• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN THINK-TALK-WRITE PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT KELAS VII SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN THINK-TALK-WRITE PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT KELAS VII SMP."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PERBE YAN T

EDAAN KE NG DIAJAR

TIPE TALKIN EMAMPUA R DENGAN BANGU P Diajukan FAKULTA

ING STICK D

AN KOMU N MODEL P

UN DATAR

F N Program St

n Untuk M Sa JUR AS MATEMA UNIVE DAN THINK-UNIKASI M PEMBELAJA

R SEGI E

Oleh FitriYanti F NIM. 41031 tudi Pendid SKRIP Memenuhi S arjana Pen RUSAN MAT ATIKA DAN ERSITAS NE MEDA 2014 K-TALK-WRIT MATEMAT JARAN KOO EMPAT KE : Fadilla 111031 dikan Mate PSI Syarat Mem ndidikan TEMATIKA NILMU PENG EGERI MED AN 4

ITE PADA M

TIKA SISW OPERATIF

WA F

ELAS VII S

MATERI SMP

ematika

mperoleh GGelar

A

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Daftar Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar x

Daftar Tabel xii

Daftar Lampiran xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Batasan Masalah 7

1.4 Rumusan Masalah 8

1.5 Tujuan Penelitian 8

1.6 Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis 9

2.1.1 Pengertian Komunikasi 9 2.1.2 Aspek-Aspek Komunikasi 10 2.1.3 Komunikasi Matematik 11 2.1.3.1 Pengertian Komunikasi Matematik 11

2.1.3.2 Kemampuan Komunikasi Matematik 12 2.1.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Komunikasi Matematik 13

2.1.4 Pengertian Belajar 15

(3)

vii   

2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif 17 2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick 20 2.1.8 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write 23 2.1.9 Bangun Datar Segi Empat 28

2.1.9.1 Pengertian Bangun Datar Segi Empat Persegi

Panjang 28

2.1.9.2 Keliling dan Luas Persegi Panjang 29 2.1.9.3 Pengertian Bangun Datar Segi Empat Persegi 30 2.1.9.4 Keliling dan Luas Persegi 31 2.1.9.5 Pengertian Bangun Datar Segi Empat Belah

Ketupat 31

2.1.9.6 Keliling dan Luas Belah Ketupat 32 2.1.9.7 Pengertian Bangun Datar Segi Empat

Jajargenjang 34

2.1.9.8 Keliling dan Luas Jajargenjang 34 2.1.9.9 Pengertian Bangun Datar Segi Empat Layang-

Layang 35

2.1.9.10 Keliling dan Luas Layang-Layang 36 2.1.9.11 Pengertian Bangun Datar Segi Empat

Trapesium 38

2.1.9.12 Keliling dan Luas Trapesium 39 2.2 Penelitian yang Relevan 40

2.3 Kerangka Konseptual 42

2.4 Hipotesis Penelitian 43

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 44

3.2 Populasi dan Sampel 44

3.2.1 Populasi 44

3.2.2 Sampel 44

(4)

3.4 Jenis dan Desain Penelitian 45

3.5 Prosedur Penelitian 46

3.6 Instrumen Penelitian 50

3.6.1 Tes 50

3.6.1.1 Pensekoran Kemampuan Komunikasi Matematik 51 3.6.1.1.1 Uji Validitas 54 3.6.1.1.2 Uji Reabilitas 55

3.6.1.1.3 Tingkat Kesukaran Tes 56 3.6.1.1.4 Daya Pembeda Tes 57

3.7 Teknik Analisis Data 58

3.7.1 Menghitung Rata-Rata Skor 58 3.7.2 Menghitung Standard Deviasi 58

3.7.3 Uji Normalitas 59

3.7.4 Uji Homogenitas 59

3.7.5 Analisis Pengujian Hipotesis 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 62

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian 62 4.1.1.1 Hasil Pre Test Pada Kelas Eksperimen A dan

Kelas Eksperimen B 62

4.1.1.2 Hasil Post Test Pada Kelas Eksperimen A dan

Kelas Eksperimen B 63

4.2 Analisis Data Hasil Penelitian 65 4.2.1 Uji Normalitas Data 65

4.2.2 Uji Homogenitas 66

4.2.3 Pengujian Hipotesis Kemampuan Komunikasi

Matematika 67

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 68 4.3.1 Kegiatan Pembelajaran dengan model Pembelajaran

(5)

ix   

4.3.2 Kemampuan Komunikasi Matematika 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 70

5.2 Saran 70

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaram Kooperatif 19 Tabel 3.1 Rancangan Penelitian 45 Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematik 51 Tabel 4.1 Data Pre Test Kelas Eksperimen A dan Kelas

