• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan Bibit Sukun ( Artocarpus communis Forst ) Pada Pemberian Komposisi Pupuk Kandang dan Koposisi Tanah Yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Pertumbuhan Bibit Sukun ( Artocarpus communis Forst ) Pada Pemberian Komposisi Pupuk Kandang dan Koposisi Tanah Yang Berbeda"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT SUKUN

(Artocarpus communis Forst) PADA PEMBERIAN KOMPOSISI

PUPUK KANDANG DAN KOMPOSISI TANAH YANG BERBEDA

SKRIPSI

Oleh :

Vardos R D Silalahi

081202035/Budidaya Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Respon Pertumbuhan Bibit Sukun ( Artocarpus communis

Forst ) Pada Pemberian Komposisi Pupuk Kandang dan Koposisi Tanah Yang Berbeda

Nama : Vardos R D Silalahi NIM : 081202035

Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing

Dr. Budi Utomo, SP, MP Affifuddin Dalimunthe, SP, MP

Ketua Anggota

Mengetahui

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Respon Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis Forst) Pada Pemberian Komposisi Pupuk Kandang dan Komposisi Tanah Yang Berbeda”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Budi Utomo,SP, MP dan kepada Bapak Affifuddin Dalimunthe, SP, MP, selaku ketua dan komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan-masukan kepada penulis dalam penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu sehingga proposal penelitian ini dapat selesai.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis

mengucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2014

(4)

DAFTAR ISI

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) ... 5

Kegunaan Tanaman Sukun ... 6

Syarat Tumbuh Sukun ... ..7

Penyebaran Sukun ... ..7

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman ... ..8

Pengaruh Pemberian Bahan Organik terhadap Sifat FisikTanah, Evapotranspirasi dan Pertumbuhan Tanaman ... 8

Karakteristik Sukun ...10

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu ... 11

Alat dan Bahan ... 11

Metode Penelitian ... 11

Pelaksanaan Penelitian ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 14

Tinggi Bibit Sukun (cm) ... 14

Pertambahan Diameter Bibit Sukun (cm) ... 15

Ketahanan Tumbuh Bibit Sukun ... 16

(5)

DAFTAR TABEL

(6)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman sukun mempunyai arti penting dalam menopang kebutuhan sumber pangan karena sumber kalorinya dan kandungan gizi yang tinggi. Selain memiliki akar yang kuat dan tajuk yang lebar yang dapat mengurangi laju erosi, sukun juga merupakan salah satu alternatif tanaman sumber pangan. Dari segi budidaya, sukun tergolong mudah untuk dibudidayakan baik secara tradisional pada lahan sempit seperti pekarangan, ladang, atau kebun maupun dibudidayakan secara komersial pada lahan yang relatif luas. Jarak tanam yang digunakan umumnya lebar karena tajuk tanaman sukun cukup lebar. Penanaman pada lahan terbuka tidak ternaungi akan membantu pertumbuhan tanaman sukun lebih baik sehingga lebih cepat berbuah (Hendalastuti dan Rojidin, 2006).

Tanaman sukun merupakan tanaman yang memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan, khususnya terhadap timbulnya salinitas dan keadaan fisiografi dengan adanya air yang dangkal. Tanaman sukun tumbuh menjulang tinggi dan dapat mendukung usaha diversifikasi tanaman pangan sehingga dijadikan sebagai cadangan pangan non beras (Triwiyatno, 2006). Menurut Koswara (2006) sukun merupakan tanaman tahunan yang tumbuh baik pada lahan kering dengan tinggi pohon dapat mencapai 10 m atau lebih.

(7)

tanaman tersebut tumbuh. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dibedakan atas lingkungan biotik dan abiotik. Pada prinsipnya lingkungan abiotik dapat dibagi atas beberapa faktor, yaitu: suhu, air, cahaya, tanah dan atmosfir (Haryati, 2003).

Faktor air dalam fisiologi tanaman merupakan faktor utama yang sangat penting. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air adalah matrik dari kehidupan, bahkan makhluk lain akan punah tanpa air. Kramer menjelaskan tentang betapa pentingnya air bagi tumbuh-tumbuhan; yakni air merupakan bagian protoplasma (85-90% dari berat keseluruhan bahagian hijau tumbuh-tumbuhan adalah air). Selanjutnya dikatakan bahwa air merupakan reagan yang pentng dalam proses-proses fotosintesa dan dalam proses hidrolik. Di samping itu juga merupakan pelarut dari garam-garam, gas-gas dan material-material yang bergerak ke dalam tumbuh-tumbuhan, melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuka dan menutupnya stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan (Haryati, 2003).

