• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISTIRDLA’ DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM (Analisis Fatwa MUI Nomor 28 Tahum 2013 Tentang Seputar Donor Air Susu Ibu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ISTIRDLA’ DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM (Analisis Fatwa MUI Nomor 28 Tahum 2013 Tentang Seputar Donor Air Susu Ibu)"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

ISTIRDL

A’

DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

(Analisis Fatwa MUI Nomor 28 Tahum 2013 Tentang Seputar Donor Air Susu Ibu)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-tugas

dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

AHMAD NASRUL ULUM NPM : 1321010064

Program Studi : Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

(2)

ISTIRDL

A’

DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

(Analisis Fatwa MUI Nomor 28 Tahum 2013 Tentang Seputar Donor Air Susu Ibu)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-tugas

dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

AHMAD NASRUL ULUM NPM : 1321010064

Program Studi : Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah

Pembimbing I : Prof. Dr. H.Mohammad Rusfi, M.Ag. Pembimbing II : Drs. Susiadi AS, M. Sos.I.

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

(3)

ABSTRAK

ISTIRDLA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

(Analisis Fatwa MUI Nomor 28 Tahun 2013 Tentang Seputar Donor Air Susu Ibu) Oleh

Ahmad Nasrul Ulum

Adanya praktek Donor Air Susu Ibu ditengah masyarakat Indonesia meminta agar Majelis Ulama Indonesia untuk mengeluarkan fatwa yang berkenaan dengan donor Air Susu Ibu dengan tujuan untuk menjadikan pedomana bagi masyarakat Indonesia mengenai ketentuan hukum dan manfaat Donor Air susu Ibu bagi masyarakat Islam di Indonesia. Perlu diketahui bahwasannya Majelis Ulama Indonesia dalam mengeluarkan Fatwa tidak serta merta selalu tepat dalam menjawab permasalahan yang ada, perlu adanya suatu perombakan, pengecekan, penelaahan, dan diskusi kembali dengan para ulama agar tercapainya suatu Fatwa yang menjadi pedoman bagi masyarakat Indonesia yang sesuai dengan ketetapan Hukum Islam.

Dalam skripsi ini ada dua permasalahan diantaranya: Apa yang menjadi pertimbangan MUI mengeluarkan Fatwa diperbolehkannya donor air susu ibu? dan Bagaimana pandangan hukum Islam tentang pertimbangan MUI mengeluarkan Fatwa memperbolehkan donor air susu ibu? Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengentahui dasar pertimbangan MUI dalam fatwa 28 tahun 2013 sehingga membolehkan praktek donor air susu ibu. Dan untuk mengentahui bagaimana padangan hukum Islam mengenai pertimbangan MUI dalam fatwa

nomer 28 tahun 2013 tentang seputar donor air susu ibu.

Adapun metode penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini dilihat dari jenis

penelitiannya, maka penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library research) adalah

pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta dubutuhkan dalam penelitian hukum normatif. Guna memperoleh bahan hukum yang akurat untuk penulisan skripsi ini, maka bahan-bahan hukum tersebut diperoleh melalui tiga cara yaitu sumber bahan hukum primer,sumber bahan hukum sekunder, dan sumber bahan hukum tersier.

(4)
(5)
(6)

MOTTO





...

















َﷲ



َﷲ







“... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah a mat berat siksa-Nya

(7)

PERSEMBAHAN

Karyatulis ini penulis persembahkan pada orang-orang yang selalu mendukung terselesaikannya karya ini, diantaranya :

1. Kepada Ayahku H. Subandi dan Hj. Ibu Masriyah tercinta, yang telah

mendidik dan membesarkanku dengan do‟a dan segenap jasa-jasanya yang

tak terbilang demi keberhasilan cita-citaku, aku semakin yakin bahwa ridho Allah SWT adalah keridhoanmu;

2. Untuk adikku yang tersayang Ulfa Riyani yang selalu menemani

hari-hariku.

3. Kepada sanak saudara, Family, dan rekan-rekan satu angkatan tahun 2013

Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah yang tak dapat kusebut satu persatu,buat sahabat-sahabatku diantaranya Muhammad Syafaat, Mahfudh Arifin, Muhammad Nasirun, Narianto, Khusni Tamrin, Inayatul Maghfiroh, dono karyono, yang selalu memberikan motifasi dan masukan guna menyelesaikan karya tulis ini, terima kasih atas kebersamaanya, mudah-mudahan menjadi keberkahan dunia ahirat.

4. Almamater tercinta UIN Raden Intan Lampung yang selalu kubanggakan

(8)

RIWAYAT HIDUP

Ahmad Nasrul Ulum, seorang anak yang dilahirkan didesa Mahabang

Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulang Bawang tepatnya pada tanggal 16 April 1995 yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putra dari Bapak H. Subandi dan Ibu Hj. Masriyah:

Jenjang pendidikan penulis yaitu:

1. Sekolah Dasar (SD) Swasta Desa Sungai Nibung Kecamatan Tulang

Bawang Kabupaten Dente Teladas lulus pada tahun 2006.

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP) Swasta Desa Sungai Nibung

Kecamatan Tulang Bawang Kabupaten Dente Teladas lulus pada tahun 2009.

3. Madrasah Aliyah (MA) Walisongo jalan Simpang Prepau Kota Bumi

Lampung Utara lulus pada tahun 2012.

4. Tahun 2013 terdaftar sebagai mahasiswa dijurusan Ahwal

Al-Syakhshiyyah Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negri

(9)

KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah

senantiasa memberikan nikmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Hukum pada jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah di Fakultas

Syari‟ah dan Hukum UIN Raden Intan Lampung, shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, para sahabat dan pengikutnya.

Penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, serta dengan tidak mengurangi rasa terima kasih atas bantuan semua pihak, rasa hormat dan teima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag., selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Raden Intan Lampung.

2. Dr. Alamsyah, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Raden Intan Lampung yang telah banyak memberikan bimbingan kepada mahasiswa;

3. Bapak Dr. H. Khoiruddin, M. H. Wakil Dekan satu yang selalu

memberikan motifasi kepada mahasiswa;

4. Dr. H.Mohammad Rusfi, M.Ag. selaku Pembimbing I dan Drs. Susiadi

(10)

dalam mengarahkan dan memotivasi penulis hingga terselesaikan skripsi ini;

5. Kepada bapak Marwin, SH.M.H. selaku ketua jurusan Ahwal

Al-Syahksiyah;

6. Bapak dan ibu dosen staf karyawan Fakultas Syari‟ah dan Hukum yang telah mendidik, memberikan waktu dan layanannya dengan tulus dan iklas

kepada penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Syari‟ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

7. Bapak dan ibu staf karyawan perpustakaan Fakultas Syari‟ah dan Hukum

dan perpustakaan pusat Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

8. Teman-teman KKN 64 dan keluarga baru pekon Sukawangi Kecamatan

Pringsewu.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, hal ini disebabkan masih terbatasnya ilmu dan teori penelitian yang penulis kuasai. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan kritik yang bersifat membangun untuk skripsi ini.

