The better the question. The better the answer.
The better the world works.
BIMBINGAN TEKNIS
ISO/IEC 17021-9
Jakarta
28 September 2017
Bagi Lembaga Sertifikasi
Agenda Pelatihan
►
Hasil Survei Terbaru
►
Konsep Fraud dan Penyuapan
►
Skema Penyuapan
►
Peraturan Terkait Penyuapan
Tahukah Anda?
63%
responden di
Asia Pasifik
berpendapat bahwa
praktek penyuapan atau korupsi
terjadi secara meluas di negara mereka. Tren terbaru ini
meningkat
dari hasil di tahun
2013
dan
2015
.
63%
2017
Tahukah Anda?
Di Indonesia,
32%
responden mengatakan
pernah melakukan suap
Merupakan Hal yang Umum untuk Melakukan
Penyuapan
2017
35%
31%
2015
14%
2013
Responden di Asia Pasifik berpendapat merupakan
hal yang umum
untuk melakukan penyuapan demi
memenangkan kontrak pada
industri atau sektor
Pengguna Jasa yang Mengatakan Telah
Membayarkan Suap Di Indonesia
Kasus suap tertinggi
dilakukan untuk
Polisi
, dan
kedua tertinggi dilakukan
untuk membuat
ID dan
Perizinan
Sumber: Global Corruption Barometer 2017
Police
Rumah Sakit Umum
Utilitas
Karyawan Percaya Bahwa Perilaku Tercela
Organisasi Dinilai dari Nilai Etika yang
Diterapkan
dari responden
mempertimbangkan
budaya
kepatuhan
sebagai salah
satu faktor yang penting dalam
memilih tempat kerja
dari responden menyatakan jika
organisasi terlibat dalam
kecurangan, penyuapan dan
korupsi
akan memengaruhi
keinginan mereka untuk
bekerja bagi organisasi
tersebut
Manajemen Puncak dan Perilaku Tidak Etis
44%
Bersedia
menawarkan
uang tunai
untuk
memenangkan atau
mempertahankan
bisnis
45%
perilaku tidak etis
dibenarkan
untuk
responden berpendapat bahwa
manajemen puncak mereka akan
mengabaikan perilaku tidak etis
Apakah Kecurangan?
Kecurangan
adalah tindakan atau
kelalaian yang disengaja, yang dirancang
untuk mengelabui orang lain,
menyebabkan kerugian bagi orang lain
dan/atau pelaku memperoleh
keuntungan
(AICPA and ACFE, 2008)
Kecurangan meliputi elemen-elemen berikut
ini:
1. Sebuah gambaran
2. mengenai suatu hal material,
3. yang salah,
4. dan disengaja,
5. yang diyakini
6. dan ditindaklanjuti oleh korban
Kecurangan Tidak Terjadi Begitu Saja
…
Tekanan /
Motivasi
Kesempatan
Rasionalisasi
Fenomena Gunung Es
20%
- kecurangan diinvestigasi dan diadili
20% - kecurangan ditemukan namun tidak
diinvestigasi dan diadulu
Profil Pelaku Kecurangan
►
Pria (umumnya)
►
Usia di atas 30 tahun
►
Riwayat pendidikan yang tinggi
►
Kecil kemungkinan memiliki catatan
kriminal
►
Menempati posisi kepercayaan
►
Memiliki pengetahuan terkait sistem
►
Memiliki pengalaman/pengetahuan
terkait akuntansi
►
Memiliki perilaku konsumtif
Occupational Fraud Classification System
–
ACFE
Bribery
Cash Misappropriation
Fraudulent Financial
Statement
FRAUD
Corruption
Misappropriation
Asset
Fraudulent
Statement
Conflict of Interest
Illegal Gratuities
Other Asset
Misappropriation
Non-financial
Misstatement
Korupsi (
Corruption
)
Corruption
Korupsi
, dimana pelaku menyalahgunakan pengaruhnya dalam suatu
transaksi bisnis untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri atau
bagi orang lain, bertentangan dengan tanggung jawab mereka kepada
Penyalahgunaan Aset (
Asset Misappropriation
)
Asset Missapropriation
Pemalsuan Informasi Laporan Keuangan
(
Fraudulent Statement
)
Pemalsuan Informasi
Laporan Keuangan
Pemalsuan Informasi Laporan Keuangan
,
yang secara umumnya melibatkan pemalsuan
laporan keuangan organisasi (contohnya
Mana yang Paling Berisiko?