Eksperimen B 63

Tabel 4.2 Data Post Test Kelas Eksperimen A dan Kelas

Eksperimen B 64

Tabel 4.3 Ringkasan Rata-Rata Nilai Pre Test dan Post Test

Kedua Kelas 64

Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan

Komunikasi Matematika 66

(7)

x   

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Desain Pembelajaran Think-Talk-Write 27

Gambar 2.2 Persegi Panjang 28

Gambar 2.3 Persegi Panjang 29

Gambar 2.4 Persegi 30

Gambar 2.5 Persegi 31

Gambar 2.6 Belah Ketupat 32

Gambar 2.7 Belah Ketupat 33

Gambar 2.8 Jajargenjang 34

Gambar 2.9 Jajargenjang 34

Gambar 2.10 Jajargenjang 35

Gambar 2.11 Layang-Layang 36

Gambar 2.12 Layang-Layang 37

Gambar 2.13 Trapesium 38

Gambar 2.14 Trapesium 39

Gambar 2.15 Trapesium 40

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 47 Gambar 4.1 Gambar Diagram Jumlah Nilai dan Rata-Rata

Pre Test dan Post Test Kedua Kelas 65 Gambar 5.1 Lokasi Penelitian 228 Gambar 5.2 Peneliti menberitahukan tujuan, motivasi, dan model

pembelajaran yang akan diterapkan kepada siswa 228 Gambar 5.3 Peneliti menjelaskan materi bangun datar segiempat 229 Gambar 5.4 Siswa saat menerima LAS 229 Gambar 5.5 Siswa sedang mengerjakan LAS 230 Gambar 5.6 Peneliti mengarahkan tongkat bergilir ke siswa pada

kelas yang diterapkan model pembelajaran

Talking Stick 230

(8)

Gambar 5.8 Siswa sedang memikirkan masalah yang diberikan

oleh peneliti (langkah think) 231

Gambar 5.9 Siswa sedang berbicara atau berdiskusi antar kelompok untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh

peneliti (langkah talk) 232

Gambar 5.10 Siswa menuliskan hasil dari masalah yang diberika

oleh peneliti (langkah write) 232 Gambar 5.11 Siswa sedang mengerjakan Pre Test 233

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah dunia yang besar dengan dukungan banyak pihak. Di dalamnya terdapat peserta didik, pendidik, administrator, orang tua, dan masyarakat. Karena begitu banyak pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan tersebut, sudah seharusnya setiap pihak dapat memahami berbagai prilaku setiap individu sehingga dapat menunjukkannya dalam dunia pendidikan dengan efektif. Kemajuan suatu bangsa diukur dari kemajuan pendidikan. Kemajuan beberapa negara di dunia ini tidak terlepas dari kemajuan yang di mulai dari pendidikannya, pernyataan tersebut juga diyakini oleh bangsa saat ini. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik tersebut secara aktif mengembangkan potensi dirinya mulai dari lahir dan berlangsung seumur hidup.

Menurut Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof.Dr.Daoed Joesoef, Jum’at (23/10/2011) dalam (http://edukasi.kompas.com) mengatakan bahwa “Pendidikan sebagai kunci kemajuan suatu bangsa. Tidak ada bangsa yang maju, yang tidak didukung pendidikan yang kuat, jika ingin menjadi negara yang kuat, maju dan disegani dunia internasional, maka kita harus menjadikan pendidikan sebagai bidang unggulan”. Tapi kenyataannya pendidikan sampai saat ini masih cukup memprihatinkan. Berdasarkan Harian kompas menurut Anggota Komisi X DPR RI, Rochmani, Jum’at (28/09/2012) dalam (http://edukasi.kompas.com) juga mengatakan “Hasil survei dari World Bank melibatkan sedikitnya 12 negara di Asia tersebut, menunjukkan bahwa kualitas pendidikan Indonesia berada di peringkat 12 dan terendah se-Asia”. Selanjutnya menurut Prof. Ahmad Fauzy pada saat seminar nasional matematika dan pendidikan matematika, Minggu (10/11/2013) dalam (http://nasional.sindonews.com) yang menyatakan “Lemahnya penguatan matematika pelajar Indonesia, disebabkan sejumlah faktor. Dua diantaranya karena pengaturan kelas yang monoton di mana murid hanya menghadap ke

(10)

papan tulis, dan pembelajaran kelas kurang dinamis. Rutinitas seperti inilah, yang membuat siswa menjadi bosan belajar matematika”.