Akhirnya, dengan iringan terimakasih penulis memanjatkan do‟a kehadirat

Allah SWT, semoga jerih payah dan amal bapak-bapak dan ibu-ibu serta teman-teman sekalian akan mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin

Bandar Lampung, 19 April 2017 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTAK ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Pengesahan Judul ... 1

B. Alasan Memilih Judul ... 3

C. Latar Belakang Maalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian... 8

F. Metode Penelitian... 9

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 9

2. Sumber Data ... 10

3. Metode Pengumpulan Data ... 11

4. Metode Pengelolahan Data ... 11

5. Metode Analisis Data ... 12

BAB II ISTIRDHA DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM A. Pengertian Donor Air Susu Ibu (Istirdla) ... 14

1. Syarat menjadi pendonor ASI ... 15

2. Dampak adanya donor ASI ... 16

B. Dasar Hukum Donor Air Susus Ibu (Istirdla) ... 19

1. Al-Qur‟an ... 19

2. Hadits Nabi... 28

3. Qaidah Fiqhiyyah ... 28

(12)

1. Sarat makanan bagi bayi ... 29

2 Kandungan ASI ... 30

3. Keuntungan ASI adalah sebagai berikut ... 30

D. Pendapat Ulama ... 32

BAB III ISTIRDLA DALAM PRESPEKTIF MUI a. Profil Majelis Ulama Indonesia ... 39

1. Sekilas Profil Majelis Ulama Indonesia ... 39

2. Peran Majelis Ulama Indonesia ... 42

b. Landasan Hukum Fatwa MUI Tentang seputar Donor Air Susu Ibu (Istirdla)... 43

c. Substansi Fatwa MUI No. 28 Tahun 2013 ... 46

d. Proses Donor Air Susu Ibu ... 59

BAB IV ANALISIS FATWA MUI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG SEPUTAR DONOR AIR SUSU IBU MENURUT HUKUM ISLAM A. Pertimbangan MUI mengeluarkan Fatwa diperbolehkannya donor air susu ibu ... 63

B. Analisis hukum Islam tentang pertimbanganMUI mengeluarkan Fatwa memperbolehkan donor air susu Ibu... 65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A.Penegasan Judul

Demi memudahkan pemahaman tentang judul srkripsi ini serta tidak menimbulkan kekeliruan dan kesalam pahaman dikemudian, maka penulis akan menguraikan secara singkat istilah-istilah yang tedapat dalam skripsi yang

berjudul: ISTIRDHL DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM (Analisis Fatwa

MUI Nomor 28 Tahun 2013 Tentang Seputar Donor Air Susu Ibu) sebagai berikut.

Donor menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah penderma atau

pemberi sumabangan.1 Kemudian Asi adalah suatu emulasi lemak dalam arutan

protein, laktose, dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi.2 maka dapat

disimpulakan donor Asi adalah pemberi sumbangan air susu Ibu sebagai makanan untuk bayi yang diberikan kepada bayi yang bukan dari ibu biologis yang menghasilkan susu untuk didonorkan atau pemberian sumbangan berupa air susu ibu yang diberikan oleh wanita kepada sesorang anak yang bukan anak kandungnya dan lembaga yang menampung air susu ibu.

Hukum Islam adalah hukum yang dibangun berdasarkan pemahaman manusia atas nash Al-Qur,an maupun Al-Sunnah untuk megatur kehidupan

1

Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, kamus besar bahasa indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 242 .

2

(14)

manusia yang berlaku secara universl-relevan pada setiap zaman (waktu) dan

makan (ruang) manusia.3

Analisis menurut kamus besar bahasa indonesia adalah:

a. penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan, karangan, dan sebagainya)

untuk mendapatkan fakta yang tepat (asal usul, sebab, penyebab sebenarnya, dan sebagainya).

b. Penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian, penelaahan bagian-bagian

tesebut dan hubungan antar bagian untuk mendapakan pengertian yang tepat dengan pemahaman secara keseluruhan.

c. Penyelidikan kimia dengan cara menguraikan senyawa (bahan) atas

unsur-unsur (atom-atom) penyusunan.

d. Penjabaran (pembentangan) sesuatu hal, dan sebagainya setelah ditelaah

secara seksama.

e. Peroses pemecahan masalah yang dinilai dengan hipotesis (digunakan, dan

sebagainya) sampai terbukti kebenarannya melalui beberapa kepastian

(pengamatan, percobaan, dan sebagainya).4

Fatwa adalah keputusan agama yang diberikan oleh alim ulama mengenai

suatu perkara atau nasihat orang alim.5

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Merupakan wadah musyawarah para

ulama, zu‟ama dan cendikiawan muslim serta menjadi pengayoman bagi seluruh

muslim Indonesia adalah lembaga yang paling berkompeten dalam menjawab dan

3

Said Aqil Husain Al-Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial Cet-2 (Jakarta: Penamadani, 2005), h. 6.

4

Petersalim dan yennisalim, kamus bahasa indonesia kontemporer (Jakarta: moderen English Press,1991), h.61.

5

(15)

memecahkan setiap masalah sosial keagamaan yang senantiasa timbul dan

dihadapi masyarakat.6

Berdasarkan judul di atas dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan judul keseluruhan yaitu pembahasan mendalam berkenaan dengan Istirdha dalam Pandangan Hukum Islam dengan mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan

permasalahan Istirdla serta dibahas lebih mendalam kaitannya dengan fatwa

MUI Nomer 28 Tahun 2013 Tentang seputar donor air susu ibu.

B.Alasan Memilih Judul

Ada beberapa alasan yang menjadi dasar penulis untuk memilih judul ini sebagai bahan untuk penelitian, yaitu :

a. Alasan objektif

1). Istirdla (donor air susu ibu) merupakan sesuatu pemberian ASI yang muncul beberapa tahun belakang ini sehingga menarik untuk dibahas dalam skripsi.

2). penulis ingin mengetahui dan menganalisis bagaimana pandangan hukum Islam terhadap Istirdla (donor air susu ibu).

b. Alasan subjektif

1). Istirdla (donor air susu ibu) selain menarik untuk dibahas, juga terdapat sarana yang mendukung dalam penulisan skripsi ini seperti

6

(16)

literatur, referensi-referensi yang terdapat diperpustakaan, secara adanya informasi dan data-data yang dibutuhkan dalam literatur.

2). Pembahasan mengenai Istirdla (donor air susu ibu) masih belum ada

difakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

3). Judul skripsi ini relevan dengan disiplin ilmu yang penulis pelajari di

Fakultas Syari‟ah dan Hukum Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyah (Hukum Keluarga).

C.Latar Belakang Masalah

Dalam undang-undang republik Indonesia nomer 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 1, Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa.7

Pernikahan ataupun perkawinan ialah akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban antara seorang laki-laki seorang perempuan

yang bukan mahram.8Allah SWT. Berfirman dalam surat An-Nisa ayat 3.



























































7

Anggota IKAPI, Undang-undang Perka winan (Bandung: Fokusmedia, 2016), h. 1.

8

(17)

Artinya :“Dan jika kamu khawatir tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak- hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil .(An-Nisa ayat 3).9

Pada dasarnya pernikahan menginginkan keturunan yang sangat diharapkan oleh setiap anggota keluarga. Dan tidak banyak didalam keluarga setalah mempunyai keturunan ibu tidak bisa memberikan ASI dikarnakan ada beberapa masalah sehingga dengan adanya donor air susu ibu sedikit banyak membantu para ibu-ibu yang tidak bisa memberikan ASI kepada anaknya.

Dan adapun larangan perkawinan yang berlaku haram untuk selamanya dalam arti sampai kapanpun dan dalam keadaan apapun laki-laki dan prempuan itu tidak boleh melakukan perkawinan, larangan bentuk ini disebut larangan

mahram muabbad (larangan sepersusuan),10 Dalam hukum Islam larangan

pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita menurut syra‟ dibagi dua yaitu

halangan abadi dan halangan sementara, diantara halangan-halangan abadi yang telah disepakati ada tiga yaitu nasab (keturunan), pembesanan (karena pertalian

kerabat semenda), sepersusuan.11

Sedangkan yang dimaksud dengan sepersusuan adalah bila seorang anak menyusu kepada seorang prempuan, maka air susu itu menjadi darah daging dan pertumbuhan bagi sianak sehingga perempuan yang menyusukan itu telah seperti

9

Yayasan penyelenggara penerjemah Al-Qur‟an, Al-qur‟an dan Terjemah Al Hikmah (Bandung: CV Penerbit Diponorogo, 2012), h. 77.

10Bimbingan Islam, Fatwa Kedokteran, Fiqih, Kesehatan Islam” (On

-line), tersedia di: https://agussupianto. Blogspot. Com/ Bimbingan Islam. Htm (25 Agustus 2012).