FRAUD
Corruption
Asset
Misappropriation
Fraudulent
Statement
Fokus dari Auditor
Internal
Fokus dari Auditor
Eksternal
Apakah Penyuapan?
Dalam
SNI ISO 37001
, definisi
Penyuapan
terdiri dari beberapa unsur,
antara lain:
1. melibatkan aktivitas
menawarkan,
menjanjikan, memberikan, menerima
atau
meminta
2. keuntungan yang tidak semestinya dari
nilai apapun
, dapat dalam bentuk
keuangan atau non keuangan
3. dilakukan secara langsung atau tidak
langsung, dan terlepas dari lokasi
4. merupakan
pelanggaran peraturan
perundangan
Bentuk-bentuk
“
Keuntungan yang Tidak
Semestinya
”
Keuangan
Non Keuangan
►
Uang tunai dan bentuk lain setara
uang (
voucher
, diskon, rabat, dll)
►
Valuta Asing
►
Saham
►
Donasi
►
Premi Asuransi
►
Hadiah dengan nilai yang tidak
wajar dan tidak sesuai dengan
kebijakan organisasi/
common
courtesy
(misal: mobil, apartemen,
dll)
►
Kartu Kredit
►
Pinjaman
…
merupakan segala bentuk pemberian yang tidak patut, dapat dalam bentuk
keuangan atau non keuangan
►
Tawaran pekerjaan untuk anggota
keuarga
►
Beasiswa untuk anggota keluarga
►
Kesempatan untuk melakukan
bisnis
►
Club Membership
►
Jamuan makan dan
keramahtamahan yang tidak wajar
►
Biaya perjalanan dan akomodasi
yang ditanggung
Penyuapan Langsung Vs Tidak Langsung
PEMBERI
PENERIMA
Penyuapan Langsung Vs Tidak Langsung
PEMBERI
PENERIMA
TIDAK LANGSUNG
Penyuapan Menggunakan Pihak Ketiga (Tidak
Langsung)
►
Hukuman penyuapan tidak
langsung sama beratnya
dengan penyuapan secara
langsung
►
Merupakan skema penyuapan
paling umum dan banyak
digunakan
►
SNI ISO 37001
mempersyaratkan uji tuntas
dan penilaian risiko penyuapan
atas rekan bisnis/pihak ketiga
►
Melalui anggota keluarga,
teman, relasi dekat penerima
suap
►
Melalui konsultan yang disewa
pemberi suap
►
Menggunakan anak perusahaan
untuk menyewa pihak ketiga
dalam menyalurkan suap
►
Menggunakan perantara
berlapis (
multiple agents
)
►
Menggunakan
slush funds
, atau
perusahaan
offshore
►
Pengecekan reputasi pihak
ketiga yang bertransaksi
dengan organisasi
►
Analisis kesesuaian porsi
fee
yang ditagihkan oleh pihak
ketiga
►
Pengecekan kesesuaian dan
kecukupan dokumen
pendukung transaksi mulai dari
proses pengadaan hingga
pembayaran
Bahayakah?
Skema
Lakukan Ini
Facilitation Payment
dan
Extortion
Pembayaran tidak resmi atas jasa yang seharusnya
diterima pembayar tanpa melakukan pembayaran yang
secara hukum merupakan hak pembayar.
Misal: biaya yang dibayarkan untuk mempercepat kinerja pejabat publik tertentu seperti
penerbitan visa, izin kerja, penyelesaian bea cukai, dll.
Pembayaran yang secara terpaksa dilakukan
dikarenakan adanya ancaman nyata atau dirasakan,
terhadap kesehatan, keselamatan, dan kebebasan
individu/organisasi terkait.
