• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU KIMIA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK MODEL ILMIAH DI SMA NEGERI KOTA TAKENGON.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU KIMIA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK MODEL ILMIAH DI SMA NEGERI KOTA TAKENGON."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU

KIMIA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK MODEL ILMIAH

DI SMA NEGERI KOTA TAKENGON

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi Kepengawasan

Oleh:

ROSMAWATI. N

NIM. 8126132064

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU

KIMIA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK MODEL ILMIAH

DI SMA NEGERI KOTA TAKENGON

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi Kepengawasan

Oleh:

ROSMAWATI. N

NIM. 8126132064

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)

i

ABSTRACT

ROSMAWATI N. The Effort to Improve the teaching Competency of Chemistry Teachers Through Academic Supervision of Scientific Models in SMA Negeri Kota Takengon. Thesis. Postgraduate Program State University of_Medan_(UNIMED)._Medan.-2014

The problem of this study is the low teaching Competency of chemistry teachers in SMA Negeri Kota Takengon. The purpose of this research is to improve the teaching competency of chemistry teachers through academic supervision of scientific models. The kind of this research is action research held in SMA of Takengon city with 4 teachers of chemistry as the research subject. The method used in this research is quantitative method by using two cycles which consists of 4 phases in each. The data analysis technique used is descriptive analysis, to calculate the value , the average value and the percentage of success in the teaching competency of a chemistry teacher. The finding obtained was 6,72 in the pre cycle and increased to 76.51 in the first cycle, and then it increased to 91,04 in the second cycle. After doing the action in first cycle, the teaching competency level of chemistry theacher reaches 25%. This result show that the chemistry teacher did not reach the standard achievement yet. Moving from reflection performed in the first cycle, after being given a more intensive and optimal action, it reaches 100% of the chemistry teachers have increased their teaching competency. With the standard achievement of chemistry teachers reach

≥ 80 or meets the indicators of success, this research is well done. Thus, it can be

(6)

ii

ABSTRAK

ROSMAWATI N.

Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengajar Guru Kimia Melalui Supervisi Akademik Model Ilmiah Di SMA Negeri Kota Takengon. Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED), Medan. 2014.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kemapuan mengajar guru kimia di SMA Negeri di Kota Takengon. Adapun yang menjadi tujuan pada penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru kimia melalui supervisi akademik model ilmiah.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah /action research yang dilaksanakan di SMA Negeri Kota Takengon dengan subjek penelitian sebanyak 4 guru kimia kelas X. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kwantitatif melalui dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menghitung nilai, nilai rata-rata serta presentase keberhasilan kemampuan mengajar guru kimia.

Hasil temuan penelitian diperoleh nilai rata-rata pada pra siklus sebesar 66,72 dan meningkat menjadi 76,51 pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 91,04 pada siklus II. Adapun setelah melakukan tindakan pada siklus I terjadi peningkatan kemampuan mengajar guru kimia sebesar 25%. Hal ini menunjukkan bahwa guru kimia belum mencapai standar kelulusan. Beranjak dari refleksi tindakan yang dilakukan di siklus I, maka pada siklus II setelah diberikan tindakan yang optimal maka diperoleh 100% guru meningkat kemampuan mengajarnya. Jika semua guru kimia mencapai nilai ≥ 80 maka memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan maka penelitian ini dianggap tuntas.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah

melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulisan tesis ini dapat

diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Tesis berjudul “Upaya Meningkatan

Kemampuan Mengajar Guru Kimia Melalui Supervisi Akademik Model Ilmiah di

SMA Negeri Kota Takengon” disusun untuk memperoleh gelar Magister

Administrasi Pendidikan pada Program Pascasarjana UNIMED.

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini Penulis

menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M. Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M. Pd selaku Direktur Pasca Sarjana

Universitas Negeri Medan.

3. Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M. Pd dan Dr. Yasaratodo Wau, M. Pd selaku

Ketua Prodi dan Sekretaris Prodi Administrasi Pendidikan PPs Universitas

Negeri Medan.

4. Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M. Pd, Dr. Yasaratodo Wau, M. Pd, serta Dr. Saut

Purba, M. Pd selaku nara sumber dan penguji yang telah banyak memberikan

masukan dan saran kepada Penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Dr. Sukarman Purba, M. Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Dr. Arif Rahman,

M. Pd selaku Pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan, dorongan

dan saran yang bermanfaat kepada Penulis sejak awal sampai selesainya

(8)

iv

6. Para Dosen Program Studi Administrasi Pendidikan dan Civitas Akademika

Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang berperan dalam memberikan ilmu

serta bantuan kepada penulis selama perkuliahan hingga selesai.

