PERANAN BEBERAPA JENIS POHON PADA HUTAN KOTA DI KAWASAN INDUSTRI MEDAN DALAM MENGURANGI
HUJAN ASAM
SKRIPSI
Disusun oleh :
WELLY HASIBUAN 051202015/ BUDIDAYA HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
WELLY HASIBUAN : Peranan Beberapa Jenis Pohon Pada Hutan Kota di Kawasan Industri Medan dalam Mengurangi Hujan Asam. Dibimbing oleh Bejo Slamet, S.Hut, M.Si dan Dr. Ir. Hj. Hidayati, M. Si.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 sebanyak 10 hari hujan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan air hujan yang jatuh di Kawasan Industri Medan, membuktikan pengaruh keberadaan hutan kota di Kawasan Industri Medan dalam mengurangi hujan asam dan mengetahui jenis pohon terbaik dari jenis pohon angsana
(Pterocarpus indica Will.), mangga (Mangifera indica), dan melinjo (Gnetum gnemon) pada hutan kota di Kawasan Industri Medan (KIM) dalam peranannya mengurangi hujan asam serta pengaruhnya terhadap kualitas air yang jatuh di permukaan tanah. Air hujan yang dianalisis merupakan air hujan yang jatuh melalui vegetasi jenis pohon anggsana, mangga, melinjo, dan daerah kontrol (tanpa vegetasi). Alat penampung air hujan dipasang pada aliran batang dan air lolos di tiga titik sampel untuk setiap jenis pohon (ditentukan secara purposive sampling) dan satu titik untuk daerah kontrol. Paremeter yang di analisis dalam air hujan adalah pH, Daya Hantar Listrik (DHL), SO42-, NO3-, NH4+, Ca2+, Mg2+,
dan Na+. Hasil analisis vegetasi cenderung bervariasi dengan air hujan di daerah kontrol (tanpa vegetasi). Hasil analisis air hujan menunjukkan bahwa air hujan yang melewati vegetasi cenderung membantu dalam mengurangi keasaman air hujan.
ABSTRACK
WELLY HASIBUAN : Influence of Some Kind of Tree at Urban Forest Existences To Reducing Acid Rain in Kawasan Industri Medan (KIM). Supervised by Bejo Slamet,S.Hut,M.Si. and Dr.Ir.Hj.Hidayati,M.Si.
This research was conducted in December 2010 as many as 10 days of rain with the aim to know the situation of rainwater which fall in Kawasan Industri Medan, proving the influence of the existence of the urban forest in Kawasan Industri Medan to reducing acid rain and find the best tree species of tree species angsana (Pterocarpus indica Will.), Mango (Mangifera indica), and melinjo (Gnetum gnemon) at urban forest in Kawasan Industri Medan (KIM) in the exestences to reducing acid rain and its influence to water quality which fall on the ground surface. Rain water that was analyzed is rain falling through the vegetation types angsana, mango, melinjo trees, and in the control (without vegetation). Rainwater gauged put down at stemflow and throughfall with three sample points for each tree species (determined by purposive sampling) and one point for the control area. Rainwater be analysed with pH, conductivity, SO42-, NO3-, NH4+, Ca2+, Mg2+, and Na+. Result of vegetation analysis tend to vary with rain water in the area of control (without vegetation). Results of rainwater analysis show that the rainwater passing through the vegetation tends to assist in reducing the acidity of rainwater.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Welly Hasibuan, lahir pada tanggal 1 Juni 1987 di Desa
Pardomuan Nauli, Kecamatan Pematang Bandar, Kabupaten Simalungun,
Sumatera Utara. Penulis merupakan putra pertama dari 3 bersaudara dari
ayahanda bernama Alm.Monang Hasibuan dan ibunda bernama Delima
br.Gultom.
Penulis mempunyai riwayat pendidikan, yaitu : lulusan SD Negeri Inpres
Kandangan 097650 di desa Kandangan Kecamatan Pematang Bandar, Kabupaten
Simalungun pada tahun 1999. Lulus dari SLTP Negeri 1 Pematang Bandar
Kabupaten Simalungun pada tahun 2002. Lulus SMA Swasta RK Abdi Sejati
Perdagangan Kabupaten Simalungun pada tahun 2005. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi dan lulus seleksi masuk
Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP)
tahun 2005 pada Program Studi Budidaya Hutan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara.
Untuk mendalami bidang keilmuannya, penulis melakukan kegiatan
Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Hutan Mangrove Tanjung
Tiram Kabupaten Batu Bara dan Hutan Pegunungan Lau Kawar Kabupaten Karo
pada Juni 2007. Penulis juga melakkan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat KPH Bandung Selatan pada Juni 2009.
Selama di bangku perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi
kemahasiswaan, yaitu sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS)
Pembibitan (Kombit) Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, sebagai Ketua Kelompok Aspirasi Mahasiswa (KAM) Bersatu
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, sebagai Wakil Ketua Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) Departemen
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dan sebagai Sekretaris
Jenderal Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “ Peranan Beberapa Jenis Pohon pada Hutan Kota di Kawasan Industri
Medan Dalam Mengurangi Hujan Asam” ini dengan baik.
Penulis sangat berterima kasih atas bantuan, dukungan, dan bimbingan
yang diberikan berbagai pihak sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian
dan menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis ucapkan kepada :
1. Ibunda penulis yang tercinta Delima br. Gultom dan Oppung penulis
(Armen Gultom dan Dingse br. Sitohang) yang telah memberikan
dukungan dan bantuan baik materil maupun moril.
2. Kedua adik penulis yang tersayang Pondang Hasibuan dan Warnita
Hasibuan, senyum dan tawa mereka merupakan semangat bagi penulis.
3. Bapak Bejo Slamet, S,Hut, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Hj. Hidayati, M.Si selaku
komisi pembimbing.
4. Ketua, para dosen, dan pegawai Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
5. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara khususnya Dhani dan
Fahmi pegawai UPT Laboratorium BLH-SU yang membantu penulis
selama penelitian.
6. Pimpinan dan Staff PT. KIM yang telah membantu penulis di lokasi
7. Fenny Jefri Yanti Turnip yang telah memberikan motivasi dan membantu
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Rekan-rekan seperjuangan dan sepenanggungan, yaitu Helova Leonard
Panjaitan, Denny Sugandy H Manik, MABES Group (Safri, Yudis, Kiajar,
Immer, Febrianti, Aditya, Sandi, Sujadi, Togar, Agustiono, Bahtera,
Ganda) dan semua Mahasiswa Kehutanan USU.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.