Sekarang ini prestasi belajar siswa Indonesia khususnya pada mata pelajaran matematika masih cukup rendah dan sangat mengkhawatikan. Kualitas persekolahan kita juga masih dipertanyakan. Ini diperkuat ketika Program for International Student Assessment (PISA) melakukan evaluasi terhadap siswa

dalam bidang matematika yang menghasilkan laporan bahwa Indonesia berada di bawah dengan hampir 25 % para siswa kita berada pada level 1 (level paling bawah dalam hal penguasaan ilmu matematika). Selain itu hasil penelitian TIMMS (Trends International Mathematics and Science Study) yang dilakukan oleh Frederick K. S. Leung pada tahun 2008, jumlah jam pengajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak. Dalam satu tahun, siswa di Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika. Namun, hasil penelitian itu menyebutkan, prestasi Indonesia berada jauh di bawah. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya menembus skor rata-rata 411. Waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan prestasi yang diraih. Permasalahan tersebut bisa disebabkan berbagai macam faktor, dan salah satunya ialah metode pembelajaran yang kurang menarik. Dalam pengajaran matematika penyampaian guru cenderung bersifat monoton, hampir tanpa variasi kreatif.

(11)

3   

Matematika merupakan pelajaran yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SMA dan bahkan juga di perguruan tinggi. Ada alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Corkroft (dalam Abdurrhahman, 2012 : 204) mengemukkan bahwa:

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua pelajaran memerlukan ktrampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa pada hakikatnya diringkaskan karena masalah kehidupan sehari-hari. Matematika memiliki peranan yang sangat penting dalam memajukan daya pikir siswa.

Keberhasilan hasil belajar siswa tergantung pada bagaimana guru menyampaikan suatu pembelajaran. Guru bukan hanya memberikan suatu informasi, tetapi sebagai pendorong siswa belajar agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi. Sekarang peran dan tugas guru adalah memberikan kesempatan belajar maksimal pada siswa. Menurut Silver dan Smith (dalam Ansari, 2009 : 29) mengutarakan bahwa:

Peran dan tugas guru adalah: (1) melibatkan siswa dalam setiap tugas matematika; (2) mengatur aktivitas intelektual siswa dalam kelas seperti diskusi dan komunikasi; (3) membantu siswa memahami ide matematika dan memonitor pemahaman mereka.

Selain itu di ungkapkan oleh Sullivan (dalam Ansari, 2009 : 28) yang mengatakan bahwa:

Peran dan tugas guru sekarang adalah: (1) melibatkannya secara aktif dalam eksplorasi matematika; (2) mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman yang telah ada pada mereka; (3) mendorong

agar mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai strategi; (4) mendorong agar berani mengambil resiko dalam menyelesaikan soal;

(5) memberikan kebebasan berkominukasi untuk menjelaskan idenya dan mendengarkan ide lainnya.

(12)

Dari pernyataan diatas dapat di simpulkan bahwa peran dan tugas guru sangatlah penting untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa. Namun, kenyataannya komunikasi matematika siswa masih rendah. Mata pelajaran matematika perlu diajarkan untuk membekali siswa dengan mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa matematika dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan matematika serta memajukan tingkat kemampuan komunikasi matematika siswa.

Pada dasarnya guru sekarang hanya bisa memberikan suatu infomasi saja yang membuat siswa menjadi tidak aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika. Siswa hanya sekedar mengikuti pelajaran matematika yang diajarkan guru di dalam kelas, yaitu hanya dengan mendengarkan penjelasan materi dan mengerjakan soal yang diberikan guru tanpa ada respon, kritik, atau pertanyaan dari siswa kepada guru sebagai umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar matematika. Kondisi seperti ini membuat siswa kurang tertarik dan kurang untuk mengungkapan ide atau memberi penjelasan dari permasalahan yang ada dalam mengikuti pelajaran matematika.

(13)

5   

materi yang sudah pernah di pelajarinya ketika SD yaitu materi Bangun Datar Segi Empat. Dari persentasi tersebut nampak bahwa kedua kelas mempunyai kemampuan yang sama.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan salah satu guru di SMP Swasta Dharma Pancasila Medan (Ibu Masitah S.Pd), menurut guru yang bersangkutan masih kurangnya kemampuan komunikasi matematika siswa di SMP Swasta Dharma Pancasila. Bahkan siswa tersebut sulit memberikan penjelasan dan mengungkapkan ide bagaimana cara menyelesaikannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu kesulitan untuk mempelajari matematika adalah rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa. Ini dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran di dalam kelas masih belum begitu optimal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa. Selanjutnya beliau juga mengatakan bahwa siswa sudah menganggap matematika itu bukan pelajaran yang menyenangkan dan sulit sehingga mereka kurang termotivasi dan tertarik untuk memahami matematika. Serta model pembelajaran yang masih cenderung menggunakan model pembelajaran langsung atau yang hanya berpusat kepada guru.

