UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI POKOK ARITMATIKA SOSIAL DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK T.A 2012/2013
Oleh:
Desi Winna Hutajulu NIM. 408111038
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Dengan kerendahan hati penulis mengucap syukur ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas bimbingannya penulis dapat menyelesaikan penelitian
sampai penulisan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Model Pembelajaran Problem
Based Learning pada Materi Pokok Aritmatika Sosialdi Kelas VII SMP Negeri 1
Patumbak T.A 2012/12013”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si beserta seluruh Pembantu
Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku
Dekan FMIPA UNIMED beserta Pembantu Dekan I, II, dan III di lingkungan
FMIPA UNIMED, Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku Ketua Jurusan
Matematika, Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku Ketua Program Studi Jurusan
Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Matematika dan kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai
Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis. Ucapkan
terima kasih kembali kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd sebagai Dosen
Pembimbing Skripsi dan kepada Ibu Drs. Nerli Khairani, M.Si sebagai Dosen
Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan
saran-saran kepada penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd,
Drs. W.L Sihombing, M.Pd dan Ibu Dr.Izwita Dewi,M.Pd, yang telah
memberikan masukan dan saran-saran yang bermanfaat kepada penulis sampai
selesainya penyusunan skripsi ini. Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak
Drs. Zulkifli selaku Kepala SMP N 1 Patumbak, Ibu Rappita Siahaan,S.Pd dan
Bapak R. Manurung,S.Pd selaku guru Matematika serta staf Tata Usaha SMP
v
Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada ayahanda S.Hutajulu,
Ibunda R. Situmorang (Alm), abang dan kakak penulis beserta seluruh sanak
keluarga yang sudah berdoa dan memberikan dorongan semangat dan dana
kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UNIMED.
Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk doa dan dukungan dari
Frendy Sirait, teman-teman terbaikku, Christina EW Manalu, Ervides Samosir
dan teman-teman seangkatan 2008 terkhusus untuk kelas B – R. Terima kasih
buat semua teman-teman yang tidak mungkin disebutkan satu persatu karena
kalian semua memiliki andil yang sangat besar dalam hidupku.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini sederhana dan jauh dari
sempurna. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran dan
kritik. Semoga skripsi ini berguna bagi penulis maupun pihak yang memerlukan.
Medan, Januari 2013
Penulis
ii
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI POKOK ARITMATIKA SOSIAL DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK T.A 2012/2013
Desi Winna Hutajulu ( 408111038) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatkan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning pada materi Aritmatika Sosial di SMP Negeri 1 Patumbak Tahun Ajaran 2012/2013.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 SMP Negeri 1 Patumbak yang berjumlah 35 orang. Objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning pada materi Aritmatika Sosial di kelas VII-1 SMP Negeri 1 Patumbak.
Alat yang digunakan untuk menggumpulkan data adalah tes dan lembar observasi. Tes yang diberikan adalah tes awal, tes kemampuan pemecahan masalah I, dan tes kemampuan pemecahan masalah II sedangkan observasi yang digunakan adalah observasi aktivitas siswa dan observasi aktivitas guru. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari tiga pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuannya 2 x 40 menit.
Pada siklus I dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran
Problem Based Learning. Hasil analisis data adalah (1) Rata-rata hasil observasi aktivitas siswa adalah 50,60% (kategori kurang aktif) dan secara klasikal terdapat 8 siswa (11,43%) yang memperoleh PAS ≥ 60% (2) Hasil rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah adalah 58,07% (kategori kurang baik) dan secara klasikal terdapat 17 siswa (48,57%) siswa yang memperoleh nilai ≥ 65%. Karena rata-rata aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa belum terselesaikan maka penelitian dilanjutkan ke siklus II.