Medan, Agustus 2010
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRACK ... ii
ABSTRAK ... iii
RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 5
Tujuan Penelitian ... 6
Hipotesis Penelitian ... 6
Manfaat Penelitian ... 7
TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Hutan Kota ... 8
Manfaat dan Peranan Hutan Kota ... 9
Bentuk dan Struktur Hutan Kota ... 18
Tipe-Tipe Hutan Kota ... 19
Defenisi Hujan Asam ... 21
Penyebab Hujan Asam ... 23
Proses Gutasi ... 25
Keasaman (pH) dan Konduktivitas ... 26
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
Bahan dan Alat Penelitian ... 28
Prosedur Penelitian ... 31
HASIL DAN PEMBAHASAN Keasaman (pH)... 38
Daya Hantar Listrik (Conductivity) ... 42
Kandungan Anion (SO42- dan NO3- ) ... 46
Kandungan Kation (NH4+, Ca2+, Mg2+, Na+ ) ... 55
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 72
Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1. Rekapitulasi Analisis Kandungan Air Hujan di KIM yang Jatuh Melalui Vegetasi Pohon Mahoni (Swietenia mahagoni) dan
Kontrol (Tanpa Vegetasi) ... 4
2. Hasil Pengukuran pH Air Hujan di KIM pada Stemflow
Dan kontrol ... 38
3. Hasil Pengukuran pH Air Hujan di KIM pada Throughfall
dan Kontrol ... 39
4. Hasil Pengukuran DHL (μmhos/cm) Air Hujan di KIM
pada Stemflow dan Kontrol ... 43
5. Hasil Pengukuran DHL (µmhos/cm) Air Hujan di KIM
pada Throughfall dan Kontrol ... 44
6. Hasil Analisis Kandungan SO42- (mg/l) Air Hujan
di KIM pada Stemflow dan Kontrol ... 47
7. Hasil Analisis Kandungan SO42- (mg/l) Air Hujan
di KIM pada Throughfall dan Kontrol ... 48
8. Hasil Analisis Kandungan NO3- (mg/l) Air Hujan
di KIM pada Stemflow dan Kontrol ... 52
9. Hasil Analisis Kandungan NO3- (mg/l) Air Hujan
di KIM pada Throughfall dan Kontrol ... 53
10. Hasil Analisis Kandungan NH4+ (mg/l) Air Hujan
di KIM pada Stemflow dan Kontrol ... 56
11. Hasil Analisis Kandungan NH4+ (mg/l) Air Hujan
di KIM pada Throughfall dan Kontrol ... 57
12. Hasil Analisis Kandungan Ca2+ (mg/l) Air Hujan
di KIM pada Stemflow dan Kontrol ... 60
13. Hasil Analisis Kandungan Ca2+ (mg/l) Air Hujan
di KIM pada Throughfall dan Kontrol ... 61
14. Hasil Analisis Kandungan Mg2+ (mg/l) Air Hujan
15. Hasil Analisis Kandungan Mg2+ (mg/l) Air Hujan
di KIM pada Throughfall dan Kontrol ... 65
16. Hasil Analisis Kandungan Na+ (mg/l) Air Hujan
di KIM pada Stemflow dan Kontrol ... 68
17. Hasil Analisis Kandungan Na+ (mg/l) Air Hujan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
1. Grafik nilai pH air hujan yang tertampung dari areal kontrol
dan areal bervegetasi pada stemflow (SF) ... 40
2. Grafik nilai pH air hujan yang tertampung dari areal kontrol
dan areal bervegetasi pada Throughfall (TF) ... 41
3. Grafik nilai DHL air hujan yang tertampung dari areal kontrol
dan areal bervegetasi pada stemflow (SF) ... 45
4. Grafik nilai DHL air hujan yang tertampung dari areal kontrol
dan areal bervegetasi pada Throughfall (TF) ... 45
5. Grafik Kandungan SO42 air hujan yang tertampung dari areal
kontrol dan areal bervegetasi pada stemflow (SF)... 50
6. Grafik Kandungan SO42 air hujan yang tertampung dari areal
kontrol dan areal bervegetasi pada Throughfall (TF) ... 50
7. Grafik Kandungan NO3- air hujan yang tertampung dari areal
kontrol dan areal bervegetasi pada stemflow (SF)... 54
8. Grafik Kandungan NO3- air hujan yang tertampung dari areal
kontrol dan areal bervegetasi pada Throughfall (TF) ... 54
9. Grafik Kandungan NH4+ air hujan yang tertampung dari areal
kontrol dan areal bervegetasi pada stemflow (SF)... 58
10. Grafik Kandungan NH4+ air hujan yang tertampung dari areal
kontrol dan areal bervegetasi pada Throughfall (TF) ... 59
11. Grafik Kandungan Ca2+ air hujan yang tertampung dari areal
kontrol dan areal bervegetasi pada stemflow (SF)... 62
12. Grafik Kandungan Ca2+ air hujan yang tertampung dari areal
kontrol dan areal bervegetasi pada Throughfall (TF) ... 63
13. Grafik Kandungan Mg2+ air hujan yang tertampung dari areal
kontrol dan areal bervegetasi pada stemflow (SF)... 66
14. Grafik Kandungan Mg2+ air hujan yang tertampung dari areal
kontrol dan areal bervegetasi pada Throughfall (TF) ... 67
15. Grafik Kandungan Na+ air hujan yang tertampung dari areal
16. Grafik Kandungan Na+ air hujan yang tertampung dari areal
kontrol dan areal bervegetasi pada Throughfall (TF) ... 71
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Hasil pengukuran air hujan di KIM pada stemflow
dan kontrol ... 76
2. Hasil pengukuran air hujan di KIM pada throughfall
dan kontrol ... 76
3. Foto pemasangan alat pada stemflow (a) dan throughfall (b)
di areal vegetasi angsana ... 77
4. Foto pemasangan alat pada stemflow (a) dan throughfall (b)
di areal vegetasi mangga ... 77
5. Foto pemasangan alat pada stemflow (a) dan throughfall (b)
di areal vegetasi melinjo ... 77
ABSTRAK
WELLY HASIBUAN : Peranan Beberapa Jenis Pohon Pada Hutan Kota di Kawasan Industri Medan dalam Mengurangi Hujan Asam. Dibimbing oleh Bejo Slamet, S.Hut, M.Si dan Dr. Ir. Hj. Hidayati, M. Si.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 sebanyak 10 hari hujan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan air hujan yang jatuh di Kawasan Industri Medan, membuktikan pengaruh keberadaan hutan kota di Kawasan Industri Medan dalam mengurangi hujan asam dan mengetahui jenis pohon terbaik dari jenis pohon angsana
(Pterocarpus indica Will.), mangga (Mangifera indica), dan melinjo (Gnetum gnemon) pada hutan kota di Kawasan Industri Medan (KIM) dalam peranannya mengurangi hujan asam serta pengaruhnya terhadap kualitas air yang jatuh di permukaan tanah. Air hujan yang dianalisis merupakan air hujan yang jatuh melalui vegetasi jenis pohon anggsana, mangga, melinjo, dan daerah kontrol (tanpa vegetasi). Alat penampung air hujan dipasang pada aliran batang dan air lolos di tiga titik sampel untuk setiap jenis pohon (ditentukan secara purposive sampling) dan satu titik untuk daerah kontrol. Paremeter yang di analisis dalam air hujan adalah pH, Daya Hantar Listrik (DHL), SO42-, NO3-, NH4+, Ca2+, Mg2+,
dan Na+. Hasil analisis vegetasi cenderung bervariasi dengan air hujan di daerah kontrol (tanpa vegetasi). Hasil analisis air hujan menunjukkan bahwa air hujan yang melewati vegetasi cenderung membantu dalam mengurangi keasaman air hujan.
ABSTRACK
WELLY HASIBUAN : Influence of Some Kind of Tree at Urban Forest Existences To Reducing Acid Rain in Kawasan Industri Medan (KIM). Supervised by Bejo Slamet,S.Hut,M.Si. and Dr.Ir.Hj.Hidayati,M.Si.
This research was conducted in December 2010 as many as 10 days of rain with the aim to know the situation of rainwater which fall in Kawasan Industri Medan, proving the influence of the existence of the urban forest in Kawasan Industri Medan to reducing acid rain and find the best tree species of tree species angsana (Pterocarpus indica Will.), Mango (Mangifera indica), and melinjo (Gnetum gnemon) at urban forest in Kawasan Industri Medan (KIM) in the exestences to reducing acid rain and its influence to water quality which fall on the ground surface. Rain water that was analyzed is rain falling through the vegetation types angsana, mango, melinjo trees, and in the control (without vegetation). Rainwater gauged put down at stemflow and throughfall with three sample points for each tree species (determined by purposive sampling) and one point for the control area. Rainwater be analysed with pH, conductivity, SO42-, NO3-, NH4+, Ca2+, Mg2+, and Na+. Result of vegetation analysis tend to vary with rain water in the area of control (without vegetation). Results of rainwater analysis show that the rainwater passing through the vegetation tends to assist in reducing the acidity of rainwater.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan disatu pihak menunjukkan dampak positif terhadap
lingkungan dan masyarakat, seperti tersedianya jaringan jalan, telekomunikasi,
listrik, air, kesempatan kerja serta produknya sendiri memberi manfaat bagi
masyarakat luas dan juga meningkatkan pendapatan bagi daerah yang
bersangkutan. Masyarakat sekitar pabrik langsung atau tidak langsung dapat
menikmati sebagian dari hasil pembangunannya. Dipihak lain apabila
pembangunan ini tidak diarahkan akan menimbulkan berbagai masalah seperti
konflik kepentingan, pencemaran lingkungan, kerusakan pengurusan sumberdaya
alam, masyarakat konsumtif serta dampak sosial lainnya yang pada dasarnya
merugikan masyarakat (Agusnar, 2008).
Perkembangan ilmu dan teknologi manusia telah banyak membawa
kesejahteraan hidup. Namun tampaknya kesejahteraan ini diperoleh melalui resiko
yang teramat besar, yaitu ancaman eksistensi manusia sendiri sebagai oranisme
hidup. Produk-produk industri dibarengi dengan hasil sampingan yang merusak
kualitas lingkungan hidup dan menggerogoti kehidupan manusia. Manusia dan
lingkungan saling mempengaruhi, maka kemerosotan mutu lingkungan hidup
akan mempengaruhi juga mutu kehidupan manusia (Susilo, 2003).
Kota merupakan pusat kreativitas, budaya, dan perjuangan keras manusia.
Kota, selain merefleksikan vitalitas dan berbagi peluang umat manusia, juga
melambangkan kemajuan sosial dan ekonomi. Kota identik dengan taburan
sarana umum seperti pasar atau pusat perbelanjaan, rumah sakit, terminal, jalan
raya, tempat hiburan, dan lain-lain dibangun demi kepentingan manusia.