•
Berdasarkan UU Tipikor Indonesia,
facilitation payment
tidak
diperbolehkan
dan disetarakan dengan suap.
•
Extortion
, bila tidak dapat dihindari maka
dapat dibayarkan
,
Konflik Kepentingan
Kapan Terjadi?
Terjadi saat seseorang memiliki
kepentingan pribadi atau ekonomis
dalam hal yang dapat memengaruhi
peran profesionalnya
Perbedaan
Konflik
Kepentingan dan
Penyuapan
Perbedaan utamanya terletak pada
motif pelaku.
Tanda Peringatan
–
Fraud Red Flags
Petunjuk peringatan berdasarkan sistem dan
perilaku serta aspek yang tidak biasa dari
dokumen dan proses bisnis yang tertangkap oleh
manajer, rekan kerja, auditor internal atau
bawahan yang menginfokan bahwa karyawan yang
bersangkutan mungkin terlibat dalam suatu
perbuatan yang tidak benar atau tidak patut.
Salah satu cara terbaik dalam mengidentifikasi dan
mendeteksi kecurangan adalah dengan belajar dari
suatu anomali
–
mencari:
►
Apa yang tidak sesuai standar
►
Apa yang tidak biasa
Red Flags
- Umum
►
Perilaku tidak biasa
►
Jumlah keluhan
►
Jumlah penjualan saat direkonsiliasi
►
Meningkatkan item yang
direkonsiliasi
►
Nilai Buku Besar tidak seimbang
►
Pembatalan yang melampaui batas
►
Nilai
Credit Memo
yang melampaui
batas
►
Nama dan/atau alamat vendor yang
sama
►
Pembelian yang berlebihan
►
Pembayaran ganda
►
Dokumentasi tidak ada atau tidak
memenuhi standar yang ditentukan
►
Karyawan fiktif
►
Nilai lembur karyawan yang
melampaui batas
►
Kekurangan persediaan
►
Peningkatan jumlah
scrap
►
Pembayaran besar pada
individu-individu tertentu
►
Nilai piutang besar/tidak terdapat
penghapusbukuan piutang
►
PO BOX sebagai alamat pengiriman
►
Pemisahan/delegasi pekerjaan yang
tidak memadai
Red Flags
- Karyawan
►
Tingkat kesuksesan tinggi dalam
menjalankan bisnis pada industri yang umum
dalam melakukan suap
►
Memiliki reputasi dalam menerima hadiah
yang tidak pantas secara teratur
►
Gaya hidup yang berlebihan/konsumtif
►
Memiliki reputasi untuk mengambil tindakan
tanpa ada instruksi dari atasan atau
memerintahkan bawahan untuk mengabaikan
atau melanggar prosedur operasional yang
dapat menguntungkan pembayar
►
Karyawan memiliki kecenderungan untuk
memasukkan dirinya pada area-area yang
normalnya karyawan terkait tidak pernah
terlibat
►
Kecenderungan untuk mengambil keputusan
pada area dimana karyawan terkait tidak
memiliki tanggung jawab atau otoritas pada
hal tersebut
►
Peningkatan pemberian alasan atas
kekurangan/ketidakmampuan pihak ketiga
dalam memberikan produk/layanan
seperti, kualitas buruk, keterlambatan
pengiriman, atau harga yang tinggi
►
Terdapat historis pengabaian pengisian
formulir konflik kepentingan
►
Pemberian keramahtamahan dan
penanggungan biaya perjalanan bagi
karyawan pemerintah
►
Memiliki hubungan yang terlalu akrab
dengan vendor
Red Flags
–
Pihak Ketiga
►
Secara rutin menawarkan hadiah yang tidak
pantas, menyediakan jamuan bisnis mewah,
atau bentuk lainnya dalam rangka
mendapatkan sesuatu dari organisasi
►
Secara rutin menerima kontrak walaupun
tidak memiliki keunggulan kompetitif yang
jelas
►
Memberikan produk/layanan dengan kualitas
rendah namun tetap mendapatkan kontrak
dari organisasi secara rutin
►
Menagihkan harga yang tinggi untuk jenis
barang atau jasa yang umum
►
Menerima atau membayar
fee
secara tunai
►
Tidak menawarkan keunggulan yang jelas
