakan bagaimana bentuk emosionalnya.

Teks Dadaku busung jadi anak Indonesia adalah akibat dari pernyataan kalimat di atasnya yang menjadikan perasaan tokoh Ku sangat bangga. Dan hal itu merupakan salah satu sifat yang manusiawi sekali terjadi apabila seseorang ada dalam posisinya.

Kata busung merupakan kata yang mengarah kepada suatu kebanggaan sebagai anak Indonesia. Namun hal ini hanya sebuah pengalaman yang hanya di rasakan di masa waktu

masa kecil seorang penyair. Sesuai judul dan isi kesuluran jika sebenarnya penyair merasa malu sebagai anak Indonesia.Apalagi pada masa Orde Baru penculikan, pembunuhan penisdasan dan kemiskinan dibiarkan begitu saja.Sehingga arti yang sebenarnya penyair tidaklah bangga bahkan malu sebagai anak Indonesia.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Penggunaan kata tentang keku-asaan yang terdapat dalam kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesiapada masa Orde Baru meliputi, indikasi korupsi, penindasan, kemiskinan, kecurangan pemilu, suap-menyuap, keserakahan, intimidasi, kritik sosial.

Pada puisi ”Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia” sangat erat hubu-ngannya dengan kritik sosial, perlawan-an dperlawan-an masalah kejatahperlawan-an yperlawan-ang dilaku-kan oleh penguasa kala itu, yakni pada masa Orde Baru.

Penyalahgunaan wewenang aparat kepolisian terhadap pembunuhan warga sipil dengan menghadang ribuan aksi mahasiswa dalam menuntut keadilan dengan tembakan peluruh tajam sehingga empat orang mahasiswa tewas dalam aksi tersebut.

Metafora adalah ungkapan kebahasaan yang maknanya tidak dapat di jangkau secara langsung dari lambang yang dipakai karena makna yang dimaksud terdapat pada predikasi ungkapan kebahasaan. Metafora juga mengandung makna tentang pemaham-an dpemaham-an pengalampemaham-an atas sejenis hal ypemaham-ang dimaksudkan dengan perihal yang lain.

(13)

analogi, makna tidak langsung, meng-gambarkan tentang kondisi kesengsa-raan rakyat, kejamnya rezim Orde Baru.

Ungkapan dan simbol-simbol yang digunakan pada majas metafora berupa perbandingan analogis, serta ungkapan tentang kondisi pemerintahan yang semena-mena. Kritikan secara terang-terangan tentang pembunuhan, penculikan, dan penipuan.

Hubungan dengan kekuasan pada interpretasi ini untuk menggambarkan bagaimana penyair yang kala itu sebagai objek (rakyat yang merasa tertindas). Sehingga muncullah bahasa yang digunakan sarat dengan kritikan, ketakutan dan keserakan penguasa. Penyair juga menjadi bagian dari sejarah pada kala itu, khususnya kekejamam rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto.

Kata busung merupakan kata yang mengarah kepada suatu kebang-gaan sebagai anak Indonesia. Namun hal ini hanya sebuah pengalaman yang hanya di rasakan di masa waktu masa kecil seorang penyair. Sesuai judul dan isi kesuluran jika sebenarnya penyair merasa malu sebagai anak Indonesia.Apalagi pada masa Orde Baru penculikan, pembu-nuhan penisdasan dan kemiskinan dibiarkan begitu saja. Sehingga arti yang sebenarnya penyair tidaklah bangga bahkan malu sebagai anak Indonesia.

Saran

Semoga hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai:

1) Sebagai bahan acuan pembelajaran untuk mengalisis karya sastra dan representasi kekuasaan pada kum-pulan puisiMalu (Aku) Jadi Orang Indonesiakarya Taufiq Ismail

2) Sebagai referensi untuk menemukan representasi kekuasaanpada kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesiakarya Taufiq Ismail.

3) Alternatif dalam mengimplementa-sikan pembelajaran sastra agar tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal.

4) Penambah wawasan peneliti teru-tama terkait dengan dalam representasi kekuasaankumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesiakarya Taufiq Ismail

5) Bahan apresiasi dalam dunia sastra, dan dijadikan acuan untuk pene-litian selanjutnya.

DAFTAR RUJUKAN

Eriyanto. 2011.Analisis wacana. Yogyakarta: LkiS Printing Cemerlang.

Kosasih. 2008.Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta. Nobel Edumedia.

Kosasih.2014.Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung. Yrama Widya.

Liye, Tere. 2016.Hujan. Jakarta. Gramedia.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2014. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gadjah Mada University Press.

Ratna, Kutha Nyoman. 2013.Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tarigan, Henry Guntur. 2008.Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 2013.

(14)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Intervensi yang harus dilakukan pada dusun dan sektor prioritas (Dusun Melati pada sektor pertanian) adalah penanganan prasarana transportasi berupa peningkatan jaringan jalan

mnjnghy ghk;ig gw;wp mwpt[ bgha;ahFk; nghJ, fapw;iwg; gw;wpa mwpt[ cz;ikahfpwJ.. cyifg; gw;wpa fUj;J flt[isg; gw;wpa fUj;ij kiwf;Fk; xU

Tanggung jawab ini diwujudkan dengan di berikannya kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutangnya, sedangkan

Masih rendahnya pemahaman siswa tentang operasi bilangan bulat menyebabkan para siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal operasi bilangan bulat yang

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel bebas yakni variabel pendidikan keuangan di keluarga (X1), pengalaman bekerja (X2), dan

Hasil analisis menggunakan teknik analisis regresi berganda pada hipotesis ketiga, hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima

Berdasarkan hipotesa yang terdapat pada bab dua dan analisa yang telah dipaparkan pada bab empat, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah hipotesa 1, 2, 3, 4, dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel love of money (X1), pendidikan keuangan di keluarga (X2), hasil belajar manajemen keuangan (X3) dan teman sebaya (X4)