11

(18)

ibunya.12 Salah satu yang dianjurkan dalam ajaran Agama Islam adalah agar senantiasa mampu menjaga keturunan yakni dalam hal garis keturunan atau nasap. Oleh karna itu, memelihara dan menjaga garis keturunan dalam hal ini ialah nasab. Ulama fiqih sepakat mengatakan bahwa nasap merupakan salah satu fondasi yang kokoh dalam membina suatu kejelasan akan setatus yang dimiliki oleh seseorang anak yang baru lahir, Nasap merupakan sebuah karunia yang paling besar bagi setiap manusia yang dilahirkan kedunia, nasap juga merupakan hal yang paling utama yang harus dimiliki oleh seorang manusia yang lahir agar terhindar dari kehinaan dan kelantaran. Memberikan kewajiban penuh bagi orang tua untuk memelihara dan menajaga anaknya berkaitan dengan setatus nasab yang merupakan hak pertama bagi seorang anak, pada tahapan berikutnya anak yang lahir dari rahim seorang ibu akan memperoleh hak mendapatkan perawatan dan

nafkah secara layak terhadap hak waris dan hak perwalian.13

Hadiah yang paling berharga bagi bayi yang baru lahir adalah ASI, ASI merupakan makanan terbaik dan paling sempurna untuk bayi. Adapun manfaat

ASI untuk bayi sangat banyak antara lain: 14

1. Bayi mendapatkan nutrisi dan enzim terbaik yang dibutuhkan.

2. Bayi mendapatkan zat-zat imun, sera perlindungan dan kehangatan melalui

kontak dari kulit kekulit dengan ibunya.

3. Meningkatkan sensitivitas ibu akan kebutuhannya.

12

Bimbingan Islam, Fatwa Kedokteran, Fiqih, Kesehatan Islam, Op. Cit.

13

M. Nurullrfan, Nasap dan setatus anak dalam hukum Islam (Jakarta: Amzah, 2012), h. 8-15.

14

(19)

4. Mengurangi pendarahan, serta konservasi zat besi, protein, dan zat lainnya, mengingat ibu tidak haidh sehingga mengingat zat yang terbuang.

5. Penghematan karena tidak membeli susu.

6. Asi eksklusif dapat menurunkan angka kejadian alergi, terganggunya

pernapasan, diare, dan obesitas pada anak.15

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa nomer 28 tahun

2013, tentang seputar donor air susu ibu (Istirdla) bahwasanya donor air susu ibu

diperbolehkan dengan bunyi Seseorang ibu boleh memberikan ASI kepada anak yang bukan anak kandungnya. Demikian juga sebaliknya, seseorang anak boleh

menerima ASI dari ibu yang bukan ibu kandungnya sepanjang memenuhi syar‟i.

Dan dengan ketentuan Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 233 yang berbunyi:





ل



ل







ل





ل





Artinya : “para ibu hendaklah menyususkan anak-anaknya selama dua tahun

penuh”,.16

Berdasarkan uraian diatas donor air susu ibu diperbolehkan oleh Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) bahwa dalam hukum Islam salah satu penghalang

pernikahan adalah terjadinya sepersusuan (Radha‟ah). Dengan diperbolehkannya

donor air susu ibu dapat mengakibatkan soudara sepersusuan dan menjadi

15

Nurheti Yuliarti, keajaiban ASI (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2010), h. 8.

16

(20)

penghalang bagi pernikahan dengan saudara sepersusuan, dengan ketentuan-ketentuan Majelis Ulama Indonesia tersebut, kenapa tidak digantikan saja dengan susu formula agar tidak mempunyai akibat hukum. Oleh sebab itu peneliti tertarik meneliti secara detail dan mendalam bagaimana pandangan hukum Islam tentang Fatwa MUI yang memperbolehkan donor air susu ibu. Maka penulis meneliti

sekripsi yang berjudul “ISTIRDLA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

(Analisis Fatwa MUI Nomor 28 Tahum 2013 Tentang Seputar Donor Air

Susu Ibu)”.

D.Rumusan Masalah

Merujuk pada pemaparan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu:

1. Apa yang menjadi pertimbangan MUI mengeluarkan Fatwa diperbolehkannya

donor air susu ibu?

2. Bagaimana pandangan hukum Islam tentang pertimbangan MUI

mengeluarkan Fatwa memperbolehkan donor air susu ibu?

E.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Agar mengetahui dan memahami bagaimana pandangan hukum Islam

(21)

b. Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum

(SH), pada fakutas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung.

2. Kegunaan penelitian

Kegunaan penelitian teroritis ini sebagai bentuk konstribusi dalam rangka memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan

referensi ataupun bahan diskusi bagi para mahasiswa Fakultas Syari‟ah,

maupun masyarakat serta berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan hukum islam.

F.Metode Penelitian

Dalam rangka penulisan skripsi yang berjudul Istirdla dalam pandangan hukum islam (analisis fatwa mui nomer 28 tahun 2013 tentang seputar donor air susu ibu, penulis menggunakan metode untuk memudahkan dalam pengumpulan data, pembahasan dan menganalisis data. Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Dilihat dari jenis penelitiannya, maka penelitian ini termasuk penelitian

kepustakaan (library research) adalah pengkajian informasi tertulis mengenai

hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta

dubutuhkan dalam penelitian hukum normatif.17 Untuk memperoleh data ini,

penulis mengkaji literatur-literatur berasal dari perpustakaan yang memiliki

17

(22)

relevansi dengan penelitan yang penulis lakukan. Literatur yang berhubungan

dengan pembahasan dalam skripsi ini antara lain yaitu Al-Qur‟an, Al-Hadis,

peraturan pemerintah republik Indonesia nomer 33 tahun 2012 tentang pemberian air susu ibu eksklusif, Buku-Buku Fiqih, Buku mengenai kesehatan. Serta literatur lainnya yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang dikaji oleh penulis dalam penelitian ini.

2. Sumber Data

Guna memperoleh bahan hukum yang akurat untuk penulisan skripsi ini, maka bahan-bahan hukum tersebut diperoleh melalui tiga cara yaitu sumber bahan hukum primer,sumber bahan hukum sekunder, dan sumber bahan hukum tersier. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan tentang sumber data tersebut, yaitu:

a. Sumber bahan hukum primer

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang sifatnya mengikat atau berhubungan dengan permasalahan yang terkait. Dalam hal ini

Al-Qur‟an dan Hadits yang berkaitan dengan donor air susu ibu dan pendapat

para ulama tentang donor air susu ibu.

b. Sumber bahan hukum sekunder

(23)

yang penulis gunakan yaitu fatwa MUI, peraturan pemerintah republik Indonesia nomer 33 tahun 2012 tentang pemberian air susu ibu eksklusif, kitab fiqih yang berkaitan dengan donor ASI, buku-buku tentang kesehatan

dan sebagainya.18

c. Sumber bahan Hukum tersier

Merupakan bahan hukum sebagai pelengkap kedua bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus besar bahasa Indonesia, kamus Hukum, dan artikel-artikel yang dapat membantu penelitian ini.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan penelitian pustaka

(library research), yakni upaya membaca dan menelaah serta mengutip beberapa buku, diantaranya buku-buku fiqih, fatwa MUI, buku-buku tentang hukum Islam, buku kesehatan, peraturan pemerintah republik Indonesia nomer 33 tahun 2012 tentang pemberian air susu ibu eksklusif serta artikel-artikel yang ada kaitannya dengan pembahasan judul skripsi ini diperpustakaan. Sumber data yang akan penulis gunakan antara lain:

4. Metode Pengelolahan Data

Setelah sumber (literature) mengenai data dikumpulkan berdasarkan

sumber diatas, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data yang diperoses sesuai dengan langkah sebagai berikut :

18

(24)

e. Pemeriksaan data (editing) yaitu memeriksa ulang, kesesuaian dengan permasalahan yang akan diteliti setelah data tersebut terkumpul.

f. Penandaan Data (conding) yaitu memberikan cacatatan data yang

menyatakan jenis dan sumber data baik bersumber dari Al-Qur‟an dan

Hadis, atau buku-buku literatur lainnya yang relevan dengan penelitian.

g. Sistematika data (sistematizing) yaitu menepatkan data menurut kerangka

sisematika bahasan berdasarkan urutan masalah.19

5. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data akan menganalisisnya secara kualitatif, bentuk analisis ini dilakukan dengan penjelasan-penjelasan, bukan bentuk angka-angka atau statistikSetelah atau bentuk angkan lainnya. Bentuk analisis berdasarkan

hukum Islam seperti Al-Qur‟an, Hadist, pendapat para ulama. Dalam

menganalisis mengguakan metode berfikir :

a. Metode berfikir dedukatif

Metode berfikir dedukatif adalah: “suatu penelitian dimana orang

berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum, dan bertitik tolak dari pengetahuan yang umum, kita hendak menilai suatu kejadian yang

khusus.20 Hubungan dengan skripsi ini, metode dedukatif digunakan pada

saat penulis mengumpulkan data dari perpustakaan secara umum, dari

19

Amirudin dan Zainal Abidin, Pengantar Metode Penelitin Hukum (Jakarta: Balai pustaka, 2006), h. 107.