Untuk menghindari hal tersebut perlu dilakukan upaya rehabilitasi lahan kritis. Rehabilitasi lahan kritis ini dimaksudkan untuk memulihkan kesuburan tanah, sehingga lahan dapat berfungsi kembali secara optimal dan dapat berimplikasi terhadap pemanfaatan lahan untuk kesejahteraan, dan kelestarian daya dukung lingkungan berdasarkan manfaat ekologi, ekonomi dan sosial.

(8)

meningkatkan kesuburan tanah, terlebih pada kondisi lahan marginal, pemberian pupuk merupakan salah satu cara untuk mengembalikan lahan agar dapat berfungsi kembali.

(9)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pupuk kandang dalam menahan air dan mensuplai unsur hara terhadap tanaman sukun (Artocarpus communis Forst).

Hipotesis Penelitian

Pemberian pupuk kandang dengan dosis yang berbeda akan berpengaruh dalam mengikat air dan ketahanan tumbuh bibit sukun (Artocarpus communis

Forst).

Manfaat Penelitian

(10)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost)

Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998):

Kingdom : Plantae

Divisio : Spematophyta

Subdivision : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Subclass : Hamamelidae

Ordo : Urticales

Family : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus communis Frost

(11)

berkelamin tunggal (bunga jantan dan bunga betina terpisah), tetapi berumah satu. Bunganya keluar dari ketiak daun pada ujung cabang dan ranting. Bunga jantan terbentuk tongkat panjang yang disebut ontel. Bunga betina berbentuk bulat bertangkai pendek (babal) seperti pada nangka (Sunarjono, 1998).

Kedudukan daun mendatar, melebar dan menghadap ke atas bunganya yang berumah satu. Pada saat muda bunga berwarna hijau dan kekuningan pada saat tua. Umur bunga jantan dan betina relatif pendek, bunga jantan 25 hari dan bunga betina ± 90 hari, letaknya bunga jantan atau betina berada di atas pangkal daun. Buahnya berbentuk bulat sampai sedikit agak lonjong. Buah muda berkulit kasar dan berkulit halus pada saat tua serta berwarna hijau kekuningan. Beratnya dapat mencapai 4 kg/buah. Daging buah berwarna putih cenderung krem dan rasana agak manis serta memiliki aroma yang spesifik, tidak berbiji sehingga perbanyakannya dengan cara stek dan sambung. Kulit buah menonjol rata sehingga tampak tidak jelas yang merupakan bekas putik dari bunga sinkarpik (Departemen Kehutanan, 1995).

Kegunaan Tanaman Sukun

Adapun kegunaan tanaman sukun (Artocarpus communis Frost) adalah sebagai berikut (Irwanto, 2006):

1. Buah dapat digunakan sebagai bahan makanan pokok.

2. Bunga dapat diramu sebagai obat untuk menyembuhkan sakit gigi.

(12)

4. Kayu sukun tidak terlalu kuat, elastis dan tahan rayap, digunakan sebagai bahan bangunan antara lainmebel, partisi interior, papan selancar dan peralatan rumah tangga lainnya. Serat kulit kayu bagian dalam dari tanaman muda dan ranting dapat digunakan sebagai material serat pakaian.

Syarat Tumbuh Sukun

Sukun dapat tumbuh baik pada daerah tropika basah, cocok pada iklim yang panas (suhu 20-40) dan lembab (curah hujan 2000-3000). Pohon sukun lebih di dataran rendah sekitar equator (di bawah 600 mdpl). Iklim makro yang sangat ideal untuk pertumbuhan sukun adalah di tempat terbuka dan banyak menerima sinar matahari. Tanaman sukun dapat tumbuh hampir pada segala jenis tanah, kecuali pada tanah berkadar garam tinggi. Pertumbuhan sukun akan lebih baik pada tanah aluvial yang dalam dengan drainase yang cukup, lembab dan kaya humus (Departemen Kehutanan, 2003).

Penyebaran Sukun

Tanaman sukun di duga berasal dar Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Hal ini dapat dilihat, bahwa keragaman genetik tanaman sukun terdapat di Indonesia dan Papua New Guinea. Nama sukun sesuai dengan buahnya yang tidak berbiji sama sekali, yang mirip dengan kerabat dekatnya keluwih yang berbiji normal (Sunarjono, 1998).