Pada siklus II dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran
Problem Based Learning disertai upaya-upaya yang diperbaiki dari hasil refleksi pada siklus I dan hasil analisis data adalah (1) Rata-rata hasil observasi aktivitas siswa adalah 72,14% (kategori aktif) secara klasikal terdapat 31 siswa (88,57%) yang memperoleh PAS ≥ 60% (2) Hasil rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah adalah 83,61% secara klasikal terdapat 31 siswa (86,11%) siswa yang memperoleh nilai ≥ 65%. Karena rata-rata aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah sudah terselesaikan maka pembelajaran hanya sampai siklus ini. Berdasarkan hasil tindakan I dan II, disimpulkan bahwa model pembelajaran
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar xi
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 9
1.3 Batasan Masalah 9
1.4 Rumusan Masalah 9
1.5 Tujuan Penelitian 10
1.6 Manfaat penelitian 10
1.7 Definisi Operasional 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis 12
2.1.1 Pengertian Belajar 12
2.1.1 Pembelajaran Matematika Sekolah 13
2.1.3 Aktivitas Belajar 15
2.1.4 Masalah dalam Matematika 18
2.1.5 Pemecahan Masalah Matematika 21
2.1.6 Kemampuan Pemecahan Masalah 22
2.1.7 Model Pembelajaran Problem Based Learning 26
vii
2.1.7.1 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran 31
Problem Based Learning
2.1. 8 Kajian Materi Aritmatika Sosial 32
2.2 Kerangka Konseptual 38
2.3 Kajian Penelitian yang Relevan 40
2.4 Hipotesis Tindakan 41
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 42
3.2 Subjek dan Objek Penelitian 42
3.2.1 Subjek Penelitian 42
3.2.2 Objek Penelitian 42
3.3 Jenis Penelitian 42
3.4 Prosedur Penelitian 43
3.5 Instrumen Pengumpulan Data 47
3.5.1 Tes 47
3.5.2 Observasi 49
3.6 Teknik Analisis Data 49
3.6.1 Reduksi Data 49
3.6.2 Interpretasi Data 49
3.6.3 Paparan Data 56
3.6.4 Simpulan Data 56
3.7 Indikator Keberhasilan Penelitian 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian Siklus I 58
4.1.1 Permasalahan I 58
4.1.2 Perencanaan Tindakan I 59
viii
4.1.4 Observasi I 61
4.1.5 Analisis Data I 62
4.1.5.1 Analisis Data Hasil observasi Aktivitas Guru I 62
4.1.5.2 Analisis Data Hasil observasi Aktivitas Siswa I 63
4.1.5.3 Analisis Data Tes Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah I 66
4.1.6 Refleksi I 69
4.2 Hasil Penelitian Siklus II 70
4.2.1 Permasalahan II 70
4.2.2 Perencanaan Tindakan II 70
4.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 71
4.2.4 Observasi II 73
4.2.5 Analisis Data II 74
4.2.5.1 Analisis Data Hasil Observasi Aktivitas Guru II 74
4.2.5.2 Analisis Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa II 75
4.2.5.3 Analisis Data Tes Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah II 78
4.2.6 Refleksi II 80
4.3 Deskripsi Peningkatan Aktivitas Belajar dan Kemampuan 81
Pemecahan Masalah Siswa
4.3.1 Deskripsi Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa 81
4.3.2 Deskripsi dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 84
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 90
5.2 Saran 91
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Sintaks model pembelajaran 29
Problem Based Learning
Tabel. 3.1 Pedoman penskoran aktivitas guru 50
mengelolah pembelajaran
Tabel 3.2 Kriteria penilaian observasi guru 52
Tabel 3.3 Pedoman penskoran observasi aktivitas belajar siswa 53
Tabel 3.4 Pedoman penskoran pemecahan masalah matematika 55
Tabel 3.5 Kemampuan siswa dalam pemecahan masalah 56
Tabel 4.1 Deskripsi kemampuan pemecahan masalah siswa pada 58
tes diagnostik
Tabel 4.2 Deskripsi observasi aktivitas guru mengelolah 63
pembelajaran siklus I
Tabel 4.3 Deskripsi observasi aktivitas siswa siklus I 64
Tabel 4.4 Rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa siklus I 65
Tabel 4.5 Deskriptif tingkat penguasaan siswa pada tes 67
kemampuan pemecahan masalah I
