iv Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
GAMBARAN GANGGUAN JIWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE
PENYARINGAN MEODE 2 MENIT (M2M) DI KLINIK “X”
Bony Yudistira, 2015
Pembimbing I : Ade Kurnia Surawijaya, dr., SpKJ. Pembimbing II: Cindra Paskaria dr., MKM.
Latar Belakang : WHO menyatakan pada tahun 1990 gangguan jiwa dan
neurologis menyumbang 10% penyebab ketidakmampuan seorang individu di seluruh dunia, dan diperkirakan pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 15%. Sekitar 20% dari semua pasien di pelayanan kesehatan primer memiliki gangguan jiwa dan lebih dari 40% didiagnosis tidak tepat sehingga menghabiskan biaya untuk pemeriksaan laboratorium dan pengobatan yang tidak tepat. Metode 2 Menit (M2M) adalah satu alat skrining gangguan jiwa pada pelayanan primer di Indonesia. Diharapkan Metode 2 Menit dapat menyelesaikan permasalahan kesalahan diagnosis gangguan jiwa di pelayanan primer.
Tujuan: Memberikan informasi mengenai gambaran gangguan jiwa yang
tersaring dengan Metode 2 Menit pada pelayanan primer.
Metode: Deskriptif dengan pengambilan dan pengumpulan data pasien yang
memeriksakan diri ke Klinik “X” pada periode Agustus – September 2015.
Hasil: Insidensi gangguan jiwa pada Klinik “X” periode Agustus – September 2015 sebanyak 165 orang (41%), dengan golongan keluhan menurut M2M yang tersering adalah keluhan fisik (58%) dan disusul psikosomatik (23,4%). Klasifikasi gangguan jiwa tersering adalah depresi (41,8%). Pasien gangguan jiwa tersering adalah perempuan (60,6%), kelompok usia tersering adalah ≥50 tahun (49,7%) dan kelompok pekerjaan tersering adalah kelompok tidak bekerja (50,9%). Kelompok jenis keluhan utama berdasarkan sistem organ tersering adalah GIT (Gastro Intestinal Track) (40,6%) dengan lama keluhan tersering yaitu dalam hitungan minggu (29,1%) dan pasien gangguan jiwa tersering adalah dengan riwayat pengobatan positif (+) (74,5%).
Simpulan: Insidensi gangguan jiwa pada Klinik “X” periode Agustus –
September 2015 sebanyak 165 orang (41%), dengan jenis gangguan jiwa tersering adalah gangguan cemas. Pasien gangguan jiwa tersering adalah perempuan, kelompok usia tersering ≥50 tahun , dengan kelompok pekerjaan tersering tidak bekerja. Pasien gangguan jiwa paling sering datang dengan keluhan pada GIT, dengan lama keluhan dalam hitungan minggu dan adanya riwayat berobat.
v Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
THE DESCRIPTION OF PATIENTS WITH MENTAL DISORDER USING
MEODE 2 MENIT (M2M) SCREENING METHOD IN “X” CLINIC
Bony Yudistira, 2015
Tutor 1 : Ade KurniaSurawijaya, dr., SpKJ. Tutor 2 : Cindra Paskaria dr., MKM.
Background: WHO stated in 1990 that mental and neurologic disorder contributed to 10% of individual disability all around the world, and predicted to increase into 15% in 2020. About 20% of all patients in primary health care facility has mental disorder and more than 40% are diagnosed incorrectly that leads to waste of money for incorrect laboratory examination and medication.
Metode 2 Menit (M2M) is a mean for mental disorder screening in primary
health facility in Indonesia. Metode 2 Menit is expected to be able to solve mental disorder false diagnosis problem in primary health care facility.
Objectives: To provide information of mental disorder description screened by Metode 2 Menit in primary health care facility.
Methods: Descriptive study with data retrieval and collection of patients who
visited “X” clinic in August to September 2015 period.