7. P2TK Dikmen Kemdiknas yang sudah memberi bantuan materil dalam

bentuk beasiswa terhadap Penulis.

8. Kepada kedua orang tua serta saudara-saudara tercinta yang selalu memotivasi

Penulis dalam mennyelesaikan perkuliahan.

9. Suami tercinta Sukrandi Putra yang setia dan penuh kesabaran mendampingi

Penulis serta kedua anakku tersayang Aprilian Adiatama dan Ulfia Fitri yang

telah merelakan sebagian waktu dan perhatiannya terkurangi selama Penulis

menjalani perkuliahan.

10. Rekan-rekan mahasiswa Prodi Administrasi Pendidikan Konsentrasi

Kepengawasan Angkatan I yang banyak memberi pengalaman berharga

selama perkuliahan.

Penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata

bahasa, untuk itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini

bermanfaat bagi para pembaca dalam menambah khasanah ilmu pendidikan.

Medan 28 Maret 2014

Penulis,

(9)

v

BAB II. KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN RELAVAN, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoretis……... 12

1. Kemampuan Mengajar Guru………...………... 12

2. Supervisi Akademik Model Ilmiah………... 28

B. Penelitian Relevan... 51

C. Kerangka Berpikir…... 53

D. Hipotesis Tindakan……… 56

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Pelatihan... 57

B. Subjek Penelitian... 57

C. Desain penelitian Tindakan…... 58

D. Defenisi Operasional Variabel…... 66

E. Instrumen Penelitian…... 67

F. Teknik Analisi Data ……….. 67

(10)

vi

H. Jadwal Kegiatan Penelitian..……… 69

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Umum Hasil Penelitian………... 70

1. Pra Siklus………... 70

a. Kualitas Rencana Peleksanaan Pembelajaran……… 71

b. Kualitas Pelaksanan dan Evaluasi Hasil Belajar……… 73

2. Siklus I……….. 76

a. Tahap Perencanaan………. 76

b. Tahap Pelaksanaan………. ………... 77

c. Tahap Pengamatan……….. 79

d. Tahap Reffleksi………... 80

3. Siklus II………. 83

a. Tahap Perencanaan……….. 83

b. Tahap Pelaksanaan….………. ………... 83

c. Tahap Pengamatan……….……….. 86

d. Tahap Reffleksi……….... 88

B.PEMBAHASAN……….... 90

BAB IV. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan……….….... 95

B. Implikasi………. 95

C. Saran……….... 97

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nama Sekolah dan Jumlah Guru……….………...….. 60

Tabel 3.2 Prosedur Penelitaian………... 61

Tabel 3.3 Aspek Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran……… 69

Tabel 3.4 Aspek Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran………..……. 69

Tabel 3.5 Aspek Penilaian Evaluasi Hasil Belajar…….………..……… 69

Tabel 3.6 Jadwal Kegiatan Penelitian………...……… 72

Tabel 4.1 Nilai Rata-Rata Kemampuan Mengajar Guru………...…………. 73

Tabel 4.2 Nilai Peningkatan Indikator Kemampuan guru... 74

Tabel 4.3 Analisis Aspek RPP Pra Siklus....………. 75

Tabel 4.4 Analisis Indikator Pelaksanaan Pembelajaran Pra Siklus.………. 76

Tabel 4.5 Analisis Indikator Evaluasi Hasil Belajar Pra Siklus.………. 77

Tabel 4.6 Nilai Indikator Kemampuan Guru Pra Siklus……….. 78

Tabel 4.7 Presentase Kemampuan Guru Pra Siklus…………..……… 78

Tabel 4.8 Analisis Aspek RPP Siklus I…....………...………. 80

Tabel 4.9 Analisis Aspek Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I….……...…. 81

Tabel 4.10 Analisis Aspek Evaluasi Hasil Belajar Siklus I…...………. 82

Tabel 4.11 Nilai Indikator Kemampuan Guru Siklus I…………...……… 83

Tabel 4.12 Presentase Kemampuan Guru Siklus I……… 84

Tabel 4.13 Analisis Aspek RPP Siklus II…...………. 86

Tabel 4.14 Analisis Aspek Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II….…....……. 87

