FUNGSI TANAH DAN KAITANNYA DENGAN KONFLIK TANAH PADA MASYARAKAT BATAK TOBA
(STUDI DI DESA LUMBAN SUHISUHI DOLOK KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian Syarat-syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH : Fernandes P Sinaga
NIM. 309122020
PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Fernandes Sinaga
Nim : 309122020
Jurusan : Pendidikan Antropologi
Fakultas : Ilmu Sosial
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah
benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan hasil jiblakan/plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atau
hukuman atas perbuatan tersebut.
Medan, Agustus 2013
Yang membuat pernyataan,
i ABSTRAK
FERNANDES SINAGA, NIM : 309122020, FUNGSI TANAH DAN KAITANNYA DENGAN KONFLIK TANAH PADA MASYARAKAT BATAK TOBA ( STUDI DI DESA LUMBAN SUHISUHI DOLOK KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR). FAKULTAS ILMU SOSIAL, UNIVERITAS NEGERI MEDAN, 2013.
Pembimbing : Supsiloani, S. Sos, M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi tanah dan kaitannya dengan konflik tanah pada masyarakat Batak Toba dengan mengambil daerah penelitian di Desa Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk memahami dan menafsirkan makna dari suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia sehingga dapat memberikan gambaran sistematis. Penelitian ini tidak memakai sampel dan populasi tetapi memakai subjek dan objek penelitian sebagai pengganti dari sampel dan populasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa Hamoraon (kekayaan), hasangapon (kehormatan), hagabeon (beranak cucu) merupakan pandangan dan cita-cita hidup masyarakat Batak Toba di Desa Lumban Suhisuhi Dolok yang harus direalisasikan dalam kehidupannya. Dalam merealisasikan prinsip dan cita-cita hidup,mereka menganggap kekayaan merupakan jalan bagi tercapainya hasangapon (kehormatan), kekuasaan dan hagabeon (beranak cucu). Bagi masyarakat Batak Toba tanah dianggap jalan mendapatkan kekayaan sehingga masyarakat Batak Toba berlomba-lomba untuk memiliki tanah. Disamping berfungsi sebagai penambah kekayaan, tanah terutama tanah warisan juga memiliki fungsi dan nilai yang lain yakni sebagai pelambang status (harga diri), pelambang identitas keturunan dan mengandung nilai ekonomis. Beragamnya nilai dan fungsi tanah bagi masyarakat Batak Toba tidak jarang menjadi pemicu terjadinya konflik tanah dikalangan masyarakat Batak Toba.
Dan penulis pada akhirnya menyimpulkan bahwa hal mendasar yang menyebabkan terjadinya konflik tanah antar marga sinaga di Desa Lumban Suhusuhi Dolok Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir adalah faktor ekonomi. Sikap dan karakter masyarakat Batak Toba yang masih lekat dengan sikap iri hati, pencemburu dan dengki menjadi faktor pendorong bagi terjadinya konflik tanah tersebut. Alasan-alasan lain seperti nilai historis tanah dan nilai geneologis tanah hanya sebagai alasan semata saja.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan penyertaanNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Fungsi Tanah dan Kaitannya dengan Konflik Tanah Pada Masyarakat
Batak Toba : Studi di Desa Lumban Suhisuhi Dolok, Kecamatan Pangururan,
Kabupaten Samosir”.
Penulis juga tidak lupa menyampaikan rasa terimakasih bagi pihak-pihak
yang telah memberikan motivasi maupun kontribusi bagi penulis, sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini . Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Medan, Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Dr. Restu MS beserta jajarannya yang telah
memberikan segala kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Antropologi, Ibu Puspitawati,
M,Si yang telah memberikan fasilitas dan motivasi dalam penyelesaian
skripsi ini.
4. Ibu Supsiloani, S.Sos, M.Si selaku pembimbing penulis yang telah
membimbing dan memberikan banyak masukan, arahan dan nasihat
kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. Tumpal Simarmata, M.Si selaku Dosen Pembimbing
Akademik penulis dan Ibu Murni Eva Rumapea, M.Si yang telah
memberikan masukan, nasehat dan motivasi selama proses penyelesaian
iii
6. Bapak Payerli Pasaribu, M.Si dan Bapak Bahrul Khair Amal, M.Si
selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam
perbaikan dan penyelesaian skripsi ini.
7. Bapakku, J. Sinaga dan Omakku, D br. Siregar yang telah membimbing
penulis hingga sampai pada saat ini juga memberikan motivasi tidak
terhitung baik secara materi dan nonmateri sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
8. Amang boru Soter Sijabat Selaku Kepala Desa Lumban Suhisuhi Dolok
yang telah memberikan izin penelitian dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Oppung Sartika Sinaga dan Oppung Ama Junedi Sinaga yang telah
memberikan penginapan juga atas waktu yang diberikan sehingga penulis
dapat melakukan wawancara dengan lancar.
10.Oppung Bertus Sinaga yang telah memberikan waktunya untuk bercerita
panjang lebar guna melengkapi data skripsi ini.
11.Nanguda dan Amanguda ama Taty Sinaga yang telah membantu penulis
dalam melakukan wawancara serta membantu penulis dalam melakukan
pendekatan dengan informan.
12.Abangku Surung Sinaga, Tommi Sinaga dan adikku Mardianto Sinaga
dan Yatno Sinaga yang telah memberikan bantuan dana kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak lupa juga itoku Oslin Devita
Sinaga dan Rina Sinaga ( anggiat ma boi hita marsiurup-urupan diakka
iv
13. Hasianku sekaligus Paribanku Citra br. Siregar yang selalu
mengingatkan penulis agar menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
14.Teman-teman terbaikku Juniandi Sinaga, Haposan Situmorang, Arjuna
Bakkara, Fretdy Manurung, Gunawan Manalu (Panggarabbas Voice) atas
kebersamaan baik suka maupun duka dalam melewati masa-masa kuliah
(ikkon do hita lao muse to repa village). Tidak lupa kawan-kawan JJS
crew, Kapan lagi kita main bolanya? terlebih buat teman-teman
Pendidikan Antropologi stambuk 2009 dan teman satu Pembimbing,
terimakasih atas kebersamaan kalian.
15.Itoku Renata Dumasari Sinaga (Botak) dan Reslina Sinaga. Terimakasih
atas kecerewetan kalian .
16.Chery Siregar, Roulina Sinambela, Serta kepada pihak-pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Tuhan membalas kebaikan
kalian serta diberikan berkat dan rahmatNya.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini belum begitu
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi semua pihak.
Medan, Agustus 2013 Penulis
v
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS 2.1. Kajian Pustaka ... 9
2.2. Kerangka Konseptual ... 10
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian ... 27
3.2. Metode Penelitian ... 27
3.3. Objek Dan Subjek Penelitian ... 29
3.3.1. Objek Penelitian ... 29
3.3.2. Subjek Penelitian ... 30
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 30
3.5. Teknik Analisis Data ... 33
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36
4.1.1. Keadaan Geografis ... 36
4.1.2 Keadaan Demografis ... 40
4.2. Pembahasan Dan Hasil Penelitian ... 47
4.2.1. Fungsi Dan Nilai Tanah Bagi Masyarakat Batak Toba... 47
4.2.2 . Sejarah Marga Sinaga... 57
4.2.3. Sejarah Tanah Sigaol Dan Sejarah Marga Sinaga Memiliki Tanah Di Desa Lumban Suhisuhi Dolok. ... 59
4.2.4. Konflik Perebutan Tanah Antar Marga Sinaga Dan Faktor Yang Melatarbelakangi ... 64
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 76 5.2. Saran ... 79
ix DAFTAR TABEL
TABEL 1 : Luas wilayah Desa Lumban Suhusuhi Dolok
Menurut Kepemilikannya... 37
TABEL 2 : Luas wilayah tiap desa di Kecamatan Pangururan... 38
TABEL 3 : Luas wilayah Desa menurut jenis penggunaan tanah... 39
TABEL 4 : Jumlah Penduduk tiap Desa di Kecamatan Pangururan
berdasarkan Jenis Kelamin... 41
TABEL 5 : Banyaknya Sekolah dan Jumlah siswa tiap kelas
viii
DAFTAR GAMBAR
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tanah mempunyai nilai dan fungsi yang sangat penting bagi manusia.
Tanpa tanah manusia tidak dapat hidup dan mendirikan bangunan serta
melakukan aktivitasnya sehari-hari. Tanah merupakan modal yang sangat
berharga bagi kehidupan manusia. Pada dasarnya tanah memiliki dua (2) fungsi.
