• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Merokok Pada Siswa SMA Swasta dan SMA Negeri Di Pontianak Tahun 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Merokok Pada Siswa SMA Swasta dan SMA Negeri Di Pontianak Tahun 2014."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI

PONTIANAK TAHUN 2014

Maria Justitia Parantika, 2014 Pembimbing I : Dr. J. Teguh Widjaja, dr., SpP., FCCP

Pembimbing II : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes., PA(K)

Kasus merokok di kalangan remaja terus bertambah tinggi. Hasil survei Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) terhadap remaja Indonesia di tahun 2010, perokok pemula usia 15-19 tahun mencapai 43,3 %. Hal ini merupakan masalah yang serius karena mereka inilah yang akan menjadi penerus bangsa.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku merokok siswa SMA Swasta dengan SMA Negeri di Pontianak.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan rancangan Cross sectional dan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Sampel menggunakan kriteria Minimal Sampel dan diperoleh 314 responden.

Hasil penelitian, didapatkan pada SMA Swasta “X” pengetahuan sebesar 95,76%, sikap sebesar 95,76%, dan perilaku sebesar 86,67%, sedangkan untuk SMA Negeri “X” pengetahuan sebesar 93,96%, sikap sebesar 83,89%, dan perilaku sebesar 79,87%. Dan dengan analisis t-test tidak berpasangan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku merokok pada SMA Swasta “X” dan SMA Negeri “X”, sedangkan untuk sikap tidak signifikan. Simpulan penelitian ini pengetahuan dan perilaku SMA Negeri “X” lebih rendah dibandingkan SMA Swasta “X”, sedangkan sikap merokok pada SMA Negeri “X” sama dengan SMA Swasta “X”.

(2)

ABSTRACT

THE COMPARISON BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR TO SMOKING OF PRIVATE SENIOR HIGH SCHOOL AND PUBLIC SENIOR

HIGH SCHOOL STUDENTS IN PONTIANAK 2014

Maria Justitia Parantika, 2014. Tutor I: Dr. J. Teguh Widjaja, dr., SpP., FCCP Tutor II : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes., PA(K)

Smoking cases among teenagers continue to increase. Survey by Director General of Disease Control and Environmental Health (P2PL) for teens Indonesia in 2010, the novice smokers aged 15-19 years reached 43.3%. This condition is a serious problem because they represent the future generation of this country.

The purpose of this research is to find out the comparison between knowledge, attitude and behavior to smoking of private senior high school and public senior high school students in Pontianak.

The research used descriptive analytic method with cross sectional design and questionnaires as the collecting data instruments. For sample criteria using Minimal sample and obtained 314 respondents.

The results of this results show that 95.76% of the knowlegde, 95.76% of the attitude were good and 86.67% of the behavior were good on private senior high school students, while for public senior high school students, 93.96% of the knowledge were good, 83.89% of the attitude were good and 79.87% of the behavior were good. With independent t-test analysis showed that there are significant relations between private high school and public high school students knowledge and behavior about smoking, whereas not significant attitude.

(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Maksud penelitian ... 4

1.3.2 Tujuan penelitian ... 4

1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 4

1.4.1 Manfaat Akademis ... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ... 4

1.5 Landasan Teori ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok ... 7

2.1.1 Pengertian Rokok ... 7

2.1.2 Tembakau... 7

2.1.3 Komponen Dalam Rokok ... 8

2.1.4 Jenis Rokok ... 9

2.1.5 Bahaya Rokok ... 11

(4)

2.2 Pengetahuan ... 17

2.2.1 Pengertian Pengetahuan ... 17

2.2.2 Tingkatan Pengetahuan ... 17

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 18

2.3 Sikap ... 19

2.3.1 Definisi Sikap ... 19

2.3.2 Struktur Sikap ... 20

2.3.3 Pembentukan Sikap... 20

2.4 Perilaku ... 23

2.4.1 Pengertian Perilaku ... 23

2.4.2 Faktor –Faktor yang Memepengaruhi Perilaku ... 23

2.5 Perilaku Merokok ... 24

2.5.1 Pengertian Perilaku Merokok ... 24

2.5.2 Tipe Perilaku Merokok ... 24

2.5.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Remaja ... 25

2.6 Remaja ... 26

2.6.1 Pengertian Remaja ... 26

2.6.2 Tahap – Tahap Perkembangan Remaja ... 27

2.6.3 Proses Perkembangan Remaja ... 28

2.6.4 Perubahan Fisik... 30

2.7 Cara Berhenti Merokok ... 31

2.8 Peraturan Pemerintah ... 32

2.9 Perbedaan Sekolah Swasta Dan Sekolah Negeri ... 33

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian ... 34

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.3 Metode Penelitian ... 35

3.3.1 Desain Penelitian ... 35

3.3.2 Variabel Penelitian ... 35

3.3.3 Definisi Operasional Variabel ... 35

(5)