(14)

Berdasarkan dari beberapa kutipan diatas menjelaskan begitu pentingnya arti dan peranan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa. Kusumah (dalam Yasmita Sari, 2013) menyatakan “Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam pembelajaran matematika”. Senada dengan itu, pentingnya komunikasi dalam matematika juga dikemukakan oleh Peressini dan Bassett (dalam Yasmita Sari, 2013) bahwa tanpa “Komunikasi dalam matematika kita akan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika”. Ini berarti, komunikasi dapat membantu siswa dalam memahami matematika ke dalam konsep dan proses matematika yang dipelajari.

Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika. Antara lain model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dan Think-Talk-Write. Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dan Think-Talk-Write merupakan tipe pembelajaran yang mengedepankan perlunya siswa mengkomunikasi atau menjelaskan hasil pemikiran matematikanya. Suprijono (2009 : 109) mengungkapkan bahwa,

Pembelajaran dengan model Talking Stick mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Model pembelajaran Talking Stick merupakan sebuah model pembelajaran yang berorientasi pada interaksi atau komunikasi antar siswa dalam suasana belajar yang menjadikan lebih aktif dan menarik. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.

Dengan begitu siswa dapat melatih berbicara untuk mengungkapkan suatu ide dari permasalahan yang diberikan oleh guru dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Selain itu Ansari (2009 : 69) juga mengatakan bahwa,

(15)

7   

Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar dan membagi ide bersama teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Dari kedua model pembelajaran tersebut peneliti tertarik ingin melihat bagaimana perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dan Think-Talk-Write terhadap kemampuan komunikasi dan hasil belajar siswa matematika. Kedua model tersebut dibandingkan. Untuk pemilihan materi, penulis memilih materi Bangun Datar Segi Empat dimana masih kurangnya pemahaman siswa terhadap materi Bangun Datar Segi Empat

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui perbedaan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dan Think-Talk-Write sehingga peneliti mengambil judul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dan Think-Talk-Write Pada Materi Bangun Datar Segi Empat Kelas VII SMP”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian pada latar belakang, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan komunikasi matematika siswa masih tergolong rendah.

2. Siswa kurang tertarik belajar matematika karena pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan.

3. Masih terpusatnya guru sebagai media pembelajaran.

4. Prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika masih cukup rendah dan sangat mengkhawatikan.

1.3 Batasan masalah

(16)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas maka, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe Think-Talk-Write lebih tinggi daripada kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif Talking Stick di kelas VII SMP Swasta Dharma Pancasila Medan Tahun Ajaran

2013/2014?.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe Think-Talk-Write lebih tinggi daripada kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif Talking Stick di kelas VII SMP Swasta Dharma Pancasila Medan Tahun Ajaran 2013/2014.

 

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran atau masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan, terutama:

1. Bagi Siswa, sebagai alat bantu siswa dalam memahami pelajaran matematika dan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

2. Bagi Guru, sebagai pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dan Think-Talk-Write.

3. Bagi Sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan dalam pembelajaran matematika.

(17)

70   

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan data dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write lebih tinggi daripada kemampuan komunikasi siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick pada materi bangun datar segiempat di kelas VII SMP Swasta

Dharma Pancasila T.A 2013/2014.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:

a. Kepada guru matematika dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick ataupun model pembelajaran Think-Talk-Write sebagai salah satu alternatif dalam kegiatan pembelajaran serta

model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan komunikasi matematika siswa.

b. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dan Think-Talk-Write sebaiknya lebih memperhatika alokasi waktu yang ada agar seluruh tahapan pembelajaran dapat dikerjakan dengan baik sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa lebih optimal.

c. Kepada siswa khususnya SMP Swasta Dharma Pancasila Medan agar lebih aktif dan berani mengungkapkan pendapat dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika.

d. Kepada peneliti lanjutan dapat dijadikan pertimbangan sebagai penelitian lanjutan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik yang dapat meningkatkan mutu pendidikan di masa yang akan datang.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, (2012), Anak Kesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Adinawan, M, Cholik & Sugijono, (2013), Matematika Untuk SMP/MTs Kelas VII Semester 2 Kurikulum 2013, Erlangga, Jakarta.