20

(25)

berbagai kitab-kitab fiqih, hadist dan sebagainya, tentang suatu konsep, teori ataupun pendapat tentang donor air susu ibu, nasab dan susuan yang menjadikan mahram, kemudian diambil secara khusus sampai pada suatu titik temu kebenaran atau kepastian.

b. Metode berfikir indukatif

Metode berfikir indukatif adalah : “suatu penelitian dimana orang

berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkrit, kemudian dari fakta-fakta atau dari peristiwa-peristiwa yang khusus dan kongkrit itu ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum.21 Berkaitan dengan skripsi ini, metode indukatik digunakan untuk menganalisa atau menggali data yang berupa teori maupun pendapat dan sebagainya yang bersifat khusus, yang berkaitab dengan donor air susu ibu, nasab dan susuan yang menjadikan mahram, kemudian dikembangkan menjadi suatu data yang bersifat umum.

21

(26)

BAB II

ISTIRDLA DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

A.Pengertian Donor Air Susu Ibu (Istirdla’)

Dalam kamus bahasa Indonesia Donor adalah penderma atau pemberi

sumbangan.22 Kemudian ASI adalah suatu emulasi lemak dalam larutan protein,

laktose, dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar

payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi.23 Menurut Majelis Ulama

Indonesia Donor ASI adalah ASI yang didonasikan oleh seorang ibu bukan untuk

bayinya sendiri melainkan untuk bayi orang lain, yang diberikan secara sukarela24,

Maka dapat disimpulakan donor Asi adalah pemberi sumbangan air susu Ibu sebagai makanan untuk bayi yang diberikan kepada bayi yang bukan dari ibu

biologis yang menghasilkan susu untuk didonorkan atau Istirdha‟ (Donor Asi)

adalah pemberian sumbangan berupa air susu ibu yang diberikan oleh wanita kepada sesorang anak (bukan anaknya) atau sebuah lembaga yang menampung air susu ibu.

ASI adalah makanan dan minuman yang paling utama bagi para bayi selain karna tidak akan pernah manusia sanggup memproduksi susu buatan sekualitas dengan ASI, juga ASI merupakan pemberian Allah Subhanahu Wa

22

Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, kamus besar bahasa indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 242.

23

Dewi Lailatul Badriyah, Gizi Dalam Kesehata n Reproduks (Bandumg: PT Refika Aditama, 2011), h. 35.

24 M. Asrorun Ni‟am Sholeh,

(27)

Ta‟ala kepada seluruh anak manusia. Untuk menjamin kesehatan ibu dan anak,

serta menjamin kelangsungan hidup anak manusia itu kelak kemudian hari.25

Dalam peraturan pemerintah republik Indonesia nomer 33 tahun 2012

tentang pemberian air susu ibu eksklusif juga dijelaskan bahwa, pasal 1 ayat 1, air

susu ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar

payudara ibu. Ayat 2, air susu ibu eksklusif yang selanjutnya disebut ASI ekslusif

adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam) bulan, tanpa

menambah atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.26

1. Syarat menjadi pendonor ASI.

Didalam pasal 11 peraturan pemerintah tentang pemberian air susu ibu ekslusif dijelaskan tentang persysaratan menjadi pendonor ASI diantaranya adalah:

a. Permintaan ibu kandung atau keluarga bayi yang bersangkutan.

b. Identitas, Agama, dan alamat pendonor ASI diketahui dengan jelas oleh

ibu atau keluarga dari bayi penerima ASI.

c. Persetujuan pendonor ASI setelah mengetahui identitas bayi yang

diberikan ASI.

d. Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak mempunyai

indikasi medis.

e. ASI tidak diperjual belikan.27

25

Abdul Hakim Al Sayyid Abdullah, Keutamaan Air Susu Ibu (Jakarta: Fikahati Aneska, 1993), h. 30.

26

PP RI Nomer 33 Tahun 2012, Tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif (Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2012), h. 1.

27

(28)

Adapun syarat menjadi Ibu susu.

Untuk menjadi seseorang Ibu susu harus memenuhi sejumlah persyaratan, yaitu antara lain:

a. Tidak ditemukan infeksi menular, termasuk HIV atau AIDS dan hepatitis,

pada diri calon ibu susu.

b. Dalam satu bulan kebelakang ibu susu tidak terkena cacar air.

c. Ibu susu bukan pengguna narkoba.

d. Kebutuhan gizi ibu susu selalu terpenuhi.

e. Calon ibu susu rela dan mau menjadi ibu susu.

f. Ibu susu tetap memberikan ASI kepada anak kandung sendiri.

2. Dampak adanya donor ASI.

Penerima donor seringkali tidak pernah tahu ibu pendonor ASI benar-benar sehat atau tidak, kecuali mereka yang telah memiliki rekam medis yang menguatkan hal ini. Faktor budaya, kepercayaan dan agama dari si penerima donor ASI akan menjadi saudara sepersusuan bagi semua anak pendonor ASI, yang berarti mereka menjadi mahram dan tidak boleh saling menikah selamanya. ASI merupakan saripati makanan ibu yang akan tumbuh menjadi daging dan tulang bagi anak yang meminum ASI tersebut, karena itu perlu dipastikan benar

bahwa pendonor ASI tidak pernah mengonsumsi hal-hal yang haram.28

28Prosedur dan Cara Donor ASI” (On

(29)

Dunia kesehatan sepaham dengan hukum agama yang menyebutkan bahwa ASI adalah filtrasi darah ibu sehinga ASI bisa menjadi pembawa sifat atau genetik. Maka dari itulah ada hukum yang menyebutkan ibu susu dengan anak yang mendapatkan susu dari dirinya, hukumnya sama seperti halnya ibu dengan anak kandung. Begitu juga, anak-anak si ibu menjadi saudara sepersusuan anak tersebut. Antara ibu susu dengan anak mendapat susu darinya jatuh hukum Tahrim (haram kawin) kepada mereka, tak terkecuali kepada saudara sepersusuan mereka. Hukum Tahrim timbul karena:

a. Dalam kegiatan menyusui anak akan selalu timbul hubungan batin antara

ibu yang menyusui dan bayi atau anak yang menerima ASI, yakni hubungan batin dalam bentuk kasih sayang. Sekalipun anak yang disusukan itu bukan anak kandung.

b. Jika seorang disusukan wanita yang bukan ibu kandungnya, maka ia akan

sama kedudukannya dengan ibu kandungnya. Oleh sebab itu berlaku

Tahrim sebagaimana sabda Rasullah SAW,29

ل َ ِِ َ ل ٍ لابَ ل ِ ْبالِ َ َو

لُﷲ

لَ َصل ِِ َالنألاَ ُ َْْ

لُﷲ

لَ َزْ ََلَِܑ ْبِال َََ َܱيِ ألََ َسَولِ ْيَلَ

ل.

لأََِألَللاَ َف

ل ِب َس َال ْ ِملُمُْܳ ََلاَملَِܑ لا َضلܳال ْ ِملُمل ُْܳ َََولَِܑ لا َضلܳ َال ْ ِمليـِخألَُܑ ْبِالأََِأل ِِل ـََِل ََ

(

ل ٌ َ ܘُم

ْيَلَ

29

Antikah Proverawati dan Eni Rahmawati, Kapita Selekta Asi dan Menyusui

(30)

Artinya : Ibnu Abbas r.a. menyebutkan bahwa Nabi Saw, diminta untuk menikahi

putri Hamzah. Namun, beliau bersabda, “Dia itu tidak halal untukku.