3.4.1 Pengumpulan Data ... 37

3.4.2 Pelaksanaan Penelitian ... 37

3.4.3 Penentuan Sampel ... 37

3.5 Teknik Pengolahan Data ... 38

3.5.1 Analisis Univariat ... 38

3.5.2 Analisis Bivariat ... 40

3.6 Aspek Etik Penelitian ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 42

4.1.1 Identitas Responden ... 42

4.2 Pengetahuan ... 44

4.3 Sikap ... 44

4.4 Perilaku ... 45

4.5 T-Test ... 46

4.5.1 Perbedaan Pengetahuan Mengenai Bahaya Merokok pada Siswa SMA Swasta “X” dan Siswa SMA Negeri “X” Kota Pontianak ... 46

4.5.2 Perbedaan Sikap Mengenai Bahaya Merokok pada Siswa SMA Swasta “X” dan Siswa SMA Negeri “X” Kota Pontianak ... 48

4.5.3 Perbedaan Perilaku Merokok pada Siswa SMA Swasta “X” dan Siswa SMA Negeri “X” Kota Pontianak ... 49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 51

5.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 57

(6)

DAFTAR GAMBAR

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi responden menurut penghasilan orangtua SMA Negeri “X”

... 42

Tabel 4.2 Distribusi responden menurut penghasilan orangtua SMA Swasta “X” ... 42

Tabel 4.3 Hubungan penghasilan orang tua Siswa SMA Swasta “X” dan SMA Negeri “X” dengan jumlah perokok di SMA Swasta “X” dan SMA Negeri “X” ... 43

Tabel 4.4 Pengetahuan Mengenai Merokok pada Siswa SMA Swasta “X” dan SMA Negeri “X” Kota Pontianak ... 44

Tabel 4.5 Sikap Siswa SMA Swasta “X” dan SMA Negeri “X” Kota Pontianak terhadap Merokok ... 45

Tabel 4.6 Perilaku Merokok Siswa SMA Swasta “X” dan Siswa SMA Negeri “X” Kota Pontianak ... 45

Tabel 4.7 Uji Mann-Whitney ... 47

Tabel 4.8 Uji Mann-Whitney ... 48

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ... 57

Lampiran 2 ... 61

Lampiran 3 ... 73

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merokok merupakan kebiasaan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh (Kumboyono, 2012). Pada awalnya kebanyakan orang menghisap tembakau

dengan menggunakan pipa. Pada tahun 1840-an barulah mengenal rokok, tetapi belum mempunyai dampak dalam pemasaran tembakau. Mendekati tahun 1881 baru terjadi produksi rokok secara besar-besaran dengan bantuan mesin. Pada beberapa dekade muncul bukti-bukti kuat bahwa penggunaan tembakau berhubungan dengan beberapa penyakit (Soetjiningsih, 2004).

Di dalam sebatang rokok terkandung 4000 jenis senyawa kimia dengan 3 komponen utama yaitu nikotin (zat bersifat adiktif), tar (zat bersifat karsinogenik), dan karbon monoksida (CO) yang merupakan gas beracun yang menurunkan kandungan oksigen dalam darah. Berbagai penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa merokok merupakan faktor risiko utama dari penyakit jantung, penyakit paru kronik, kanker, diabetes melitus, dan penyakit lainnya seperti fertilitas dan impotensi (Kemenkes RI, 2012).

Sebuah penelitian di Amerika Serikat mendapatkan bahwa pada semua etnis kecuali orang Amerika keturunan Afrika, angka kejadian merokok pada remaja lebih tinggi daripada angka kejadian merokok pada dewasa. Angka kejadian pada remaja di Amerika Serikat pada tahun 2000 melebihi 25% dari angka kejadian merokok pada orang dewasa, dan dikatakan terdapat peningkatan sekitar 50% dari tahun 1988. Lebih dari 80% perokok mulai merokok sebelum berusia 18 tahun serta diperkirakan sekitar 3000 remaja mulai merokok setiap hari (Soetjiningsih,

2004).