(13)

dan Flores), Sulawesi (Gorontalo dan Bone) Maluku dan Irian Jaya ( Adinugraha dan Kartikawati, 2003).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruh Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan dapat dianggap sebagai hasil dari beberapa proses metabolisme tumbuhan (Gardner et al., 1991). Menurut Harjadi dan Yahya (1988). Pertumbuhan tanaman didefinisikan sebagai pertambahan ukuran yang dapat diketahui dengan adanya pertambahan panjang, diameter, dan luas bagian tanaman. Parameter lain yaitu dengan adanya pertambahan volume, massa, berat basah dan kering tanaman.

Pertumbuhan tanaman merupakan hasil interaksi yang kompleks antara faktor internal dan eksternal. Faktor internal ini meliputi faktor intrasel (Sifat genetik atau hereditas) dan intersel (Hormon dan enzim). Faktor eksternal meliputi air tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu udara, cahaya dan sebagainya (Gardner, et al., 1991).

Sebagian besar masyarakat umumnya mengartikan pupuk kandang adalah hasil akhir pembuangan (kotoran) hewan dan telah banyak diaplikasikannya dalam kegiatan bercocok tanam. Pupuk kandang merupakan hasil samping yang cukup penting, terdiri dari kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang bercampur sisa makanan, dapat menambah unsur hara dalam tanah.

(14)

Pengaruh Pemberian Bahan Organik terhadap Sifat Fisik Tanah, Evapotranspirasi dan Pertumbuhan Tanaman

Bahan organik adalah bagian dari tubuh tanah yang merupakan suatu sistem yang kompleks dan dinamis, berasal dari sisa tanaman dan hewan yang mengalami perubahan bentuk secara terus menerus. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor fisik, kimia serta biologi.

Pengaruh pemberian bahan organik terhadap sifat fisik tanah mencakup : (1) memperbaiki dan membantu pembentukan struktur tanah yang baik, (2) meningkatkan porositas tanah, (3) memperbaiki drainase tanah, (4) meningkatkan kapasitas menahan air, (5) menjaga kelembaban tanah, (6) meningkatkan kemampuan infiltrasi tanah, dan (7) menurunkan erobilitas tanah (Herawady, 2004).

Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut evaporasi. Peristiwa penguapan air dari tanaman disebut transpirasi, dan jika keduanya terjadi bersama sama disebut evapotranspirasi.

(15)

terdekomposisi sempurna bila terlarut dalam air akan mengeluarkan enzim yang mampu merangsang pertumbuhan tanaman ( Herawady, 2004).

Karakteristik Sukun

(16)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian in dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan mulai Bulan Juli sampai Agustus 2014.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sukun (Artocarpus communis Forst), media sub soil dari Desa Simalingkar A, Kecamatan Pancur Batu, poliybag ukuran 10 kg, kertas label, air. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kalkulator, pita ukur, jangka sorong, timbangandan kamera.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri atas 1 perlakuan dengan 4 kali ulangan yakni dengan pemberian dosis pupuk yang berbeda.

Apabila tabel ANOVA berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjutan berdasarkan uji jarak nyata DMRT (Duncan’s Multiple Range Test).

Pelaksanaan penelitian

(17)

Tanah yang akan digunakan merupakan tanah sub soil yang berasal dari Desa Simalingkar A, Kecamatan Pancur Batu. Pada awalnya tanah yang digunakan diayak terlebih dahulu, kemudian tanah yang selesai diayak di campur dengan pupuk kompos dengan komposisi sebagai berikut :

P0 : 0% pupuk + 100% tanah

Pencampuran ini dilakukan dengan asumsi bahwa polybag yang digunakan berukuran 10 Kg.

2. Penyediaan bibit

Bibit sukun yang akan digunakan berasal dari lokasi pembibitan di Desa Nogorejo Kecamatan Tanjung Morawa.

3. Pemindahan bibit ke media tumbuh

(18)

4. Aklimatisasi

Bibit sukun yang akan digunakan diberikan penyiraman selama seminggu agar bibit dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

5. Parameter pengamatan

Pengamatan dimulai 1 hari setelah dipindahkan ke polybag dan parameter yang diamati tanaman yang hidup dan yang mati. Cara pengambilan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

• Tinggi

Cara pengamatan dengan menggunakan pita ukur. Diukur 1 cm di atas permukaan tanah

• Diameter

Cara pengamatan dengan menggunakan jangka sorong. Diukur 1 cm di atas permukaan tanah.

• Ketahanan hidup

(19)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 30 hari dengan parameter yaitu tinggi dan diameter, sehingga diperoleh data sebagai berikut.