Dia adalah putri saudraku sesusuan dan segala hal yang diharamkan karena adanya hubungan nasab (keturunan) menjadi haram pula

karena persusuan.” Muttafaq „Alaih.30

Kesimpulan Hadis

Persusuan secara mutlak menyebabkan seorang diharamkan menikah walaupun pada dasarnya, pernikahan keduanya halal, seperti menikahi paman, hal

itu dihalalkan oleh syara. Namun,lantaran Nabi Saw. Dan pamannya pernah satu

persusuan, akhirnya anak perempuan Hamzah bin Abdul Munthalib menjadi haram untuk dinikahi. Dalam kasus pada hadis ini, hukum persusuan lebih di

prioritaskan ketimbang hukum persaudaraan senasab.31

Sekalipun begitu, antara ibu susu, anak yang disusukan, dan saudara sepersusuan bisa tidak timbul hukum Tamrin, jika:

a. Pemberian ASI melalui jarum suntik. Maksudnya, secara tak langsung;

diperah dulu lalu diberikan lewat botol susu atau sendok.

b. ASI diencerkan, dikentalkan, dibekukan, atau dibuat bahan makanan

terlebih dalu sebelum dikonsumsi.

c. ASI dicampur air, obat, minyak, dan atau sebaliknya.

d. ASI dicampur kedalam makanan anak, dan atau sebaliknya.

30

Imam Ibnu Hajar Al-„Asqalany, Bulughul Mara m Five In One (Jakarta: Noura Books PT Mizan Publika, 2015), h. 663.

31

(31)

e. ASI ibu yang satu telah dicampur dengan ASI ibu lain baru kemudian

diminumkan pada anak.32

B.Dasar Hukum Donor Air Susu Ibu (Istirdha)

1. Al-Qur‟an

Berdasarkan firman Allah SWT. Surat Al-Baqarah ayat 233:





ل



ل







ل





ل





ل

ل





ل



ل

ل



ل





ل

ل

ل



ل



ل



ل





ل





ل

ل

ل





ل



ل



ل



ل

ل

ل





ل

ل





ل

ل



ل



ل





ل

ل

Artinya :“Dan ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun

penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya.”(QS. Al-Baqarah ayat 233)33

Dengan menggunakan redksi berita, ayat ini memerintahkan dengan sangat kukuh kepada para ibu agar menyusukan anak-anaknya.

Kata (تادلاولا) al-Walidat dalam penggunaan al-Qur‟an berbeda dengan

kata (تاهمأ) ummahat yang merupakan bentuk jamak dari (ما) um. Kata ummahat

32

Antikah Proverawati dan Eni Rahmawati, Op. Cit. h. 81.

33

(32)

biasanya digunakan untuk menunjuk kepada para ibu kandung, sedangkan kata al-walidat maknanya adalah para ibu, baik ibu kandung maupun bukan. Ini berarti bahwa al-Qur‟an sejak dini telah menggariskan bahwa air susu ibu, baik ibu kandung maupun bukan, adalah makanan terbaik buat bayi hingga usia dua tahun. Namun demikian, tentunya air susu ibu kandung lebih baik dari selainnya. Dengan menyusui pada ibu kandung, anak merasa lebih tentram; sebab menurut penelitian ilmuan, ketika itu bayi mendengar suara detak jantung ibu yang telah dikenalnya secara khusus sejak dalam perut. Detak jantung itu berbeda antar seseorang wanita dengan wanita yang lain.

Sejak kelahiran hingga dua tahun penuh, para ibu diperintahkan untuk meyusukan anak-anaknya. Dua tahun adalah batas maksimal dari kesempurnaan penyusuaan. Disisi lain, bilangan ini junga mengisyaratkan bahwa yang menyusui setalah usia tersebut, bukan penyusuan yang mempunyai dampak hukum yang mengakibatkan anak yang disusui yang bersetatus sama dalam sejumlah hal dengan anak kandung yang menyusuinya.

Penyusuan yang selama dua tahun itu, walaupun diperintahkan, tetapi

bukanlah kewajiban. Ini dipahami dari penggalan ayat yang menyatakan, bagi

(33)

ukur bila terjadi perbedaan pendapat misalnya ibu atau bapak ingin

memperpanjang masa persusuan.34

Diwajibkan bagi kaum ibu baik yang masih berfungi sebagai istri maupun yang dalam keadaan tertalak untuk menyusui anak-anak mereka selama dua tahun penuh dan tidal lebih dari itu. Tetapi, diperbolehkan kurang dari masa itu jika kedua orang tua memandang adanya kemaslahatan. Dan dalam hal ini, persoalannya diserahkan kepada kebijaksanaan meraka berdua.

Adapun sebab diwajibkannya menyusui anak bagi ibu, karena air susu ibu merupakan susu yang terbaik, sebagaimana yang telah diakui para dokter. Bayi yang masih berada dalam kandungan ditumbuhkan dengan darah ibunya. Setalah ia lahir, darah tersebut berubah menjadi susu yang merupakan makanan utama bagi bayi, karena ia sudah terpisah dari kandungan ibunya. Hanya air susu ibu yang paling cocok dan yang paling sesuai dengan perkembangannya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan bahwa ia akan terserang penyakit atau cedera disebabkan air susu ibu. Apa yang disadap oleh bayi ketika dalam kandungan dan susu yang diperoleh dari ibunya tidaklah berpengaruh apa-apa terhadap diri bayi tersebaut, bahkan sebaliknya akan membuat lebih sehat dan lebih baik. Apabila seorang bayi diserahkan penyusuannya kepada perempuan lain karena ibunya berhalangan atau dalam keadaan darurat, maka perempuan tersebut harus diselidiki terlebih dahulu dalam hal kesehatan dan ahlaknya. Pandai-pandailah dalam memilih prempuan yang akan mengemban tugas ini. Sebab air susu ini

34

(34)

terbuat dari darah, kemudian dihisap oleh bayi dan tumbuh dalam badan bayi menjadi daging dan tulang. Dengan demikian, maka bayi tersebuat telah mendapatkan pengaruh dari perempuan yang menyusuinya, Baik dalam kesehatan maupun dalam karakternya. Terkadang pengaruh kejiwaan dan kecerdasan akal lebih besar dari pada pengaruh yang bersifat jasmaniyah, meskipun pengaruh suara juga dapat membakas pada diri bayi. Jika memang demikian, maka pengaruh kecerdasan akal, perasaan dan watak prempuan tersebut jelas lebih besar dan lebih kuat.35

Dalam hal ini, kaum musliminlah yang beruntung. Sebab, agama meraka memberi petunjuk kepada meraka hal-hal yang mendatangkan maslahat dan mendidik anak-anak dan membina ahlak mereka. Sebagian ulama mengatakan bahwa menyusui bayi sebaiknya dilakukan oleh ibu sendiri dan tidak wajib atasnya. Kecuali jika bayi tersebut hanya mau mengisap air susu ibunya dan tidak mau menghisap air susu orang lain, sebagaimana yang sering kita saksiakan pada sebagian bayi.36

Hikmah ditetapkannya pembatasan waktu menyusui bayi dengan masa ini ialah, agar kepentingan bayi benar-benar diperhatikan. Air susu adalah makanan utama bayi pada umur seperti ini. Dan ia sangat memerlukan perawatan yang sangat seksama dan tidak mungkin dilakukan oleh orang lain kecuali ibunya sendiri. Dan apanila kedua orang tuanya melihat adanya maslahat dalam memisahkan bayi dari ibunya kurang dari dua tahun, maka kedua orang tua harus

35

Ahmad Mushthafa Al-Maraghy, Tafsir Al-Maraghy Terjemah (Semarang: Toha Putra, 1984), h. 344.