(10)

rokok akan mengakibatkan kematian sekitar 8,4 juta jiwa di dunia dan setengah dari kematian tersebut berasal dari Asia (Rosmanijar, 2013).

Hasil survei Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) terhadap remaja di Indonesia, saat ini perokok pemula remaja usia 10-14 tahun naik 2 kali lipat dalam 10 tahun terakhir, dari 5,9% (2001) menjadi 17,5% (2010), sementara perokok pemula usia 15-19 tahun menurun dari

58,9% menjadi 43,3%. Keadaan ini menunjukkan adanya pergeseran perokok pemula ke kelompok usia yang lebih muda (DepkesRI, 2013).

Rerata proporsi perokok saat ini di Indonesia adalah 29,3%. Proporsi perokok di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 26,7% dengan karakteristik umur penduduk ≥ 10 tahun (Riskesdas, 2013).

Di Indonesia terdapat berbagai jenis sekolah yang berdasarkan penyelenggaraannya dibagi menjadi sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah negeri adalah sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah, sedangkan sekolah swasta diselenggarakan oleh masyarakat (Bachrie, 2009). Siswa Sekolah Negeri adalah siswa yang bersekolah pada lembaga pemerintah, dimana pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi mereka tanpa diskriminasi. Sedangkan Siswa Sekolah Swasta adalah siswa yang bersekolah pada lembaga non-pemerintah. Sekolah swasta untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus ketika pemerintah tidak bisa memberikan sekolah khusus bagi mereka; keagamaan, seperti sekolah Islam, sekolah Kristen dan lain-lain, atau sekolah yang memiliki standar pendidikan yang lebih tinggi atau berusaha untuk mengembangkan prestasi pribadi lainnya (Suseno, 2009).

Terdapat beberapa perbedaan diantara sekolah swasta dan sekolah negeri. Salah satu perbedaan yang dapat dilihat adalah tingkat perhatian dan perlakuan

(11)

didiknya. Meski siswa yang cerdas dan siswa yang nakal tetap terlihat lebih menonjol, namun guru-guru sekolah swasta masih bisa memahami siswa-siswa yang lainnya, sehingga guru paham betul karakteristik setiap anak didiknya (Esaputra, 2013).

Selain tingkat perhatian dan perlakuan guru terhadap murid di kelas, perbedaan pada sekolah swasta dan sekolah negeri dapat dilihat dari fasilitas. Dengan biaya

yang tergolong standar dari pemerintah, fasilitas sekolah negeri masih kalah jika dibandingkan dengan sekolah swasta yang biayanya tidaklah murah. Fasilitas

kelas yang menunjang seperti air conditioner, LCD projector, laptop dan lainnya tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sekolah negeri tidak bisa secara penuh memberikan fasilitas ini kepada seluruh siswanya. Berbeda dengan sekolah swasta yang memiliki cukup biaya untuk memberikan fasilitas yang berkualitas bagi seluruh siswanya. Tidak hanya fasilitas di dalam kelas, melainkan juga fasilitas luar kelas seperti lapangan olahraga, stadiun basket milik pribadi, serta bus sekolah (Esaputra, 2013).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku merokok pada Siswa SMA Swasta dan SMA Negeri di Pontianak. Alasan penulis membandingkan SMA Swasta dan SMA Negeri karena penulis ingin melihat apakah dengan berbagai faktor yang membedakan kedua sekolah seperti tingkat perhatian dan perlakuan guru terhadap murid di kelas dan fasilitas disekolah tersebut berpengaruh pada tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku merokok pada masing-masing sekolah.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat di rumuskan identifikasi masalah sebagai berikut:

- Apakah terdapat perbedaan tingkat pengetahuan tentang merokok pada siswa SMA Swasta dan SMA Negeri di Pontianak.

- Apakah terdapat perbedaan tingkat sikap tentang merokok pada siswa

(12)

- Apakah terdapat perbedaan tingkat perilaku merokok pada siswa SMA Swasta dan SMA Negeri di Pontianak.

1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud penelitian

Maksud penelitian ini adalah dapat mengetahui dan membandingkan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku merokok antar siswa SMA Swasta dengan SMA Negeri.

1.3.2 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku merokok siswa SMA Swasta dengan SMA Negeri di Pontianak.

1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademis

Manfaat akademis dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk menambah ilmu dan pengetahuan yang mendalam mengenai bahaya merokok, serta menambah referensi perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku merokok pada remaja.