Tabel 4. 6 Deskripsi tingkat penguasaan siswa pada siklus I 68
Tabel 4.7 Deskripsi observasi aktivitas guru mengelolah 74
pembelajaran siklus II
Tabel 4.8 Deskripsi hasil observasi aktivitas siswa siklus II 75
Tabel 4.9 Rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa siklus II 77
Tabel 4.10 Deskripsi kemampuan pemecahan masalah siswa pada 78
siklus II
Tabel 4.11 Deskripsi tingkat penguasaan siswa pada tes 80
kemampuan pemecaahan masalah II
Tabel 4.12 Perbandingan aktivitas siswa siklus I dan aktivitas siklus II 81
Tabel 4.13 Perbandingan nilai siklus I dan siklus II 84
Tabel 4.14 Perbandingan rata-rata tahapan pemecahan masalah siklus I 86
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Jawaban siswa 1 5
Gambar 1.2 Jawaban siswa 2 6
Gambar 1.3 Jawaban siswa 3 6
Gambar 3.1 Alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas 43
Gambar 4.1 Diagram rata-rata aktivitas siswa 83
Gambar 4.2 Diagaram persentase jumlah siswa yang memiliki 83
PAS ≥ 60%
Gambar 4.3 Diagram nilai rata-rata tes kemampuan 85
pemecahan masalah
Gambar 4.4 Diagaram persentase jumlah siswa yang memiliki tes 86
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I Siklus I 94
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II Siklus I 104
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) III Siklus II 114
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IV Siklus II 122
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa I Siklus I 131
Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa II Siklus I 136
Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa III Siklus II 140
Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa IV Siklus II 144
Lampiran 9 Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah Matematika 148
Lampiran 10 Kisi- Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 149
Matematika (TKPM) I
Lampiran 11. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TPKM) I 150
Lampiran 12. Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan 152
Masalah (TPKM) I
Lampiran 13 Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 156
Lampiran 14 Kisi- Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 162
Matematika (TKPM) II
Lampiran 15 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TPKM) II 163
Lampiran 16 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan 165
Masalah (TPKM) I
Lampiran 17 Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 168
Lampiran 18 Pedoman Penskoran Observasi Aktivitas Belajar Siswa 174
Lampiran 19 Lembar Observasi Aktivitas Guru Mengelola 178
Pembelajaran Siklus I
Lampiran 20 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 180
Lampiran 21 Lembar Observasi Aktivitas Guru Mengelola 184
Pembelajaran Siklus II
xii
Lampiran 23 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 192
Berdasarkan Langkah- Langkah Pemecahan Masalah
Lampiran 24 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 193
Berdasarkan Langkah- Langkah Pemecahan Masalah
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Oleh sebab itu, matematika dijadikan
salah satu ilmu dasar yang sangat penting diajarkan di setiap jenjang pendidikan.
Dalam pembelajaran matematika dituntut untuk berpikir logis, sistematis, kritis,
dan teliti untuk mengolah informasi, atau memecahkan suatu masalah sehingga
berguna dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bahasa atau sebagai
pengembangan sains dan teknologi. Seperti dikemukan Cornelius (dalam
Abdurrahman, 2003:253) bahwa :
“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”.
Selanjutnya Hudojo (1988:3) juga mengatakan bahwa :
“Matematika berfungsi mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Merupakan pengetahuan yang esensial sebagai dasar untuk bekerja seumur hidup dalam abad globalisasi. Karena itu tingkat penguasaan matematika pada tingkat tertentu diperlukan bagi semua siswa agar kelak dalam hidupnya mendapat pekerjaan yang baik”.