pada organisasi
►
Menagihkan komisi dengan nilai tinggi
►
Mengaku memiliki pengaruh khusus terhadap
pembeli tertentu
►
Memiliki kualifikasi yang tidak/kurang baik
►
Memiliki alamat atau nomor telepon yang
sama dengan alamat karyawan, alamat
bisnis yang dimiliki karyawan di luar
organisasi, atau alamat saudara karyawan
►
Memberikan alamat yang tidak lengkap
►
Memberikan beberapa alamat
►
Memiliki reputasi tidak baik terkait
kecurangan atau beroperasi pada industri
yang banyak melibatkan perbuatan korup
Red Flags
–
Pengendalian Internal
►
Memiliki pengendalian internal yang buruk untuk area-area penting seperti
pembelian, penerimaan persediaan, dan gudang
►
Pencatatan yang buruk
►
Pembagian peran dan tanggung jawab yang tidak terdefinisi dengan baik
►
Tidak memiliki kapasitas yang cukup dalam melakukan pengawasan atas
divisi/karyawan yang memiliki tingkat risiko tinggi
►
Tidak memiliki rencana pengendalian korupsi/kecurangan yang cukup
►
Pembagian tugas yang tidak jelas pada bagian pembelian
►
Kurangnya transparansi dalam pencatatan beban dan akuntansi
►
Kurangnya penegakan atas kebijakan yang sudah ada terkait konflik kepentingan
dan penerimaan gratifikasi
►
Buruknya dokumentasi pendukung atas proses pengadaan
Skema Penyuapan Secara Umum
►
Nilai
entertainment expense
(beban jamuan) yang besarannya di atas normal dan
tidak dapat dijustifikasi/dijelaskan (berlaku juga untuk pengeluaran terkait donasi,
sponsor, dan konsultan)
►
Penggunaan jasa agen/pihak ketiga tanpa alasan jelas
►
Pembayaran yang tidak biasanya dilakukan ke rekening pribadi
►
Pengajuan klaim penggantian biaya (
reimbursement
) yang tidak dapat dijustifikasi
oleh karyawan
►
Pembayaran uang belanja harian (
per diem
) kepada pihak eksternal
►
Pemberian hadiah yang mewah atau tidak biasa
Skenario 1
Suap Kepada Pejabat
Publik
Pengajuan penggantian untuk“Cash Advance Custom Clearance”
Skenario 2
Dijual di bawah harga
Perjanjian
Perjanjian dari PT Seller, Harga yang disepakati USD 300k
1
Kota a
PT Buyer
2
PT Buyer’s address
PT Buyer
PT Seller Bank ABC USD Acc 123
PT Seller
PT Buyer
Skenario 2 (lanjutan)
3
PT Seller
PT Seller’s stamp
Ms. A
Mr. X
Mr. Y
PT Buyer’s stamp
PT Seller
PT Buyer
PT Seller PT Buyer
Ms. A
PT Buyer’s stamp
Mr. Z
Catatan pengiriman barang dari PT Seller ke PT Buyer
Ms. A dari PT Seller juga merupakan pemilik dari PT Buyer
Skenario 3
JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) menetapkan Wali Kota Cilegon Iman Ariyadi sebagai
tersangka. Iman diduga menerima suap Rp 1,5 miliar terkait
izin pembangunan Transmart di Kota Cilegon.
Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan mengatakan, ada modus
baru dalam penyerahan uang dari pihak swasta kepada Iman
dan Kepala Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal
Kota Cilegon Ahmad Dita Prawira.
"Kami temukan modus operandi baru menggunakan saluran
CSR (
Corporate Social Responsibility
) pada klub sepak bola di
daerah," ujar Basaria dalam jumpa pers di Gedung KPK
Jakarta, Sabtu (23/9/2017).
Menurut Basaria, uang Rp 1,5 miliar yang berasal dari PT
Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC) dan PT Brantas
Abipraya ditransfer kepada rekening Cilegon United Football
Club. Pengiriman uang itu tercatat sebagai donasi atau
sponsorship
.