1.4.2 Manfaat Praktis

(13)

Diharapkan dengan adanya informasi dan data yang di peroleh peneliti sehingga dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesadaran untuk tidak merokok.

1.5 Landasan Teori

Perilaku merokok adalah masalah yang sangat fenomenal, meskipun sudah diketahui dampak negatif yang disebabkan oleh rokok, tapi jumlah perokok

bukannya menurun malah semakin meningkat (Rosmanijar, 2013).

Secara umum menurut Kurt Lewin, bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Jika merujuk konsep transmisi perilaku, pada dasarnya perilaku merokok pada pelajar dapat ditransmisikan melalui transmisi vertikal yang dilakukan oleh orang tua dan melalui transmisi horizontal yang dilakukan oleh teman sebaya (Helmi, 2000).

Salah satu karakteristik umum perkembangan remaja adalah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Selain itu, didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya, tidak jarang secara sembunyi-sembunyi, remaja pria mencoba merokok karena sering melihat orang dewasa melakukannya (Ali, 2010). Remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya aspek krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu ketika mereka sedang mencari jati dirinya (Nasution, 2007).

Oleh karena itu yang amat penting bagi remaja adalah memberikan bimbingan agar rasa ingin tahunya yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif dan produktif. Akan tetapi, pada kenyataannya yang terjadi adalah para remaja melakukan kegiatan yang mengarah ke arah negatif seperti kebiasaan merokok (Rosmanijar, 2013).

(14)

satu atau kedua orang tuanya merokok. Melalui sebuah studi Kohort didapatkan peralihan usia perokok pemula dari yang awalnya dewasa muda bergeser ke usia remaja. Hal yang paling berpengaruh dalam peralihan ini adalah orang tua merokok dan konflik keluarga (Soetjiningsih, 2004).

Sekolah negeri maupun sekolah swasta memiliki karakteristik masing-masing yang menampilkan perbedaan antara satu dengan yang lain. Salah satu perbedaan

yang dapat dilihat adalah dari tingkat perhatian dan perlakuan guru terhadap murid dikelas. Untuk hal ini sekolah negeri akan kalah jauh dibanding sekolah

swasta dikarenakan jumlah murid yang sangat banyak dalam satu kelasnya untuk sekolah negeri. Pada sekolah negeri jumlah siswa dalam satu kelas dapat

(15)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

- Tingkat pengetahuan mengenai merokok pada siswa SMA Negeri “X”

lebih rendah dari SMA Swasta “X”.

- Tingkat sikap terhadap merokok pada siswa SMA Negeri “X” sama

dengan SMA Swasta “X”.

- Tingkat perilaku merokok pada siswa SMA Negeri “X” lebih rendah dari

SMA Swasta “X”.

5.2 Saran

Bagi Lingkungan Sekolah

- Para guru dan karyawan sekolah sebaiknya tidak merokok di lingkungan sekolah agar dapat menjadi contoh bagi siswa.

- Memberikan pendidikan mengenai kesehatan kepada para siswa, khususnya yang berkaitan dengan merokok.

- Memasang poster-poster di mading sekolah tentang bahaya yang ditimbulkan oleh rokok.

Bagi Perokok

- Mengurangi jumlah rokok yang dihisap tiap harinya.

- Berusaha untuk berhenti merokok.

- Menghindari lingkungan yang menyebabkan timbulnya keinginan untuk

merokok.

(16)

Bagi Bukan Perokok

- Jangan pernah sekalipun mencoba merokok.

- Berani untuk memberi saran kepada teman yang merokok untuk berhenti merokok.

Bagi Pemerintah

- Setiap iklan rokok harus diikuti dengan peredaran bahaya merokok. - Mengadakan larangan iklan dan promosi rokok secara menyeluruh.

- Mempertegas sanksi hukum untuk setiap orang yang merokok di tempat kerja dan tempat-tempat umum.

- Menyediakan tempat-tempat khusus untuk merokok (smoking area) di berbagai kawasan umum.

Dan untuk penelitian selanjutnya dapat dengan menambah jumlah sampel yang

(17)

PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI

PONTIANAK TAHUN 2014

THE COMPARISON BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR TO SMOKING OF PRIVATE SENIOR HIGH SCHOOL AND

PUBLIC SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN PONTIANAK 2014

J. Teguh Widjaja1, Hana Ratnawati2, Maria Justitia Parantika3 1

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

Jalan Prof. Drg. Surya Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Kasus merokok di kalangan remaja terus bertambah tinggi. Hasil survei Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) terhadap remaja Indonesia di tahun 2010, perokok pemula usia 15-19 tahun mencapai 43,3 %. Hal ini merupakan masalah yang serius karena mereka inilah yang akan menjadi penerus bangsa.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku merokok siswa SMA Swasta dengan SMA Negeri di Pontianak.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan rancangan Cross sectional dan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Sampel menggunakan kriteria Minimal Sampel dan diperoleh 314 responden.

Hasil penelitian, didapatkan pada SMA Swasta “X” pengetahuan sebesar 95,76%, sikap sebesar 95,76%, dan perilaku sebesar 86,67%, sedangkan untuk

SMA Negeri “X” pengetahuan sebesar 93,96%, sikap sebesar 83,89%, dan

perilaku sebesar 79,87%. Dan dengan analisis t-test tidak berpasangan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku merokok pada SMA Swasta “X” dan SMA Negeri “X”, sedangkan untuk sikap tidak signifikan. Simpulan penelitian ini pengetahuan dan perilaku SMA Negeri “X” lebih rendah dibandingkan SMA Swasta “X”, sedangkan sikap merokok pada SMA

Negeri “X” sama dengan SMA Swasta “X”.

(18)

ABSTRACT

Smoking cases among teenagers continue to increase. Survey by Director General of Disease Control and Environmental Health (P2PL) for teens Indonesia in 2010, the novice smokers aged 15-19 years reached 43.3%. This condition is a serious problem because they represent the future generation of this country. The purpose of this research is to find out the comparison between knowledge, attitude and behavior to smoking of private senior high school and public senior high school students in Pontianak.

The research used descriptive analytic method with cross sectional design and questionnaires as the collecting data instruments. For sample criteria using Minimal sample and obtained 314 respondents.

The results of this results show that 95.76% of the knowlegde, 95.76% of the attitude were good and 86.67% of the behavior were good on private senior high school students, while for public senior high school students, 93.96% of the knowledge were good, 83.89% of the attitude were good and 79.87% of the behavior were good. With independent t-test analysis showed that there are significant relations between private high school and public high school students knowledge and behavior about smoking, whereas not significant attitude.

(19)

Merokok merupakan kebiasaan

yang berbahaya bagi kesehatan tubuh1.

Di dalam sebatang rokok terkandung 4000 jenis senyawa kimia dengan 3 komponen utama

yaitu nikotin (zat bersifat adiktif), tar (zat bersifat karsinogenik), dan

karbon monoksida (CO) yang merupakan gas beracun yang menurunkan kandungan oksigen dalam darah. Berbagai penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa merokok merupakan faktor risiko utama dari penyakit jantung, penyakit paru kronik, kanker, diabetes melitus, dan penyakit lainnya seperti fertilitas dan impotensi2.

Indonesia menempati urutan ke 5 negara pengkonsumsi rokok terbanyak di Asia, WHO memprediksikan bahwa tahun 2020, penyakit yang disebabkan oleh rokok akan mengakibatkan kematian sekitar 8,4 juta jiwa di dunia dan

setengah dari kematian tersebut berasal dari Asia3.

Hasil survei Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)

terhadap remaja di Indonesia, saat ini perokok pemula remaja usia 10-14 tahun naik 2 kali lipat dalam 10 tahun terakhir, dari 5,9% (2001) menjadi 17,5% (2010), sementara perokok pemula usia 15-19 tahun

menurun dari 58,9% menjadi 43,3%. Keadaan ini menunjukkan adanya

pergeseran perokok pemula ke kelompok usia yang lebih muda4. Secara umum menurut Kurt Lewin, bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Jika merujuk konsep transmisi perilaku, pada dasarnya perilaku merokok pada pelajar dapat ditransmisikan melalui transmisi vertikal yang dilakukan oleh orang tua dan melalui transmisi horizontal yang dilakukan oleh teman sebaya5. Salah satu karakteristik umum perkembangan remaja adalah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Selain itu, didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja ingin

mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya, tidak jarang secara sembunyi-sembunyi, remaja pria mencoba merokok karena sering

(20)

melihat orang dewasa melakukannya6.

Di Indonesia terdapat berbagai jenis sekolah yang berdasarkan penyelenggaraannya dibagi menjadi sekolah negeri dan sekolah swasta.

Sekolah negeri adalah sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah,

sedangkan sekolah swasta diselenggarakan oleh masyarakat7. Siswa Sekolah Negeri adalah siswa yang bersekolah pada lembaga pemerintah, dimana pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi mereka tanpa diskriminasi. Sedangkan Siswa Sekolah Swasta adalah siswa yang bersekolah pada lembaga non-pemerintah. Sekolah swasta untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus ketika pemerintah tidak bisa memberikan sekolah khusus bagi mereka; keagamaan, seperti sekolah

Islam, sekolah Kristen dan lain-lain, atau sekolah yang memiliki standar pendidikan yang lebih tinggi atau berusaha untuk mengembangkan prestasi pribadi lainnya8.

Terdapat beberapa perbedaan diantara sekolah swasta dan sekolah negeri. Salah satu perbedaan yang dapat dilihat adalah tingkat perhatian dan perlakuan guru terhadap murid di kelas. Tidak bisa dipungkiri,

jumlah siswa yang belajar di sekolah negeri jauh lebih banyak jika

dibandingkan dengan jumlah siswa yang belajar di sekolah swasta. Jumlah siswa ini berpengaruh terhadap perhatian guru. Di sekolah negeri, guru-guru cenderung hanya memperhatikan siswa-siswa yang menonjol. Sedangkan di sekolah swasta, guru-guru bisa lebih memahami anak didiknya. Meski siswa yang cerdas dan siswa yang nakal tetap terlihat lebih menonjol, namun guru-guru sekolah swasta masih bisa memahami siswa-siswa yang lainnya, sehingga guru paham betul karakteristik setiap anak didiknya9.

PROSEDUR KERJA

Pengumpulan data: Data primer

(21)

mengharuskan responden untuk menjawab beberapa pertanyaan dengan cara melakukan pengisian kuesioner.

Pelaksanaan penelitian: Penelitian

ini dilakukan melalui beberapa tahap,

yaitu:

1) Tahap penentuan subjek

penelitian. Setelah menentukan subjek penelitian, kemudian peneliti menyiapkan proposal penelitian dan studi literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian.

2) Responden akan diberikan kuesioner setelah mendapatkan pengarahan dari peneliti mengenai tujuan penelitian dan tata cara pengisian kuesioner.

3) Tahap pembagian dan pengumpulan kuesioner, meliputi kegiatan menemui responden untuk memperoleh data dengan menggunakan kuesioner.

4) Tahap analisis data dilakukan setelah kuesioner terkumpul.

ANALISIS

Analisis Univariat: Dilakukan penilaian untuk skor tiap variabel dengan menggunakan skala Gutman.

Analisis Bivariat: Menggunakan

rumus uji t tidak berpasangan dengan kriteria uji terima Ho jika P > α dan

tolak Ho jika P ≤ αdengan α = 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGETAHUAN Kelompok

Rata-Rata

U Z p-value

SMA Swasta

“X” 86,73 9739,0 -3,188 0,001

SMA Negeri

“X” 82,87

(22)

“X” memiliki pengetahuan baik mengenai merokok.

SIKAP Kelompok

Rata-Rata

U Z

p-value

SMA Swasta

“X” 47,72 11614,5

-0,996 0,319

SMA Negeri

“X” 45,97

Hasil perhitungan statistik diperoleh nilai Z Mann Whitney sebesar -0,996 dengan nilai p-value sebesar 0,319. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p-value (0,319) > 0,05, maka hipotesis Ho2

diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tingkat sikap mengenai merokok pada siswa SMA Swasta “X” sama dengan siswa SMA Negeri “X”. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa SMA Swasta “X” dan siswa SMA Negeri “X” memiliki sikap baik mengenai merokok.

PERILAKU Kelompok

Rata-Rata

U Z

p-value

SMA Swasta

“X” 75,13 10721,5 -2,202 0,028

SMA Negeri

“X” 71,14

Hasil perhitungan statistik diperoleh nilai Z Mann Whitney sebesar -2,202 dengan nilai p-value sebesar 0,028. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p-value (0,028) < 0,05, maka hipotesis Ho3 ditolak. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan bahwa tingkat perilaku merokok pada siswa SMA Negeri “X” lebih rendah daripada siswa SMA Swasta “X”. Selain faktor kepribadian, dan faktor lainnya seperti pengaruh orang tua, teman, lembaga pendidikan, agama, iklan di media massa dan elektronik, faktor jumlah guru SMA Swasta “X” yang lebih banyak dibandingkan jumlah guru SMA Negeri “X” berpengaruh dalam pembentukan perilaku siswanya. Dengan jumlah guru yang cenderung banyak, guru SMA Swasta “X” lebih bisa mengenal dan memperhatikan sebagian besar muridnya dengan baik dibandingkan dengan guru SMA Negeri “X”. Hal ini sangat diperlukan untuk mengarahkan

perilaku muridnya kearah yang lebih positif.