Berdasarkan kutipan di atas disimpulkan bahwa matematika akan
menuntun seseorang untuk berpikir logis, teliti dan penuh perhitungan yang
nantinya akan bermanfaat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Maka dari itu, tidak diragukan lagi bahwa setiap anak didik harus mendapat
pelajaran matematika di sekolah. Jadi, penting bagi kita terutama siswa untuk
menyadari manfaat matematika sebagai subjek yang sangat penting dalam
peradaban manusia, terutama dalam sistem pendidikan di seluruh dunia. Hal ini
terlihat dari matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa
2
Oleh karena itu, kualitas pendidikan matematika di Indonesia hendaknya
ditingkatkan seiring dengan perkembangan zaman. Dan berbicara masalah
peningkatan kualitas pendidikan tidak lepas dari upaya peningkatan kualitas
proses dan hasil pembelajaran. Karena pada kenyataannya sampai saat ini kualitas
pendidikan di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan Negara
lain, terutama pada bidang studi matematika. Hal tersebut ditunjukkan dari
beberapa fakta, seperti Hasil Programme for Internasional Student Assessment
(PISA) 2009, kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat 61 dari 65
negara untuk bidang matematika, dan juga peringkat 60 dari 65 negara untuk
bidang Sains. Ini menujukkan bahwa pengajaran matematika yang sekarang
belum mampu mengangkat kualitas pendidikan Indonesia terutama pada bidang
matematika. Senada dengan keterangan di atas, Saripudin (dalam
(http://www.tubasmedi.com.2011) mengemukakan bahwa:
“Analisa mendalam terhadap Ujian Nasional (UN) 2011 matematika menjadi mata pelajaran tersulit, disusul Bahasa Indonesia, kemudian Bahasa Inggris. Sebanyak 2.391 siswa atau 51,44 persen dinyatakan tidak lulus matematika. Sementara 1.780 siswa atau 38,43 persen tidak lulus Bahasa Indonesia. Dan sebanyak 152 siswa atau 3,27 persen tak lulus Bahasa Inggris.
Rendahnya kualitas pendidikan khususnya dibidang matematika
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya, pelajaran matematika disajikan
dalam bentuk yang kurang menarik dan terkesan sulit untuk dipelajari sehingga
banyak siswa yang tidak merespon pelajaran dan merasa bosan. Abdurrahman
(2003:252) mengemukakan bahwa: “Dari bidang studi yang diajarkan di sekolah,
matematika merupakan bidang studi yang dianggap sulit oleh para siswa baik
yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih yang berkesulitan belajar”.
Kesulitan terletak pada sulitnya siswa menyelesaikan soal cerita
matematika serta kurangnya petunjuk langkah-langkah yang harus ditempuh
dalam membuat kalimat matematika. Abdurarahman (2003 : 257) mengemukakan
bahwa “Dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami
banyak kesulitan. Kesulitan tersebut tampak terkait dengan pengajaran yang
3
petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh”. Kesulitan belajar
matematika mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah siswa rendah. Siswa
cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika dan hanya mencatat,
meskipun mereka tidak memahami apa yang mereka hapal dan catat sehingga
sewaktu siswa diberikan masalah matematika mereka tidak mengerti bagaimana
cara untuk menyelesaikannya dengan konsep yang telah mereka hafal.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
disebabkan oleh metode pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Seperti
model pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi dan cenderung monoton
yang melibatkan siswa pasif dan tidak termotivasi. Sehingga siswa merasa jenuh
dan bosan yang menyebabkan pencapaian kemampuan dan hasil belajar tidak
optimal. Oleh karean itu, guru harus dituntut untuk menciptakan dan menerapkan
suatu strategi dalam pembelajaran yang mampu membangkitkan aktivitas siswa
dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah.
Pemecahan masalah meminta siswa untuk mengenal dan merumuskan
masalah, menetapkan kecukupan dan kekonsistenan data, menggunakan
strategi-strategi, data, model dan matematika yang relevan, menggunakan penalaran dalam
seting baru, menilai kebenaran dan kelayakan jawaban. Situasi pemecahan
masalah meminta siswa untuk mengaitkan semua pengetahuan matematik mereka
tentang konsep, prosedur, penalaran dan ketrampilan representasi/komunikasi.