Tabel 4.15 Analisis Aspek Evaluasi Hasil Belajar Siklus II….……....………. 88

Tabel 4.16 Nilai Indikator Kemampuan Guru Siklus II……..……… 89

Tabel 4.17 Presentase Kemampuan Guru Pra Siklus II……… 89

Tabel 4.18 Presentase Peningkatan Kemampuan Guru Keseluruhan………… 91

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Sekolah….………. 58

Gambar 4.1 Diagram Tingkat Kemampuan Guru Pra siklus………. 76

Gambar 4.2 Diagram Tingkat Kemampuan Guru Siklus I….………... 82

Gambar 4.3 Diagram Tingkat Kemampuan Guru Siklus II………... 87

(13)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran…….…. 101

Lampiran 2 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran……… 103

Lampiran 3 Lembar Observasi Evaluasi Hasil Belajar………... 105

Lampiran 4 Lembar observasi Keterlaksanaan Supervisi………. 106

Lampiran 5 Rekapitulasi Hasil Observasi ...………... 108

Lampiran 6 Rekapitulasi Analisis Aspek Kemampuan Guru Pra Siklus…... 109

Lampiran 7 Rekapitulasi Analisis Aspek Kemampuan Guru Siklus I... 110

Lampiran 8 Rekapitulasi Analisis Aspek Kemampuan Guru Siklus II... 111

Lampiran 9 Photo Kegiatan Penelitian...…………..…… 112

Lampiran 10 Rencana Kegiatan Penelitian... 117

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru salah satu faktor penentu

kualitas pendidikan, oleh sebab itu setiap usaha peningkatan mutu pendidikan

diperlukan perhatian besar terhadap peningkatan kemampuan mengajar guru.

Guru sebagai ujung tombak pendidikan karena secara langsung berupaya

mempengaruhi, membina dan mengembangkan peserta didik sehingga dituntut

untuk memiliki kemampuan mengajar secara profesional.

Kemampuan adalah perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang

dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan, Danim (1994:12).

Sedangkan dalam profesi keguruan, istilah kemampuan dan kompetensi

digunakan secara bergantian tanpa mengubah makna. Hal ini diperkuat Nana

Sudjana dalam Janawi (2011:30) memahami kompetensi sebagai kemampuan

yang diisyaratkan untuk memangku profesi sebagai tenaga pengajar.

Kemampuan mengajar guru adalah kompetensi dasar yang harus dimiliki

oleh seorang guru yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

Keberhasilan suatu pembelajaran di sekolah tidak terlepas dari kompetensi mutlak

yang harus dimiliki guru untuk mendukung kemampuannya dalam mengajar

sebagai tugasnya. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Sanjaya (2011:13) yang

menyatakan bahwa bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan,

(15)

2

dengan kemampuan mengajar guru dalam mengimplementasikannya, maka

semuanya akan kurang bermakna.

Guru pada prinsipnya memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berkreasi

guna meningkatkan kemampuannya. Namun potensi yang dimiliki guru untuk

berkreasi sebagai upaya meningkatkan kemampuannya tidak selalu berkembang

secara wajar dan lancar disebabkan adanya faktor-faktor tertentu. Tidak dapat

dipungkiri bahwa kondisi dilapangan mencerminkan keadaan guru yang tidak

sesuai dengan harapan UU no 14 tyahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan

guru adalah pendidik profesional yang memerlukan keahlian, kecakapan dan

menguasai kompetensinya.

Kompetensi yang harus dimiliki guru dalam menjalankan profesi sebagai

tenaga pengajar ada empat yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Empat kompetensi ini dijadikan

standar untuk mengukur kemampuan mengajar guru. Standar tersebut dipertengas

dengan Peraturan Menteri Nasional Nomor 16 tahun 2005 tentang standar

kualifikasi dan kompetensi pendidik. Direktorat Tenaga kependidikan Depdiknas

dalam Kunandar (2007:56) menyatakan secara keseluruhan kompetensi guru

tersebut tercermin dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pelaksanaan

pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 19 ayat 3 yang berkaitan

dengan standar proses mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat

mengembangkan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian

hasil belajar, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses

(16)

3

Perencanaan pembelajaran yang baik diharapkan akan mempermudah

pelaksanaan pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah

program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran

untuk setiap kegiatan dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran

hendaknya mengacu kepada rencana untuk mencapai tujuan yang telah

dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai. Pelaksanaan

pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif yang mewarnai

interaksi yang terjadi antara guru dan siswa.

Penilaian hasil belajar merupakan satu kegiatan untuk menyelidiki tingkat

pencapaian pembelajaran. Dalam melakukan penilaian guru memperoleh

informasi seberapa jauh siswa menguasai materi yang telah diajarkan oleh guru.