Ansari, Bansu, (2009), Komunikasi Matematik : Konsep dan Aplikasi, Pena, Banda Aceh

Ambarjaya, Beni S, (2012), Psikologi Pendidikan dan Pengajaran Teori dan Praktik, Caps, Yogyakarta.

Asy’Ari, Hasan, (2013), Pengaruh Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Open-Ended Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Pada Materi Teorema Pythagoras Kelas VIII SMP Negeri 11 Tahun Ajaran 2012/2013, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Arikunto, Suharsani, (2012), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, Bumi Aksara, Jakarta

Carol Locust, (2013), http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-talking-stick.html

Dewi, Haris Asri Candra, (2014), Kumpulan Soal Tersulit Dan Pemecahannya Matematika Berdasarkan Kurikulum 2013, Pustaka Makmur, Jakarta.

Fauzi, Ahmad, (2013),

http://nasional.sindonews.com/read/2013/11/11/15/804091/pembelajaran-matematika-di-indonesia-masuk-peringkat-rendah (diakses pada tanggal 20 Januari 2014)

Fmipa Unimed, (2012), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, Fmipa, Medan.

(19)

72

Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.

Juwita Sari, Okky, (2010), Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa SMP Negeri 3 Depok Dalam Pembelajaran Matematika Menggunakan Strategi Pembelajaran Think Talk Write (TTW), Skripsi, FMIPA, UNY, Yogjakarta.

Mariani, Tuti, (2012), Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematika Siawa Yang Diajar Dengan Model Pembelajran Kooperatif Tipe TPS DAN Tipe TAI Pada Sub Pokok Bahasan Jajargenjang Dan Belah Ketupat Di Kelas VII SMP Hangtuah I Belawan T A 2011/2012, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Mukti, Abdul, (2013),

http://nasional.sindonews.com/read/2013/11/11/15/804091/pembelajaran-matematika-di-indonesia-masuk-peringkat-rendah (diakses pada tanggal 20 Januari 2014)

Ningtyas, Fathia Ayu, (2013), Pengaruh Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (Teman Sebaya) Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Pada Materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar Kelas VIII SMP Swasta Melati Binjai T.A 2013/2014, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Rangkuti, Asrika Yulianti, (2012), Perbedaan kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan metode pemecahan masalah dan metode tanya jawab pada pokok bahasan persamaan kuadrat di kelas X SMA N 2 Binjai tp 2011/2012, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Rochmani, (2012),

http://edukasi.kompas.com/read/2012/09/28/11061385/Wamendikbud.Pendi dikan.Kita.Membosankan (diakses pada tanggal 20 Januari 2014)

Sudjana, (2005), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Suprijono, Agus, (2010), Cooperative Learning : Teori & Aplikasi Paikem, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

(20)

Sukmadinata, Nana Syaodih, (2012), Metode Penelitian Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Trianto, (2011), Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

(21)

ii

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaram Kooperatif
Gambar 5.8  Siswa sedang memikirkan masalah yang diberikan

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu ekstraksi maka konsentrasi flavonoid yang diperoleh semakin meningkat dan dalam waktu tertentu konsentrasi

Untuk masing-masing proses pentransferan da- ta menggunakan rumus pada proses perhitungannya, yaitu dengan cara membagi ukuran data dengan waktu transfer yang didapat.

dianggap tepat untuk menggambarkan mengenai keadaan di lapangan yaitu.. mengenai materi apa saja yang dipelajari pada kegiatan ekstrakurikuler seni. tari, bagaimana pelaksanaan

pengaruh yang paling dominan terhadap pengeluaran pembangunan pemerintah Kota

Kendatipun sebagian di antara mereka menyimpulkan bahwa dana zakat tidak berdampak signifikan terhadap penurunan kemiskinan, namun penyaluran zakat berarti adanya

Dari hasil pengukuran geolistrik untuk air tanah dalam , akifer berada pada kedalaman 38,10 – > 138,40 - 200 meter dengan tahanan jenis vertikal batuan sebenarnya

(200 M x 106 M) dan 1 (satu) pintu rumah papan yang terletak di atas tanah tersebut dengan ukuran 4 x 3 M sama dengan luas 12 M, yang terletak di kampung Pilar Jaya, Kecamatan

Bisa juga diartikan sebagai sistem ajaran (doktrin) dan praktek yang didasarkan pada sistem ke- percayaan seperti itu, atau sebagai kepercayaan akan keberadaan dan pengaruh