36

(35)

memelihara kesehatannya dengan sebaik-baiknya. Sebab, ada sebagian bayi yang tidak mau menghisap lagi air susu ibu sebelum cukup dua tahun, hingga harus

diberi makanan lembut sebagai gantinya.37

Surat An-Nisaa ayat 23:























Artinya:“Ibu-ibumu yang menyusui kamu dan saudara perempuan sepersusuan.”

(QS. An-Nisa: 23).38

Dalam bahasa minang, kemenakan. “ibu-ibumu yang telah pernah menyusui

kamu. Inilah satu mahram tambahan yang dikatakan oleh ketentuan syara‟.

Bahwasanya perempuan yang telah pernah kita cucut air susunyya, telah menyusui kita sebagai anak sendiri, jadilah dia ibu kita pula; haram dinikahi.

Itulah sebabnya, maka setelah Bani Sa‟ad dapat dikalahkan dalam peperangan Humain, dibawa oranglah seorang perempuan tua kehadapan Rasulullah (usia Rasul ketika itu telah 62 tahun), sebagai tawanan. Ternyata perempuan itu ialah

halimah As-Sa‟diah yang menyusui beliau waktu kecil. Dengan terharu

disuruhnya perempuan itu duduk keatas hamparan tempat beliau duduk. Setelah perempuan tua itu duduk, Nabi kita duduk dihadapan haribannya, lalu beliau sandarkan kepalanya keatas dada beliau. Sehingga terbayanglah kembali peristiwa 60 tahun yang lalu, ketika Nabi kita masih di dalam asuhan dan penyusuan

37

Ibid.

38

(36)

perempuan itu didesa Bani Sa‟ad. Beliau tanyakan kepadanya dari hal saudara-saudara sepersusuannya. Rupanya ada yang telah mati dan ada yang masih hidup. Yang masih hidup itu ada yang turut datang sekarang mengharapkan belas kasih beliau. Dengan ini beliau telah memberikan teladan bagaimana mengasihi seseorang ibu yang pernah telah kita minum dan kita cicip air susunya.

“saudara-saudara perempuan kamu sepersusuan”

Karena itu yang menyusui itu telah dihukumkan sebagai ibu kandung, niscaya sekalian saudara yang telah turut mengecap, mencicip air susu itu dengan sendirianya telah jadi saudara pula, tidak boleh dinikahi lagi.

Dan termasuk pulalah disini dengan sendirinya saudara lain yang sama-sama menyusui dari perempuan yang telah menyusuinya itu. Seumpama hubungan sepesusuan antara Rasul SAW dengan pamannya Hamzah bis Abi Thalib yang syahid dalam perang Uhud. Pada waktu sama-sama menyusui Nabi dan Hamzah sama disusui oleh seorang perempuan bernama Tsusaibah, hamba-sahaya Abu Lahab. Hamzah mati meninggalkan seorang anak perempuan yang sudah patut dinikahi, lalu ditawarkan kepada Rasul SAW supaya beliau sudi

menikah dengan anak Hamzah itu. Maka beliau tolak dengan sabdanya39:

لََزْ َََِܑ ْبال َََ َْܱيِ ُال ل ِّ ِِ النَال ٍ ابَ لِ ْبالِ َ

ل.

لَللاَ َف

(

لْ ِ ل ََََِلاَ ََِا

ل,

لَِܑ ا َضܳال َ ِمل ْ ِ َاَܑ ْبْالاََِا

ل,

لِب َس الَ ِملُمُْܳ ََاَملَِܑ لا َضܳالَ ِملُمُْܳ َََو

لِ ْيَلَ ل ٌ َ ܘُم

39

(37)

Artinya: Dari Ibnu Abbas. Bahwasannya Nabi saw. Diminta menikah dengan

anak Hamzah. Maka sabdanya :“Sesungguhnya ia tidak halal bagiku,

lantaran ia itu anak bagi saudara susuku; karena haram dari persusuan itu apa-apa yang haram dengan sebab nasab”

muttafaq‟alaihi. 40

Dan pernah pula seseorang bertanya kepada Ibnu Abbas tentang dua orang perempuan bersaudara. Seorang antaranya menyusui seorang anak perempuan dan yang seorang lagi menyusui seorang anak laki- laki, bolehlah anak laki-laki itu

menikahi anak perempuan tadi. Ibnu Abbas menjawab: “ Tidak boleh! Karena

pesusuan satu.”

Dan tersebut pula dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim juga, bahwa Nabi pernah bersabda:

لَُ ََِ ْالُمََܳ َُلاَملُمََܳ َُلََܑ ا َضܳالنِا

Artinya: “Sesungguhnya penyusuan itu mengharamkan sebagaimana haramnya

kelahiran”

Lantaran itu, maka suami perempuan yang menyusui seorang anak perempuan menjadi ayah bagi yang disusui itu, tidak boleh mereka menikah.

40

(38)

Pendeknya, yang telah dikerjakan turun-temurun dalam Islam jelaslah, bahwa

perempuan yang pernah menyusui seseorang, jadi ibu baginya.41

Dalam hal ini, donor air susu ibu mengambil mengambil dasar hukum

yang terdapat didalam Al-Qura‟an surat Al-Maa‟idah ayat dua yang berkaitan

dengan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan, maka dari itu seorang wanita boloh memberikan air susu ibu kepada bayi yang bukan anak kandungnya.

Surat Al-Maa‟idah ayat 2:





















َﷲ



َﷲ







Artinya:“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan janganlah tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat Siksa-Nya.”(QS. Al Maidah: 2).42

Firman Allah, bekerja samalah dalam kebaikan dan takwa dan janganlah

bekerja sama dalam berbuat dosa dan permusuhan.”Allah Ta‟ala menyuruh

hamba-hamba-Nya yang beriman supaya tolong-menolong dalam mengerjakan berbagai kebaikan, yaitu kebaikan dan dalam meninggalkan aneka kemungkaran,

41

Abdhumalik Abdhulkarim Amrullah (HAMKA), Op. Cit. h. 349.

42

(39)

yaitu ketakwaan, serta melarang mereka tolong-menolong dalam melakukan

kebatilan dan bekerja sama berbuat dosa dan keharaman.43

Surat Al-Mumtahanah ayat: 8.





ُﷲ



































ُﷲ





Artinya:“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil

terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karna Agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”(QS. Al Mumtahanah: 8).44

Ayat diatas secara tegas menyebut nama Yang Maha Kuasa dengan

menyatakan: Allah yang memerintahkan kamu bersikap tegas terhadap orang

kafir-walaupun tidak melarang kamu karena agama dan tidak pula mengusir

kamu dari negri kamu. Allah tidak melarang kamu berbuat baik dalam bentuk

apapun bagi mereka dan tidak juga melarang kamu berlaku adil kepada mereka.

45

43

Muhamad Nasib Ar-Rifa‟i, Kemudahan Da ri Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Gema Insan, 1999), h. 14.

44

Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an, Op. Cit. h. 550.

45

(40)

2. Hadits Nabi

لَ ِِ َ ٍ ُ ْسَمل ِ ْبالِ َ َو

ُﷲ

ل َ لِ لُل ُسَ لَلاَ لَلاَ لُ ْ َ

لِ

ُﷲ

ل

لَم ْ َ اَ ََْأاَمَِالَعلاَضَََلََ َسَولِ ْيَلَ

لَمْحلَال َܒَبْأَو

(

لَ ُواَ ُبألُ ا َوَ

)

Artinya: “Dari Ibnu Mas‟ud ra. Bahwa Rasullullah Saw. Bersabda,”Tidak ada

persusuan (yang menjadikan mahram) kecuali persusuan yang dapat

menguatkan tulang dan menumbuhkan daging.”Riwayat Abu

Dawud.46

Kesimpulan Hadis:

1. Persusuan dapat mengakibatkan hubungan persaudaraan (mahram), yang

haram terjadi pernikahan padanya.

2. Sahnya hubungan persusuan (menurut pendapat yang lebih kuat) adalah

yang dilakukan pada masa-masa bayi dan belum disapih, yaitu sebelum

umur maksimal (dua tahun).47

Selain Al-Qura‟an dan Hadits, Qaidah Fiqhiyyah juga diambil sebagai dasar

hukum donor air susu ibu antara lain:

3. Qaidah Fiqhiyyah

لِܱ ِصاَ َ ْالُ ْ ُ لَ ِ لا َسَ ْلِ

46

Imam Ibnu Hajar Al-„Asqalany, Op. Cit. h. 664.