Bertambahnya jumlah manusia diperkotaan membuat lahan yang tersisa yang bisa
ditanam menjadi semakin sedikit. Nafsu membangun tempat-tempat yang masih
tersisa ini untuk diubah menjadi hunian manusia membuat keserasian lingkungan
sudah tidak terpikirkan lagi. Setiap jengkal tanah di kota besar lantas menjadi
buruan. Pembangunan gedung berpacu dengan waktu dan pertambahan penduduk.
Bahkan setelah lahan semakin sulit diperoleh alternatif pembangunan gedung
tetap saja tidak berhenti. Hanya orientasi pembangunannya tidak lagi horizontal
melainkan vertical (Nazaruddin, 1996).
Pertumbuhan kegiatan ekonomi dan pembangunan yang masih terpusat
pada daerah perkotaan (70 % industri diperkirakan berlokasi di kawasan
perkotaan dan sekitarnya), memacu arus urbanisasi sehingga berpengaruh
terhadap penyebaran penduduk. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan luas
lahan yang terbatas akan berakibat terhadap menurunnya kemampuan daya
dukung dan daya tampung lingkungan. Masalah lain yang timbul akibat
bertambahnya penduduk diantaranya adalah terjadinya penurunan kualitas
lingkungan yang diakibatkan oleh limbah rumah tangga, seiring dengan
meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, sektor industri
merupakan penyumbang pencemaran udara melalui penggunaan bahan bakar fosil
untuk pembangkit tenaga. Adapun salah satu penyebab meningkatnya pencemaran
udara di Indonesia adalah urbanisasi dan industrialisasi yang tumbuh dengan cepat
tetapi tidak dibarengi dengan pengendalian pencemaran yang memadai dan efisien
Dampak negatif akibat menurunnya kualitas udara cukup berat terhadap
lingkungan terutama kesehatan manusia yaitu: menurunnya fungsi paru,
peningkatan penyakit pernapasan, dampak karsinogen dan beberapa penyakit
lainnya. Selain itu pencemaran udara dapat menimbulkan bau, kerusakan materi,
gangguan penglihatan, dan dapat menimbulkan hujan asam yang merusak
lingkungan. Hujan asam merupakan salah satu indikator untuk melihat kondisi
pencemaran udara dan air. Hujan asam terjadi karena banyaknya polutan di udara
yang larut dan terbawa oleh air hujan sehingga pH air akan berada dibawah
rata-rata. Batas nilai rata-rata pH air hujan adalah 5.6, merupakan nilai yang dianggap
normal atau hujan alami seperti yang telah disepakati secara internasional oleh
badan dunia WHO. Apabila pH air hujan lebih rendah dan 5.6 maka hujan bersifat
asam atau sering disebut dengan hujan asam dan apabila pH air hujan lebih besar
5.6 maka hujan bersifat basa. Dampak hujan yang bersifat asam dapat mengikis
bangunan/gedung atau bersifat korosif terhadap bahan bangunan, merusak
kehidupan biota di danau-danau, dan aliran sungai (BMG, 2004).
Tanaman atau pohon mempunyai kemampuan dalam mengasorbsi
beberapa jenis polutan dengan efektif, sehingga dapat berperan dalam
membersihkan atmosfer dari polusi. Namun demikian, keefektifan tanaman dalam
menyerap polutan akan semakin berkurang dengan peningkatan konsentrasi
polutan. Pengaruh ini akan memberikan dampak penilaian yang lebih lanjut dalam
fungsional tanaman pada lingkungan. Tiap pohon mempunyai respon yang
berbeda-beda terhadap polutan yang berbentuk gas atau partikel. Perbedaan
berperan adalah tingkat pertumbuhan pohon, jarak terhadap sumber pencemar,
konsentrasi bahan pencemar dan lama berlangsung.
Pepohonan juga diketahui dapat menetralisir hujan asam. Dimana saat
angin berhembus kencang dan matahari terbenam, maka pohon akan melakukan
proses fisiologis yang disebut gutasi. Peristiwa gutasi akan mengeluarkan
kation-kation yang dapat menaikkan pH air hujan. Saat hujan turun melewati tajuk pohon
akan berakumulasi bersama kation dari proses gutasi yang akan saling berikatan
membentuk garam sehingga pH air hujan akan meningkat dan daya hantar listrik
akan semakin tinggi. Menurut Agustiarni (2008) bahwa pohon mahoni (Swietenia
mahagoni) yang berada di Kwasan Industri Medan (KIM) mempunyai
kemampuan mempengaruhi air hujan yang jatuh di Kawasan Industri Medan
(KIM) dengan nilai yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Kandungan Air Hujan di KIM yang Jatuh Melalui Vegetasi Pohon Mahoni (Swietenia mahagoni) dan Kontrol (Tanpa Vegetasi)
Parameter Pengukuran
Troughfall Stemflow Kontrol
(tanpa vegetasi)
pH 7,03 6,23 5,42
DHL (µmhos/cm)
659,71 979,22 208,12
SO4
2-(mg/l)
80,44 271,11 528,67
NO3
-(mg/l)
0,33 5,25 27
NH4+
(mg/l)
5,83 31,44 <0,03
Ca2+ (mg/l)
30,28 42,82 15,3
Mg2+ (mg/l)
16,25 25,31 7,82
Na+ (mg/l)
Dengan demikian, ketahanan dan kemampuan pohon dalam mengatasi
tingkat polutan menjadi suatu faktor yang penting dalam pemilihan jenis pohon,
terutama dalam mengatasi polutan yang dihasilkan suatu pabrik atau industri.
Oleh kerena itu perlu diadakan penelitian terhadap kemampuan suatu pohon untuk
membantu dalam mengurangi hujan asam sehingga sebagai bahan pertimbangan
untuk mnegembangkan hutan kota di kawasan industri.
Perumusan Masalah
Perkembangan teknologi dan kemajuan industri telah banyak membawa
kesejahteraan hidup. Namun disamping itu perkembangan teknologi dan
kemajuan industri berdampak pada kualitas daya dukung lingkungan yang pada
akhirnya merusak lingkungan itu sendiri yang diakibatkan oleh produk-produk
industri dibarengi dengan hasil sampingan berupa limbah yang dapat mencemari
lingkungan sehingga merusak kualitas lingkungan hidup dan dapat menggerogoti
kehidupan manusia.
Oleh karena itu perlu ada tindakan untuk menselaraskan antara
perkembangan teknologi dan kemajuan industri dengan kualitas lingkungan hidup
agar benar-benar tercapai kesejahteraan hidup. Hal ini dapat dilakukan dengan
menanam pepohonan di sekitar areal industri yang mana pohon mempunyai
kemampuan dalam mengasorbsi beberapa jenis polutan secara efektif, sehingga
dapat berperan dalam membersihkan atmosfer dari polusi. Pepohonan juga
diketahui dapat menetralisir hujan asam yang diakibatkan oleh pencemaran udara
dari pabrik-pabrik industri. Pohon dapat menetralisir hujan asam dikarenakan
mengeluarkan kation-kation yang akan saling berikatan membentuk garam
sehingga pH air hujan akan meningkat dan daya hantar listrik akan semakin
meningkat.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui keadaan air hujan yang jatuh di Kawasan Industri
Medan.
2. Untuk membuktikan pengaruh keberadaan hutan kota di Kawasan Industri
Medan (KIM) dalam mengurangi hujan asam.
3. Untuk mengetahui jenis pohon terbaik dari jenis pohon angsana
(Pterocarpus indica Will), mangga (Mangifera indica), dan melinjo
(Gnetum gnemon) pada hutan kota di Kawasan Industri Medan (KIM)
dalam peranannya mengurangi hujan asam serta pengaruhnya terhadap
kualitas air yang jatuh dipermukaan tanah.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah dengan keberadaan vegetasi dari beberapa
jenis pohon yang ada pada hutan kota di Kawasan Industri Medan (KIM) dapat
mengurangi hujan asam dan dapat mempengaruhi terhadap kualitas air yang jatuh
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi tentang pengaruh beberapa jenis pohon pada hutan
kota dalam mengurangi hujan asam serta kualitas air yang jatuh
dipermuakaan tanah yang terjadi pada suatu kawasan industri.
2. Memberikan masukan bagi berbagai pihak dalam pengaturan Ruang
Terbuaka Hijau (RTH) pada kota terutama dalam pemilihan jenis pohon
TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi Hutan Kota
Hutan kota merupakan suatu kawasan dalam kota yang didominasi oleh
pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Pengertian alami
disini bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hutan besar atau rimba melainkan
tidak terlalu diatur seperti taman. Lokasi hutan kota umumnya di daerah
pinggiran. Ini dimungkinkan karena kebutuhan lokasi pemukiman atau
perkantoran daerah tersebut tidak terlalu besar. Hutan kota dibuat sebagai daerah
penyangga kebutuhan air, lingkungan alami, serta pelindung flora dan fauna di
perkotaan (Nazaruddin, 1996).
Fakuara (1987) menyatakan hutan kota adalah tumbuhan vegetasi berkayu
di wilayah perkotaan yang memberi manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya
dalam kegunaan proteksi, rekreasi dan estetika lingkungan. Hal senada juga
diungkapkan Samsoedin dan Subandiono (2006) mengenai pengertian hutan kota
yakni merupakan pepohonan yang berdiri sendiri atau berkelompok atau vegetasi
berkayu di kawasan perkotaan yang pada dasarnya memberikan dua manfaat
pokok bagi masyarakat dan lingkungannya, yaitu manfaat konservasi dan manfaat
estetika. Sedangkan menurut Irwan (1994) mengemukakan bahwa hutan kota
adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosianya yang tumbuh dilahan kota
atau sekitar kota baik berbentuk jalur menyebar atau bergerombol (menumpuk)
dengan struktur meniru (menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang
memungkinkan kehidupan bagi satwa dan menimbulkan lingkungan sehat,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002
menyebutkan bahwa hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan
pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah
Negara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang
berwenang. Luas hutan kota dalam satu hamparan kompak paling sedikit 0,25
hektar. Persentase luas hutan kota paling sedikit 10 % (sepuluh perseratus) dari
wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat. Penunjukan
lokasi dan luas lahan hutan kota didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :
a. Luas wilayah
b. Jumlah penduduk
c. Tingkat pencemaran
d. Kondisi fisik kota
Manfaat dan Peranan Hutan Kota
Nazaruddin (1996) menyatakan bahwa hutan kota mempunyai
manfaat-manfaat yang bisa dirasakan dalam kehidupan masyarakat perkotaan, yaitu antara
lain :
1. Manfaat estetis
Manfaat estetis atau keindahan dapat diperoleh dari tanaman-tanaman yang
sengaja ditata sehingga tampak menonjol keindahannya. Misalnya, warna
hijau dan aneka bentuk dedaunan serta bentuk susunan tajuk berpadu menjadi
2. Manfaat orologis
Manfaat orologis ini penting untuk mengurangi tingkat kerusakan tanah
terutama longsor dan menyangga kestabilan tanah. Misalnya, pepohonan yang
tumbuh di atas tanah akan mengurangi erosi.
3. Manfaat hidrologis
Struktur akar tanaman mampu menyerap kelebihan air apabila hujan turun
sehingga tidak mengalir dengan sia-sia melainkan dapat terserap oleh tanah.
Hal ini sangat mendukung daur alami air tanah sehingga dapat
menguntungkan kehidupan manusia.
4. Manfaat klimatologis
Faktor-faktor iklim seperti kelembaban, curah hujan, ketinggian tempat dan
sinar matahari akan membentuk suhu harian maupun bulanan yang sangat
besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia.
5. Manfaat edaphis
Manfat edaphis berhubungan erat dengan lingkungan hidup satwa di perkotaan
yang semakin terdesak lingkungannya dan semakin berkurang tempat
huniannya.
6. Manfaat ekologis
Keserasian lingkungan bukan hanya baik untuk satwa, tanaman atau manusia
saja. Kehidupan makhluk hidup di alam ini saling ketergantungan. Apabila
salah satunya musnah maka makhluk hidup lainnya akan terganggu hidupnya.
7. Manfaat protektif
Pohon dapat menjadi pelindung dari teriknya sinar matahari di siang hari.
8. Manfaat hygienis
Dengan adanya tanaman bahaya polusi ini mampu dikurangi karena dedaunan
tanaman mampu menyaring debu dan mengisap kotoran di udara, bahkan
tanaman mampu menghasilkan gas oksigen yang sangat dibutuhkan manusia.
9. Manfaat edukatif
Semakin langkanya pepohonan yang hidup di perkotaan membuat sebagian
warganya tidak mengenal lagi, sehingga penanaman kembali pepohonan di
perkotaan dapat bermanfaat sebagai laboratorium alam.
Dahlan (1992) menyebutkan ada beberapa peranan hutan kota dalam
kehidupan perkotaan, yaitu diantaranya :
1. Identitas kota
Jenis tanaman dan hewan yang merupakan simbol atau lambang suatu kota
dapat dikoleksi pada areal hutan kota.
2. Pelestarian plasma nutfah
hutan kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi keanekaragaman hayati
yang tersebar diseluruh wilayah tanah air kita. Kawasan hutan kota dapat
dipandang sebagai areal pelestarian diluar kawasan konservasi, karena pada
areal ini dapat dilestarikan flora dan fauna secara eksitu.
3. Penahan dan penyaring partikel padat dari udara
Dengan adanya hutan kota, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan
biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan
dan serapan. Dengan adanya mekanisme ini jumlah debu yang
melayan-layang di udara akan menurun. Partikel yang memelayan-layang-melayan-layang dipermukaan
daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian
lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang
menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting. Daun yang berbulu dan
berlekuk seperti halnya daun bunga matahari dan kersen mempunyai
kemampuan yang tinggi dalam menjerap partikel dari pada daun yang
mempunyai permukaan yang halus. Manfaat dari adanya tajuk hutan kota ini
adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan sehat, jika dibandingkan
dengan kondisi udara pada kondisi tanpa tajuk dari hutan kota.
4. Penyerap dan penjerap partikel timbal
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbale yang mencemari udara
diperkotaan. Diperkirakan sekitar 60-70 % dari partikel timbal di udara
perkotaan berasal dari kendaraan bermotor.
5. Penyerap dan penjerap debu semen
Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena
dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang
terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya.
6. Peredam kebisingan
Pohon dapat meredam suara dengan cara mengasorbsi gelombang suara oleh
daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam
suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang.
Dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup
rapat dantinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari kebisingan
7. Mengurangi bahaya hujan asam
Pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui
proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses gutasi akan
memberikan beberapa unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan bahan
organik seperti glumatin dan gula.
8. Penyerap karbon-monoksida
Mikroorganisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik
dalam menyerap gas ini. Tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap
gas ini dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104
ug/m3) menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja.
9. Penyerap karbon –dioksida dan penghasil oksigen
Hutan merupakan penyerap gas karbon-dioksida (CO2) yang cukup penting,
selain dari fito-plankton, ganggang dan rumput laut di samudera. Dengan
berkurangnya kemampuan hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat
menurunnya luasan hutan akibat perladangan, pembalakan, dan kebakaran,
maka perlu dibangun hutan kota untuk membantu mengatasi penurunan fungsi
hutan tersebut.
10. Penahan angin
Dalam mendisain hutan kota untuk menahan angin faktor yang harus
diperhatikan adalah :
Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang memiliki dahan yang
kuat.
Akarnya menghunjam masuk kedalam tanah. Jenis ini lebih tahan terhadap
hembusan angin yang besar dari pada tanaman yang akarnya bertebaran
hanya disekitar permukaan tanah.
Memiliki kerapatan yang cukup (50-60) %.
Tinggi dan lebar jalur hutan kota cukup besar, sehingga dapat melindungi
wilayah yang diinginkan dengan baik.
11. Penyerap dan penapis bau
Tanaman dapat digunakan untuk mengurangi bau. Tanaman dapat menyerap
bau secara langsung, atau tanaman akan menahan gerakan angina yang
bergerak dari sumber bau. Akan lebih baik lagi hasilnya, jika tanaman yang
ditanam dapat mengeluarkan bau harum yang dapat menetralisir bau busuk
dan menggantinya dengan bau harum. Tanaman yang dapat menghasilkan bau
harum antara lain: cempaka (Michelia champaka) dan tanjung (Mimosops
elengi).
12. Mengatasi penggenangan
Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman
yang mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis tanaman
yang memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun
yang banyak, sehingga mempunyai stomata (mulut daun) yang banyak pula.
13. Mengatasi intrusi air laut
Upaya untuk mengatasi masalah ini sama dengan upaya untuk meningkatkan
kandungan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah
resapan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan
14. Produksi terbatas
Hutan kota berfungsi in-tangible dan tangible. Penanaman dengan tanaman
yang menghasilkan biji atau buah yang dapat dipergunakan untuk berbagai
macam keperluan warga masyarakat dapat meningkatkan taraf gizi/kesehatan
dan penghasilan masyarakat.
15. Ameliorasi iklim
Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan
adalah berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu
udara di perkotaan. Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan
perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat
banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan layang, papan reklame,
menara antena pemancar radio, televisi dan lain-lain, sebaiknya pada malam
hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik
(reradiasi) dari bumi serta jumlah pantulan radiasi surya suatu hutan sangat
dipengaruhi oleh panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi
jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca, dan posisi lintang. Suhu udara pada
daerah berhutan lebih nyaman dari pada daerah tidak ditumbuhi oleh tanaman.
16. Pengelolaan sampah
Hutan kota dapat diarahkan untuk pengelolaan sampah dalam hal :
(1). sebagai penyekat bau.
(2). sebagai penyerap bau.
(4). sebagai penyerap zat yang berbahaya yang mungkin terkandung dalam
sampah seperti logam berat, pestisida, serta bahan beracun dan berbahaya
lainnya.
17. Pelestarian air tanah
Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan
memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis
dengan kemampuan menyerap air yang besar. Maka kadar air tanah hutan
akan meningkat.
18. Penapis cahaya silau
Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya
seperti kaca, aluminium, baja, beton, dan air. Apabila permukaan yang halus
dari benda-benda tersebut memantulkan cahaya akan tersa sangat menyilaukan
dari arah depan, akan mengurangi daya pandang pengendara. Oleh sebab itu,
cahaya silau tersebut perlu untuk dikurangi. Keefektifan pohon dalam
meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung pada ukuran dan
kerapatannya. Pohon dapat dipilih berdasarkan ketinggian maupun
kerimbunan tajuknya.
19. Meningkatkan keindahan
Tanaman dalam bentuk, warna dan tekstur tertentu dapat dipadu dengan
benda-benda buatan seperti gedung, jalan dan sebagainya untuk mendapatkan
komposisi yang baik. Peletakan dan pemilihan jenis tanaman harus dipilih
sedemikian rupa, sehingga pada saat pohon tersebut telah dewasa akan sesuai
komponen yang kontras atau untuk memenuhi rancangan yang nuansa
(bergradasi lembut).
20. Sebagai habitat burung
Salah satu habitat liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung.
Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil
artinya bagi masyarakat, antara lain :
Membantu mengendalikan serangga hama.
Membantu proses penyerbukan bunga.
Mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi.
Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang
menyenangkan.
Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi rekreasi.
Sebagai sumber plasma nutfah.
Objek untuk pendidikan dan penelitian.
21. Mengurangi stress
Program pembangunan dan pengembangan hutan kota dapat membantu
mengurangi sifat yang negatif. Kesejukan dan kesegaran hutan kota dapat
menghilangkan kejenuhan dan kepenatan. Kicauan dan tarian burung akan
menghilangkan kejemuan hutan kota juga dapat mengurangi kekakuan dan
monotonitas.
22. Meningkatkan industri pariwisata
Hutan kota dapat mendatangkan pengunjung baik dari local maupun
mancanegara jika hutan kota yang dimiliki mempunyai keunikan, indah, dan
23. Sebagai hobi dan pengisi waktu luang
Monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kehidupan di kota besar perlu diimbangi
oleh kegiatan lain yang bersifat rekreatif, akan dapat menghilangkan
monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kerja.
Bentuk dan Struktur Hutan Kota
Anderson (1975) dalam Grey dan Deneke (1978), mengemukakan bahwa
kawasan hutan kota minimum 0,4 ha, jika berbentuk jalur minimum 30 m
lebarnya. Hutan kota meliputi taman, tepi jalan, jalan tol, jalan kereta api,
bangunan, lahan terbuka, kawasan padang rumput, kawasan luar kota, kawasan
permukiman, kawasan perdagangan, dan kawasan industri.
Direktorat Jenderal RLPS (2002) menyebutkan hutan kota terdiri dari tiga
bentuk yaitu :
a. Hutan kota berbentuk jalur
Adalah hutan kota yang dibangun memanjang antara lain berupa jalur peneduh
jalan, jalur hijau ditepi rel kereta api, sepadan sungai, sepadan pantai dengan
memperhatikan zona pengaman fasilitas instalasi yang sudah ada seperti ruang
bebas SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) dan SUTET (Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi).
b. Hutan kota berbentuk mengelompok
Adalah hutan kota yang dibangun dalam satu kesatuan lahan yang kompak.
c. Hutan kota berbentuk menyebar
Adalah hutan kota yang dibangun dalam kelompok-kelompok yang dapat
Struktur hutan kota ditentukan oleh keanekaragaman vegetasi yang
ditanam sehingga terbangun hutan kota yang berlapis-lapis dan berstrata baik
vertical maupun horizontal yang meniru hutan alam. Struktur hutan kota, yaitu
komunitas tumbuh-tumbuhan yang menyusun hutan kota. Dapat diklasifikasikan
menjadi :
a. Berstrata dua yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan hutan kota hanya terdiri
dari pepohonan dan rumput atau penutup tanah lainnya.
b. Berstrata banyak yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan hutan kota selain
terdiri dari pepohonan dan rumput juga terdapat semak, terna, liana, epifit,
ditumbuhi banyak anakan dan penutup tanah, jarak tanam rapat tidak
beraturan, dengan strata dan komposisi mengarah meniru komunitas
tumbuh-tumbuhan hutan alam (Irwan,1994).
Tipe-Tipe Hutan Kota
Direktorat Jenderal RLPS (2002) menyebutkan berdasarkan peruntukan/
karakteristik lahannya hutan kota dibagi atas enam tipe, yaitu :
a. Hutan kota tipe kawasan pemukiman
Adalah hutan kota yang dibangun pada areal pemukiman, yang berfungsi
sebagai penghasil oksigen, penyerap karbondioksida, peresap air, penahan
angin, dan peredam kebisingan, berupa komposisi jenis pepohonan yang
tinggi dengan tanaman perdu dan rerumputan. Karakteristik pepohonan
dengan perakaran yang kuat, rantingnya tidak mudah patah, daunnya tidak
mudah gugur atau juga pepohonan penghasil buah/bunga/biji yang bernilai
b. Hutan kota tipe kawasan industri
Adalah hutan kota yang dibangun dikawasan industri, yang berfungsi untuk
mengurangi polusi udara dan kebisingan yang timbul dari kegiatan industri.
Karakteristik pepohonannya berupa pepohonan berdaun lebar dan rindang,
bertajuk tebal/lebar serta tanaman yang menghasilkan aroma harum.
c. Hutan kota tipe rekreasi
Adalah hutan kota yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan rekreasi dan
keindahan, dengan jenis pepohonan yang indah dan unik. Karakteristik
pepohonannya berupa pepohonan yang indah dan cukup rindang dan/atau
penghasil bunga/buah yang digemari oleh satwa seperti burung, kupu-kupu,
bajing dan sebagainya.
d. Hutan kota tipe plasma nutfah
Adalah hutan kota yang berfungsi sebagai pelestari plasma nutfah, merupakan
konservasi vegetasi secara in-situ dan/atau sebagai habitat satwa yang
dilindungi atau dikembangkan. Karakteristik pepohonannya berupa pepohonan
langka dan/atau unggulan setempat.
e. Hutan kota tipe perlindungan
Adalah hutan kota yang berfungsi untuk mencegah/mengurangi bahaya erosi
dan longsor pada daerah dengan kemiringan lahan cukup tinggi dan rawan
longsor/erosi (sesuai karakter tanah); melindungi daerah resapan air untuk
mengatasi masalah menipisnya volume air tanah dan/atau masalah intrusi air
laut; melindungi daerah pantai dari abrasi. Karakteristik pepohonannya berupa
pepohonan yang dapat berfungsi mengurangi bahaya abrasi pantai seperti
mangrove dan pepohonan yang berakar kuat.
f. Hutan kota tipe pengamanan
Adalah hutan kota yang berfungsi untuk menigkatkan pengamanan pengguna
jalan pada jalur kendaraan dengan membuat jalur hijau dengan kombinasi
pepohonan dan perdu. Karakteristik pepohonannya berupa pepohonan yang
berakar kuat dengan ranting yang tidak mudah patah, yang dilapisi dengan
perdu yang liat, dilengkapi dengan jalur pisang-pisangan dan atau tanaman
merambat dari legume secara berlapis-lapis.
Defenisi Hujan Asam
Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena
keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu maupun tempat. Hujan adalah
salah satu bentuk dari presipitasi. Menurut Lakitan (2002), presipitasi adalah
proses jatuhnya butiran air atau kristal es kepermukaan bumi. Sedangkan
Tjasyono (2004) mendefenisikan presipitasi sebagai bentuk air cair dan padat (es)
yang jatuh kepermukaan bumi. Kabut, embun dan embun beku bukan merupakan
bagian dari presipitasi (frost) walaupun berperan dalam alih kebasahan (moisture).
Curah hujan terukur dalan inci atau millimeter. Jumlah curah hujan 1 mm,
menunjukkan tinggi air hujan yang menutupi permukaan bumi 1 mm, jika air
tersebut tidak meresap kedalam tanah atau menguap ke atmosfer.
Susanta dan Sutjahjo (2008), mendefenisikan hujan asam sebagai segala
macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH
5,6 terutama pH di bawah 5,1 akan berdampak negatif dan menyebabkan berbagai
kerusakan diantaranya dapat merusak properti, monumen, patung, bahan logam,
dapat mematikan berbagai jenis binatang dan tumbuhan, menghambat
pertumbuhan tanaman pangan dan sayur, meyebabkan penyakit pernapasan dan
yang paling parah, pada ibu hamil akan menyebabkan bayi yang lahir prematur
dan meninggal.
Nilai pH air hujan pada saat terjadi hujan asam dapat lebih kecil dari pada
pH air hujan normal (5,6), yakni mencapai nilai 2 atau 3. hujan asam terjadi
karena tingginya gas sulfur oksida (SOx) dan nitrogen oksida (NOx). Gas sulfur
oksida dapat berupa sulfur dioksida (SO2), sulfit (SO32-), dan sulfat (SO42-);
sedangkan nitrogen oksida dapat berupa nitrat (NO3) dan nitrogen dioksida (N2O).
Gas-gas tersebut terdapat di atmosfer sebagai hasil emisi (buangan) dari kegiatan
industri dan kendaraan bermotor. SOx terutama dihasilkan dari hasil pembakaran
batu bara (yang mengandung banyak sulfur); sedangkan NOx terutama dihasilkan
dari pembakaran bahan bakar minyak. Selain mengeluarkan gas NOx, kendaraan
bermotor juga melepaskan emisi gas hidrokarbon, CO, dan partikel timbal.
Diperkirakan, sekitar 50 % dari keberadaan gas NOx dan 90 % gas SOx di
atmosfer dihasilkan oleh aktivitas manusia. Gas SOx dan NOx bereaksi dengan
uap air yang terdapat di atmosfer dan mengalami oksidasi. Oksidasi gas SOx akan
menghasilkan H2S, HSO3-, dan H2SO4 yang bersifat asam kuat, sedangkan
oksidasi gas NOx akan mengasilkan asam nitrat (HNO3) sehingga menurunkan
nilai pH air hujan (Effendi, 2003).
Meningkatnya kegiatan industri biasanya akan diikuti dengan
akan trnasportasi khususnya kendaraan bermotor akan meningkat terus. Hal
tersebut dapat menyebabkan konsentrasi pencemaran udara semakin tinggi. Gas
sulfurdioksida (SO2) adalah salah satu gas buang kendaraan bermotor yang
menyebabkan gangguan pernafasan, mengurangi visibilitas, mempercepat
pengkaratan, menyebabkan pencemaran bau, dan juga menyebabkan terjadinya
hujan asam (Hanik, 1999).
Penyebab Hujan Asam
Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi
dan dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan
asam disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga
listrik, kendaraan bermotor, dan pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia).
Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan
kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah
(Agustiarni, 2008).
Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor
dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer
dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang
mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Nitrogen oksida, diemisikan dari
pembakaran pada temperature tinggi yang bereaksi dengan bensin yang tidak
terbakar dengan sempurna dan zat hidrokarbon lain akan membentuk ozon rendah
atau smog kabut berawan cokelat kemerahan (Susanta dan Sutjahjo, 2008).
modern, pembangkit tenaga listrik, penggunaan batu bara dan kemajuan sektor
transportasi. Pembakaran sempurna bahan bakar fosil menghasilkan CO2 dan H2O
bersama beberapa Nitrogen Oksida yang muncul dari fiksasi nitrogen dan
atmosfer pada suhu tinggi. Pembakaran yang tidak sempurna menghasilkan asap
hitam yang terdiri dari partikel-partikel karbon atau hidrokarbon kompleks atau
CO dan senyawa organik yang teroksidasi sebagian (Kristanto, 2002).
Secara sederhana, reaksi pembentukan hujan asam dapat diilustrasikan
sebagai berikut :
S (s) + O2 (g) SO2 (g)
2SO2 (g) + O2 (g) 2SO3 (g)
SO3 (g) + H2O (l) H2SO4 (Aq)
Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah sulfur dioksida dan nitrogen oksida ke
atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan bahan bakar fosil, terutama
batu bara, merupakan sumber utama meningkatnya oksida belerang ini.
Pembacaan pH di area industri terkadang tercatat hingga 2,4 (tingkat keasaman
cuka). Sumber ini ditambah oleh transportasi yang merupakan penyumbang utama
hujan asam. Masalah hujan asam tidak hanya meningkat sejalan dengan
pertumbuhan populasi dan industri tetapi telah berkembang menjadi lebih luas.
Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk mengurangi polusi local
berkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas yang
dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang memiliki jangkauan
lebih luas (Agustiarni, 2008).
Kekeringan yang cukup intensif menyebabkan meluasnya kebakaran hutan
iklim yang kering ditambah dengan kebakaran hutan yang hebat menyebabkan
meningkatnya kadar polutan baik gas maupun debu di atmosfer. Sebagai
akibatnya, kualitas air hujan menurun. Hal ini disebabkan oleh banyaknya polutan
gas maupun debu yang terlarut dalam air hujan tersebut (BMG, 2007).
Proses Gutasi
Gutasi adalah proses keluarnya air dari pori-pori daun. Biasanya kumpulan
air akan keluar pada saat petang hingga pagi hari, karena saat itu angin tidak
berhembus kencang dan sinar matahari hampir tidak ada. Proses terjadinya gutasi
pada tanaman sangat mungkin terjadi hanya menjelang pagi hari. Hal ini sangat
berkaitan dengan proses fotosintesis yang membuah O2 (oksigen) dan energi dari
pembongkaran glukosa dan karbondioksida
(6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2 + Energi) (Agromedia, 2007).
Pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam
melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses gutasi akan
memberikan beberapa unsure diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan bahan
organik seperti glumatin dan gula. Bahan an-organik yang diturunkan ke lantai
hutan dari tajuk melalui proses troughfall dengan urutan K>Ca>Mg>Na baik
untuk tajuk dari tegakan daun lebar maupun dari daun jarum. Hujan yang
mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila tiba di permukaan daun akan mengalami
reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti H2SO4 akan
bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO4 yang
bersifat netral. Dengan demikian adanya proses intersepsi dan gutasi oleh
Penelitian dari Hoffman et al.(1980) dalam Utomo (2006) membuktikan
bahwa pH air hujan yang telah melewati tajuk pohon lebih tinggi, jika
dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak melewati tajuk pohon. Gutasi yang
terjadi merupakan hasil dari serapan akar yang dibawa oleh jaringan xylem
maupun floem dalam mobilitas metabolisme tanaman, terutama pada proses
respirasi (pernapasan) kebalikan dari proses fotosintat. Dari jaringan angkut yang
diwakili oleh akar batang dan daun ini membawa partikel air dan hara dari dalam
media yang tersedia, berupa kation-kation dari unsur gizi tanaman C,H,N,S,P,O,K
dan lainnya berupa mineral, termasuk sebagian besar berupa mineral air
(Agromedia, 2007).
Beberapa tumbuhan dapat menyerap polutan tertentu. Seperti sebagian
spesies kayu manis (cinamomun sp) dan yellow birch dapat menyerap sulfur
dioxide (Grey dan Deneke, 1978). Menurut Robinette (1983), lingkungan pabrik
dengan luas 500 m2 lahan hijau dapat menurunkan sekitar 70 % sulfur dioxide dan
67 % nitrit oxide. Demikian pula Stevenson (1970) dalam Grey dan Deneke
(1978), mengemukakan bahwa hutan dapat menyerap ozon sekitar 80 % dan
pohon yang tinggi akan menyerap lebih banyak dari pohon yang rendah. Menurut
Booth (1979) dalam Irwan (2005), jalur hijau dengan lebar 183 m dapat
mengurangi pencemaran udara sampai 75 %.
Keasaman (pH) dan Konduktivitas
Nordstrom et.al (2000) mendefenisikan pH sebagai derajat keasaman yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh
suatu larutan. Kemasaman (pH) menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu
dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air atau besarnya
konsentrasi ion hidrogen dalam air, pH normal berkisar antara 6,5-7,5. Air yang
mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang
mempunyai pH lebih besar dari pH normal akan bersifat basa (Sunu, 2001).
Konduktivitas (Daya Hantar Listrik/DHL) adalah gambaran numerik dari
kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Oleh karena itu, semakin banyak
garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL.
Reaktivitas, bilangan valensi, dan konsentrasi ion-ion terlarut sangat berpengaruh
terhadap nilai DHL. Asam, basa, dan garam merupakan penghantar listrik
(konduktor) yang baik, sedangkan bahan organik, misalnya sukrosa dan benzene
yang tidak dapat mengalami disosiasi, merupakan penghantar listrik yang jelek
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kawasan Industri Medan dan sekitarnya.