(23)

penalaran responden menentukan hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku dalam memilih informasi mana yang benar dan mana yang tidak.

SIMPULAN

Tingkat pengetahuan mengenai

merokok pada siswa SMA Negeri “X” lebih rendah dari SMA Swasta “X”.

Tingkat sikap terhadap merokok pada siswa SMA Negeri “X” sama dengan SMA Swasta “X”.

Tingkat perilaku merokok pada siswa SMA Negeri “X” lebih rendah dari SMA Swasta “X”.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kumboyono. 2012. Hubungan Perilaku Merokok dan Motivasi Belajar Anak Usia Remaja di SMK Bina Bangsa Malang. Majalah Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya .

2. KemenkesRI. 2003. Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Dipetik october 2, 2014, dari http://binfar.kemkes.go.id/?wpdmact =process&did=MTIzLmhvdGxpbms =.

3. Rosmanijar, E. 2013 . Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Status Merokok Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Banda Aceh. Jurnal STIKes U'Budiyah Banda Aceh ,p 2-19.

4. DepkesRI. 2013. Dipetik januari

21, 2014, dari

www.depkes.go.id/index.php?vw=2 &id=2316

5. Helmi, A. F. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi UGM .

6. Ali, M. 2010. Panduan Hidup Sehat. Jakarta: Kompas Media Nusantara.

7. Bachrie, N. S. 2009. Hubungan Jenis Sekolah dan Identifikasi Nilai Moral Individualisme Terhadap Kesadaran Sosial Siswa SMUA di Jakarta. Jurnal FPsi UI , p 2-3.

8. Suseno, Y. E. 2009. Perbedaan Persepsi Antara Siswa Sekolah Negeri dan Swasta Terhadap Pembelajaran Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jurnal Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya , p 4.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 2010. Panduan Hidup Sehat. Jakarta: Kompas Media Nusantara.

Azwar, S. 2013. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bachrie, N. S. 2009. Hubungan Jenis Sekolah dan Identifikasi Nilai Moral Individualisme Terhadap Kesadaran Sosial Siswa SMUA di Jakarta. Jurnal FPsi UI , p 2-3.

BappedaKendal. 2010. Tentang Tembakau. Dipetik october 15, 2104, dari http://bappeda.kendalkab.go.id/lahan/content.php?query=tentang_tembakau.

Bustan, M. 1997. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

Depkes. 2013. Generasi Muda Sehat, Generasi Tanpa Rokok. Dipetik November 2, 2014, dari http://www.depkes.go.id/article/print/2316/generasi-muda-sehat-generasi-tanpa-rokok.html.

DepkesRI. 2010. Dipetik September 3, 2014, dari www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2316

DepkesRI. 2013. Dipetik januari 21, 2014, dari www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2316

Desiani, N. 2007. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Dihubungkan Dengan Kebiasaan Merokok Mahasiswa Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 2006. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha , 6-7.

Esaputra, A. K. 2013. Sekolah Negeri Vs Sekolah Swasta. Dipetik December 5, 2014, dari agustikariadiesaputra.blogspot.com/2013/06/sekolah-negeri-vs-sekolah-swasta.html.

Fahrosi, A. 2013. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Bahaya Merokok Pada Remaja SMP di Pedesaan dan Perkotaan di Kabupaten Jember. Jurnal Ilmu Keperawatan Universitas Jember , p 4-5.

(25)

Jaya, M. 2009. Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok. Yogyakarta: Riz'ma.

KemenKes. 2011. Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan.

KemenkesRI. 2003. Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Dipetik october 2,

2014, dari

http://binfar.kemkes.go.id/?wpdmact=process&did=MTIzLmhvdGxpbms=.

Kompas. 2013. Begini Aturan Iklan Rokok. Dipetik December 6, 2014, dari m.kompas.com/health/read/2013/05/31/15332953/Begini.Aturan.Iklan.Rokok.

Kumboyono. 2012. Hubungan Perilaku Merokok dan Motivasi Belajar Anak Usia Remaja di SMK Bina Bangsa Malang. Majalah Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya .

Lestari, R. 2012. Perilaku Merokok Pada Remaja SMA/SMK di Kota dan Luar Kota. Jurnal Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta , p 139-140.

Ma'arif, D. A. 2013. Bahaya Rokok Terhadap Kesehatan. Dipetik 10 4, 2014, dari http://rotinsuluhospital.org/berita-6-bahaya-rokok-terhadap-kesehatan.html.

Handoko. 2012. Metode Alternatif Untuk Berhenti Merokok. Dipetik 10 22, 2014, dari http://sehatkufreemagazine.wordpress.com/2012/06/05/metode-alternatif-untuk-berhenti-merokok/.

Mulyawati, Y. 2012. Pengaruh Rokok Terhadap Gigi Dan Mulut. Dipetik 10 4, 2014, dari http://smallcrab.com.kesehatan/418-pengaruh-rokok-terhadap-gigi-dan-mulut/.

Nasution, I. K. 2007. Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan , p 2-13.

Natanael, Y. 2007. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Dihubungkan Dengan Kebiasaan Merokok Siswa-Siswi SMP Swasta, Bandung, 2007. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung , p 16-18.

Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

(26)

Oetarman, A. E. 2010. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pelajar di Salah Satu SMA di Banjarmasin Mengenai Masalah Merokok. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung , p 5-6.

Panuju, P., & Umami, I. 2005. Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana.

PDPI, P. D. 2003. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Dipetik 10 4, 2014, dari http://www.klikpdpi.com/konsensus-ppok/ppok.pdf.

Purwanto, E. 2012. Buerger's Disease, Penyakit Langka AKibat Rokok. Dipetik December 7, 2014, dari www.dinkesbabar.org/berita-9-buerger%E2%80%99s-disease-penyakit-langka-akibat-merokok.html.

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Dipetik november 5, 2014, dari http://www.depkes.go.id/resources/download/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf.

Rohman, A. 2010. Hubungan Antara Tingkat Stres Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja. Dipetik December 5, 2014, dari http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/08/artikel-hubungan-tingkat-stres-dan-perilaku-merokok-remaja.pdf.

Rosmanijar, E. 2013 . Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Merokok Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Banda Aceh. Jurnal STIKes U'Budiyah Banda Aceh ,p 2-19.

Sarwono, S. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Satiti, A. 2009. Strategi Rahasia Berhenti Merokok. Yogyakarta: Data Media.

Simanullang, M. 2010. Dipetik September 29, 2014, dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20219/4/Chapter II.pdf.

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.

Suryati, T. 2012. Perbedaan Sekolah Negeri Dan Sekolah Swasta. Dipetik October 22, 2014, dari ceritabersama-tati.blogspot.com/2012/01/perbedaan-sekolah-negeri-dan-sekolah-swasta.html.

Suseno, Y. E. 2009. Perbedaan Persepsi Antara Siswa Sekolah Negeri dan Swasta Terhadap Pembelajaran Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jurnal Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya , p 4.

(27)

Triswanto, S. 2007. Stop Merokok . Yogyakarta: Progresif Books.

Widyastuti, Y. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.

Referensi

Dokumen terkait

PROGRAM STUDI KEAHLIAN: KEUANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN: AKUNTANSI.. JUDUL BUKU:

Sesuai dengan Pasal 193 ayat (1) KUHAP, penjatuhan putusan pemidanaan terhadap terdakwa didasarkan pada penilaian pengadilan.Jika pengadilan berpendapat dan menilai

Akan tampil kotak dialog Create Database, pada Kotak Isian Database name, tuliskan KKPI7, kemudian klik Tombol OK. hasil database yang telah kita buat tertampil dalam

The present study is the first double-blind placebo controlled trial of a tricyclic antidepressant in the treatment of an acute depression in schizophrenic patients maintained

Dalam Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Wilayah Kota Malang, disebutkan bahwa yang dimaksud sebagai PKL

Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan jamur tiram putih 15% memberikan karakteristik bakso terbaik yaitu Karbohidrat 25,56% , lemak 2,31%, protein 11,76% serat kasar 0,71%

Tujuan utama dari proyek akhir ini adalah merancang dan membuat sebuah battery charger dengan boost converter sebagai regulator tegangan dari sumber solar cell

3.a Peningkatan kemampuan relasional matematis pada siswa yang memperoleh pembelajaran saintifik dengan strategi konflik kognitif lebih baik daripada siswa yang