Proses pembelajaran di kelas yang mengkondisikan siswa untuk belajar
memecahkan dan menemukan kembali ini akan membuat para siswa terbiasa
melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu. Dengan kegiatan seperti ini,
diharapkan para siswa akan dapat memahami konsep, rumus, prinsip, dan
teori-teori matematika sambil belajar memecahkan masalah. Intinya, suatu rumus,
konsep, atau prinsip dalam matematika, seyogianya ditemukan kembali oleh para
siswa di bawah bimbingan guru.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa, hendaknya guru berusaha melatih dan membiasakan siswa melakukan
4
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dibutuhkan peran aktif
siswa. Cara belajar aktif merupakan cara belajar yang dituntut dari siswa agar
mereka dapat meningkatkan prestasi belajar. Oleh karena itu perlu diusahkan
suatu pendekatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam proses belajar
mengajar. Seperti yang dikemukan Sadirman (2009:97) “dalam belajar sangat
diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin
berlangsung dengan baik”. Namun, pada kenyataannya masih banyak guru yang
tidak memberi ruang kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Guru
sebagai pusat dalam pembelajaran sementara siswa hanya melakukan sesuai
dengan yang dipikirkan oleh guru. Siswa hanya bersifat pasif, hanya mengikuti
langkah-langkah penyelesaian soal yang mirip dengan soal yang dikerjakan guru,
dan apabila soal diganti dengan yang lain maka siswa akan kebingungan
mengerjakannya.
Piaget (dalam Dimyati dan Mudjiono,2009:13) berpendapat bahwa:
“pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi
terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan
adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang”.
Ini berarti bahwa dalam belajar dibutuhkan aktivitas secara sadar oleh individu
sebab belajar berarti melakukan perubahan pengetahuan untuk mencapai tujuan.
Perubahan pengetahuan merupakan hasil interaksi dari aktivitas belajar dalam
bentuk reaksi terhadap kondisi lingkungan belajar. Bila kondisi lingkungan belajar
kondusif maka respon yang akan diberikan siswa akan menunjukan bahwa
kegiatan belajar mengajar lebih efektif.
Rohani (2004:7) mengemukan bahwa: “pada sekolah yang bercorak
klasik, gurulah yang aktif, yang melakukan segala sesuatu untuk peserta didik.
Peserta didik pasif, menekan apa yang diberikan dan telah dipikirkan oleh guru”.
Banyak fakta menunjukkan pada saat pembelajaran berlangsung sebagian besar
siswa kurang antusias menerimanya, siswa lebih bersifat pasif, enggan, takut atau
malu untuk mengemukakan pendapatnya. Kondisi aktivitas siswa yang rendah
5
dilakukan pada 15 Maret 2012, jika ditinjau dari cara belajar yang dilakukan oleh
siswa, diketahui bahwa dari 37 jumlah siswa tidak ada siswa yang memberikan
tanggapan terhadap materi yang dipelajari guru yang aktif dalam pembelajaran.
Jika guru memberikan pertanyaan hanya 2 orang saja yang aktif dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Tidak jarang pula aktivitas yang terjadi
terkesan dipaksakan misalnya siswa baru menjawab pertanyaan gurunya bila
sudah mendapat perintah dan ditunjuk oleh gurunya. Tidak ada siswa yang berani
bertanya kepada guru tentang hal yang kurang dipahaminya. Peneliti juga
menemukan beberapa fakta, terdapat kendala kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang ditemukan peneliti dari jawaban siswa pada materi pokok
aritmatika sosial. Sebelumnya peneliti memberikan soal yaitu:
Budi membeli sepeda seharga Rp200.000,00, kemudian dijual kepada Amir
dengan harga Rp240.000,00, berapakah persentase untung yang diperoleh Budi?
Dari jawabn yang diberikan siswa diperoleh:
(1)Siswa tidak dapat memahami soal sehinga siswa tidak dapat menentukan
apa yang diketahui dan ditanya pada soal.