Kenyataan yang terjadi dilapangan, Uji kompetensi awal (UKA) guru yang

diadakan 25 Pebruari 2012 lalu, dengan hasil rata-rata secara nasional 42,2. Hal

ini telah menunjukkan secara nasional bahwa kemampuan guru di Indonesia

masih relatif rendah. Berdasarkan hasil ini Aceh berada pada peringkat ke-28 (dua

puluh delapan) dari 33 (tiga puluh tiga) propinsi yang ada di Indonesia dengan

nilai 36,1. Studi pendahuluan yang dilaksanakan tanggal 7-8 oktober 2013 di

SMA Negeri yang ada di Kota Takengon, menunjukkan kemampuan guru yang

masih rendah dengan di indikasikan dari dokumen yang diperoleh dari 13 orang

guru kimia yang tersebar di 4 (empat) sekolah, diperoleh data hanya 61 % (8

orang) guru yang mempunyai RPP. Telaah dokumen RPP terhadap guru kimia

tersebut menunjukkan, 75 % (6 orang) guru tidak lengkap mencantumkan

langkah-langkah yang idealnya ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Hal

(17)

4

mencapai pembelajaran yang berkualitas, guru harus dapat mempersiapkan

perangkat pembelajaran dengan baik dan lengkap agar pelaksanakan pembelajaran

lebih efektif.

Paparan diatas menunjukkan fakta permasalahan di lapangan antara lain:

(1) adanya guru yang tidak membuat rencana pelaksanaan pembelajaran; ( 2)

rencana pembe lajaran t idak sesuai dengan pelaksanaan pembe lajaran;

(3) penggunaan metode pembelajaran yang masih konvensional, pembelajaran

miskin dengan variasi sehingga tidak dapat mendorong siswa belajar lebih kreatif

dan bersemangat dikarenakan pembelajaran masih berpusat pada guru; (4)

membuat instrumen tes tanpa dilengkapi kunci jawaban; (5) Kurang

memanfaatkan sumber belajar dan berbagai media secara optimal.

Permasalahan lainnya adalah pengawas sekolah hanya datang berkunjung

dan bertemu dengan guru untuk melakukan pertemuan secara umum tanpa adanya

observasi ke kelas apalagi memberikan umpan balik terhadap kinerja guru. Model

supervisi yang dilakukan pengawas sekolah masih bersifat konvensional. Pada sisi

lain guru dituntut senantiasa meningkatkan kemampuannya untuk mempertinggi

mutu pendidikan. Dari permasalahan yang telah dipaparkan, maka salah satu

alternatif untuk meningkatkan kemampuan guru adalah supervisi akademik.

Supervisi akademik adalah serangkaian bantuan kepada guru berupa layanan

profesional untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

Sergiovanni dalam Sahertian (2008:34), mengemukakan berbagai model

supervisi, antara lain: (1) supervisi konvensional (2) supervisi ilmiah (scientific

(18)

5

Supervisi konvensional merupakan supevisi yang korektif masih

dipengaruhi sikap otoriter mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan

menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai. Pekerjaan seorang

supervisor yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan dalam membimbing

sangat bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan, akibatnya

guru merasa tidak puas.

Supervisi dengan model artistik menurut Eisner, dalam melihat berhasil

tidaknya pengajaran, usaha meningkatkan mutu guru banyak menekankan pada

kepekaan, persepsi, dan pengetahuan. Supervisor diharapkan dapat mengapresiasi

kejadian pengajaran yang bersifat seni.

Supervisi klinis merupakan suatu bentuk bimbingan profesional yang

diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang sistematik

dalam perencanaannya, observasi yang cermat atas pelaksanaan, dan pengkajian

balikan dengan segera dan obyektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata,

untuk meningkatkan keterampilan mengajar dan sikap profesional guru itu.

Pemberian bimbingan berbentuk bantuan sesuai kebutuhan guru yang

bersangkutan, dan dilakukan dengan berbagai upaya (observasi secara sistematis,

analisis data balikan) sehingga guru menemukan sendiri cara-cara meningkatkan

dirinya melalui analisis bersama. Kata “klinis” tersirat cara kerja di bidang

medis, dimana pihak yang memerlukan pertolongan itu datang atas prakarsa

sendiri karena menyadari akan sesuatu kekurangan (gangguan kesehatan),

dianalisis berdasarkan keluhan-keluhan pasien, dan pada akhirnya diberikan

(19)

6

Supervisi ilmiah terkait erat dengan pembinaan guru dengan peningkatan

efektifitas pengajaran. Efektivitas pembelajaran seringkali diukur dengan

tercapainya tujuan, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola

suatu situasi, atau “doing the right things”. Pengertian ini mengandung ciri:

bersistem (sistematik), yaitu dilakukan secara teratur atau berurutan melalui tahap

perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan, sensitif terhadap

kebutuhan, kejelasan akan tujuan dan karena itu dapat dihimpun usaha untuk

mencapainya, bertolak dari kemampuan atau kekuatan mereka yang bersangkutan

(peserta didik, pendidik, masyarakat dan pemerintah). Indikator keberhasilan

mengajar model ini dilihat dari komponen pembelajaran, variabel-variabel proses

belajar mengajar. Sehingga pusat perhatian pendekatan ilmiah lebih ditekankan

pada pengembangan komponen pembelajaran secara keseluruhan.

Tipe guru yang berorientasi konseptual-abstrak lebih terfokus dalam

pengajaran dan gagasan teori dalam mengatasi permasalahan. Tipe guru seperti

ini biasanya melekat pada guru sains mengkaji ide secara teori, melakukan

penelitian mengenai pengajaran, dan berdiskusi dalam permasalahan

pengajaran. Guru dalam membuat keputusan berdasarkan pada data.

Tipe_guru ini cenderung lebih suka menggunakan teori dalam

mengimplementasikannya dalam proses pengajaran. Kegiatan supervisor adalah

memberikan layanan profesional agar apa yang diharapkan sesuai rencana dapat

dilaksanakan dengan baik dan hasilnya (fakta) dijadikan pedoman dalam

menyusun perencanaan pengajaran selanjutnya. Secara konseptual supervisi

(20)

7

melaksanakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan

kamampuan profesional guru sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran.

Supervisi akademik model ilmiah dianggap tepat untuk meningkatkan

kemampuan guru dibandingkan pola lama (inspeksi) yang cendrung melahirkan

rasa takut, tidak bebas sehingga dianggap tidak memberikan ruang gerak dan

kemajuan kepada guru. Supervisi akademik model ilmiah sebagai wujud layanan

profesional dilaksanakan secara demokratis, sistematis, objektif dan menggunakan

instrumen. Sistematis adalah berurut dan runtut dari masalah yang satu ke masalah

yang lainnya. Demokratis adalah adanya hubungan didasarkan kesepakatan,

kerjasama, kesejawatan , hubungan yang dibangun secara akrab dan hangat atas

dasar kemanusiaan dengan menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru.

Objektif berarti apa adanya tidak berdasarkan opini supervisor sehingga

pembinaan sesuai kebutuhan guru dan tuntutan perubahan berupa inovasi/

menemukan hal-hal yang baru. Menggunakan alat pencatat data yaitu

menggunakan alat observasi yang dijadikan panduan dan sumber acuan dapat

memberikan informasi untuk mengadakan perbaikan terhadap proses

pembelajaran selanjutnya.

Agar suatu perbaikan belajar dan mengajar dapat terukur dengan jelas maka

antara guru dan pengawas harus berkerjasama untuk menentukan standar sesuai

kriteria tertentu. Supervisi terhadap guru dilakukan dengan cara meluruskan

tindakan-tindakan guru yang masih menyimpang dan memantau guru agar tidak

sampai jauh berbuat salah, mencari sebab setiap kesalahan untuk diperbaiki. Para

guru diharapkan dapat secara bebas mengembangkan profesi, bakat, dan

(21)

8

Supevisi akademik model ilmiah ini dilakukan dengan pendekatan tertentu.

Pendekatan yang dilakukan oleh supervisor dalam membimbing guru ada

sebanyak tiga, yaitu pendekatan direktif, pendekatan non direktif dan pendekatan

kolaboratif.

Pendekatan langsung (direktif) adalah pendekatan dimana guru tidak diberi

kesempatan untuk berinisiatif dalam mengembangkan kreatifitas profesionalnya

dan melakukan inovasi pengajaran untuk memperbaiki kinerja guru tersebut,

Pidarta (2009:149).

Pada pendekatan tidak langsung, guru diberi kesempatan untuk berinisiatif

dan kreatif untuk menciptakan ide baru dalam melaksanakan pembelajaran.

Tindakan yang dilakukan pengawas adalah mendengarkan, memberi penguatan,

menjelaskan, menyajikan dan memecahkan masalah, Sahertian (2008:48).

Pendekatan kolaboratif adalah pendekatan yang mengutamakan kerja sama

antara guru dan pengawas yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas

profesional guru maupun pengawas, Pidarta (2009:148-149). Collaboration is

cooperating, sharing ideas, solving problems, and providing feedback based on

observation of teaching, with or a person with greater or less influence, Lovell

dan Wiles (1983:37). Kolaborasi adalah kerja sama, tukar pendapat, pemecahan

masalah dan pemberian umpan balik setelah observasi pembelajaran. Pendekatan

ini dapat diberikan kepada guru yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi

terhadap perkembangan pendidikan serta mempunyai ide-ide yang baru dalam

mengembangkan pembelajaran. Pendekatan ini juga cocok diterapkan kepada

(22)

9

Berdasarkan pemaparan diatas pendekatan kolaboratif sinkron digunakan

dalam model supervisi ilmiah dengan teknik (cara mencapai tujuan supervisi)

observasi kelas. Teknik ini dipilih untuk memperoleh data yang objektif dan

menggunakan alat pengukur observasi. Alat/instrumen observasi yang adalah

digunakan Alat Penilaian Kemampuan Guru yang sudah distandarkan oleh

Depdiknas dan selanjutnya pembimbingan sesuai perkembangan kebutuhan guru

dalam kegiatan pembelajaran

Bedasarkan paparan di atas muncul keinginan melanjutkan studi

pendahuluan di atas menjadi penelitian dengan menggunakan supervisi akademik

model ilmiah. Beranjak dari permasalahan diatas maka direncanakan melakukan

penelitian tindakan sekolah dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan

Mengajar Guru Kimia Melalui Supervisi Akademik Model Ilmiah di SMA Negeri Kota Takengon ” .

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut,

1) Guru tidak menyiapkan Rencana Pembelajaran sebelum mengajar.

2) Penggunaan media TIK dalam pembelajaran kurang disesuaikan dengan

metode dan kompetensi dalam pembelajaran.

3) Guru belum melaksanakan pembelajaran sesuai standar proses

pendidikan yang mewajibkan adanya penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran, Melaksanakan pembelajaran meliputi kegiatan yang

(23)

10

4) Guru belum melaksanakan evaluasi pembelajaran sesuai standar proses

pendidikan

5) Supervisi akademik belum terlaksana secara rutin dan

berkesinambungan.

6) Pelaksanaan supervisi oleh supervisor sekolah belum menyinggung

model ilmiah.

7) Model supervisi akademik yang dilakukan pengawas hanya merupakan

supervisi konvensional.

8) Guru belum mendapatkan pembinaan dalam mempersiapkan perangkat

pembelajaran

C. Pembatasan Masalah

Berbagai model supervisi yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan

mengajar guru, namun dalam penelitian ini hanya dibatasi pada Supervisi

Akademik Model Ilmiah dengan alasan supervisi akademik model ilmiah

dengan sasaran bidang studi guru (akademik profesional) dalam hal ini guru

kimia sesuai keilmuan yang dimiliki peneliti. Maka dalam penelitian ini

masalah dibatasi pada: (1) pelaksanaan supervisi akademik model ilmiah;

(2) kemampuan mengajar guru kimia materi larutan elektrolit dan non

elektrolit dalam pembuatan RPP, pelaksanaan pembelajaran dan

mengevaluasi hasil belajar; dan (3) penelitian dilaksanakan di SMA Negeri

Kota Takengon.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini rumusan

(24)

11

dapat meningkatkan kemampuan mengajar guru kimia di SMA Negeri Kota

Takengon ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan

kemampuan mengajar guru kimia melalui supervisi akademik model ilmiah

di SMA Negeri Kota Takengon

F. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis maupun

secara praktis adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis yaitu dapat digunakan untuk meningkatkan wawasan dan

pengetahuan khususnya teori kemampuan guru dan teori supervisi

2. Manfaat praktis :

a) Bagi Pengawas, dengan mengetahui besarnya kontribusi supervisi

akademik model ilmiah, diharapakan dapat menjadi pertimbangan

untuk mengarahkan dan membina guru dalam peningkatan mutu

pembelajaran di sekolah yang dibinanya.

b) Bagi Kepala sekolah dapat digunakan sebagai masukan dalam

rangka menyusun strategi kebijakan meningkatkan kemampuan

guru khususnya di Sekolah Menengah Atas Kota Takengon.

c) Bagi guru bidang studi kimia, mampu meningkatkan

kompetensinya dalam melaksanakan pembelajaran yang

berkualitas

d) Bagi peneliti sebagai bahan rujukan dalam melakukan penelitian

(25)

95

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di 4 sekolah yang ada di Kota

Takengon diperoleh beberapa simpulan:

Penerapan supervisi akademik model ilmiah dapat meningkatkan kemampuan

guru kimia dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Melaksanakan

Pembelajaran dan Mengevaluasi hasil pembelajaran. Ini terbukti dengan

meningkatnya kemampuan mengajar guru kimia menjadi baik dari 25% ke 100

% artinya besarnya peningkatan kemampuan mengajar guru kimia sebesar 75 %.

B. Implikasi

Telah teruji melalui penelitian bahwa kemampuan guru mengajar dapat

ditingkatkan melalui penerapan supervisi akademik model ilmiah dengan teknik

observasi kelas. Salah satu upaya model ini meningkatkan kemampuan guru

melalui langkah konkret yang dilakukan supervisor membina/melatih guru sesuai

kebutuhan dilapangan melalui pendekatan kolaboratif dengan teknik observasi

kelas secara bersistim (sistematik), yaitu dilakukan secara teratur atau berurutan

melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan, sensitif

terhadap kebutuhan, kejelasan akan tujuan dan karena itu dapat dihimpun usaha

untuk mencapainya.

Supervisi akademik model ilmiah dapat diterapkan secara luas melalui

kolaborasi dengan berbagai pihak yang terlibat dalam peningkatan mutu dunia

(26)

96

dan lembaga-lembaga serta individual yang ikut berkecimpung dalam penataan

dunia pendidikan ke arah yang lebih baik dan dapat disosialisasikan kepada

praktisi pendidikan dengan adanya kebijakan yang dirumuskan oleh pihak-pihak

yang berwenang di bidangnya. Penyusunan program supervisi sebagai salah satu

upaya pengenalan supervisi model ilmiah kepada pengawas dan kepala sekolah

juga dapat dilakukan dengan mendatangkan instruktur daerah atau nasional yang

kompeten di bidangnya, sehingga pelatihan yang dilakukan dapat memberikan

ilmu/keterampilan yang dapat diterapkan. Selain itu, dinas diharapkan juga dapat

mengupayakan penyediaan literatur/bahan bacaan yang membahas implementasi

supervisi akademik model ilmiah secara detail untuk memberikan gambaran yang

jelas sehingga dapat dijadikan sebagai sumber atau pedoman dalam pelaksanaan

di lapangan.

Supervisi akademik model ilmiah sangat dianjurkan untuk digunakan

karena mampu memberikan solusi secara nyata mengenai suatu permasalahan

yang dihadapi guru kimia khususnya sehingga pemahaman dan kemahiran guru

meningkat.Supervisi akademik model ilmiah dapat diaplikasikan sebagai salah

satu teknik untuk membina/melatih suatu keterampilan kepada guru, baik itu

keterampilan menggunakan alat/media maupun keterampilan dalam mengajar.

Selain itu, kajian penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan

rujukan dan pembanding bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian lebih

lanjut dengan menerapkan teknik supervisi demonstrasi untuk membina/melatih

keterampilan guru dalam bidang yang berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan

memberikan motivasi untuk terus melakukan inovasi baru dalam menghadapi

(27)

97

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka dapat diidentifikasi saran-saran sebagai berikut:

1. Dinas pendidikan sebagai lembaga yang berwenang dalam hal perumusan

kebijakan diharapkan mampu menyusun program supervisi akademik

model ilmiah untuk mengenalkan model ini kepada para kepala sekolah

dan pengawas;

2. Pengawas sekolah sebagai individu yang terlibat dalam hal penjaminan

mutu pendidikan diharapkan mampu menerapkan supervisi akademik

model ilmiah dalam melatih/membina guru sebagai upaya peningkatan

kemampuan mengajar guru;

3. Kepala sekolah sebagai individu yang terlibat secara langsung dalam

proses pemantauan kualitas kinerja guru di lingkungan sekolah,

diharapkan dapat memberikan contoh teladan dalam hal pengajaran

dengan menstranfer dan mengkomunikasikan pengetahuannya melalui

penerapan supervisi akademik model ilmiah;

4. Guru sebagai rekan seprofesi diharapkan mampu menerapkan supervisi

akademik model ilmiah ini dalam membina rekan sejawat dengan

melakukan sharing pengetahuan/keterampilan yang dapat meningkatkan

profesionalisme kerja;

5. Sebagai bahan informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya,

diharapkan peneliti lain dapat menerapkan model supervisi akademik ini

(28)

98

DAFTAR PUSTAKA

Ametembun. 2007. Supervisi Pendidikan. Bandung: Penerbit Suri

Arikunto, S. 2010. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. 2010. Dasar-dasar Supervisi. Yogyakarta: Rineka Cipta

As’ad, Moh. 1995. Psikologi Industri . Yogyakarta: Liberty

Atmodiwiryo, S. 2011. Manajemen Pengawasan dan Supervisi Sekolah. Jakarta: Ardadizya Jaya

Danim, S. 1994. Tranformasi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Daryanto. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Dharma, A. 1998. Perencanaan Pelatihan. Jakarta: Pusdiklat Pegawai Depdikbud

Glickman, C.,D. 1981. Developmental Supervision Alternative Practices for Helping Teachers Improve Instruction. Virginia: Asscociation for Supervision and Curriculum Development

Janawi. 2011. Kompetensi Guru: Citra Guru profesional. Bandung: Alfabeta

Kompas.Com.2012. Hasil UKA Nasionl. http://pengawas20.wordpress.com /2012/03/20/hasil-uji- kompetensi- awal-uka- secara-nasional/).

Kunandar. 2007. Guru Profesional: Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Grafindoa

Maryono. 2011. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Mantja,W. 2001. Makalah. ”Organisasi dan Hubungan Kerja Pengawas Pendidikan”. disampaikan dalam rapat Konsultasi Pengawasan antara Inspektorat jenderal Departemen Pendidikan nasional Dengan Badan Pengawasan Daerah di Solo

Mulyasa. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

(29)

99

Mertler, C., A. 2011. Action Research: Mengembangkan Sekolah dan Memberdayakan Guru. Alih Bahasa Daryanto. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Muslim, S.,B. 2010. Supervisi pendidikan Meningkatkan kualitas Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta

Pidarta, M. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta

Prasojo, L., D. dan Sudiyono. 2011. Supervisi pendidikan. Yogyakarta: Gava Media

Purba, Sukarman. 2010. Kinerja Pemimpin Jurusan di Perguruan Tinggi; Teori Konsep dan Koleratnya. Yogyakarta: LaksBang

Purwanto, N. 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung. Remaja Rosda Karya

Robbins, S. dan Timothy, A.,J. 2008. Perilaku Organisasi; Buku Terjemahan, Jakarta. Gramedia

Sagala, S. 2010. Supervisi pembelajaran. Bandung: Alfabeta

_______. 2010. Supervisi untuk Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta

_______. 2010. Managemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sahertian, P.,A. 2008. Konsep dasar dan tehnik supervisi pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia. Jakarta: Rineka Cipta

Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cetakan ke-8. Jakarta: Kencana Prenada Media

Sergiovanni, T., J. dan Starratt, R.,J. 1993. Supervision A Redefinition. NewYork: McGraw-Hill, Inc.

Siagian, S., P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Soetjipto dan Kosasi. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta

Sudijono, A. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarata: Raja Grafindo Persada.

Sudjana, N. 2010. Supervisi Akademik Membina Profesionalisme Guru melalui Supervisi Klinis. Jakarta: Binamitra-Publishing

(30)

100

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Trianto. 2010. Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana Pradana Media Group

Usman. 2011. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara

Sunarto, W. 2013. Jurnal Dinamik ISSN 0854-2172.“Peningkatan Kualitas Pembelajaran Guru melalui Model Supervisi Artistic dengan Strategi Focus Group Discussion” . Vol.3. Semarang.

(31)

101

DAFTAR BACAAN

Danim, Sudarwan, 1994, Tranformasi Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara,

Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri, 1994, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Usaha Nasional, Surabaya.

Imron, Ali, 1995, Pembinaan Guru di Indonesia, Pustaka Jaya, Jakarta.

Roestiyah, NK, 1986, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Bina Aksara, Jakarta.

Samana, A. 1994. Profesionalisme Keguruan, Kanisius, Yogyakarta.

Sardiman, AM, 1986, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, CV. Rajawali, Jakarta.

Sudjana, Nana, 1989, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung.

Wijaya, H. ES dan Tabrani Rusyan, 1992, Profesionalisme Tenaga

Gambar

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Sekolah….…………………………. 58

Referensi

Dokumen terkait

Bila laju perubahan populasinya setiap saat sebanding dengan besarnya populasi saat itu, maka masalah yang muncul.. dinamakan Masalah Laju

Memenuhi PT Agronusa Alam Sejahtera telah memiliki izin yang sah, dibuktikan dengan keberadaan, kelengkapan dan keabsahan dokumen perizinan (SK IUPHHK beserta peta lampirannya),

136/Menhut-II/2004 tanggal 4 Mei 2004 tentang Penunjukan Kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas ± 509,42 ha di Kawasan Hutan Praipahamandas Register Tanah Kehutanan

Keempat , validasi ahli yang terdiri dari 4 orang validator (ahli materi, ahli pembelajaran, ahli bahasa, dan ahli tampilan (kegrafikan), ahli instrumen melalui forum focus

Selain itu, hasil penelitian tersebut juga di dukung oleh Sohail et al (2013) yang menyatakan bahwa pasien stroke dengan kadar HDL yang rendah memilki

Wilayah yang terklasifikasi sebagai KRB I yaitu di Kelurahan Jatibaru, Kelurahan Jatiwangi, dan Kelurahan Melayu (Kecamatan Asakota); Kelurahan Lewirato, Kelurahan

Untuk menuangkan ide atau memecahkan masalah-masalah pokok organisasi, dibutuhkan sebuah komunikasi yang baik dari seorang komunikator kepada

Peran orang tua sangatlah penting dalam proses perawatan anak tunagrahita, karena antara orang tua dan anak mempunyai ikatan emosional yang lebih besar