Basaria mengatakan, awalnya dua perusahaan pemberi suap
tersebut kebingungan mengenai mekanisme penyerahan uang
agar dapat disamarkan.
Iman kemudian menyuruh agar uang dikirimkan ke rekening
klub sepak bola. Penyerahan dilakukan dua kali, masing-masing
Rp 700 juta dari PT KIEC dan Rp 800 juta dari PT Brantas
Abipraya.
Sumber:
Skenario 4
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Laode M
Syarif menuturkan, peran Soetikno Soedarjo (SS)
dalam kasus dugaan suap pengadaan mesin
pesawat airbus A330 seperti perantara. Sebab,
SS menerima uang senilai Rp 20 miliar itu dari
perusahaan Rolls-Royce, lalu dimasukan terlebih
dulu ke perusahaannya, Connaught International
Pte. Ltd.
"Pemberi (SS) ini seperti perantara, dan dari
Rolls-Royce itu dia menerima dana tertentu dan
dimasukan ke dalam perusahaan tadi, bernama
Connaught International Pte Ltd," ujar dia di
Gedung KPK, Jakarta, Kamis (19/1).
Dari rekening perusahaan Connaught ini, kata
Laode, kemudian ditransfer ke beberapa
Skenario 5
dr. I
Manager PT Obat OK CEO PT Obat OK
Sponsor diajukan bagi dr. I untuk
menghadiri seminar pendidikan
kesehatan di Bali, dan telah
disetujui oleh Manager dan CEO
PT Obat Oke (pemberi sponsor)
1
Formulir persetujuan pemberian sponsor untuk dr. ISkenario 5 (Lanjutan)
1
Itinerary dari Supporting Document Formulir Persetujuan SponsorPT Obat OK
dr. I & Istri
1
Bukti bayar PT Obat OK dari PT Agen Travel untuk paket tur dr. I dan IstriPT Agen
Travel
Peraturan Pada Sektor Publik
Berikut ini beberapa contoh peraturan dan pedoman yang berlaku pada sektor publik, antara lain
:
No.
Nomor Peraturan/Pedoman
Judul Peraturan/Pedoman
1. UU RI No. 31 Tahun 1999 Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
2. UU RI No. 20 Tahun 2001 Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi 3. Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.52 Tahun 2014
Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani Di Lingkungan Instansi Pemerintah 4. PP-RI No. 60 Tahun 2008 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
5. PP-RI No. 53 Tahun 2010 Disiplin Pegawai Negeri Sipil 6. PP-RI No. 11 Tahun 2017 Manajemen Pegawai Negeri Sipil
7. Inpres No. 10 Tahun 2016 Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi tahun 2016 dan 2017 8. Perpres No. 54 Tahun 2010 Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
9. UU RI No. 28 Tahun 1999 Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme 10. Permen Kementerian Keuangan RI No.
237/PMK.09/2016
Tata Kelola Pengawasan Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan 11. Perpres No. 7 Tahun 2015 Organisasi Kementerian Lembaga
12. Permen Bappenas No. 5 Tahun 2013 Sistem Pelaporan dan Penanganan Pelanggaran (Whistleblowing System) 13. Peraturan Kepala LKPP No. 11 Tahun 2015 WhistleblowingPengadaan Barang/Jasa Di Pemerintah
Peraturan Pada Sektor Publik
Berikut ini beberapa contoh peraturan dan pedoman yang berlaku pada sektor publik, antara lain
:
No.
Nomor Peraturan/Pedoman
Judul Peraturan/Pedoman
17. Peraturan Menkes No. 14 Tahun 2014 Pengendalian Gratifikasi Di Lingkungan Kementerian Kesehatan 18. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 36
Tahun 2015
Pencegahan Kecurangan (Fraud) Dalam Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan pada Sistem Jaminan Sosial Nasional
19. UU No. 5 Tahun 2014 Aparatur Sipil Negara
Peraturan Pada Sektor Swasta
Berikut ini beberapa contoh peraturan dan pedoman yang berlaku pada sektor swasta, antara lain
:
No.