Gambar 1.1 Jawaban siswa 1
(2)Siswa tidak dapat memilih konsep yang benar untuk menyelesaikan
6
Gambar 1.2 Jawaban siswa 2
(3) Siswa tidak melaksanakan pemecahan masalah dengan baik
Gambar 1.3 Jawaban siswa 3
Dari keseluruhan jawaban siswa peneliti menemukan kendala pada
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Patumbak yang
berjumlah 37 siswa yang diberi tes tentang materi pokok aritmatika sosial yaitu:
48,6% (18 siswa) menulis yang diketahui dan ditanya pada soal dengan benar ,
48,6% (18 siswa) menulis rumus yang relevan dengan soal dengan lengkap,
16,2% (6 siswa) yang menggunakan langkah-langkah penyelesaian dan memiliki
solusi yang benar, dan 97,3% (36 siswa) tidak ada pemeriksaan kembali terhadap
jawabannya. Selain itu, dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak
R.Manurung,S.Pd salah satu guru matematika kelas VII SMP Negeri 1 Patumbak,
diketahui bahwa siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita yang
menggambarkan masalah yang berhubungan dengan aritmatika sosial dan banyak
siswa yang bermain dan tidak serius ketika guru menerapkan metode diskusi.
Hanya beberapa orang siswa saja yang aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan
7
masalah matematika siswa di kelas VII SMP Negeri 1 Patumbak pada materi
pokok aritmatika sosial masih rendah dan diperlukan suatu tindakan untuk
mengatasi masalah tersebut.
Menyadari hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep matematika yang sejalan juga dalam
peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dalam
kehidupan sehari-hari dan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran
matematika khususnya materi pokok aritmatika sosial. Model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat dijadikan alternative yang diharapkan
mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam arti siswa harus aktif,
saling berinteraksi dengan teman-temannya, saling tukar informasi, dan
memecahkan masalah sehingga tidak ada siswa yang pasif dalam menyelesaikan
masalah pelajaran, yang ada adalah untuk menuntaskan materi belajarnya.
Sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
dan aktivitas siswa. Dalam prosesnya PBL dilaksanakan sistematis dan adanya
interaksi seperti yang dikemukan Howard (dalam Amir 2009:21) :
“Problem Based Learning adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah yang siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari”.
Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan salah satu model pembelajaran yang dimulai dengan pemberian
masalah kepada siswa. Ciri-ciri pembelajaran masalah adalah melibatkan masalah
yang memiliki konteks dengan dunia nyata, memampukan siswa terampil
memecahkan masalah, mengembangkan materi pengetahuan melalui bimbingan
dan penyediaan sumber belajar. Model ini dilakukan secara berkelompok untuk
merumuskan masalah dan memecahkan masalah. Seperti yang dikemukan Arends
8
paling sering secara berpasangan atau dalam bentuk kelompok-kelompok kecil”.
Sementara guru lebih banyak menfasilitasi dibanding memberikan materi.
Dalam pembelajaran matematika di SMP, materi pokok aritmatika sosial
merupakan materi yang sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Model
Pembelajaran PBL yang memberikan masalah yang dekat dengan dunia siswa
sangat cocok untuk materi aritmatika sosial ini karena simulasi transaksi jual beli
dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dalam penelitian ini akan diberikan
kepada siswa masalah-masalah tentang proses jual – beli, bagaimana memperoleh
keuntungan/laba dan kerugian dari proses jual–beli tersebut, bagaimana
menentukan bunga pada bank dan menentukan besarnya pajak yang harus
dibayar seseorang sehingga menjadi pengalaman tersendiri bagi siswa. Soal-soal
yang sering ditemui pada aritmatika sosial juga merupakan soal cerita yang dapat
melatih kemampuan pemecahan masalah pada siswa.
Dalam proses memecahkan masalah, siswa dituntut untuk aktif dalam
kegiatan pembelajaran untuk memecahkan masalah yang disediakan oleh guru.
Siswa harus mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir sesuai dengan
langkah-langkah yang ada pemecahan masalah agar dapat memecahkan soal yang
diberikan. Akibatnya mau tidak mau siswa harus ikut andil didalamya dan turut
serta aktif . Secara tidak langsung selama siswa melaksanakan kegiatan
pembelajaran untuk mencari pemecahan masalah, siswa telah belajar matematika
dengan baik dan memahami materi pelajaran yang dikerjakannya dan akhirnya
siswa berhasil mencari pemecahan dari masalah yang disediakan. Setelah siswa
berhasil mencari pemecahan masalahnya siswa akan merasa senang karena
merasa bahwa mereka dapat mengikuti pelajaran matematika dengan baik dan
dapat memotivasi mereka untuk selalu turut aktif dalam pembelajaran
matematika.