Yang pertama tanah sebagai fungsi produksi yang artinya tanah sebagai benda
yang bernilai ekonomis dan yang kedua sebagai fungsi non produksi yang artinya
tanah memiliki arti religio-magis.
Setiap masyarakat memiliki persepsi yang berbeda terkait fungsi tanah. di
sebahagian masyarakat, misalnya Papua, tanah memiliki empat (4) fungsi yakni
fungsi ekonomi, budaya, religius dan politik. Hal yang demikian juga terjadi pada
masyarakat Batak Toba. Tanah bagi masyarakat Batak Toba selain memiliki
fungsi ekonomi, tanah juga memiliki fungsi budaya, religius dan politik.
Setiap masyarakat memiliki pandangan hidup (view of life). Pandangan
hidup (view of life) menjadi dasar bagi terbentuknya falsafah hidup
ditengah-tengah komunitas masyarakat tersebut. Begitu juga dengan masyarakat Batak
Toba. Bagi masyarakat Batak Toba falsafah hidup (view of life) dikenal dengan
istilah 3 H yakni Hamoraon, Hasangapon, dan Hagabeon. Alasannya, dengan
memiliki tanah yang luas maka seseorang dapat dikatakan mora ( kaya). Dengan
2 memiliki kekuasaannya. Dengan Hamoraon yakni memiliki tanah yang luas,
seorang individu akan memiliki wewenang yang lebih besar daripada individu
yang tidak memiliki tanah yang luas dan secara langsung akan mampu menaikan
status di dalam komunitasnya maupun masyarakat.
Pada masyarakat Batak Toba selain sebagai lambang Hamoraon, tanah
juga dianggap sebagai lambang kerajaan dan kekayaan. Pada sistem nilai Batak
Toba tradisional tanah merupakan lambang kekayaan dan kerajaan ( Purba : 1997)
. Bagi masyarakat Batak Toba, tanah terutama tanah warisan dianggap sebagai
wujud dari tubuh nenek moyang mereka yang senantiasa harus dijaga dan
dipertahankan.
Para orang tua selalu berusaha menekankan kepada anak-anaknya agar
satu di antara mereka ada yang kembali ke tanah kelahirannya (Bona Pasogit).
Banyak para orangtua berpesan kepada anak-anaknya jika nantinya mereka
meninggal dunia maka jenazahnya harus dikuburkan di tanah asalnya (tanah
kelahirannya). Jika tidak memungkinkan untuk berbuat demikian paling tidak
tulang-belulang (Holi-holi) harus di bawa dan di kembalikan ke tanah
kelahirannya. Oleh karena itu hampir setiap marga (keturunan) mempunyai
kuburan (simin) di tanah kelahiran (Bona Pasogit) yang merupakan lambang
harajaon bagi marga mereka.
Setiap marga mempunyai tanah (daerah) masing-masing sesuai dengan
marga yang melekat pada diri mereka. Marga Simarmata memiliki tanah (daerah)
di Desa Simarmata, marga Sihotang memiliki tanah (daerah) di Desa Sihotang,
3 maka setiap marga mempunyai tanah yang menjadi simbol dari marga yang
melekat pada dirinya. Tanah pada paparan ini menunjukan kawasan suatu marga
yang secara politik merupakan basis dari kelompoknya yang memungkinkan
marga tersebut memiliki relasi-relasi dan melakukan kontak sosial dengan
kerabat-kerabatnya.
Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok sebahagian besar merupakan golat (
tanah yang dimiliki suatu turunan marga secara turun-temurun, batas tanah
pusaka) yang dimiliki oleh marga sinaga (dari rumpun marga sinaga uruk) secara
adat dan turun-temurun. Kepemilikan tanah dan pengelolahan tanah golat tersebut
disesuaikan dengan hukum adat istiadat yang berlaku didaerah itu dan tentunya
dilakukan oleh marga pemilik golat yakni marga sinaga.
Adanya pengakuan hak atas tanah golat oleh marga sinaga asing (rumpun
sinaga Simanjorang) dianggap sebagai sebuah penghinaan atas keberadaan dan
harga diri marga sinaga uruk yang merupakan pemilik tanah golat Huta Sigaol
Lumban Suhisuhi Dolok. Sebagai bagian dari masyarakat Batak yang menjunjung
tinggi prinsip hasangapon (kehormatan), pengakuan tersebut dianggap sebagai
bentuk tindakan yang tidak menghormati keberadaan marga sinaga (sinaga uruk)
di huta itu. Oleh karena itu, konflik terjadi sebagai bentuk perlawanan atas sikap
marga sinaga Simanjorang yang melakukan pengklaiman atas hak tanah golat di
Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok.
Beragamnya fungsi tanah bagi masyarakat Batak Toba mengakibatkan
tanah dianggap sebagai benda yang sangat bernilai bagi kehidupannya. Adanya
4 Batak Toba berlomba untuk memiliki tanah, tujuannya adalah untuk menunjukan
kekuasaan dan kehormatan (hasangapon) serta menunjukan kekayaan (hamoraon)
yang secara langsung akan ikut menunjukan status si individu pemilik tanah
tersebut.
Keinginan untuk memiliki tanah yang luas membuat individu-individu
dalam masyarakat Batak Toba melakukan berbagai cara agar mereka memiliki
tanah yang luas. Peraturan-peraturan dan norma-norma serta adat istiadat yang
mengatur tentang tanah sering diabaikan asalkan keinginan mereka untuk
memiliki tanah yang luas dapat tercapai. Pengabaian terhadap
peraturan-peraturan, norma-norma serta adat istiadat menyebabkan terjadinya konflik tanah
pada masyarakat Batak Toba.
Sebagai masyarakat yang hidupnya diatur oleh adat (Simanjuntak : 2009),
masyarakat Batak Toba senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan
norma-norma adat yang berlaku dalam setiap kehidupannya. Orang yang tidak
mengindahkan dan mengabaikan adat akan mendapat sanksi adat. Begitu juga
kaitannya dengan Tanah, masyarakat Batak Toba selalu memaknai arti dan fungsi
tanah sesuai dengan adat dan istiadat mereka. Kepemilikan hak atas tanah
termasuk didalamnya tanah warisan harus disesuaikan dengan konsep dan aturan
adat. Jika tidak, maka akan dapat menimbulkan konflik.
Konflik merupakan suatu hal yang wajar dalam dinamika kehidupan
manusia. Konflik sering terjadi dan dialami oleh manusia. Tidak ada manusia
yang menjalani dinamika kehidupan tanpa mengalami konflik. Begitu juga dengan
5 berkonflik. Dikalangan orang batak sudah sejak lama terjadi konflik (Panggabean
dalam Simanjuntak 2009). Konflik yang terjadi umumnya konflik yang
disebabkan oleh timbulnya sakit hati sesama penduduk, perbedaan pandangan
dalam proses pelaksanaan adat dan karena perebutan harta warisan (Simanjuntak :
2009).
Saat ini banyak terjadi konflik dalam masyarakat yang dilatarbelakangi
oleh kepemilikan tanah. Seperti kasus antara masyarakat Balige dengan PT.
Indorayon (Simanjuntak : 2010). Selain itu peneliti juga sering membaca di media
cetak banyak terjadi konflik tanah di masyarakat Batak Toba yang justru terjadi
antara orang-orang yang masih berkerabat dekat. Karena besarnya nilai tanah bagi
masyarakat Batak Toba, Seseorang akan berusaha menjaga dan mempertahankan
tanahnya (tanah warisan) walaupun sampai mengorbankan nyawanya sendiri.
Adanya nilai tanah bagi masyarakat Batak Toba dan beragamnya fungsi
tanah bagi masyarakat Batak Toba itu sendiri, ditambah lagi dengan perbedaan
konsepsi adat-istiadat tentang tanah akan menimbulkan berbagai pertentangan dan
pada akhirnya akan menimbulkan konflik dikalangan orang Batak Toba. Dalam
6 1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dibuat identifikasi
masalah. Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini yakni
:
1. Fungsi dan nilai tanah bagi masyarakat Batak Toba
2. Sejarah Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok dan sejarah awal tanah golat
Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok dimiliki oleh marga sinaga.
3. Latar belakang terjadinya konflik tanah antar marga Sinaga di Huta Sigaol
Lumban Suhisuhi Dolok.
4. Fungsi tanah dan kaitannya dengan konflik tanah yang terjadi di Huta
Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok.
1.3. Rumusan Masalah
Dalam suatu penelitian, perlu ditentukan rumusan masalah yang akan
diteliti, guna untuk membuat penelitian tersebut lebih jelas dan terarah
tujuannya. Maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa fungsi tanah bagi masyarakat Batak Toba ?
2. Bagaimana sejarah Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok dan sejarah
awal tanah golat Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok dimiliki oleh
7 3. Apa latar belakang terjadinya konflik tanah antar marga Sinaga pada di
desa Sigaol Lumban Suhi-Suhi Dolok Kecamatan Pangururan
Kabupaten Samosir ?
4. Apakah fungsi tanah ada kaitannya dengan terjadinya konflik tanah?
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun yang tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui fungsi tanah bagi masyarakat Batak Toba.
2. Untuk mengetahui sejarah Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok dan
sejarah awal tanah golat Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok dimiliki
oleh marga Sinaga.
3. Untuk mengetahui latarbelakang terjadinya konflik tanah antar marga
Sinaga di Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok ( Lumban Suhi-Suhi
Dolok) Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.
4. Untuk mengetahui adakah kaitan fungsi tanah sehingga menjadi penyebab
terjadinya konflik tanah.
1.5. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi akademik, penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan dan
8 pemahaman tentang konflik tanah dan bagi ilmu-ilmu sosial pada
umumnya.
2. Bagi penulis dapat menambah wawasan dan ilmu tentang fungsi tanah dan
konflik tanah.
3. Menambah informasi mengenai fungsi tanah dan hubungannya dengan
konflik tanah yang terjadi dalam masyarakat.
4. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah tulisan imiah
mengenai fungsi tanah dan kaitannya dengan konflik tanah pada
76 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengolahan data dari data terdahulu serta analisis yang
mendalam terhadap data yang diperoleh di lapangan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Bagi masyarakat Batak Toba di desa Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok,
hamoraon (kekayaan), hasangapon (kehormatan), dan hagabeon merupakan
cita-cita dan prinsip hidup yang harus direalisasikan dan dicapai dalam
kehidupannya. Oleh karena itu, semua orang Batak berusaha untuk
mewujudkan prinsip hidup tersebut melalui sikap dan prilaku secara individu
dan kelompok meskipun sikap dan prilaku tersebut tidak sejalan dengan
adat-istiadat, norma-norma, dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat
2. Bagi masyarakat Batak Toba di Desa Lumban Suhisuhi Dolok fungsi tanah
terdiri atas tiga fungsi yakni fungsi tanah dari sudut politik (kewilayahan),
fungsi tanah dari sudut ekonomi (penambah kekayaan), dan fungsi tanah dari
sudut sosial. Lebih sedikit dibandingkan fungsi tanah yang telah ada
sebelumnya (fungsi tanah dari sudut politik, sosial, ekonomi, Hukum, Religi
77 faktor pendidikan dan usia sehingga penduduk Desa Lumban Suhisuhi Dolok
tidak mengenal fungsi religi dan ekologi.
3. Kekayaan dan kekuasaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan
atara satu sama lain. tanah sebagai benda ekonomis merupakan bagian dari
kekayaan. Kekayaan (hamoraon) dipandang sebagai “benda” yang berfungsi
sebagai jalan untuk mendapatkan kehormatan (hasangapon) dan kekuasaan
serta pelambang bagi hagabeon (tanah warisan)). Oleh karena itu,
benda-benda yang bernilai ekonomis, historis dan genologis dianggap sebagai
elemen yang harus dipertahankan dan dijaga serta dilestarikan dalam
kehidupannya sebagai bagian dari kekayaan (hamoraon).
4. Tanah termasuk tanah warisan merupakan “benda ” yang bernilai ekonomis
dan bernilai historis serta memiliki nilai geneologis. Sebahagian besar
masyarakat Batak Toba lebih memandang tanah sebagai benda ekonomis
meskipun ada sebagai kecil yang masih memandang tanah sebagai benda yang
bernilai historis dan bernilai geneologis namun sekarang tekanan –tekanan
ekonomi membuat masyarakat Batak Toba mengabaikan tanah sebagai benda
historis dan lebih mengutamakan tanah sebagai benda ekonomis.
5. Konflik tanah yang terjadi ada masyarakat Toba di desa Sigaol Lumban
Suhisuhi Dolok merupakan konflik internal antar marga Sinaga yang
dilatarbelakangi oleh adanya nilai historis tanah, nilai ekonomis tanah dan
nilai geneologis tanah ditambah lagi dengan adanya sikap saling tuduh siapa
78 merupakan upaya kedua belah pihak dalam mengejar hamoraon (kekayaan),
hasangapon (kehormatan), kekuasaan serta hagabeon. Dengan harapan,
setelah tanah tersebut dimiliki maka realisasi prinsip hidup yakni hamoraon,
hasangapon,kekuasaan, hagabeon telah mampu mereka realisasikan.
6. Sikap dan karakter sebahagian orang Batak Toba yang masih lekat dengan
sikap iri hati, pencemburu dan dengki merupakan faktor pendorong terjadinya
konflik tanah pada masyarakat Batak Toba di desa Sigaol Lumban Suhisuhi
Dolok disamping adanya karena danya nilai dan fungsi tanah pada masyarakat
79 5.2. SARAN
Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah :
1. Perlu adanya upaya melengkapi tanah dengan surat-surat dan sertifikat tanah
agar setiap tanah memiliki bukti hukum sejara jelas dan benar. Dengan
demikian tampaklah siapa sebenarnya pemilik yang sah secara hukum dari
sebuah tanah meskipun tanah tersebut termasuk dalam kelompok tanah
warisan sehingga tidak memicu bagi terjadinya konflik-konflik terkait
masalah tanah.
2. Konflik bukanlah jalan satu-satunya upaya dalam mengejar dan
merealisasikan cita-cita dan prinsip hidup. Oleh karena itu, perlu adanya
sikap-sikap positif dalam mengejar dan merealisasikan cita-cita hidup
hamoraon, (kekayaan), hasangapon (kehormatan), kekuasaan serta hagabeon
misalnya melalui pendidikan dan sarana lain sehingga konflik yang sejatinya
berdampak negatif bagi kedua belah pihak yang berkonflik dan menimbulkan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006 . Prosedur Penelitian ( Suatu Pendekatan Praktik). Rineka Cipta : Jakarta.
Ihromi, T. O. 2006. Pokok-Pokok Antropologi Sosial. Yayasan Obor Indonesia :
Jakarta.
Koentjaraningrat. 1980 . Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Dian Rakyat : Jakarta.
. 1990 . Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta : Jakarta.
. 2005 . Pengantar Antropologi. Rineka Cipta : Jakarta.
. 2007 . Manusia Dan Kebudayaan Indonesia. Djambatan :
Jakarta.
. 1993. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Gramedia : Jakarta.
Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. Kencana Prenada Media Goup : Jakarta
Poloma, M. M. 2000. Sosiologi Kontemporer. Raja Grafindo Persada : Jakarta
Raja Marpodang, DJ Gultom. 1992. Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Suku Batak. CV. Armanda : Medan
Salindeho, Jhon. 1988. Masalah Tanah Dalam Pembangunan. Sinar Grafika : Jakarta.
Simanjuntak Dan Saur Tumiar Situmorang. 2004 . Arti Dan Fungsi Tanah Bagi Masyarakat Batak. Masa Baru : Medan.
Siregar, T. A. 2004. Undang-Undang Pokok Agraria. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara : Medan
Situmorang, Sitor. 2009. Toba Na Sae. Komunitas Bambu : Jakarta
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali : Jakarta
.1984 . Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Rajawali : Jakarta
Spardley, James. 2006. Metode Etnografi. Tiara Wacana : Yogyakarta
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R &D). Alfabeta : Bandung
Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta.
Sutedjo, Mulyani Dan Kartasaputra. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta : Jakarta.
Vergouwen. 1985. Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Pustaka Azet : Jakarta
Warneck dan Leo Joosten. 2001. Kamus Bahasa Batak Toba Indonesia (
Terjemahan: Toba Bataks Woordenboek). Bina Media Perintis. Medan
Surbakti, Dewita. 2008. Faktor penyebab tanah warisan sebagai pemicu konflik keluarga etnis Batak Karo di Desa Munthe. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan. Tidak diterbitkan.
Sumber internet :
www.wordpress .Com/2010/12/12/Defenisi Masyarakat/Diakses Tanggal 13/3/2013 Pukul 14: 36.