Nomor Peraturan/Pedoman
Judul Peraturan/Pedoman
Berlaku Pada
1. UU RI No. 31 Tahun 1999 Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Seluruh sektor swasta 2. UU RI No. 20 Tahun 2001 Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999
tentang Tindak Pidana Korupsi
Seluruh sektor swasta 3. U.S. Foreign Corrupt Practice Act Foreign Corrupt Practice Act Individu/Perusahaan yang
memiliki hubungan bisnis dengan Amerika Serikat 4. U.K. Bribery Act Bribery Act Individu/Perusahaan yang
memiliki hubungan bisnis dengan Inggris
5. UU No. 8 Tahun 2010 Tindak Pidana Pencucian Uang Seluruh sektor swasta 6. Surat Edaran Bank Indonesia No.
13/28/DPNP tahun 2011
Penerapan Strategi Anti-Fraud bagi Bank Umum Bank Umum 7. Permen BUMN No.Per-01/MBU/2011 Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik pada BUMN Swasta BUMN
8. Perma No. 13 Tahun 2016 Tata Cara Penanganan Perkara Tindak Pidana oleh Korporasi Seluruh sektor swasta 9. UU No. 40 tahun 2007 Perseroan Terbatas Seluruh sektor swasta 10. UU No. 17 tahun 2012 Perkoperasian Koperasi
Peraturan Pada Sektor Swasta
Berikut ini beberapa contoh peraturan dan pedoman yang berlaku pada sektor swasta, antara lain
:
No.
Nomor Peraturan/Pedoman
Judul Peraturan/Pedoman
Berlaku Pada
15. POJK No. 36/POJK.05/2015 Tata Kelola Perusahaan yang Baik Bagi Perusahaan Modal Ventura
Perusahaan Modal Ventura 16. SEOJK No. 32/SEOJK.04/2015 Pedoman Tata Kelola Perusahaan Terbuka Seluruh sektor swasta 17. POJK No. 30/POJK.05/2014 Tata Kelola Perusahaan yang Baik Bagi Perusahaan
Pembiayaan
Perusahaan Pembiayaan 18. POJK No. 3/POJK.05/2017 Tata Kelola yang Baik Bagi Lembaga Penjamin Lembaga Penjamin 19. SEOJK No 35/SEOJK.03/2017 Pedoman Standar Sistem Pengendalian Intern bagi Bank
Umum
Bank Umum 20. POJK No. 12 tahun 2017 Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan
Sektor Jasa Keuangan 21. Permen BUMN No.
PER05/BUMN/2008
Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara
BUMN 22. SEOJK No. 30/SEOJK.04/2016 Bentuk dan Isi Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan
Publik
Seluruh perusahaan publik 23. Panduan Umum KNKG Tahun 2006 Good Corporate Governance Seluruh sektor swasta 24. COSO, 2013 Pedoman Internal Control –Integrated Framework Seluruh sektor swasta 25. PTK 007 Pedoman Pengelolaan Rantai Suplai
Kontraktor Kontrak Kerja Sama
Peraturan Pada Sektor Nirlaba
Berikut ini beberapa contoh peraturan dan pedoman yang berlaku pada sektor nirlaba, antara
lain
:
No.
Nomor Peraturan/Pedoman
Judul Peraturan/Pedoman
Berlaku Pada
1. UU RI No. 31 Tahun 1999 Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Seluruh sektor nirlaba 2. UU RI No. 20 Tahun 2001 Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999
tentang Tindak Pidana Korupsi
Seluruh sektor nirlaba 3. U.S. Foreign Corrupt Practice Act Foreign Corrupt Practice Act Individu/Perusahaan yang
memiliki hubungan bisnis dengan Amerika Serikat 4. U.K. Bribery Act Bribery Act Individu/Perusahaan yang
memiliki hubungan bisnis dengan Inggris
5. UU No. 16 Tahun 2001 Yayasan Yayasan 6. UU No. 17 Tahun 2013 Organisasi Kemasyarakatan Ormas 7. Perpu No. 2 Tahun 2017 Perubahan atas UU No. 17 Tahu 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan
Ormas