• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI TANAH DAN KAITANNYA DENGAN KONFLIK TANAH PADA MASYARAKAT BATAK TOBA ( STUDI DI DESA LUMBAN SUHISUHI DOLOK KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FUNGSI TANAH DAN KAITANNYA DENGAN KONFLIK TANAH PADA MASYARAKAT BATAK TOBA ( STUDI DI DESA LUMBAN SUHISUHI DOLOK KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR)."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI TANAH DAN KAITANNYA DENGAN KONFLIK TANAH PADA MASYARAKAT BATAK TOBA

(STUDI DI DESA LUMBAN SUHISUHI DOLOK KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian Syarat-syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH : Fernandes P Sinaga

NIM. 309122020

PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Fernandes Sinaga

Nim : 309122020

Jurusan : Pendidikan Antropologi

Fakultas : Ilmu Sosial

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah

benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan

tulisan atau pikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat

dibuktikan hasil jiblakan/plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atau

hukuman atas perbuatan tersebut.

Medan, Agustus 2013

Yang membuat pernyataan,

(5)

i ABSTRAK

FERNANDES SINAGA, NIM : 309122020, FUNGSI TANAH DAN KAITANNYA DENGAN KONFLIK TANAH PADA MASYARAKAT BATAK TOBA ( STUDI DI DESA LUMBAN SUHISUHI DOLOK KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR). FAKULTAS ILMU SOSIAL, UNIVERITAS NEGERI MEDAN, 2013.

Pembimbing : Supsiloani, S. Sos, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi tanah dan kaitannya dengan konflik tanah pada masyarakat Batak Toba dengan mengambil daerah penelitian di Desa Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk memahami dan menafsirkan makna dari suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia sehingga dapat memberikan gambaran sistematis. Penelitian ini tidak memakai sampel dan populasi tetapi memakai subjek dan objek penelitian sebagai pengganti dari sampel dan populasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa Hamoraon (kekayaan), hasangapon (kehormatan), hagabeon (beranak cucu) merupakan pandangan dan cita-cita hidup masyarakat Batak Toba di Desa Lumban Suhisuhi Dolok yang harus direalisasikan dalam kehidupannya. Dalam merealisasikan prinsip dan cita-cita hidup,mereka menganggap kekayaan merupakan jalan bagi tercapainya hasangapon (kehormatan), kekuasaan dan hagabeon (beranak cucu). Bagi masyarakat Batak Toba tanah dianggap jalan mendapatkan kekayaan sehingga masyarakat Batak Toba berlomba-lomba untuk memiliki tanah. Disamping berfungsi sebagai penambah kekayaan, tanah terutama tanah warisan juga memiliki fungsi dan nilai yang lain yakni sebagai pelambang status (harga diri), pelambang identitas keturunan dan mengandung nilai ekonomis. Beragamnya nilai dan fungsi tanah bagi masyarakat Batak Toba tidak jarang menjadi pemicu terjadinya konflik tanah dikalangan masyarakat Batak Toba.

Dan penulis pada akhirnya menyimpulkan bahwa hal mendasar yang menyebabkan terjadinya konflik tanah antar marga sinaga di Desa Lumban Suhusuhi Dolok Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir adalah faktor ekonomi. Sikap dan karakter masyarakat Batak Toba yang masih lekat dengan sikap iri hati, pencemburu dan dengki menjadi faktor pendorong bagi terjadinya konflik tanah tersebut. Alasan-alasan lain seperti nilai historis tanah dan nilai geneologis tanah hanya sebagai alasan semata saja.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan penyertaanNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Fungsi Tanah dan Kaitannya dengan Konflik Tanah Pada Masyarakat

Batak Toba : Studi di Desa Lumban Suhisuhi Dolok, Kecamatan Pangururan,

Kabupaten Samosir”.

Penulis juga tidak lupa menyampaikan rasa terimakasih bagi pihak-pihak

yang telah memberikan motivasi maupun kontribusi bagi penulis, sehingga

penulis mampu menyelesaikan skripsi ini . Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Medan, Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Dr. Restu MS beserta jajarannya yang telah

memberikan segala kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Antropologi, Ibu Puspitawati,

M,Si yang telah memberikan fasilitas dan motivasi dalam penyelesaian

skripsi ini.

4. Ibu Supsiloani, S.Sos, M.Si selaku pembimbing penulis yang telah

membimbing dan memberikan banyak masukan, arahan dan nasihat

kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Tumpal Simarmata, M.Si selaku Dosen Pembimbing

Akademik penulis dan Ibu Murni Eva Rumapea, M.Si yang telah

memberikan masukan, nasehat dan motivasi selama proses penyelesaian

(7)

iii

6. Bapak Payerli Pasaribu, M.Si dan Bapak Bahrul Khair Amal, M.Si

selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam

perbaikan dan penyelesaian skripsi ini.

7. Bapakku, J. Sinaga dan Omakku, D br. Siregar yang telah membimbing

penulis hingga sampai pada saat ini juga memberikan motivasi tidak

terhitung baik secara materi dan nonmateri sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini.

8. Amang boru Soter Sijabat Selaku Kepala Desa Lumban Suhisuhi Dolok

yang telah memberikan izin penelitian dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Oppung Sartika Sinaga dan Oppung Ama Junedi Sinaga yang telah

memberikan penginapan juga atas waktu yang diberikan sehingga penulis

dapat melakukan wawancara dengan lancar.

10.Oppung Bertus Sinaga yang telah memberikan waktunya untuk bercerita

panjang lebar guna melengkapi data skripsi ini.

11.Nanguda dan Amanguda ama Taty Sinaga yang telah membantu penulis

dalam melakukan wawancara serta membantu penulis dalam melakukan

pendekatan dengan informan.

12.Abangku Surung Sinaga, Tommi Sinaga dan adikku Mardianto Sinaga

dan Yatno Sinaga yang telah memberikan bantuan dana kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak lupa juga itoku Oslin Devita

Sinaga dan Rina Sinaga ( anggiat ma boi hita marsiurup-urupan diakka

(8)

iv

13. Hasianku sekaligus Paribanku Citra br. Siregar yang selalu

mengingatkan penulis agar menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

14.Teman-teman terbaikku Juniandi Sinaga, Haposan Situmorang, Arjuna

Bakkara, Fretdy Manurung, Gunawan Manalu (Panggarabbas Voice) atas

kebersamaan baik suka maupun duka dalam melewati masa-masa kuliah

(ikkon do hita lao muse to repa village). Tidak lupa kawan-kawan JJS

crew, Kapan lagi kita main bolanya? terlebih buat teman-teman

Pendidikan Antropologi stambuk 2009 dan teman satu Pembimbing,

terimakasih atas kebersamaan kalian.

15.Itoku Renata Dumasari Sinaga (Botak) dan Reslina Sinaga. Terimakasih

atas kecerewetan kalian .

16.Chery Siregar, Roulina Sinambela, Serta kepada pihak-pihak yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Tuhan membalas kebaikan

kalian serta diberikan berkat dan rahmatNya.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini belum begitu

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang

membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini membawa

manfaat bagi semua pihak.

Medan, Agustus 2013 Penulis

(9)

v

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS 2.1. Kajian Pustaka ... 9

2.2. Kerangka Konseptual ... 10

(10)

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian ... 27

3.2. Metode Penelitian ... 27

3.3. Objek Dan Subjek Penelitian ... 29

3.3.1. Objek Penelitian ... 29

3.3.2. Subjek Penelitian ... 30

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.5. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

4.1.1. Keadaan Geografis ... 36

4.1.2 Keadaan Demografis ... 40

4.2. Pembahasan Dan Hasil Penelitian ... 47

4.2.1. Fungsi Dan Nilai Tanah Bagi Masyarakat Batak Toba... 47

4.2.2 . Sejarah Marga Sinaga... 57

4.2.3. Sejarah Tanah Sigaol Dan Sejarah Marga Sinaga Memiliki Tanah Di Desa Lumban Suhisuhi Dolok. ... 59

4.2.4. Konflik Perebutan Tanah Antar Marga Sinaga Dan Faktor Yang Melatarbelakangi ... 64

(11)

vii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 76 5.2. Saran ... 79

(12)

ix DAFTAR TABEL

TABEL 1 : Luas wilayah Desa Lumban Suhusuhi Dolok

Menurut Kepemilikannya... 37

TABEL 2 : Luas wilayah tiap desa di Kecamatan Pangururan... 38

TABEL 3 : Luas wilayah Desa menurut jenis penggunaan tanah... 39

TABEL 4 : Jumlah Penduduk tiap Desa di Kecamatan Pangururan

berdasarkan Jenis Kelamin... 41

TABEL 5 : Banyaknya Sekolah dan Jumlah siswa tiap kelas

(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

(14)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tanah mempunyai nilai dan fungsi yang sangat penting bagi manusia.

Tanpa tanah manusia tidak dapat hidup dan mendirikan bangunan serta

melakukan aktivitasnya sehari-hari. Tanah merupakan modal yang sangat

berharga bagi kehidupan manusia. Pada dasarnya tanah memiliki dua (2) fungsi.

Yang pertama tanah sebagai fungsi produksi yang artinya tanah sebagai benda

yang bernilai ekonomis dan yang kedua sebagai fungsi non produksi yang artinya

tanah memiliki arti religio-magis.

Setiap masyarakat memiliki persepsi yang berbeda terkait fungsi tanah. di

sebahagian masyarakat, misalnya Papua, tanah memiliki empat (4) fungsi yakni

fungsi ekonomi, budaya, religius dan politik. Hal yang demikian juga terjadi pada

masyarakat Batak Toba. Tanah bagi masyarakat Batak Toba selain memiliki

fungsi ekonomi, tanah juga memiliki fungsi budaya, religius dan politik.

Setiap masyarakat memiliki pandangan hidup (view of life). Pandangan

hidup (view of life) menjadi dasar bagi terbentuknya falsafah hidup

ditengah-tengah komunitas masyarakat tersebut. Begitu juga dengan masyarakat Batak

Toba. Bagi masyarakat Batak Toba falsafah hidup (view of life) dikenal dengan

istilah 3 H yakni Hamoraon, Hasangapon, dan Hagabeon. Alasannya, dengan

memiliki tanah yang luas maka seseorang dapat dikatakan mora ( kaya). Dengan

(15)

2 memiliki kekuasaannya. Dengan Hamoraon yakni memiliki tanah yang luas,

seorang individu akan memiliki wewenang yang lebih besar daripada individu

yang tidak memiliki tanah yang luas dan secara langsung akan mampu menaikan

status di dalam komunitasnya maupun masyarakat.

Pada masyarakat Batak Toba selain sebagai lambang Hamoraon, tanah

juga dianggap sebagai lambang kerajaan dan kekayaan. Pada sistem nilai Batak

Toba tradisional tanah merupakan lambang kekayaan dan kerajaan ( Purba : 1997)

. Bagi masyarakat Batak Toba, tanah terutama tanah warisan dianggap sebagai

wujud dari tubuh nenek moyang mereka yang senantiasa harus dijaga dan

dipertahankan.

Para orang tua selalu berusaha menekankan kepada anak-anaknya agar

satu di antara mereka ada yang kembali ke tanah kelahirannya (Bona Pasogit).

Banyak para orangtua berpesan kepada anak-anaknya jika nantinya mereka

meninggal dunia maka jenazahnya harus dikuburkan di tanah asalnya (tanah

kelahirannya). Jika tidak memungkinkan untuk berbuat demikian paling tidak

tulang-belulang (Holi-holi) harus di bawa dan di kembalikan ke tanah

kelahirannya. Oleh karena itu hampir setiap marga (keturunan) mempunyai

kuburan (simin) di tanah kelahiran (Bona Pasogit) yang merupakan lambang

harajaon bagi marga mereka.