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk
9
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagi berikut :
1. Mutu pendidikan matematika di Indonesia masih rendah.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada umumnya masih
rendah.
3. Model mengajar yang digunakan oleh pengajar kurang melibatkan siswa
sehingga aktivitas siswa terbatas dalam mempelajari matematika pada
materi pokok aritmatika sosial.
4. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di kelas VII SMP
Negeri 1 Patumbak pada materi aritmatika sosial masih rendah.
1.3 Batasan Masalah Penelitian
Untuk lebih mengarahkan penelitian yang dilakukan sehingga terfokus
dan spesifik akan lebih baik jika dilakukan pembatasan masalah. Penelitian
yang dilakukan dibatasi pada meningkatkan aktivitas dan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa melalui model pembelajaran Problem
Based Learning pada materi pokok aritmatika Sosial di kelas VII SMP Negeri
1 Patumbak Tahun Ajaran 2012/2013.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka
yang menjadi rumusan masalah adalah:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
dapat meningkatkan aktivitas siswa pada materi pokok aritmatika
sosial di kelas VII SMP Negeri 1 Patumbak tahun ajaran 2012/2013?
2. Bagaimana penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada materi
pokok aritmatika sosial di kelas VII SMP Negeri 1 Patumbak tahun
10
1.5 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan yang di capai pada penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas siswa pada
materi pokok aritmatika sosial di kelas VII SMP Negeri 1 Patumbak
tahun ajaran 2012/2013.
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah pada materi pokok aritmatika sosial di kelas VII
SMP Negeri 1 Patumbak tahun ajaran 2012/2013.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dan masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas
pendidikan, terutama:
1. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model
pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa pada materi pokok aritmatika
sosial.
2. Diharapkan melalui model pembelajaran Problem Based Learning siswa
dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika
khususnya pada materi pokok aritmatika social.
3. Bagi peneliti: sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan
pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah
dalam menjalankan tugas pengajar sebagai calon pengajar di masa yang
akan datang.
4. Bagi sekolah: sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka
11
5. Bahan perbandingan bagi peneliti lain, yang membahas dan memilih
permasalahan yang sama.
1.7 Definisi Operasional
Beberapa penjelasan istilah yang berhubungan dengan penelitian yang
akan dilakukan pada saat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas belajar siswa adalah segala bentuk kegiatan belajar yang
dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah
kemampuan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah yang
diberikan.
3. Model pembelajaran Problem Based Learning adalah salah satu
model pembelajaran yang dapat memberikan kondisi belajar aktif
kepada siswa dan melibatkan siswa untuk memecahkan masalah,
90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pada siklus I dilaksanakan pembelajaran sesuai langkah-langkah model
pembelajaran Problem Based Learning pada materi aritmatika sosial di kelas
VII SMP Negeri 1 Patumbak. Dari data hasil observasi diperoleh rata-rata
aktivitas siswa 50,60% (kategori kurang aktif) dan siswa yang memperoleh
PAS ≥ 60% ada 8 siswa (22,86%) secara klasikal aktivitas siswa tergolong
kurang aktif. Pada siklus II dilakukan pembelajaran sesuai langkah-langkah
model pembelajaran Problem Based Learning dengan pembagian waktu yang
lebih efektif, memperbanyak sesi tanya-jawab, dan menghampiri siswa yang
kurang aktif dalam diskusi. Dari hasil observasi diperoleh rata-rata aktivitas
siswa 72,14% (kategori aktif) dan jumlah siswa yang memperoleh PAS ≥
60% ada 31 siswa (88,57%) secara klasikal aktivitas siswa tergolong aktif.
2. Pada siklus I dilaksanakan pembelajaran sesuai langkah-langkah model
pembelajaran Problem Based Learning pada materi aritmatika sosial di kelas
VII SMP Negeri 1 Patumbak. Dari data hasil tes kemampuan pemecahan
masalah siswa pada siklus I nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa adalah
58,07% dan jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 65% (tuntas) adalah 17
siswa (48,57%) secara klasikal kemampuan pemecahan masalah belum tuntas.