Results: Mental disorder incidence in “X” clinic within August to September 2015 period was 165 patients (41%), with the most complaints group according to
M2M as physical complaints (58%) and psychosomatic (23,4%). The most
commonly found mental disorder classification was depression (41,8%). Most of the mentally disordered patients were female (60,6%), the most age group was
≥50 years old (49,7%) and the most occupation group was unemployed group (50,9%). The most commonly found main complaint group based on organ system was Gastrointestinal Tract (40,6%) with the longest period of a complaint in weeks (29,1%) and the most commonly found patients with mental disorder were with positive medication history (74,5%).
Conclusion: The incidence of mental disorder in “X” clinic within August to September 2015 period was 165 patients (41%) with anxiety disorder as the most complaint type. Patients with mental disorder were mostly female, aged above 50 years old, with unemployed occupation group. Mentally disordered patients mostly visited with gastrointestinal tract complaints with complaints lasting in weeks and with a medication history.
viii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.4.1 Manfaat Akademis ... 4
1.4.2 Manfaat Praktis ... 4
1.5 Landasan Teori ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Jiwa ... 5
ix Universitas Kristen Maranatha
2.1.2 Kesehatan Jiwa ... 5
2.1.3 Gangguan Jiwa ... 6
2.1.4 Penggolongan Gangguan Jiwa Menurut PPDGJ-III(ICD-10) ... 6
2.1.5 Upaya Kesehatan Jiwa ... 7
2.2 Mertode 2 Menit ... 8
2.2.1 Skema Alur Pemeriksaan Metode 2 Menit... 9
2.2.2 Golongan Keluhan yang Tergolong dalam Metode 2 Menit ... 9
2.2.2.1 Keluhan Fisik (F) ... 10
2.2.2.2 Keluhan Psikosomatik (Ps) ... 10
2.2.2.3 Keluhan Mental Emosional (ME) ... 11
2.2.3 Diagnosis ... 11
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 14
3.1.1 Desain Penelitian ... 14
3.1.2 Cara Penarikan Sampel ... 14
3.1.3 Metode Pengumpulan Data ... 14
3.2 Subjek Penelitian ... 15
3.2.1 Kriteria Inklusi ... 15
3.2.2 Kriteria Eksklusi ... 15
3.3 Prosedur Penelitian ... 16
x Universitas Kristen Maranatha 3.5 Aspek Etik Penelitian ... 18
3.6 Tempat dan Waktu ... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Insidensi Gangguan Jiwa di Klinik “X” Periode Agustus-September 2015 . 20
4.2 Gambaran Golongan Keluhan Menurut Metode 2 Menit di Klinik “X”
Periode Agustus-September 2015 ... 21
4.3 Gambaran Klasifikasi Gangguan Jiwa di Klinik “X” Periode
Agustus-September 2015 ... 22
4.4 Gambaran Jenis Kelamin dengan Gangguan Jiwa di Klinik “X” Periode Agustus-September 2015 ... 23
4.5 Gambaran Kelompok Umur pada Pasien Gangguan Jiwa di Klinik “X”
Periode Agustus-September 2015 ... 24
4.6 Gambaran Kelompok Pekerjaan pada Pasien Gangguan Jiwa di Klinik “X” Periode Agustus-September 2015 ... 25
4.7 Gambaran Kelompok Jenis Keluhan Utama Berdasarkan Sistem Organ pada Pasien Gangguan Jiwa di Klinik “X” Periode Agustus-September 2015
... 26
4.8 Gambaran Lama Keluhan pada Pasien Gangguan Jiwa di Klinik “X”
Periode Agustus-September 2015 ... 27
4.9 Gambaran Riwayat Pengobatan pada Pasien Gangguan Jiwa di Klinik “X” Periode Agustus-September 2015 ... 28
xi Universitas Kristen Maranatha
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ... 30
5.2 Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 32
LAMPIRAN ... 34
xii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Insidensi Gangguan Jiwa di Klinik “X” Periode Agustus-September
2015 ... 20
Tabel 4.2 Gambaran Golongan Keluhan Menurut Metode 2 Menit di Klinik “X” Periode Agustus-September 2015 ... 21
Tabel 4.3 Gambaran Klasifikasi Gangguan Jiwa ... 22
Tabel 4.4 Gambaran Jenis Kelamin dengan Gangguan Jiwa ... 23
Tabel 4.5 Gambaran Kelompok Umur pada Pasien Gangguan Jiwa ... 24
Tabel 4.6 Gambaran Kelompok Pekerjaan pada Pasien Gangguan Jiwa... 25
Tabel 4.7 Gambaran Jenis Kelompok Keluhan Utama Berdasarkan Sistem Organ pada Pasien Gangguan Jiwa ... 26
Tabel 4.8 Gambaran Lama Keluhan pada Pasien Gangguan Jiwa... 27
xiii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiv Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Tabel Pasien pada Klinik “X” Periode Agustus-September 2015 ... 34
Lampiran 2. Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian ... 51
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian oleh Klinik “X” ... 52
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian oleh Kesbangpol Kabupaten Purwakarta ... 53
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada tahun 1990 gangguan jiwa dan neurologis menyumbang 10% penyebab ketidakmampuan seorang individu di seluruh dunia dan meningkat menjadi 12% pada tahun 2000. Diperkirakan pada tahun 2020 akan meningkat kembali menjadi 15% (WHO, 2001).
Menurut WHO pada tahun 2005, angka gangguan neuropsikiatri di Indonesia
tercatat sebesar 18,5%, khususnya pada orang dewasa. Berdasarkan data Rikesdas
2007 terdapat 11,6% atau 19 juta jiwa di Indonesia mengalami gangguan jiwa dengan kriteria umur diatas 15 tahun. Jumlah kunjungan gangguan jiwa di seluruh puskesmas Jawa Barat pada tahun 2012 mencapai angka 77 ribu orang. Pada tahun 2007 prevalensi gangguan jiwa di Purwakarta sendiri adalah 32%, sehingga angka ini merupakan angka tertinggi ke 4 setelah Luwu Timur (33,7%), Manggarai (32,4%), dan Aceh Selatan (32,1%) (WHO, 2005; Departemen Kesehatan RI, 2012; Departemen Kesehatan RI, 2008).
Masalah kesehatan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung, namun akan menyebabkan penderitaan berkepanjangan baik bagi individu, keluarga,
masyarakat atau negara, karena penderita gangguan jiwa akan menjadi tidak produktif dan bergantung pada orang lain. Seperti pada kasus depresi di Amerika ,
gangguan depresi yang tidak terdiagnosis di Amerika menyebabkan penurunan fungsi sosial pada jutaan penduduk Amerika setiap tahunnya (Halverson & Chan, 2004).
2 Universitas Kristen Maranatha sehingga menghabiskan biaya untuk pemeriksaan laboratorium dan pengobatan yang tidak tepat (WHO, 2001).
Pada penelitian di Amerika Serikat sekitar 30% pasien di pelayanan primer mengalami gangguan jiwa. Hal ini dikarenakan gejala yang ditimbulkan pasien gangguan jiwa memiliki gejala yang sama dengan gangguan medis umum, yaitu keluhan fisik (Kahn, LS et al., 2004).
Menurut WHO gangguan jiwa dalam pandangan masyarakat masih identik
dengan “gila” (psikotik) sementara kelompok gangguan jiwa lain seperti ansietas,
depresi dan gangguan jiwa yang tampil dalam bentuk berbagai keluhan fisik kurang dikenal. Kelompok gangguan jiwa inilah yang banyak ditemukan di masyarakat. Mereka ini akan datang ke pelayanan kesehatan umum dengan keluhan fisik, sehingga petugas kesehatan sering kali terfokus pada keluhan fisik, bahkan sampai melakukan berbagai pemeriksaan dan memberikan berbagai jenis obat untuk mengatasi keluhan fisiknya. Masalah kesehatan jiwa yang melatarbelakangi keluhan fisik juga sering kali terabaikan, sehingga pengobatan menjadi tidak efektif (WHO, 2001).
Pernyataan WHO diatas didukung oleh penelitian di Amerika Serikat yang mengatakan bahwa terdapat 4 penyakit yang sering terlewat diagnosisnya yaitu penyakit depresi, kecemasan, penyalahgunaan zat, dan gangguan kognitif (Kahn, LS et al., 2004).
Banyaknya diagnosis gangguan jiwa yang terlewat kemungkinan dikarenakan (1) sempitnya waktu untuk pemeriksaan setiap pasien; (2) banyaknya pasien yang perlu dilayani pada satu waktu; (3) belum memungkinkanya tempat pemeriksaan yang lebih pribadi; dan (4) hubungan petugas kesehatan dengan pasien belum
terbina dengan baik. Oleh karena itu di perlukan alat yang lebih efektif untuk menyaring gangguan jiwa pada layanan primer (Murhayanto, 2008).
3 Universitas Kristen Maranatha Metode 2 Menit (M2M) adalah suatu panduan anamnesis untuk menentukan gangguan kesehatan jiwa secara umum dan praktis yang didasari saran dokter Puskesmas yang mengharapkan adanya suatu metode yang singkat (maksimal dalam dua menit) yang dapat menyaring dengan cepat walaupun secara kasar ada tidaknya masalah kesehatan jiwa pada pasien yang berkunjung ke puskesmas. Disebut metode dua menit, karena diharapkan dalam tahap-tahap dua menit dapat
dicapai tar- get-target tertentu. Metode 2 Menit kini telah dipercaya dapat menyaring gangguan kesehatan jiwa khususnya di pelayanan primer seperti puskesmas. Awalnya Metode 2 Menit ini di buat untuk dokter umum di pelayanan kesehatan primer seperti puskesmas, tetapi kini sudah berkembang hingga digunakan oleh kader-kader puskesmas (Hidayat et al., 2010).
1.2 Identifikasi Masalah
Bagaimana gambaran gangguan jiwa yang tersaring di Klinik “X” dengan menggunakan Metode 2 Menit (M2M), yaitu meliputi insidensi gangguan jiwa, gambaran golongan keluhan menurut Metode 2 Menit, gambaran klasifikasi
gangguan jiwa, gambaran jenis jelamin dengan gangguan jiwa, gambaran kelompok umur pada pasien gangguan jiwa, gambaran kelompok pekerjaan pada pasien gangguan, gambaran kelompok jenis keluhan utama berdasarkan sistem organ pada pasien gangguan jiwa, gambaran lama keluhan pada pasien gangguan jiwa, dan gambaran riwayat pengobatan pada pasien gangguan jiwa di klinik “X” periode Agustus-September 2015.
1.3 Maksud dan Tujuan
4 Universitas Kristen Maranatha
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis :
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang metode penyaringan gangguan jiwa dengan menggunakan M2M.
1.4.2 Manfaat Praktis :
Memberi masukan agar Metode 2 Menit dapat dijadikan alat yang dapat membantu menyaring pasien gangguan jiwa di suatu klinik.
1.5 Landasan Teori
Gangguan jiwa menyumbang 10% ketidakmampuan seorang individu di seluruh dunia. Banyak pasien dengan gangguan jiwa lebih memilih datang ke layanan primer dibandingkan datang ke dokter spesialis jiwa. Hal tersebut dikarenakan keluhan jiwa juga memiliki gejala klinis yang sama dengan gangguan fisik umum,dan justru di layanan primer gangguan jiwa banyak terlewatkan diagnosisnya (WHO, 2001; Kahn, LS et al., 2004).
30 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Insidensi gangguan jiwa di Klinik “X” periode Agustus – September 2015 adalah 165 pasien (41%).
2. Jenis gangguan jiwa tersering yang tersaring di Klinik “X” periode Agustus – September 2015 adalah gangguan cemas (55%).
3. Pasien gangguan jiwa di Klinik “X” periode Agustus – September 2015
tersering adalah perempuan (60,6%)
4. Kelompok usia tersering pada pasien gangguan jiwa di Klinik “X” periode Agustus – September 2015 adalah ≥50 tahun (49,7%).
5. Kelompok pekerjaan tersering pada pasien gangguan jiwa di Klinik “X” periode Agustus – September 2015 adalah kelompok tidak bekerja (50,9%).
6. Kelompok jenis keluhan utama berdasarkan sistem organ terbanyak pada pasien gangguan jiwa di Klinik “X” periode Agustus – September 2015 adalah keluhan pada GIT (40,6%).
7. Lama keluhan tersering pada gangguan jiwa di Klinik “X” periode Agustus – September 2015 yaitu dalam hitungan minggu (29,1%).
31 Universitas Kristen Maranatha
5.2 Saran
Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai gangguan jiwa dengan data yang lebih variatif agar mendapatkan gambaran yang lebih banyak. Dapat dilakukan penelitian serupa di tempat lain agar dapat
menggambarkan gangguan jiwa lebih luas lagi khususnya di Indonesia. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Metode 2 Menit agar dapat
digunakan lebih luas oleh pelayanan kesehatan primer di seluruh Indonesia.
32 Universitas Kristen Maranatha
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI. (2006). Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar. (D. J. Dr. Jonli Indra. SpKJ, Ed.)
jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2008, desember). Riset Kesehatan Dasar. XV. jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2012). Profil Kesehatan Profinsi Jawa Barat. Retrieved 11 19, 2015, from www.depkes.go.id: http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROV INSI_2012/12_Profil_Kes.Prov.JawaBarat_2012.pdf
Halverson, J., & Chan, C. (2004). Screening for Psychiatric Disorders in Primary Care. Wisconsin Medical Journal, 46-51.
Hidayat, D., Ingkiriwang, E., Andri, Asnawi, E., Widya, R. S., & Susanto, D. H. (2010). Penggunaan Metode Dua Menit (M2M) dalam Menentukan Prevalensi Gangguan Jiwa di Pelayanan Primer. Majalah Kedokteran
Indonesia, 448-454.
Kahn, LS., Halbreich, U., Bloom, MS., Bidani, R., Rich, E., Hersey, CO. (2004). Screening for Mental Illness in Primari Care Clinicis. Int J Psychiatriy
Med, 345.
Maslim, R. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari
PPDGJ-III dan DSM-V. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya.
Murhayanto, D. (2008). Keefektifan Pelatihan Tenaga Medis dan Paramedis Puskesmas Terhadap Deteksi Dini Gangguan Jiwa di Kabupaten Sukoharjo. 19. Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.
Noerhidajati, E., Izzudin, & Djahat, H. (2010, juli-desember). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Amplifikasi. Sains MedikaJournal of Medicine adn
Health, 2, 186-187.
33 Universitas Kristen Maranatha Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Retrieved November 19, 2015, from
www.hukumonline.com:
http://www.kemenpppa.go.id/jdih/peraturan/UU_NO_36__2009.pdf
Republik Indonesia. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa. Retrieved November 19, 2015, from
http://sinforeg.litbang.depkes.go.id/upload/regulasi/UU_No._18_Th_2014 _ttg_Kesehatan_Jiwa_.pdf
Saputri, M. A., & Indrawati, E. S. (2011, april). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Depresi pada Lanjut Usia yang Tinggal di Panti Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah. Jurnal Psikologi Undip, 66.
Suyoko. (2007, Januari 20). Faktor-faktor Risiko yang Berhubungan Dengan Gangguan Mental Emosional pada Lansia di DKI Jakarta. Jakarta, Indonesia: http://lib.ui.ac.id/.
WHO. (1948, april 7). WHO definition of Health. Retrieved november 19, 2015,
from World Health Organization:
http://www.who.int/about/definition/en/print.html
WHO. (2001). Mental Healt: New Understanding, New Hope. Geneva: WHO.
WHO. (2001). Mental Healt: New Understanding, New Hope.
WHO. (2005). Mental healt atlas. Geneva: WHO.
WHO. (2014, Agustus). Mental health: a state of well-being. Retrieved November
19, 2015, from World Health Organization: