• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RS SANTA ELISABETH MEDAN

TAHUN 2009-2013

SKRIPSI

OLEH RIRIN GULTOM

NIM. 081000049

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RS SANTA ELISABETH MEDAN

TAHUN 2009-2013

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH RIRIN GULTOM

NIM. 081000049

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Bayi berat lahir rendah ialah bayi yang lahir dengan berat 2.500 gram atau kurang tanpa memerhatikan usia kehamilan. Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah. Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the world’s mother 2007 dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh berat bayi lahir rendah. Terdapat sebanyak 149 kasus BBLR di RS Santa Elisabeth Medan dari tahun 2009-2013.

Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi BBLR dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel sebanyak 149 data (total sampling). Data dianalisis secara deskriptif menggunakan uji Chi-Square dan Kruskall Wallis.

Proporsi berdasarkan sosiodemografi tertinggi pada kelompok umur 20-35 tahun 79,2%, pendidikan akademi/perguruan tinggi 52,3%, pekerjaan ibu rumah tangga 39,6%, daerah asal Kota Medan 62,4%. Proporsi berdasarkan mediko obstetri tertinggi terdapat pada umur kehamilan 26-36 minggu 47,0%, paritas nullipara 49,0%, frekuensi pemeriksaan >4 kali 90,6%, riwayat kehamilan baik 81,2 %. Lama rawatan rata-rata 13,38 hari, keadaan ibu saat pulang sembuh 91,9%, keadaan bayi saat pulang sembuh 75,2%, cara persalinan seksio caesaria 55,7%. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur ibu berdasarkan kategori BBLR (p=1,000), frekuensi pemeriksaan kehamilan berdasarkan kategori BBLR (p=0,615), riwayat kehamilan berdasarkan kategori BBLR (p=0,167). Terdapat perbedaan yang bermakna antara umur kehamilan berdasarkan kategori BBLR (p=0,0001), lama rawatan rata-rata bayi dengan keadaan sewaktu pulang bayi (p=0,0001).

Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk melengkapi pencatatan rekam medik yang berkaitan dengan BBLR seperti umur kehamilan, paritas, frekuensi pemeriksaan kehamilan, kadar Hb, dan riwayat kehamilan. Meningkatkan pelayanan dan manajemen khususnya untuk penatalaksanaan medis bagi bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah sehingga dapat mengurangi tingginya angka kematian yang disebabkan BBLR.

(5)

ABSTRACT

Low birth weight babies are babies that born with weight 2.500 g or less regardless of gestational age. Every year in the world about 20 million babies are estimated born with low birth weight. Based on report by WHO quoted from the State of the World's Mother in 2007 stated that 27% of neonatal deaths are caused by low birth weight. There are 149 cases of LBW in Santa Elisabeth Hospital Medan from year 2009 to 2013.

Descriptive study with case series design are conducted in order to know the characteristics of mothers that gave birth to babies with low birth weight,. Population and samples as much as149 data (total sampling). Data were analyzed descriptively using Chi-Square test and Kruskal Wallis.

The highest sociodemographic proportion in the age group of 20-35 years 79.2%, education academy / university 52.3%, occupation housewives 39.6%, stay in Medan 62.4%. The highest proportion based on medico obstetric are gestational age 26-36 weeks 47.0%, parity nullipara 49.0%, antenatal care > 4 times 90.6%, obstetric history 81.2% with good obstetric history. The average length of stay 13.38 days, mother who discharged as recovered 91.9%, baby who discharged as recovered 75.2%, Caesaria section 55.7%. There is no significant difference between maternal age by LBW categories (p = 1.000), between frequency of antenatal care by LBW categories (p = 0.615), between obstetric history based on LBW categories (p = 0.167). There is a significant difference between gestational age based on LBW categories (p = 0.0001), between the average length of stay of the baby based on the babies state when discharged (p = 0.0001).

The hospital are expected to complete the medical record, especially relevant to low birth weight such as gestational age, parity, frequency of pregnancy examination, Hb, and obstetric history, and also to improve the service and management specifically the medical treatment for babies born with low birth weight to reduce the high mortality rate that caused by LBW.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayahanda M. Gultom dan ibunda R. Sibarani yang telah membesarkan, membimbing dan mendidik penulis dengan kasih sayang serta memberikan dukungan dan doa yang tak pernah henti kepada penulis dalam meyelesaikan pendidikan.

Terima kasih kepada dosen pembimbing I Ibu drh.Rasmaliah, M.Kes dan dosen pembimbing II Bapak Drs. Jemadi, M.Kes serta dosen penguji I Bapak Prof.dr.Sori Muda Sarumpaet, MPH dan dosen penguji II Ibu drh. Hiswani, M.Kes yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberi saran, kritikan, bimbingan serta masukan kepada penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Ibu drh.Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah setia membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(7)

5. Seluruh Dosen serta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Kepada keluargaku tersayang : Matta Ernita Gultom dan Eka Andi Gultom kalian telah memberikan arti dalam hidupku melalui dorongan semangat, kasih sayang dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Buat teman-temanku seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan semangat terima kasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan.

8. Kepada pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberi bantuan selama penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Medan, Juni 2015 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

1.3 Tujuan Penelitian ...5

1.3.1 Tujuan Umum ...5

1.3.2 Tujuan Khusus ...5

1.4 Manfaat Penelitian ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...8

2.1 Definisi BBLR ...8

2.2 Masalah Pada BBLR ...10

2.2.1 Sistem Pernafasan ...11

2.2.2 Sistem Neurologi ...11

2.2.3 Sistem Kardiovaskuler ...11

2.2.4 Sistem Gastrointestinal ...12

2.2.5 Sistem Termoregulasi ...12

2.2.6 Sistem Hematologi ...13

2.2.7 Sistem Imunologi ...13

2.2.8 Sistem Perkemihan ...13

2.2.9 Sistem Integumen...13

2.2.10 Sistem Penglihatan ...14

2.3 Epidemiologi BBLR ...14

2.3.1 Distribusi dan Frekuensi ...14

2.3.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kejadian BBLR ...15

2.4 Pencegahan BBLR ...23

2.4.1 Pencegahan primer ...23

2.4.2 Pencegahan sekunder ...24

2.4.3 Pencegahan tersier ...26

2.5 Kerangka Konsep ...27

(9)

3.1 Jenis Penelitian ...28

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...28

3.3 Populasi dan Sampel ...28

3.3.1 Populasi ...28

3.3.2 Sampel ...28

3.4 Metode Pengumpulan Data ...29

3.5 Teknik Analisa Data ...29

3.6 Definisi Operasional ...29

BAB IV HASIL PENELITIAN ...33

4.1 Profil Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ...33

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...33

4.1.2 Visi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ...33

4.1.3 Misi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ...33

4.1.4 Pelayanan Medis ...33

4.1.5 Pelayanan Penunjang Medis...34

4.1.6 Penunjang Umum...34

4.2 Analisa Deskriptif ...35

4.2.1 Sosiodemografi Ibu dengan Bayi BBLR ...35

4.2.2 Mediko Obstetri Ibu dengan Bayi BBLR ...36

4.2.3 Lama Rawatan Rata-Rata Bayi ...37

4.2.4 Keadaan Saat Pulang Ibu ...38

4.2.5 Keadaan Saat Pulang Bayi...38

4.2.6 Cara Persalinan...40

4.3 Analisa Statistik...40

4.3.1 Umur Ibu Berdasarkan Kategori BBLR ...40

4.3.2 Umur Kehamilan Ibu Berdasarkan Kategori BBLR ...41

4.3.3 Pemeriksaan Kehamilan Berdasarkan Kategori BBLR ...42

4.3.4 Riwayat Kehamilan Berdasarkan Kategori BBLR ...43

4.3.5 Lama Rawatan Bayi Berdasarkan Keadaan Pulang ...43

BAB V PEMBAHASAN ...45

5.2 Mediko Obstetri Ibu ...51

5.2.1 Umur Kehamilan ...51

5.2.2 Paritas ...53

5.2.3 Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan ...54

(10)

5.3 Lama Rawatan Rata-Rata Bayi ...57

5.4 Cara Persalinan ...58

5.5 Bayi BBLR Berdasarkan Keadaan Saat Pulang ...60

5.5.1 Bayi BBLR yang Meninggal Berdasarkan Umur Kehamilan Ibu ...61

5.5.2 Bayi BBLR yang Meninggal Berdasarkan Kategori BBLR ...62

5.6 Analisa Statistik...63

5.6.1 Umur Ibu Berdasarkan Kategori BBLR ...63

5.6.2 Umur Kehamilan Ibu Berdasarkan Kategori BBLR ...64

5.6.3 Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan Berdasarkan Kategori BBLR ...66

5.6.4 Riwayat Kehamilan Berdasarkan Kategori BBLR ...67

5.6.5 Lama Rawatan Bayi Berdasarkan Keadaan Pulang ...69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...71

6.1 Kesimpulan ...71

6.2 Saran ...73

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Sosiodemografi di RS Santa Elisabeth Medan

Tahun 2009-2013 ...35 Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR

berdasarkan Mediko Obstetri di RS Santa Elisabeth Medan

Tahun 2009-2013 ...36 Tabel 4.3 Distribusi Bayi BBLR Berdasarkan Lama Rawatan Rata-Rata

di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...37 Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR

Berdasarkan Keadaan Saat Pulang di RS Santa Elisabeth

Medan Tahun 2009-2013 ...38 Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Bayi BBLR Berdasarkan Keadaan Saat

Pulang di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...38

Tabel 4.6 CFR Bayi BBLR Berdasarkan Umur Kehamilan Ibu di RS

Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...39

Tabel 4.7 CFR Bayi BBLR Berdasarkan Kategori BBLR di RS Santa

Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...39

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR Berdasarkan Cara Persalinan di RS Santa Elisabeth Medan

Tahun 2009-2013 ...40 Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Umur Ibu Berdasarkan Kategori BBLR di

RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...40 Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Umur Kehamilan Ibu Berdasarkan Kategori

BBLR di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...41

Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan Berdasarkan Kategori BBLR di RS Santa Elisabeth Medan

Tahun 2009-2013 ...42 Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Riwayat Kehamilan Terdahulu

Berdasarkan Kategori BBLR di RS Santa Elisabeth Medan

(12)

Tabel 4.13 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Saat Pulang

(13)

DAFTAR GAMBAR

Berdasarkan Pendidikan di RS Santa Elisabeth Medan

Tahun 2009-2013 ...47 Gambar 5.4 Diagram Pie Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR

Berdasarkan Pekerjaan di RS Santa Elisabeth Medan Tahun

2009-2013...49

Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR Berdasarkan Daerah Asal di RS Santa Elisabeth Medan

Tahun 2009-2013 ...50

Gambar 5.6 Diagram Pie Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR Berdasarkan Umur Kehamilan di RS Santa Elisabeth Medan

Tahun 2009-2013 ...51

Gambar 5.7 Diagram Pie Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR Berdasarkan Paritas di RS Santa Elisabeth Medan Tahun

2009-2013...53 Gambar 5.8 Diagram Pie Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR

Berdasarkan Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan di RS Santa

Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...54 Gambar 5.9 Diagram Pie Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR

Berdasarkan Riwayat Kehamilan di RS Santa Elisabeth

Medan Tahun 2009-2013 ...56 Gambar 5.10 Diagram Pie Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR

Berdasarkan Cara Persalinan di RS Santa Elisabeth Medan

(14)

Gambar 5.11 Diagram Pie Proporsi Bayi BBLR Berdasarkan Keadaan

Saat Pulang di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...60 Gambar 5.12 Diagram Bar CFR Bayi BBLR Berdasarkan Umur

Kehamilan Ibu di RS Santa Elisabeth Medan Tahun

2009-2013 ...61 Gambar 5.13 Diagram Bar CFR Bayi BBLR Berdasarkan Kategori

BBLR di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...62 Gambar 5.14 Diagram Bar Proporsi Umur Ibu yang Melahirkan Bayi

BBLR Berdasarkan Kategori BBLR di RS Santa Elisabeth

Medan Tahun 2009-2013 ...63 Gambar 5.15 Diagram Bar Proporsi Umur Kehamilan Ibu yang

Melahirkan Bayi BBLR Berdasarkan Kategori BBLR di RS

Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...65

Gambar 5.16 Diagram Bar Proporsi Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR Berdasarkan Kategori

BBLR di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...67

Gambar 5.17 Diagram Bar Proporsi Riwayat Kehamilan Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR Berdasarkan Kategori BBLR di RS

Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...68

Gambar 5.18 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Bayi BBLR Berdasarkan Keadaan Saat Pulang di RS Santa Elisabeth

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Izin Penelitian ... 79

Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 80

Lampiran 3. Master Data ... 81

(16)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ririn Gultom

Tempat Lahir : Sibolga Tanggal Lahir : 9 Mei 1990 Suku Bangsa : Batak Toba

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : M. Gultom

Suku Bangsa Ayah : Batak Toba

Nama Ibu : R. Sibarani

Suku Bangsa Ibu : Batak Toba

Pendidikan Formal

(17)

ABSTRAK

Bayi berat lahir rendah ialah bayi yang lahir dengan berat 2.500 gram atau kurang tanpa memerhatikan usia kehamilan. Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah. Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the world’s mother 2007 dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh berat bayi lahir rendah. Terdapat sebanyak 149 kasus BBLR di RS Santa Elisabeth Medan dari tahun 2009-2013.

Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi BBLR dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel sebanyak 149 data (total sampling). Data dianalisis secara deskriptif menggunakan uji Chi-Square dan Kruskall Wallis.

Proporsi berdasarkan sosiodemografi tertinggi pada kelompok umur 20-35 tahun 79,2%, pendidikan akademi/perguruan tinggi 52,3%, pekerjaan ibu rumah tangga 39,6%, daerah asal Kota Medan 62,4%. Proporsi berdasarkan mediko obstetri tertinggi terdapat pada umur kehamilan 26-36 minggu 47,0%, paritas nullipara 49,0%, frekuensi pemeriksaan >4 kali 90,6%, riwayat kehamilan baik 81,2 %. Lama rawatan rata-rata 13,38 hari, keadaan ibu saat pulang sembuh 91,9%, keadaan bayi saat pulang sembuh 75,2%, cara persalinan seksio caesaria 55,7%. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur ibu berdasarkan kategori BBLR (p=1,000), frekuensi pemeriksaan kehamilan berdasarkan kategori BBLR (p=0,615), riwayat kehamilan berdasarkan kategori BBLR (p=0,167). Terdapat perbedaan yang bermakna antara umur kehamilan berdasarkan kategori BBLR (p=0,0001), lama rawatan rata-rata bayi dengan keadaan sewaktu pulang bayi (p=0,0001).

Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk melengkapi pencatatan rekam medik yang berkaitan dengan BBLR seperti umur kehamilan, paritas, frekuensi pemeriksaan kehamilan, kadar Hb, dan riwayat kehamilan. Meningkatkan pelayanan dan manajemen khususnya untuk penatalaksanaan medis bagi bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah sehingga dapat mengurangi tingginya angka kematian yang disebabkan BBLR.