1. Tinggi Bibit Sukun (cm)

Tinggi merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam mengamati pertumbuhan bibit. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang (kotoran ayam) pada bibit sukun dengan beberapa interval berbeda tidak berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit sukun. Pertambahan tinggi bibit sukun dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Rata-rata pertambahan tinggi bibit sukun (cm)

(20)

Seluruh bibit memperlihatkan pertambahan tinggi hingga akhir pengamatan. Setiap perlakuan hanya menunjukkan pertambahan tinggi rata rata 0.04-0.22 cm pada tiap hari pengamatan dalam 30 hari. Laju pertambahan tinggi bibit pada tiap hari pengamatan yang paling signifikan adalah P4 yakni 0.22 dan P2 yakni 0.16. Sedangkan laju pertambahan tinggi bibit yang rendah adalah P0 yakni 0.04.

2. Pertambahan Diameter Bibit Sukun (mm)

Hasil pengamatan rata-rata pertambahan diameter bibit sukun disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2. Rata-rata pertambahan diameter bibit sukun (mm)

Perlakuan Rata-rata

(21)

pengamatan berkisar antara 0 – 0.01 mm. Laju pertambahan diameter bibit pada tiap hari pengamatan yang paling signifikan adalah P4 yaitu 0.10 mm. Kemudian P5, P6, P8, P9 dengan nilai rata-rata pertumbuhan yang sama yaitu 0.07 mm, sedangkan laju pertambahan diameter bibit yang rendah adalah P0 di mana tidak terjadi pertambahan diameter.

3. Ketahanan Tumbuh Bibit Sukun

Dari hasil pengamatan penelitian didapat bibit sukun yang paling lama bertahan hidup yaitu pada P8 ulangan pertama dengan tinggi 29.5 cm dan diameter 5.4 mm.

Pembahasan

Berdasarkan beberapa paramater yang diamati, menunjukkan nilai tertinggi dari parameter tinggi bibit adalah pada pemberian 6 Kg Tanah + 4 Kg (P4) pupuk kandang yaitu 0.22 cm, sedangkan pertumbuhan tinggi yang paling rendah adalah pada pemberian tanah 10 Kg (P0) yaitu 0.04 cm. Menurut Gardner (1991), pertumbuhan tanaman yang berinteraksi kompleks dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal ini meliputi faktor intrasel (Sifat genetik atau hereditas) dan intersel (Hormon dan enzim). Faktor eksternal meliputi air tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu udara, cahaya dan sebagainya.

(22)

tumbuh lebih baik di tempat yang lebih panas, dengan temperatur antara 150C – 380C.

Pemberian pupuk kandang tersebut merupakan faktor eksternal. Kandungan pupuk kandang mengandung unsur makro dan mikro. Unsur makro terdiri dari Nitrogen sebesar 1.72%, Phospor sebesar 1.82%, Kalium sebesar 2.18%, Calsium sebesar 9.23%, Magnesium sebesar 0.86%. Sedangkan unsur mikro pada kandungan pupuk kandang ayam terdiri dari Mangan sebesar 6.1%, Ferum ( Besi ) sebesar 34.75%, Cuprum sebesar 1.6%, Zincum sebesar 5.01% (Organic Vegetable Cultivation in Malaysia, 2005) .

Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat tanaman yang paling lama bertahan hidup. Hal ini disebabkan oleh adanya persaingan antar tanaman. Tanaman yang paling lama bertahan hidup yaitu pada P8 Ulangan 1 dengan tinggi 29.5 cm dan diameter 0.54 cm.

(23)

maksimal sehingga berimplikasi terhadap pertumbuhan tanaman yang juga menjadi tidak maksimal.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Fitter dan Hay (1981), kekurangan air akan mengganggu aktivitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus menerus akan menyebabkan perubahan irreversible (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati.

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kontrol tanah sub soil, pupuk kandang dengan tanah sub soil, dan pupuk kandang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Stockdale dkk. (2001) dalam Melati dan Wisdiyastuti (2005) menyatakan beberapa sumber hara yang dapat digunakan dalam sistem pertanian organik adalah bahan organik yang berasal dari pupuk kandang, pupuk hijau, limbah pertanian, pupuk hayati, dan limbah rumah tangga/perkotaan.

(24)
(25)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter.

Saran

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, A. H, dan N. K. Kartikawati. 2003. Pertumbuhan Bibit Tanaman Sukun (Artocarpus altilis) Hasil Perbanyakan Koloni di Persemaian. Prosiding Ekspose Hasil Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press.

Departemen Kehutanan. 1995. Budidaya Pohon Serbaguna (MPTS) Sukun (Artocarpus communis Forst). Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Direktorat Reboisasi. Jakarta

_____. 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Jakarta

_____. 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Sukun. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta

Dwidjoseputro, D. 1985.Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta

Fitter , A. H dan Hay, R. K. M. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Diterjemahkan oleh Sri Andani dan E. D. Purbayanti. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

_____. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Diterjemahkan oleh Sri Andani dan E. D. Purbayanti. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Gardner, PF. RB, Pearce dan RL, Mitcell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta

Hakim, N., Nyapka, Y.M, Lubis, A.M, Nugroho, G. Saul, R. Diha, A. Hong, B.G. dan Bailey, H.H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung

Harjadi, S.S. dan S. Yahya, 1988. Fisiologi Stres Tanaman. PAU IPB, Bogor.

Haryati, S. S. 2000. Fisiologi Cekaman. EdisiRevisi. Jurusan Agronomis. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor

(27)

Hendalastuti, HR dan A. Rojidin. 2006. Karakteristik Budidaya dan Pengelolaan Buah Sukun: Studi kasus di Solok dan Kampar. Prosiding seminar Hasil

Herawady, E.K. 2004. Pengaruh Serbuk Briket Organik dan Pemberian Air Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Latosol Merah (Oxic Dystrudept) Gunung Sindur, Evapotranspirasi, Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuta sativa). Skripsi. IPB. Bogor Litbang Hasil Hutan. Hal 220-230

Irwanto. 2006. Pengembangan Tanaman Sukun. Diakses dari

http://irwantoshut.com [10 Januari 2014]

Islami, T dan Utomo, W. H. 1995. Hubungan Tanah, Air danTanaman. IKIP Semarang Press. Semarang

Kusuma, I., Ansyarullah, Emmyzar, Y. Rubaya, Herman, dan Daswir. 2006. Pengaruh Pemupukan Terhadap Produksi dan Mutu Seraiwangi. Buletin Litro XVII (2) : 59-65

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Rajawali Pers. Jakarta

Lestari, EG. 2008. Hubungan antara Kerapatan Stomata dengan Ketahanan Kekeringan pada Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64.

http://www.unsjournals.com [15 Januari 2014].

Musnamar, E.I. 2002. Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pratama, TA. 2009. Laporan Praktikum Fisiologi Tunbuhan; Hubungan Tumbuhan dengan Air. Fakultas MIFA Universitas Andalas.

Sinaga, S. 2008. Asam Absisik Sebuah Mekanisme Adaptasi Tanaman Terhadap Cekaman Kekeringan. http:// research.mercubuana.ac.id [7 Januari 2014]

Sumarno. 2004. Pengelolaan Air Bagi Tanaman. Program Pasca Sarjana. Universitas Brawijaya. Malang

Sunarjono, HH. 1998. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya. Jakarta

(28)

LAMPIRAN

Gambar 1. Rata-rata pertumbuhan tinggi dan diameter bibit sukun

Gambar 2. Tumbuhan bibit sukun yang mati

(29)

Gambar 4. Bibit sukun yang paling Gambar 5. Pengukuran diameter

lama hidup dengan jangka sorong

(30)
(31)

Gambar

Tabel 1. Rata-rata pertambahan tinggi bibit sukun (cm)
Tabel  2 di atas menunjukkan bahwa laju pertambahan diameter bibit
Gambar 1. Rata-rata pertumbuhan tinggi dan diameter bibit sukun
Gambar 4. Bibit sukun yang paling  lama hidup

Referensi

Dokumen terkait

Volatilitas pasar modal Indonesia meningkat di sepanjang bulan Mei 2018 akibat melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap USD yang menembus tingkat psikologis Rp 14.000

10. Untuk menemukan ukuran konsep dasar sudut, peserta diminta untuk mengamati pemecahkan Masalah 8.2 serta Contoh 8.2. Peserta didik didorong untuk bertanya tentang

Pengeluaran GUREAA adalah seluruh pengeluaran untuk pembayaran HR, belanja barang, biaya perjalanan dan belanja non-barang yang dilakukan oleh

dengan ukuran 0.5 cm kem udian dikult ur pada m edium induksi t unas yang m engandung kolkisin selama 2-4 m inggu unt uk m enginduksi t erjadinya poliploidi krom osom.. Tunas yang

T he ability of the kidneys to regulate extracellular fluid volume by altering sodium excretion is important for maintaining adequate volume within the vascular system. Sodium

-KANTOR PERPUSTAKAAN DAN

Dengan memanjatkan segala puji bagi Allah SWT yang senan tiasa memberikan rahmatnya ke seluruh alam serta shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW yang senantiasa diliputi kebaikan,

Pengadaan Langsung 71.400.000 Oktober Jakarta 2 Perangkat dan Fasilitas Perkantoran Analisis dampak kependudukan Pengadaan Langsung 22.750.000 Juni Jakarta 3