47

(41)

Artinya:Hukum sarana adalah mengikuti hukum capaian yang akan dituju.48

لُْ ِْܳحلالِعلا َ ْب ْال ِ لُ ْص َا

Artinya:Hukum a sal melakukan hubungan seks (antara pria dan wanita) adalah

haram.49

لَِܑ َل ْ َ ْ ِ ل ٌ ْ ُ َمِܑيِ ܳال َََ لِملاَم

َال ُ َ َܓ

ِ

Artinya: Tindakan pemimpin (pemegang otoritas) terhadap harus mengikuti

kemaslahatan.50

C.Manfaat Air Susu Ibu bagi Bayi

ASI sangat dianjurkan untuk menjadi makanan pokok bagi si bayi karena beberapa hal, antara lain sebagai berikut:

1. Serat makanan bagi bayi

Kondisi bayi yang masih sangat lemah termasuk fisiknya, menyebabkan tidak semua makanan baik untuk bayi. Karena untuk menjamin kesehatan dan pertumbuhanya diperlukan beberapa syarat makanan yang layak untuk bayi, antara lain:

a. Memenuhi kecukupan energi dan semua zak gizi sesuai umur;

b. Sesuai dengan pola menu seimbang;

c. Bentuk dan porsi disesuaikan dengan daya terima, toleransi, dan

keadaan faal bayi;

48

Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa MUI Bidang Sosial dan Budaya (Jakarta: Erlangga, 2015), h. 419.

49

Ibid.

50

(42)

d. Kebersihan terjaga.

Dari syarat-syarat tersebut, hanya ASI-lah yang cocok untuk digunakan oleh bayi terutama dalam usia1-6 bulan pertama.

2. Kandungan ASI

ASI merupakan susu yang murni dan steril sehingga sangat mendukung kesehatan bayi, sehingga bayi tidak mungkin bayi akan mendapatkan infeksi usus bila hanya mengonsumsi ASI saja. Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa bayi menerima berbagai kekebalan tubuh terhadap berbagai infeksi dari cairan kolostrom dan melalui ASI. Dalam ASI sendiri mengandung semua zat yang diperlukan oleh bayi, antara lain protein, lemak, laktosa (gula susu), vitamin zat besi, air, garam, kalsium, dan fostat. Adapun komposisi ASI dapat diuaraikan sebagai berikut.

a. Colostrom, dihasilakan hari ke-1-3 setelah bayi lahir, manfaatnya sebagai berikut:

1). Sebagai pembersih selaput usus bayi yang baru lahir; 2). Mengandung kadar protein yang tinggi;

3). Mengandung zat ati biotik.

b. ASI masa transisi, dihasilakan hari ke-4-10.

c. ASI motur, dihasilkan hari ke-10 sampai seterusnya

3. Keuntungan ASI adalah sebagai berikut.

a. Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup

untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4-6 bulan pertama.

(43)

c. Mengandung berbagai zat antibodi, sehingga mencegah terjadinya infeksi.

d. Mengandung B-laktoglobulin yang tidak menyebabkan elergi.

e. Selalu segar dan terbebas dari kuman.

f. Dapat berfungsi menjarakan kelahiran.

g. Membina hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang antara ibu

dan bayi.51

ASI selain sangat penting bagi bayi juga sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga, antara lain karena:

a. Ekonomis, karena sangat menghemat belanja;

b. Praktis, karena dimanapun suhu, ASI selalu ideal dan siap dikonsumsi;

c. Tidak perlu mencuci dan mensterilkan bola;

d. Tidak perlu bingung untuk menyimpan;

e. Hisapan bayi akan dapat mempercepat kembalinya atau mengencangkan

uterus atau rahim setelah melahirkan;

f. Membantu terjadinya ikatan batin diantara ibu dengan anaknya;

g. Resiko alergi kecil (tidak mengandung betalaktoglobulin)

h. Memberikan kepuasan bagi ibu.52

Adapun manfaat memberikan ASI untuk bayi bagi negara, antara lain:

a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi;

b. Menghemat devisa negara;

51

Ahsin W. Al-Hafidz, Fiqih Kesehatan (Jakarta: Amzah, 2007), h. 263.

52

(44)

c. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit;

d. Meningkatkan kualitas generasi penerus.53

D.Pendapat Ulama

1. Pendapat Zainudin bin Abdul Al-Malibari dalam Kitab Fathul Muin (bab

nikah) wanita mahram terdapat pada sejumlah wanita yang sulit dihitung :

لٌعَْܳف

ل ْ َمل َحَ َ ٍ أَْܳمال ِفْ ََِ اَحٓ ْال َََ ل ُ َܱ َ ُُْ َيل ْنأِبل ٍ اَ ُ ْحَمِ َْْغٍ َ ْسِ ِبٌَܑمَܳحُمل ْܒ َطَلَܘْخاِ َ

لِحَ ْ ْال َََ ٌ َِܱحاَول َ ْبَܓل ْنأل َِِال ُ ِْْمَااَ

Artinya : Andaikata terhadap sejumlah wanita yang bilangannya sulit dihitung

secara satu persatu, misalnya jumlah mereka ada seribu orang, sedangkan diantara mereka terhadap wanita yang muhrim bagi lelaki yang bersangkutan, maka ia boleh menikahi siapapun diantara mereka yang disukainya, hingga jumlah mer eka hanya tinggal satu orang, menurut pendapat yang paling kuat.54

لْ َ ل ُ ِْْمل ْحِ َْيلْمَ ٍَܑ اِملْ َبلَ ْ ِ ْ ِ َ ل ٍ اِ ْ ُ ْحَ ِبْؤِألِّ ِ ْاَِܑ َيَܘُمل َََ ٍ َ ْ ُ ُسِ ْ َ َوَ ََܱ ل ْن

ِ

اَو

اً .

Artinya: Tetapi jikalau ia mampu menghitungnya untuk mengetahui secara yakin

wanita mana saja yang dikawininya, atau wanita yang mahram itu bercampur dengan sejumlah kaum wanita yang terbatas bilangannya, misalnya dua puluh bahkan bahkan seratus orang wanita, maka ia tidak boleh menikahi seorang pun dari mereka (sebelum dia menyeleksi mana yan mahram dan mana yang bukan mahra m). 55

اَ ُ َْْغلْمُْܳ ََلْمَل ِ ِْْفَ اَ َسََل ْ َ ِبل ْܒَطَلَܘْخِاَااَ ْ َسَ اَ َُِ َلِبلَ َطَ لْنٕالْمََ

ل-لُ ََܳ ْ َل ْ ساَ َم

اَ ُخْي َ

.

53

Weni Kristiyanasari, ASI, Menyusui dan Sadari (Yogyakarta: Nuha Medika, 2011), h. 22.

54

Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari al-Fannani, terjemahan Fat-hul Mu‟in (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2016), h. 1202-1203.

55

(45)

Artinya: “Memang diperbolehkan ia menikahinya, jika secara pasti ia dapat membedakan. Misalnya wanita yang mahramnya itu berkulit hitam, tetapi ditengah-tengah kaum wanita yang kulitnya tidak hitam, maka tidak haram baginya menikahi wanita selainnya. Demikianlah pendapat yang dianggap kuat oleh guru kami.56

Penulis menyimpulkan bahwa apa bila ada seseorang laki-laki yang ingin menikah tetapi ragu karena terdapat satu wanita yang merupakan saudara sepersusuan dan telah berpisah sejak lama bahkan tidak diketahui lagi identitasnya, kemudian wanita tersebut tercampur bersama wanita-wanita lain yang sulit dihitung maka laki-laki tersebut boleh menikahi salah satu dari wanita tersebut. Karena Islama adalah agama yang tidak memaksakan hukum terhadap manusia yang tidak mampu melaksanakannya sesuatu yang haram dalam keadaan darurat juga bisa menjadi halal, hal ini disadari bawha manusia memiliki

kemampuan yang terbatas. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat Al

-Baqarah ayat: 185



ُﷲ

ل



















َﷲ

ل







Artinya: Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki

kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (Al-Baqarah ayat 185)57

56

Ibid

57

(46)

Namun apa bila wanita tersebut tercampur dengan wanita-wanita yang mudah untuk dihitung maka laki-laki tersebut wajib untuk menyeleksi dan mencari mana wanita yang mahram akibat sepersusuan dan mana wanita yang bukan mahram, jika secara pasti ia dapat membedakan wanita mahramnya, misalnya wanita mahramnya berkulit hitam tetapi dia tercampur bersama wanita-wanita yang kulitnya tidak hitam maka tidak haram baginya menikahi wanita-wanita selainya. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pernikahan sepersusuan, karena saudara sepersusuan termasuk larangan pernikahan abadi.

2. Pendapat asy-syayrazi dalam kitab al-Muhadzdzab (4/587):

لِمْحلال ِ اَبْ ِالْ ِملِ ِبلُ ُ َََْولِعاَ ِܓَِْ ِ لُ ِ َيل ُܙْيَ ل َِِالُ ََلالُ ِ َيلُ ِ ْ ُ َ ْ ِ لُ ْ ِْܳحلال ُܒُبْثَيَو

لِ ْ ِْܳحَلِلًاْيِب َسل َنل َََفل،لِ ِِا اِܳ ْطِ ِلُ ْيِب َسلُ ل ِ ْ ُ س ِ ل ُܒُبْثَيَولِعا َضܳ ِ لُ ُ ْ ََلاَملِم ْ َ ْاِ ا َشِتْاَو

لِمَ ْ َ لِعا َضܳا

Artinya: “Berlakunya hukum mahram (karena persusuan) dapat melalui proses

al-wajur memasukan air susu ke tenggorokan tanpa proses menyusui langsung karena proses tersebut menyebabkan masuknya ASI kepada bayi seperti proses pemberian ASI secara langsung. Masuknya ASI tersebut dengan proses al-wajur juga berperan dalam pertumbuhan daging dan tulang seperti proses pemberian ASI langsung. Hukum mahram (karena persusuan) juga berla ku melalui proses as-sa‟uth memasukan ASI melalui hidung, karna hal itu dapat membatalkan puasa, maka dapat dianalogikan sama seperti masuknya ASI melalui

mulut”.58

Susuan yang menimbulkan mahram adalah susuan yang menghilangkan rasa lapar, karna hal tersebut akan terbentuknya pertumbuhan daging dan tulang.

58

(47)

Apapun caranya baik menggunakan suntikan yang sudah dijelaskan dalam pasal 11 tentang air susu ibu eklusif, penulis sependapat dengan pendapat ulama asy-syayrazi, karna apapun bentuk dan caranya yang dapat memasuknya ASI kedalam tubuh bayi akan mengakibatkan mahram. Karna hal tersebut sama-sama akan menjadikan pertumbuhan daging dan tulang.

3. Pendapat Ibnu Qudamah dalam kitab al-Mughni (11/313):

لِم ْ َ ْاِ اَثْ ِاَولِمْحلال ِ اَبْ ِالْ ِملِ ِبلُ ُ َََْول،لِعاَ ِܓَِْ ِ لُ ِ َيل ُܙْيَ ل َِِالُ ََلالِ ِبلُ ِ َيلاََܲ لن

ّٔ َو

لِ ْ ِْܳحلال ِ لُ َيِوا َسُيل ْنأل ُبِجَيَفل،لِعا َ ِܓْ َِال ْ ِملُ ُ ْ ََلاَم

ل’

ل َن َََفلِ ِِلا لِِܳ ْطِ ْالُ ْيِب َسل ُفْ اَو

لِمَ ْ ِ لِعا َضܳ َ لِ ْ ِْܳحللِلًاْيِب َس

Artinya: “Hal seperti ini- memasukan ASI tanpa proses la ngsung-menyebabkan

ASI masuk kedalam perut bayi, tidak berbeda dengan proses pemberian ASI secara langsung dalam menumbuhkembangkan daging dan tulang, sehingga hukum keduanya - pemberian ASI secara langsung atau tidak langsung adalah sama yaitu, berlakunya hukum mahram (karena

persusuan).” 59

Terjadinya mahram akibat sepersusuan adalah ketika menyusui seorang anak yang belum mencapai umur dua tahun dan menyusui sampai menghilangkan rasa lapar. Sesuai dengan hadis Nabi Saw :

ل َ ِِ َ لاَ َْْ ل َو

لُﷲ

لُل ُسَ لَلاَ ل ْܒَاَ لاَ َْْ

لِﷲ

لَ َص

لُﷲ

لܳ َالاَ

اَفل ُ ُاَ ْخِالْ َملَنُْܳ ُْالَمـلَسَولِ ْيَلَ

ِ

لَِܑ لاَجَمال َ ِملَُܑ ا َض

(

لِ ْيَلَ ل ٌ َ ܘُم

59

(48)

Artinya: “ Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, “(wahai kaum

wanita) lihatlah saudara -saudara kalian (sesusuan). Hubungan saudara sesusuan itu terjadi jika menyusui untuk menghilangkan rasa

lapar.” Muttafaq „Alaih.60

Hadis diatas menunjukan bahwa susuan yang menyebabkan seorang

menjadi mahram adalah susuan dikarnakan menghilangkan rasa lapar (maja‟ah).

Menghilangkan rasa lapar dapat terpenuhi dengan dengan makan. Proeses makan terjadi ketika anak memakan dengan cara wajar, dimulai dari memasukan makanan kedalam mulutnya, mengunyah (mengisap susu baik melalui puting ibu ataupun melalui botol yang berisi air susu ibu) kemudian menelan air susunya. Sekalipun penyusuan tidak dilakukan secara langsung sebagaimana seorang ibu yang menyusui anaknya, tetapi keduanya sama-sama dapat menghilangkan rasa lapar. sehingga hukum keduanya- pemberian ASI secara langsung atau tidak langsung adalah sama yaitu, berlakunya hukum mahram (karena persusuan).

4. Pendapat sebagian ulama seperti disebutkan dalam kitab al-Mughni

(6/363):

لِ ِ ْيَبلِ ْ ِْܳ ََل َِِالاَ ِباَ ْْألْ ِملٌَܑ لاَ ََل َبَ َ َو

ل,

ل ٍ ِ

ِاَمَولََܑ ْيِ َ ل ِِأل ُبـَ َْܲمل َ ُ َو

ل,

ل ٌجَِܳخلٌ لاَملُ َ أـِ

ل ِق ََܳ ْ َ لُ ُ ْيَبْزُ ََلَََْفلٍܑيِمَ ٓأل ْ ِم

ل,

لِِ اَزْ أل َِܳ لا َسلُ َب ْ لأَفلٍّيِملَ ٓأل ْ ِملُ أـِ َو

Artinya: “sebagai sahabat kami (ulama mazhab Hambali) berpendapat bahwa

memperjualbelikan ASI a dalah haram hukumnya. Pendapat

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa meskipun pelayanan di Hotel Sankita Syari’ah secara teknis belum sepenuhnya sesuai dengan fatwa DSN-MUI, tetapi dalam pandangan

IBNUL MUBAROK: “Kedudukan Anak di Luar Perkawinan dalam Hukum Perkawinan di Indonesia (Komparasi antara Kompilasi Hukum Islam, Fatwa MUI No. 11 Tahun 2012 dengan

Di dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) ada beberapa yang menjadi pertimbangan diantaranya bahwa akhir-akhir ini semakin banyak terjadi tindakan aborsi yang dilakukan

Kedua, dalam hukum Islam dan fatwa Dewan Syariah Nasional No.02/DSN-MUI/IV/2000 terdapat ketidaksesuaian dengan praktik yang terjadi dalam simpanan qurban yang ada

mana ibu bayi tersebut membutuhkannya. Karena dengan seperti itu dapat menghindari hal-hal yang tidak ingin terjadi. Namun yang menjadi problem jika donor ASI dilakukan