(18)

ABSTRACT

Low birth weight babies are babies that born with weight 2.500 g or less regardless of gestational age. Every year in the world about 20 million babies are estimated born with low birth weight. Based on report by WHO quoted from the State of the World's Mother in 2007 stated that 27% of neonatal deaths are caused by low birth weight. There are 149 cases of LBW in Santa Elisabeth Hospital Medan from year 2009 to 2013.

Descriptive study with case series design are conducted in order to know the characteristics of mothers that gave birth to babies with low birth weight,. Population and samples as much as149 data (total sampling). Data were analyzed descriptively using Chi-Square test and Kruskal Wallis.

The highest sociodemographic proportion in the age group of 20-35 years 79.2%, education academy / university 52.3%, occupation housewives 39.6%, stay in Medan 62.4%. The highest proportion based on medico obstetric are gestational age 26-36 weeks 47.0%, parity nullipara 49.0%, antenatal care > 4 times 90.6%, obstetric history 81.2% with good obstetric history. The average length of stay 13.38 days, mother who discharged as recovered 91.9%, baby who discharged as recovered 75.2%, Caesaria section 55.7%. There is no significant difference between maternal age by LBW categories (p = 1.000), between frequency of antenatal care by LBW categories (p = 0.615), between obstetric history based on LBW categories (p = 0.167). There is a significant difference between gestational age based on LBW categories (p = 0.0001), between the average length of stay of the baby based on the babies state when discharged (p = 0.0001).

The hospital are expected to complete the medical record, especially relevant to low birth weight such as gestational age, parity, frequency of pregnancy examination, Hb, and obstetric history, and also to improve the service and management specifically the medical treatment for babies born with low birth weight to reduce the high mortality rate that caused by LBW.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud (Depkes RI, 2009). Pembangunan kesehatan diarahkan agar memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut dan

keluarga miskin. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan

berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak (Depkes RI, 2009).

Sebelumnya bayi baru lahir yang berat badannya 2.500 g atau kurang

disebut bayi prematur. Istilah prematur tersebut telah diganti menjadi berat badan lahir rendah (BBLR) oleh World Health Organization (WHO) sejak 1960, hal ini

karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2.500 g pada waktu lahir adalah bayi prematur (Syafrudin dan Hamidah, 2009). Dokumentasi fenomena penelitian oleh Gruenwald (1960) menunjukkan bahwa sepertiga bayi berat lahir rendah

(20)

Menurut WHO (2004) berat badan lahir rendah didefenisikan sebagai berat

saat lahir yang kurang dari 2.500 g. Hal ini didasari dari pengamatan epidemiologi bahwa bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 g, memiliki kemungkinan dua puluh kali untuk meninggal dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan

lebih dari 2.500 g.

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir.

Rata-rata berat bayi normal (usia gestasi 37 sampai dengan 41 minggu) adalah 3.200 g. Secara umum bayi berat lahir rendah dan bayi dengan berat berlebih (≥ 3.800 g) lebih besar risikonya untuk mengalami masalah kesehatan. Masa gestasi

juga merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup masa gestasi semakin baik kesejahteraan bayi (Damanik, 2010).

Secara garis besar angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator yang paling sensitif untuk mencerminkan permasalahan kesehatan yang berhubungan

dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat kesehatan ibu dan anak, status gizi ibu, upaya keluarga berencana (KB), kondisi kesehatan lingkungan dan sosial ekonomi keluarga (Maryunani, 2010).

Menurut Depkes RI (2008) yang mengutip WHO, terdapat 5 juta kematian neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) setiap tahun dengan angka

mortalitas neonatus adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari negara berkembang. Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1.000 kelahiran hidup. Dalam laporan WHO yang

(21)

2000-2003). Di Indonesia, menurut survey ekonomi nasional (SUSENAS) 2005,

kematian neonatus yang disebabkan oleh BBLR saja sebesar 38,85% (Maryunani dan Nurhayati , 2009).

WHO (2004) menyatakan secara global berdasarkan data dari tahun 2000,

lebih dari 20 juta bayi dilahirkan dengan berat lahir rendah. Pada tahun 2007 angka kematian bayi di Amerika adalah 6,8 per 1.000 kelahiran hidup, dan sekitar

16 % dari kematian tersebut disebabkan oleh prematur atau berat badan lahir rendah (Lissauer dan A.A. Fanaroff, 2013).

Sebanyak 95,6 % bayi yang lahir dengan BBLR terdapat di negara-negara

berkembang. Jumlah bayi dengan BBLR terkonsentrasi di dua wilayah yaitu Asia dan Afrika. Sebanyak 72% dari bayi yang lahir dengan BBLR tersebut terdapat di

Asia, di mana sebagian besar kelahiran terjadi, dan sebanyak 22% lahir di Afrika. Terdapat lebih dari 1 juta bayi yang lahir dengan BBLR di Cina dan hampir 8 juta

di India. Amerika Latin dan Karibia, dan Oceania memiliki jumlah bayi dengan BBLR, yaitu masing-masing sebesar 1,2 juta dan 27.000 (WHO, 2004).

Di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, morbiditas dan

mortalitas bayi masih tinggi. Jika dilihat dari umur bayi saat meninggal berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 sekitar 47%

kematian terjadi di masa neonatal dengan penyebab utama kematian adalah prematuritas dan BBLR sebesar 29% (Depkes RI, 2009).

Penelitian dengan analisis lanjut dari data Riskesdas 2010 di Indonesia

(22)

6,7 persen sampel yang tidak pernah sekolah dan tidak tamat SD, lebih dari 60

persen keluarga sampel tergolong kelompok ekonomi menengah kebawah. Sebanyak 85 persen sampel melakukan pemeriksaan kehamilan minimal satu kali pada trimester pertama, dan hampir semua sampel yaitu 96,4 persen telah

melakukan pemeriksaan kehamilan sedikitnya satu kali pada trimester kedua, dan sebanyak 87 persen sampel sedikitnya dua kali memeriksakan kehamilannya pada

trimester ke-3 (Ernawati dkk, 2010).

Berdasarkan penelitian Leni Sri Rahayu dan Mira Sofyaningsih di Kota dan Kabupaten Tangerang didapatkan bahwa sebanyak 88,4% bayi memiliki berat

badan lahir normal sedangkan bayi yang lahir dengan BBLR ditemukan sebesar 6% (Rahayu dan Mira ,2011). Dari hasil penelitian Pipit Festy di Sumenep, dari

tahun 2009 sampai Maret 2010 didapatkan dari 337 bayi sebanyak 128 (38%) bayi yang memiliki berat kurang dari 2.500 g pada 5 puskesmas (Festy, 2010).

Penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang, dari 66 bayi yang lahir dengan BBLR didapatkan hubungan antara usia ibu dengan kejadian BBLR (p=0,000 < 0,05) dimana angka kejadian BBLR lebih tinggi pada ibu usia resiko

tinggi dibandingkan pada ibu usia resiko rendah yang berpengaruh sebesar 11%. (Rahardjo dkk, 2011).

Widarsa dan Ketut (2011) meenemukan hasil penelitian di RSUD Wangaya Denpasar yang menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami anemia trimester I berisiko 10 kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan

(23)

untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu hamil yang tidak anemia [RR=16;

95%CI 3,49-73,41). Tidak terdapat perbedaan angka kejadian BBLR antara anemia trimester I dengan anemia trimester II (p=0,297).

Hasil survei pendahuluan di RS Santa Elisabeth Medan didapatkan

sebanyak 149 bayi dengan BBLR dari tahun 2009-2013, dengan rincian yaitu 40 bayi tahun 2009, 39 bayi tahun 2010, 23 bayi tahun 2011, 40 bayi tahun 2012, 7

bayi tahun 2013.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah di RS

Santa Elisabeth Medan tahun 2009-2013.

1.2 Rumusan Masalah

Belum diketahuinya karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di Rumah RS Santa Elisabeth Medan tahun

2009-2013.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun

2009-2013.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui distribusi proporsi ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR

(24)

b. Mengetahui distribusi proporsi ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR

berdasarkan mediko obstetri meliputi umur kehamilan, paritas, kadar Hb, frekuensi pemeriksaan kehamilan, dan riwayat kehamilan.

c. Mengetahui lama rawatan rata-rata bayi yang lahir dengan BBLR

d. Mengetahui distribusi proporsi ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR berdasarkan keadaan waktu pulang.

e. Mengetahui distribusi proporsi bayi dengan BBLR berdasarkan keadaan waktu pulang.

f. Mengetahui distribusi proporsi ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR

berdasarkan cara persalinan.

g. Mengetahui distribusi proporsi umur ibu berdasarkan kategori BBLR.

h. Mengetahui distribusi proporsi umur kehamilan ibu berdasarkan kategori BBLR.

i. Mengetahui distribusi proporsi kadar Hb ibu berdasarkan kategori BBLR. j. Mengetahui distribusi proporsi frekuensi pemeriksaan kehamilan

berdasarkan kategori BBLR.

k. Mengetahui distribusi proporsi riwayat kehamilan terdahulu berdasarkan kategori BBLR.

(25)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Sebagai bahan masukan informasi untuk perencanaan bagi pihak RS Santa Elisabeth Medan dalam upaya meningkatkan perawatan dan pelayanan kesehatan bayi BBLR.

1.4.2 Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan penulis.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi BBLR

World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2.500 g

disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah) (Surasmi dkk, 2003). Menurut Syafrudin dan Hamidah (2009) yang mengutip dari Depkes RI, bayi berat lahir rendah ialah bayi yang lahir dengan berat 2.500 g atau kurang

tanpa memerhatikan usia kehamilan. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam, bayi berat lahir rendah

(BBLR) dengan berat lahir 1.500-2.500 g, bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir kurang dari 1.500 g, dan bayi berat lahir ekstrim rendah

(BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1.000 g (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Ketahanan hidup bayi BBLSR (berat lahir sangat rendah < 1.500 g) di negara maju telah meningkat secara dramatis, namun demikian peningkatan ketahanan

hidup ini dicapai dengan akibat tingginya angka neurodisabilitas. Bayi dengan berat lahir sangat rendah memiliki risiko yang sangat meningkat terhadap

(27)

Pada kongres European Perinatal Medicine II di London (1970) dibuat

keseragaman defenisi bayi menurut usia kehamilan, yaitu sebagai berikut:

a. Bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari).

b. Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari).

c. Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih).

Dari pengertian tersebut BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu

prematuritas murni dan dismaturitas. Disebut prematuritas murni jika masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan

untuk masa gestasinya, biasa pula disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. Dismaturitas ialah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat

badan seharusnya untuk masa gestasinya. Artinya bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (Syafrudin dan Hamidah, 2009).

Menurut Manuaba (2005) persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar

kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Bentuk persalinan berdasarkan defenisi adalah sebagai berikut:

(28)

b. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar,

contoh ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, dan seksio caesaria.

c. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan ransangan.

Menurut Rustam yang dikutip oleh Syafrudin dan Hamidah (2009), diagnosis dan gejala klinik BBLR dibagi dua, yaitu sebagai berikut:

a. Sebelum bayi lahir.

Pada anamnesis sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, lahir mati, pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan,

pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, pertambahan berat badan ibu sangat lambat tidak seperti seharusnya, sering dijumpai kehamilan denga

oligohidramnion, hiperemesis gravidarum, dan perdarahan antepartum. b. Setelah bayi lahir.

Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin, secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini ialah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering,

berlipat-lipat, mudah diangkat. Bayi prematur, memiliki verniks kaseosa, jaringan lemak bawah kulit sedikit, menangis lemah, tonus otot hipotoni, kulit tipis, kulit

merah dan transparan.

2.2 Masalah pada BBLR

Masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)

(29)

pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskuler, hematologi, gastrointestinal,

ginjal, dan termoregulasi (Maryunani dan Nurhayati, 2009). 2.2.1 Sistem pernafasan

Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera

setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam paru yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian

dalam alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi). Lumen sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thoraks, lemah atau tidak adanya gag refleks dan pembuluh darah yang

imatur. Hal-hal inilah yang mengganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).

2.2.2 Sistem neurologi (susunan saraf pusat)

Bayi dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf

pusat. Hal ini disebabkan antara lain, perdarahan intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat

berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi/iskemia.

2.2.3 Sistem kardiovaskuler

Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/kelainan janin, yaitu Patent Ductus Arteriosus, yang merupakan akibat dari gangguan adaptasi

(30)

penutupan ductus arteriosus, antara lain berupa kurangnya otot polos pembuluh

darah, dan rendahnya kadar oksigen pada bayi BBLR. 2.2.4 Sistem gastrointestinal

Bayi dengan BBLR terutama yang kurang bulan umumnya saluran

pencernaannya belum berfungsi seperti pada bayi cukup bulan. Hal ini diakibatkan antara lain karena tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan

sampai usia gestasi 33-34 minggu, kurangnya cadangan beberapa nutrisi seperti kurang dapat menyerap lemak dan mencerna protein, jumlah enzim yang belum mencukupi, waktu pengosongan lambung yang lambat dan penurunan/ tidak

adanya motilitas, dan meningkatkan resiko NEC (Netrikans Entero Colitis).

2.2.5 Sistem termoregulasi

Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil, yang disebabkan antara lain:

a. Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatife luas )

b. Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat )

c. Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit

d. Kekurangan oksigen yang dapat berpengaruh pada penggunaan kalori

e. Tidak memadainya aktivitas otot

f. Ketidakmatangan pusat pengaturan suhu di otak

(31)

2.2.6 Sistem hematologi

Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain karena bayi BBLR terutama yang kurang bulan, adalah:

a. Usia sel darah merahnya lebih pendek b. Pembentukan sel darah merah yang lambat

c. Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh

d. Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboratorium yang sering

e. Deposit vitamin E yang rendah

2.2.7 Sistem imunologi

Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, seringkali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi daripada

bayi cukup bulan.

2.2.8 Sistem perkemihan

Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya,

dimana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk mengelola air, elektrolit dan asam basa, tidak mampu mengeluarkan hasil

metabolisme dan obat-obatan dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urine.

2.2.9 Sistem integumen

(32)

2.2.10 Sistem penglihatan

Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP) yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.

2.3 Epidemiologi BBLR

2.3.1 Distribusi dan frekuensi

Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir

rendah. Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the world’s mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh bayi berat lahir rendah. Namun demikian, sebenarnya jumlah ini diperkirakan

lebih tinggi karena sebenarnya kematian yang disebabkan oleh sepsis, asfiksia dan kelainan kongenital sebagian juga adalah BBLR (Depkes RI, 2008).

Berat lahir merupakan faktor risiko utama untuk mortalitas neonatal. Oleh karena itu, angka mortalitas neonatal sangat ditentukan oleh distribusi berat lahir

dan angka mortalitas yang spesifik untuk berat lahir. Pada tahun 2000 di Amerika Serikat terdapat 7,6 % bayi berat badan lahir rendah dengan angka mortalitas neonatal 48 per 1.000 kelahiran hidup pada kelompok khusus (Lissauer dan

Fanaroff, 2009).

Kasus BBLR masih terjadi 12,4% kelahiran kulit hitam dan 5,4%

kelahiran kulit putih. Ras menjadi faktor penentu kuat, tetapi faktor penentu ini tampat diperantarai oleh masalah status sosioekonomi yang umumnya lebih rendah dan masa pendidikan yang lebih singkat (Picket dan Hanlon, 2009).

(33)

meninggal berdasarkan SKRT 2001 sekitar 47% kematian terjadi di masa neonatal

dengan penyebab utama kematian adalah prematuritas dan BBLR (29%). Di Indonesia, menurut survey ekonomi nasional (SUSENAS) 2005, kematian neonatus yang disebabkan oleh BBLR saja sebesar 38,85% (Depkes RI, 2008) .

Berdasarkan laporan dari University of California San Francisco Children’s Hospital (2004), bayi campuran Afrika Amerika dua kali lebih

mungkin untuk memiliki berat badan lahir sangat rendah, sama halnya dengan bayi kaukasia. Ibu usia remaja terutama yang kurang dari 15 tahun, memiliki risiko lebih tinggi memiliki bayi dengan berat badan lahir sangat rendah. Bayi dari

kehamilan ganda meningkat risikonya untuk mengalami berat badan lahir sangat rendah karena biasanya mereka dilahirkan prematur. Lebih dari 50% bayi kembar

dan kehamilan ganda lainnya memiliki berat badan lahir sangat rendah.

Wanita yang terpapar narkoba, alkohol, dan rokok selama kehamilan lebih

mungkin untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Ibu dari status sosial ekonomi rendah juga lebih cenderung untuk mendapat gizi yang buruk selama kehamilan, perawatan prenatal yang tidak memadai, dan komplikasi kehamilan.

2.3.2 Faktor-faktor yang memengaruhi kejadian BBLR

Menurut Ambarwati dan Rismintari (2009) yang mengutip pendapat

(34)

a. Faktor ibu

1. Gizi saat hamil yang kurang. Kekurangan zat gizi yang diperlukan selama pertumbuhan dapat menyebabkan makin tingginya kehamilan prematur atau BBLR dan cacat bawaan.

2. Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun

3. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat (kurang dari 1 tahun). Jarak

kehamilan sebaiknya lebih dari 2 tahun. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu punya waktu yang terlalu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya ke kondisi sebelumnya.

4. Paritas

5. Penyakit ibu, yaitu penyakit yang diderita ibu sebelum hamil atau penyakit

yang menyertai kehamilan. b. Faktor kehamilan

1. Hamil dengan hidramnion 2. Perdarahan antepartum

3. Komplikasi hamil meliputi preeklamsi/eklamsi, dan ketuban pecah dini.

c. Faktor janin 1. Cacat bawaan

2. Infeksi dalam rahim

Menurut Maryunani dan Nurhayati (2009) penyebab bayi dengan berat badan lahir rendah yang lahir kurang bulan antara lain disebabkan oleh:

(35)

c. Kehamilan kembar

d. Ibu pernah melahirkan bayi prematur/ berat badan lahir rendah sebelumnya e. Ibu dengan inkompeten serviks (mulut rahim yang lemah sehingga tidak

mampu menahan berat bayi dalam rahim)

f. Ibu hamil yang sedang sakit

Pada bayi yang lahir cukup bulan tetapi memiliki berat badan kurang

antara lain disebabkan oleh:

a. Ibu hamil dengan gizi buruk/kekurangan nutrisi

b. Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, preeklampsia, anemia

c. Ibu menderita penyakit kronis (penyakit jantung sianosis), infeksi (infeksi saluran kemih), malaria kronik.

d. Ibu hamil yang merokok dan penyalahgunaan obat.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat memengaruhi kejadian

BBLR, yaitu: a. Umur

Kehamilan risiko tinggi tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan

ibu hamil dan bayi menjadi sakit dan atau meninggal. Banyak faktor risiko ibu hamil dan salah satu faktor yang penting adalah usia. Ibu hamil pada usia lebih

dari 35 tahun lebih berisiko tinggi untuk hamil dibandingkan bila hamil pada usia normal yang biasanya terjadi sekitar umur 21-30 tahun. Saat ini, kita melihat banyak perempuan cenderung hamil pada usia tua karena usia pernikahan juga

(36)

muda dan lebih tua mempunyai risiko yang lebih besar. Kehamilan remaja

mempunyai frekuensi bayi berat lahir rendah yang lebih tinggi (Benson dan Pernoll, 2009).

b. Umur kehamilan

Berdasarkan usia kehamilan, bayi yang baru lahir mungkin kurang bulan, aterm, atau lebih bulan. Berdasarkan ukuran bayi yang baru lahir mungkin tumbuh

normal dan sesuai masa kehamilan, kecil ukurannya yaitu kecil masa kehamilan, atau tumbuh berlebihan yaitu besar masa kehamilan. Secara umum disepakati bahwa bayi-bayi yang lahir sebelum 26 minggu, terutama mereka dengan berat

badan lahir 750 g, berada di ambang batas kelansungan hidup dan bahwa bayi-bayi kurang bulan ini memunculkan berbagai pertimbangan medis, sosial, dan

etika yang kompleks (Cunningham dkk, 2013)..

Keputusan untuk melahirkan prematur adalah paling sulit pada titik

kemungkinan kehidupan, yaitu usia kehamilan 23-26 minggu, dan harus melibatkan ahli kandungan, ahli neonatologi dan orangtua (Lissauer dan Fanaroff, 2013). The neonatal research network meninjau 4.446 bayi yang lahir pada usia

gestasi antara 22 dan 25 minggu . Mereka melaporkan bahwa kemungkinan keluaran yang baik dengan perawatan intensif dapat diperkirakan dengan

mempertimbangkan usia gestasional, jenis kelamin, paparan terhadap kortikosteroid antenatal, persalinan bayi tunggal versus multifetal, dan berat lahir. berdasarkan ini tersedia sebuah alat bagi klinisi untuk mempergunakan

(37)

c. Pendidikan

Pendidikan masyarakat memegang peranan penting yang meliputi pentingnya arti pengawasan hamil, mengajarkan tentang makanan yang berpedoman pada empat sehat dan lima sempurna, pentingnya arti tetanus toksoid,

pentingnya arti pelaksanaan keluarga berencana, mengarahkan tempat persalinan dilakukan untuk mendapatkan well born baby. Tujuan pendidikan kesehatan

masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, mengarahkan masyarakat memilih tenaga kesehatan terlatih, meningkatkan pengertian masyarakat tentang imunisasi, keluarga berencana, dan gizi sehingga

mengurangi ibu hamil dengan anemia (Manuaba dkk, 2009).Kematian ibu sering disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks yang menjadi tanggung jawab

lebih dari satu sektor. Terdapat korelasi yang jelas antara pendidikan, penggunaan kontrasepsi dan persalinan yang aman (Efendi dan Makhfudli, 2009).

c. Pekerjaan

Penelitian yang dilakukan di California tahun 2000 menemukan bahwa berat badan bayi secara signifikan berkurang pada ibu yang pengangguran atau

bekerja paruh waktu daripada Ibu yang memiliki pekerjaan tetap (p<0,05). Kemungkinan berat badan lahir rendah (<2.500 g) adalah 6,4 kali lebih besar bagi

ibu yang bekerja paruh waktu dibandingkan yang memiliki pekerjaan tetap (p <.05) (Dooley dan Prause, 2005).

d. Paritas

(38)

paritas, karena menurunnya fungsi hormon reproduksi dan perubahan pembuluh

darah. Dari penelitian Bambang Rahardjo, Uswatun Khasanah, Khoirotul Habibahini di RSU Dr.Saiful Anwar Malang didapatkan ada hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR dimana angka kejadian BBLR lebih tinggi pada

ibu paritas tinggi dibandingkan pada ibu paritas rendah yang berpengaruh sebesar 4% (Rahardjo dkk, 2011).

e. Kadar Hb

Menurut catatan dan perhitungan Depkes RI di Indonesia sekitar 67% bumil mengalami anemia. Berdasarkan ketetapan WHO anemia bumil adalah bila

kadar Hb kurang dari 11 gr%. Sebagian besar anemia adalah anemia defisiensi besi yang dapat disebabkan oleh konsumsi besi dari makanan yang kurang atau

terjadi perdarahan menahun akibat parasit. Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya, dengan adanya anemia kemampuan

metabolisme tubuh akan berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akan terganggu, dan salah satu akibatnya adalah BBLR (Manuaba dkk, 2007).

f. Pemeriksaan kehamilan

Pemeriksaan fisik pada ibu hamil selain bertujuan untuk mengetahui

keadaan ibu dan janin saat ini, juga bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada pemeriksaan berikutnya. Setiap pemeriksaan kehamilan petugas akan mengetahui apakah ibu sehat, janin tumbuh dengan baik, tinggi fundus uteri

(39)

obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian

kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Bila kehamilan termasuk risiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan normal jadwal asuhan cukup empat kali. Selama melakukan kunjungan untuk

asuhan antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran

berbagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan (Prawirohardjo dkk, 2008).

Secara khusus, pengawasan antenatal bertujuan untuk:

a. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat

kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas.

b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan

kala nifas.

c. Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi dan aspek keluarga berencana.

d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal (Manuaba dkk, 2010).

Standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) 10 T meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum

(40)

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

2. Ukur tekanan darah.

3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas). 4. Ukur tinggi fundus uteri.

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) bila diperlukan.

7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan. 8. Test laboratorium (rutin dan khusus).

9. Tatalaksana kasus

10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah,

hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berrisiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan

thalasemia. Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar

tersebut. Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu hamil adalah dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat (Depkes RI, 2009).

(41)

bayi (umur < 12 bulan) di seluruh Indonesia ditemukan bahwa adanya hubungan

yang signifikan antara pemeriksaan kehamilan (antenatal care) dengan kejadian BBLR dengan OR 1,8 (CI 95%: 1.3 - 2.5). Artinya ibu yang melakukan kunjungan antenatal care lebih dari 4 kali, mempunyai peluang untuk tidak

melahirkan anak BBLR sebesar 1,8 kali dibandingkan dengan ibu yang melakukan antenatal care kurang dari 4 kali (Ernawati dkk, 2010).

g. Riwayat kehamilan

Riwayat kehamilan buruk yaitu pernah keguguran, pernah mengalami persalinan prematur, bayi lahir mati, riwayat persalinan dengan tindakan

(ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, seksio sesaria), pre-eklampsia/eklampsia, gravida serotinus, kehamilan dengan perdarahan antepartum (Manuaba dkk,

2009).. Berdasarkan penelitian K.S. Negi dkk di Rural Health Training Centre (RHTC) Department of Community Medicine and the Obstetric and Gynaecology

Wards of the Himalayan Institute of Medical Sciences, Dehradun India tahun 2009 ibu dengan riwayat obstetri yang buruk cenderung untuk melahirkan bayi dengan BBLR, terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat obstetri yang

buruk dengan BBLR (p<0,1) (Negi dkk, 2006).

2.4 Pencegahan BBLR 2.4.1 Pencegahan primer

Menurut University of Rochester Medical Center (2014) dan Shore (2009) pencegahan ini merupakan upaya untuk mencegah ibu hamil melahirkan bayi

dengan BBLR, antara lain sebagai berikut:

(42)

prematur dan bayi berat lahir rendah. Pada kunjungan prenatal, kesehatan ibu

dan janin dapat diperiksa.

b. Gizi dan berat badan ibu berhubungan dengan pertambahan berat janin dan berat bayi saat lahir, maka makan makanan yang sehat dan mendapatkan

berat badan yang tepat saat kehamilan sangat penting.

c. Ibu harus menghindari alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang, yang dapat

berkontribusi untuk pertumbuhan janin yang buruk, diluar dari komplikasi lainnya.

d. Anjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm atau istirahat

baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari normal. e. Tingkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana.

2.4.2 Pencegahan sekunder

Menurut Maryunani dan Nurhayati (2009) upaya ini dilakukan untuk

mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat BBLR, yaitu: a. Pengaturan suhu badan /thermoregulasi

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) terutama yang kurang bulan

membutuhkan suatu thermoregulasi yaitu suatu pengontrolan suhu badan secara fisiologis dengan mengatur pembentukan atau pendistribusian panas, dan

pengaturan terhadap suhu keliling dengan mengontrol kehilangan dan pertambahan panas. Berikut ini adalah beberapa cara pencegahan panas pada bayi berat lahir rendah yang sehat antara lain:

(43)

hangat)

3. Topi dipakaikan untuk mecegah kehilangan panas melalui kulit kepala 4. Bila suhu bayi stabil, bayi dapat dirawat di boks terbuka dan diselimuti.

Sementara itu, pada bayi berat lahir rendah yang sakit, cara untuk mencegah

kehilangan panas, antara lain: 1. Bayi harus segera dikeringkan

2. Untuk mentransportasi bayi, digunakan transport inkubator yang sudah hangat 3. Tindakan terhadap bayi dilakukan di bawah radiant warmer

4. Suhu lingkungan netral dipertahankan

b. Metode kanguru

Metode kanguru merupakan salah satu metode perawatan bayi berat lahir

rendah untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir, yang diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan Martinez dari Columbia pada tahun 1979. Rey dan

Martinez melaporkan skin to skin contact dapat meningkatkan kelangsungan hidup bayi terutama yang mengalami BBLR atau prematur. Prinsip dasar dari metode kanguru ini adalah mengganti perawatan bayi BBLR dalam inkubator

dengan metode kanguru. Hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas terutama inkubator dan tenaga kesehatan dalam perawatan bayi BBLR, penggunaan

inkubator memiliki beberapa keterbatasan antara lain, memerlukan tenaga listrik dan memudahkan infeksi nosokomial, rujukan ke rumah sakit untuk bayi BBLR sangat tinggi sebelum dilakukan metode kanguru.

(44)

1.500-2.500 g bayi prematur, bayi yang tidak terdapat kegawatan pernafasan dan

sirkulasi, bayi mampu bernafas sendiri, bayi yang tidak terdapat kelainan bawaan berat, dan suhu tubuh bayi stabil (36,5-37,5ᴼC).

2.4.3 Pencegahan tersier a. Pemberian ASI

Mengutamakan pemberian ASI adalah hal yang paling penting karena:

1. ASI mempunyai keuntungan yaitu kadar protein tinggi, laktalalbumin, zat kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak esensial, laktosa dan oligosakarida. 2. ASI mempunyai faktor pertumbuhan usus, oligosakarida untuk memacu

motilitas usu dan perlindungan terhadap penyakit.

3. Dari segi psikologis, pemberian ASI dapat meningkatkan ikatan antara ibu

dan bayi.

4. Bayi kecil/ berat rendah rendah rentan terhadap kekurangan nutrisi, fungsi

organnya belum matang, kebutuhan nutrisinya besar dan mudah sakit sehingga pemberian ASI atau nutrisi yang tepat penting untuk tumbuh kembang yang optimal bagi bayi.

b. Pemijatan bayi

Ternyata dari kebanyakan penelitian melaporkan bayi prematur yang

biasanya lahir dengan berat badan lahir rendah mengalami kenaikan berat badan yang lebih besar dan berkembang lebih baik setelah dilakukan pemijatan secara teratur. Margaret Ribbie, seorang psikiater pada tahun 1940 mengamati bahwa

(45)

Pemijatan pada bayi berat badan lahir rendah bertujuan untuk, antara lain:

1. Memacu pertumbuhan berat badan bayi

2. Membantu bayi melepaskan rasa tegang dan gelisah 3. Menguatkan dan meningkatkan sistem imunologi

4. Merangsang pencernaan makanan dan pengeluaran kotoran 5. Membuat bayi tidur lebih tenang

6. Menjalin komunikasi dan ikatan antara bayi atau orangtuanya.

2.5 Kerangka Konsep

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR 1. Sosiodemografi

Umur Pendidikan Pekerjaan Daerah Asal 2. Mediko Obstetri

Umur Kehamilan Paritas

Kadar Hb

Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan Riwayat Kehamilan

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat dekriptif dan menggunakan desain case series.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan Desember 2013 di RS Santa Elisabeth Medan. Pemilihan lokasi dilakukan atas pertimbangan bahwa belum pernah dilakukan

penelitian Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RS Santa Elisabeth Medan pada tahun 2009-2013.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh data ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah pada tahun 2009-2013 yang tercatat dalam laporan rekam medik RS Santa Elisabeth Medan yang berjumlah 149 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah

pada tahun 2009-2013 di RS Santa. Elisabeth Medan yang tercatat dalam kartu status. Besar sampel adalah sama dengan populasi (Total Sampling).

3.4 Metode Pengumpulan Data

(47)

Elisabeth Medan tahun 2009-2013. Berkas rekam medis dikumpulkan kemudian

dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang diteliti. 3.5 Teknik Analisa Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan computer dan dianalisa secara

statistik deskriptif dengan bantuan program SPSS ( Statistical Product and Service Solutions) menggunakan uji Chi-Square dan Kruskal Wallis. Kemudian

data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, proporsi, diagram pie dan diagram bar.

3.6 Definisi Operasional

3.6.1 Ibu bayi BBLR adalah ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah yang tertulis pada kartu status.

3.6.2 Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 g yang tertulis pada kartu status, dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

1. BBLER (Berat badan lahir ekstrim rendah) yaitu bayi dengan berat lahir kurang dari 1.000 g.

2. BBLSR (Berat badan lahir sangat rendah) yaitu bayi dengan berat lahir antara 1.000 sampai dengan 1.499 g.

3. BBLR (Berat badan lahir rendah) yaitu bayi dengan berat lahir antara 1.500 sampai dengan 2.500 g.

Untuk analisa statistik, kategori berat badan lahir rendah dikategorikan menjadi (Lissauer dkk, 2009):

1. Berat badan lahir < 1.500 g 2. Berat badan lahir 1.500-2.500 g

3.6.3 Umur ibu adalah umur ibu saat melahirkan bayi dengan berat badan lahir

rendah, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas : 1. Umur < 20 tahun dan > 35 tahun (risiko tinggi)

(48)

3.6.4 Suku adalah keterangan etnik ibu yang tertulis pada kartu status,

dikategorikan atas : 1. Jawa

2. Batak 3. Tionghoa 4. Minang 5. Lain-lain

3.6.5 Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang ditamatkan oleh ibu,

sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas : 1. SD

2. SLTP 3. SLTA

4. Akademi/Perguruan Tinggi

3.6.6 Pekerjaan adalah kegiatan yang paling utama dilakukan oleh ibu, sesuai

dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2. Pegawai Swasta

3. Wiraswasta

4. Ibu Rumah Tangga

3.6.7 Daerah asal adalah wilayah atau tempat darimana ibu berasal, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan

3.6.8 Umur kehamilan adalah umur kandungan ibu saat melahirkan, dikategorikan atas :

1. < 26 minggu 2. 26 - 36 minggu 3. ≥ 37 minggu

Untuk analisa statistik, kategori berat badan lahir rendah dikategorikan

(49)

1. < 26 minggu 2 . ≥ 26 minggu

3.6.9 Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu sampai anak

terakhir,dikategorikan atas :

1. Nullipara (Belum pernah melahirkan) 2. Primipara (Pernah melahirkan satu kali)

3. Multipara (Pernah melahirkan dua kali atau lebih)

3.6.10 Kadar Hb adalah g % kadar hemoglobin di dalam darah ibu menjelang persalinan sesuai yang tertulis di kartu status, dikategorikan atas:

1. Hb < 11 gr % (Anemia) 2. Hb ≥ 11 gr % (Tidak anemia)

3.6.11 Frekuensi pemeriksaan kehamilan adalah jumlah kunjungan pemeriksaaan

kehamilan (Antenatal Care)semasa kehamilan, dikelompokkan atas:

1. ≤ 4 kali 2. > 4 kali

3.6.12 Riwayat kehamilan terdahulu adalah kondisi dari akhir kehamilan yang pernah dialami ibu sebelum kehamilan ini, dikategorikan atas:

1. Riwayat baik: kondisi dari kehamilan terdahulu yang pernah dialami ibu berlangsung normal atau belum pernah mengalami kehamilan sebelumnya.

2. Riwayat buruk: kondisi dari kehamilan terdahulu yang pernah dialami ibu mengalami gangguan seperti persalinan prematur, abortus, lahir mati, dan lain-lain.

3.6.13 Lama rawatan rata-rata bayi adalah rata-rata lamanya hari rawatan bayi

yang dihitung dari tanggal masuk sampai keluar dari rumah sakit.

3.6.14 Keadaan sewaktu pulang ibu adalah kondisi ibu sewaktu pulang dari rumah sakit, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan

(50)

1. Pulang sembuh

2. Pulang Atas Permintaan Sendiri 3. Meninggal

3.6.15 Keadaan sewaktu pulang bayi adalah kondisi bayi sewaktu pulang dari rumah sakit, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan

atas :

1. Pulang sembuh

2. Pulang Atas Permintaan Sendiri 3. Meninggal

3.6.16 Cara persalinan adalah cara yang dilakukan dalam proses persalinan, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Normal

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Profil Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 4.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan terletak di Jalan H. Misbah No.7 Medan dan berdiri sejak tanggal 23 Desember 1960. Rumah Sakit Santa Elisabeth merupakan rumah sakit milik Kongregasi Suster Fransiskanes Santa Elisabeth

Medan.

4.1.2 Visi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Menjadikan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan mampu berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi atas dasar cinta

kasih dan persaudaraan sejati dalam era globalisasi. 4.1.3 Misi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Meningkatkan derajat kesehatan, melalui sumber daya manusia yang

profesional, sarana dan prasarana yang memadai, dengan tetap memperhatikan masyarakat lemah.

4.1.4 Pelayanan medis

Rumah Sakit ini telah dilengkapi berbagai prasarana yang terdiri dari Poli Umum, Spesialis, Unit Gawat Darurat (UGD), Intensive Care Unit (ICU).

Masing-masing unit dilengkapi dengan fasilitas sesuai dengan kebutuhan

pelayanan. UGD sebagai unit pelayanan kegawatdaruratan, dilengkapi dengan ruang tindakan, ruang resusitasi, ruang bedah, ruang one day care dan fasilitas yang memadai. Poli umum dilayani dokter umum yang melayani pasien rawat

(52)

rumah sakit melayani penyakit yang berkaitan dengan penyakit urologi,

neurologi/saraf, THT, jantung, paru, anak, onkologi, kulit/kelamin, mata, gigi, bedah umum, dan bedah saraf. Kamar bedah yang tersedia adalah kamar bedah digestif, thorax, orthopedi, urologi, saraf, anak, THT, mata, mulut, kebidanan, dan

onkologi. Rumah Sakit ini memiliki 4 kamar operasi, 2 kamar tindakan untuk bedah minor, dan 1 kamar ruang pemulihan (recovery room).

4.1.5 Pelayanan penunjang medis

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan memiliki pelayanan penunjang medis seperti laboratorium, rontgen, farmasi, fisioterapi, ruang diagnostik, hemodialisa.

Laboratorium buka selama 24 jam. Pemeriksaan di laboratorium dapat dilakukan dengan darurat dan bukan darurat.

4.1.6 Penunjang umum

Penunjang umum yang terdapat di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

terdiri dari administrasi, jaringan komputer, telepon, sumber air, sumber listrik, pengolahan air limbah, instalasi gizi dan dapur umum, Central Steril Supply Departement (CSSD), teknik pemeliharaan, kendaraan, dan fasilitas umum

lainnya.

4.2 Analisis Deskriptif

(53)

Proporsi ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR di RS Santa Elisabeth

Medan pada tahun 2009-2013 berdasarkan sosiodemografi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Sosiodemografi di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 melahirkan bayi BBLR tertinggi berdasarkan kelompok umur terdapat pada umur

20-35 tahun 79,2% dan terendah <20 dan >35 tahun 17,4 % serta terdapat yang tidak tercatat 3,4%. Proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR tertinggi

(54)

yang melahirkan bayi BBLR tertinggi berdasarkan pendidikan yaitu

akademi/perguruan tinggi 52,3% terendah SLTP 4,8% serta tidak tercatat 1,3%. Proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR tertinggi berdasarkan pekerjaan yaitu ibu rumah tangga 39,6% terendah PNS 8,1%. Proporsi ibu yang melahirkan bayi

BBLR tertinggi berdasarkan daerah asal yaitu Kota Medan 62,4% terendah luar Kota Medan 37,6%.

4.2.2 Karakteristik ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan mediko obstetri

Proporsi karakteristik ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan mediko obstetri di RS Santa Elisabeth Medan pada tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR berdasarkan Mediko Obstetri di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013

Mediko Obstetri f %

(55)

Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR tertinggi berdasarkan umur kehamilan adalah 26-36 minggu 47,0% dan

terendah adalah < 26 minggu 6,7% serta tidak tercatat 5,4%. Proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR tertinggi berdasarkan paritas adalah nullipara 49,0% dan terendah adalah multipara 18,8%. serta tidak tercatat 2,0%. Proporsi ibu yang

melahirkan bayi BBLR berdasarkan kadar Hb tidak dapat diketahui karena tidak

tercatat di kartu status. Proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR tertinggi berdasarkan frekuensi pemeriksaan adalah >4 kali 90,6% dan terendah ≤ 4 kali

5,4% serta tidak tercatat 4,0%. Proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR tertinggi

berdasarkan riwayat kehamilan adalah baik 81,2 % dan terendah riwayat kehamilan buruk 18,1% serta tidak tercatat 0,7%.

4.2.3 Lama rawatan rata-rata bayi

Lama rawatan rata-rata bayi BBLR di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Bayi BBLR Berdasarkan Lama Rawatan Rata-Rata Di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013

(56)

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata bayi BBLR

adalah 13,38 hari atau 13 hari. SD (Standar Deviasi) 14,90 hari dengan lama rawatan minimum 1 hari dan lama rawatan maksimum 134 hari.

4.2.4 Keadaan saat pulang ibu

Proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan keadaan saat pulang

di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Keadaan Saat Pulang di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013

Keadaan saat pulang f %

Pulang sembuh 137 91,9

Pulang atas permintaan sendiri 12 8,1

Total 149 100,0

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa proporsi ibu yang melahirkan bayi

BBLR berdasarkan keadaan pulang pulang sembuh 91,9% dan pulang atas permintaan sendiri 8,1%. Tidak terdapat ibu yang melahirkan bayi BBLR

berdasarkan keadaan saat pulang yang meninggal.

4.2.5 Keadaan saat pulang bayi

Proporsi bayi BBLR berdasarkan keadaan saat pulang di RS Santa

Elisabeth Medan tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Bayi BBLR Berdasarkan Keadaan Saat Pulang di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013

Keadaan saat pulang f %

Pulang sembuh 112 75,2

Pulang atas permintaan sendiri 11 7,4

Meninggal 26 17,4

Total 149 100

Dari tabel 4.5. dapat diketahui bahwa proporsi bayi BBLR berdasarkan

(57)

dan meninggal 17,4%. Berikut ini merupakan tabel 4.6 Case Fatality Rate (CFR)

bayi dengan BBLR berdasarkan umur kehamilan ibu dan kategori BBLR.

Tabel 4.6 CFR Bayi BBLR Berdasarkan Umur Kehamilan Ibu di RS Santa

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari CFR bayi BBLR tertinggi terdapat

pada usia kehamilan < 26 minggu 90,0%. CFR bayi BBLR pada usia kehamilan 26-36 minggu 17,1%, usia kehamilan ≥ 37 minggu 3,3%.

Tabel 4.7 CFR Bayi BBLR Berdasarkan Kategori BBLR di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 berat badan lahir 1.000-1.499 g 26,7%, 1.500-2.500 g 10,5%.

4.2.6 Cara persalinan

Proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan cara persalinan di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR Berdasarkan

Cara Persalinan di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Sosiodemografi di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013
Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR  berdasarkan Mediko Obstetri di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013
Tabel 4.3 Distribusi Bayi BBLR Berdasarkan Lama Rawatan Rata-Rata Di
Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis sidik ragam menghasilkan perlakuan ukuran partikel berpengaruh sangat nyata, untuk tekanan kempa dan interaksi ukuran partikel dengan tekanan kempa tidak

Review film (yang sudah dikerjakan pada pertemuan 3) sesuai materi norma dan konflik.. Jurnal tentang norma dan konflik di

[r]

Krisis dalam bencana adalah suatu kejadian, secara alami, maupun karena ulah manusia, terjadi secara mendadak atau berangsur-angsur, menimbulkan akibat yang merugikan,

Sistem pengenalan suara ini sangat berpengaruh terhadap noice, apabila dalam keadaan yang hening atau tanpa noise system dapat merespon dengan sangat baik namun apabila berada

Peran Lembaga Patani Raya Untuk Kedamaian dan Pembangunan (Lempar) dalam proses perdamaian di Patani, Thailand Selatan, telah dilaksanakan dengan baik, melalui

Dukungan teori ekonomi pada teknologi pembelajaran adalah untuk meningkatkan efektivitas pendidikan, meningkatkan efisiensi pendidikan, meningkatkan produktivitas

Dalam proses pembuatan buku ini, tanpa adanya ridho Allah SWT, semangat, kesungguhan dan kesabaran, kami tidak akan mampu untuk menyelesaikannya. Buku ini merupakan hasil