Kawasan Industri Medan (KIM) adalah suatu kawasan industri yang terletak di
Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli, Kota Madya Medan. Sedangkan
kegiatan analisis air hujan dilakukan di Laboratorium Badan Lingkungan Hidup
(BHL) Provinsi Sumatera Utara yang terletak di Jl. HM. Said No.26 Medan.
Penelitian ini dilakukan selama 10 hari hujan pada bulan Desember 2009.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
- Jenis pohon angsana, tanjung, mangga, melinjo yang akan diamati
pengaruhnya terhadap air hujan.
- Grab sample, merupakan sample air yang diambil dari wadah air yang
sedang diteliti.
- Teer (aspal), untuk membantu melengketkan selang plastik ke batang
pohon.
- Larutan penyangga pH 4,01, untuk membantu dalam pengukuran pH
basah.
- Larutan penyangga pH 7, untuk membantu dalam pengukuran pH netral.
- Larutan penyangga pH 10, untuk membantu dalam pengukuran pH asam.
- Air suling atau air demineralisasi dengan DHL 0,5-2 μmhos/cm, untuk
- Larutan NaAsO2 0,5 %, untuk ditambahkan ke dalam sampel jika sampel
mengandung sisa klor sampai 2,0 mg/l Cl2.
- Asam sulfanilat, untuk ditambahkan ke dalam sampel jika sampel
mengandung mengandung nitrit sampai 0,50 mg/l NO2-N.
- Larutan campuaran brusin dan asam sulfanilat, untuk dicampurkan dengan
larutan induk nitrat.
- Larutan H2SO4, untuk dicampurkan dengan larutan induk nitrat.
- Reagen, untuk uji amoniak (ammoniak salisilat dan ammoniak cianurat).
- Reagen sulfat (sulve ver 4 sulfat), untuk dicampurkan kedalam sampel uji
dalam pengujian SO42-.
- Larutan NaCl 30 %, untuk dicampurkan dengan larutan induk nitrat.
- Larutan indikator Kalsium dan indikator Magnesium, untuk ditambahkan
ke dalam sampel uji dalam pengujian Ca2+dan Mg2+.
- 1 M EDTA dan 1 M EGTA, untuk ditambahkan ke dalam sampel baku
dalam pengujian magnesium.
- Larutan KCl 0,1, dan KCl 0,01, dan KCl 0,5, untuk ditambahkan kedalam
sampel dalam pengukuran DHL sampel.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
- Plastik bening berukuran 1 m x 1 m sebanyak 16 buah, untuk menampung
air lolos yang dari tegakan.
- Pacak kayu dengan panjang 1 m sebanyak 64 batang, untuk
menggantungkan plastik bening.
- Jerigen sebanyak 16, untuk menampung air aliran batang pohon.
- Selang plastik dengan panjang 2 m sebanyak 16 buah, untuk membantu
dalam mengumpulkan air aliran batang.
- Paku, untuk melengketkan selang plastik ke batang pohon.
- Penakar hujan tipe observatorium dengan diameter 78,5 cm2, untuk
menampung air hujan di daerah kontrol.
- Labu ukur 100 ml, untuk tempat sampel.
- Tabung reaksi 100 ml, untuk tempat sampel yang direaksikan.
- Erlenmeyer 50 ml, dan 250 ml, untuk tempat sampel.
- Botol sampel 10 ml, 25 ml, dan 50 ml, untuk tempat sampel.
- Pipet tetes, untuk membantu dalam memindahkan sampel.
- Pengaduk magnetis, untuk mengaduk campuran sampel.
- Timbangan, untuk menimbang bahan campuran sampel.
- Oven, untuk mengeringkan sampel dari larutan NaCl.
- Penangas air dengan pengatur suhu, untuk memanaskan sampel yang diuji
pada suhu tertentu.
- Saringan membran berpori 0,45 μm, untuk menyaring larutan sampel.
- Spektrofotometer, untuk mengukur kandungan kation dan anion sampel.
- pH meter (mV meter), untuk mengukur keasaman sampel.
- DHL meter, untuk mengukur daya hantar listrik sampel.
- Termometer, untuk mengukur suhu sampel.
- Gelas piala 100 ml, dan 1000 ml, untuk tempat sampel hasil reaksi.
- Stopwatch, untuk menghitung waktu proses reaksi dan pemberian
- Calmagite Colorimetric Method, untuk menguji magnesium.
Prosedur Penelitian
Parameter yang diamati adalah meliputi : pH, Konduktivitas (Daya Hantar
Listrik), kandungan Anion (SO42-, NO3-), dan kandungan Kation (NH4+, Ca2+,
Mg2+, dan Na+).
Penentuan tegakan
Penentuan tegakan dilakukan dengan metode purposive sampling pada setiap jalur
jenis tegakan (setiap lajur tegakan dipasang alat pada jarak 0 m, 50 m, 100 m, 150
m (dari tepi batas pohon), dan pada areal terbuka sebagai kontrol. Pengambilan
data dilakukan selama 10 hari hujan pada bulan Desember 2009.
Pemasangan alat
Pemasangan alat dilapangan dilakukan sebagai berikut :
1. Penakar hujan dipasang di areal terbuka dengan menggunakan penakar hujan
tipe observatorium dengan luas penampang 81,67 cm2. Alat dipasang setinggi
120 cm dari permukaan tanah yang terletak di sekitar lokasi penelitian.
Pengambilan sambil hari hujan diambil selama 10 hari hujan setiap Pukul
07.30 WIB dan dihitung sebagai hari hujan kemarin.
2. Penakar air lolos (troughfall), 16 buah plastik bening dengan ukuran 1 m x 1
m dihubungkan ke penampung berupa ember yang dipasang di bawah tajuk
dengan tinggi permukaan alat 50 cm dari permukaan tanah atau disesuaikan
dengan tinggi bebas cabang dan ember.
3. Pengukuran aliran batang (stemflow) dipasang pada setiap batang tanaman
dimana ujung selang bagian atas terletak 120 cm dari permukaan tanah atau
paku dan teer (aspal) pada batang yang dihubungkan dengan jerigen yang
diatur sedemikian rupa sehingga aliran batang dapat tertampung.
4. Untuk menganalisa sampel air hujan sesuai dengan parameter yang ingin
diamati dilakukan di Laboratorium Badan Lingkungan Hidup (BLH) daerah
Sumatera Utara.
Analisa air
Analisa air dilakukan di Laboratorium, meliputi kegiatan (Bappedal, 1991) :
a. Pengukuran pH sampel
Dilakukan pengukuran sampel air hujan yang merupakan hasil dari troughfall
dan stemflow dengan menggunakan.
b. Pengukuran DHL (Daya Hantar Listrik)
Pengukuran dilakukan dengan DHL meter, elektroda konduktometer
dikalibrasikan terlebih dahulu dengan cara membilas elektroda dengan larutan
KCl 0,01 M sebanyak 3 kali, kemudian diukur DHL larutan baku KCl 0,01 M
dan diatur sampai menunjukkan angka 1,413 μmhos/cm. Penetapan DHL
contoh dilakukan dengan cara membilas elektroda dengan contoh sebanyak 3
kali kemudian diukur DHL contoh dengan membaca skala atau digit alat.
Apabila DHL contoh lebih besar dari 1,413 μmhos/cm maka dilakukan
pengukuran dengan menggunakan larutan baku KCl 0,1 M (DHL = 12,900
μmhos/cm) atau larutan 0,5 M (DHL = 58,640 μmhos/cm).
c. Pengukuran kandungan Anion dan Kation
Pengukuran Anion dan Kation menggunakan alat spektrofotometer. Adapun
prosedur pengukuran Anion dan Kation menggunakan alat spektrofotometer
Analisis NH4+
Adapun analisisnya adalah dengan menggunakan alat spektrofotometer
dengan metode salisilat. Dipilih program untuk uji ammoniak nitrogen (NH3
-N) dengan metode salisilat dengan panjang gelombang 655 nm. Dimasukkan
pipa isap 10 ml ke dalam bagian alat, kemudian disiapkan 10 ml sampel dan
10 ml air suling yang masing-masing ditambahkan reagen ammoniak salisilat.
Ditutup dan dikocok. Setelah 5 menit, ditambahkan ammoniak cianurat (biru)
pada keduanya. Ditutup dan dikocok. Setelah 15 menit, masing-masing
sampel dimasukkan ke dalam alat, lalu dilakukan pembacaan.
Analisis NO3
-Disiapkan sampel uji, diukur 50 ml sampel uji secara duplo dan dimasukkan
ke dalam gelas piala 100 ml. bila mengandung sisa klor sampai 2,0 mg/Cl2,
ditambahkan 0,05 ml larutan NaAsO2 ke dalam 50 ml sampel, namun jika
mengandung nitrit sampai 0,50 mg/I NO2-N, ditambahkan 1 ml asam
sulfanilat ke dalam 50 ml contoh uji.
Persiapan pengukuran:
Pembuatan Larutan Induk Nitrat, NO3-N ; yakni dengan melarutkan 721,8 mg
KNO3 dengan 100 ml air suling didalam labu ukur 1000 ml. Ditambahkan air
suling sampai tepat tanda tera.
Pembuatan larutan Baku Nitrat, NO3-N ; yakni dimasukkan 0,25; 0,50; 1,00;
dan 2,00 ml larutan induk nitrat dengan pipet ke dalam labu ukur 100 ml,
kemudian ditambahkan air suling sampai tepat tanda tera hingga diperoleh
Pengukuran:
Alat spektrofotometer diatur untuk pengujian nitrat, kemudian 10 ml larutan
baku dimasukkan dengan menggunakan pipet tetes kee dalam labu Erlenmeyer
50 ml. Ditambahkan 2 ml larutan NaCl dan 10 ml larutan H2SO4, aduk
perlahan dan biarkan sampai dingin. Lalu ditambahkan 0,50 ml larutan
campuran brusin-asam sulfanilat, dan diaduk perlahan-lahan. Kemudian
dipanaskan di atas penangas air pada suhu tidak melebihi 950 C selama 20
menit kemudian didinginkan. Lalu dimasukkan ke dalam kuvet pada alat
spektrofotometer, dibaca dan dicatat serapan masuknya. Jika perbedaan hasil
secara duplo lebih besar dari 2 % diulangi tahapan 2 sampai 5, jika perbedaan
lebih kecil atau sama dengan 2 %, hasilnya dirata-ratakan. Kemudian dibuat
kurva kalibrasinya.
Analisis SO4
2-Sebelumnya alat harus dikalibrasikan terlebih dahulu, diatur program untuk
pengukuran kadar sulfat, diatur panjang gelombang terendah 450 nm. Setelah
ditentukan dengan tepat maka layar akan menunjukkan zero (sampel kosong).
Lalu dimasukkan 25 ml sampel kedalam botol sampel. Kemudian dimasukkan
reagen sulfat (Sulve ver 4 sulfat). Dibiarkan sampel jangan sampai tergunjang
hingga 5 menit. Lalu dimasukkan ke dalam alat. Dan dilakukan pembacaan.
Analisis Ca2+ dan Mg2+
Dengan menggunakan Calmagite Colorimetric Method pada alat dipilh
program untuk uji magnesium yakni 2 2 5, pada layer akan muncul acuan
dimasukkan 100 ml sampel ke dalam tabung reaksi 100 ml dan ditambahkan 1
ml larutan indicator kalsium dam magnesium dengan menggunakan pipet tetes
1,0 ml. Biarkan beberapa saat hingga larut. Kemudian tambahkan 1 ml larutan
alkali untuk uji kalsium dan magnesium dengan menggunakan pipet tetes 1,0
ml. Diamkan dan tunggu beberapa saat. Kemudian dimasukkan ke dalam 3
botol uji masing-masing 25 ml. Tambahkan 1 tetes larutan 1 M EDTA ke
dalam salah satu botol sampel baku. Diaduk hingga tercampur. Lalu
ditambahkan 1 tetes larutan EGTA ke dalam sampel uji dan diaduk hingga
tercampur. Kemudian dimasukkan ke dalam alat dan ditutup. Kemudian
dilakukan pembacaan kadar magnesium sebagai CaCO3. Lalu dipilih lagi
untuk program kalsium 2 2 0 dan dikalibrasikan dengan menekan zero. Dan
masukkan sampel ketiga, lalu dilakukan pembacaan. Kemudian dikonversikan
hingga didapatkan hanya kadar Mg2+ dan Ca2+.
Analisis Na+
100 ml sampel disaring secara duplo dengan saringan membran berpori 0,45
μm ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml dan air saringan tersebutlah yang akan
diuji. Dipindahkan sampel uji ke dalam tabung reaksi masing-masing
sebanyak 20 ml. Lalu dibuat larutan induk Natrium (Na) yakni dengan
melarutkan 2,542 g NaCl yang sudah dikeringkan dalam oven pada suhu 1400
C, dengan 100 ml air suling di dalam labu ukur 1000 ml. Kemudian dilakukan
pembuatan larutan baku natrium. Pipet sebanyak 100, 250, dan 500 ml, serta
1,0 dan 2,0 ml larutan induk Na dan masukkan masing-masing ke dalam labu
diperoleh kadar natrium 0,10; 0,25; 0,50; 1,0; dan 2,0 mg/L, diukur 20 ml
larutan baku secara duplo dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu disiapkan
satu persatu bahan uji tersebut ke dalam alat spektrofotometer dan dilakukan
pembacaan masing-masing serapan masuknya. Dibuat kurva kalibrasi dan
ditentukan persamaan garis lurusnya.
Analisis data
Pengambilan data primer dilakukan pada 4 jenis pohon yang dipilih secara
purposive sampling dan 1 tempat terbuka sebagai pengamatan kontrol
berdasarkan dugaan besarnya pengaruh, yaitu :
1. Jenis pohon angsana (Pterocarpus indica Will)
2. Jenis pohon mangga (Mangifera indica)
3. Jenis pohon melinjo (Gnetum gnemon)
4. Areal terbuka tanpa vegetasi (kontrol)
Kemudian data hasil dari pengukuran parameter yang diamati dimasukkan
Jenis Pohon
Hari Hujan
Ulangan/Pohon ke- Rataan Kontrol
1 2 3 4
Angsana 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Mangga 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 Melinjo 1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keasaman (pH)
Air hujan mempunyai tingkat keasaman yang bervariasi sesuai dengan
kondisi lingkungan atau tingkat bahan pencemaran pada suatu tempat. Menurut
Agusnar (2008), hal ini dapat terjadi dikarenakan ada gas yang larut dalam air
hujan seperti CO2, O2, H2S, nitrogen dan metan yang berasal dari pembuangan
sisa-sisa aktivitas manusia sehingga menyebabkan air bersifat asam, berbau, dan
korosif. Hasil pengukuran pH air hujan di lokasi penelitian dengan metode
[image:53.595.121.517.385.760.2]potensiometer menggunakan pH meter disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Hasil Pengukuran pH Air Hujan di KIM Pada Stemflow (SF) dan Kontrol
Jenis Pohon
Hari Hujan
Ulangan/Pohon Ke-
Rataan Kontrol
1 2 3 4
Angsana
1 7,86 7,52 7,98 7,78 7,79 5,36
2 7,67 7,66 7,85 7,82 7,75 5,28
3 7,84 7,81 7,78 7,74 7,79 5,34
4 7,46 7,73 7,93 7,68 7,70 5,42
5 7,76 7,56 7,91 7,76 7,75 5,36
6 7,83 7,86 7,89 7,74 7,83 5,46
7 7,76 7,68 7,99 7,71 7,79 5,26
8 7,82 7,61 7,96 7,82 7,80 5,38
9 7,56 7,78 7,88 7,69 7,73 5,34
10 7,89 7,58 7,92 7,79 7,80 5,32
Rataan 7,77 5.35
Mangga
1 6,50 6,54 6,61 6,52 6,54 5,36
2 6,48 6,53 6,57 6,54 6,53 5,28
3 6,53 6,56 6,58 6,55 6,56 5,34
4 6,50 6,50 6,51 6,50 6,50 5,42
5 6,48 6,49 6,45 6,50 6,48 5,36
6 6,48 6,46 6,49 6,48 6,48 5,46
7 6,52 6,57 6,53 6,52 6,54 5,26
8 6,54 6,56 6,51 6,50 6,53 5,38
9 6,52 6,50 6,51 6,54 6,52 5,34
10 6,51 6,57 6,58 6,59 6,56 5,32
Rataan 6,52 5.35
Melinjo
1 6,88 6,78 6,82 6,92 6,85 5,36
2 6,84 6,64 6,78 6,88 6,79 5,28
3 6,87 6,74 6,80 6,90 6,83 5,34
4 6,82 6,71 6,74 6,83 6,78 5,42
5 6,88 6,79 6,80 6,92 6,85 5,36
6 6,86 6,74 6,81 6,91 6,83 5,46
7 6,81 6,73 6,84 6,89 6,82 5,26
8 6,89 6,78 6,82 6,92 6,85 5,38
9 6,83 6,74 6,78 6,86 6,80 5,34
Tabel 3. H