Setiap marga mempunyai tanah (daerah) masing-masing sesuai dengan

marga yang melekat pada diri mereka. Marga Simarmata memiliki tanah (daerah)

di Desa Simarmata, marga Sihotang memiliki tanah (daerah) di Desa Sihotang,

(16)

3 maka setiap marga mempunyai tanah yang menjadi simbol dari marga yang

melekat pada dirinya. Tanah pada paparan ini menunjukan kawasan suatu marga

yang secara politik merupakan basis dari kelompoknya yang memungkinkan

marga tersebut memiliki relasi-relasi dan melakukan kontak sosial dengan

kerabat-kerabatnya.

Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok sebahagian besar merupakan golat (

tanah yang dimiliki suatu turunan marga secara turun-temurun, batas tanah

pusaka) yang dimiliki oleh marga sinaga (dari rumpun marga sinaga uruk) secara

adat dan turun-temurun. Kepemilikan tanah dan pengelolahan tanah golat tersebut

disesuaikan dengan hukum adat istiadat yang berlaku didaerah itu dan tentunya

dilakukan oleh marga pemilik golat yakni marga sinaga.

Adanya pengakuan hak atas tanah golat oleh marga sinaga asing (rumpun

sinaga Simanjorang) dianggap sebagai sebuah penghinaan atas keberadaan dan

harga diri marga sinaga uruk yang merupakan pemilik tanah golat Huta Sigaol

Lumban Suhisuhi Dolok. Sebagai bagian dari masyarakat Batak yang menjunjung

tinggi prinsip hasangapon (kehormatan), pengakuan tersebut dianggap sebagai

bentuk tindakan yang tidak menghormati keberadaan marga sinaga (sinaga uruk)

di huta itu. Oleh karena itu, konflik terjadi sebagai bentuk perlawanan atas sikap

marga sinaga Simanjorang yang melakukan pengklaiman atas hak tanah golat di

Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok.

Beragamnya fungsi tanah bagi masyarakat Batak Toba mengakibatkan

tanah dianggap sebagai benda yang sangat bernilai bagi kehidupannya. Adanya

(17)

4 Batak Toba berlomba untuk memiliki tanah, tujuannya adalah untuk menunjukan

kekuasaan dan kehormatan (hasangapon) serta menunjukan kekayaan (hamoraon)

yang secara langsung akan ikut menunjukan status si individu pemilik tanah

tersebut.

Keinginan untuk memiliki tanah yang luas membuat individu-individu

dalam masyarakat Batak Toba melakukan berbagai cara agar mereka memiliki

tanah yang luas. Peraturan-peraturan dan norma-norma serta adat istiadat yang

mengatur tentang tanah sering diabaikan asalkan keinginan mereka untuk

memiliki tanah yang luas dapat tercapai. Pengabaian terhadap

peraturan-peraturan, norma-norma serta adat istiadat menyebabkan terjadinya konflik tanah

pada masyarakat Batak Toba.

Sebagai masyarakat yang hidupnya diatur oleh adat (Simanjuntak : 2009),

masyarakat Batak Toba senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan

norma-norma adat yang berlaku dalam setiap kehidupannya. Orang yang tidak

mengindahkan dan mengabaikan adat akan mendapat sanksi adat. Begitu juga

kaitannya dengan Tanah, masyarakat Batak Toba selalu memaknai arti dan fungsi

tanah sesuai dengan adat dan istiadat mereka. Kepemilikan hak atas tanah

termasuk didalamnya tanah warisan harus disesuaikan dengan konsep dan aturan

adat. Jika tidak, maka akan dapat menimbulkan konflik.

Konflik merupakan suatu hal yang wajar dalam dinamika kehidupan

manusia. Konflik sering terjadi dan dialami oleh manusia. Tidak ada manusia

yang menjalani dinamika kehidupan tanpa mengalami konflik. Begitu juga dengan

(18)

5 berkonflik. Dikalangan orang batak sudah sejak lama terjadi konflik (Panggabean

dalam Simanjuntak 2009). Konflik yang terjadi umumnya konflik yang

disebabkan oleh timbulnya sakit hati sesama penduduk, perbedaan pandangan

dalam proses pelaksanaan adat dan karena perebutan harta warisan (Simanjuntak :

2009).

Saat ini banyak terjadi konflik dalam masyarakat yang dilatarbelakangi

oleh kepemilikan tanah. Seperti kasus antara masyarakat Balige dengan PT.

Indorayon (Simanjuntak : 2010). Selain itu peneliti juga sering membaca di media

cetak banyak terjadi konflik tanah di masyarakat Batak Toba yang justru terjadi

antara orang-orang yang masih berkerabat dekat. Karena besarnya nilai tanah bagi

masyarakat Batak Toba, Seseorang akan berusaha menjaga dan mempertahankan

tanahnya (tanah warisan) walaupun sampai mengorbankan nyawanya sendiri.

Adanya nilai tanah bagi masyarakat Batak Toba dan beragamnya fungsi

tanah bagi masyarakat Batak Toba itu sendiri, ditambah lagi dengan perbedaan

konsepsi adat-istiadat tentang tanah akan menimbulkan berbagai pertentangan dan

pada akhirnya akan menimbulkan konflik dikalangan orang Batak Toba. Dalam

(19)

6 1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dibuat identifikasi

masalah. Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini yakni

:

1. Fungsi dan nilai tanah bagi masyarakat Batak Toba

2. Sejarah Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok dan sejarah awal tanah golat

Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok dimiliki oleh marga sinaga.

3. Latar belakang terjadinya konflik tanah antar marga Sinaga di Huta Sigaol

Lumban Suhisuhi Dolok.

4. Fungsi tanah dan kaitannya dengan konflik tanah yang terjadi di Huta

Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok.

1.3. Rumusan Masalah

Dalam suatu penelitian, perlu ditentukan rumusan masalah yang akan

diteliti, guna untuk membuat penelitian tersebut lebih jelas dan terarah

tujuannya. Maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Apa fungsi tanah bagi masyarakat Batak Toba ?

2. Bagaimana sejarah Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok dan sejarah

awal tanah golat Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok dimiliki oleh

(20)

7 3. Apa latar belakang terjadinya konflik tanah antar marga Sinaga pada di

desa Sigaol Lumban Suhi-Suhi Dolok Kecamatan Pangururan

Kabupaten Samosir ?

4. Apakah fungsi tanah ada kaitannya dengan terjadinya konflik tanah?

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun yang tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui fungsi tanah bagi masyarakat Batak Toba.

2. Untuk mengetahui sejarah Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok dan

sejarah awal tanah golat Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok dimiliki

oleh marga Sinaga.

3. Untuk mengetahui latarbelakang terjadinya konflik tanah antar marga

Sinaga di Huta Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok ( Lumban Suhi-Suhi

Dolok) Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

4. Untuk mengetahui adakah kaitan fungsi tanah sehingga menjadi penyebab

terjadinya konflik tanah.

1.5. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut :

1. Bagi akademik, penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan dan

(21)

8 pemahaman tentang konflik tanah dan bagi ilmu-ilmu sosial pada

umumnya.

2. Bagi penulis dapat menambah wawasan dan ilmu tentang fungsi tanah dan

konflik tanah.

3. Menambah informasi mengenai fungsi tanah dan hubungannya dengan

konflik tanah yang terjadi dalam masyarakat.

4. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah tulisan imiah

mengenai fungsi tanah dan kaitannya dengan konflik tanah pada

(22)

76 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Setelah dilakukan pengolahan data dari data terdahulu serta analisis yang

mendalam terhadap data yang diperoleh di lapangan maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Bagi masyarakat Batak Toba di desa Sigaol Lumban Suhisuhi Dolok,

hamoraon (kekayaan), hasangapon (kehormatan), dan hagabeon merupakan

cita-cita dan prinsip hidup yang harus direalisasikan dan dicapai dalam

kehidupannya. Oleh karena itu, semua orang Batak berusaha untuk

mewujudkan prinsip hidup tersebut melalui sikap dan prilaku secara individu

dan kelompok meskipun sikap dan prilaku tersebut tidak sejalan dengan

adat-istiadat, norma-norma, dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat

2. Bagi masyarakat Batak Toba di Desa Lumban Suhisuhi Dolok fungsi tanah

terdiri atas tiga fungsi yakni fungsi tanah dari sudut politik (kewilayahan),

fungsi tanah dari sudut ekonomi (penambah kekayaan), dan fungsi tanah dari

sudut sosial. Lebih sedikit dibandingkan fungsi tanah yang telah ada

sebelumnya (fungsi tanah dari sudut politik, sosial, ekonomi, Hukum, Religi

(23)

77 faktor pendidikan dan usia sehingga penduduk Desa Lumban Suhisuhi Dolok

tidak mengenal fungsi religi dan ekologi.

3. Kekayaan dan kekuasaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan

atara satu sama lain. tanah sebagai benda ekonomis merupakan bagian dari

kekayaan. Kekayaan (hamoraon) dipandang sebagai “benda” yang berfungsi

sebagai jalan untuk mendapatkan kehormatan (hasangapon) dan kekuasaan

serta pelambang bagi hagabeon (tanah warisan)). Oleh karena itu,

benda-benda yang bernilai ekonomis, historis dan genologis dianggap sebagai

elemen yang harus dipertahankan dan dijaga serta dilestarikan dalam

kehidupannya sebagai bagian dari kekayaan (hamoraon).

4. Tanah termasuk tanah warisan merupakan “benda ” yang bernilai ekonomis

dan bernilai historis serta memiliki nilai geneologis. Sebahagian besar

masyarakat Batak Toba lebih memandang tanah sebagai benda ekonomis

meskipun ada sebagai kecil yang masih memandang tanah sebagai benda yang

bernilai historis dan bernilai geneologis namun sekarang tekanan –tekanan

ekonomi membuat masyarakat Batak Toba mengabaikan tanah sebagai benda

historis dan lebih mengutamakan tanah sebagai benda ekonomis.

5. Konflik tanah yang terjadi ada masyarakat Toba di desa Sigaol Lumban

Suhisuhi Dolok merupakan konflik internal antar marga Sinaga yang

dilatarbelakangi oleh adanya nilai historis tanah, nilai ekonomis tanah dan

nilai geneologis tanah ditambah lagi dengan adanya sikap saling tuduh siapa

(24)

78 merupakan upaya kedua belah pihak dalam mengejar hamoraon (kekayaan),

hasangapon (kehormatan), kekuasaan serta hagabeon. Dengan harapan,

setelah tanah tersebut dimiliki maka realisasi prinsip hidup yakni hamoraon,

hasangapon,kekuasaan, hagabeon telah mampu mereka realisasikan.

6. Sikap dan karakter sebahagian orang Batak Toba yang masih lekat dengan

sikap iri hati, pencemburu dan dengki merupakan faktor pendorong terjadinya

konflik tanah pada masyarakat Batak Toba di desa Sigaol Lumban Suhisuhi

Dolok disamping adanya karena danya nilai dan fungsi tanah pada masyarakat

(25)

79 5.2. SARAN

Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah :

1. Perlu adanya upaya melengkapi tanah dengan surat-surat dan sertifikat tanah

agar setiap tanah memiliki bukti hukum sejara jelas dan benar. Dengan

demikian tampaklah siapa sebenarnya pemilik yang sah secara hukum dari

sebuah tanah meskipun tanah tersebut termasuk dalam kelompok tanah

warisan sehingga tidak memicu bagi terjadinya konflik-konflik terkait

masalah tanah.

2. Konflik bukanlah jalan satu-satunya upaya dalam mengejar dan

merealisasikan cita-cita dan prinsip hidup. Oleh karena itu, perlu adanya

sikap-sikap positif dalam mengejar dan merealisasikan cita-cita hidup

hamoraon, (kekayaan), hasangapon (kehormatan), kekuasaan serta hagabeon

misalnya melalui pendidikan dan sarana lain sehingga konflik yang sejatinya

berdampak negatif bagi kedua belah pihak yang berkonflik dan menimbulkan

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006 . Prosedur Penelitian ( Suatu Pendekatan Praktik). Rineka Cipta : Jakarta.

Ihromi, T. O. 2006. Pokok-Pokok Antropologi Sosial. Yayasan Obor Indonesia :

Jakarta.

Koentjaraningrat. 1980 . Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Dian Rakyat : Jakarta.

. 1990 . Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta : Jakarta.

. 2005 . Pengantar Antropologi. Rineka Cipta : Jakarta.

. 2007 . Manusia Dan Kebudayaan Indonesia. Djambatan :

Jakarta.

. 1993. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Gramedia : Jakarta.

Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. Kencana Prenada Media Goup : Jakarta

Poloma, M. M. 2000. Sosiologi Kontemporer. Raja Grafindo Persada : Jakarta

Raja Marpodang, DJ Gultom. 1992. Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Suku Batak. CV. Armanda : Medan

Salindeho, Jhon. 1988. Masalah Tanah Dalam Pembangunan. Sinar Grafika : Jakarta.

Simanjuntak Dan Saur Tumiar Situmorang. 2004 . Arti Dan Fungsi Tanah Bagi Masyarakat Batak. Masa Baru : Medan.

(27)

Siregar, T. A. 2004. Undang-Undang Pokok Agraria. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara : Medan

Situmorang, Sitor. 2009. Toba Na Sae. Komunitas Bambu : Jakarta

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali : Jakarta

.1984 . Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Rajawali : Jakarta

Spardley, James. 2006. Metode Etnografi. Tiara Wacana : Yogyakarta

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R &D). Alfabeta : Bandung

Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta.

Sutedjo, Mulyani Dan Kartasaputra. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta : Jakarta.

Vergouwen. 1985. Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Pustaka Azet : Jakarta

Warneck dan Leo Joosten. 2001. Kamus Bahasa Batak Toba Indonesia (

Terjemahan: Toba Bataks Woordenboek). Bina Media Perintis. Medan

Surbakti, Dewita. 2008. Faktor penyebab tanah warisan sebagai pemicu konflik keluarga etnis Batak Karo di Desa Munthe. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan. Tidak diterbitkan.

(28)

Sumber internet :

www.wordpress .Com/2010/12/12/Defenisi Masyarakat/Diakses Tanggal 13/3/2013 Pukul 14: 36.

Gambar

TABEL  1 :  Luas wilayah Desa Lumban Suhusuhi Dolok Menurut Kepemilikannya...........................................................
Gambar  1 : Kerangka Berpikir............................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dilakukan introgresi gen aroma ( badh2 termutasi) dari Mentik Wangi (donor) ke varietas nonaromatik Ciherang ( host ) secara persilangan

Data panalitèn punika awujud isi teks cêrbung Mulih Ndesa anggitanipun Suryadi WS ingkang nyakup unsur intrinsik, gambaran perjuangan gesang paraga Sekarwangi, lan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS LEBAR PUNCAK SIGNAL LOSS KELUARAN DARI SENSOR FIBER OPTIK UNTUK KENDARAAN BERJALAN SEBAGAI FUNGSI KECEPATAN”

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pelaksanaan strategi guru dalam pembentukan karakter siswa di SMA Al-Hidayah Medan sudah berjalan dengan baik, jika dilihat dari kerja

Based on the results of in-depth interviews and systematic observations, it was identified that performance-based assessment promoted positive washback effects on students’

Hal ini terkait dengan pemahaman tentang konsep dasar matematika yang seharusnya telah dipahami oleh siswa sebelum melanjutkan materi yang lebih mendalam lagi, karena pada

* Indikator SKL : Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hubungan dua garis, besar dan jenis sudut, serta sifat sudut yang terbentuk dari dua garis yang di potong garis lain..

Masalah dalam penelitian ini adalah siswa kurang memiliki sikap kedisiplinan di Sekolah Tersebut serta kurang kepedulian terhadap Peraturan Tata Tertib di Sekolah