Pada siklus II dilakukan pembelajaran sesuai langkah-langkah model
pembelajaran Problem Based Learning dengan lebih dulu menjelaskan
langkah-langkah pemecahan masalah dengan media charta. Dari hasil tes nilai
rata-rata kelas yang diperoleh siswa adalah 83,61% dan jumlah siswa yang
memperoleh nilai ≥ 65% (tuntas) adalah 31 siswa (86,11%) secara klasikal
kemampuan pemecahan masalah telah tuntas. Dari empat tahap-tahap
pemecahan masalah yang diukur peningkatan kemampuan pemecahan
masalah yang paling besar terjadi pada tahap perencanaan strategi
91
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini. yaitu:
1. Kepada siswa SMP Negeri 1 Patumbak hendaknya berlatih lagi dalam
menyelesaikan soal-soal dan berperan aktif dalam pembelajaran dan lebih
berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide..
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning hendaknya guru lebih dulu
menjelaskan langkah-langkah pemecahan masalah, menggunakan waktu
secara efektif, memperbanyak sesi tanya jawab dan menghampiri siswa
yang kurang aktif dalam diskusi.
3. Kepada Kepala SMP Negeri 1 Patumbak agar dapat mengkoordinasikan
guru-guru untuk menerpakan model pembelajaran yang relevan dan
inovatif untuk meningkatkan aktivitas dan kemampuan pemecahan
masalah siswa. Salah satunya model pembelajaran Problem Based
Learning.
4. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat
dijadikan pertimbangan untuk selanjutnya menerapkan pembelajaran
dengan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi
aritmatika sosial ataupun materi lain yang dapat dikembangkan untuk
92
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono., (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.
Amir, M Taufiq., (2009), Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Arends,Richard., (2008)., Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar, Penerbit Pusaka Pelajar, Yogjakarta.
Djamarah,Syaiful., (2011), Psikologi Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2010), BukuPedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Mahasiswa Program Studi Pendidikan, FMIPA Unimed.
Girsang,M., (2005), Analisis Kesulitan Siswa dalam Memahami Pokok Bahasan Volume Bangun Ruang di Kelas V SD Free Methodist T.A 2004/2005, skripsi, FMIPA Unimed, Medan.
Gulo,W., (2002), Strategi Belajar Mengajar,Penerbit PT Grasindo, Jakarta
Hudojo, H., (1988), Belajar Mengajar Matematika, Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan LPTK, Jakarta.
Hasugian, Turian., (2009) Penerapan Pendekatan Kontekstual Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA, Skripsi, FMIPA Unimed, Medan.
Kunandar. (2008), Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Penerbit PT RajaGrafindo, Jakarta
93
Rohani, Ahmad., (2004), Pengelolaan Pengajaran, Penerbit PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Sadirman.,A.M., (2010), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.
Saripudin., (2011), http://www.tubasmedia.com/ (accessed 22 Juni 2012)
Siantar,(2003), Penerapan strategi pembelajaran TTW (Think Talk Write) dengan Menggunakan LAS Untuk Meningkatkan aktivitas dan Hasil belajar siswa pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat di Kelas X-1 SMA Swasta HKBP Sidorame tahun Ajaran 2010/2011, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Sidabarida, Linda., (2010), Penerapan Model pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 10 Pematang Siantar T.A 2009/2010, Skripsi, FMIPA Unimed, Medan.
Slameto. (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjan, Nana.,(1989), Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sumardyono ., (2012), http:/P4tkmatematika.org/file/ promblensolving/Tahapan memecahkan Masalah.pdf) (accessed 07 Mei 2012)
Sumarmo,U., Dedy, E., Rahmat., (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk MeningkatkanPemecahan Masalah Matematika pada Guru dan Siswa SMA. Laporan Hasil Penelitian, FPMIPA, IKIP Bandung.
Tim Instruktur UNIMED., (2012), Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, UNIMED, Medan.
Trianto., (200), Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktif, Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta.